Anda di halaman 1dari 8

Template Platform

Offshore jacket structure bisa terdiri dari jacket leg structure dan deck structure. Kemudian jumlah
kaki (jacket leg) bisa 3, 4, 6, 8 yang tergantung beban yang ditopang(deck load). Sedangkan
jumlahnya lebih 400 di perairan indonesia, mulai 10 m sd 100 m. Untuk contoh aplikasi dengan
konstruksi terpancang bisa dilihat pada jacket steel platform, gravity platform, monopod, tripod, dll.
Pada konstruksi terpancang, beban vertikal, horizontal dan moment dapat ditransformasikan oleh
konstruksi kaki-kakinya melalui pondasi ke dasar laut. Ukuran pondasi menentukan distribusi beban
ke dasar laut. Ukuran pondasi menentukan ukuran struktur secara keseluruhan. Struktur terpancang
umumnya difungsikan sebagai Production Platform, Fasilitas anjungan pendukung produksi atau
keduanya.

Instalasi template platform ada dua macam yaitu : instalasi terapung (Self Floating
Installation) dan instalasi barge launching (Barge Launching Installation).
Self Floating Installation,
cara pemasangan instalasi ini adalah dengan jalan mengapungkan Floater yang dapat dilepas
atau terapung sendiri karena efek buoyancy kemudian ditarik menuju lokasi yang telah
ditentukan dan struktur anjungan diturunkan vertikal kedasar laut dengan cara mengisi
Flooding Chamber Pipe.

Barge Launching Installation, saat keluar dari pabrik maka struktur anjungan ditempatkan
pada kapal tongkang selanjutnya barge ditarik menuju lokasi dan diturunkan dengan cara
Ballasting kemudian diluncurkan kelaut dan ditegakkan dengan menggunakan Barge

Derrick agar dapat berdiri tegak pada koordinat yang telah ditentukan

Pengertian Upstream Downstream dalam Oil and Gas


Apa si updstream dan downstream itu? Upstream dan downstream adalah salah satu istilah yang ada
dalam oil and gas, upstream di artikan industri hulu sedangkan downstream di artikan idustri hilir.

Pengertian upstream
Upstream adalah kegiatan produksi dimana hal utama yang dilakukan dalam
upstream yaitu pencarian sumber (explorasi) dan ekstraksi. Kegiatan explorasi yaitu mencari
sumber minyak dan gas bumi dengan tehnik tehnik tertentu, sedangkan extraksi disini adalah
proses mengeluaran oil dan gas dari dalam bumi ke permukaan. Dalam kegiatan upstream, ia
tidak mengolah sama sekali oil atau gasnya, ia hanya mencari dan mengeluarkannya.
Kegiatan upstream di dalamnya mencari ladang yang mengandung oil dan gas baik itu
di dalam bumi (daratan) ataupun di dalam air, biasanya di bawah laut. Perusahaan yang bisa
melakukan ini contohnya adalah pertamina E&P atau chevron dimana selaku perusahaan
owner, dan biasanya meminta bantuan service company untuk melakukan pengeboran
terhadap titik yang telah mereka tentukan.
Pengertian downstream
Downstram adalah proses kelanjutan dari upstream, yaitu mengolah bahan mentah baik
minyak atau gas bumi menjadi bahan jadi. Sector hilir umumnya mengacu pada penyulingan
minyak mentah dan proses pemurnian gas alam. Lebih jauh dari kegiatan downstream,
termasuk mendistribusikan bahan jadi tersebut dan menjualnya. Tipe dari pembelinya bisa
bermacam macam, tergantung dari jenis produk akhir yang dihasilkan. Adakalanya,
perusahan downstream kontak langsung dengan pembeli sebagi penguna produknya,
pertamina misalnya, ia mengolah minyak yang di hasilkan dan ia pula yang menjualnya
langsung ke masyarakat luas lewat spbu.
Pada prinsipnya, upstream berkatian dengan pencarian (search), penemuan (discover),
perhitungan (quantification) dan explorasi. Sedangkan downstream kegiatannya berkaitan
dengan penjualan dan pendistribuisan produck jadi dari oil ataupun gas.
Jadi pengertian Upstream Downstream, hanya di bedakan melalui istilahnya. Proses awalnya
adalah upstream, dan proses selanjutnya dinamakan downstream. Sebenarnya ada stu istilah
lagi, yaitu midstream yang kegiatan utamanya transportasi. Namun sejak berlakunya Undang
Undang MIGAS No 22/2001, industri perminyakkan hanya mengenal upstream dan
downstream.
Sedangkan midstream dimasukan ke unit downstream. Untuk downstream sector, unit
pengolahannya dimiliki oleh perusaan owner namun dalam perancangannya akan meminta
bantuan dari perusaan EPC.
Perusahaan EPC ini lah yang nantinya merancangkan bagaimana bentuk dan desain dari unit
pengolahan yang akan di buat, si perusahaan owner biasanya hanya menyendiakan lahan dan
sumbernya (wellhead). Untuk memahami apa itu perusahan owner, service company, atau
perusahaan EPC, anda bisa membaca artikel Karir Sektor Industri Oil And Gas.

