a) Definisi
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa pulih kembali, mulai setelah partus
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.dan berakhir sesudah kira-kira
6 minggu.
b) Involusi alat-alat kandungan
1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil. Setelah persalinan, uteri mempunyai berat kurang lebih 1000g.
pada akhir minggu pertama biasanya uteri bisa dipalpasi sampai di simfisis pubis.
Involusi uteri hampir lengkap pada minggu ke 6 bila organ tersebut dengan berat kurang
dari 100g.
3. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
a. Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca
persalinan.
b. Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 37 pasca persalinan.
c. Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau busuk.
f. Lochiostasis : lochia tidak lancer keluarnya.
4. Payudara
Payudara pada hari pertama kelahiran, ibu akan mengeluarkan ASI pertamanya yang
berwarna kekuningan (colostrum). Produksi ASI dipengaruhi oleh prolactin dan
oksitosin.
Keluarnya cairan susu dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning
putih susu
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis
yang secara retroflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise.
Produksi ASI akan lebih banyak. Sebaagai efek positif adalah involusi uteri akan
lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada
bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih saying
antara ibu dan anaknya. Air susu ibu adalah untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat
ditempatkan pada satu kamar (rooming in) atau pada tempat yang terpisah.
Status sosioekonomi
a. Penderita dengan sosioekonomi rendah mempunyai risiko timbulnya infeksi
lebih besar dari penderita sosioekonomi menengah misalnya ketuban pecah dini
dan seksio sesaria. Penderita sosioekonomi rendah juga terkait dengan status gizi
II.
III.
Anaerob
Lain-lain
Peptokokus sp
Mikoplasma sp
Enterokokus
Peptostreptokokus sp
Klamidia trakomatis
Neisseria gonorrea
Prevotella sp
Proteus sp
Klostridium sp
Stafilokokus aureus
Fusobakterium sp
Stafilokokus epidermidis
Mobilunkus sp
Gardnerella vaginalis
Tabel 1: penyebab yang sering menyebabkan infeksi nifas
d)Cara terjadinya infeksi1
1. Tangan pemeriksa atau penolong dengan sarung tangan membawa masuk bakteri dari
vagina ke dalam uterus atau sarung tangan yang tidak steril
2. Droplet infection. Alat-alat persalinan yang terkontaminasi dengan bakteri yang berasal
dari hidung atau tenggorok dokter atau petugas selama persalinan
3. Infeksi dari pasien-pasien lain dirumah sakit
4. Koitus pada akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah
5. Infeksi intrapartum pada partus lama, ketuban sudah lama pecah atau pemeriksaan
dalam yang berulang kali. Ditandai dengan kenaikan suhu, leukositosis dan takikardi,
denyut jantung janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.
Infeksi uteri
Metritis
Infeksi uterus pada saat pascapersalinan dikenal sebagai endometritis, endomiometritis, dan
endoparametritis. Karena infeksi yang timbul tidak hanya mengenai desidua, miometrium dan
jaringan parametrium, maka terminology yang lebih disukai adalah metritis disertai selulitis
pelvis.1,2
Faktor predisposisi
1. Persalinan pervaginam
Ketuban pecah prematur yang lama, partus lama dan pemeriksaan dalam yang
berulang
2. Persalinan seksio sesaria
Factor risiko infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah,
pemeriksaan dalam berulang, dan pemantauan janin internal. Wanita yang memiliki
seluruh factor risiko ini dan menjalani section atas indikasi disproporsi sefalopelvik
tanpa mendapat profilaksis perioperasi meningkatkan insiden infeksi panggul.
3. Bakteriologi
Selama proses persalinan, cairan ketuban dan uterus mungkin akan terkontaminasi
oleh bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob terbanyak adalah peptostreptokokus
sp dan peptokokus sp. Selain itu juga terdapat bakteroides sp dan klostridium sp.
Bakteri aerob gram positif yang sering adalah enterokokus dan grup streptokokus
dan bakteri gram negative yang sering adalah eserisia koli.4
Patogenesis
Infeksi nifas setelah persalinan pervaginam terkait dengan tempat implantasi plasenta, lapisan
desidua dan miometrium atau laserasi servikovaginal. Potongan mikroskopis mungkin
memperlihatkan lapisan bahan nekrotik disuperfisial yang mengandung bakteri dan serbukan
leukosit padat. Infeksi nifas setelah persalinan sesario sesar terkati dengan bekas luka operasi.
Bakteri berkoloni diserviks dan vagina masuk ke air ketuban pada waktu persalinan dan pasca
persalinan lansung menginvasi ke tempat implantasi plasenta yang biasanya merupakan sebuah
luka dengan diameter kurang lebih 4cm dengan permukaan luka yang berbenjol-benjol karena
banyaknya vena yang ditutupi trombus. Infeksi uterus pascaoperasi menginvasi jaringan mati di
tempat histerektomi. Kemudian terjadi selulitis parametrium dengan infeksi jaringan ikat
fibroareolar retroperitoneum panggul. Hal ini dapat disebabkan oleh penyebaran limfogen
organisme dari tempat laserasi serviks atau insisi atau laserasi uterus yang terinveksi. Proses
biasanya terbatas di jaringan paravaginal dan jarang meluas dalam panggul. 1
Gejala klinik
Apabila timbul demam post partum, kita harus mencurigai kemungkinan infeksi uterus.
