Disusun oleh :
Kelompok 2
Dewi Yulia Rahmayati
125070218113064
Dwi Anjelina
125070218113040
KeyfinAliffah R.K
125070218113044
125070218113036
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Trauma Tulang Belakang tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ns. M. Fathoni, S.Kep., MNS dosen pembimbing kami pada mata kuliah Emergency
Nursing
1. Orang tua dan teman-teman anggota kelompok.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya.
Sekian
penulis
sampaikan
terimakasih
kepada
semua
pihak
yang
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................1
telah
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Konsep Penyakit........................................................................................7
2.1.1 Definisi Trauma Tulang Belakang............................................................7
2.1.2. Etiologi Trauma Tulang Belakang...........................................................7
2.1.3 Klasifikasi Trauma Tulang Belakang........................................................8
2.1.4 Patofisiologi Trauma Tulang Belakang....................................................9
2.1.5. Manifestasi Klinis Trauma Tulang Belakang...........................................10
2.1.6. Prognosis Trauma Tulang Belakang.......................................................11
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Tulang Belakang ...............................11
2.1.8. Komplikasi Trauma Tulang Belakang.....................................................12
2.1.9. Penatalaksanaan Trauma Tulang Belakang...........................................12
2.2.Konsep Asuhan .........................................................................................14
2.2.1. Pengkajian.............................................................................................14
2.2.2. Prioritas Diagnosa..................................................................................17
2.2.3. Diagnosa Pertama.................................................................................18
2.2.4. Diagnosa Kedua.....................................................................................19
2.2.5.Diagnosa Ketiga......................................................................................21
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................24
BAB IV PENUTUP...........................................................................................28
3.1 Kesimpulan................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui etiologi Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui klasifikasi Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui manifestasi Klinis Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui prognosis Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui patofisiologi Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui komplikasi Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui penatalaksanaan Trauma Tulang Belakang
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Trauma Tulang Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . KONSEP PENYAKIT
2.1.1. DEFINISI
Medula spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak
didalam kanalis vetralis dan menjulur dari fenomena magnum ke bagian atas region
lumbalis. Trauma pada medula spinalis dapat bervariasi dari trauma ektensi fiksasi
ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan
transeksi lengkap dari medula spinalis dengan quadriplegia (Fransiska, 2008)
Trauma pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebralis,
dan lumbalis akubat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Chairudin
Rasjad (1998) menegaskan bahwa semua trauma tulang belakang harus dianggap
suatu trauma yang hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi ke
rumah sakit penderita harus diperlakukan secara hati-hati. Trauma pada tulang
belakang dapat mengenai jaringan lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen dan
diskus, tulang belakang, dan sumsum tulang belakang (Arif, 2008).
2.1.2. ETIOLOGI
1. Kecelakaan di jalan raya
2. Olahraga
3. Menyelam pada air yang dangkal.
4. Luka tembak atau luka tikam
5. Jatuh dari pohon atau bangunan
6. Kecelakaan industri
7. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis slompai, yang seperti spondiliosis
servikal dengan mielopati, yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif
terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun
non infeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra, singmelia, tumor
infiltrasi maupun kompresi, dan penyakit vascular.
2.1.3. KLASIFIKASI
1. stabil
a. Fleksi
Cedera fleksi akibat fraktura kompresi baji dari vertebra torakolumbal umum
ditemukan dan stabil. Kerusakan neurologik tidak lazim ditemukan. Cedera ini menimbulkan
rasa sakit, dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumah sakit selama beberapa hari
istorahat total di tempat tidur dan observasi terhadap paralitik ileus sekunder terhadap
keterlibatan ganglia simpatik.
b. Fleksi ke Lateral dan Ekstensi
Cedera ini jarang ditemukan pada daerah torakolumbal. Cedera ini stabil, dan defisit
neurologik jarang. Terapi untuk kenyamanan pasien (analgetik dan korset) adalah
semua yang dibutuhkan.
c. Kompresi Vertikal
Tenaga aksial mengakibatkan kompresi aksial dari 2 jenis : (1) protrusi diskus ke
dalam lempeng akhir vertebral, (2) fraktura ledakan. Yang pertama terjadi pada
Trauma mengenai tulang belakang
pasien muda dengan protrusi nukleus melalui lempeng akhir vertebra ke dalam
tulang berpori yang lunak. Ini merupakan fraktura yang stabil, dan defisit neurologik
Cedera kolumna vetebralis, Cedera medulla spinali
tidak terjadi. Meskipun fraktura ledakan agak stabil, keterl ibatan neurologik dapat
terjadi karena masuknya fragmen ke dalam kanalis spinalis.
