Diagnosis
o Selain melaluigambaran klinis, gambaran infiltratpada rontgen
toraks atau tekhnik imaging lainnya, disertai atau tanpa data dari
pemeriksiaan mikrobiologi, cukup untuk menegakkan diagnosis
pneumonia
o Pasien dengan CAP harus diinvestigasi untuk patogen spesifik
sehingga dapat mengubah terapi empriris.
o Tes rutin untuk diagnosis etiologi pneumonia merupakan pilihan
untuk pasien CAP yang rawat jalan.
o Pengambilan darah dan sputum untuk kultur sebelum terapi dimulai
harus dilakukan pada pasien yang menjalani rawat inap, namun
tidak wajib untuk pasien dengan rawat jalan.
o Pasien dengan CAP berat, harus dilakukan cultur darah, tes antigen
urin untuk legionella pneumophilla dan streptococcus pneumoniae,
dan sputum untuk di kultur. Pasien yang diintubasi, harus diambil
sampel dari aspirasi endtrakeal untuk dinilai.
Terapi Antibiotik
o Terapi Empriris (tabel 7)
Pasien Rawat Jalan :
Pasien sehat dan tanpa resiko terinfeksi drug-resistant
S.
pneumoniae
(DRSP):
diberikan
macrolide
(azitromicyn, clarithromycin atau erythromycin)
Pasien dengan komorbiditas, seperti penyakit jantung
kronik, penyakit paru atau ginjal, diabetes melitus,
peminum alkohol, keganasan, asplenia, kondisi
imunosupresi atau penggunaan obat imunosupresi,
penggunaan antimikroba 3 bulan sebelumnya atau
resiko ain untuk DRSP :
o Diberikan
floroquinolone
(meloxifloxacin,gemifoxacin atau levoloxacin
(750 mg)
o B laktam dengan makrolid, amoxicillin dosis
tinggi (1g 3 kali/hari) atau amoxicillinclavulanate (2 g 2 kali/hari) lebih baik;alternatif
pengobatan termasuk ceftriaxon, cefodoxime
dan cefuroxime (500 mg 2x/hari); doxycycline
(alternatif makrolid)
Pada daerah dengan kejadian infeksi tinggi (>25%)
atau angka macrolide resistent S.pneumonia tinggi
(MIC16 ug/mL), dipertimbangkan penggunaan agen
alternatif, walaupun pada pasien tanpa komorbiditas.