Disusun Oleh:
Bagus Salim Mugofar
( 14220184)
BAB I
PENDAHULUAN
atau muamalah.
hidup
mampu serta
bermasyarakat,
bantu-membantu
sebagaimana
ditegaskan
Allah dalam surat al-Maidah ayat 2: dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Banyak cara dan bentuk bagaimana manusia dapat
menolong antar sesamanya, di antaranya adalah dengan
jual beli atau pembelian dan pinjaman atau utang-piutang.
menjaga
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
rahn
telah
nabi
tetapi
juga
ada
dalil
al
Quran
yang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Gadai
Menurut bahasa, gadai
dijadikan
sebagai
pembayaran
dari
barang
tersebut.2
Ulama fiqih mempunyai pendapat dalam mendefenisikan
gadai;
1. Menurut ulama syafiiyah
Menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang yang
dapat
dijadikan
pembayar
ketika
berhalangan
dalam
membayar utang.
2. Menurut ulama hanabilah
Harta yang dijadikan jaminan utang sebagai pembayar
harga (nilai) hutang ketika yang berutang berhalangan (tak
mampu) membayar utangnya kepada pemberi pinjaman.
amanatnya
(hutangnya)
dan
hendaklah
ia
Rukun akad rahn atau gadai terdiri atas Rahin (orang yang
menyerahkan
barang),
Murtahin
(penerima
barang),
Dr.
Rachmat
Syafei
dalam
bukunya
Fiqih
Mensyaratkan
sesuatu
yang
tidak
Syarat
seperti
itu
batal,
tetapi
akadnya sah.
3)
Syarat
yang
merusak
akad,
seperti
mensyaratkan
barang
harus
berada
dibawah
bih
hendaklah
barang
yang
wajib
diserahkan
Menurut ulama selain Hanafiyah, marhun bih
hendaklah berupa utang yang wajib diberikan kepada
orang yang menggadaikan barang, baik berupa uang
ataupun berbentuk benda.
b. Marhun bih memungkinkan dapat dibayarkan
Jika marhum bih tidak dapat dibayarkan, rahn
menjadi tidak sah sebab menyalahi maksud dan
tujuan dari disyariatkannya rahn.
tersebut
dapat
dijual
untuk
memenuhi
hak
murtahin.
Ulama Hanafiyah mensyaratkan marhun, antara lain:
a.
Dapat diperjualbelikan
b.
Bermanfaat
c.
Jelas
d.
Milik rahim
e.
Bisa diserahkan
f.
g.
h.
syarat utama dalam akad rahn, dan akan dikatakan sah jika
memenuhi kriteria sebagai berikut. Serah terima dilakukan
berdasarkan izin dari rahin, jika tidak mendapatkan izin, maka
serah terima tidak dikatakan sah. Ketika serah terima dilakukan,
rahin dan murtahin haruslah memiliki ahliyah.
marhun,
hingga
rahin
melunasi
hutang
yang
langsung
dengan
kemaslahatan
marhun,
menjadi
penyewaan
kandang,
beserta
penjaga
yang
bertugas
pengambilan
manfaat
barang-barang
yang
kepada
utang
yang
dapat
menarik
manfaat,
Binatang
tunggangan
boleh
ditunggangi
karena
untuk
diminum
karena
pembiayaannya
bila
agar
menjadi
jaminan
bahwa
pinjaman
yang
telah
ditetapkan,
maka
barang
agunan
langsung
tidak
boleh
dihalangi
dari
pemiliknya
yang
telah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rahn adalah menahan barang yang dijadikan jaminan oleh
orang yang berutang dan barang itu mempunyai nilai /harga,
apabila pemilik barang ingin barangnya kembali maka ia
harus melunasi hutangnya terlebih dahulu.
Pada surah al Baqarah ayat 283 disebutkan bahwa
syariatnya apabila dalam perjalanan melakukan mualamalah
dengan tidak tunai dengan memberikan jaminan barang yang
kegiatan ini disebut rahn atau gadai, ternyata tidak hanya
terbatas pada saat perjalanan (safar/ musafir), akan tetapi
bisa dalam keadaan yang lain, seperti yang dicontohkan
Rasulullah yang pada waktu melakukan praktik rahn tidak
dalam keadaan bepergian. Kuncinya ya misalnya pinjam
meminjam dan masalah muamalah lain yang tidak tunai
sehingga diharapkan ada barang berharga yang jadi jaminan
agar yang memberi hutang percaya kepada orang yang
berhutang.
Para ulama sepakat bahwa rahn dibolehkan, tetapi tidak
diwajibkan sebab gadai hanya jaminan saja, jika kedua belah
pihak tidak saling mempercayai
Penggalan ayat 283 itu hanya anjuran saja (irsyad) kepada
orang beriman. Sebab lanjutan ayat tersebut:
Artinya: akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya).
B. Saran
Untuk para pembaca, dalam melakukan praktik gadai kita
sebaiknya melihat dulu bagaimana sistem yang dianut perum
pegadaian, karena sekarang pengadaian kebanyakan didirikan
oleh perusahaan yang mencari keuntungan, jangan sampai
kita terlibat dalam praktik riba, agar perlu juga diketahui
syarat-syarat rahn agar tidak menjadi akad yang fasid dan
ada yang merasa dirugikan.
Makalah ini tentunya masih sarat dengan kekurangan
karena penulis juga manusia biasa, untuk itu kritik dan saran
yang membangun penulis harapkan dari para pembaca, demi
kesempurnaan ilmu yang akan disampaikan selanjutnya.
Daftar Pustaka
Al Quranul Karim
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
2008.
SyafeI, Rachmat. Fiqih muamalah. Bandung. Pustaka Setia.
2000.
Jafri, Syafii. Fiqih Muamalah. Pekanbaru. Suska Press. 2008.
Djuwaini, Dimyaudin. Pengantar Fiqih Muamalah. Jogjakarta.
Pustaka Pelajar. 2008