Demam mungkin setara dengan luas infeksi, dan apablia terbatas di endometrium (desidua) dan
myometrium superficial, kasu biasanya ringan dan demam minimal. Biasanya suhu lebih dari
38sampai 39 derajat celscius. Demam dapat disertai menggigil dan mengisyaratkan adanya
bakteremia, denyut nadi meningkat. Wanita yang bersangkutan biasanya mengeluh nyeri
abdomen, dan pada pemeriksaan abdomen dan bimanual dijumpai nyeri tekan parametrium.
Karena daerah insisi, nyeri tekan abdomen dan fundus uteri mungkin lebih bermanfaat untuk
memastikan diagnosis metritis setelah pelahiran pervaginam daripada seksio sesarea. Bahkan
7
pada tahap awal sudah dapat timbul duh berbau, namun pada banyak wanita dijumpai lokia
berbau tidak enak tanpa tanda-tanda infeksi lain. Leukositosis dapat berkisar dari 15.000 sampai
30.000 sel/ul.
Penatalaksanaan
Untuk kasus metritis ringan setelah pelahiran pervaginam yang didiagnosis berdasarkan
duh, obat oral mungkin memadai. Namun untuk infeksi sedang sampai berat, termasuk untuk
kasus paskaseksio sesarea, diindikasikan terapi parenteral dengan antimikroba spectrum luas.
Hampir tidak ada regimen antimikroba yang efektif terhadap semua pathogen yang mungkin
menyebabkan infeksi panggul dan terapi antibiotic awal bersifat empiris. Walaupun demikian,
terapi awal setelah seksio sesarea setidaknya ditujukan kepada sebagian besar flora campuran
dan polimikroba yang biasanya menyebabkan infeksi nifas.
Pilihan antimikrob
Komplikasi
Pada lebih dari 90% wanita, metritis berespon dalam 48 jam sampai 72 jam terhadap terapi
dengan salah satu regimen disebut diatas. Pada sisanya dapattimbul sejumlah penyulit.
i.
a. Dehisensi luka operasi: terlepasnya tepi luka atau mengacu pada terpisahnya luka
yang melibatkan lapisan fasia. Umumnya terlepasnya luka belum bermakna sampai
sekitar
hari
kelima
pascaoperasi
ketika
terjadi
pengeluaran
discharge
serosanguinosa. Umumnya disebabkan oleh infeksi pada fasia dan nekrosis jaringan.
Pengobatan utama adalah antibiotika adekuat dengan penjahitan ulang dinding
abdomen
b. Necrotizing fasciitis: infeksi luka yang paling serius ini jarang terjadi, namun infeksi
ini memiliki angka kematian yang tinggi. Infeksi ini dapat mengenai insisi abdomen
paskaseksio sesarea atau menjadi penyulit episiotomy atau laserasi perineum. Infeksi
ini menyebabkan nekrosis jaringan yang luas. Infeksi dapat bersifat monobakterial,
misalnya oleh streptokokus beta hemolitikus group A, tetapi lebih sering polimikroba.
Terapi antimikroba yang adekuat yaitu klindamisin yang diberikan bersama dengan
satu obat beta lactam. Terapi tambahan antara lain, debridemen luas dansegera.
ii.
Peritonitis:
Penyulit ini jarang dijumpai apabila terapi segera diberikan, tetapi mungkin
ditemukan pada infeksi paska seksio sesarea apabila terjadi nekrosis dan terlepasnya
insisi. Secara klinis peritonitis nifas mirip dengan peritonitis bedah, kecuali bahwa
rigiditas abdomen biasanya kurang menonjol karena pada kehamilan terjadi peregangan
abdomen. Nyeri mungkin hebat. Distensi usus yang hebat terjadi akibat ileus paralitik.
Apabila infeksi dimulai dari uterus dan meluas ke peritoneum, terapi biasanya medis,
sebaliknya peritonitis akibat lesi usus atau nekrosis insisi uterus sebaiknya diterapi
secara bedah. Terapi antimikroba dilanjutkan.
iii.
Infeksi Adneksa
Pada infeksi nifas, tuba fallopi umumnya hanya terkena dalam bentuk perisalpingitis
tanpa menyebabkan oklusi dan sterilitas dikemudian hari. Walaupun jarang, dapat terjadi
abses ovarium sebagai penyulit infeksi nifas, mungkin akibat invasi bakteri melalui
robekan dikapsul ovarium. Abses biasanya unilateral dan biasanya dating 1 sampai 2
minggu setelah melahirkan.
iv.
Selulitis parametrium:
Terjadi selulitis parametrium yang parah dan membentuk suatu daerah indurasi yang
9
Abses pelvis
Pada keadaan yang sangat jarang selulitis paramentrium yang terjadi akan meluas dan
menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi, maka harus dilakukan drainase pus yang terbentuk,
baik ke anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupun ke
posterior dengan melakukan kolpotomi. Selain itu, perlu diberikan antibiotika yang
adekuat.
vi.
nyeri yang terasa pada hari kedua atau ketiga post partum.
Keluhan nyeri pada daerah terinfeksi dan disuria dengan atau tanpa retensi urin, fluor
yang purulen dan demam. Pada kasus yang berat seluruh vulva mengalami edema,
ulserasi dan tertutup oleh eksudat.
Laserasi vagina dapat mengalami infeksi secara lansung atau tercemar dari perineum.
Seluruh mukosa vagina menjadi merah, bengkak dan bisa mengalami nekrosis dan
terkelupas.
Laserasi serviks lebih sering terjadi dan normalnya serviks memang merupakan tempat
koloni kuman yang bisa menjadi patogen. Bila serviks mengalami infeksi dan
laserasinya cukup dalam, maka infeksi ini dapat lansung menyebar ke ligamentum latum
dan menyebabkan limfangitis, parametritis, bakteremia.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaannya adalah drainase dengan antibiotika yang adekuat.Pada sebagian
besar kasus pelepasan benang episiotomi dan luka yang terinfeksi dibuka.Bila permukaan
episiotomy sudah bebas dari infeksi dan eksudat, ditandai dengan timbulnya jaringan granulasi
yang berwarna merah muda dan dapat dilakukan penjahitan perineum secara sekunder.
Komplikasi
Fasiitis Nekrotikans.
Infeksi jaringan lunak dalam yang mengenai otot dan fasia. Penyulit ini juga dapat menyertai
infeksi vulva pada wanita pengidap diabetes dan gangguan imunitas dan jarang terjadi pada
wanitasehat. Fasiitis nekrotikans pada luka episiotomi dapat mengenai semua lapisan fasia
perineum superficial atau dalam sehingga dapat meluas ke paha, bokong, dan dinding abdomen.
Walaupunsebagian infeksi timbul dalam waktu sehari setelah melahirkan, infeksi umumnya
menimbulkan gejala sampai 3 hingga 5 hari kemudian yang dapat mengalami nyeri perineum
hebat dan edema pada tempat episiotomi. Untuk pasien ini diindikasikan terapi bedah agresif
yang mencakup debridement luas terhadap semua jaringan yang terinfeksi.
Mastitis
Suatu infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara. Biasa terjadi unilateral dan dapat
terjadi 3 bulan pertama meneteki tetapi jarang selama ibu meneteki. Mastitis bernanah dapat
12
terjadi setelah minggu pertama pascapersalinan, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu
ketiga atau keempat. Gejala awal:
o Demam disertai menggigil
o Mialgia
o Nyeri
o Takikardi
Pemeriksaan payudara : membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan berbatas
tegas dan disertai rasa hangat nyer
Predisposisi:
a. Primipara
b. Stres
c. Teknik meneteki yang salah sehingga pengosongan payudara tidak baik
d. Pemakaian kutang yang terlalu ketat
e. Pengisapan bayi yang kurang kuat
f. Luka pada puting payudara
Pembagian mastitis
mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar yang menyebabkan abses antara payudara
dengan otot dibawahnya
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah komplikasi yaitu abses dan sepsis. Sepanjang
terapi diberikan laktasi tetap dianjurkan untuk pengosongan payudara
Terapi suportif
Bed-rest
Kompres hangat
Antinyeri
13
Antiinflamasi
Komplikasi
Apabila terjadi abses payudara dapat dilakukan insisi atau sayatan untuk mengeluarkan nanah
dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa/hanschoen drain agar nanah dapat keluar terus.
Syatan sebaiknya dibuat sejajar dengan duktus laktiferus untuk mencegah kerusakan pada
jalannya duktus tersebut.
Pencegahan1,2
Selama kehamilan. Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga mrupakan faktor yang penting. Koitus
pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi.
Selama persalinan. Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin
masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya
perrdarahan banyak. Demikian pula, semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup
hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan
masuk kamar bersalin, alat-alat,kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus di suci hama.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu atas indikasi. Terjadi perdarahan harus
dicegah sedapat mungkin, Transfusi darah diberikan menurut keperluan.
Selama nifas. Setelah partus terdapat luka-luka pada beberapa tempat jalan lahir. Pada harihari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar.
Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan dengan alat genital harus suci hama.
Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita yang
dalam nifas yang sehat.
14
Daftar pustaka
dari
http://www.um.edu.mt/umms/mmj/PDF/437.pdf
5. Peurperal
infections.
dari
Diunduh
http://www.ajol.info/index.php/sajog/article/download/82944/73045
15