Anda di halaman 1dari 11

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.

Identifikasi Masalah
Identifikasi

masalah

dilakukan

dengan

membandingkan

keluaran

pencapaian dengan tolak ukur. Berikut adalah identifikasi masalah dengan


indikator keluaran dan tolak ukur evaluasi serta pencapaian program penimbangan
berat badan balita (D/S) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Timur tahun 2015.
Tabel 5.1 Identifikasi Masalah Program Penimbangan Berat Badan Balita (D/S)
Indikator
Balita yang ditimbang berat badannya
(D/S)

Target

Realisasi

Masalah

>70 %

52,75%

(+)

(Sumber: Profil UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur, 2015)


5.2.

Penetapan Prioritas Masalah


Prioritas masalah berdasarkan identifikasi adalah penimbangan berat badan
balita yang tidak mencapai target (52,75% vs 70%). Berdasarkan data pada Tabel
5.1. di atas, tidak dilakukan penetapan prioritas masalah karena pada proses
identifikasi hanya ada satu tolak ukur yang merupakan masalah.

5.3.
Identifikasi Penyebab Masalah
5.3.1. Kerangka konsep
Kerangka konsep disusun dengan menggunakan pendekatan analisis.
Kerangka konsep dibuat untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab cakupan
penimbangan berat badan balita (D/S) tidak mencapai target di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur. Kerangka konsep yang telah
dirancang untuk masalah tersebut adalah sebagai berikut.

36

37

Penyuluhan Kurang

Metode

Sosial ekonomi
Jarak
Cakupan D/S
Tempuh

Lingkungan

Kurangnya SDM

Sarana
Sarana Penyuluhan
Peran lintas sektor kurang

Karakteristik Ibu

Manusia

Gambar 5.1. Kerangka Konsep Fish Bone Model


5.3.2. Estimasi penyebab masalah
Masalah dalam kurangnya cakupan penimbangan balita (D/S) di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur tahun 2015 akan dibahas
sesuai dengan pendekatan sistem yang mempertimbangkan seluruh faktor baik
dari unsur masukan (input), proses, lingkungan dan umpan balik (feedback).
Daftar masalah berdasarkan kerangka konsep yaitu:
1. Kurangnya peran lintas sektor
2. Karakteristik ibu
3. Kurangnya SDM

38

4.
5.
6.
7.

Kurangnya penyuluhan
Kurangnya sarana penyuluhan
Sosial-ekonomi
Jarak termpuh.
Berdasarkan estimasi penyebab masalah tersebut, diketahui terdapat tujuh

penyebab masalah yang kemudian masalah tersebut dipilih berdasarkan sistem


skoring oleh seluruh anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok
memilih estimasi penyebab masalah tersebut dengan penetapan peringkat, dimana
penyebab setiap penyebab masalah yang berada di peringkat pertama memiliki
skor 6, peringkat kedua memiliki skor 5, dan seterusnya hingga peringkat keenam
memiliki skor 1. Sistem skoring yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.2
berikut.
Tabel 5.2 Estimasi Penyebab Masalah
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Daftar Masalah
Kurangnya peran lintas sektor
Karakteristik ibu
Kurangnya SDM
Kurangnya penyuluhan
Kurangnya sarana penyuluhan
Sosial-ekonomi
Jarak tempuh

1
6
7
3
2
4
1
5

Anggota
2
3
6
6
7
7
5
5
3
2
1
4
2
3
4
1

4
4
7
6
5
2
3
1

Total
22
28
19
12
11
9
11

Berdasarkan sistem scoring yang telah dilakukan, didapatkan 3 estimasi


penyebab masalah yang memiliki score paling tinggi yaitu:
1. Karakteristik ibu
2. Kurangnya peran lintas sektor
3. Kurangnya SDM

Tabel 5.3 Prioritas Penyebab Masalah


No.

