: Faiz Mochamad
N.I.M
FAKULTAS
PROGRAM STUDI
: Komunikasi
PEMINATAN
: Komunikasi Korporasi
JUDUL SKRIPSI
Jakarta,
Dosen Pembimbing Skripsi
ABSTRAK
(A) Nama : Faiz Mochamad
(B) NIM : 2011 022 043
(C) Judul : Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI
Pada Kemasan Rokok Terhadap Kesadaran Bahaya Merokok Di Kalangan
Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan
(D) Jumlah Halaman : x + 133 + Gambar + Tabel
(E) Isi Abstrak :
Semakin berkembangnya jaman, membuat lahirnya saluran-saluran
pemasaran baru, di antara banyaknya saluran yang tercipta, internet menjadi
salah satu saluran pemasaran yang menghilangkan beberapa keterbatasan jual
beli. Seiring dengan kemajuan teknologi beserta internet lahirlah e-commerce,
hal ini menjadi menarik diteliti karena penggunaan internet sebagai sarana
jual beli terus meningkat.
Di Indonesia sendiri sudah ada regulasi khusus untuk kegiatan ini
dengan demikian untuk melakukan pemasaran online dibutuhkan banyak
pertimbangan, di antara pertimbangan tersebut brand akan sebuah distributor
online menjadi penting diteliti guna mengetahui apakah ada pengaruh dari
brand awareness distributor online terhadap keputusan pembelian konsumen.
Di dalam penelitian ini digunakan teori-teori pemasaran seperti marketing
mix, brand awareness yang di hubungkan dengan teori keputusan pembelian
AISAS. AISAS merupakan teori yang diciptakan oleh Dentsu dari Jepang.
Model ini mengambarkan lima proses dari kegiatan pembelian. Guna
mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut dilakukan riset secara
kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random
sampling yang mana semua sampel memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih, populasi dalam penelitian ini merupakan followers twitter dari Zalora
Indonesia.
Berdasarkan uji kruskall wallis didapatkan data yang memperlihatkan
pengaruh antara X (brand awareness) dan Y (Keputusan pembelian AISAS),
namun tidak terlalu significant. Dengan menggunakan probability sampling
data yang didapat dari hasil sampling ini dapat digeneralisasikan pada hal
sejenis. Data yang terkumpul terbagi menjadi dua kategori yaitu data primer
dengan cara kuesioner, juga data sekunder melalui studi kepustakaan.
(F) Kata Kunci : Brand Awareness, Distributor online, AISAS, Media Sosial
(G) Daftar Acuan :44 Buku + 9 Website
Dosen Pembimbing Skripsi
Satria Kusuma Fajar Mahardika, S.Sos., M.Si
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT berkat karuniaNya, penulis mampu merampungkan tugas akhir skripsi dengan judul Pengaruh Kampanye
Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI Pada Kemasan Rokok Terhadap Kesadaran
Bahaya Merokok Di Kalangan Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan.
Selama pengerjaan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan saran
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada
1. Bapak Satria Kusuma, S.Sos., M.si, selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan sesuai dengan
syarat akademik yang baik.
2. Ibu Natalia Widiasari, SIP., M.Si, selaku penasehat akademik yang telah
menjadi pembimbing akademik bagi penulis selama masa perkuliahan.
3. Para staff pengajar/dosen beserta segenap karyawan sekretariat FIABIKOM yang
telah mendukung kelancaran prosedur penulisan dan pendaftaran skripsi penulis.
4. Keluarga tercinta, terutama Alm.Ayah, Bunda, Kakak, Syifa yang selalu
memberikan semangat, dorongan, dan perhatian yang tak ternilai.
5. Teman-teman masa sekolah saya dari SMP Labschool Cinere, SMAN 3 Depok,
yang selalu memberikan tawa dan candaan yang sangat jenaka dan tak ternilai
harganya.
6. Teman Band saya dari Circarama yang selalu memberikan hiburan di saat jenuh
dengan bermain musik dibalut dengan canda tawa.
7. Sahabat Backside Brothers, yang telah menjadi sahabat saya semenjak awal
semester mulai masuk kuliah dan memberikan banyak kenangan.
8. Sahabat Dumbo yang selalu memberikan kebahagiaan di saat sedang jenuh
dengan lelucon yang sangat ekslusif.
Penulis sangat menantikan saran dan kritik dari segala pihak agar tugas akhir bisa
disempurnakan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-pembaca dan juga
menjadi salah satu sumbangan penulis di studi Ilmu Komunikasi.
