Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Ardhina Mahadica Nugroho

NIM

: 122011101013

SMF ILMU KESEHATAN MATA PERIODE JULI 2016

Judul Jurnal

Oral Doxycycline Reduces Pterygium Lesions; Results from a


Double Blind, Randomized, Placebo Controlled Clinical Trial.
Oscar Rua, et al. (Ophtalmology Service, Hospital San Pedro,
Logrono, Spain, December 2012).

Latar Belakang Pterigium merupakan pertumbuhan mirip tumor jinak di


kornea. Karakteristiknya ditandai dengan adanya pertumbuhan
berlebih dari sel epitel, metaplasia skuamous, hiperplasi sel
goblet dan ekspresi abnormal dari p53. Tanpa tindakan bedah,
lesi ini bisa sampai ke tengah kornea dan mengganggu
penglihatan.
Doxycycline adalah antibiotik bakteriostatik yang banyak
digumakan di klinik. Pada penelitian menggunakan sel endotel
manusia, doxycyxline dapat menghambat aktivitas MMP,
sintesis protein, dan ekspresi mRNA. Pada penelitian lain
menggunakan hewan coba doxycycline banyak digunakan
untuk

meneliti

neovaskularisasi

atau

tumorogenesis.

Pemberian doksisiklin oral pada tikus yang dibuat pterigium


juga dapat mengurangi pertumbuhan lesi, sehingga dibuatlah
penelitian pada manusia.

Tujuan

Untuk menentukan apakah pemberian doksisiklin oral dapat


mengurangi lesi pterigium .

Metodologi

98 pasien dewasa dengan pterigium secara acak dibagi


menjadi 2 kelompok, 49 orang diberikan 100 mg
doksisiklin oral sehari 2 kali dan 49 orang diberikan

Hasil

plasebo masing-masing selama 30 hari.


Foto lesi diambil sebelum diberikan perawatan dan pada

akhir perawatan.
Follow up lesi dilakukan 6 dan 12 bulan pasca perawatan.
Hasil pengukuran utama dilihat dari titik akhir primer

perubahan lesi setelah diberikan perawatan selama 30 hari.


Titik akhir primer tidak terpenuhi untuk seluruh penduduk
tapi subkelompok analisis menunjukkan bahwa doksisiklin
efektif pada pasien Kaukasia sementara etnis lain,
sebagian besar Hispanik, tidak memberikan respon

Kesimpulan

terhadap pengobatan.
Perawatan menggunakan

doksisiklin

oral

lebih

baik

dibandingkan dengan plasebo untuk pengobatan pterigium


pada pasien Kaukasia.
Penelitian ini mendukung penggunaan doksisiklin untuk
pengobatan pterigium pada populasi tertentu.
Rangkuman
dan

Hasil

Pembelajaran

Setelah

satu

menunjukkan

bulan

pengobatan,

pterigium

yang

telah

data

keseluruhan

diobati

dengan

doksisiklin oral relatif terjadi perubahan (ukuran diukur


dengan cara ukuran kunjungan kedua dibagi dengan ukuran
kunjungan pertama).
Tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik.
Efek doxycycline pada pterigium sangat tergantung pada
ras dan usia pasien.
Hanya 15 pasien yang menjalani operasi selama masa uji
coba dan tidak ada satupun yang rekuren 12 bulan post
pengobatan.
Hanya 64% pasien yang datang kembali ke Rumah Sakit
pada kunjungan kedua.

Salah satu variabel yang mempengaruhi penelitian ini


adalah ras.
Ras

kaukasian

lebih

berespon

terhadap

pemberian

doksisiklin oral dibandingan ras Hispanik.


Selain ras, efektivitas doksisiklin oral juga lebih baik
terhadap pasien yang berusia tua.
Secara tidak terduga, observasi terhadap pasien yang
diberikan plasebo ternyata mengalami perubahan ukuran
pterigium. Hal ini bisa saja terjadi mungkin karena
kesalahan pengukuran dan kesulitan pengukuran lesi
pterigium secara tepat. Terlepas dari itu, secara nyata dapat
dilihat perubahan ukuran lesinya (baik bertambah atau
berkurang) setelah diberikan plasebo selama 31 hari.

Anda mungkin juga menyukai