Daftar
Masalah

Importance

Jumlah
P=
IxTxR

39

1. Karakteristik ibu
Kurangnya peran
2.
lintas sektor
3. Kurangnya SDM
Parameter

untuk

P
5

S
5

RI
3

DU SB
3
5

menentukan

PB
5

PC
3

232

200

160

tingkatan

prevalensi

permasalahan

karakteristik ibu adalah sebagai berikut:


-

Prevalensi 0-20% diberi nilai 1

Prevalensi 21-40% diberi nilai 2

Prevalensi 41-60% diberi nilai 3

Prevalensi 61-80% diberi nilai 4

Prevalensi 81-100% diberi niai 5


Berdasarkan data primer yang telah didapatkan dalam penelitian yang

dilakukan, prevalensi permasalahan dalam karakteristik ibu beserta parameter


tingkatan prevalensinya dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4 Tingkatan Prevalensi Permasalahan Karakteristik Ibu
No
1
2
3
4
5
6

Permasalahan Karakteristik Ibu


Rendahnya pendidikan ibu
Status bekerja ibu
Kurangnya pengetahuan ibu
Tidak baiknya sikap ibu
Persepsi ibu terhadap
ketidaklengkapan sarana di
Posyandu
Persepsi ibu terhadap kurangnya
peran kader kesehatan

Prevalensi
Jumlah
%
6
30
9
45
6
30
7
35

Parameter
2
3
2
2

40

45

Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, Prevalence (P) untuk masalah status bekerja
ibu dan persepsi ibu terhadap kurangnya peran kader kesehatan memiliki nilai
yang sama tingginya yaitu 5. Hal ini dianggap penting mengingat nilai parameter
kedua masalah tersebut memiliki nilai yang sama tingginya yaitu 3. Tidak

40

berpartisi-pasinya ibu dalam penimbangan bayi salah satunya dikarenakan alasan


sibuknya ibu bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk membawa anak balita
ke Posyandu ataupun Puskesmas untuk ditimbang setiap bulan. Selain itu,
persepsi ibu yang mengangap kurangnya peran kader kesehatan bisa dikarenakan
kurang baiknya pelayanan yang diberikan pada saat penimbangan, kurangnya
motivasi oleh kader untuk tetap rajin menimbang, kurangnya sikap kader pada
waktu melayani penimbangan balita, dan kurangnya keterampilan kader dalam
melakukan penimbangan.
Untuk poin Severity (S), kurangnya peran lintas sektor dan peran SDM
mendapatkan skor yang lebih rendah yaitu 3, sedangkan karakteristik ibu
mendapatkan nilai yang lebih tinggi yaitu 5. Meskipun dapat dikatakan peran
lintas sektor dan SDM mempunyai andil penting dalam masalah ini namun
karakteristik ibu lebih di pertimbangkan karena sasaran utama program
penimbangan berat badan balita adalah ibu balita itu sendiri sehingga memberikan
dampak terhadap capaian target penimbangan berat badan balita apabila
karakteristik ibu tidak baik.
Poin Rate of Increase (RI) untuk ketiga masalah baik itu karakteristik ibu,,
kurangnya perann lintas sektor, kurangnya SDM diberikan skor yang sama yaitu
3. Hal ini dikarenakan setiap tahun masalah yang dirasakan hampir selalu sama
dan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Degree of Unmeet Need (DU) untuk karakteristik ibu dan kurangnya SDM
diberikan skor 3 sedangkan kurangnya peran lintas sektor diberikan skor 2 hal ini
dikarenakan perbaikan karakteristik ibu yang diinginkan tidak terpenuhi yang
menyebababkan terjadinya kurangnya pengertian dan pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya menimbang dan memantau perkembangan pertumbuhan balita
mereka, sedangkan jumlah SDM yang diinginkan masih terbatas yang
menyebakan terjadinya ketimpangan dan kurangnya informasi yang sampai dan di
dapatkan ibu balita tentang pentingnya menimbang dan memantau pertumbuhan
dan perkembangan balita mereka di posyandu. Peranan lintas sektor sendiri
diharapkan bisa menjadi pembantu dalam melaksanakan program-program yang
telah ada sebagai imbas dari kurangnya SDM yang ada. Namun demikian,