Faiz Mochamad
DAFTAR ISI
10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CATATAN KONSULTASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
S-M-R-C-E .......................................................................................... 15
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 5.1.1
Tabel 5.1.2
Tabel 5.1.3
Tabel 5.1.4
Tabel 5.2.1
Tabel 5.2.2
Tabel 5.2.3
12
Tabel 5.2.4
Tabel 5.2.5
Tabel 5.2.6
Tabel 5.2.7
Tabel 5.2.8
Tabel 5.2.9
Tabel 5.2.10 Melihat jelas gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan ...... 96
Tabel 5.3.1
Tabel 5.3.2
Tabel 5.3.3
Tabel 5.3.4
Tabel 5.3.5
Tabel 5.3.6
Tabel 5.3.7
Tabel 5.3.8
Tabel 5.3.9
Tabel 5.3.10
Tabel 5.4.1
Tabel 5.4.2
Tabel 5.5.1
13
BAB I
PENDAHULUAN
14
Indonesia sangatlah banyak dan tidak mengenal umur. Demikian juga terungkap
dalam penelitian Institute for Health Metrics and Evaluation University of
Washington yang mengkaji tingkat perokok dari tahun 1980-2012 . Berdasarkan data
dari 187 negara, Timor Leste dan Indonesia menduduki peringkat pertama dan kedua
dalam soal banyaknya jumlah perokok. Di Timor Leste, 61 persen penduduk
merokok, sementara di Indonesia, porsinya adalah 57 persen. Menurut penelitian ini,
jumlah perokok secara keseluruhan meningkat dalam 30 tahun terakhir disebabkan
karena meningkatnya jumlah penduduk dunia. Sebenarnya secara persentase, mereka
yang merokok menurun, yaitu sekarang ini sekitar 42 persen di kalangan wanita dan
sekitar 25 persen di kalangan pria (http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/201401-08/jumlah-perokok-di-indonesia-semakin-meningkat/1244776). Dan ada juga
hasil dari penelitian dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia yang mengatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat,
yaitu pada tahun 1995, jumlah perokok di Indonesia mencapai 27 persen dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan tahun 2011, jumlah perokok meningkat menjadi 36
persen. Untuk penduduk pria di Indonesia, jumlah perokok mencapai 50 persen pada
tahun 1995. Tahun 2011 meningkat menjadi 67 persen. Ini berarti setiap dua dari tiga
penduduk di Indonesia adalah perokok. Untuk penduduk wanita, jumlah perokok
hanya mencapai 1 persen pada tahun 1995. Jumlah ini menjadi 4 persen pada tahun
2011. Dilihat dari data di atas yang telah disebutkan, maka peningkatan jumlah
perokok di Indonesia juga cukup signifikan (http://nasional.republika.co.id).
15
tidak mencantumkan pesan dan gambar peringatan pada kemasan rokok maka akan
dikenakan sanksi penjara 5 tahun dan dikenakan denda 500 juta rupiah sesuai dengan
Pasal 199 Undang-undang no 36 tahun 2009 (www.Depkes.go.id)
Dilihat
dari
upaya
Kementrian
Kesehatan
RI
yang mengharuskan
mencamtunkan pesan dan gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok
menjelaskan bahwa efektivitas dari pesan peringatan kesehatan berbentuk tulisan
pada kemasan rokok yang beredar di pasaran pasaran Indonesia telah dievaluasi oleh
PPK, UI tahun 2007 menunjukkan bahwa lebih dari 90% responden pernah membaca
peringatan kesehatan bentuk tulisan pada kemasan rokok, masing-masing 97%
perokok dan 83% bukan perokok; akan tetapi 43% tidak percaya karena merasa tidak
terbukti, 26% tidak termotivasi berhenti merokok dan 20% mengatakan tulisan terlalu
kecil dan tidak terbaca. Dari studi ditemukan bahwa 76% responden menginginkan
peringatan kesehatan berbentuk gambar & tulisan, sepertiga jumlah perokok bahkan
menginginkan pesan yang spesifik dan menakutkan untuk si penerima pesan
(http://www.promkes.Depkes.go.id) . Dan Kementrian Kesehatan RI pun telah
menetapkan 5 gambar peringatan bahaya merokok yang di cantumkan pada setiap
kemasan rokok yang telah ditetapkan mulai 24 Juni 2014 adalah: gambar pertama
yaitu gambar seorang bapak-bapak yang merokok dan asapnya membentuk kepala
tengkorak manusia yang mengibaratkan bahwa merokok membunuhmu dan
mendekatkan dengan kematian, gambar kedua yaitu gambar seorang bapak-bapak
yang menggendong anaknya dan berisi pesan bahwa merokok dekat anak berbahaya
17
bagi mereka, gambar ketiga yaitu gambar mulut yang sedang terkena kanker mulut
akibat merokok, gambar keempat yaitu gambar paru-paru yang kondisinya tidak
normal karena terkena kanker paru-paru dan bronkhitis akibat merokok, gambar
kelima yaitu gambar tenggorokan yang kondisinya sedang terkena kanker
tenggorokan akibat merokok. Dari gambar yang sudah dijelaskan di atas, menurut
saya pemerintah sudah cukup peduli akan kesehatan warganya, karena dari setiap
gambar peringatan yang dicantumkan pada setiap kemasan rokok sangatlah terlihat
nyata dan cukup menyeramkan bagi perokok, dan dilihat dari pesan yang diberikan
dari Kementrian Kesehatan kepada para perokok sudah cukup jelas bahwa gambar
peringatan tersebut menjelaskan bahwa merokok sangat tidak baik untuk kesehatan
dan merokok itu bahaya untuk kesehatan karena mengandung zat kimia yang bersifat
karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga memicu terjadinya
kanker, seperti kanker paru, emfisema, dan bronkitis kronik. Atau juga kanker lain,
seperti kanker nasofarings, mulut, esofagus, pankreas, ginjal, kandung kemih, dan
rahim (http://www.tribunnews.com).
