Anda di halaman 1dari 151

Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok dari Kemenkes

RI pada Kemasan Rokok terhadap Kesadaran Bahaya Merokok


di Kalangan Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi
Oleh :
Faiz Mochamad
2011 022 043

Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi


Universitas Katolik Atma Jaya
Jakarta
2015

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI


Skripsi dengan nama mahasiswa tersebut dibawah ini telah disetujui untuk diujikan :
NAMA

: Faiz Mochamad

N.I.M

: 2011 022 043

FAKULTAS

: Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI

: Komunikasi

PEMINATAN

: Komunikasi Korporasi

JUDUL SKRIPSI

: Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari


Kemenkes RI Pada Kemasan Rokok Terhadap
Kesadaran Bahaya Merokok Di Kalangan Karyawan
Perkantoran Daerah Mega Kuningan

Jakarta,
Dosen Pembimbing Skripsi

Satria Kusuma Fajar Mahardika, S.S

ABSTRAK
(A) Nama : Faiz Mochamad
(B) NIM : 2011 022 043
(C) Judul : Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI
Pada Kemasan Rokok Terhadap Kesadaran Bahaya Merokok Di Kalangan
Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan
(D) Jumlah Halaman : x + 133 + Gambar + Tabel
(E) Isi Abstrak :
Semakin berkembangnya jaman, membuat lahirnya saluran-saluran
pemasaran baru, di antara banyaknya saluran yang tercipta, internet menjadi
salah satu saluran pemasaran yang menghilangkan beberapa keterbatasan jual
beli. Seiring dengan kemajuan teknologi beserta internet lahirlah e-commerce,
hal ini menjadi menarik diteliti karena penggunaan internet sebagai sarana
jual beli terus meningkat.
Di Indonesia sendiri sudah ada regulasi khusus untuk kegiatan ini
dengan demikian untuk melakukan pemasaran online dibutuhkan banyak
pertimbangan, di antara pertimbangan tersebut brand akan sebuah distributor
online menjadi penting diteliti guna mengetahui apakah ada pengaruh dari
brand awareness distributor online terhadap keputusan pembelian konsumen.
Di dalam penelitian ini digunakan teori-teori pemasaran seperti marketing
mix, brand awareness yang di hubungkan dengan teori keputusan pembelian
AISAS. AISAS merupakan teori yang diciptakan oleh Dentsu dari Jepang.
Model ini mengambarkan lima proses dari kegiatan pembelian. Guna
mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut dilakukan riset secara
kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random
sampling yang mana semua sampel memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih, populasi dalam penelitian ini merupakan followers twitter dari Zalora
Indonesia.
Berdasarkan uji kruskall wallis didapatkan data yang memperlihatkan
pengaruh antara X (brand awareness) dan Y (Keputusan pembelian AISAS),
namun tidak terlalu significant. Dengan menggunakan probability sampling
data yang didapat dari hasil sampling ini dapat digeneralisasikan pada hal
sejenis. Data yang terkumpul terbagi menjadi dua kategori yaitu data primer
dengan cara kuesioner, juga data sekunder melalui studi kepustakaan.
(F) Kata Kunci : Brand Awareness, Distributor online, AISAS, Media Sosial
(G) Daftar Acuan :44 Buku + 9 Website
Dosen Pembimbing Skripsi
Satria Kusuma Fajar Mahardika, S.Sos., M.Si

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT berkat karuniaNya, penulis mampu merampungkan tugas akhir skripsi dengan judul Pengaruh Kampanye
Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI Pada Kemasan Rokok Terhadap Kesadaran
Bahaya Merokok Di Kalangan Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan.
Selama pengerjaan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan saran
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada
1. Bapak Satria Kusuma, S.Sos., M.si, selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan sesuai dengan
syarat akademik yang baik.
2. Ibu Natalia Widiasari, SIP., M.Si, selaku penasehat akademik yang telah
menjadi pembimbing akademik bagi penulis selama masa perkuliahan.
3. Para staff pengajar/dosen beserta segenap karyawan sekretariat FIABIKOM yang
telah mendukung kelancaran prosedur penulisan dan pendaftaran skripsi penulis.
4. Keluarga tercinta, terutama Alm.Ayah, Bunda, Kakak, Syifa yang selalu
memberikan semangat, dorongan, dan perhatian yang tak ternilai.
5. Teman-teman masa sekolah saya dari SMP Labschool Cinere, SMAN 3 Depok,
yang selalu memberikan tawa dan candaan yang sangat jenaka dan tak ternilai
harganya.

6. Teman Band saya dari Circarama yang selalu memberikan hiburan di saat jenuh
dengan bermain musik dibalut dengan canda tawa.
7. Sahabat Backside Brothers, yang telah menjadi sahabat saya semenjak awal
semester mulai masuk kuliah dan memberikan banyak kenangan.
8. Sahabat Dumbo yang selalu memberikan kebahagiaan di saat sedang jenuh
dengan lelucon yang sangat ekslusif.

Penulis sangat menantikan saran dan kritik dari segala pihak agar tugas akhir bisa
disempurnakan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-pembaca dan juga
menjadi salah satu sumbangan penulis di studi Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 8 Juli 2015

Faiz Mochamad

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................................... i


ABSTRAK .................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9
1.4 Batasan Penelitian .................................................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 11
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi ............................................................................................... 14
2.1.1 Definisi komunikasi ................................................................... 14
2.2 Public Relation .......................................................................................... 16
2.2.1 Definisi Public Relation ............................................................. 16
2.2.2 Tugas Public Relation ................................................................ 20
2.2.3 Tujuan Public Relation............................................................... 22
2.3 Public Campaign ....................................................................................... 23

2.3.1 Definisi Public Campaign .......................................................... 23


2.3.2 Langkah-langkah Public Relation Campaign............................. 25
2.3.3 Target Campaign ........................................................................ 27
2.3.4 Pesan Dalam Campaign ............................................................ 30
2.4 Teori Awareness Messages ....................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian ................................................................................. 38
3.2 Metode Penelitian...................................................................................... 39
3.3 Subjek Dan Objek Penelitian .................................................................... 40
3.3.1 Objek Penelitian ......................................................................... 41
3.3.2 Subjek Penelitian........................................................................ 41
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................. 41
3.4.1 Variabel Bebas ........................................................................... 42
3.4.2 Variabel Terikat ......................................................................... 42
3.4.3 Pengukuran Variabel ................................................................. 43
3.5 Populasi dan Sampel ................................................................................. 44
3.5.1 Populasi Penelitian .................................................................... 44
.

3.5.2 Sampel Penelitian ...................................................................... 45


3.5.3 Teknik Sampling ........................................................................ 46
3.5.4 Ukuran Sampel ........................................................................... 46
3.6 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 47
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 49

3.7.1 Uji Validitas .............................................................................. 49


3.7.2 Uji Reliabilitas ........................................................................... 52
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................ 53
3.9 Hipotesis Statistik .................................................................................... 56
3.10 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 57
BAB IV TINJAUAN UMUM
4.1 Sejarah Kementerian Kesehatan RI .......................................................... 58
4.2 Visi dan Misi Kementrian Kesehatan RI .................................................. 60
4.3 Program Kegiatan Kampanye Kesehatan Kemenkes RI ........................... 62
4.4 Kampanye Kesehatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI .................... 64
4.5 Strategi Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI ...... 68
4.6 Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok .............. 74
4.7 Peran Perusahaan Produsen Rokok ........................................................... 79

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN


5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ........................................ 82
5.1.2. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan ........................... 83
5.1.3 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan................ 84
5.1.4 Jumlah Responden Bedasarkan Kuantitas Merokok .................. 85

10

5.2 Analisis Deskriptif Kampanye Peingatan Bahaya Merokok ..................... 86


5.3 Analisi Deskriptif Kesadaran Bahaya Merokok ...................................... 97
5.4. Nilai Rata-Rata Variabel ........................................................................ 109
5.5 Perhitungan Korelasi dan Regresi Linier Sederhana ............................. 111
5.6 Diskusi Hasil Penelitian ......................................................................... 117
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 118
6.2 Implikasi Penelitian ................................................................................. 120
6.3 Saran Penelitian ....................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CATATAN KONSULTASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

S-M-R-C-E .......................................................................................... 15

Gambar 2.2

Action- Communication- Evaluation .................................................. 18

Gambar 2.3

Kerangka Pikiran ................................................................................. 37

Gambar 4.1

Poster Peringatan Bahaya Merokok .................................................... 67

Gambar 4.2

Poster Peringatan Bahaya Merokok 2 ................................................. 68

Gambar 4.3

Struktur Organisasi Kemenkes RI....................................................... 71

Gambar 4.4

Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Setiap Kemasan Rokok ............ 79

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Skor Pada Skala likert ......................................................................... 44

Tabel 3.2

Tabel hasil uji validitas ....................................................................... 50

Tabel 3.3

Tabel uji reliabilitas............................................................................. 53

Tabel 3.4

Tabel Koefisien Korelasi..................................................................... 55

Tabel 5.1.1

Responden Berdasarkan Usia .............................................................. 83

Tabel 5.1.2

Responden Berdasarkan Pendidikan ................................................... 84

Tabel 5.1.3

Responden Berdasarkan Pendapatan................................................... 85

Tabel 5.1.4

Responden Berdasarkan Kuantitas Merokok ................................................ 86

Tabel 5.2.1

Mengetahui Gambar Peringatan .......................................................... 87

Tabel 5.2.2

Mengerti Makna Gambar Peringatan ............................................................ 88

Tabel 5.2.3

Menganggap Tampilan Gambar Sudah Sesuai ................................... 89

12

Tabel 5.2.4

Sering Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan.......... 90

Tabel 5.2.5

Ukuran Gambar Peringatan Sesuai ..................................................... 91

Tabel 5.2.6

Gambar Peringatan Menarik Perhatian ......................................................... 92

Tabel 5.2.7

Gambar Peringatan Bahaya Merokok nyata dan menyeramkan ......... 93

Tabel 5.2.8

Letak gambar peringatan bahaya merokok sudah sesuai .............................. 94

Tabel 5.2.9

Letak gambar peringatan mudah untuk di lihat ............................................ 95

Tabel 5.2.10 Melihat jelas gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan ...... 96
Tabel 5.3.1

Rokok Tidak Baik Bagi Kesehatan ..................................................... 97

Tabel 5.3.2

Rokok Menghabiskan uang dan membahayakan kesehatan ............... 98

Tabel 5.3.3

Paham akan dampak yang ditimbulkan............................................... 99

Tabel 5.3.4

Cemas akan kesehatan....................................................................... 100

Tabel 5.3.5

Sependapat bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit ................... 101

Tabel 5.3.6

Tidak Mengalamai Gejala Penyakit .................................................. 102

Tabel 5.3.7

Bersedia menggunakan smoking room ............................................. 103

Tabel 5.3.8

Bersedia mengurangi jumlah batang rokok....................................... 104

Tabel 5.3.9

Tidak Bersedia apabila diminta langsung berhenti ..................................... 105

Tabel 5.3.10

Bersedia mengambil perubahan sikap ........................................................ 106

Tabel 5.3.11 Merasa takut untuk merokok............................................................. 107


Tabel 5.3.12

Mencari Informasi Lebih Lanjut ................................................................. 108

Tabel 5.4.1

Rentang skala OMS ......................................................................... 110

Tabel 5.4.2

Hasil OMS .................................................................................................. 111

Tabel 5.5.1

Tabel Koefisien Korelasi................................................................... 113

13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini jumlah perokok di Indonesia sangatlah banyak dan tidak mengenal
umur, mulai dari umur yang muda sampai yang tua, bahkan anak-anak yang dibawah
umur pun banyak yang sudah merokok dikarenakan rokok di Indonesia sangatlah
mudah dibeli, walaupun sebenarnya di Indonesia sudah menetapkan dibawah umur 18
tahun tidak boleh merokok. Harga rokok di Indonesia pun bisa dibilang murah di
banding dengan negara lain, misalnya jika di negara Amerika Serikat harga satu
bungkus rokok adalah seharga 11 U$ - 12 U$ atau sekitar Rp.120.000,00
Rp.130.000,00 pada tahun 2010 (http://www.voaindonesia.com). Sedangkan di
Indonesia seharga Rp.7000,00 saja sudah bisa mendapatkan satu bungkus rokok
dengan merek tertentu, dan yang lebih parahnya lagi di Indonesia rokok bisa dibeli
dengan cara membeli perbatang rokok, biasanya harga satu batang rokok berkisar
antara 1000 1500 Rupiah dan itulah sebabnya perokok di Indonesia sangatlah
banyak sekali dan tidak mengenal umur.
Selain hal yang sudah dijelaskan sebelumnya di Indonesia pun banyak sekali
pabrik rokok yang menggunakan hasil panen dari tembakau khas Indonesia dan
Indonesia pun merupakan salah satu negara produsen tembakau yang berkualitas. Di
karenakan hal-hal yang telah disebutkan di atas, itulah mengapa jumlah perokok di

14

Indonesia sangatlah banyak dan tidak mengenal umur. Demikian juga terungkap
dalam penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation University of
Washington yang mengkaji tingkat perokok dari tahun 1980-2012 . Berdasarkan data
dari 187 negara, Timor Leste dan Indonesia menduduki peringkat pertama dan kedua
dalam soal banyaknya jumlah perokok. Di Timor Leste, 61 persen penduduk
merokok, sementara di Indonesia, porsinya adalah 57 persen. Menurut penelitian ini,
jumlah perokok secara keseluruhan meningkat dalam 30 tahun terakhir disebabkan
karena meningkatnya jumlah penduduk dunia. Sebenarnya secara persentase, mereka
yang merokok menurun, yaitu sekarang ini sekitar 42 persen di kalangan wanita dan
sekitar 25 persen di kalangan pria (http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/201401-08/jumlah-perokok-di-indonesia-semakin-meningkat/1244776). Dan ada juga
hasil dari penelitian dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia yang mengatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat,
yaitu pada tahun 1995, jumlah perokok di Indonesia mencapai 27 persen dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan tahun 2011, jumlah perokok meningkat menjadi 36
persen. Untuk penduduk pria di Indonesia, jumlah perokok mencapai 50 persen pada
tahun 1995. Tahun 2011 meningkat menjadi 67 persen. Ini berarti setiap dua dari tiga
penduduk di Indonesia adalah perokok. Untuk penduduk wanita, jumlah perokok
hanya mencapai 1 persen pada tahun 1995. Jumlah ini menjadi 4 persen pada tahun
2011. Dilihat dari data di atas yang telah disebutkan, maka peningkatan jumlah
perokok di Indonesia juga cukup signifikan (http://nasional.republika.co.id).

15

Dilihat dari peningkatan jumlah perokok di Indonesia yang cukup signifikan,


maka pemerintah melalui Kementrian Kesehatan tidak hanya memasang kampanye
yang berupa gambar peringatan bahaya merokok pada puskesmas, rumah sakit,
tempat kerja, tempat menimba ilmu dan angkutan umum saja. Melainkan pada
kemasan rokok sesuai dengan PP tembakau no 109 tahun 2012 yang harus
direalisasikan mulai pada tanggal 24 Juni 2014 (www.Depkes.go.id) dengan
ketentuan pemerintah mengharuskan memasang gambar tersebut besarnya 40 % dan
harus berwarna juga tidak tertutup selubung sehingga mudah dilihat dari luar
(http://www.tempo.co). Pesan pada kemasan rokok harus menunjukkan besarnya
resiko merokok, karena peringatan kesehatan akan bahaya merokok berbentuk
gambar di kemasan rokok adalah penting, terutama di negara dimana masih terdapat
buta huruf atau perokok tidak peduli akan peringatan kesehatan akan bahaya
merokok. Peringatan kesehatan akan bahaya merokok berbentuk gambar pada
kemasan rokok harus dengan pesan tunggal dan harus diganti secara periodik agar
tidak kehilangan dampaknya dan mulai pada tanggal 24 Juni 2014 pemerintah
mengganti pesan peringatan bahaya merokok menjadi Peringatan: Merokok
Membunuhmu, Peringatan: Merokok sebabkan kanker mulut, Peringatan:
Merokok dekat anak berbahaya bagi mereka, Peringatan: Merokok sebabkan
kanker paru-paru dan bronkitis kronis, Peringatan: Merokok sebabkan kanker
tenggorokan dan semua pesanya sesuai dengan gambar peringatan yang
dicantumkan pada setiap kemasan rokok, juga harus dicantumkan pada setiap semua
merek rokok yang di produksi di Indonesia dan jika suatu produsen rokok tersebut
16

tidak mencantumkan pesan dan gambar peringatan pada kemasan rokok maka akan
dikenakan sanksi penjara 5 tahun dan dikenakan denda 500 juta rupiah sesuai dengan
Pasal 199 Undang-undang no 36 tahun 2009 (www.Depkes.go.id)
Dilihat

dari

upaya

Kementrian

Kesehatan

RI

yang mengharuskan

mencamtunkan pesan dan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok
menjelaskan bahwa efektivitas dari pesan peringatan kesehatan berbentuk tulisan
pada kemasan rokok yang beredar di pasaran pasaran Indonesia telah dievaluasi oleh
PPK, UI tahun 2007 menunjukkan bahwa lebih dari 90% responden pernah membaca
peringatan kesehatan bentuk tulisan pada kemasan rokok, masing-masing 97%
perokok dan 83% bukan perokok; akan tetapi 43% tidak percaya karena merasa tidak
terbukti, 26% tidak termotivasi berhenti merokok dan 20% mengatakan tulisan terlalu
kecil dan tidak terbaca. Dari studi ditemukan bahwa 76% responden menginginkan
peringatan kesehatan berbentuk gambar & tulisan, sepertiga jumlah perokok bahkan
menginginkan pesan yang spesifik dan menakutkan untuk si penerima pesan
(http://www.promkes.Depkes.go.id) . Dan Kementrian Kesehatan RI pun telah
menetapkan 5 gambar peringatan bahaya merokok yang di cantumkan pada setiap
kemasan rokok yang telah ditetapkan mulai 24 Juni 2014 adalah: gambar pertama
yaitu gambar seorang bapak-bapak yang merokok dan asapnya membentuk kepala
tengkorak manusia yang mengibaratkan bahwa merokok membunuhmu dan
mendekatkan dengan kematian, gambar kedua yaitu gambar seorang bapak-bapak
yang menggendong anaknya dan berisi pesan bahwa merokok dekat anak berbahaya

17

bagi mereka, gambar ketiga yaitu gambar mulut yang sedang terkena kanker mulut
akibat merokok, gambar keempat yaitu gambar paru-paru yang kondisinya tidak
normal karena terkena kanker paru-paru dan bronkhitis akibat merokok, gambar
kelima yaitu gambar tenggorokan yang kondisinya sedang terkena kanker
tenggorokan akibat merokok. Dari gambar yang sudah dijelaskan di atas, menurut
saya pemerintah sudah cukup peduli akan kesehatan warganya, karena dari setiap
gambar peringatan yang dicantumkan pada setiap kemasan rokok sangatlah terlihat
nyata dan cukup menyeramkan bagi perokok, dan dilihat dari pesan yang diberikan
dari Kementrian Kesehatan kepada para perokok sudah cukup jelas bahwa gambar
peringatan tersebut menjelaskan bahwa merokok sangat tidak baik untuk kesehatan
dan merokok itu bahaya untuk kesehatan karena mengandung zat kimia yang bersifat
karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga memicu terjadinya
kanker, seperti kanker paru, emfisema, dan bronkitis kronik. Atau juga kanker lain,
seperti kanker nasofarings, mulut, esofagus, pankreas, ginjal, kandung kemih, dan
rahim (http://www.tribunnews.com).
Dilihat dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, penulis menetapkan
judul penelitian sebagai berikut: Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya
Merokok dari Kemenkes RI pada Kemasan Rokok terhadap Kesadaran Bahaya
Merokok di Kalangan Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan.