41

keinginan masyarakat seperti yang tersebut di atas akan percuma saja jika tidak
disertai suatu upaya yang nyata dari masyarakat itu sendiri.
Sosial Benefit (SB) untuk masalah kurang baiknya karakteristik ibu
diberikan skor tertinggi karena dapat berakibat rendahnya partisipasi ibu untuk
membawa balitanya untuk menimbang berat badan sehingga dapat berakibat pada
tidak terdeteksinya status gizi balita tersebut sehingga risiko untuk sakit menjadi
lebih besar terutama jika mengalami gizi kurang atau buruk. Balita yang sakit
karena status gizi yang kurang atau buruk tentunya akan membuat bertambahnya
pengeluaran untuk pengobatan penyakit.
Public Concern (PB) untuk masalah kurang baiknya karakteristik ibu
mendapatkan skor tertinggi yaitu 5. Kurang baiknya karakteristik ibu
memberikan gambaran kurangnya rasa keprihatinan masyarakat akan masalah
penimbangan balita. Masyarakat merasa bahwa penimbangan berat badan balita
bukanlah suatu hal yang penting yang harus dilakukan secara rutin. Kurangnya
peran lintas sektor dan kurangnya jumlah SDM mengambarkan kurangnya
kepedulian masyarakat dalam meningkatkan jumlah bayi yang menimbang di
Posyandu. Hal tersebut dapat dilihat dari Rate of Increase, yang mana kedua
masalah tersebut selalu ada tiap tahunnya. Suatu program dapat berjalan dengan
baik dan memberikan dampak sosial yang baik apabila masalah yang ada minimal
atau bahkan tidak ada, terlepas dari ketidaktahuan masyarakat tentang
permasalahan program tersebut.
Political Climate (PC) untuk masalah kurang baiknya karakteristik ibu dan
kurangnya jumlah SDM memiliki skor yang sama yaitu mendapatkan skor 3. Hal
ini disebabkan pemerintah telah berupaya dalam peningkatan karakteristik ibu dan
penambahan jumlah SDM melalui penyelenggaraan bulan penimbangan pada
bulan November yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam penimbangan dan pemerintah telah melalukan pelatihan mengenai
pemantauan pertumbuhan kepada tenaga kesehatan. Kedua masalah ini diberi nilai
rendah karena pemerintah telah membentuk program tersebut, sehingga tidak
menjadi prioritas dalam hal Political Climate.

42

Technical feasibility (T) untuk masalah kurang baiknya karakteristik ibu


mendapatkan skor yang tertinggi karena dengan perbaikan dari teknologi
(misalnya alat timbang dan lebih memanfaatkan teknologi untuk memperbaiki
karakteristik ibu) maka permasalahan untuk memperbaiki karakteristik ibu yang
kurang baik semakin dapat dilakukan sehingga masalah itu lebih diprioritaskan.
Program penimbangan berat badan balita tentunya membutuhkan alat timbang
sebagai komponen utamanya
Masalah kurangnya peran lintas sektor dan SDM memiliki skor tertinggi
dibandingkan masalah lain yaitu 5 pada poin Resourches availability (R) atau
yang menyangkut ketersediaan sumber daya manusia. Peran lintas sektor dan
kurangnya SDM merupakan elemen yang penting bagi penyelenggara kesehatan
di suatu wilayah maupun institusi karena SDM dan sektor lain seperti peran tokoh
masyarakat. Karena hal tersebut, maka perhatian terhadap SDM dan peran lintas
sektor ini sangat diutamakan pada poin Resources availability.
Berdasarkan penetapan prioritas masalah berdasarkan teknik kriteria matriks
di atas, maka prioritas masalah yang dipilih adalah karakteristik ibu.
5.4.

Alternatif Pemecahan Masalah


Prioritas penyebab masalah yang dipilih adalah karakteristik ibu, kurangnya
SDM dan kurangnya peran lintas sektor. Alternatif pemecahan masalah yang dapat
diajukan antara lain:
1. Pelayanan dengan kunjungan rumah
a. Tujuan: mendata bayi dan meningkatkan motivasi ibu balita untuk
menimbangkan balitanya ke posyadu.
b. Sasaran: ibu balita baik yang menimbang dan tidak menimbang
c. Bentuk kegiatan: Kunjungan rumah dilakukan oleh kader dan bila perlu
didampingi oleh pendamping dari tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat
maupun unsur LSM sebelum dan sesudah hari buka Posyandu. Kegiatan
yang dilakukan dalam kunjungan rumah meliputi :
1) Menyampaikan undangan kepada kelompok sasaran agar berkunjung
ke Posyandu saat hari buka.
2) Mengadakan pemutahiran data bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui
dan pemetaan keluarga miskin.

