Nama Sekolah
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Kelas/ Semester
: X/ 1
Tema
Pertemuan
:7
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
I. Kompetensi Inti
1; Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2; Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3; Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yag spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4; Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
2)
3) Tidak berdagu.
4)
5)
b; Pithecanthropus
Ciri ciri Pithecanthropus adalah:
1) Tinggi tubuhnya kira kira 165 180 cm.
2)
7)
Makanannya bervariasi.
Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Fosil ini ditemukan
oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil, Lembah sungai Begawan Solo (Jawa
Tengah). Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan
tulang kaki.
Pithecanthropus Soloensis
Pithecanthropus Soloensis artinya manusia kera dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh G.H.R
Von Koenigswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran, tepi sungai Begawan Solo
pada tahun antara 1931 1933. Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak dan tulang
kening.
Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokerto, fosil ini ditemukan
oleh duyfjes, G.H.R Von Koenigswald dan Cokro Handoyo di Perning, Mojokerto, Jawa
Timurpada tahun 1936. Fosil ini sering disebut juga Pithecanthropus Robustus artinya
manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya.
c; Homo
Fosil jenis Homo merupakan jenis fosil yang paling muda dibandingkan fosil fosil
manusia purba jenis lain. Para ahli sering menyebut fosil fosil jenis Homo ini dengan
Homo Erectus (manusia berjalan tegak) atau Homo sapiens (manusia cerdas atau
bijaksana).
Ciri ciri jenis Homo antara lain :
1) Tinggi tubuh 130 210 cm.
2) Volume otak lebih berkembang disbanding Meganthropus dan Pithecanthropus.
3)
Homo Soloensis
Homo Soloensis artinya manusia purba dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh G.H.R Von
Koenigswald dan Weidenrich pada tahun 1931 1934 di lembah Sungai Bengawan Solo.
Fosil ini ditemukan berupa tulang tengkorak. Dilihat dari volume otaknya dapat diketahui
bahwa jenis ini sudah merupakan manusia bukan manusia kera.
Homo Wajakensis
Fosil jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di daerah Wajak dekat
Tulungagung (Jawa Timur). Diperkirakan telah padai membuat alat alat dari batu
maupun tulang mereka juga diperkirakan telah mengenal cara memasak makanan.
5.5 Menganalisis corak kehidupan masyarakat praaksara
Corak kehidupan masyarakat Indonesia pada masa pra aksara dapat dikelompokkan
menjadi :
1; Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Kehidupan masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
(zaman paleolitikum) masih sangat sederhana. Mereka hidup sangat tergantung dengan
alam dengan cara menumpulkan makanan dan berburu hewan. Kegiatan tersebut
dikenal dengan food gathering.
2; Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa ini disebut juga masa Mesolitikum. Berkembangnya pemikiran manusia
menyebabkan peningkatan penggunaan pikiran dab meningkatnya kebutuhan manusia
dalam mempertahankan hidupnya. Peningkatan jumlah anggota kelompok dan
perpindahan tempat akan menyebabkan permasalahan baru. Perpindahan tempat
(nomaden) dalam rangka berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering)
dianggap sudah tidak memadai lagi maka manusia purba mulai membuat tempat
tinggal tetap untuk sementara (semi sedenter).
3; Masa Bercocok Tanam di Sawah
Masa bercocok tanam di sawah juga zaman neolitikum. Pada masa ini terjadi
perubahan besar dalam kehidupan manusia atau revolusi dari food gathering menjadi
food producing, dari nomaden menjadi menetap. Dengan perubahan tersebut, semua
kebutuhan dan perkakas untuk memenuhi kebutuhan juga berubah. Perkakas menjadi
lebih halus, manusia sudah mulai memasak, mulai mempercantik diri dengan
ditemukan berbagai perhiasan.
4; Masa Perundagian Logam
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin
berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuar
perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia menciptakan perkakasperkakas untuk kebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam memerlukan keahlian
khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok
masyarakat tertentu.