18

Penelitian terdahulu
Nama
Peneliti,
Tahun

Masalah
Penelitian

Teori

Metode
Penelitian

Temuan (Hasil)
Penelitian

Aldini Pratiwi
Analisis Peran
A, Fakultas
Dan Strategi
Ilmu Sosial
Kampanye
dan Ilmu
Humas Oleh
Politik,
Corporate
Hubungan
Commuication
Masyarakat,
Dalam
Universitas
Mensosialisasikan
Indonesia,
Merger Kepada
2009
Nasabah

Teori
Kampanye
Humas

Kualitatif

Kampanye PR
sebagai proses
sosialisasi
merger yang
telah dilakukan
oleh pihak
corpcom adalah
konfrensi pers,
management
walkabout,
iklan billboard
serta direct mail
kepada seluruh
nasabah

Ribka
Zefanya,
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ilmu Politik,
Hubungan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia,
2009

Teori Social
Marketing
Campaign

Kualitatif

Kunci dari
kesuksesan
kampanye tak
lepas dari
pemerintah
yang bersedia
terlibat
langsung dalam
kegiatan yang
dilaksanakan,
Adanya
dukungan dari
media dan
pemerintah
membuat
kampanye
berjalan lancar

Analisi Strategi
Media Dan
Government
Relations Dalam
Kampanye
Pemasaran Sosial
(studi Kasus Pada
Peringatan Hari
Osteoporosis
Nasional Di
Jakarta Periode
2007-2009 oleh
Anlene
Indonesia)

19

Stella Melani
Ismail,
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ilmu Politik,
Hubungan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia,
2004

Kampanye Public
Relations dalam
membentuk sikap
khalayak (Studi
pada kampanye
stop trafficking
children and your
people yang
diselenggarakan
oleh body shop
Indonesia)

Teori
Kampanye
Kehumasan

Kualitatif

Kampanye
tidak
sepenuhnya
berjalan dengan
baik. Hal ini
terlibat dari
spokeperson
yang belum
maksimal
dalam
menyampaikan
pesan kepada
khalayak
sasaran
kampanye.

Sumber : Perputaskaan Universitas Indonesia

Dilihat dari ketiga penelitian di atas, penelitian pertama berfokus pada kampanye
humas yang dilakukan oleh corporate communication dalam mensosialisasikan
merger kepada nasabah pada suatu bank. Dalam penelitian ini si peneliti
menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai pihak bank, dan kesimpulan
dari kampanye humas yang dilakukan dari bank tersebut adalah kampanye PR
berjalan lancar. Karena pihak corcom melakukan berbagai bentuk kampanye seperti
konfrensi pers, manajemen walkabout, iklan billboard, serta direct mail kepada
seluruh nasabah.
Penelitian kedua meneliti tentang Kampanye pemasaran sosial pada peringatan
hari osteoporosis nasional oleh Anlene Indonesia. Dalam penelitian ini si peneliti
menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai pihak Anlene yang
menyelenggarakan acara peringatan hari osteoporosis nasional. Kunci dari
20

kesuksesan kampanye tak lepas dari pemerintah yang bersedia terlibat langsung
dalam kegiatan yang dilaksanakan dan adanya dukungan dari media

membuat

kampanye berjalan lancar.


Penelitian ketiga meneliti tentang Kampanye PR dalam membentuk sikap
khalayak. Dalam penelitian ini si peneliti menggunakan teori kampanye kehumasan
untuk membentuk sikap khayalak dan menggunakan metode penelitian kualitatif,
hasil dari penelitian bahwa kampanye tidak berjalan dengan baik dikarenakan
spokeperson yang belum maksimal dalam menyampaikan pesan kepada khalayak
sasaran kampanye.

Penelitian Sekarang
Dalam penelitian yang sekarang ini peneliti akan meneliti tentang kampanye
publik kesehatan yang dilakukan Kemenkes RI yang berisi tentang peringatan bahaya
merokok dalam bentuk gambar yang tercantum pada setiap kemasan rokok yang ada,
gambar ini dimaksudkan untuk menyadarkan para konsumen rokok bahwa merokok
itu berbahaya bagi kesehatan, peneliti akan menggunakan teori kampanye sosial dan
kampanye publik tentang kesehatan, dan peneliti akan menggunakan metode
penelitian kuantitatif agar mengetahui pengaruh dari kampanye yang berbentuk
gambar tersebut pada kemasan rokok.

21

1.2 Perumusan Masalah


Gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan telah diaplikasikan sejak tanggal 24 Juni 2014. Semua
perusahaan rokok harus mencantumkan di setiap kemasan rokok yang mereka jual,
ada lima gambar yang telah diaplikasikan. Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dijabarkan, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimana Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok dari Kemenkes
RI pada Kemasan Rokok Terhadap Kesadaran Bahaya Merokok di Kalangan
Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok dari


Kemenkes RI pada Kemasan Rokok terhadap Kesadaran Bahaya Merokok di
Kalangan Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan.
2. Untuk Mengetahui Seberapa Besar Pengaruh dari Kampanye Peringatan
Bahaya Merokok dari Kemenkes RI pada Kemasan Rokok Terhadap
Kesadaran Bahaya Merokok di Kalangan Karyawan Perkantoran Daerah
Mega Kuningan.

22

1.4 Batasan Penelitian


Untuk lebih memfokuskan penelitian yang akan dilakukan maka dipaparkan
batasan dibawah ini :
1. Batasan objek penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi objek penelitian yaitu karyawan
perkantoran yang mengonsumsi rokok dan berjenis kelamin pria berumur
sekitar antara 21-54 tahun yang bekerja kantoran di daerah Mega
Kuningan.
2. Batasan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di daerah perkantoran wilayah Mega
Kuningan. Batasan lokasi penelitian didasarkan pada batasan waktu
penelitian dan berdasarkan populasi dari lokasi tersebut dikarenakan
banyaknya karyawan perkantoran yang mengonsumsi rokok di daerah
tersebut, pertimbangannya adalah jika banyak karyawan yang merokok
maka mereka pasti melihat kampanye yang dilakukan oleh Kemenkes RI
berupa gambar peringatan bahaya merokok yang terletak pada setiap
kemasan rokok.

23

1.5 Manfaat Penelitian


a) Secara Teoritis
Memperkaya ilmu dan teori akan social campaign dan public
campaign yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian Kesehatan,
dan mengetahui pengaruh dari pesan bergambar terhadap kesadaran
(awareness) dari seseorang.
b) Secara Praktis
Dapat mengetahui apakah kampanye berbentuk pesan gambar
peringatan bahaya merokok yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui
Kementrian Kesehatan RI pada kemasan rokok dapat menyadarkan
seseorang akan bahaya merokok di kalangan karyawan perokok.
1.6 Sistematika Penulisan
Gambaran mengenai isi skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I.

PENDAHULUAN
Pada bagaian ini akan diuraikan latar belakang masalah penelitian,
perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian,
serta manfaat pdari adanya penelitian ini hinga sistematika penulisan.
Dengan adanya bagaian ini akan mempermudah penelitian dan akan

24

memberikan suatu kejelasan mengenai apa masalah yang akan dibahas


dalam skripsi ini.
BAB II. LANDASAN TEORI
Pada bagian ini akan diuraikan teori-teori apa saja yang relevan
dengan topic penelitian. Dikarenakan penulis akan membahas
mengenai pengaruh kampanye bahaya peringatan merokok yang
dilakukan oleh Kemenkes RI terhadap konsumen rokok maka penulis
akan menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan topik tersebut
seperti teori kampanye sosial dan kampanye publik tentang kesehatan,
seperti apa saja unsur-unsur yang ada dalam teori kampanye tersebut,
pesan seperti apa yang harus dilakukan agar menyadarkan publik akan
pentingnya kesehatan, dan juga pesan seperti apa yang baik untuk
disampaikan

dalam

kampanye

tersebut.

Penulis

juga

akan

menggunakan teori awareness yang berisi bagaiamana pesan dari


kampanye tersebut dapat menyadarkan beberapa publik yang dituju
dan pesan seperti apa yang bisa mempengaruhi kesadaran dari
seseorang. Pada bagian ini pula akan diuraikan bagaimana kerangka
berfikir yang akan digunakan penulis sehingga akan terlihat jelas
bagaimana jalanya pemikiran penulis serta hipotesis penelitian yang
akan digunakan untuk menduga jawaban sementara dari penelitian
yang dilakukan sesuai dengan teori yang relevan.

25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


Pada bagian ini akan diuraikan mengenai metode yang akan dipakai
dalam penelitian, definisi operasional variabel dan pengukuranya,
informasi tentang populasi, besarnya sampel dan cara pemilihan untuk
survey, metode pengumpulan data, uji instrument pengumpulan data
serta cara analisis data.
BAB IV. PROFIL SUBJEK PENELITIAN
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum
perusahaan seperti sejarah perusahaan, para pemangku jabatan, visimisi perusahaan, nilai perusahaan, dan pencapaian perusahaan untuk
kedepannya.
BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini mencakup hasil penelitian yang sudah diteliti serta
penjelasan deskriptif dari penelitian yang sudah dilakukan.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian yang terakhir ini, penulis menjawab hasil penelitian yang
merupakan jawaban atas masalah penelitian, temuan-temuan saat
penelitian serta saran ilmiah maupun saran praktis.

26

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi menurut Cutlip (2009) adalah proses timbal balik (resiprokal)
pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk, atau memberi perintah,
berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para
komunikator dan konteks sosialnya.
Komunikasi intrapersonal menurut Dean C Barnlund (1968) adalah proses
pengolahan dan penyusunan informasi melalui sistem syaraf yang ada di dalam otak
kita, yang disebabkan oleh stimulus yang ditangkap oleh panca indera. Proses
berpikir adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu.
Seperti misalnya pesan gambar peringatan bahaya merokok yang cukup nyata, apakah
pesan tersebut dapat menyadarkan kita akan efek dari mengkonsumsi rokok dengan
mengolah pesan gambar peringatan tersebut ke dalam proses berpikir kita.
Komunikasi menurut Model Maletzke (1963) Khalayak penerima pesan di
dalam melakukan pencarian informasi, disebabkan oleh kebutuhan rasa ingin tahu
(need cognition), dan gaya instuisi seoseorang (personal cognition). Dengan
menerima pesan dari gambar peringatan yang ada di kemasan rokok bisa

27

mengakibatkan khalayak dari penerima pesan tersebut mencari tahu kebenaran dari
isi pesan tersebut.
Pada pesan kampanye sosial salah satunya mengacu pada paradigma
komunikasi menurut Laswell (1984) siapa mengatakan apa melalui saluran apa
kepada siapa dengan efek apa. Seperti yang mengacu pada penelitian ini yaitu
pemerintah memberikan pesan kampanye kesehatan melalui saluran media kemasan
rokok kepada para konsumen rokok dan diharapkan memberikan efek sadar bahwa
merokok itu berbahaya bagi kesehatan. Pada media kemasan rokok sudah diberikan
pesan bergambar yang menyeramkan bagi kesehatan, dalam mengonsumsi rokok.
Sebagai perbandingan dapat kita sebutkan model proses komunikasi yang
disampaikan oleh Everett M. Rogers dan W. Floyd Shoemaker (1971), a common
model of communication proses is that sources-messages-channel receiver-effects
atau lebih dikenal dengan formula S-M-C-R-E.
Gambar 2.1
S-M-C-R-E

Source
(Sumber)
Kemenkes RI

Message
(Pesan)

Channel
(Media)

Kampanye

Kemasan

Peringatan

Rokok

Bahaya rokok

Receiver
(Penerima)
))a)

Konsumen
Rokok

Effect
(Efek)
kesadaran
Bahaya
Merokok

28

Dari gambar diatas menjelaskan bahwa teori yang disampaikan oleh Everett M.
Rogers dan W. Floyd Shoemaker (1971), a common model of communication proses
is that Sources-Messages-Channel-Receiver-Effects atau lebih dikenal dengan
formula S-M-C-R-E menjelaskan bahwa jika diaplikasikan kedalam penelitian ini
source atau sumber tersebut adalah pemerintah melalui Kemenkes RI, yang
memberikan kampanye yang berupa pesan bergambar peringatan akan bahaya
merokok melalui media kemasan rokok yang pasti dilihat oleh para konsumen rokok
jika membeli satu bungkus rokok, lalu diharapkan pesan bergambar itu dapat
memberikan efek jera untuk berhenti mengonsumsi rokok dan sadar bahwa merokok
itu berbahaya bagi kesehatan, dikarenakan kampanye kesehatan dari Kemenkes RI
berupa gambar peringatan tersebut sangatlah nyata dan menyeramkan bagi para
konsumen rokok yang melihatnya.
2.2 Teori Public Relations
2.2.1 DefinisiPublic Relations
Public Relations

adalah fungsi

manajemen

yang membangun

dan

mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan


publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut (Jenkins
2004, h. 2)

29

Public Relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua
jenis organisasi, baik itu yang bersifat komersial maupun non-komersial, di sektor
publik (pemerintah) maupun privat (pihak swasta) (Jenkins 2004, h. 2).
Public Relations adalah proses dari serangkaian tindakan, perubahan, atau
fungsi yang membawa hasil. Salah satu cara yang populer untuk menggambarkan
suatu proses dan mengingat komponen-komponennya adalah dengan menggunakan
akronim dari RACE yaitu Research dengan mengetahui suatu masalah atau situasinya
, Action (Program Planning) Dengan mengetahui bagaimana bertindak dalam
menyelesaikan masalah, Communication (execution) Mengetahui bagaiamana cara
memberi tahu kepada publik, dan Evaluation mengetahui apa yang telah digapai
publik dan apa efeknya ( Wilcox, Cameron, Ault & Agee 2003, h. 6-7). Dari definisi
diatas jika diaplikasikan kedalam penelitian ini Action yang dilakukan Kemenkes RI
adalah kampanye kesehatan berupa gambar peringatan akan efek dari bahaya
merokok seperti gambar orang yang terkena kanker mulut, kanker tenggorokan,
kanker paru-paru dan gambar lainya untuk memberikan pesan bahwa efek dari
mengonsumsi rokok adalah tidak baik untuk kesehatan dan menimbulkan penyakit
yang cukup menyeramkan bagi manusia. Communication (execution) bagaimana
pesan itu diberikan kepada publik dengan menaruh gambar peringatan tersebut pada
kemasan rokok diikuti tulisan peringatan yang tercantum dibawah setiap gambar
peringatan yang pasti dilihat oleh semua konsumen rokok jika membeli satu bungkus
rokok, dengan itu otomatis si pengonsumsi rokok melihat pesan dari gambar

30

peringatan tersebut. Terakhir adalah evaluation yaitu hasil dari program kampanye
kesehatan yang dilakukan Kemenkes RI, apakah upaya yang dilakukan tersebut telah
mencapai target dan berhasil mengurangi angka kematian karena rokok dan juga
mengurangi jumlah pengonsumsi rokok yang ada di Indonesia karena timbulnya
awareness ( kesadaran) akan bahaya merokok.
Gambar 2.2
Action-Communication-Evaluation
Action (Program
Planning)

Communication
(Execution)

Kampanye Peringatan

Gambar Peringatan

Bahaya Merokok

Bahaya Merokok

Evaluation

Hasil
Kampanye

Setiap program PR pasti mempunyai pesan untuk khalayak, khalayak adalah


sekelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik
secara internal maupun internal. Meskipun khalayak dari suatu organisasi boleh jadi
berbeda dari khalayak organisasi-organisasi lainnya, tetapi kita dapat dapat
mengidentifikasikan adanya sepuluh khalayak utama yang paling sering menjadi

31

subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum. Kesepuluh khalayak
tersebut adalah:
a. Masyarakat luas
b. Calon pegawai atau anggota
c. Para pegawai atau anggota
d. Pemasok jasa dan berbagai macam barang
e. Para investor-pasar uang
f. Para distributor
g. Konsumen dan pemakai produk organisasi
h. Para pemimpin pendapat umum
i. Serikat-serikat pekerja
j. Media massa

i) Meskipun secara keseluruhan, segenap khalayak PR itu lebih besar


daripada target khalayak yang bisa dibidik oleh sebuah biro iklan,
sebenarnya masih banyak lagi jenis khalayak PR lainya (Jefkins & Yadin
2004, h. 80-81). Dalam penelitian ini program kampanye yang di lakukan
oleh Kemenkes RI ditujukan kepada khalayak masyarakat luas, terutama
masyarakat yang mengonsumsi rokokok. Beberapa alasan pokok mengapa
suatu organisasi atau perusahaan harus menetapkan unsur masyarakat luas
yang menjadi khalayaknya (Jefkins & Yadin 2004, h.86) :

32

(a) Untuk mengidentifikasikan segmen khalayak atau kelompok yang


tepat untuk dijadikan sasaran suatu program PR.
(b) Untuk menciptakan skala prioritas, berkaitan dengan adanya
keterbatasan anggaran dan sumber-sumber daya lainnya.
(c) Untuk memilih media dan teknik PR yang sekiranya paling sesuai.
(d) Untuk mempersiapkan pesan-pesan sedemikian rupa agar efektif
dan mudah diterima oleh publiknya.

2.2.2 Tugas Public Relations


Dalam program Public Relations, komunikasi adalah pelaksanaan dari suatu
keputusan, proses, dan cara agar objektivitas tercapai. Sebuah strategi dan taktik dari
suatu program dapat berupa siaran berita, konferensi pers, acara khusus, brosur,
pidato, stiker, buletin, demonstrasi, poster, dan media jenis lainya (Wilcox, Cameron,
Ault & Agee2003, h. 164). Misalnya strategi dan taktik dari kampanye kesehatan dari
Kemenkes RI untuk mengurangi jumlah pengonsumsi rokok adalah dengan
memberikan gambar peringatan bahaya merokok yang diberikan dari Kemenkes RI
agar menyadarkan para konsumen rokok bahwa merokok itu berbahaya bagi
kesehatan melalui media kemasan rokok untuk memberikan efek kesadaran pada
konsumen rokok bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan.