2. Tidak stabil
Fraktur mempengaruhi kemampuan untuk menggeser lebih jauh. Hal ini disebabkan
Kerusakan
jalur sipatetik
desending
oleh adanya
elemen rotasi
terhadap cedera
fleksi atau Perdarahan
ekstensi yangmikroskopik
cukup untuk
merobek ligamen longitudinal posterior serta merusak keutuhan arkus neural, baik
akibat fraktur pada fedekel dan lamina, maupun oleh dilokasi sendi apofiseal.
Kehilangan kontrol tonus vasomotor
Terputus
persyarafan
jaringan
simpatis
saraf medula
ke jantung
spinalis
Reaksi peradangan
Kelum
Syok spinal
Edema pembengkakan
Reaksi anestetik Is
G
Respons nyeri
Penekanan
Ileus
hebatparalitik,
saraf
dan akut
dangangguan
pembuluhfungsi
darahrektum
Paralisis dan paraplegi
Reflek spinal
2.1.4. PATOFISIOLOGi
Kelemahan fisik
umum persepsi spasial dan
Penurunan
tingka
Disfungsi
kehilangan
sen
Risiko infark pada miokard
Perubahan perseps
Defisit
perawatan
diri
Penekanan jaringan
setempat
-ganggua
Kemampuan batuk menurun, kurang mobilitas fisik
-perubah
Kecemas
-risiko pe
dekubitus
inflamatori kronis
Motorik :
o Kerusakan UMN yang mengenai kedua kaki ( parestesia spastik ) atau jika
parah terkena keempat anggota gerak ( tetraparesis spastik ). Lesi pada
medula spinalis servikalis juga dapat menyebabkan paraparesis spastik yang
bersamaan dengan campuran gambaran LMN dan UMN pada anggora gerak
atas, karena kerusakan simultan pada medula spinalis dan radiks saraf pada
leher.
Sensorik
9
o
-
Otonom
o Gangguan kandung kemih :
Urgensi dan frekuensi berkemih
Retensi Urin, inkontinensia dan kontipasi: gejala dari disfungsi
o
o
otonom.
Mengeluh kontipasi
Disfungsi seksual terutama impotensi dan ereksi
2.1.6. PROGNOSIS
Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya mampunyai harapan untuk
sembuh kurang dari 5%. Jika kelumpuhan total telah terjadi selama 72 jam, maka
peluang untuk sembuh menjadi tidak ada. Jika sebagian fungsi sensorik masih ada,
maka pasien mempunyai kesempatan untuk dapat berjalan kembali sebesar 50%.
Secara umum, 90% penderita cedera medula spinalis dapat sembuh dan mandiri
(George, 2007).
2.1.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setiap klien dengan trauma tulang belakang harus mendapat pemeriksaan secara
lengkap , meliputi :
1. Anamnesa
Anamnesa yang baik mengenai jenis trauma, apakah jatuh dari ketinggian,
5.
10
Merupakan
langkah
awal
untuk
mendeteksi
kelainan-kelainan
yang
Retensi urine, retensi urine atau perubahan kontrol kandung kemih terjadi akibat otak
tidak dapat mengontrol kandung kemih akibat cedera susmsum tulang belakang.
Sensasi Kulit, cedera yangkehilangan sebagian atau semua kulit menyebabkan
berkurangnya sensasi kulit tertentu yang mengirimkan pesan ke otak untuk rangsang
2.1.9. PENATALAKSANAAN
1. Tiga fokus utama penanganan awal pasien cedera medula spinalis yaitu : 1.
Mempertahankan usaha bernafas, 2. Mencegah syok dan 3. Imobilisasi leher (neck
collar dan long spine board). Selain itu, fokus selanjutnya adalah mempertahankan
tekanan darah dan pernapasan, stabilisasi leher, mencegah komplikasi ( retensi urin
atau alvi, komplikasi kardiovaskuler atau respiratorik, dan trombosis vena-vena
profunda).
-
Terapi Utama :
Farmakologi : Metilprednisolon 30 mg / kg bolus selama 15 menit, lalu 45 menit
setelah pemberian bolus pertama, lanjutkan dengan infus 5,4 mg/kg/jam selama 23
jam.
Imobilisasi :
Pemakaian kollar leher, bantal pasir atau kantung IV untuk mempertahankan agar
Bedah : Untuk mengeluarkan fragmen tulang, benda asing, reparasi hernia diskus
atau fraktur vertebrata yang mungkin menekan medula spinalis; juga diperlukan
2.2.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Data Demografi
Nama, Umur, Alamat
b. Keluhan Utama
Kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas
Nyeri Tekan otot
Hiperparestesi tepat di atas daerah trauma
Mengalami deformitas pada daerah trauma
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, kecelakaan lain seperti
jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, atau luka tembak
Pengkajian yang didapat yaitu hilangnya sensibilitas, paralisis ( dimulai dari
paralisis
layu
disertai
hilangnya
sensiblitas
yang
total
dan
Retensi urin
Hilangnya reflex-reflex
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
Adanya riwayat hipertensi
Riwayat cedera tulang belakang sebelumnya
DM
Penyakit Jantung
Anemia
Penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan
konsumsi alkohol berlebihan
e. Riwayat Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan
f.
DM
Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta rspon atau pengaruhnya dalam
image )
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan
manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami cedera tulang
belakang
Cedera tulang belakang memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya
ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi serta pikiran klien dan keluarga
Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran
Adanya perubahan pada tanda-tanda vital meliputi brakikardi dan hipotensi
b. B1 ( Breathing )
Inspeksi Umum
o Klien batuk
o Peningkatan produksi sputum
o Sesak nafas
o Penggunaan otot bantu nafas
o Peningkatan frekuensi pernafasan
o Terdapat retraksi interkostalis
o Pengembangan paru tidak simetris
13
Palpasi
o
Auskultasi
o Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronki, pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien cedera tulang
belakang dengan penurunan tingkat kesadaran koma
c. B2 ( Blood )
Syok hipovolemik
TD menurun
Nadi brakikardi
Berdebar-debar
Pusing saat melakukan perubahan posisi
Brakikardi ekstremitas dingin atau pucat
d. B3 ( Brain )
Pengkajian Tingkat Kesadaran
o Letargi
o Stupor
o Semikomatosa
o Koma
Pengkajian Fungsi Serebral
o Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya
bicara, ekspresi wajah dan aktifitas motorik klien. Pada klien yang
telah lama menderita cedera tulang belakang biasanya status
mental klien mengalami perubahan
e. B5 ( Bowel )
Ileus paralitik ( hilangnya bising usus, kembung, dan defekasi tidak ada )
Pemeriksaan reflek bulbokavernosa didapatkan positif
14
f.
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang
kurang
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi
pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi
B6 ( Bone )
Disfungsi motorik ( kelemahan dan kelumpuhan pada seluruh ekstremitas
bawah )
Kaji warna kulit : warna kebiruan
Adanya kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan, kehilangan sensori
dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktifitas dan istirahat
Etiologi
15
Masalah Keperawatan
DS:
-
Kecelakaan
klien/keluarga
Dislokasi C4
mengatakan adanya
kesulitan bernapas, sesak
napas.
Istirahat
Kelas 4 : Cardiovascular /
Disfungsi C4
Disfungsi neuromuscular
DO :
Pulmonary Respons
ventilasi
pemakaian otot
pernapasan
pernapasan cuping
hidung
dispnea/napas pendek
dan cepat
orthopnea
pernapasan lewat mulut
frekuensi dan kedalaman
pernapasan abnormal
penurunan kapasitas vital
paru
Respiratory rate
Depth of inspiration
Accessory muscle use
orthopnea
Intervensi ( NIC )
: respiratory monitoring ( 3350 )
1. monitor ritme, kedalaman, kecepatan dan usaha bernapas.
2. Catat pergerakan dada, penggunaan otot pernapasan dan supraclavicular.
3. Monitor pola napas
4. Auskultasi suara napas.
5. Catat peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan volume tidal.
16
:-
ETIOLOGI
MASALAH
TD : <90/60 mmHg
N : < 60 kali/menit
CRT : 4 second
(lambat)
Adanya edema
Kulit dingin dan
tampak pucat
spinalis
KEPERAWATAN
DX: ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
(00204)
Domain 4 : Aktivitas /
Istirahat
Cedera
cedera
Kelas 4 : cardiovascular/
Kolumna
medulla
pulmonary responses
vetebralis
spinalis
DS : perdarahan mikroskopik
reaksi peradangan
edema/pembekakan
17
ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu
menunjukkan:
NOC : circulation status- 0401
1.
2.
3.
4.
5.
6.
INDICATOR
Mean blood pressure
Pulse pressure
Capillary refill
Peripheral edema
Pallor
decreased skin temperature
EVALUASI:
S: O: setelah di observasi selama perawatan TTV pasien mulai stabil
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Etiologi
Trauma mengenai Tulang
18
Diagnosa Keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik
Pasien
mengeluh
kelemahan
dan
kelumpuhan
pada
ekstremitas
Pasien
mengeluh
Adanya
untuk
belakang
( 00085 )
Domain 4 :
Aktifitas/Istirahat
Kelas 2 :
Aktifitas/Latihan
kesulitan
beraktifitas
karena kelemahan
Pasien
mengeluh
Pusing
saat
melakukan
perubahan posisi
Do :
-
mudah lelah
Mengalami
deformitas
medulla spinalis
Kelumpuhan
pada
daerah trauma
Hipotensi
Brakikardi
Hilangnya tonus otot
Disfungsi motorik
Paralilis
ekstremitas,pusing saat
melakukan perubahan
posisi, deformitas, hilangnya
tonus otot, Paraplegi
( disfungsi sensori dan
motorik ),
paralisis,hipotensi,brakikardi
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam diharapkan pasien mampu
NOC
Indikator
Bone Fracture
Orthostatic Hypotension
Muscle strenght
Muscle Tone
19
Intervensi (NIC)
strenght training
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
rutin
8. Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.
9. Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
10. Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
11. Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah
dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
12. Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
13. Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
14. Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan
menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.
15. Ajarkan pada klien/ keluarga untuk memperhatikan postur tubuh yg benar untuk
menghindari kelelahan, keram & cedera.
16. Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
Evaluasi
20
BAB III
PEMBAHASAN
Merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di dalam vertebralis dan
menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region lumbalis yaitu medula spinalis atau
spinal cord. Kejadian trauma pada spinal cord merupakan keadaan gawat darurat yang
berbahaya dan mengancam nyawa jika tidak segera dilakukan tindakan pertolongan gawat
darurat pada korban. Pengertian dari trauma pada tulang belakang
adalah cedera
yangmengenai servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai
tulang belakang. Cedera spinalis bisa disebabkan karena beberapa hal seperti, kecelakaan
di jalan raya yang merupakan penyebab paling banyak, olah raga, menyelam pada air yang
dangkal, luka tikam atau tembak, dan gangguan lain yang dapat mengakibatkan cedera
spinalis; osteoporosis yanng disebabkan oleh fraktur kompresi pada vetebrata; siringmielia;
tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskular.
Cedera pada medula spinalis dapat menyebakan hilangnya fungsi pada susunan sarf
pusat yaitu motorik, fungsi sensorik dan fungsi otonom, menurut American Spinal Injury
Assosiaciation, membagi klasifikasi menjadi lima Grade A - E. Yaitu : grade A ( hilangnya
seluruh fungsi motorik dan sensorik dibawah tingkat lesi). Grade B ( hilangnya seluruh fungsi
motorik dan sebgaian fungsi sensorik dibawah tingkat lesi). Grade C (fungsi motorik intak
tetapi dengan kekuatan di bawah 3). Grade D ( fungsi motorik intak sengan kekuatan
motorik di atas atau sama dengan 3). Grade E ( fungsi motorik dan sensorik normal).
Kalsifikasi berdasarkan bentuk cidera medula spinal yaitu cedera spinal terbuka dan cedera
spinal tertutup. Klasifikasi berdasarkan letak cedera yaitu dibagi dua yaitu, 1. cedera tulang;
stabil, bila kemampuan fragmen tulang tidak mempengaruhi kemampuan untuk bergeser
lebih jauh selain yang terjadi saat cedera ; Tidak stabil, fraktur dipengaruhi kemampuan
untuk bergeser lebih jauh. 2. Cedera Neurologis ; tanpa defisit neurologis ; disertai dengan
21
defisit neurologis, dapat terjadi di daerah punggung karena kanal spinal terdapat di daerah
ini.
Cedera medula spinalis biasanya berhubungan dengan akselerasi, deselerasi, atau
kelainan yang diakibatkan oleh berbagai tekanan yang mngenai tulang belakang. Lokasi
cedera umunya menganai C1 dan C2, C4, C6 dan T11 atau L2. Berdasarkan mekanisme
cedera dapat dikelompokan menjadi ; fleksi-rotasi, dislokasi, dislokasi fraktur, umumnya
mengenai servikal pada C5 dan C6. Jika mengenai spina torakolumbar, terajdi pada T12-L1.
Fraktur Lumabl Adalah Fraktur Yang Terjadi Pada Daerah Tulang Belakang Bagian Bawah.
Bentuk cidera ini mengenai ligamen, fraktur vetebra, kerusakan pembuluh darah, dan
mengakibatkan iskemia pada medula spinalis. ; Hiperekstensi, jenis cedera ini umumnya
mengenai klien dengan usia dewasa yang memiliki perubahan degeneratif vetebra, usia
muda yang mendapat kecelakaan lalu lintas saat mengendarai kendaraan, dan usia muda
yang mengalami cedera leher saat menyelam. Jenis cedera ini menyebabkan medula
spinalis bertentangan dengan ligamen flava dan mengakibatkankontusio kolom dan
dislokasi vertebrata. Transeksi lengkap dari medula spinalis dapat mengikuti cedera
hiperektensi. Lesi lengkap dari medula spinalis mengakibatkan kahilangan pergerakan
volunter menurun pada daerah lesi dan kehilangan fungsi refleks pada isolasi bagian
medula spinalis.; kompresi, cidera kompresi sering disebabkan karena jatuh atau melompat
dari ketinggian, dengan posisi kaki atau bokong (duduk). Tekanan mengakibatkan fraktur
vertebra dan menekan medula spinalis. Diskus dan fragmen tulang dapat masuk ke medula
spinalis. Lumbal dan toraks vertebra umumnya akan mengalami cedera serta menyebabkan
edema dan perdarahan. Edema pada medula spinalis mengakibatkan kehilangan fungsi
sensasi.
Beberapa tanda klinis yang diakibatkan oelh cedera medula seperti , nyeri menjalar,
kelumpuhan/ hilannya pergerakan, hilangnya sensasi rasa, hilangnya kemampuan peristaltik
usus, spasme otot atau bangkitan refleks yang meningkat, perubahan dungsi seksual.
Manifestasi lainnya yng umum timbul pada kasus cidera medula spinalis yaitu ; perdarahn
yang menebabkan reaksi peradangan, blok pada saraf parasimpatis yang menyebabkan
kelumpuhan otot pernapasan yang selanjutnya akan mempengaruhi pola napas pasien.
Kerusakan pada jalur sipatetik desending yang menyebabkan kehilangannya kontrol tonus
vasomotor persarafan simpatis ke jantung dan terputusnya jaringan saraf mesula spinalis.
Pemeriksaan awal dan penting yang dilakuka pada kasus cidera medula spinalis
yaitu pemeriksan fisik dimulai dengan penilaian kondisi jalan napas (airway), pernapasan
(breathing), dan peredaran darah (circulation). Selain itu riwayat penyakit kardiopulmonal
harus diketahui melalui anamnesis karena mempengaruhi fungsi paru. Sedangkan
22
pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan yaitu ; foto polos vertebrata, merupakan
langkah awal untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mengakibatkan medula spinalis,
kolumna vertebralis dan jaringan di sekitarnya. Pada trauma servikal digunakan foto AP ,
Lateral dan odontoid. Pda cedera torakal dan lumbal, digunakan foto AP dan lateral. ; Ctscan vertebra, pemeriksaan ini dapat memperlihatkan jaringan lunak, struktur tulang dan
kanalis spinalis dalam potongan aksial. Ct-scan merupakan pilihan utama untuk mendeteksi
cedera fraktur pada tulang belakang. ; MRI Vertebra, MRI dapat memperlihatkan seluruh
struktur internal medula spinalis dalam sekali pemeriksaan.
Penatalaksanaan cedera medula spinalis yaitu, fokus utama penanganan awal
apsien cedera medula spinalis (mempertahankan usaha napas, mencegah syok, dan
imobilisasi leher dengan neck collar dan long spine board). Selanjutnya fokus penatalaksaan
yaitu mempertahankan tekanan darah dan pernapasan, stabilisasi leher, mencegah
komplikasi (retensi urin atau alvi, kompliksi kardiovaskuler atau respiiratorik, dan trombosis
vena-vena profunda). Terapi utama yang digunakan ; farmakoterapi, metilprednisolon ;
imobilisasi, traksi untuk menstabilkan medula spinalis ; bedah, untuk mengelluarkan
fragmen tulang, benda asing, reparasi hernia diskus atau ufraktur vertebra yang mungkin
menekan medula spinalis (juga diperlukan untuk menstabilisasi vertebra untuk mencegah
nyeri kronis). Penatalaksaan cedera ; pengelolaan hemodinamik, bila terjadi hipotensi, cari
sumber perdarahan dan atasi syok neurologik akibat hilangnya aliran adrenergik dari sistem
saraf simpatis pada jantung dan vaskular perifer sete;lah cedera diatas tingkat T6. Terjadi
hipotensi, bradikardia dan hipotermi. Syok neurogenik lebih mengganggu distribusi volume
intravaskular daripada menyebabkan hipovalensi sejati sehingga perlu perimbangan
pemberian terapi atropin, dopamin, datau fenilefrin jika penggantian volume intravaskular
tidak bereaksi. ; pengelolaan sistem pernapasan, ganti posisi tubuh berulang, perangsangan
batuk, pernapasan dalam, sporometri intensif, pernapasan bertekanan positif, pasien
dengan gangguan ventilasi dialakukan trakeostomi. ; pengelolaan nutrisional dna sistem
pencernaan, melakukan pemeriksaan CT-scan berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila didiga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan ominal, terapi
nutrisional awal yang harus dimetabolisme (50-100% diatas normal) ; dll.
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada kasus cidera tualng belakang yaitu ;
keadaan umum pada cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi dan hipotensi. ;
aktivitas dan istirahat, kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok spinal) pada bawah
lesi, kelemahan umum atau kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf). ; sirkulasi
(hipotensi, hipotensi postural, bradikardia, ekstermitas dingin dan pucat), hilangnya keringat
pada daerah yang terkena. ; eliminasi, inkontinansia defekasi dan berkemih, retensi urine,
23
distensi berhubungan dengan omen, peristaltik usu hilang, menelan, emesis berwarna
seperti kopi, tanah (hematemesis). ; integritas ego, takut, cemas, gelisah, menarik diri. ;
makanan atau cairan, mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum, peristaltik
usus hilang (ileus paralitik). ; higiene, sangat ketergantungan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (bervariasi). ; nurosensorik , kelumpuhan, kesemutan, kehilangan tonus otot atau
vasomotor, kehilangan atau asimetris termasik tendon dalam, perubahan reaksi pupil,
ptosis, hilanya keringat dari berbagai tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.;
nyeri/ kenyamanan, mengalami deformitas, postur dan nyeri tekan vertebral. ; pernapasan ,
pernapadan dangkal datau labored, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronkhi, pucat,
sianosis. ; keamanan , suhu yang berfluktuasi. ; seksualitas, ereksi tidak terkendali
(pripisme), mentruasi tidak teratur. Dari pengkajian dan menifestasi yangs udah diuraikan
berdasarkan mekanisme terjadinya cedera medula spinal, diagnosa ynag dapat di ambil
untuk mengatasi msalah keperawatan yaitu ; ketidakefektifan pola napas yang berhubungan
dnegan
kerusakan
tulang
punggung,
disfungsi
neurovaskular,
kerusakan
sistem
24
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa cedera medulla
spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada
daerah medulla spinalis. Penyebabnya antara lain trauma dan kelainan pada vertebra
(seperti atrofo spinal, fraktur patologik, infeksi, osteoporosis, kelainan congenital, dan
gangguan vascular). Instabilitas pada vertebra mengakibatkan penekanan saraf di
medulla spinalis sehingga terjadi gangguan. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi
organ-organ yang hipersarafi yaitu usus, genetalia, urinaria, rectum, dan ekstremitas
bawah. Penatalaksanaan ditujukan untuk mencegah akibat lanjut dari cedera tersebut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Cord
Injury
(online).
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/spinal-
26