Dilihat dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, penulis menetapkan
judul penelitian sebagai berikut: Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya
Merokok dari Kemenkes RI pada Kemasan Rokok terhadap Kesadaran Bahaya
Merokok di Kalangan Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan.
18
Penelitian terdahulu
Nama
Peneliti,
Tahun
Masalah
Penelitian
Teori
Metode
Penelitian
Temuan (Hasil)
Penelitian
Aldini Pratiwi
Analisis Peran
A, Fakultas
Dan Strategi
Ilmu Sosial
Kampanye
dan Ilmu
Humas Oleh
Politik,
Corporate
Hubungan
Commuication
Masyarakat,
Dalam
Universitas
Mensosialisasikan
Indonesia,
Merger Kepada
2009
Nasabah
Teori
Kampanye
Humas
Kualitatif
Kampanye PR
sebagai proses
sosialisasi
merger yang
telah dilakukan
oleh pihak
corpcom adalah
konfrensi pers,
management
walkabout,
iklan billboard
serta direct mail
kepada seluruh
nasabah
Ribka
Zefanya,
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ilmu Politik,
Hubungan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia,
2009
Teori Social
Marketing
Campaign
Kualitatif
Kunci dari
kesuksesan
kampanye tak
lepas dari
pemerintah
yang bersedia
terlibat
langsung dalam
kegiatan yang
dilaksanakan,
Adanya
dukungan dari
media dan
pemerintah
membuat
kampanye
berjalan lancar
Analisi Strategi
Media Dan
Government
Relations Dalam
Kampanye
Pemasaran Sosial
(studi Kasus Pada
Peringatan Hari
Osteoporosis
Nasional Di
Jakarta Periode
2007-2009 oleh
Anlene
Indonesia)
19
Stella Melani
Ismail,
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ilmu Politik,
Hubungan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia,
2004
Kampanye Public
Relations dalam
membentuk sikap
khalayak (Studi
pada kampanye
stop trafficking
children and your
people yang
diselenggarakan
oleh body shop
Indonesia)
Teori
Kampanye
Kehumasan
Kualitatif
Kampanye
tidak
sepenuhnya
berjalan dengan
baik. Hal ini
terlibat dari
spokeperson
yang belum
maksimal
dalam
menyampaikan
pesan kepada
khalayak
sasaran
kampanye.
Dilihat dari ketiga penelitian di atas, penelitian pertama berfokus pada kampanye
humas yang dilakukan oleh corporate communication dalam mensosialisasikan
merger kepada nasabah pada suatu bank. Dalam penelitian ini si peneliti
menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai pihak bank, dan kesimpulan
dari kampanye humas yang dilakukan dari bank tersebut adalah kampanye PR
berjalan lancar. Karena pihak corcom melakukan berbagai bentuk kampanye seperti
konfrensi pers, manajemen walkabout, iklan billboard, serta direct mail kepada
seluruh nasabah.
Penelitian kedua meneliti tentang Kampanye pemasaran sosial pada peringatan
hari osteoporosis nasional oleh Anlene Indonesia. Dalam penelitian ini si peneliti
menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai pihak Anlene yang
menyelenggarakan acara peringatan hari osteoporosis nasional. Kunci dari
20
kesuksesan kampanye tak lepas dari pemerintah yang bersedia terlibat langsung
dalam kegiatan yang dilaksanakan dan adanya dukungan dari media
membuat
Penelitian Sekarang
Dalam penelitian yang sekarang ini peneliti akan meneliti tentang kampanye
publik kesehatan yang dilakukan Kemenkes RI yang berisi tentang peringatan bahaya
merokok dalam bentuk gambar yang tercantum pada setiap kemasan rokok yang ada,
gambar ini dimaksudkan untuk menyadarkan para konsumen rokok bahwa merokok
itu berbahaya bagi kesehatan, peneliti akan menggunakan teori kampanye sosial dan
kampanye publik tentang kesehatan, dan peneliti akan menggunakan metode
penelitian kuantitatif agar mengetahui pengaruh dari kampanye yang berbentuk
gambar tersebut pada kemasan rokok.