33

Public Relations didefinisikan sebagai manajemen komunikasi antara


organisasi dengan masyarakat untuk saling membangun keuntungan, hubungan
timbal balik (Cutlip, Center, & Broom, 1994; Grunic, 1992). Sedangkan definisi dari
Kampanye komunikasi publik berfokus pada kegiatan yang diarahkan pada tujuan
komunikasi yang ditujukan kepada kelompok sasaran, definisi kontemporer Public
Relations fokus pada praktek sebagai kegiatan profesional yang muncul dan juga
sebagai fungsi manajemen dalam organisasi. Jadi praktisi PR yang mengelola
kampanye komunikasi publik untuk membawa perbuhan dalam populasi sasaran.
Seringkali dalam waktu yang non-for-profit sector, praktisi PR mencari keuntungan
non-komersial bagi individu atau masyarakat atau keduanya. Jadi kalau Public
Relations itu hubungan organisasi atau perusahaan dengan masyarakat untuk saling
membangun keuntungan, dan kalau kampanye publik lebih berfokus pada kegiatan
yang dilakukan seperti Kementrian Kesehatan RI membuat kampanye peringatan
bahaya merokok melalui pesan dan gambar peringatan pada kemasan rokok yang
ditujukan untuk masyarakat yang mengonsumsi rokok.
Secara umum, public relations dapat diartikan sebagai penyambung lidah
perusahaannya dalam hal mengadakan hubungan timbal balik dengan pihak luar dan
dalam perusahaan. Jadi, tidak hanya bertugas sebagai saluran informasi dari
perusahaan kepada publiknya, melainkan juga merupakan saluran informasi dari
publik kepada perusahaan. Informasi yang datang dari publik merupakan opini publik
sebagai umpan balik dari informasi yang diberikan oleh perusahaan. Demikian pula

34

fungsi public relations sebagai sumber informasi, tidak hanya bagi pihak luar saja,
melainkan juga merupakan sumber informasi bagi publik di dalam perusahaan,
terutama bagi pimpinan perusahaan.
2.2.3 Tujuan Public Relations
. Tujuan dari proses komunikasi dalam public relations adalah untuk
menginformasikan, membujuk, memotivasi, atau mencapai pengertian satu sama lain
(Wilcox, Cameron, Ault & Agee2003, h. 164). Pesan kampanye peringatan bahaya
merokok yang diberikan Kemenkes RI pada kemasan rokok dimaksudkan untuk
menginformasikan kepada konsumen rokok bahwa merokok itu berbahaya bagi
kesehatan, dan membujuk agar untuk tidak mengkonsumsi rokok sehingga konsumen
rokok sadar akan bahaya merokok itu berbahaya bagi kesehatan.
Tujuan dari Public Relations juga adalah untuk komunikasi persuasi. Persuasi
terutama juga terkait dengan advokasi atau pendekatan asimetris untuk komunikasi
strategis, dimana sebuah organisasi menyajikan titik pandang mereka dalam upaya
untuk meyakinkan publik dalam memberikan persetujuan dan dukungan mereka.
Dalam hubungan masyarakat, organisasi mencoba meyakinkan publik untuk setuju
dengan konsep yang dibuat, mendukung suatu kandidat, atau mengikuti prosedur
tertentu. Dalam kampanye publik kesehatan misalnya mencoba untuk mempersuasi
orang yang berumur muda untuk tidak merokok karena berbahaya bagi kesehatan
(Smith 2002, h. 115)

35

2.3 Teori Public Campaign


2.3.1 Definisi Campaign
Definisi kampanye menurut Rogers & Storey (1987) adalah serangkaian
kegiatan komunikasi bertujuan menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman,
kesadaran, minat, dan dukungan dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi
lembaga atau organisasi yang diwakilinya
Secara garis besar definisi kampanye menurut Leslie bahwa kampanye
komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung
ditujukan kepada khalayak tertentu pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Kampanye juga dianggap sebagai program pelayanan
publik jika tujuan mereka didukung secara luas oleh masyarakat dan pembuat
kebijakan. Jika tujuan mereka adalah kontrovesial, bagaimanapun maka kampanye
dianggap sebagai strategi advokasi (Rice & Atkin, 2001, h. 3)
Dengan mengadaptasi definisi dari rogers dan Storey (1987), Rice dan Atkin
(1989) mendefinisikan kampanye komunikasi publik sebagai upaya yang bertujuan
untuk menginformasikan, membujuk, atau memotivasi perubahan perilaku yang
didefiniskan benar dalam audiens yang berjumlah besar, umumnya untuk manfaat
yang berupa non-komersial kepada individu dan masyarakat, biasanya dalam jangka
waktu tertentu, dengan cara aktif menggunakan komunikasi terorganisir yang
melibatkan media massa dan sering dilengkapi dengan dukungan antar-pribadi.

36

Seperti dalam penelitian ini Kemenkes RI membujuk kepada masyarakat yang


mengonsumsi rokok untuk tidak lagi merokok melalui kampanye peringatan bahaya
merokok yang berupa gambar menyeramkan dan dicantumkan pada kemasan rokok,
tujuan dari Kemenkes RI ini ingin berkurangnya konsumen rokok yang ada di
Indonesia dan bukanlah tujuan yang komersial.
Karena niat kampanye komunikasi publik yang membuat individu atau
masyarakat yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai sosial non-universal, kampanye
komunikasi publik dapat dilihat sebagai strategi pengendalian sosial karena satu
kelompok telah dipengaruhi kelompok itu sendiri untuk mempengaruhi keyakinan
perilaku kelompok lain. Tetapi memang semua kampanye komunikasi publik mencari
beberapa perubahan dalam kelompok sasaran, sering tanpa kolaborasi yang pasti
siapa target kampanye yang itu akan diberikan (Charles & Atkin 2001, h. 232).
Dua definisi yang berbeda namun saling melengkapi kampanye komunikasi
publik sering digunakan. Definisi dalam hal tujuan berfokus pada niat satu kelompok
untuk mengubah keyakinan atau perilaku kelompok lain. Definisi ini muncul ketika
ada niat yang kontroversial, seperti kampanye tentang aborsi. Implikasi paling
penting adalah bahwa tujuan perubahan perilaku dapat dilakukan melalui kampanye
komunikasi atau melalui strategi komunikasi non perilaku seperti teknik pada
perilaku ( Rice &Atkin 2001, h. 5).

37

Kampanye komunikasi publik juga didefiniskan sebagai metode dalam hal


yang dapat mempekerjakan khalayak. Definisi ini muncul ke permukaan ketika
kampanye menggunakan metode inovatif dan kontroversial, seperti gerilya teater di
era Vietnam atau taktik kontrofensial kelompok anti-aborsi saat ini. Ini implikasi
paling penting bahwa kampanye komunikasi publik mungkin melibatkan campuran
konvensional brosur, poster, iklan, dan iklan komersil atau susunan yang berbeda dari
metode komunikasi (Rice &Atkin 2001, h.5).
2.3.2 Langkah-langkah Public Relation Campaign
Penelitian ini berdasarkan teori kampanye publik tentang kesehatan yang
dikemukakan oleh Atkin (2001, h. 56), dalam kampanye publik kesehatan yang
efektif diperlukan pendekatan analisis situasi, mengembangkan perencanaan yang
strategis, dan membuat serta menempatkan pesan yang akan disampaikan secara
berulang- ulang kepada target audience. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan
memberikan peringatan akan bahaya merokok untuk kesehatan melalui gambar
peringatan pada setiap media promosi produk rokok terutama kemasan rokok.
Gambat tersebut diharapkan untuk menimbulkan kesadaran dari semua konsumen
rokok. Dari setiap pesan yang disampaikan dalam kampanye publik kesehatan dibuat
untuk menciptakan, meningkatkan kesadaran dengan cara menginformasikan
khalayak apa yang harus dilakukan, spesifikasinya adalah siapa yang harus
menerapkan isi pesan dan memberikan peringatan kapan dan dimana pesan itu harus
diterapkan (Atkin 2001, h. 56).

38

Cutlip & Center (1952) mengemukakan empat hal yang harus PR perhatikan
dalam membuat suatu program:
1. Definisikan masalah (fact finding)
Dalam langkah awal ini organisasi atau perusahaan melihat Apa yang terjadi
sekarang. Dimana PR dari suatu perusahaan atau organisasi melakukan riset terlebih
dahulu seperti mengumpulkan data di lapangan, melihat latar belakang hal atau
permasalahan. Misalnya seperti masalah yang terjadi pada penelitian ini yaitu makin
meningkatnya tingkat konsumen rokok di Indonesia dan bagaimana cara membuat
pesan dari kampanye yang akan dibuat agar berkurangnya konsumen rokok.
2. Merencanakan dan membuat program (Planing and Programing)
Informasi yang terkumpul pada tahap awal untuk membuat keputusan atas
suatu program yang akan dibuat dalam merencanakan strategi program, tujuan hingga
target khalayak, juga perlu membuat indikator keberhasilan dalam suatu program.
Seperti yang dilakukan dalam penelitian ini pemerintah melalui Kemenkes RI
merencanakan bentukkampanye peringatan bahaya merokok akan seperti apa.
3. Aksi dan Komunikasi (Communication)
Tahap ketiga melibatkan implementasi program yang berupa aksi dan
komunikasi. Teknik komunikasi seperti apa yang akan digunakan untuk mencapai

39

tujuan. Tahap ini bisa dijabarkan dalam bentuk pertanyaan, siapa harus melakukan
dan berkata apa, kapan, dimana serta bagaimana?. Dalam penelitian ini pemerintah
melakukan kampanye publik peringatan bahaya merokok dalam bentuk gambar
peringatan pada setiap kemasan rokok yang diproduksi dan dilakukan mulai 24 Juni
2014 dan ditujukan untuk semua konsumen rokok.
4. Evaluasi Program (evaluation)
Dalam langkah akhir ini, PR harus bisa mengevaluasi programnya apakah
program yang dilakukan sudah berhasil atau belum dilihat dari indikator tujuan
program yang telah dibuat dan dilaksanakan.

2.3.3 Target Campaign


Target audiens : Dalam kampanye kesehatan mungkin akan membagi
populasi ke dalam beberapa dimensi (misalnya jenis kelamin, etnik, sifat karakter,
social context, umur, tahap perubahan, kerentanan, self-efficacy, nilai-nilai), masingmasing yang terdiri dari banyak tingkat. Dengan menggabungkan beberapa dimensi
ini, akan muncul beberapa potensial dari cabang jenis kelompok yang mungkin akan
didefinisikan untuk target tujuan (Rice &Atkin 2001, h. 52). Dilihat dari gambar
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok yang dikeluarkan oleh pemerintah
melalui Kementrian Kesehatan, gambar peringatan tersebut ditujukan untuk audiens
perokok dari berbagai jenis kelamin, umur, etnik, dan beberapa dimensi lainya yang

40

bertujuan untuk menyadarkan bahwa merokok itu berbahaya dan mengajak konsumen
rokok untuk tidak merokok.
Ada dua keuntungan strategis dari segmentasi. pertama, efisiensi pesan dapat
dimaksimalkan jika bagian himpunan dari audiens yang dilakukan menurut
kepentingannya ( who is most in need of change? ) dan daya penerimaannya (who is
most likely to be influenced ?). Kedua, efektivitas dapat ditingkatkan jika isi pesan,
bentuk, dan gaya dapat disesuaikan dengan kecenderungan dan kemampuan subkelompok yang berbeda. Jenis dasar audiens yang dapat ditargetkan dalam kampanye
Publik kesehatan adalah: Focal segments, Influentials, dan pembuat kebijakan (Rice
& Atikin 2001, h. 52-53).

1. Focal Segments
Sifat dari masalah kesehatan menentukan parameter luas fokus audiens untuk
dipengaruhi (contoh :remaja dalam kampanye narkoba dan wanita paruh baya dalam
kampanye kanker payudara). karena pesan yang diterima audiens sering menjadi
penentu yang lebih sentral akan efektivitas kampanye dari potensi rangsangan
kampanye yang diberikan, akan ada keberhasilan yang diferensial tergantung pada
segmen tertentu ditargetkan (Rice & Atkin 2001, h. 53).

2. Influentials
Sering kali sangatlah penting bagi kampanye untuk melengkapi pendekatan
langsung dengan mempengaruhi khalayak sasaran lain yang dapat memberikan
41

pengaruh antarpribadi atau membantu mereformasi kondisi lingkungan yang


membentuk perilaku segmen yang akan diubah. Pendekatan langsung akan lebih
berpengaruh jika yang menyampaikan kampanye adalah tokoh masyarakat setempat
(Rice & Atkin 2001, h. 53).

3. Pembuat Kebijakan
Keputusan individu tentang praktik kesehatan sangat dibentuk oleh kendala
dan peluang dalam lingkungan sosial mereka, seperti moneter, biaya, hukum, hiburan,
pesan komersial, kekuatan sosial, dan pelayanan masyarakat. Sebuah elemen penting
adalah mengubah keyakinan masyarakat tentang efektivitas kebijakan dan intervensi
yang maju, yang mengarah ke opini publik yang dapat mendukung dan dapat
membantu meyakinkan pimpinan lembaga untuk merumuskan dan melaksanakan
kendala sosial dan peluangnya ( Rice & Atkin 2001, h. 53).

Target responses : Dalam ruang lingkup kesehatan, biasanya fokus tingkah


lakunya itu kepada praktik tingkah laku yang spesifik atau tindakan diskrit. Dua
pendekatan dasarnya yaitu untuk mempromosikan perilaku hidup sehat ( contohnya:
hidup sehat tanpa merokok) dan untuk mengurangi atau mencegah perilaku hidup
yang tidak sehat ( contohnya: jangan merokok karena berbahaya bagi kesehatan anda)
(Rice &Atkin 2001, h. 54). Promosi praktik diinginkan bekerja lebih baik untuk
daerah topik tertentu, dan pendekatan pencegahan berorientasi negatif lebih kuat
untuk topik yang hasilnya berbahaya dan benar-benar mengancam.
42

Di samping itu, ada banyak respon yang mungkin menjadi sasaran, seperti
kesadaran, pengetahuan, gambar, prioritas arti-penting, keyakinan, harapan, nilainilai, dan sikap, dalam kampanye mungkin akan berusaha untuk mengubah variabel
kunci di sepanjang jalur yang mengarah ke fokus perilaku (Rice & Atkin 2001, h.
55).

2.3.4 Pesan Dalam Campaign


Di dalam respon tertentu, beberapa pendidik kesehatan dan praktisi telah
mengadopsi taktik menakut-nakuti / fear appeals ( daya tarik rasa takut) dalam
membuat pesan, pesan yang menimbulkan rasa takut, dan pesan yang dapat
meningkatakan persepsi risiko akan kesehatan. Logikanya adalah bahwa rasa takut
akan mendapatkan perhatian dari penerima pesan tersebut dan mendapatkan
konsekuensi sosial atau fisik yang terkait dengan perilaku berisiko. Akibatnya dengan
memunculkan rasa takut dalam pesan kepada penerima pesan akan menjadi cara
alternatif untuk mengurangi perilaku berisiko dan meningkatkan perilaku adaptif
(Witte, 1994). Misalnya pada gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok terdapat gambar-gambar yang menyeramkan akibat merokok, misalkan gambar
orang yang terkena kanker mulut akibat merokok dan juga pesan peringatan berupa
tulisan yang dicantumkan disetiap bawah gambar peringatan, di situ Kementrian
kesehatan memberi pesan kepada konsumen rokok bahwa merokok berisiko
menyebabkan kanker mulut dan menimbulkan kesadaran bagi konsumen rokok
bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan.
43

Mengapa perencana kesehatan akan menggunakan fear appeals / cara


memunculkan rasa takut untuk meningkatkan persepsi kita tentang kerentanan
terhadap risiko tertentu ? karena meningkatnya gairah ketakutan dan ancaman positif
akan terkait dengan sikap yang direkomendasikan dan akan terjadinya perubahan
tingkah laku (Boster & Mongeau,1984; Mongeau, 1996; Sutton, 1982; Witte & Allen,
2000), jika diaplikasikan kepada penelitian ini, kampanye yang berupa gambar
peringatan bahaya merokok ini sangatlah menyeramkan dan nyata dan bisa membuat
para konsumen rokok takut untuk mengonsumsi rokok lagi dan bisa mengubah
tingkah laku dari yang sebelumnya perokok aktif menjadi bukan perokok dikarenakan
meningkatnya gairah ketakutan.
Strategi

yang

dapat

menembus

dengan

memunculkan

pesan

yang

memunculkan rasa takut dalam kampanye kesehatan adalah untuk memotivasi


perubahan perilaku dengan mengancam publik dengan hasil yang berbahaya jika
berbuat tindakan yang dilarang atau melanjutkan praktek yang tidak sehat jika
melakukan tindakan yang dilarang tersebut. Pesan yang memunculkan daya tarik rasa
takut biasanya menggabungkan konsekuensi fisik yang negatif dan parah bagi
kesehatan dengan presentasi gaya intens (emosi, jelas, dan terlibat) (Rice & Atkin
2001, h. 61).
Memunculkan pesan yang menimbulkan rasa takut, termasuk salah satu pesan
yang

bisa

memunculkan

human

emotions

terkuat,

dimaksudkan

untuk

membangkitkan rasa cemas dari penerima pesan tersebut. Kunci dari memunculkan
pesan rasa takut yang efektif adalah dengan memberikan pesan yang masuk akal dan
44

memberikan solusi yang mudah kepada penerima pesan tersebut. Memunculkan


pesan yang menimbulkan rasa takut bisa memunculkan tingkat awarness (kesadaran)
tanpa menghasilkan tindakan yang diinginkan, sebagai contoh pesan yang kuat dalam
kampanye penggunaan sabuk pengaman mungkin akan meningkatkan tingkat
kesadaran khalayak penerima pesan tersebut dalam konsekuensi jika tidak memakai
sabuk pengaman dan meninggalkan pesan tersebut hanya meninggalkan kesan tetapi
tidak pasti dilakukan oleh si penerima pesan tersebut (Smith 2002, h. 131-132).
Seperti halnya juga dalam penelitian ini mungkin dalam pesan kampanye yang
diberikan oleh Kemenkes RI mungkin akan meninggalkan kesan yang menyeramkan
bagi konsumen rokok akibat mengonsumsi rokok tetapi belum tentu para konsumen
rokok itu akan berhenti merokok.
Ada cara membuat pesan yang memunculkan pesan yang menimbulkan rasa
takut lebih efektif: Sertakan pesan yang kuat kepada khalayak dan bagaimana cara
pendekatannya. misalnya, dalam kampanye kesehatan tentang gizi tidak hanya
memberikan pesan kampanye tentang bahaya yang terkait dengan gizi buruk; berikan
juga beberapa contoh yang jelas dan sederhana bagaimana mempersiapkan atau
memesan makanan yang kaya akan gizi (Smith 2000, h.132).
Synder et al. (2000) menganalisis perubahan perilaku dalam kampanye
kesehatan adalah bagian dari proyek kampanye meta-analisis ( tehnik yang digunakan
untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif). Perilaku ini sering
digaris bawahi untuk hasil organisasi yang mensponsori kampanye kesehatan. Dan
juga karena perubahan perilaku yang lebih sulit dicapai daripada kesadaran,
45

perubahan pengetahuan, atau perubahan sikap, yang lebih konservatif untuk


mengukur suksesnya kampanye.
Jadi kesimpulan agar pesan dari kampanye publik kesehatan berhasil adalah
pertama, menetapkan harapan yang realistis kepada khalayak, terutama harapan
dalam jangka pendek, kedua, berikan ide-ide yang menjanjikan, dan lebih
menekankan pada dampak yang relatif terjangkau, dengan bertujuan agar segmen
lebih reseptif dengan mempromosikan produk yang positif. Buat pesan dari
kampanye tersebut dikemas agar merangsang si penerima pesan tersebut mencari dan
menggali informasi lebih dalam dengan menggunakan berbagai besar insentif
persuasif untuk memotivasi penonton, dan juga buat pesan kampanye dengan
berbasis materi pendidikan yang lebih dalam untuk membantu mereka melakukan
perilaku yang diinginkan oleh sender. Akhirnya, efek langsung dalam jangka pendek
bisa dirasakan oleh si penerima pesan dari kampanye kesehatan yang telah diberikan
(Rice & Atkin 2001, h.67)

2.4 Teori Awareness Messages


Dari setiap pesan yang disampaikan dalam kampanye publik kesehatan dibuat
untuk menciptakan, meningkatkan kesadaran dengan cara menginformasikan
khalayak apa yang harus dilakukan, spesifikasinya adalah siapa yang harus
menerapkan isi pesan dan memberikan peringatan kapan dan dimana pesan itu harus
diterapkan (Rice &Atkin 2001, h. 56).