43

3) Intensifikasi penyuluhan gizi dan kesehatan dasar.


4) Melakukan tindak lanjut temuan pada hari buka Posyandu dengan
pemberian PMT.
5) Pemantauan status imunisasi dan lumpuh layuh.
6) Dengan dukungan tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat melakukan
kampanye pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan oleh
bidan atau tenaga kesehatan dari Puskesmas dan dapat membentuk
kegiatan Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Pembuatan poster, leaflet, dan video penyuluhan mengenai pentingnya
penimbangan balita
a. Tujuan: meningkatkan pengetahuan dan motivasi orangtua dalam memantau
tumbuh kembang balita.
b. Sasaran: orangtua balita.
c. Bentuk kegiatan: pemutaran video kreatif mengenai tumbuh kembang balita
dan asupan gizi di setiap penyuluhan.
d. Waktu kegiatan: setiap kegiatan Posyandu.
e. Dana dan peralatan: dana operasional Puskesmas dan bantuan pemerintah
daerah atau Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
3. Penyediaan sarana Posyandu
a. Tujuan : melengkapi ketidaklengkapan sarana di Posyandu.
b. Sasaran : posyandu
c. Bentuk kegiatan: penambahan penimbangan (timbangan bayi duduk dan
berdiri, alat ukur tinggi badan serta poster sebagai salah satu media
sosialisasi untuk menarik minat ibu untuk terus menimbang balita..
d. Dana : dana operasional Puskesmas dan bantuan pemerintah daerah atau
Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
4. Pembentukan kader berasal dari tokoh masyarakat
a. Tujuan: meningkatkan kesadaran tokoh masyarakat untuk ikut serta menjadi
kader, sehingga dapat meningkatkan kemauan masyarakat datang ke
Posyandu. Hal ini dikarenakan tokoh masyarakat merupakan tokoh yang
dihormati dan dihargai oleh masyarakat setempat.
b. Sasaran: tokoh masyarakat, seperti ketua RT/istri, ketua RW/istri, tokoh
agama/istri, tokoh adat/istri.
c. Bentuk kegiatan: perekrutan kader (bisa membaca dan menulis) serta
dilakukan pelatihan oleh pemegang program upaya perbaikan gizi.

44

d. Waktu kegiatan: perekrutan dan pembinaan memerlukan waktu kira-kira 3


bulan.
e. Dana dan peralatan: dana operasional Puskesmas dan bantuan pemerintah
daerah atau Dinas Kesehatan Kota Pontianak..
5. Penambahan petugas gizi
a. Tujuan: menambah sumber daya manusia di bidang gizi agar program kerja
terlaksana dengan semakin baik dan pembinaan para kader dapat berjalan
dengan maksimal.
b. Sasaran: ahli gizi.
c. Bentuk kegiatan: perekrutan ahli gizi baru, sehingga jumlah petugas gizi
lebih banyak karena program kerja gizi yang banyak, jumlah balita yang
banyak, dan luas wilayah yang besar.
d. Waktu kegiatan: sesuai dengan kebijakan Dinas Kesehatan Kota Pontianak
atau lembaga terkait.
e. Dana dan peralatan: dana pemerintah.
6. Pelatihan kader
d. Tujuan: menambah pengetahuan kader tentang pentingnya upaya perbaikan
gizi masyarakat khususnya mengenai penimbangan berat badan balita. Hal
ini dikarenakan penimbangan berat badan balita dapat digunakan sebagai
salah satu cara untuk memantau gizi balita.
e. Sasaran: kader.
f. Bentuk kegiatan: petugas gizi memberi pelatihan berupa materi kepada
kader tentang pentingnya penimbangan berat badan balita serta hal lain yang
berkaitan dengan masalah gizi balita.
g. Waktu kegiatan: 3 bulan sekali.
h. Dana dan peralatan: anggaran Puskesmas.
5.5.