21
22
23
BAB I.
PENDAHULUAN
Pada bagaian ini akan diuraikan latar belakang masalah penelitian,
perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian,
serta manfaat pdari adanya penelitian ini hinga sistematika penulisan.
Dengan adanya bagaian ini akan mempermudah penelitian dan akan
24
dalam
kampanye
tersebut.
Penulis
juga
akan
25
26
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi menurut Cutlip (2009) adalah proses timbal balik (resiprokal)
pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk, atau memberi perintah,
berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para
komunikator dan konteks sosialnya.
Komunikasi intrapersonal menurut Dean C Barnlund (1968) adalah proses
pengolahan dan penyusunan informasi melalui sistem syaraf yang ada di dalam otak
kita, yang disebabkan oleh stimulus yang ditangkap oleh panca indera. Proses
berpikir adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu.
Seperti misalnya pesan gambar peringatan bahaya merokok yang cukup nyata, apakah
pesan tersebut dapat menyadarkan kita akan efek dari mengkonsumsi rokok dengan
mengolah pesan gambar peringatan tersebut ke dalam proses berpikir kita.
Komunikasi menurut Model Maletzke (1963) Khalayak penerima pesan di
dalam melakukan pencarian informasi, disebabkan oleh kebutuhan rasa ingin tahu
(need cognition), dan gaya instuisi seoseorang (personal cognition). Dengan
menerima pesan dari gambar peringatan yang ada di kemasan rokok bisa
27
mengakibatkan khalayak dari penerima pesan tersebut mencari tahu kebenaran dari
isi pesan tersebut.
Pada pesan kampanye sosial salah satunya mengacu pada paradigma
komunikasi menurut Laswell (1984) siapa mengatakan apa melalui saluran apa
kepada siapa dengan efek apa. Seperti yang mengacu pada penelitian ini yaitu
pemerintah memberikan pesan kampanye kesehatan melalui saluran media kemasan
rokok kepada para konsumen rokok dan diharapkan memberikan efek sadar bahwa
merokok itu berbahaya bagi kesehatan. Pada media kemasan rokok sudah diberikan
pesan bergambar yang menyeramkan bagi kesehatan, dalam mengonsumsi rokok.
Sebagai perbandingan dapat kita sebutkan model proses komunikasi yang
disampaikan oleh Everett M. Rogers dan W. Floyd Shoemaker (1971), a common
model of communication proses is that sources-messages-channel receiver-effects
atau lebih dikenal dengan formula S-M-C-R-E.
Gambar 2.1
S-M-C-R-E
Source
(Sumber)
Kemenkes RI
Message
(Pesan)
Channel
(Media)
Kampanye
Kemasan
Peringatan
Rokok
Bahaya rokok
Receiver
(Penerima)
))a)
Konsumen
Rokok
Effect
(Efek)
kesadaran
Bahaya
Merokok
28
Dari gambar diatas menjelaskan bahwa teori yang disampaikan oleh Everett M.
Rogers dan W. Floyd Shoemaker (1971), a common model of communication proses
is that Sources-Messages-Channel-Receiver-Effects atau lebih dikenal dengan
formula S-M-C-R-E menjelaskan bahwa jika diaplikasikan kedalam penelitian ini
source atau sumber tersebut adalah pemerintah melalui Kemenkes RI, yang
memberikan kampanye yang berupa pesan bergambar peringatan akan bahaya
merokok melalui media kemasan rokok yang pasti dilihat oleh para konsumen rokok
jika membeli satu bungkus rokok, lalu diharapkan pesan bergambar itu dapat
memberikan efek jera untuk berhenti mengonsumsi rokok dan sadar bahwa merokok
itu berbahaya bagi kesehatan, dikarenakan kampanye kesehatan dari Kemenkes RI
berupa gambar peringatan tersebut sangatlah nyata dan menyeramkan bagi para
konsumen rokok yang melihatnya.
2.2 Teori Public Relations
2.2.1 DefinisiPublic Relations
Public Relations
adalah fungsi
manajemen
yang membangun
dan
29
Public Relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua
jenis organisasi, baik itu yang bersifat komersial maupun non-komersial, di sektor
publik (pemerintah) maupun privat (pihak swasta) (Jenkins 2004, h. 2).