Workover Rig, rig ini memiliki fungsi untuk melakukan penutupan sesuatu terhadap sumur
yang telah ada, misalnya berupa perawatan, perbaikan, penutupan, dan sebagainya
Macam-macam Bangunan/Anjungan Lepas Pantai
Jenis anjungan berdasarkan fungsi
1. Production Platform (Anjungan Produksi)
Fungsi dari anjungan ini adalah memisahkan antara gas, minyak, dan air. Anjungan dapat
berupa jacket steel platform, gravity platform atau mobile units. Hasil olahan dikirim ke darat
melalui pipa bawah laut dan ditampung lalu diangkut tanker. Fasilitas produksi yang ada
umumnya di prefabrikasi di darat. Sedangkan peralatannya meliputi kran, tangki, pendingin,
pemanas, generator, pompa, dll. Terdapat sistem pipa, electrical (kabel-kabel, panel-panel),
Struktur pendukung, balok-balok penopang, pondasi, dll, bangunan untuk perawatan, gudang,
generator, control-room, peralatan komunikasi dan keselamatan.
Contoh yang menggunakan anjungan produksi adalah Jacket Steel di Natuna seberat 18.000
ton (64 x 105m) berat per module antara 2500 ~ 3800 ton, dengan topside untuk produksi
seberat 33.500 ton. Daya listrik 400 MW per deck dan menghasilkan gas sebesar 480 MMcfd.
2. Accomodation Platform (Anjungan Akomodasi)
Saat ini banyak juga dipakai anjungan terapung selain terpancang. Di sisi lain, setelah
kecelakaan semi-submersible Kielland 1980 dan Piper Alpha 1990-an, peraturan kebakaran
dan keselamatan untuk anjungan akomodasi semakin ketat. Salah satunya adalah ISM codes
untuk anjungan terapung diberlakukan mulai 2003. Anjungan akomodasi ditentukan oleh
jumlah personil dan sistem penggunaan (hotel atau transit).
3. Wellhead Platform (Anjungan Untuk Kepala Sumur)
Fungsi dari anjungan kepala sumur atau pengeboran adalah untuk pengeboran lanjut
minyak/gas maupun pengeboran awal. Lama operasi tergantung jumlah sumur dan jenis
pengeboran (bulanan ~ tahunan) dimana pengeboran 1 sumur - 1000 m dibawah seabed ratarata perlu 2 bulan. Untuk tipe yang dipakai adalah struktur terpancang atau terapung. Jack-up
setelah selesai pengeboran dapat dipakai sebagai well-head platform yang menghubungkan
sumur dengan anjungan produksi. Beban operasional sangat bervariasi karena banyaknya
material konsumsi (barite, semen, pipa-pipa bor, lumpur bor, dll).
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan pengeboran diantaranya
pemenuhan kriteria operasional, integritas struktur, dan keselamatan selain aspek kebocoran,
kebakaran, dan redundancy power untuk penambatan. Contoh penggunaan platform ini ada
pada fasilitas pengeboran di North Sea seberat 5000 ton, pengeboran gas di Natuna sedalam
145 m untuk 41 buah sumur yang dioperasikan 230 orang memerlukan topside facility seberat
10.300 ton.
4. flare platform (anjungan obor)
5. self contained platform
Jenis anjungan ini mempunyai ciri bahwa semua peralatan ada diatas anjungan ini baik well
head, processing, flare, accomodation maupun helipad. Sedangkan aplikasinya dipergunakan

untuk laut dalam lebih dari 100 m. Ciri lain dari anjungan ini adalah berkaki 8 atau lebih dan
berada di Laut Cina selatan (natuna), North Sea. Selain kelima jenis platform, juga ada dua
platform yang lain yakni anjungan instalasi yang berfungsi untuk membantu instalasi
anjungan lain seperti fasilitas derek (hook-up) dimana kebanyakan berupa anjungan terapung
baik kapal, semi-submersible atau jack-up platform dengan kriteria kapasitas angkut dan
perilaku di laut (stabilitas, gerakan, lamanya waktu tidak operasi (down-time) karena
lingkungan. Jenis yang satunya adalah pipe layer dimana pipe Layer berkembang dari model
TONGKANG biasa sampai semi-submersible yang dilengkapi dengan fasilitas las dan
pendukung yang modern dengan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kedalaman air
dan kondisi laut saat operasi.
Jenis bangunan dilihat dari sistem dan struktur
1. Bangunan Terpancang
a. fixed jacket leg structure
Bangunan ini bisa dipakai sebagai
o kepala sumur(well head)
o produksi(production)
o akomodasi(living quarter)
o obor (flare)
o jembatan hubung(junction)
Offshore jacket structure bisa terdiri dari jacket leg structure dan deck structure.
Kemudian jumlah kaki (jacket leg) bisa 3, 4, 6, 8 yang tergantung beban yang
ditopang(deck load). Sedangkan jumlahnya lebih 400 di perairan indonesia, mulai 10 m
sd 100 m. Untuk contoh aplikasi dengan konstruksi terpancang bisa dilihat pada jacket
steel platform, gravity platform, monopod, tripod, dll. Pada konstruksi terpancang, beban
vertikal, horizontal dan moment dapat ditransformasikan oleh konstruksi kaki-kakinya
melalui pondasi ke dasar laut. Ukuran pondasi menentukan distribusi beban ke dasar
laut. Ukuran pondasi menentukan ukuran struktur secara keseluruhan. Struktur
terpancang umumnya difungsikan sebagai Production Platform, Fasilitas anjungan
pendukung produksi atau keduanya.
b. jack up structure (self elevating unit) atau anjungan dongkrak
Merupakan bangunan lepas pantai yang berkaki 3-4 yang dapat diturunkan kedasar laut
dan digunakan untuk eksplorasi pengeboran sampai kedalaman 50-100 m. Adapun
bangunan ini bisa diapungkan dan dipindahkan dengan ditarik kapal tunda.
2. Bangunan Terikat (compliant platform)
Aplikasi untuk struktur bangunan terikat ada pada Tension Leg Platform (TLP), Guyed
Tower, Articulated Tower. Struktur selain ditopang di dasar laut, juga memiliki daya apung.
Keunggulan dari struktur ini adalah posisi geladak tetap diatas air dan gerakan vertikal
struktur dapat dieliminasi serta pipa-pipa conductor dapat dipasang disamping struktur.
Sedangkan kelemahannya adalah konstruksi sangat besar karena biasanya untuk laut dalam,

sambungan antara struktur dengan dasar laut bersifat engsel (ball-joint) sehingga lemah jika
menahan beban dinamis struktur yang besar serta daya muat struktur tidak terlalu besar.
a. Tension Leg Platform (TLP)
Dioperasikan di ladang west seno selat makassar pada kedalaman 1000 meter dan
menggunakan anjungan benam dengan pengikat semacam bumbung baja yang
berpenegang. TLP umumnya digunakan sebagai Production Platform. Adapun
konstruksinya terdiri dari Badan (Hull), Super structure (deck & topside facilities), Talitali penambat vertikal. Badan TLP sekilas mirip Semi-submersible dengan kolom-kolom
horizontal (Floaters) yang lebih kecil dan sederhana. Badan TLP terdiri dari kolomkolom tegak berjumlah 4 atau 6. Kolom horizontal sebagai penghubung antar kolom
tegak dan penegar-penegar diagonal. Superstructure terdiri atas geladak dan fasilitas
produksi dan operasi. Tali penambat vertikal berupa wire ropes yg menghubungkan hull
ke seabed. Tali diberi tegangan tarik awal agar jika muatan di geladak bertambah atau
terjadi pasang-surut maka posisi TLP relatif tidak berubah. Tali vertikal juga dapat
mentransformasikan beban horizontal ke dasar laut sehingga pergeseran horizontal dapat
direduksi.
Mini-Tension Leg Platform (Mini-TLP)
Secara konseptual jenis anjungan ini tidak berbeda jauh dengan jenis TLP konvensional
yaitu sebuah anjungan terapung yang ditambat ke dasar laut dengan sistem tambat
bertegangan. Kata "mini" yang dipakai berkonotasi terhadap dua hal, pertama merujuk
pada dimensinya yang pada umumnya memang relative lebih kecil dibanding ukuran TLP
konvensional. Kedua, mengacu pada sifatnya yang relative low cost developed karena
digunakan untuk produksi di laut-dalam dengan cadangan hidrokarbon cukup kecil, yang
mana akan tidak ekonomis jika digunakan sistem produksi yang lebih konvensional
lainnya. Fungsinya yang lain adalah bisa sebagai anjungan utilitas, satelit atau anjungan
produksi awal pada sebuah ladang hidrokarbon laut-dalam yang lebih besar.
Mini-TLP pertama di dunia dipasang di Teluk Meksiko pada tahun 1998. Anjungan ini
bernama SeaStar yang dibangun oleh Atlantia Offshore bersama dengan ABB,
McDermott, Modec, dll. Kreasi artistik ini merupakan state-of-the-art dari sebuah miniTLP dimana digunakan sebuah struktur kolom tunggal sehingga sangat berbeda dengan
bentuk biasanya yang memiliki multicolumn (biasanya terdiri dari empat kolom).
Anjungan ini dioperasikan di area Green Canyon blok 237, Teluk Meksiko pada
kedalaman 639,3 m (2.097 ft).
Tension Leg Platform (TLP)
Biasanya disebut juga TLP konvensional, untuk membedakan dengan jenis Mini-TLP.
Jenis struktur ini berupa sebuah anjungan apung yang diposisikan dan distabilkan melalui
sistem tambat vertikal (tendon) bertegangan tarik (minimal tiga tali-tambat yang terpisah)
yang dipancang di dasar laut. Tegangan tarik pada tendon dihasilkan oleh adanya daya
apung dari bagian lambung anjungan yang tercelup dalam air. Sifat dari anjungan ini,
pada saat terkena beban-beban seperti gelombang, angin atau arus, anjungan akan
bergerak menyamping dengan tetap pada kondisi horisontal karena aksi paralel dari
tendonnya. Gerak vertikalnya (heave) dirancang secara ketat agar sangat terbatas
geraknya, sehingga fasilitasnya cocok dipakai untuk surface completion dari sumursumur. Salah satu TLP yang sudah dioperasikan akhir tahun 2001 adalah TLP Brutus
(Gambar 3). Bentuk strukturnya berkolom empat dengan tendon penambat berjumlah 12
line untuk tiap kolomnya. Tiap kolom berdiameter 66,5 feet dengan tinggi 166 feet dan
tiap pipa tendon berdiameter 32 inci dengan ketebalan 1,25 inci. Dipasang dan

dioperasikan di area Green Canyon Blok 158 perairan Teluk Meksiko pada kedalaman
910 m (2.985 ft).
b. Mooring Bouy (Bui Tambat)
Merupakan bui terapung dan diikat dengan satu atau beberapa utas rantai kedasar laut.
Fungsinya adalah untuk menambatkan kapal tanker ditengah laut (tanpa bersandar
dikade) sambil membongkar muatan minyak melalui pipa bawah laut.
3. Bangunan Terapung (mobile offshore unit)
Adapun contoh aplikasi untuk bangunan terapung adalah jenis semi-submersible, jack-up
platform, drilling ship, barge, dll.
Gerakan struktur diatas air relatif lebih besar (kecuali Jack-up) dibanding Fixed Plat.
Sementara kaki-kaki Jack-up tidak terpancang permanen di dasar laut tapi dapat naik-turun.
Untuk struktur terapung dilengkapi fasilitas penambatan (MOORING), dengan sistem:
- Catenary Mooring yang terdapat jangkar, rantai atau wire ropes dengan jumlah mooring
line antara 4 ~ 24 buah serta karakteritik dipengaruhi beban statis dan dinamis.
- Dynamic Positioning (motion response control, thruster), dimana digunakan untuk laut
dalam dan lokasi kerja rawan.
Adapun secara umum fungsi dari struktur bangunan terapung adalah merupakan anjungan
pengeboran (drilling), anjungan pendukung operasi (support vessel), fasilitas pendukung
pemasangan pipa (Pipe Layer), fasilitas akomodasi, fasilitas produksi khususnya di marginal
field dan shorter time.
Sedangkan pembagiannya dapat dilihat pada kedua jenis aplikasi berikut ini :
a. kapal bor (drilling ship)
Jenis ini bisa beroperasi pada kedalaman 300 meter sampai 1500 meter. Sementara
sususannya, ditengah kapal ada moon pool yaitu lubang untuk menara bor dan peralatan
bor. Selain itu, bangunan terapung dengan kapal bor menggunakan dynamic positioning
system agar bisa diam pada posisi yang dikehendaki dengan bantuan beberapa thruster.
b. semi submersible (anjungan benam)
Anjungan jenis ini merupakan bangunan geladak yang ditopang oleh 4 atau 6 kolom yang
berdiri diatas dua ponton(port & starboard) yang digunakan untuk pengeboran eksplorasi
pada kedalaman 200-500 meter. Pada umumnya menggunakan dynamic positioning
system. Kemudian secara kerjanya juga stabil dan bisa berpindah tempat sendiri
Proses Pembuatan Anjungan (Rig)
Untuk membuat sebuah anjungan (rig) dilakukan beberapa tahapan pembangunan diantaranya sebagai
berikut :
- Perencanaan
- Fabrikasi di galangan & LOKASI

- Delivery ke lokasi drilling


- Erection
- Mooring & Positioning
- Installment meliputi :
- Power Plant
- Piping
- Machinery
- Production Support
- Electrical
- Accomodation and Support facilities meliputi :
- Crews Deck
- Berths & Ports
- Heli-Pad
- Flare Tower
- etc.

Anda mungkin juga menyukai