5; Masa Batu Besar / Megalithikum
Kebudayaan baru besar atau Megalithikum sebenarnya bukan babakan budaya
tersendiri. Kebudayaan ini berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan
spiritual / rohani manusia purba. Manusia purba sudah mempercayai bahwa setelah
kematian ada kehidupan, meski mereka belum faham benar tentang hal itu. Maka
kemudian setiap kematian selalu ditandai dengan menggunakan bangunan batu yang
besar.
VI. Metode, model dan Pendekatan Pembelajaran
6.1;
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Alokasi Waktu
Karakter
Keterlaksanaan
15 menit
Cerdas, rasa ingin
jawab
penjelasan
mengenai tujuan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
60 menit
a; Mengamati
Guru memberikan kesempatan
Siswa mengamati
gambar manusia
praaksara dan
power point.
b; Menanyakan
Siswa mengajukan
pertanyaan
sehubungan
dengan gambar
mengajukan pertanyaan
dan corak
kehidupan
masyarakat praaksara.
manusia
c; Mengeksperimen
praaksara.
Untuk menjawab
Siswa
pertanyaan, siswa
mengacungkan
mengumpulkan data
tangan jika
menemukan
jawaban dari
lainnya.
pertanyaanpertanyaan yang
d; Mengasosiasi
diajukan siswa
lain.
menganalisis:
Siswa
a; Kehidupan
mengumpulkan
masyarakat Indonesia
data untuk
menemukan
dan mengumpulkan
jawaban dengan
makanan tingkat
membaca buku
sederhana.
b; Kehidupan
sumber lainnya.
masyarakat Indonesia
pada masa berburu
dan mengumpulkan
makanan tingkat
lanjut.
c; Kehidupan
masyarakat Indonesia
pada masa bercocok
tanam di sawah.
d; Kehidupan
masyarakat Indonesia
pada masa
perundagian logam.
e; Kehidupan
masyarakat Indonesia
pada Masa Batu Besar
/ Megalithikum.
e; Mengkomunikasikan
Dengan bimbingan
guru, siswa
mengerjakan tugas
yang telah diberikan.
Perwakilan siswa
diminta
menginformasikan kata
15 menit
bersama-sama
mengucapkan rasa
syukur.
VIII. Alat/ Media dan Sumber Belajar
Alat/ Media:
1; Power point
Sumber Belajar:
1; Buku Guru. 2013. Sejarah Indonesia, Kelas X. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
2; Buku Siswa. 2013. Sejarah Indonesia, Kelas X. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
3; Artikel dari internet.
IX. Penilaian Hasil Belajar
Penskoran Nilai dengan Rumus: Nilai portofolio X 100 =
Skor maksimum
Kompetensi Dasar
Kriteria
Nilai
Nilai
Ketuntasan
Kualitatif
Kuantitatif
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
5
4
3
2
1
Flakes (serpih bilah) yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang digunakan
sebagai pisau.
Tulang dan Tanduk Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek ubi dan
ujung tombak.
4. Masa Perundagian Logam. Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah
bahwa manusia mulai semakin berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu
menemukan cara membuar perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia
menciptakan perkakas-perkakas untuk kebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam
memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian
untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model terlebih
dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah yang bagian
atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada
saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah liat tadi kemudian
diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka jadilah perkakas
dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu perkakas dari setiap
model. Maka kemudian dikembangkan teknik bivalve, yaitu membuat perkakas dengan
cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan tutup yang bisa dibuka dan dipakai
berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara;
mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya
5. Masa Batu Besar / Megalithikum. Kebudayaan baru besar atau Megalithikum
sebenarnya bukan babakan budaya tersendiri. Kebudayaan ini berkembang seiring dengan
perkembangan kebudayaan spiritual / rohani manusia purba. Manusia purba sudah
mempercayai bahwa setelah kematian ada kehidupan, meski mereka belum faham benar
tentang hal itu. Maka kemudian setiap kematian selalu ditandai dengan menggunakan
bangunan batu yang besar.
Perkakas megalitikum: menhir, dolmen, sarkofagus, waruga, kubur batu, punden
berundak-undak, dan arca.