Public Relations adalah proses dari serangkaian tindakan, perubahan, atau
fungsi yang membawa hasil. Salah satu cara yang populer untuk menggambarkan
suatu proses dan mengingat komponen-komponennya adalah dengan menggunakan
akronim dari RACE yaitu Research dengan mengetahui suatu masalah atau situasinya
, Action (Program Planning) Dengan mengetahui bagaimana bertindak dalam
menyelesaikan masalah, Communication (execution) Mengetahui bagaiamana cara
memberi tahu kepada publik, dan Evaluation mengetahui apa yang telah digapai
publik dan apa efeknya ( Wilcox, Cameron, Ault & Agee 2003, h. 6-7). Dari definisi
diatas jika diaplikasikan kedalam penelitian ini Action yang dilakukan Kemenkes RI
adalah kampanye kesehatan berupa gambar peringatan akan efek dari bahaya
merokok seperti gambar orang yang terkena kanker mulut, kanker tenggorokan,
kanker paru-paru dan gambar lainya untuk memberikan pesan bahwa efek dari
mengonsumsi rokok adalah tidak baik untuk kesehatan dan menimbulkan penyakit
yang cukup menyeramkan bagi manusia. Communication (execution) bagaimana
pesan itu diberikan kepada publik dengan menaruh gambar peringatan tersebut pada
kemasan rokok diikuti tulisan peringatan yang tercantum dibawah setiap gambar
peringatan yang pasti dilihat oleh semua konsumen rokok jika membeli satu bungkus
rokok, dengan itu otomatis si pengonsumsi rokok melihat pesan dari gambar
30
peringatan tersebut. Terakhir adalah evaluation yaitu hasil dari program kampanye
kesehatan yang dilakukan Kemenkes RI, apakah upaya yang dilakukan tersebut telah
mencapai target dan berhasil mengurangi angka kematian karena rokok dan juga
mengurangi jumlah pengonsumsi rokok yang ada di Indonesia karena timbulnya
awareness ( kesadaran) akan bahaya merokok.
Gambar 2.2
Action-Communication-Evaluation
Action (Program
Planning)
Communication
(Execution)
Kampanye Peringatan
Gambar Peringatan
Bahaya Merokok
Bahaya Merokok
Evaluation
Hasil
Kampanye
31
subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum. Kesepuluh khalayak
tersebut adalah:
a. Masyarakat luas
b. Calon pegawai atau anggota
c. Para pegawai atau anggota
d. Pemasok jasa dan berbagai macam barang
e. Para investor-pasar uang
f. Para distributor
g. Konsumen dan pemakai produk organisasi
h. Para pemimpin pendapat umum
i. Serikat-serikat pekerja
j. Media massa
32
33
34
fungsi public relations sebagai sumber informasi, tidak hanya bagi pihak luar saja,
melainkan juga merupakan sumber informasi bagi publik di dalam perusahaan,
terutama bagi pimpinan perusahaan.
2.2.3 Tujuan Public Relations
. Tujuan dari proses komunikasi dalam public relations adalah untuk
menginformasikan, membujuk, memotivasi, atau mencapai pengertian satu sama lain
(Wilcox, Cameron, Ault & Agee2003, h. 164). Pesan kampanye peringatan bahaya
merokok yang diberikan Kemenkes RI pada kemasan rokok dimaksudkan untuk
menginformasikan kepada konsumen rokok bahwa merokok itu berbahaya bagi
kesehatan, dan membujuk agar untuk tidak mengkonsumsi rokok sehingga konsumen
rokok sadar akan bahaya merokok itu berbahaya bagi kesehatan.
Tujuan dari Public Relations juga adalah untuk komunikasi persuasi. Persuasi
terutama juga terkait dengan advokasi atau pendekatan asimetris untuk komunikasi
strategis, dimana sebuah organisasi menyajikan titik pandang mereka dalam upaya
untuk meyakinkan publik dalam memberikan persetujuan dan dukungan mereka.
Dalam hubungan masyarakat, organisasi mencoba meyakinkan publik untuk setuju
dengan konsep yang dibuat, mendukung suatu kandidat, atau mengikuti prosedur
tertentu. Dalam kampanye publik kesehatan misalnya mencoba untuk mempersuasi
orang yang berumur muda untuk tidak merokok karena berbahaya bagi kesehatan
(Smith 2002, h. 115)
35
36
37
38
Cutlip & Center (1952) mengemukakan empat hal yang harus PR perhatikan
dalam membuat suatu program:
1. Definisikan masalah (fact finding)
Dalam langkah awal ini organisasi atau perusahaan melihat Apa yang terjadi
sekarang. Dimana PR dari suatu perusahaan atau organisasi melakukan riset terlebih
dahulu seperti mengumpulkan data di lapangan, melihat latar belakang hal atau
permasalahan. Misalnya seperti masalah yang terjadi pada penelitian ini yaitu makin
meningkatnya tingkat konsumen rokok di Indonesia dan bagaimana cara membuat
pesan dari kampanye yang akan dibuat agar berkurangnya konsumen rokok.
2. Merencanakan dan membuat program (Planing and Programing)
Informasi yang terkumpul pada tahap awal untuk membuat keputusan atas
suatu program yang akan dibuat dalam merencanakan strategi program, tujuan hingga
target khalayak, juga perlu membuat indikator keberhasilan dalam suatu program.
Seperti yang dilakukan dalam penelitian ini pemerintah melalui Kemenkes RI
merencanakan bentukkampanye peringatan bahaya merokok akan seperti apa.
3. Aksi dan Komunikasi (Communication)
Tahap ketiga melibatkan implementasi program yang berupa aksi dan
komunikasi. Teknik komunikasi seperti apa yang akan digunakan untuk mencapai
39
tujuan. Tahap ini bisa dijabarkan dalam bentuk pertanyaan, siapa harus melakukan
dan berkata apa, kapan, dimana serta bagaimana?. Dalam penelitian ini pemerintah
melakukan kampanye publik peringatan bahaya merokok dalam bentuk gambar
peringatan pada setiap kemasan rokok yang diproduksi dan dilakukan mulai 24 Juni
2014 dan ditujukan untuk semua konsumen rokok.
4. Evaluasi Program (evaluation)
Dalam langkah akhir ini, PR harus bisa mengevaluasi programnya apakah
program yang dilakukan sudah berhasil atau belum dilihat dari indikator tujuan
program yang telah dibuat dan dilaksanakan.
40
bertujuan untuk menyadarkan bahwa merokok itu berbahaya dan mengajak konsumen
rokok untuk tidak merokok.
Ada dua keuntungan strategis dari segmentasi. pertama, efisiensi pesan dapat
dimaksimalkan jika bagian himpunan dari audiens yang dilakukan menurut
kepentingannya ( who is most in need of change? ) dan daya penerimaannya (who is
most likely to be influenced ?). Kedua, efektivitas dapat ditingkatkan jika isi pesan,
bentuk, dan gaya dapat disesuaikan dengan kecenderungan dan kemampuan subkelompok yang berbeda. Jenis dasar audiens yang dapat ditargetkan dalam kampanye
Publik kesehatan adalah: Focal segments, Influentials, dan pembuat kebijakan (Rice
& Atikin 2001, h. 52-53).
1. Focal Segments
Sifat dari masalah kesehatan menentukan parameter luas fokus audiens untuk
dipengaruhi (contoh :remaja dalam kampanye narkoba dan wanita paruh baya dalam
kampanye kanker payudara). karena pesan yang diterima audiens sering menjadi
penentu yang lebih sentral akan efektivitas kampanye dari potensi rangsangan
kampanye yang diberikan, akan ada keberhasilan yang diferensial tergantung pada
segmen tertentu ditargetkan (Rice & Atkin 2001, h. 53).
2. Influentials
Sering kali sangatlah penting bagi kampanye untuk melengkapi pendekatan
langsung dengan mempengaruhi khalayak sasaran lain yang dapat memberikan
41
3. Pembuat Kebijakan
Keputusan individu tentang praktik kesehatan sangat dibentuk oleh kendala
dan peluang dalam lingkungan sosial mereka, seperti moneter, biaya, hukum, hiburan,
pesan komersial, kekuatan sosial, dan pelayanan masyarakat. Sebuah elemen penting
adalah mengubah keyakinan masyarakat tentang efektivitas kebijakan dan intervensi
yang maju, yang mengarah ke opini publik yang dapat mendukung dan dapat
membantu meyakinkan pimpinan lembaga untuk merumuskan dan melaksanakan
kendala sosial dan peluangnya ( Rice & Atkin 2001, h. 53).
Di samping itu, ada banyak respon yang mungkin menjadi sasaran, seperti
kesadaran, pengetahuan, gambar, prioritas arti-penting, keyakinan, harapan, nilainilai, dan sikap, dalam kampanye mungkin akan berusaha untuk mengubah variabel
kunci di sepanjang jalur yang mengarah ke fokus perilaku (Rice & Atkin 2001, h.
55).
yang
dapat
menembus
dengan
memunculkan
pesan
yang
bisa
memunculkan
human
emotions
terkuat,
dimaksudkan
untuk
membangkitkan rasa cemas dari penerima pesan tersebut. Kunci dari memunculkan
pesan rasa takut yang efektif adalah dengan memberikan pesan yang masuk akal dan
44
46
konsisten dengan tujuan kampanye. Setiap individu mungkin tidak sadar akan normanorma sosial tertentu, pengaruh interpersonal, model perilaku, atau kondisi sosial
yang mungkin berkontribusi terhadap kinerja perilaku. dengan demikian, beberapa
pesan kampanye dapat melayani fungsi dasar isyarat untuk publik yang dapat
membangkitkan rangsangan pro kampanye (Rice & Atkin 2001, h.56).
Selain untuk menimbulkan kesadaran dan pesan yang beredukasi , dalam
kampanye perlu meyajikan pesan yang menunjukan mengapa publik harus
mengadposi tindakan yang dianjurkan atau yang harus dihindari. Untuk publik yang
cenderung menguntungkan, kampanye dapat lebih mudah untuk mempersuasif yang
pemberi pesan mau, misalnya : penguatan sikap yang positif, mempromosikan
konsolidasi perilaku, dan memotivasi pemeliharaan sifat dan perilaku dari waktu ke
waktu ( Rice & Atkin 2001, h.57).
Promosi dan pendekatan yang digunakan dalam pesan kampanye persuasif
umumnya disertai dengan banding yang sesuai dengan insentif positif atau negatif.
Pesan untuk kampanye praktik kesehatan mempunyai keterlibatan yang tinggi dan
cenderung menekankan insentif substantif, menyajikan argumen persuasif didukung
oleh utusan yang kredibel atau bukti untuk memindahkan publik melalui langkah
panjang yang hirarki, seperti attention, perubahan sikap, dan action (Rice & Atkin
2001, h.57). Dalam penelitian ini kampanye tentang peringatan bahaya merokok
harus bisa menyajikan argumen persuasif yang kredibel dan terpercaya, agar publik
bisa melakukan attention, perubahan sikap, dan action. Karena setelah adanya
awareness/ kesedaran dari bahaya merokok maka target publik akan melakukan
48
attention, perubahan sikap, dan action hal tersebut untuk tidak megonsumsi rokok
lagi.
49
Gambar 2.3
Kerangka Pikiran
Kampanye Peringatan
Di Kalangan Perkantoran
Kemenkes RI Pada
Kemasan Rokok
INDIKATOR
X1: Isi Pesan (Content)
X2: Tampilan (Context)
INDIKATOR
Y1 : Awareness
Y2 : Human emotions
Y3: Fear appeals
Y4 : perubahan tingkah
laku
Y5 : Pencarian sumber
informasi lebih lanjut
Y6 : Memicu aktivitas
yang cenderung positif
Y7 : Memotivasi eksplorasi
lebih lanjut
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini untuk mengukur kesadaran akan bahaya merokok dari pengaruh
kampanye peringatan bahaya merokok yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI yang
berbentuk gambar peringatan pada setiap kemasan rokok yang diproduksi, penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif.
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama, konsep dan proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian
(Moleong, 1999 :30). Masing-masing paradigma mempunyai logika kebenarannya
sendiri, dan sebuah persoalan hanya cocok untuk didekati dengan sebuah paradigma
dan tidak cocok dengan paradigma lainnya. Paradigma juga menjelaskan cara
pandang seorang ilmuwan tentang sisi strategis yang paling menentukan nilai sebuah
disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma berhubungan erat dengan aliranaliran dalam sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dimana aliran-aliran ini memiliki
pengikut-pengikut fanatik untuk memperjuangkan paradigma tersebut, sekaligus
ikut mengembangkannya (Bungin 2005, h.25).
Dalam penelitian ini menggunakan paradigma positivis, paradigma positivis
menjelaskan paradigma yang diyakini adanya determinisme atau proses sebab-akibat
51
yang bisa dipakai untuk memprediksi pola umum dari kegiatan manusia, maka
peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel
saja. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut
sebagai paradigma atau model penelitian ( Sugiyono 2007, h.63).
Dalam penelitian ini paradigma positivis digunakan untuk memudahkan
penulis untukmencari tahu tentang pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya
dalam program kampanye peringatan bahaya merokok dari Kemenkes RI terhadap
kesadaran akan bahaya merokok di kalangan karyawan.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Purwanto (2007, h. 196) kata metode berasal dari kata methodos
yang berarti cara atau jalan. Sebuah proses membutuhkan cara atau jalan yang disebut
metode. Kegiatan yang dilakukan secara berproses membutuhkan metode. Atas dasar
itu dikenal metode penghitungan, metode produksi, metode penjualan, metode
penyelesaian masalah, dan juga metode penelitian.
Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah paradigma dalam penelitian yang
memandang kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal dan dapat
diverifikasi. Kebenaran itu dicapai dengan menggunakan metode tertentu. Metode
dalam penelitian kuantitatif dikelompokkan ke dalam beberapa golongan (Purwanto
2007, h. 196)
52
Menurut
Susanti
(2007,
h.