46

Pesan yang diberikan dapat dirancang untuk menciptakan praktek untuk


sebagian besar masyarakat, untuk memicu aktivitas yang cenderung positif, untuk
mendorong suatu kepatuhan terhadap pengaruh antar pribadi, untuk mendorong
pencarian informasi lebih lanjut terhadap topik pesan dan untuk menyadarkan suatu
individu (Rice &Atkin 2001, h. 56). Seperti pada penelitian ini pesan dari kampanye
peringatan yang diberikan Kemenkes RI tersebut untuk memicu aktivitas yang
cenderung positif sepeti sadar atau aware bahwa merokok itu tidak baik untuk
kesehatan dikarenakan mengandung zat-zat yang dapat merusak tubuh.
Peran utama dari awareness messages adalah untuk membangkitkan minat
atau perhatian dan untuk memotivasi eksplorasi lebih lanjut dari subjeknya. Secara
khusus pesan harus mencakup unsur-unsur yang dirancang untuk mendorong si
penerima pesan agar mencari sumber informasi yang didapat seperti dari website,
operator hotline, buku, konselor, orang tua, dan opinion leaders (Rice &Atkin 2001,
h. 56). Dalam penelitian ini si penerima pesan yaitu konsumen rokok akan mencari
lagi sumber informasi yang didapat mengenai informasi tentang bahaya merokok
melalui website, buku, dan sumber lainnya agar si penerima pesan yakin bahwa pesan
tersebut benar.
Dari pengalaman lingkungan sehari-hari yang dilakukan secara individu,
biasanya memiliki susunan yang banyak dari pengaruh yang ada dan dapat
melengkapi pesan dari kampanye kesehatan, tapi banyak dari rangsangan ini tidak
cukup menonjol untuk dikenal atau diproses.di media massa, ada banyak berita, iklan,
hiburan, dan kampanye layanan masyarakat lainnya yang hadir dengan konten yang
47

konsisten dengan tujuan kampanye. Setiap individu mungkin tidak sadar akan normanorma sosial tertentu, pengaruh interpersonal, model perilaku, atau kondisi sosial
yang mungkin berkontribusi terhadap kinerja perilaku. dengan demikian, beberapa
pesan kampanye dapat melayani fungsi dasar isyarat untuk publik yang dapat
membangkitkan rangsangan pro kampanye (Rice & Atkin 2001, h.56).
Selain untuk menimbulkan kesadaran dan pesan yang beredukasi , dalam
kampanye perlu meyajikan pesan yang menunjukan mengapa publik harus
mengadposi tindakan yang dianjurkan atau yang harus dihindari. Untuk publik yang
cenderung menguntungkan, kampanye dapat lebih mudah untuk mempersuasif yang
pemberi pesan mau, misalnya : penguatan sikap yang positif, mempromosikan
konsolidasi perilaku, dan memotivasi pemeliharaan sifat dan perilaku dari waktu ke
waktu ( Rice & Atkin 2001, h.57).
Promosi dan pendekatan yang digunakan dalam pesan kampanye persuasif
umumnya disertai dengan banding yang sesuai dengan insentif positif atau negatif.
Pesan untuk kampanye praktik kesehatan mempunyai keterlibatan yang tinggi dan
cenderung menekankan insentif substantif, menyajikan argumen persuasif didukung
oleh utusan yang kredibel atau bukti untuk memindahkan publik melalui langkah
panjang yang hirarki, seperti attention, perubahan sikap, dan action (Rice & Atkin
2001, h.57). Dalam penelitian ini kampanye tentang peringatan bahaya merokok
harus bisa menyajikan argumen persuasif yang kredibel dan terpercaya, agar publik
bisa melakukan attention, perubahan sikap, dan action. Karena setelah adanya
awareness/ kesedaran dari bahaya merokok maka target publik akan melakukan
48

attention, perubahan sikap, dan action hal tersebut untuk tidak megonsumsi rokok
lagi.

49

Gambar 2.3
Kerangka Pikiran

Kampanye Peringatan

Kesadaran Bahaya Merokok

Bahaya Merokok Dari

Di Kalangan Perkantoran

Kemenkes RI Pada

Daerah Mega Kuningan

Kemasan Rokok

INDIKATOR
X1: Isi Pesan (Content)
X2: Tampilan (Context)

INDIKATOR
Y1 : Awareness
Y2 : Human emotions
Y3: Fear appeals
Y4 : perubahan tingkah
laku
Y5 : Pencarian sumber
informasi lebih lanjut
Y6 : Memicu aktivitas
yang cenderung positif
Y7 : Memotivasi eksplorasi
lebih lanjut

50

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini untuk mengukur kesadaran akan bahaya merokok dari pengaruh
kampanye peringatan bahaya merokok yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI yang
berbentuk gambar peringatan pada setiap kemasan rokok yang diproduksi, penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif.
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama, konsep dan proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian
(Moleong, 1999 :30). Masing-masing paradigma mempunyai logika kebenarannya
sendiri, dan sebuah persoalan hanya cocok untuk didekati dengan sebuah paradigma
dan tidak cocok dengan paradigma lainnya. Paradigma juga menjelaskan cara
pandang seorang ilmuwan tentang sisi strategis yang paling menentukan nilai sebuah
disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma berhubungan erat dengan aliranaliran dalam sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dimana aliran-aliran ini memiliki
pengikut-pengikut fanatik untuk memperjuangkan paradigma tersebut, sekaligus
ikut mengembangkannya (Bungin 2005, h.25).
Dalam penelitian ini menggunakan paradigma positivis, paradigma positivis
menjelaskan paradigma yang diyakini adanya determinisme atau proses sebab-akibat

51

yang bisa dipakai untuk memprediksi pola umum dari kegiatan manusia, maka
peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel
saja. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut
sebagai paradigma atau model penelitian ( Sugiyono 2007, h.63).
Dalam penelitian ini paradigma positivis digunakan untuk memudahkan
penulis untukmencari tahu tentang pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya
dalam program kampanye peringatan bahaya merokok dari Kemenkes RI terhadap
kesadaran akan bahaya merokok di kalangan karyawan.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Purwanto (2007, h. 196) kata metode berasal dari kata methodos
yang berarti cara atau jalan. Sebuah proses membutuhkan cara atau jalan yang disebut
metode. Kegiatan yang dilakukan secara berproses membutuhkan metode. Atas dasar
itu dikenal metode penghitungan, metode produksi, metode penjualan, metode
penyelesaian masalah, dan juga metode penelitian.
Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang
memandang kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat
diverifikasi. Kebenaran itu dicapai dengan menggunakan metode tertentu. Metode
dalam penelitian kuantitatif dikelompokkan ke dalam beberapa golongan (Purwanto
2007, h. 196)

52

Menurut

Susanti

(2007,

h.

175-176)

penelitian

kuantitatif

dapat

menyederhanakan kompleksitas gejala dengan mereduksi ke dalam ukuran yang


dapat ditangani dan diukur. Ukuran dari gejala yang dapat ditangani dan diukur itu
dikenal sebagai variabel. Penyederhanaan dilakukan agar penelitian membatasi pada
ukuran yang membuka kesempatan pada orang lain untuk melakukan pengujian
kembali terhadap kebenaran hasil penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, variabel
dan hubungannya nampak dari rumusan masalahnya. Variabel adalah hal pokok yang
dipersoalkan dalam penelitian kuantitatif. Seluruh kegiatan penelitian termasuk dalam
pengembangan teori, akan memusatkan pengkajiannya terhadap variabel. Oleh
karenanya teori yang dikembangkan dalam penelitian kuantitatif adalah teori
mengenai variabel dan hubungannya. Teori akan memandu ke arah pengumpulan data
variabel dan perumusan dugaan sementara jawaban atas pertanyaan penelitian yang
merupakan hubungan variabel (Susanti 2007, h. 176).
3.3 Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melihat kesadaran akan bahaya merokok bagi
para karyawan yang mengonsumsi rokok dari pengaruh kampanye yang diberikan
Kemenkes RI yang berupa gambar peringatan bahaya merokok pada setiap kemasan
rokok yang diproduksi.

53

3.3.1 Obyek Penelitian


Obyek yang digunakan dalam penelitian adalah pogram kampanye peringatan
bahaya merokok yang diberikan oleh Kemenkes RI berupa gambar peringatan yang
tertera pada setiap kemasan rokok yang diproduksi. Program kampanye berbentuk
gambar peringatan ini sudah dimulai sejak tanggal 24 Juni 2014, dan jika ada suatu
produsen rokok yang tidak mencantumkan pada kemasan rokok yang diproduksinya
maka akan dikenakan sanksi sanksi penjara 5 tahun dan dikenakan denda 500 juta
rupiah sesuai dengan Pasal 199 Undang-undang no 36 tahun 2009.
3.3.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan
perkantoran yang mengonsumsi rokok dan berjenis kelamin pria berumur sekitar
antara 21-54 tahun yang bekerja kantoran di daerah Mega Kuningan.Lokasi penelitian
dilakukan di daerah perkantoran Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Suryabrata (1994) Definisi operasional adalah definisi yang
didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi).
Pada konsep yang dapat diamati, terbuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti
untuk melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka
untuk diuji kembali oleh orang lain. Dengan kata lain definisi operasional adalah
pernyataan yang sangat jelas sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman

54

penafsiran karena dapat diobservasi dan dibuktikan perilakunya. Hasilnya berupa


konstruk dan variabel beserta indikator-indikator pengukuranya sebagaimana berikut
ini:
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang
lain disebut variabel bebas. X adalah variabel bebas dan Y variabel tak bebas/ terikat
(Kerlinger, 1971: 35). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kampanye yang
dilakukan Kemenkes RI tentang peringatan bahaya merokok yaitu berupa gambar
peringatan bahaya merokok yang cukup menyeramkan yang tercantum pada setiap
kemasan rokok yang diproduksi. Untuk itu indikator yang akan diukur dalam
penelitian ini adalah:
1. Isi pesan (konten) :indikator ini mengukur apakah pesan kampanye
yang diberikan

KemenkesRI pada kemasan rokok sudah tepat

sasaran.
2. Konteks : indikator ini mengukur apakah tampilan atau konteks dari
kampanye yang diberikan oleh Kemenkes RI pada kemasan rokok
sudah mendukung pesan kampanye yang ingin disampaikan.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang
mendahuluinya disebut variabel tak bebas (Rakhmat 2005, h. 12). Varibel terikat

55

merupakan variabel yang dipengaruhi, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah
para karyawan perkantoran yang mengonsumsi rokok karena semua perokok pasti
pernah melihat isi pesan dari kampanye peringatan bahaya merokok yang diberikan
oleh Kemenkes RI pada kemasan rokok yang berbentuk gambar peringatan bahaya
merokok. Disini melihat apakah kampanye peringatan bahaya merokok tersebut dapat
menimbulkan kesadaran (awareness) akan bahaya merokok kepadapara pengonsumsi
rokok dengan melihat pesan kampanye berbentuk gambar peringatan bahaya merokok
pada setiap kemasan rokok yang diproduksi.
3.4.3 Pengukuran Variabel
Angket (kuisioner) yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan skala
Likert. Skala likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2007,
h. 132). Dalam menjawab skala Likert ini responden hanya memberi tanda pada
kolom yang telah disediakan, misalnya tanda checklist atau tanda silang pada
kemungkinan skala jawaban/tanggapan yang dipilihnya sesuai pertanyaan/ pernyataan
yang telah disediakan di dalam kolom pertanyaan/pernyataan dari kuisioner yang
telah diberikan kepada si peneliti. Selanjutnya, kuisioner yang telah diisi
olehresponden perlu diberikan bobot nilai sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

56

Tabel 3.1
Pemberian Skor Berdasarkan Skala Likert

Jawaban

Skor

Sangat Setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

3.5 Populasi Dan Sampel


Dalam sebuah penelitian bagian yang diamati itu di sebut sampel, sedangkan
kumpulan objek penelitian itu disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang,
organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar, dan lain-lain. Dalam
penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsurunsur populasi (Rakhmat 2005, h. 78).
3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

57

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2007, h.115).


Populasi dari penelitian adalah para karyawan perkantoran berjenis kelamin pria yang
mengonsumsi rokok di daerah Mega Kuningan yang berusia sekitar 21-54 tahun.
3.5.2 Sampel Penelitian
Secara sederhana pengertian sampel adalah sebagian dari populasi yang
terpilih dan mewakili populasi tersebut (Yusuf 2014, h. 146). Sampel penelitian
merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili. Bila jumlah unsur populasi
terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas
dengan sampel (Rakhmat 2005, h. 148). Dalam penelitian ini populasinya homogen
yaitu karyawan perkantoran berjenis kelamin pria, sedangkan sampel dalam
penelitian adalah sebagian dari populasi terjangkau yaitu karyawan perkantoran
berjenis kelamin pria berumur 21-54 tahun yang bekerja di daerah Mega Kuningan
selama penelitian berlangsung. Sampel dalam penelitian ini adalah subjek yang
memiliki kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karateristik sampel yang layak untuk
diteliti. Karateristik inklusi dalam penelitian ini antara lain :
1. Karyawan perkantoran yang bekerja di daerah Mega Kuningan berjenis
kelamin pria dengan usia berkisar antara 21 54 tahun.
2. Karyawan perkantoran yang mengonsumsi rokok.
3. Karyawan perkantoran yang bersedia menjadi responden.

58

3.5.3 Teknik Sampling


Penelitian ini menggunakan teknik nonprobablity sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono 2007, h. 120-121).
Dari beberapa teknik nonprobablity sampling yang digunakan adalah teknik
Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
yang ditentukan kriterianya oleh peneliti (Sugiyono 2007, h. 122). Kriteria dalam
penelitian ini adalah Karwayan perkantoran daerah Mega Kuningan yang
mengonsumsi rokok berjenis kelamin pria yang berumur 21-54 tahun, peneliti
mengambil kriteria tersebut dikarenakan peneliti melihat lebih banyak perokok
berjenis kelamin pria dibanding perokok berjenis kelamin wanita. Karyawan
perkantoran daerah Mega kuningan dijadikan narasumber, dikarenakan peneliti
menganggap dapat menyediakan informasi yang cukup bagi penelitian ini.
3.5.4 Ukuran Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang ingin diteliti digunakan rumus
Yamane, digunakan untuk populasi yang besar yang didapat dari pendugaan proporsi
populasi, jadi rumus ini menggunakan dugaan dari si peneliti tentang populasi yang
ingin di teliti agar mendapatkan jumlah sampel (Kriyantono 2006, h. 164). Presesi
ditetapkan di antara 9% dengan tingkat kepercayaan 91%, maka besar sampelnya
adalah :

59

Angka 1500 didapat dari pendugaan banyaknya karyawan yang berkerja di


daerah Mega Kuningan, lalu setelah digunakan penghitungan menggunakan rumus
Yamane didapatkan hasil 114,068 lalu untuk kepentingan penelitian dibulatkan
menjadi 120.

3.6 Metode Pengumpulan Data


Penelitian kuantitatif ini akan dilakukan di daerah perkantoran Mega
Kuningan dengan membagikan kuisioner kepada karyawan perkantoran berjenis
kelamin pria dengan usia berkisar antara 21 54 tahun yang mengonsumsi rokok.
Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder.
1.

Data primer
Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari

sumbernya dan data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

60

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri


oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.
Untuk mengumpulkan data primer diperlukan metode dan instrumen tertentu.
Secara prinsip ada dua metode pengumpulan data primer, yaitu: pengumpulan data
secara pasif dan pengumpulan data secara aktif. Perbedaan antara kedua metode
tersebut ialah: yang pertama meliputi observasi karakteristik-karakteristik dan
elemen-elemen yang sedang dipelajari dilakukan oleh manusia atau mesin; sedang
yang kedua meliputi pencarian responden yang dilakukan oleh manusia ataupun nonmanusia.
Data primer biasanya disebut dengan data asli / data baru yang mempunyai
sifat up to date. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya
secara langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu
observasi, diskusi terfokus, wawancara serta penyebaran kuisioner. Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengisian kuisioner oleh responden yaitu
karyawan perkantoran berjenis kelamin pria dengan usia berkisar antara 21 54
tahun yang mengonsumsi rokok.
2.

Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, dapat

dalam bentuk yang beragam, termasuk literatur yang berhubungan dengan penelitian.
Sumber data sekunder diperoleh melalui penelusuran dan mempelajari berbagai

61

dokumen dan referensi yang ada kaitannya dengan penelitian.Data sekunder ini
berupa bahan informasi untuk mencari dan memahami konsep, pengertian, teori,
rumus-rumus yang berhubungan dengan variable penelitian. Data kepustakaan
diperoleh dari buku-buku, literatur, laporan-laporan atau jurnal ilmiah, surat kabar,
majalah, peraturan perundang-undangan, dan data lainnya yang memiliki kaitan
dengan masalah penelitian.
Kegunaan data sekunder ialah dapat digunakan sebagai sarana pendukung
untuk memahami masalah yang akan kita teliti. Sebagai contoh apabila kita akan
melakukan penelitian dalam suatu perusahaan, perusahaan menyediakan company
profile atau data administratif lainnya yang dapat kitagunakan sebagai pemicu untuk
memahami persoalan yang muncul dalam perusahaan tersebut dan yang akan kita
gunakan sebagai masalah penelitian.
3.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah tingkat dimana suatu insrumen mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu instrumen tidak bisa valid untuk sembarang keperluan
kelompok, suatu instrumen hanya valid untuk suatu keperluan dan pada kelompok
tertentu (Sumanto 2014, h. 78). Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya (Sumanto, 2014, h.77).
Beberapa pendapat juga menjelaskan bahwa validitas suatu instrumen yaitu seberapa

62

jauh instrumen itu benar-benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur. Makin
tinggi validitas suatu intrumen, makin baik instrument itu untuk digunakan. Tetapi
perlu diingat bahwa validitas alat ukur itu tidaklah dapat dilepaskan dari kelompok
yang dikenai instrumen itu karena berlakunya validitas tersebut hanya terbatas pada
kelompok itu atau kelompok lain yang kondisinya hampirsama dengan kelompok
tersebut. Oleh karena itu, suatu alat ukur yang valid untuk kelompok belum tentu
valid untuk kelompok lain (Yusuf 2014, h. 234).
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas eksternal.
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan
kuesioner baru dengan tolok ukur eksternal yang sudah valid (Suparyanto 2010).
Validitas eksternal instrumen diuji dengan caradengan cara membandingkan antara
kriteria yang ada pada kuesioner dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

3.2 Tabel Hasil Uji Validitas Kampanye Peringatan Bahaya Merokok


Kode
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7

Korelasi
0,568
0,604
0,838
0,483
0,775
0,845
0,377

Nilai r
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361

Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

63

Q8
Q9
Q10

0,565
0,499
0,421

0,361
0,361
0,361
(sumber : hasil pengolahan data)

Valid
Valid
Valid

3.2 Tabel Hasil Uji Validitas Kesadaran Bahaya Merokok


Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22

0,778
0,581
0,682
0,619
0,799
0,420
0,740
0,811
0,731
0,650
0,797
0,735

0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

(sumber : hasil pengolahan data)

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan diketahui bahwa indikator atau alat
ukur dapat dipercaya (valid). Semua data valid karena melebihi 0,361 yang
merupakan angka yang didapat dari tabel r.

64

3.7.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah tingkatan pada mana suatu tes secara konsisten mengukur
berapa pun hasil pengukuran itu (Sumanto 2014, h. 81). Reliabilitas merupakan
konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang
sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda. Wright Stone menulis bahwa
Reliabilitas sebagai suatu perkiraan tingkatan (degree) konsistensi atau kestabilan
antara pengukuran ulangan dan pengukuran pertama denganmenggunakan instrument
yang sama. Gronlun (1981) menjelaskan : "Realibility refers to the consistency of
measurement results are from one measurement to another. Suatu instrumen
dikatakan realibel apabila instrumen itu dicobakan kepada subjek yang sama secara
berulang ulang namun hasilnya tetap sama atau relatif sama ( Yusuf 2014, h. 242).
Reliabilitas juga diartikan sebagai titik tolak pada konsistensinya mengukur. Semakin
realibel suatu test artinya semakin meyakinkan bahwa nilai yang diperoleh akan sama
bila tes itu diulang ( Sumanto 2014, h. 77).
Perhitungan statistik dari Reliabilitas penelitian ini adalah menggunakan
Cronbachs Alpha. Koefisien alpha menurut Cronbach (1951) digunakan untuk
ukuran umum dari konsistensi internal skala multi-item. Koefisien alpha menurut
Cronbach juga pada dasarnya merupakan rata-rata dari koefisien korelasi belah dua (
half-split) yang mungkin dibuat dari suatu alat ukur. Menurut Singarimbun (1995)
standar nilai alpha yang digunakan adalah 0,6 yang menyebutkan bahwa item-item
indikator dari suatu variabel dikatakan valid apabila mempunyai alpha Cronbach >

65

0,6 dan berarti jika nilai perhitungan dibawah 0,6 maka alat ukur tidak reliable
(Sumanto 2014, h. 88).

3.3 Tabel uji reliabilitas


Variabel
Kampanye Peringatan
Bahaya Merokok
Kesadaran Bahaya
Merokok

Croanch bach's Alpha


0,872

Keterangan
> 0,7

Kesimpulan
Reliabel

0,925

> 0,7

Reliabel

(Sumber: Hasil pengolahan data)

Berdasarkan tabel 3.3 di atas dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan


reliabel dan digunakan untuk melakukan penyebaran yang sebenarnya.

3.8 Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Oleh karena itu digunakan rumus statistik untuk
menyederhanakan data penelitian menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih
mudah untuk dipahami. Penelitian ini menggunakan metode statisik analisis bivariat.

66

Analisi bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel pokok
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Teknik statistik yang digunakan dalam
penlelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis dengan menggunakan Pearson Correlations untuk melihat hubungan
antara variabel independen ( Kampanye Peringatan Bahaya Merokok dari Kemenkes
RI) dengan variabel dependen (Kesadaran Bahaya Merokok). Pearson Correlations
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan linear antara data yang terukur dalam
skala interval atau rasio dengan arah hubungan yang simetrik. Koefisien yang
dihasilkan bernilai -1 hingga +1 yang menunjukan apakah hubungan linear tersebut
bersifat positif atau negatif.

67

Tabel 3.4
Tabel Koefisien Korelasi
Interval Koefisien

Tingkat Hubugan

0,00 0,199

Sangat Rendah

0,20 0,399

Rendah

0,40 0,599

Sedang

0,60 0,799

Kuat

0,80 1,000

Sngat Kuat

Sumber: Sugiyono (2007, h. 250)

B. Analisis regresi digunakan untuk menguji seberapa besar hubungan


perngaruh antara variabel independen (Kampanye Peringatan Bahaya Merokok dari
Kemenkes RI) dengan variabel dependen (Kesadaran Bahaya Merokok). Karena
hanya terdapat satu variabel independen dalam penelitian ini maka uji regresi yang
dipergunakan adalah uji regresi linear sederhana. Regresi sederhana didasarkan pada
hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Menurut Sugiyono (2007, h. 270) persamaan umum regresi linier
sederhana adalah:

68

Y=a + bx
Keterangan:
X= Variabel dependen
Y=Variabel independen
a= nilai intercept (konstan) atau harga Y bila x = 0
b= koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen.
3.9 Hipotesis Statistik
Hipotesis adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk tingkah laku,
kejadian atau peristiwa yang sudah atau akan terjadi. Oleh Fred N.Kerlinger (1973)
hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan yang merupakaan dugaan mengenai
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, penelitian menyajikan hipotesis sebagai berikut:
H0: Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Dari
Kemenkes RI tidak berpengaruh terhadap Kesadaran Bahaya Merokok Di
Kalangan Karyawan Derah Mega Kuningan.

69

H1:Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Dari


Kemenkes RI berpengaruh terhadap Kesadaran Bahaya Merokok Di Kalangan
Karyawan Daerah Mega Kuningan.

3.10 Keterbatasan Penelitian


Kelemahan-kelemahan dan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada
penelitian ini antara lain adalah :
1. Lokasi Penelitian ini hanya dilakukan di satu tempat daerah perkantoran
yaitu Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Dikarenakan populasi dalam
penelitian ini adalah karyawan perkantoran berjenis kelamin laki-laki yang
mengonsumsi rokok.
2. Waktu penelitian terbatas, sehingga hasil penelitian yang didapatkan
kurang sempurna.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada lingkup populasi yang kecil sehingga
hasil generalisasi mungkin menjadi tidak terlalu akurat.

70

BAB IV
TINJAUAN UMUM

4.1 Sejarah Kementerian Kesehatan RI


Kementerian kesehatan RI (disingkat kemenkes RI) adalah Kementerian
dalam pemerintahan Indonesia yang membidangi urusan kesehatan. Kementerian
kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.Kementerian
kesehatan didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945 dibawah pimpinan Menteri
kesehatan Dr. Boentaran Martoatmodjo yang bertugas dari tanggal 19 Agustus 1945
14 November 1945 , lalu digantikan oleh Menteri kesehatan RI yang kedua yaitu Dr.
Darma Setiawan pada masa kabinet Syahrir yang bertugas dari tanggal 14 November
1945 26 Juni 1947, lalu sesudah itu digantikan oleh Menteri kesehatan RI yang
ketiga yaitu Dr. J. Leimena yang bertugas dari tanggal 3 Juli 1947- 4 Agustus 1949
lanjut digantikan oleh Menteri Kesehatan RI yang keempat yaitu Dr. Surono yang
bertugas dari tanggal 4 Agustus 1949 hingga 20 Desember 1949 di masa kabinet
Hatta.
Pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo I Menteri yang bertugas adalah F.L
Tobing dari tanggal 30 Juli 1953 9 Oktober 1953, sesudah dipimpin oleh Menteri
F.L Tobing, Menteri yang bertugas adalah Dr. Moh. Ali Lie Kiat Teng pada masa
kabinet yang sama yaitu kabinet Ali Sastroamidjojo I. Di masa kabinet Ali
Sastroamidjojo II Menteri yang bertugas untuk memimpin Kementerian Kesehatan

71

adalah Dr. Handrianus yang bertugas untuk memimpin Kementerian Kesehatan dari
tanggal 24 Maret 1956 9 April 1957 sesudah Dr Handrianus, Menteri kesehatan RI
digantikan oleh Dr. Azis Saleh pada masa kabinet karya, yaitu dari tanggal 9 April
1957 10 Juli 1959. Setelah kabinet karya selesai pada masa kabinet kerja I sampai
masa kabinet dwikora II Menteri yang bertugas untuk memimpin Kementerian
kesehatan adalah Prof. Dr. Satrio yang memimpin Kementerian Kesehatan dari
tanggal 18 Februari 1960 25 Juli 1966 setelah masa kabinet kerja I sampai dengan
masa kabinet dwikora II selesai lalu berlanjut ke masa kabinet Ampera I sampai
dengan masa kabinet Pembangun II. Yang bertugas pada masa kabinet Ampera I
sampai dengan masa kabinet Pembangunan II adalah Prof. Dr. G.A Siwabessy lalu
berlanjut ke masa kabinet Pembanguan III sampai dengan masa kabinet
Pembangunan IV yang memimpin Kementerian Kesehatan adalah Dr. Suwardjono
Surjaningrat, lalu berganti pada masa kabinet Pembangunan V yang dipimpin oleh dr.
AdhyatamaMPH beralih hingga masa kabinet Pembangunan VI yang dimpimpin oleh
Prof. Dr.dr. Sujudi.
Pada masa kabinet Pembangunan VII yang masih dimpin oleh Presiden
Soeharto hingga beralih kepada masa reformasi yang dipimpin oleh Presiden BJ
Habibie, Menteri yang bertugas untuk memimpin Kementerian Kesehatan adalah
Prof. Dr. dr. H.Faried Anfasa Moeloek. Pada masa kabinet Persatuan Nasional hingga
masa kabinet Gotong Royong Menteri kesehatan yang memimpin adalah Dr. dr.
Achmad Sujudi yang bertugas dari tanggal 9 Agustus 2001 20 Oktober 2004. Lalu

72

beralih ke masa kabinet Indonesia Bersatu, Menteri Kesehatan yang memimpin


adalah Dr. dr. Siti Fadilah Supari yang bertugas dari tanggal 21 Oktober 2004 20
Oktober 2009, dilanjutkan ke masa kabinet Indonesia Bersatu II yang masih dipimpin
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Kesehatan yang bertugas ada
tiga yaitu : Dr.PH dr.Endang Rahayu Sedyaningsih, bertugas memimpin Kementerian
Kesehatan dari tanggal 22 Oktober 2009 30 April 2012, lalu digantikan oleh Prof.
dr.Ali Ghufron Mukti dari tanggal 30 April 2012 14 Juni 2012, dan Menteri
Kesehatan yang terakhir pada masa kabinet Indonesia Bersatu II adalah dr.Nafsiah
Mboi yang bertugas dari tanggal 14 Juni 2012 20 Oktober 2014.
Menteri Kesehatan kita yang sekarang adalah Prof. Dr. dr. Nila Djuwita
Anfasa Moeloek yang bertugas pada masa kabinet Kerja yang dipimpin oleh presiden
Joko Widodo dan wakil presiden Muhammad Jusuf Kalla, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita
Anfasa Moeloek dilantik pada tanggal 27 Oktober 2014
4.2 Visi dan Misi Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

Visi :Masyarakat yang sehat yang mandiri dan berkeadilan

Misi:

Kemenkes

RI

mempunyai

misi

yaitu:

Yang

pertama

adalahmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan


masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, Yang keduamelindungi

73

kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang


paripurna,

merata

bermutu

dan

berkeadilan,

Yang

ketigamenjamin

ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, dan yang terakhir adalah
menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Strategi :

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani


dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.

Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan


berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif
dan preventif.

Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk


mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.

Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang


merata dan bermutu.

Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat


kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan.

Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna


dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang
bertanggungjawab.

74

4.3. Program Kegiatan Kampanye Kesehatan Kemenkes RI

Kemenkes

RI sering

sekali

melakukan

kampanye

kesehatan

yang

dilaksanakan dari tahun-tahun sebelumnya misalanya Kampanye Peduli Kesehatan


Ibu Selama 9 Bulan. Demi menggerakan masyarakat untuk lebih sadar menjaga
kesehatan ibu, serta mencegah kematian ibu dan bayi, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia mengadakan kampanye peduli kesehatan ibu yang berlangsung
selama 9 bulan.Dari 21 April 2014 sampai 22 Desember 2014.Selama sembilan
menjalani kampanye ini melakukan beragam kegiatan akan dilakukan oleh pihak
terkait. Mulai dari berupa event, publikasi, komunikasi, advokasi dan kemitraan serta
media sosial yang melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan
kesehatan ibu.

Selain program kampanye diatas Kemenkes RI juga pernah melakukan


Kampanye Edukasi Diabetes dalam bentuk fun run, bertajuk Sweat Over Sweet
pada bulan November 2014.Kegiatan ini berbentuk olahraga lari bersama di kawasan
Car Free Day, Thamrin. Kegiatan yang didukung oleh World Health Organization
(WHO), Roche Indonesia, dan berbagai perusahaan farmasi ini dilaksanakan dengan
tujuan mempromosikan gaya hidup sehat kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Khususnya bagi penderita Diabetes Melitus yang tidak terdeteksi, belum terdeteksi,
maupun

yang

telah

terdeteksi

dalam

upaya

pencegahan

risiko

Diabetes

Melitus.Melalui kegiatan ini, masyarakat sekitar bisa ikut berpartisipasi dengan

75

melakukan cek gula darah dan kadar lemak secara gratis. Tidak hanya itu, mereka
juga bisa mengikuti mini talkshow bersama WHO dan dr. Samuel Oetoro, MS,
SpGK.

Kegiatan kampanye yang pasti dilakukan setiap tahun adalah Kampanye


Pencegahan HIV AIDS yang diadakan pada setiap hari Aids sedunia yang jatuh
pada tanggal 1 Desember, pada tahun 2014 Tema Hari AIDS Sedunia Tahun 2014
adalah Cegah dan lindungi diri, keluarga dan masyarakat dari HIV dan AIDS dalam
rangka perlindungan HAM, dengan subtema :

a. Pencegahan penularan baru HIV dan AIDS terhadap diri, keluarga dan
masyarakat
b. Perlindungan HAM bagi ODHA dari stigma dan diskriminasi melalui
lingkungan yang kondusif dengn optimalisasi Komunikasi Informasi
Edukasi
c. Peningkatan Program Penanggulangan HIV dan AIDS secara
Komprehensif dan Berkesinambungan di lingkungan Kementerian
Hukum dan HAM RI
Rangkaian Hari AIDS Sedunia di Indonesia diperingati oleh berbagai pihak
baik pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat sejak bulan Mei 2014 sampai dengan
Desember 2014, di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan
kelurahan. Kementerian Kesehatan memperingati Hari AIDS Sedunia 2014 dengan

76

menyelenggarakan Simposium HIV dan Infeksi Oportunistik dan Peluncuran Buku


Pedoman Nasional ARV pada tanggal 1 November 2014 bersama dengan PDPAI
(Perhimpunan Dokter Peduli AIDS) yang bertujuan untuk mengupdate tatalaksana
tenaga medis dalam pengobatan ARV ODHA dewasa dan anak.

Untuk kedepanya Kemenkes RI akan tetap melakukan kampanye kesehatan


bahaya merokok pada kemasan rokok untuk mengurangi angka kematian karena
rokok selain kampanyeperingatan bahaya merokok pada kemasan rokok, Pada tahun
2015 Kemenkes RI akan melakukan program kampanye mengenai Perbaikan gizi
Masyarakat dengan program Kampanye Makan ikan. Mengolah ikan dalam bentuk
bermacam-macam seperti bakso dan lainnya yang dilakukan oleh Kowani, yang turut
membantu adanya perbaikan gizi ini. Program ini bekerja sama dengan Kementerian
Kelautan RI guna untuk memperbaiki gizi Masyarakat dengan makan ikan yang kaya
akan manfaatnya. Saat ini Indonesia mengalami masalah gizi yang cukup kompleks,
karena berdasarkan Global Nutrition Report tahun 2014, Indonesia termasuk di dalam
17 negara diantara 117 negara yang mempunyai ketiga maslah gizi, yaitu stunting,
wasting dan overweight. Kekurangan gizi pada awal kehidupan berdampak serius
terhadap kualitas SDM di masa mendatang.

4.4. Kampanye Kesehatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI

Kampanye kesehatan tentang bahaya merokok memang dari dulu sudah


dilakukan oleh Kemenkes RI, entah itu berbentuk iklan layanan masyarakat, poster,

77

brosur, tulisan peringatan, baliho, dan masih banyak lagi. Dari semenjak pesan
peringatan bahaya merokok yang berbunyi Merokok Dapat Menyebabkan Kanker,
Serangan Jantung, Impotensi, Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin yang sering
dicantumkan pada setiap iklan rokok, dan juga kemasan rokok hingga sampai
sekarang

pesan

peringatan

pun

berubah

menjadi

Peringatan:

Merokok

Membunuhmu, Peringatan: Merokok sebabkan kanker mulut, Peringatan:


Merokok dekat anak berbahaya bagi mereka, Peringatan: Merokok sebabkan
kanker paru-paru dan bronkitis kronis, Peringatan: Merokok sebabkan kanker
tenggorokan dan pesan tersebut diikuti dengan gambar peringatan bahaya merokok
yang dicantumkan pada setiap iklan rokok dan juga kemasan rokok.

Banyak survei di kalangan perokok menunjukkan bahwa mereka lebih takut


pada penyakit akibat rokok dibanding kematian.Mereka lebih takut impoten
ketimbang bertemu ajal karena tak bisa ereksi.Mereka lebih takut kanker daripada
mati karena kanker. Dengan kata lain, kematian bukan hal penting yang dipikirkan
perokok yang akan membuat mereka menjauhi produk berbahaya ini. Slogan dalam
iklan itu bertujuan menyadarkan para perokok dan calon perokok bahwa aktivitasnya
tak hanya membahayakan dirinya sendiri, tapi juga orang di sekitarnya yang
menghisap asap yang mereka hembuskan. Iklan itu diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 28/2013. Artinya, slogan itu dibuat oleh negara atas nama tugas
dan fungsinya menjaga kesehatan masyarakat sebagai bagian dari kampanye bahaya
rokok dan merokok (www.kompak.co)

78

Upaya pemerintah tidak sampai situ saja, Kemenkes RI juga menaruh posterposter peringatan bahaya merokok guna untuk mengkampanyekan bahaya merokok
yang ditaruh pada tempat kerja, Sekolah, Rumah Sakit, Puskesmas, Universitas,
angkutan umum dan tempat beraktivitas lainnya. Poster tersebut berupa visual dan
juga tulisan.Visual guna untuk menarik perhatian dari yang melihatnya diikuti dengan
pesan berbentuk tulisan untuk memberitahu informasi dari bahaya merokok dan zatzat yang terkandung dalam rokok. Dengan mengetahui zat-zat yang berbahaya pada
satu batang rokok diharapkan akan menimbulkan efek jera untuk mengonsumsi rokok
lagi.

79

Gambar 4.1. Poster Peringatan Bahaya Merokok

Sumber : http://www.depkes.go.id/

80

Gambar4.2 . Poster Peringatan Bahaya Merokok

Sumber :http://www.depkes.go.id/

4.5. Strategi Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI

Kampanye peringatan bahaya merokok yang sering dilakukan oleh Kemenkes


RI sudah dilakukan dari dulu dengan strategi yang bermacam-macam, dengan
bantuan dari Staf ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Staf Ahli Bidang

81

Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat, Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor


Risiko

Kesehatan,

Staf

Ahli

Meningkatkan

Kapasitas

Kelembagaan

dan

Desentralisasi, Staf Ahli Bidang Mediko Legal di dalam organisasi Kementerian


Kesehatan tersebut.

Selain kampanye berbentuk iklan layanan masyarakat, poster, brosur, tulisan


peringatan, baliho pada tempat aktivitas seperti tempat kerja, Sekolah, Rumah Sakit,
Puskesmas, Universitas, angkutan umum, Menteri Kesehatan pada tahun 2014
Nafsiah Mboi juga melakukan Iklan Layanan Masyarakat Peringatan Bahaya
Merokok di bioskop, Nafsiah Mboi mengatakan penayangan ILM di bioskop ini
merupakan yang pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Kuatnya iklan dan promosi
industri

rokok

memaksa

Kemenkes

menggunakan

berbagai

celah

untuk

mengampanyekan bahaya merokok. Bioskop dipilih sebagai salah satu tempat


menayangkan ILM karena menjadi salah satu spot favorit anak muda. Diharapkan
penayangan ILM ini dapat mengubah mindset anak muda, bahwa merokok itu
nikmat.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok di atas usia 15 tahun


mencapai 36,3 persen, sementara jumlah perokok laki-laki 64,9 persen dan
merupakan yang terbesar di dunia. Kampanye antirokok yang digelar Kemenkes
bersama World Lung Foundation ini bertujuan agar mereka yang belum merokok,
tidak mencoba merokok.Kemudian, mereka yang telanjur menjadi perokok

82

menghentikan kebiasaan merokoknya.Tujuan terakhir, dengan berhentinya kebiasaan


merokok, jumlah perokok pasif pun dapat dikurangi.Sejumlah tindakan telah
dilakukan Kemenkes demi mengurangi prevalensi perokok, mulai dari kampanye,
peraturan pemerintah, sampai pemasangan peringatan bahaya merokok pada bungkus
rokok.Terkait konsumsi rokok pada anak dan remaja, PP 109/2012 sudah mengatur
larangan menjual rokok ketengan, larangan menjual rokok ke anak, serta larangan
merokok dekat anak.

83

Struktur Organisasi

Gambar 4.3

Sumber : http://www.depkes.go.id/

Tugas Dan Fungsi Kemenkes RI

Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam


menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi :

84

Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di


bidang kesehatan

Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya

Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya

Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya

Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas


dan fungsinya kepada Presiden

Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai


kewenangan :

Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung


pembangunan secara makro

Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib


dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan

Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan

Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga


profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan

Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang


meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di
bidang kesehatan

85

Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan


atas nama Negara di bidang kesehatan;

Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan

Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang


kesehatan

Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan

Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan

Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan

Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka


kematian ibu, bayi, dan anak

Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan

Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan

Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi


kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan

Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan
gizi

Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan

Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan


wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa

Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
sangat essential (buffer stock nasional)
86

Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


yang berlaku yaitu :
-

Penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu

Pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat


kesehatan

4.6. Kampanye Kesehatan tentang Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan


Rokok

Menteri Kesehatan RI pada masa kabinet Indonesia bersatu II, dr. Nafsiah
Mboi, Sp.A, MPH, telah mengadakan pertemuan dengan perwakilan Gabungan
Produsen Rokok Putih Indonesia (GAPRINDO), Muhaimin Mufti, pada Senin sore
(23/6) bertempat di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Pertemuan dihadiri
pula oleh perwakilan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Dalam Negeri, serta Badan Kebijakan
Fiskal. Pertemuan yang berlangsung selama lebih kurang 1 jam tersebut, membahas
kesiapan dari asosiasi tersebut dalam implementasi kebijakan pencantuman
peringatan kesehatan dalam bentuk gambar bahaya merokok dalam kemasan rokok
mulai 24 Juni 2014, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 28 tahun 2013.

87

Menkes mengatakan, ketentuan pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 109


Tahun 2012 menyatakan bahwa pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan
produk tembakau dilakukan paling lambat 18 bulan sejak diundangkan pada 25
Desember 2012 lalu. Mulai Selasa tanggal 24 Juni 2014, semua produk tembakau
atau rokok yang beredar di Indonesia harus mencantumkan peringatan bergambar
pada kemasannya.Kita sepakat, tidak ada perpanjangan apapun. Sebenarnya mereka
bisa berhitung tiga bulan ke belakang untuk pencetakan ini , ujar Menkes.
Selaku pengawasan, Kepala BPOM, Dr. Roy A. Sparringa, M.App.Sc,
menerangkan telah menyerukan kepada seluruh jajaran Balai Besar dan Balai POM di
Indonesia terkait pelaksanaan kebijakan yang diamanatkan. Pihak BPOM akan
memberlakukan sanksi administratif, baik berupa lisan maupun tertulis berupa surat
teguran kepada industri yang belum menyampaikan laporan pencantuman peringatan
kesehatan pada kemasan produknya. Hingga 23 Juni 2014, tercatatat sebanyak 41
perusahaan rokok yang telah mengirimkan contoh kemasan bergambar peringatan
kesehatan atau pictorial health warning (PHW).
Pada kesempatan tersbeut, pihak Gaprindo juga menyatakan sikap
menerima dan mendukung kebijakan pencantuman peringatan kesehatan berbentuk
gambar pada kemasan rokok. Pihak Gaprindo juga akan menyosialisasikan kepada
retail untuk tidak menjual rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun.

88

Sebagai penutup, Menkes mengajak partisipasi seluruh masyarakat untuk


secara bersama-sama mengawasi pelaksanaan kebijakan ini. Menkes menyatakan,
penerapan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar bertujuan untuk: 1)
memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar dan
jujur; 2) masyarakat memilih berdasarkan informasi yang lebih jelas secara
audiovisual, sehingga lebih mudah memahami sebelum membuat inform decission;
serta 3) mencegah perokok pemula untuk tidak mulai merokok. Terkait pencegahan
perokok pemula, ini yang melatarbelakangi peringatan secara visual perlu
ditampilkan, karena beberapa tahun kita gunakan peringatan berupa kata-kata, tidak
mempan, kata Menkes.
Dilihat

dari

pemberitaan

di

atas

yang

dikutip

dari:

http://www.depkes.go.id, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Kesehatan


tidak hanya memasang kampanye yang berupa gambar peringatan bahaya merokok
pada puskesmas, rumah sakit, tempat kerja, tempat menimba ilmu dan angkutan
umum saja. Melainkan pada kemasan rokok sesuai dengan PP tembakau no 109 tahun
2012 yang harus direalisasikan mulai pada tanggal 24 Juni 2014 (www.Depkes.go.id)
dengan ketentuan pemerintah mengharuskan memasang gambar tersebut besarnya 40
% dan harus berwarna juga tidak tertutup selubung sehingga mudah dilihat dari luar .
Pesan pada kemasan rokok harus menunjukkan besarnya resiko merokok, karena
peringatan kesehatan akan bahaya merokok berbentuk gambar di kemasan rokok
adalah penting, terutama di negara dimana masih terdapat buta huruf atau perokok

89

tidak peduli akan peringatan kesehatan akan bahaya merokok dan menurut Menteri
Kesehatan, mungkin pesan visual akan lebih mempan dibanding dengan kata-kata.
Peringatan kesehatan akan bahaya merokok berbentuk gambar pada kemasan rokok
harus dengan pesan tunggal dan harus diganti secara periodik agar tidak kehilangan
dampaknya dan mulai pada tanggal 24 Juni 2014 pemerintah mengganti pesan
peringatan bahaya merokok menjadi Peringatan: Merokok Membunuhmu,
Peringatan: Merokok sebabkan kanker mulut, Peringatan: Merokok dekat anak
berbahaya bagi mereka, Peringatan: Merokok sebabkan kanker paru-paru dan
bronkitis kronis, Peringatan: Merokok sebabkan kanker tenggorokan dan semua
pesanya sesuai dengan gambar peringatan yang dicantumkan pada setiap kemasan
rokok, dan harus dicantumkan pada setiap semua merk rokok yang di produksi di
Indonesia dan jika suatu produsen rokok tersebut tidak mencantumkan pesan dan
gambar peringatan pada kemasan rokok maka akan dikenakan sanksi penjara 5 tahun
dan dikenakan denda 500 juta rupiah sesuai dengan Pasal 199 Undang-undang no 36
tahun 2009 (www.Depkes.go.id)
Kementerian Kesehatan RI pun telah menetapkan 5 gambar peringatan
bahaya merokok yang di cantumkan pada setiap kemasan rokok yang telah ditetapkan
mulai 24 Juni 2014 adalah: gambar pertama yaitu gambar seorang bapak-bapak yang
merokok dan asapnya membentuk kepala tengkorak manusia yang mengibaratkan
bahwa merokok membunuhmu dan mendekatkan dengan kematian, gambar kedua
yaitu gambar seorang bapak-bapak yang menggendong anaknya dan berisi pesan

90

bahwa merokok dekat anak berbahaya bagi mereka, gambar ketiga yaitu gambar
mulut yang sedang terkena kanker mulut akibat merokok, gambar keempat yaitu
gambar paru-paru yang kondisinya tidak normal karena terkena kanker paru-paru dan
bronkhitis akibat merokok, gambar kelima yaitu gambar tenggorokan yang
kondisinya sedang terkena kanker tenggorokan akibat merokok. Dari gambar yang
sudah dijelaskan di atas menurut saya pemerintah sudah cukup peduli akan kesehatan
warganya, karena dari setiap gambar peringatan yang dicantumkan pada setiap
kemasan rokok sangatlah terlihat nyata dan cukup menyeramkan bagi perokok, dan
dilihat dari pesan yang diberikan dari Kementerian Kesehatan kepada para perokok
sudah cukup jelas bahwa gambar peringatan tersebut menjelaskan bahwa merokok
sangat tidak baik untuk kesehatan dan merokok itu bahaya untuk kesehatan karena
mengandung zat kimia yang bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam
tubuh sehingga memicu terjadinya kanker, seperti kanker paru, emfisema, dan
bronkitis kronik. Atau juga kanker lain, seperti kanker nasofarings, mulut, esofagus,
pankreas, ginjal, kandung kemih, dan rahim (http://www.tribunnews.com).

91

Gambar 4.4
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok

Sumber :(kompak.co)
4.7. Peran Perusahaan Rokok Dalam Mendukung Kampanye Kesehatan tentang
Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok
Dengan adanya gambar peringatan bahaya merokok semua perusahaan
rokok wajib mencamtumkan gambar peringatan bahaya merokok pada semua
kemasan rokok yang telah diproduksinya.Perusahaan rokok diberi waktu sekitar satu

92

hingga dua bulan untuk menarik produk yang belum bergambar. Menurut Agung,
pemerintah sudah cukup memberi waktu pada perusahaan rokok untuk mengikuti
aturan tersebut.Menko Kesra Agung Laksono meyakini, aturan untuk mencantumkan
peringatan Bahaya Merokok Bagi kesehatan dengan gambar yang menyeramkan pada
rokok tidak akan sampai mematikan industri rokok dan merugikan para pekerja
pabrik rokok.Terkait dengan pelaksanaan ketentuan tersebut, Menko Kesra Agung
Laksono

melalui Surat Edaran Surat

Nomor B.124/MENKO/KESRA/VI/2014,

tertanggal 18 Juni 2014, telah meminta kepada para Menteri Kabinet Indonesia
Bersatu (KIB) II dan Kepala lembaga terkait untuk dapat membantu pengawasan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi kesehatan,
khususnya ketentuan mengenai Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan
Produk Tembakatu yang tetah ditetapkan Peratran Menteri Kesehatan Nomor 28
Tahun 2013 (http://www.tribunnews.com ).
Semua Perusahaan rokok dalam menanggapi peraturan untuk menaruh
gambar peringatan pada kemasan rokok guna untuk mengkampanyekan bahaya
merokok sangat positif, dikarenakan memang kewajiban dari pemerintah dan jika
tidak menaruh gambar peringatan tersebut akan dikenakan sanksi dena. Maka
perusahaan rokok harus membuang semua produksi lamanya dengan mengganti
kemasan rokok yang menampilkan 5 gambar peringatan bahaya merokok yang telah
ditentukan oleh Kemenkes RI.Dilihat sampai tahun 2015 ini semua perusahaan rokok

93

pada kemasan rokoknya sudah menampilkan gambar peringatan bahaya merokok,


dan tidak ada satu pun perusahaan rokok yang tidak menampilkan gambar peringatan
tersebut.

94

BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas mengenai analisis data berdasarkan hasil
pengisian kuisioner yang telah disebar kepada 120 responden dan menerima kembali
semuanya. Keseluruhan responden tersebut merupakan karyawan berjenis kelamin
laki-laki, berusia 21-54 tahun, dan mengonsumsi rokok, dan karyawan dalam kriteria
tersebut bekerja di daerah perkantoran mega kuningan.
Pembahasan dalam bab ini meliputi karakteristik responden, analisis
deskriptif mengenai pendapat responden berdasarkan hasil pengisian kuisioner,
analisis data antar variabel serta hasil pengujian hipotesis penelitian.
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Responden Berdasarkan Usia
Dapat dinyatakan bahwa responden yang mengisi kuesioner yang berusia
antara 21 hingga 30 tahun sebanyak 70 responden (58,3%), yang berusia antara 31
hingga 40 tahun sebanyak 40 responden (33,3%), yang berusia antara 41 hingga 50
tahun sebanyak 9 responden (7,5%) dan terdapat 1 responden (0,8%) yang berusia
antara 51 hingga 54 tahun. Usia responden penting untuk dilihat pada penelitian ini,
karena peneliti melihat usia sebagai salah satu karakteristik responden yang sangat

95

potensial untuk melihat target kampanye peringatan bahaya merokok yang diberikan
oleh Kemenkes RI.
Tabel 5.11
Responden Berdasarkan Usia

Usia

Jumlah

Presentase (%)

21-30

70

58,3 %

31-40

40

33,3%

41-50

7,5 %

51-54

0,8 %

Total

120

100 %

5.1.2 Responden Berdasarkan Pendidikan


Hasil kuesioner menunjukan sebanyak 6 responden (5.0%) di tingkat SMA/Sederajat,
dan 114 responden (95,0%) di tingkat Perguruan Tinggi. Dilihat dari hasil penelitian
berdasarkan karateristik pendidikan, rata-rata pendidikan untuk karyawan yang
bekerja di daerah Mega Kuningan adalah minimal SMA dan Perguruan Tinggi.

96

Tabel 5.1.2
Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan

Jumlah

Presentase (%)

SD

0,0%

SMP

0,0%

SMA

5,0 %

Pendidikan Tinggi

114

95,0 %

Total

120

100 %

5.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan


Hasil kuesioner menunjukkan bahwa, 5 responden (4,2%) yang memiliki
pendapatan sebesar Rp.1.000.000,00 Rp.3.000.000,00, 62 responden (51,7%) yang
memiliki pendapatan sebesar Rp.3.000.000,00 Rp.5.000.000,00,

45 responden

(37,5%) yang memiliki pendapatan sebesar Rp.5.000.000,00 Rp.7.000.000,00, dan


8 responden (6.7 %) yang memiliki pendapatan sebesar > Rp.7.000.000,00.

97

Tabel 5.1.3
Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Pendapatan

Jumlah

Presentase (%)

<Rp.1.000.000,00

0,0 %

Rp.1.000.000,00
Rp.3.000.000,00

4,2 %
5

Rp. 3.000.000,00
Rp.5.000.000,00

51,7 %
62

Rp.5.000.000,00

37,5 %

Rp.7.000.000,00

45

> Rp.7.000.000,00

6,7 %

Total

120

100%

5.1.4 Responden Berdasarkan Kuantitas Merokok Per Hari


Hasil kuesioner menunjukan bahwa sebanyak 6 responden (5.0%) yang
mengonsumsi rokok < 1 bungkus perhari, 74 responden (61.7 %) yang mengsonsumsi
rokok 1-2 bungkus perhari, 39 responden (32,5%) yang mengonsumsi rokok 2-3
bungkus perhari, dan 1 responden (0,8%) yang mengonsumsi rokok > 3 bungkus
perhari.

98

Tabel 5.1.4
Responden Berdasarkan Kuantitas Merokok Per Hari

Kuantitas

Jumlah

Presentase (%)

<1 bungkus

5,0 %

1-2 bungkus

74

61,7 %

2-3 bungkus

39

32,5 %

>3 bungkus

0,8 %

Total

120

100 %

5.2 Analisis Deskriptif Program Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Pada


Kemasan Rokok Dari Kemenkes RI.
Dalam Penelitian ini, penulis ingin mengetahui mengenai pendapat responden
terhadap Program Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Dari Kemenkes RI. Maka, diperoleh hasil sebagai berikut :

99

Tabel 5.2.1
Mengetahui Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Tidak Tahu

2,5 %

Ragu-Ragu

6,7 %

Mengetahui

91

75,8 %

Sangat Mengetahui

18

15,0 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 91


responden (75,8 %) yang setuju, 18 responden (15.0 %) yang menyatakan sangat
setuju, 8 responden (6,7 %) yang menyatakan ragu-ragu , dan 3 responden (2,5 %)
yang menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden mengetahui mengenai program kampanye peringatan bahaya merokok dari
Kemenkes RI pada kemasan rokok berupa gambar peringatan bahaya merokok yang
tertera pada setiap kemasan rokok.

100

Tabel 5.2.2
Mengetahui Makna Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan
Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Tidak Mengetahui

5,0 %

Ragu-Ragu

32

26,7 %

Mengetahui

67

55 8, %

Sangat Mengetahui

15

12,5 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 67


responden (55,8%) yang setuju, 32 responden (26,7%) yang menyatakan ragu-ragu,
15 responden (12,5%) yang menyatakan sangat setuju, dan 6 responden (5,0%) yang
menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.2 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden mengetahui makna dari program kampanye peringatan bahaya merokok
dari Kemenkes RI pada kemasan rokok berupa gambar peringatan bahaya merokok
yang tertera pada setiap kemasan rokok.

101

Tabel 5.2.3
Menganggap Tampilan Gambar Peringatan Bahaya Merokok Sudah Tepat Dan
Sesuai
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0.8 %

Tidak Setuju

2,5 %

Ragu-Ragu

31

25,8 %

Setuju

75

62,5%

Sangat Setuju

11

9,2%

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.3 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 75


responden (62,5%) yang menyatakan setuju, 31 responden (25,8%) yang menyatakan
ragu-ragu, 11 responden (9,2%) yang menyatakan sangat setuju, dan 3 responden
(2,5%) yang menyatakan tidak setuju.

Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.3 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden menganggap bahwa tampilan gambar peringatan bahaya merokok sudah
tepat dan sesuai tetapi Sebanyak 25,8% responden pun masih ada yang menyatakan
masih ragu-ragu.

102

Tabel 5.2.4
Sering Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Tidak Pernah

0,0 %

Ragu-Ragu

27

22,5 %

Sering

80

66,7 %

Sangat Sering

13

10,8 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.4 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 80


responden (66,7%) yang menyatakan setuju, 13 responden (10,8%) yang menyatakan
sangat setuju, dan 27 responden (22,5%) yang menyatakan ragu-ragu.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.4 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden sering melihat program kampanye peringatan bahaya merokok dari
Kemenkes RI pada kemasan rokok berupa gambar peringatan bahaya merokok yang
tertera pada setiap kemasan rokok.

103

Tabel 5.2.5
Ukuran Gambar Peringatan Bahaya Merokok Sudah Sesuai
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,0%

Tidak Setuju

3,3%

Ragu-Ragu

40

33,3%

Setuju

61

50,8%

Sangat Setuju

15

12,5%

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.5 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 61


responden (50,8%) yang menyatakan setuju, 40 responden (33,3%) yang menyatakan
ragu-ragu, 15 responden (12,5%) yang menyatakan sangat setuju, dan 4 responden
(3,3%) yang menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.5 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden menganggap ukuran gambar peringatan bahaya merokok sudah sesuai,
tetapi Sebanyak 33,3% responden pun masih menyatakan ragu-ragu bahwa ukuran
gambar peringatan bahaya merokok sudah sesuai.

104

Tabel 5.2.6
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Menarik Perhatian
Anda
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,0 %

Tidak Setuju

2,5 %

Ragu-Ragu

35

29,2 %

Setuju

69

57,5 %

Sangat Setuju

13

10,8 %

Total

120

100.0 %

Dari tabel 5.2.6 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 69


responden (57,5%) yang menyatakan setuju, 35 responden (29,2%) yang menyatakan
ragu-ragu, 13 responden (10,8%) yang menyatakan sangat setuju, dan 3 responden
(2,5%) yang menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden
menganggap kampanye peringatan bahaya merokok berbentuk gambar peringatan
bahaya merokok menarik perhatian bagi yang melihatnya, tetapi sebanyak 29,2%
responden menyatakan masih menyatakan ragu- ragu.

105

Tabel 5.2.7
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Sudah Cukup
Nyata Dan Menyeramkan
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,8 %

Tidak Setuju

2,5 %

Ragu-Ragu

38

31,7%

Setuju

66

55,0%

Sangat Setuju

12

10,0%

Total

120

100.0 %

Dari tabel 5.2.7 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 66


responden (55,5%) yang sangat menyatakan setuju, 38 responden (31,7%) yang
menyatakan ragu-ragu, 12 responden (10,0%) yang sangat setuju, 3 responden (2,5%)
yang menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) yang menyatakan sangat tidak
setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.7 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden melihat bahwa gambar peringatan bahaya merokok yang ada pada
kemasan rokok sudah cukup nyata dan menyeramkan dan sebanyak 31,7% responden

106

menyatakan ragu-ragu bahwa gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan


rokok sudah cukup meyeramkan.

Tabel 5.2.8
Letak Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Sudah
Sesuai
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,8 %

Tidak Setuju

2,5 %

Ragu-Ragu

36

30,0 %

Setuju

68

56,7%

Sangat Setuju

12

10,0%

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.8 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 68


responden (56,7%) yang menyatakan setuju, 36 responden (30,0%) yang menyatakan
ragu-ragu, 12 responden (10,0%) yang

menyatakan sangat setuju, 3 responden

(2,5%) yang menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) yang menyatakan
sangat tidak setuju.

107

Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.8 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden merasa letak gambar peringatan bahaya merokok dari Kemenkes RI pada
kemasan rokok sudah cukup sesuai, tapi 30,0% responden juga ada yang menyatakan
ragu-ragu bahwa letak gambar peringatan bahaya merokok sudah sesuai.

Tabel 5.2.9
Letak Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Mudah
Untuk Dilihat
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,0 %

Tidak Setuju

0,8%

Ragu-Ragu

25

20,8 %

Setuju

78

65,0 %

Sangat Setuju

16

13,3 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.9 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 78


responden (65,0%) yang menyatakan setuju, 25 responden (20,8%) yang menyatakan
ragu-ragu, 16 responden (13,3%) yang menyatakan sangat setuju, dan 1 responden
(0,8%) yang menyatakan tidak setuju.

108

Hasil yang didapat dari tabel 5.2.9 menunjukkan bahwa mayoritasdari


responden merasa gambar peringatan bahaya merokok dari Kemenkes RI pada
kemasan rokok mudah untuk dilihat karena ukurannya sudah sesuai.

Tabel 5.2.10
Melihat Jelas Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,0 %

Tidak Setuju

5,0%

Ragu-Ragu

39

32,5%

Setuju

61

50,8%

Sangat Setuju

14

11,7%

Total

120

100 %

Dari tabel 5.2.10 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 61


responden (50,8%) yang menyatakan setuju, 39 responden (32,5%) yang menyatakan
ragu-ragu, 14 responden (11,7%) yang menyatakan sangat setuju, dan 6 responden
(5,0%) yang menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.10 menunjukkan bahwa mayoritasdari
responden melihat jelas gambar peringatan dari Kemenkes RI yang ada pada setiap

109

kemasan rokok yang diproduksi, dan dari 32,5% responden ada juga yang
menyatakan ragu-ragu.

5.3 Analisis Deskriptif Kesadaran Bahaya Merokok Di Kalangan Karyawan


Perkantoran Daerah Mega Kuningan
Tabel 5.3.1
Mengetahui Bahawasanya Rokok Tidak Baik Bagi Kesehatan Anda
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,0 %

Tidak Setuju

2,5 %

Ragu-Ragu

31

25,8 %

Setuju

70

58,3 %

Sangat Setuju

16

13,3 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.3.1 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 70


responden (58,3%) yang menyatakan setuju, 31 responden (25,8%) yang menyatakan
ragu-ragu, 16 responden (11,7%) yang menyatakan sangat setuju, dan 3 responden
(2,5%) yang menyatakan tidak setuju .Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.1

110

menunjukkan bahwa mayoritas dari responden sudah mengetahui bahwa rokok tidak
baik untuk kesehatan.

Tabel 5.3.2
Menyadari Selain Tidak Baik Bagi Kesehatan, Rokok Mengahabiskan Uang
Anda Dan Membahayakan Kesehatan Anda
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0.8%

Tidak Setuju

11

9.2%

Ragu-Ragu

26

21.7 %

Setuju

66

55.5 %

Sangat Setuju

16

13.3 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.3.2 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 66


responden (55,5%) yang menyatakan setuju, 26 responden (21,7%) yang menyatakan
ragu-ragu, 16 responden (13,3%) menyatakan sangat setuju, 11 responden (9,2%)
yang menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) menyatakan sangat tidak
setuju

111

Hasil yang didapat dari tabel 5.3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden Menyadari Selain Tidak Baik Bagi Kesehatan, Rokok Menghabiskan Uang
Anda Dan Membahayakan Kesehatan Anda.

Tabel 5.3.3
Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Anda Paham Akan Dampak Yang Ditimbulkan
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

1.7 %

Tidak Setuju

7.5 %

Ragu-Ragu

31

25.8 %

Setuju

59

49.2 %

Sangat Setuju

19

15.8 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.3.3 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 59


responden (86,7%) yang menyatakan setuju, 31 responden (25,8%) yang menyatakan
ragu-ragu, 19 responden (15,8%)

yang menyatakan sangat setuju, 9 responden

(7,5%) yang menyatakan tidak setuju, dan 2 responden (1,7%) yang menyatakan
sangat tidak setuju.

112

Hasil yang didapat dari tabel 5.3.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden Telah Paham Akan Dampak Yang Ditimbulkan Setelah Melihat Gambar
Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok, dan masih ada 25,8% responden
yang masih menyatakan ragu-ragu akan pemahaman dampak yang ditimbulkan.

Tabel 5.3.4
Merasa Cemas Akan Kesehatan Anda Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

1.7 %

Tidak Setuju

6.7 %

Ragu-Ragu

34

28.3 %

Setuju

57

57.5 %

Sangat Setuju

19

15.8 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.3.4 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 57


responden (57,5%) yang menyatakan setuju, 34 responden (28,3%) yang menyatakan
ragu-ragu, 19 responden (15,8%) yang menyatakan sangat setuju, 8 responden (6,7%)

113

yang menyatakan tidak setuju, dan 2 responden (1,7%) yang menyatakan sangat tidak
setuju
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.4 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden merasa cemas akan kesehatannya setelah melihat gambar peringatan
bahaya merokok pada kemasan rokok, tapi dari 28,3% responden ada juga yang
masih menyatakan ragu-ragu akan kecemasannya terhadap kesehatan responden itu
sendiri.

Tabel 5.3.5
Sependapat Bahwasanya Rokok Dapat Menyebabkan Penyakit Seperti Yang
Tertera Di Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

7,5%

Tidak Setuju

12

10 %

Ragu-Ragu

31

25,8%

Setuju

48

40 %

Sangat Setuju

20

16,7 %

Total

120

100 %

Dari tabel 5.3.5 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 48


responden (40%) yang menyatakan setuju, 31 responden (25,8%) yang menyatakan
114

ragu-ragu, 20 responden (16,7%) yang menyatakan sangat setuju, 12 responden


(10%) yang menyatakan tidak setuju, dan 9 responden (7,5%) yang menyatakan
sangat tidak setujupada gambar peringatan bahaya merokok
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.5 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden sependapat bahwasanya rokok dapat menyebabkan penyakit yang tertera di
gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok tapi dari 25,8% responden
masih ada juga yang menyatakan ragu-ragu.

Tabel 5.3.6
Saat Ini Tidak Mengalami Gejala Salah Satu Penyakit Seperti Yang Tertera
Pada Gambar Peringatan Bahaya Merokok Sebagai Akibat Dari Merokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0.0 %

Tidak Setuju

3.3 %

Ragu-Ragu

20

16.7 %

Setuju

67

55.8 %

Sangat Setuju

29

24.2 %

Total

120

100 %

115

Dari tabel 5.3.6 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 67


responden (55,8%) yang menyatakan setuju, 29 responden (24,2 %) yang menyatakan
sangat setuju, 20 responden (16,7%) yang menyatakan ragu-ragu dan 4 responden
(3,3%) yang menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.6 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden menyatakan Saat Ini Tidak Mengalami Gejala Salah Satu Penyakit Seperti
Yang Tertera Pada Gambar Peringatan Bahaya Merokok Sebagai Akibat Dari
Mengonsumsi rokok.

Tabel 5.3.7
Bersedia Menggunakan Smoking Room Atau Merokok Di Tempat Yang
Disediakan Untuk Menghormati Orang Yang Tidak Merokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,8 %

Tidak Setuju

7,5%

Ragu-Ragu

26

21,7 %

Setuju

53

44,2 %

Sangat Setuju

31

25,8 %

Total

120

100 %

116

Dari tabel 5.3.7 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 53


responden (44,2%) yang menyatakan setuju, 31 responden (25,8%) yang menyatakan
sangat setuju, 26 responden (21,7%) yang menyatakan ragu-ragu, 9 responden (7,5%)
yang menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) yang menyatakan sangat tidak
setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.7 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden Bersedia Menggunakan Smoking Room Atau Merokok Di Tempat Yang
Disediakan Untuk Menghormati Orang Yang Tidak Merokok, dan ini menunjukan
perubahan perilaku yang positif.
Tabel 5.3.8
Bersedia Apabila Diminta Untuk Mengurangi Jumlah Batang Rokok Yang
Dihisap Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,8 %

Tidak Setuju

6,7 %

Ragu-Ragu

35

29,2 %

Setuju

50

41,7 %

Sangat Setuju

26

2,7 %

Total

120

100 %

117

Dari tabel 5.3.8 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 50


responden (41,7%) yang menyatakan setuju, 35 responden (29,2%) yang menyatakan
ragu-ragu, 26 responden (21,7%) yang menyatakan sangat setuju, 8 responden (6,7%)
yang menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) yang menyatakan sangat tidak
setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.8 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden Bersedia Apabila Diminta Untuk Mengurangi Jumlah Batang Rokok Yang
Dihisap Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok, tetapi 29,2%
responden masih ada yang menyatakan ragu-ragu.

Tabel 5.3.9
Tidak Bersedia Apabila Diminta Langsung Berhenti Merokok Setelah Melihat
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,0 %

Tidak Setuju

4,2 %

Ragu-Ragu

30

20,0 %

Setuju

71

50,0 %

Sangat Setuju

13

25,8 %

Total

120

100 %

118

Dari tabel 5.3.9 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 71


responden (50,0%) yang setuju, 30 responden (20,0%) yangmenyatakan ragu-ragu, 13
responden (25,8%) yang menyatakan sangat setuju dan 6 responden (4,2%) yang
menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.9 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden Tidak Bersedia Apabila Diminta Langsung Berhenti Merokok Setelah
Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok.

Tabel 5.3.10
Bersedia Mengambil Perubahan Sikap Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0.0 %

Tidak Setuju

5.0 %

Ragu-Ragu

35

29.2 %

Setuju

60

50.0 %

Sangat Setuju

19

15.8 %

Total

120

100 %

119

Dari tabel 5.3.10 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 60


responden (50,0%) yang menyatakan setuju, 35 responden (29,2%) yang menyatakan
ragu-ragu, 19 responden (15,8%) yang menyatakan sangat setuju, 6 responden (5,0%)
yang menyatakan tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.10 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden Bersedia Mengambil Perubahan Sikap Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok.

Tabel 5.3.11
Merasa Takut Untuk Merokok Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya
Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,8 %

Tidak Setuju

7,5 %

Ragu-Ragu

47

39,2 %

Setuju

38

31,7 %

Sangat Setuju

25

20,8 %

Total

120

100 %

120

Dari tabel 5.3.11 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 47


responden (39,2%) yang menyatakan ragu-ragu, 38 responden (31,7%) yang
menyatakan setuju, 25 responden (20,8%) yang menyatakan sangat setuju, 9
responden (7,5%) yang menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) yang
menyatakan sangat tidak setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.11 menunjukkan bahwa sebagian dari
responden masih ragu-ragu untuk Takut Merokok Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok dan sebagian dari respoden menyatakan
setuju, dan sangat setuju.

Tabel 5.3.12
Mencari Informasi Lebih Lanjut Tentang Bahaya Merokok Setelah Melihat
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan

Frekuensi

Presentase (%)

Sangat Tidak Setuju

0,8 %

Tidak Setuju

10

8,3 %

Ragu-Ragu

26

21,7 %

Setuju

60

50,0 %

Sangat Setuju

23

19,2 %

Total

120

100 %

121

Dari tabel 5.3.12 menunjukkan bahwa dari 120 responden, terdapat 60


responden (50,0%) yang setuju, 26 responden (21,7%) yang menyatakan ragu-ragu,
23 responden (19,2%) yang menyatakan sangat setuju, 10 responden (8,3%) yang
menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) yang menyatakan sangat tidak
setuju.
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.12 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden ada keinginan untuk Mencari Informasi Lebih Lanjut Tentang Bahaya
Merokok Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan
Rokok.

5.4.

Nilai Rata-Rata Variabel


Pada penelitian ini menggunakan perhitungan MS (Mean Score) dan OMS

(Overall mean score) untuk dapat menghitung pernyataan-pernyataan dan untuk


mengetahui seberapa besar pengaruh kampanye peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok terhadap kesadaran bahaya merokok di kalangan karyawan yang
bekerja di daerah Mega Kuningan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rentang
antar skala yaitu :

Rentang Skala =

122

Simamora (2002) mengatakan, rentang skala yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4.1
Rentang Skala
Skala 1,00 1,08

Sangat Tidak Setuju

Skala 1,81 2,60

Tidak Setuju

Skala 2,61 3,40

Netral

Skala 3,41 4,20

Setuju

Skala 4,21 5,00

Sangat Setuju

Sumber : Simamora (2002)

Rumus MS dan OMS :

MS =

OMS =

123

Tabel 5.4.2
No

Indikator

Overall Mean

Keterangan

Score
1

Kampanye

3.79

Peringatan Bahaya

Tinggi ( Responden
Setuju)

Merokok
2

Kesadaran Bahaya

3,75

Merokok

Tinggi ( Responden
Setuju)

Berdasarkan data di atas, hampir semua indikator memiliki nilai overall mean
score yang cukup tinggi. Ini membuktikan bahwa skala di setiap indikator
berpengaruh cukup besar pada Kampanye Peringatan Bahaya Merokok terhadap
Kesadaran Bahaya Merokok.

5.5 Perhitungan Korelasi dan Regresi Linear Sederhana

a. Korelasi Tingkat Pearson


Untuk mengetahui seberapa kuat korelasi kampanye peringatan bahaya
merokok pada kemasan rokok terhadap kesadaran bahaya merokok di kalangan
karyawan yang bekerja di daerah Mega Kuningan digunakan perhitungan dengan

124

menggunakan korelasi tingkat Pearson. Tabel dibawah ini merupakan hasil penelitian
penulis dengan bantuan aplikasi SPSS 17.0 for windows

Correlations
Kampanye
Pringatan

Kesadaran

Bahaya Merokok Bahaya Merokok


Kampanye Pringatan Bahaya Pearson Correlation
Merokok

Sig. (2-tailed)
N

Kesadaran Bahaya Merokok Pearson Correlation

.535

**

.000
120

120

**

.535

Sig. (2-tailed)

.000

120

120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa angka korelasi antara


Kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (x) terhadap kesadaran
bahaya merokok (Y) diperoleh nilai sebesar 0,535. Artinya kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang sedang antara kampanye peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok terhadap kesadaran bahaya merokok di kalangan karyawan yang
bekerja didaerah Mega Kuningan.Artinya, jikakampanye peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok terus ada, maka pengaruh terhadap kesadaran bahaya merokok
akan terus meningkat. Pedoman korelasi yang sedang tersebut didapatkan dari tabel
di bawah ini :
125

Tabel 5.5.1
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien

Tingkat Hubugan

0,00 0,199

Sangat Rendah

0,20 0,399

Rendah

0,40 0,599

Sedang

0,60 0,799

Kuat

0,80 1,000

Sngat Kuat

Sumber: Sugiyono (2007, h. 250)

Berdasarkan tabel di atas maka terbukti bahwa angka korelasi antara variabel
kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap kesadaran akan
bahaya merokok sebesar 0, 535 . Angka ini berdasarkan tabel 5.5.1 menunjukan
korelasi yang sedang, karena termasuk pada interval koefisien 0,40 0,599 (sedang).

b.Regresi Sederhana
Pada penelitian ini penulis memutuskan untuk menggunakan analisa regresi linear
sederhana untuk memprediksi suatu nilai variabel dependent berdasarkan nilai-nilai
126

variabel independent. Analisis ini juga digunakan untuk melihat pengaruh antara
kedua variabel yang diteliti oleh penulis, yaitu variabel Kampanye Peringatan Bahaya
Merokok Pada Kemasan Rokok(X) dengan variabel Kesadaran Bahaya Merokok
(Y). Analisa regresi linear sederhana ini juga menggunakan aplikasi statistik SPSS
17.0 for windows.

Variables Entered/Removed

Model
1

Variables

Variables

Entered

Removed

Kampanye

Method
. Enter

Peringatan
Bahaya
Merokok

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: Kesadaran Bahaya Merokok

Model Summary

Model
1

R
.535

R Square
a

.286

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
.280

5.44573

a. Predictors: (Constant), Kampanye Peringatan Bahaya Merokok

127

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

Df

Mean Square

Regression

1404.600

1404.600

Residual

3499.400

118

29.656

Total

4904.000

119

Sig.

47.363

.000

a. Predictors: (Constant), Kampanye Peringatan Bahaya Merokok


b. Dependent Variable: Kesadaran Bahaya Merokok

Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
Kampanye Peringatan

Std. Error
19.929

3.677

.660

.096

Coefficients
Beta

.535

Sig.

5.420

.000

6.882

.000

Bahaya Merokok
a. Dependent Variable: Kesadaran Bahaya Merokok

Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa kampanye peringatan bahaya


merokok sebagai variabel independent berpengaruh terhadap kesadaran bahaya
merokok sebagai variabel dependen. Dengan R = 0.535, nilai R (R Square) dari tabel
Model Summary sebesar 0.286, angka ini memiliki arti bahwa sebesar 28,6%
pelaksanaan kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok yang
dilakukan oleh Kemenkes RI mempengaruhi terhadap kesadaran bahaya merokok.
Sedangkan sisanya, yaitu 71,4% merupakan kontribusi dari variabel-variabel diluar
variabel kesadaran bahaya merokok.
128

Berdasarkan pada hasil perhitungan yang diperoleh dalam Tabel ANOVA,


diperoleh angka yang signifikan sebesar 0,000 Angka 0,000 < 0,05. Sehingga dapat
dikatakan terdapat hubungan linier antara kedua variabel, maka variabel kampanye
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok mempengaruhi kesadaran akan
bahaya merokok, dimana persamaan garis regresi ditunjukkan sebagai berikut :

Y = a + bX
Y = 19,929+ 0.660X
Dimana:
Y = Kesadaran Bahaya Merokok
X = Kampanye Peringatan Bahaya Merokok
a = 19,929, artinya apabila nilai kampanye peringatan bahaya merokok tetap atau
tidakmengalami penambahan atau pengurangan maka nilai kampanye peringatan
bahaya merokok sebesar nilai konstanta yaitu : 19,929
bx = 0.660, artinya suatu satuan nilai peningkatan variabel kesadaran bahaya
merokok apabila ada penambahan satu satuan variabel pada kampanye peringatan
bahaya merokok.