Prioritas Penyelesaian Masalah


Penentuan prioritas penyelesaian masalah dilakukan untuk memilih
alternatif penyelesaian masalah yang paling menjanjikan. Sebelum melakukan
pemilihan sebaiknya dicoba memadukan berbagai alternatif penyelesaian masalah
terlebih dahulu. Bila tidak dapat dilaksanakan barulah dilakukan pemilihan. Cara
pemilihan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks.
Kriteria yang dimaksud, yaitu:

1.

Efektivitas penyelesaian masalah

45

Cara ini dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk alternatif


penyelesaian masalah yang paling tidak efektif sampai skor 5 untuk yang
paling efektif. Untuk menentukan efektifitas ini digunakan kriteria tambahan
sebagai berikut.
a.

Besarnya masalah yang dapat diselesaikan/M (magnitude).

b.

Pentingnya penyelesaian masalah, yang dikaitkan dengan


kelanggengan selesainya masalah/I (importance).

c.

Sensitivitas, yang dikaitkan dengan kecepatan dalam


menyelesaikan masalah/V (vulnerability).

2. Efisiensi penyelesaian masalah


Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya/C (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan penyelesaian masalah. Semakin besar biaya dianggap semakin
tidak efisien (skor sampai dengan 5), sedangkan makin kecil biaya dianggap
semakin efisien (diberi skor 1). Prioritas didapat dengan membagi hasil
perkalian skor M x I x V dengan nilai C. Penyelesaian masalah dengan nilai P
tertinggi adalah prioritas penyelesaian masalah yang dipilih.
Setelah dijelaskan mengenai alternatif penyelesaian masalah yang dapat
dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas alternatif
penyelesaian masalah dengan menggunakan Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Penentuan Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah
N
o
1

2
3
4
5

Alternatif Penyelesaian
Masalah
Pelayanan dengan
kunjungan rumah.
Pembuatan Poster, Leaflet,
dan video penyuluhan
mengenai pentingnya
penimbangan balita
Penyediaan sarana
Posyandu
Pembentukan kader dari
tokoh masyarakat
Penambahan petugas gizi

Efektivitas
M
I
V

Efisiensi
(C)

Jumlah
(M x I x V/C)

25

2,7

2,4

16

7,2

46

Pelatihan kader

25

Untuk nilai efektivitas magnitude (M), skor 5 diberikan pada alternatif


pertama dan keenam. Angka ini diberikan atas pertimbangan bahwa alternatif
pertama diharapkan dapat menyelesaikan masalah karakteristik ibu baik dari
segi persepsi ibu terhadap kurangnya peran kader kesehatan, status bekerja ibu,
kurangnya peran lintas sektor dan jumlah SDM, sedangkan pertimbangan
untuk alternatif keenam dikarenakan alternatif ini diharapkan dapat
meningkatkan kinerja para kader yang nantinya diharapkan akan memperbaiki
persepsi ibu terhadap kurangnya peran kader kesehatan.
Untuk nilai efektivitas (I), angka 5 adalah diberikan pada alternatif
keenam karena dengan

pelatihan kader yang optimal, akan membangun

pondasi yang kuat pada kaderisasi dan berjalannya program posyandu.


Untuk nilai efektivitas (V), angka 5 diberikan pada alternatif pertama.
Hal ini dikarenakan alternatif pertama diharapkan lebih cepat menyelesaikan
masalah yang menyebabkan rendahnya angka capaian jumlah balita yang
menimbang.
Untuk nilai efisiensi (C), angka 4 diberikan pada alternatif pertama
karena agar altternatif tersebut dapat berjalan dengan optimal memerlukan
biaya yang besar. Sedangkan nilai efisiensi pada alternatif keenam diberikan
angka 3 karena pada alternatif ini memerlukan biaya yang lebih sedikit.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa
pelayanan dengan kunjungan rumah dan pelatihan kader merupakan prioritas
penyelesaian masalah yang diharapkan dapat meningkatkan persentase (%)
penimbangan balita di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur. Apabila
solusi ini terwujud maka dengan kedua alternatif tersebut, program
penimbangan berat badan balita khususnya dan kesehatan gizi masyarakat
diharapkan dapat terlaksana dengan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai