PENGANTAR
A. ENGANTAR
B. Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan
rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan
Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara
berkembang, seperti Indonesia.
C. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini
menjadi tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh
Indonesia. Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan
pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini
memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit
Keselamatan Pasien secara utuh.
TUJUAN
JUAN
BAHAN BACAAN.
D. BAHAN BACAAN
U. 6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh)
V. C. Urgensi Patient safety;;
W. Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar
pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat
ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat
dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus
dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program
keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan
sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll.
X. D. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient
safety;;
Y. 1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
Z. a. keselamatan pasien;
AA. b. keselamatan pekerja (nakes);
AB. c. keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);
AC. d. keselamatan lingkungan;
AD.
e. keselamatan bisnis.
AE.
2. Elemen Patient safety;;:
a. Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan
obat/kesalahan pengobatan)
AF.b. Restraint use (kendali penggunaan)
AG.
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d. Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
AH. e. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
AI. f.
Blood
product
safety/administration
(keamanan
produk
darah/administrasi)
AJ. g. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h. Immunization program (program imunisasi)
i. Falls (terjatuh)
j. Blood stream vascular catheter care (aliran darah perawatan kateter pembuluh
darah)
k.
AO.
e.
AP.f.
AQ.
AR.
yang tidak memadai) [AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality)
Publication, 2003]
AS.
E. Standar Keselamatan Pasien
AT.Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada Hospital Patient safety
Standards yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
AU.
AV.1.
Hak pasien
AW.
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
AX.
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
AY.b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
AZ.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang
jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
BA.
2.
Mendidik pasien dan keluarga
BB.
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang
kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan
mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien &
keluarga dapat:
BC.
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
BD.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
BE.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
BF.d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
BG.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
BH.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
BI. g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
BJ. Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
BK.
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
BL.
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan keb. pasien & kelayakan sumber daya
BM.
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
BN.
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
c.
d.
Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
(2)
pelatihan
tentang
kerjasama
kelompok
Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria
sebagai berikut:
(1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
(2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
BV.
F. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
a) Bangun kesadaran akan nilai
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
keselamatan
Pasien,
ciptakan
KP
CE.
c. Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
CF.d. Masukkan KP dalam semua program latihan staf
CG.
Bagi Tim:
CH.
a. Ada penggerak dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
CI. b. Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
CJ. c. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
c) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah
CK.
CL.
CM.
CN.
CO.
RS
CP.Bagi Rumah Sakit:
a. Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam
CQ.
CZ.
DA.
DB.
DC.
g)
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan
DD.
Bagi Rumah Sakit:
a. Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko,
kajian insiden, audit serta analisis
b. Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf &
kegiatan klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
c. Asesmen risiko untuk setiap perubahan
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e. Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
DF.Bagi Tim:
DG.
a. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
b. Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
c. Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan
G. Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
DE.
menerbitkan Nine Life Saving Patient safety Solutions (Sembilan Solusi LifeSaving Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Panduan ini mulai disusun sejak tahun
2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi
dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien, tetapi
fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau
pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat
membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun
kematian yang dapat dicegah.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia
untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS
masing-masing.
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu
obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan
akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM
ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan
terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun
pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar
sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan;
pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya,
dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien,
termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi
di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien
dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi
pasien dengan nama yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya
adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang
mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang
benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan
sambungan & slang yang benar).
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV
yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah
penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan
periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan alcohol-based
hand-rubs tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
DH.
H.
Aspek Hukum Terhadap Patient safety;
DI. Aspek hukum terhadap patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai
berikut:
DJ. 1. UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
DK.
a. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
1) Pasal 53 (3) UU No.36/2009; Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.
2) Pasal 32n UU No.44/2009; Pasien berhak memperoleh keamanan dan
DL.
DP.3.
manusia.
Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
DQ.
a. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit; Rumah Sakit
Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
4.
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
H.
DR.
management tahun 1991, dikatakan ada dua pendekatan dalam penanganan error atau
KTD. Pertama pendekatan personal. Pendekatan ini memfokuskan pada tindakan
yang tidak aman, melakukan dan pelanggaran prosedur, dari orang-orang yang
menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan (dokter, perawat, ahli bedah, ahli anestesi,
farmasis dll). Tindakan tidak aman ini dianggap berasal dari proses mental yang
menyimpang seperti mudah lupa, kurang perhatian, motivasi yang buruk, tidak hatihati, alpa dan sembrono.
RANGKUMAN
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun
pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap
identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam
metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan; dan
partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk
membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
LATIHAN
Kasus:
Seorang laki-laki usia 36 tahun dating berobat ke IGD dengan keluhan
ada luka robek di daerah punggung kaki sebelah kiri. Hasil pemeriksaan
fisik ditemukan ada luka robek dengan panjang 4 cm sudah terjadi 4 jam
yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Tanda-tanda vital Tekanan Darah
DS.
1.
2.
D A F TAR P U S TAK A
DAFTAR PUSTAKA
1. Abrahamsen, C. 2003. Tech update. Patient Safety: Take the informatics challenge.
Nursing Management
2. Nelson, S & Gordon, S. 2006. The complexities of care: Nursing Reconsidered. USA:
Cornell University Press
3. QH (2008). Queensland Health Safety Centre. Safety Fact Sheet: Analysis of procedure
involving the wrong patient or body part. Brisbane: Queensland Health
4. WHO. 2008. World Alliance for Patient Safety Forward Programme: 2008-2009. Geneva:
WHO