129

5.6 Diskusi Hasil Penelitian


Berdasarkan Hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa secara
keseluruhan ada pengaruh antara kampanye peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok terhadap kesadaran bahaya merokok, hal ini ditunjukan dengan nilainilai korelasi sebesar 0,535 yang termasuk dalam interval 0,40 0,599 (sedang).
Dari hasil analisis regresi sederhana dapat diketahui bahwa hubungan antara
variabel kampanye peringatan bahaya merokok (x) pada kemasan rokok dengan
variabel kesadaran akan bahaya merokok (y) menunjukan bahwa besarannya
koefisien penentu atau R square yaitu 0, 286. Hal ini menunjukan bahwa 28,6%
variasi yang terjadi pada variabel kesadaran akan bahaya merokok dapat dijelaskan
oleh variasi yang terjadi pada variabel kampanye peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok yang dilakukan oleh Kemenkes RI. Sedangkan sisanya yaitu 71,4%
merupakan kontribusi dari variable-variabel lainnya di luar variabel kampanye
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok.
Berdasarkan pada hasil perhitungan yang diperoleh dalam Tabel ANOVA,
diperoleh juga angka yang signifikan sebesar 0,000 Angka 0,000 < 0,05. Sehingga
dapat dikatakan terdapat hubungan linier antara kedua variabel, maka variabel
kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok berpengaruh terhadap
kesadaran akan bahaya merokok.

130

BAB VI
KESIMPULAN & SARAN

Dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang telah
dibahas dalam teori dan apa yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
serta berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh kampanye
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dari Kemenkes RI terhadap
kesadaran bahaya merokok di kalangan karyawan yang bekerja di daerah Mega
Kuningan, selanjutnya penulis akan memberikan beberapa saran sehubungan dengan
hasil penelitian penulis.
6.1 Kesimpulan
Kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan bentuk
gambar peringatan bahaya merokok sudah mulai dilaksanakan dari tanggal 24 Juni
2014, Kemenkes RI telah menetapkan 6 gambar yang akan dipasang pada setiap
kemasan rokok yang diproduksi. Gambar tersebut harus sebesar 40% dari besar
kemasan rokok. Gambar peringatan bahaya merokok yang dikeluarkan pemerintah
melalui Kemenkes RI dimaksudkan untuk mengurangi angka kematian karena
mengonsumsi rokok, mengurangin jumlah perokok di Indonesia, hidup sehat tanpa
merokok, dan untuk menyadarkan para konsumen rokok bahwa rokok itu berbahaya
dan dapat menimbulkan beberapa penyakit.

131

Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka pada bab ini peneliti dapat
menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Tanggapan responden terhadap kampanye peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok dari Kemenkes RI hasilnya cukup baik. Mayoritas responden
mengetahui adanya kempanye peringatan bahaya merokok tersebut berupa
gambar peringatan bahaya merokok pada setiap kemasan rokok, dan sebagian
besar responden tersebut mengetahui makna dari gambar peringatan tersebut.
2. Hasil dari penelitian, responden menyatakan bahwa kampanye peringatan
bahaya merokok pada kemasan rokok berpengaruh terhadap kesadaran bahaya
merokok, tetapi dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan mayoritas
responden tidak ingin untuk langsung berhenti merokok walaupun adanya
kesadaran dari bahaya merokok dikarenakan mengonsumsi rokok mungkin
sudah menjadi kebiasaan, dan rokok mengandung zat yang adiktif.
3. Dilihat dari hasil penelitian, gambar peringatan bahaya merokok pada
kemasan

rokok meningkatkan kemauan mayoritas responden untuk

melakukan hal yang lebih positif, seperti menggunakan smoking room untuk
menghormati orang yang tidak merokok, mencari informasi lebih lanjut
tentang bahaya merokok, mengurangi jumlah batang rokok, bersedia
mengambil perubahan sikap.
4. Berdasarkan hasil pengujian statistik dapat ditarik kesimpulan bahwa
kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dari Kemenkes RI

132

memiliki pengaruh terhadap kesadaran bahaya merokok. Hal ini menunjukan


bahwa Kemenkes RI sudah bisa dibilang berhasil. Karena salah satu definisi
kampanye adalah berfokus pada niat satu kelompok untuk mengubah
keyakinan atau perilaku kelompok lain, dan definisi kampanye yang lain
adalah kampanye komunikasi publik sebagai upaya yang bertujuan untuk
menginformasikan, membujuk, atau memotivasi perubahan perilaku yang
didefiniskan benar dalam audiens yang berjumlah besar, umumnya untuk
manfaat yang berupa non-komersial kepada individu dan masyarakat,
biasanya dalam jangka waktu tertentu, dengan cara aktif menggunakan
komunikasi terorganisir yang melibatkan media massa dan sering dilengkapi
dengan dukungan antar-pribadi (Rice dan Atkin, 1989).

6.2 Implikasi Penelitian


Dari kesimpulan yang telah didefiniskan di atas, penulis mendapatkan hasil
akhir dari penelitian yaitu kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok berpengaruh terhadap kesadaran bahaya merokok, kegiatan kampanye
peringatan bahaya merokok memang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah
perokok yang ada di Indonesia dan mengurangi jumlah angka kematian karena
mengonsumsi rokok, walaupun pengaruh dari kampanye tersebut tidak begitu
kuat, tetapi dari hasil penelitian diketahui bahwa kampanye tersebut dapat
meningkatkan kesadaran khalayak bahwa merokok memang tidak baik untuk

133

kesehatan, dan mengubah sebagian responden kearah perilaku yang lebih positif
seperti menggunakan smoking room untuk menghormati orang yang tidak
merokok, mencari informasi lebih lanjut tentang bahaya merokok, mengurangi
jumlah batang rokok, dan bersedia untuk mengambil perubahan sikap.

6.3 Saran Untuk Peneliti Berikutnya


1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang. Oleh karena itu itu penulis
menyarankan untuk penelitian berikutnya, penulis melakukan penelitian lebih
lanjut dan meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran
(awareness) akan bahaya merokok yang semakin valid dan dapat dipercaya.
2. Melakukan penelitian kampanye peringatan bahaya merokok dalam bentuk
lainnya, selain bentuk gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok. Agar mengetahui sejauh mana kampanye yang telah dilakukan apakah
sudah efektif untuk meningkatkan tingkat kesadaran akan bahaya merokok.
3. Penelitian selanjutnya juga bisa menggunakan metode analisis yang berbeda
dibandingkan dengan penelitian yang sekarang, sehingga dapat digunakan
untuk mengetahui tidak hanya hubungan dari variabel tetapi juga kontribusi
dari tiap variabel-variabel dalam tahapan-tahapan komunikasi dan kampanye
secara berkesinambungan.

134

4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk tempat yang berbeda dan lebih luas,
agar bisa mengetahui dampak kampanye tersebut terhadap kesadaran bahaya
merokok pada khalayak yang lebih luas, dan target responden penelitian
disarankan dari berbagai jenis kelamin, agar mengetahui dampak terhadap
perokok berjenis kelamin wanita juga.

135

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana, Jakarta.

Cutlip, Center & Broom. 2009 . Effective Public Relations. Prenada Media Group,
Jakarta.

Jenkins, Frank. 2004. Public Relations. Erlangga, Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Rice & Atkin. 2001. Public Communicarion Campaigns. Edisi 3, Sage Publications,
Inc, California.
Ruslan, Rosady 2008. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.

Smith, Ronald D. 2002. Strategic Planning For Public Relations. Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers, Mahwah, New Jersey

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. ALFABETA. Bandung.

Sumanto, 2014. Teori Dan Aplikasi Metode Penelitian. CAPS, Yogyakarta.

136

Wilcox, Cameron, Ault, Agee. 2003, Public Relations : Strategies And Tactics, Edisi
7, Pearson Education, Inc, Boston.

Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Gramedia Widiasarana Indonesia,


Jakarta.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian


Gabungan. PT Fajar Interpratama Mandiri. Jakarta.

Pratiwi, Aldini 2009, Analisis Peran Dan Strategi Kampanye Humas Oleh Corporate
Commuication Dalam Mensosialisasikan Merger Kepada Nasabah, Program Studi
Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
Depok.
Zefanya, Ribka 2009, Analisi Strategi Media Dan Government Relations Dalam
Kampanye Pemasaran Sosial (studi Kasus Pada Peringatan Hari Osteoporosis
Nasional Di Jakarta Periode 2007-2009 oleh Anlene Indonesia), Program Studi
Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
Depok.
Melani Ismail, Stela 2004, Kampanye Public Relations dalam membentuk sikap
khalayak (Studi pada kampanye stop trafficking children and your people yang
diselenggarakan oleh body shop Indonesia, Program Studi Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok.
Website

Rini Susanti. 2007. Fungsi Teori Dalam Penelitian Kuantitatif. Jurnal Teknodik.
Volume. 11, no. 20, pp. 172 194. (
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=203342).
Purwanto. 2007. Metode-metode penelitian pendidikan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Jurnal Teknodik. Volume 11, no. 20, pp. 196.
(https://lib.atmajaya.ac.id/Uploads/Fulltext/168953/artikel/195.pdf)

137

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. ALFABETA. Bandung
Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Salemba
Empat, Jakarta.

Voa Indonesia. (2010). Harga Rokok Di New York Akan Paling Mahal Di As.
http://www.voaindonesia.com/content/harga-rokok-di-new-york-akan-paling-mahaldi-as-96763944/80059.html, 20 Februari 2015.

Radio Australia. (2014). Jumlah Perokok Di Indonesia Semakin Meningkat.


http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-01-08/jumlah-perokok-diindonesia-semakin-meningkat/1244776, 20 Februari 2015.

Didi Purwadi. (2014). Jumlah Perokok Di Indonesia Melonjak Tajam.


http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-01-08/jumlah-perokok-diindonesia-semakin-meningkat/1244776, 20 Februari 2015.

Depkes Republik Indonesia. (2014). Indonesia Harus Melek Bahaya Rokok.


http://www.depkes.go.id/article/view/201407010002/indonesia-harus-melek-bahayamerokok.html, 20 Februari 2015.

Depkes Republik Indonesia. (2014). Bagaimana Dengan Indonesia ?


http://www.depkes.go.id/article/view/201407010002/indonesia-harus-melek-bahayamerokok.html, 20 Februari 2015.

Evieta Fadjar. (2014). Pesan Bergambar Pada Bungkus Rokok Mulai 24 Juni 2014.
http://www.tempo.co/read/news/2014/04/08/060569021/Pesan-Bergambar-PadaBungkus-Rokok-Mulai-24-Juni-2014, 21 Februari 2015.

Agung Budi Santoso. (2014). Dalam Sebatang Rokok Terkandung 4000 Zat Kimia
Berbahaya Membunuh 46 Orang Tiap Jam.
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/12/08/dalam-sebatang-rokok138

terkandung-4000-zat-kimia-berbahaya-membunuh-46-orang-tiap-jam, 21 Februari
2015.

Depkes Republik Indonesia. (2014). Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. http://www.depkes.go.id/article/view/13010100002/strukturorganisasi-kementerian-kesehatan-republik-indonesia.html.
Depkes Republik Indonesia. (2014). Visi dan Misi Kemenkes RI.
http://www.depkes.go.id/article/view/13010100001/profil-visi-dan-misi.html

139

Lampiran 1
Draft Angket Penelitian
Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI Pada
Kemasan Rokok Terhadap Kesadaran Bahaya Merokok Di Kalangan
Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan

Petunjuk Pengisian

Pada Bagian A mohon diisi dengan memberi tanda silang (X) untuk setiap
pertanyaan yang sesuai dengan pilihan anda.

Pada bagian B mohon pilih 1 (satu) jawaban dengan memberi tanda checklist (
V ) yang sesuai dengan penilaian Anda dan mewakili jawaban anda, dengan
pilihan sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

RR : Ragu-ragu

Kuisioner
A. Karaterisistik Responden

1. Usia
a. 21 30

b. 31 40

c. 41 50

d. 51 - 54

2.Pendidikan
a. SD

b. SMP

c. SMA

d.Pendidikan Tinggi (D3/S1/S2/S3)

140

3. Tingkat Pendapatan
a. <Rp. 1.000.000,b. Rp 1.000.000,-Rp 3.000.000,c. Rp 3.000.000,-Rp 5.000.000,d. Rp 5.000.000,-Rp 7.000.000,e. >Rp. 7.000.000,-

4. KuantitasMerokokPerHari
a. < 1 bungkus

b. 1 2 bungkus

c. 2 3 bungkus

d. > 3 bungkus

B. Daftar Pernyataan
PERNYATAAN

SS

RR

TS

STS

Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI Pada Kemasan


Rokok
1.Anda Mengetahui Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
2.Anda Mengerti Makna Gambar Peringatan
Bahaya MerokokPada Kemasan Rokok
3. Anda Menganggap Tampilan Gambar
Peringatan Bahaya Merokok Sudah Tepat Dan
Sesuai
4. Anda Sering Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok

141

5. Ukuran Gambar Peringatan Bahaya


Merokok Pada Kemasan Rokok Sudah Sesuai
6. Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada
Kemasan Rokok Menarik Perhatian Anda
7. Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada
Kemasan Rokok Sudah Cukup Nyata Dan
Menyeramkan
8. Anda Merasa Letak Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Sudah Sesuai
9. Anda Merasa Letak Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Mudah Untuk Di Lihat
10. Anda Dapat Melihat Jelas Gambar
Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan
Rokok

KesadaranBahayaMerokok
11. Anda Mengetahui Bahwasanya Rokok
Tidak Baik Bagi Kesehatan Anda
12. Anda Menyadari Selain Tidak Baik Bagi
Kesehatan, Rokok Menghabiskan Uang Anda
Dan Membahayakan Kesehatan Anda
13. Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Anda
Paham Akan Dampak Yang Ditimbulkan
14. Anda Merasa Cemas Akan Kesehatan
Anda Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok

142

15. Anda Sependapat Bahwasanya Rokok


Dapat Menyebabkan Penyakit Seperti Yang
Tertera Pada Gambar Peringatan Bahaya
Merokok Pada Kemasan Rokok
16. Anda Saat Ini Tidak Mengalami Gejala
Salah Satu Penyakit Seperti Yang Tertera
Pada Gambar Peringatan Bahaya Merokok
Sebagai Akibat Merokok
17. Anda Bersedia Menggunakan Smoking
Room atau merokok di tempat yang
disediakan untuk menghormati orang yang
tidak merokok
18. . Anda Bersedia Apabila Diminta Untuk
Mengurangi Jumlah Batang Rokok Yang
Dihisap Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok
19. Anda Tidak Bersedia Apabila Diminta
Untuk Langsung Berhenti Merokok Setelah
Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok
Pada Kemasan Rokok
20. Anda Bersedia Mengambil Perubahan
Sikap Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
21. Anda Merasa Takut Untuk Merokok
Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya
Merokok Pada Kemasan Rokok
22. Anda Akan Mencari Informasi Lebih
Lanjut Tentang Bahaya Merokok Setelah
Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok
Pada Kemasan Rokok

143

Lampiran II
Perhitungan Hasil Uji SPSS

Uji validitas variabel (x)

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Anda mengetahui gambar

Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted

Total Correlation

Alpha if Item
Deleted

33.95

23.342

.630

.924

34.23

20.915

.841

.912

34.20

22.531

.686

.921

34.10

23.368

.620

.924

34.26

21.101

.826

.913

34.22

22.406

.668

.922

peringatan bahaya merokok


pada kemasan rokok
anda mengerti makna
gambar peringatan bahaya
merokok pada kemasan
rokok
anda menganggap tampilan
gambar peringatan bahaya
merokok sudah tepat dan
sesuai
anda sering melihat gambar
peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok
ukuran gambar peringatan
bahaya merokok pada
kemasan rokok sudah sesuai
gambar peringatan bahaya
merokok pada kemasan
rokok menarik perhatian anda

144

gambar peringatan bahaya

34.28

21.882

.703

.920

34.26

21.706

.738

.918

34.08

22.490

.734

.919

34.29

21.486

.735

.919

merokok pada kemasan


rokok sudah cukup nyata dan
menyeramkan
anda merasa letak gambar
peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok sudah
sesuai
anda merasa letak gambar
peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok mudah
untuk dilihat
anda dapat melihat jelas
gambar peringan bahaya
merokok pada kemasan
rokok

Uji reliabilitas variabel (x)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items
.927

10

Uji validitas variabel (y)

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted

Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted

Total Correlation

Alpha if Item
Deleted

145

anda mengetahu

41.17

36.095

.568

.843

41.29

35.418

.506

.846

41.30

33.187

.710

.831

41.31

35.055

.518

.845

41.52

33.882

.469

.852

40.99

37.235

.380

.853

41.13

34.554

.540

.844

bahwasanya rokok tidak baik


bagi kesehatan anda
anda menyadari selain tidak
baik bagi kesehatan, rokok
menghabiskan uang anda
dan membahayakan
kesehatan anda
setelah melihat gambar
peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok anda
paham akan dampak yang
ditimbulkan
anda merasa cemas setelah
melihat gambar peringatan
bahaya merokok pada
kemasan rokok
anda sependapat
bahwasanya rokok dapat
menyebabkan penyakit
seperti yang tertera pada
gambar peringatan bahaya
merokok pada kemasan
rokok
anda saat ini tidak
mengalamai gejala salah satu
penyakit seperti yang tertera
pada gambar peringatan
bahaya merokok sebagai
akibat merokok
anda bersedia menggunakan
smoking room atau merokok
di tempat yang disediakan
untuk menghormati orang
yang tidak merokok

146

anda bersedia apabila

41.23

34.735

.537

.844

41.24

34.874

.695

.835

41.23

35.895

.508

.846

41.36

34.333

.556

.842

41.22

35.734

.446

.850

diminta untuk mengurangi


jumlah batang rokok yang
dihisap setelah melihat
gambar peringatan bahaya
merokok
anda tidak bersedia apabila
diminta untuk langsung
berhenti merokok setelah
melihat gambar peringatan
bahaya merokok pada
kemasan rokok
anda bersedia mengambil
perubahan sikap setelah
melihat gambar peringatan
bahaya merokok pada
kemasan rokok
anda merasa takut untuk
merokok setelah melihat
gambar peringatan bahaya
merokok pada kemasan
rokok
anda akan mencari informasi
lebih lanjut tentang bahaya
merokok setelah melihat
gambar peringatan bahaya
merokok pada kemasan
rokok

147

Uji reliablitias variabel (y)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha

N of Items
.855

12

Uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


RX
N
Normal Parameters

a,,b

Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

RY
120

120

Mean

37.9833

45.0000

Std. Deviation

5.20501

6.41951

Absolute

.183

.117

Positive

.183

.075

Negative

-.111

-.117

2.000

1.278

.001

.076

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

148

Lampiran 3
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok

149

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
1. Nama

: Faiz Mochamad

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Bogor, 30 Oktober 1992

3. Alamat

: Jalan Mawar No 9, Depok Lama

4. Agama

: Islam

5. Status

: Mahasiswa Unika Atma Jaya

6. Fakultas

: Ilmu Administrasi dan Ilmu Komunikasi

7. Konsentrasi

: Ilmu Komunikasi

8. Email

: Faizmochamad30@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 1998

: TK Bina Insani, Bogor

1998 2004

: SD Tugu Ibu , Depok

2004 2007

: SMP Labschool Cinere

2007 2010

: SMAN 3 Depok

2011 2015

: Unika Atma Jaya, Jakarta

150

PENGALAMAN BERORGANISASI

1. Panitia Seminar SINDO campus time 2013


2. Pantia music revolution ATMA JAYA 2014
3. Pantia IBM EXPO 2014
4. Crew Swag Escape (Food and Clothing bazaar) 2014 at Grand Indonesia
5. Liaison Officer 4M Unika Atma Jaya 2014
6. Panitia ICCOMAC 2014 Unika Atma Jaya, sie. Perlengkapan.
7. Todays Hype Crew

at Kemang Village

151

Anda mungkin juga menyukai