175-176)
penelitian
kuantitatif
dapat
53
54
sasaran.
2. Konteks : indikator ini mengukur apakah tampilan atau konteks dari
kampanye yang diberikan oleh Kemenkes RI pada kemasan rokok
sudah mendukung pesan kampanye yang ingin disampaikan.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang
mendahuluinya disebut variabel tak bebas (Rakhmat 2005, h. 12). Varibel terikat
55
merupakan variabel yang dipengaruhi, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah
para karyawan perkantoran yang mengonsumsi rokok karena semua perokok pasti
pernah melihat isi pesan dari kampanye peringatan bahaya merokok yang diberikan
oleh Kemenkes RI pada kemasan rokok yang berbentuk gambar peringatan bahaya
merokok. Disini melihat apakah kampanye peringatan bahaya merokok tersebut dapat
menimbulkan kesadaran (awareness) akan bahaya merokok kepadapara pengonsumsi
rokok dengan melihat pesan kampanye berbentuk gambar peringatan bahaya merokok
pada setiap kemasan rokok yang diproduksi.
3.4.3 Pengukuran Variabel
Angket (kuisioner) yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan skala
Likert. Skala likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2007,
h. 132). Dalam menjawab skala Likert ini responden hanya memberi tanda pada
kolom yang telah disediakan, misalnya tanda checklist atau tanda silang pada
kemungkinan skala jawaban/tanggapan yang dipilihnya sesuai pertanyaan/ pernyataan
yang telah disediakan di dalam kolom pertanyaan/pernyataan dari kuisioner yang
telah diberikan kepada si peneliti. Selanjutnya, kuisioner yang telah diisi
olehresponden perlu diberikan bobot nilai sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
56
Tabel 3.1
Pemberian Skor Berdasarkan Skala Likert
Jawaban
Skor
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
57
58
59
Data primer
Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari
sumbernya dan data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
60
Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, dapat
dalam bentuk yang beragam, termasuk literatur yang berhubungan dengan penelitian.
Sumber data sekunder diperoleh melalui penelusuran dan mempelajari berbagai
61
dokumen dan referensi yang ada kaitannya dengan penelitian.Data sekunder ini
berupa bahan informasi untuk mencari dan memahami konsep, pengertian, teori,
rumus-rumus yang berhubungan dengan variable penelitian. Data kepustakaan
diperoleh dari buku-buku, literatur, laporan-laporan atau jurnal ilmiah, surat kabar,
majalah, peraturan perundang-undangan, dan data lainnya yang memiliki kaitan
dengan masalah penelitian.
Kegunaan data sekunder ialah dapat digunakan sebagai sarana pendukung
untuk memahami masalah yang akan kita teliti. Sebagai contoh apabila kita akan
melakukan penelitian dalam suatu perusahaan, perusahaan menyediakan company
profile atau data administratif lainnya yang dapat kitagunakan sebagai pemicu untuk
memahami persoalan yang muncul dalam perusahaan tersebut dan yang akan kita
gunakan sebagai masalah penelitian.
3.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah tingkat dimana suatu insrumen mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu instrumen tidak bisa valid untuk sembarang keperluan
kelompok, suatu instrumen hanya valid untuk suatu keperluan dan pada kelompok
tertentu (Sumanto 2014, h. 78). Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya (Sumanto, 2014, h.77).
Beberapa pendapat juga menjelaskan bahwa validitas suatu instrumen yaitu seberapa
62
jauh instrumen itu benar-benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur. Makin
tinggi validitas suatu intrumen, makin baik instrument itu untuk digunakan. Tetapi
perlu diingat bahwa validitas alat ukur itu tidaklah dapat dilepaskan dari kelompok
yang dikenai instrumen itu karena berlakunya validitas tersebut hanya terbatas pada
kelompok itu atau kelompok lain yang kondisinya hampirsama dengan kelompok
tersebut. Oleh karena itu, suatu alat ukur yang valid untuk kelompok belum tentu
valid untuk kelompok lain (Yusuf 2014, h. 234).
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas eksternal.
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan
kuesioner baru dengan tolok ukur eksternal yang sudah valid (Suparyanto 2010).
Validitas eksternal instrumen diuji dengan caradengan cara membandingkan antara
kriteria yang ada pada kuesioner dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Korelasi
0,568
0,604
0,838
0,483
0,775
0,845
0,377
Nilai r
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
63
Q8
Q9
Q10
0,565
0,499
0,421
0,361
0,361
0,361
(sumber : hasil pengolahan data)
Valid
Valid
Valid
0,778
0,581
0,682
0,619
0,799
0,420
0,740
0,811
0,731
0,650
0,797
0,735
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan diketahui bahwa indikator atau alat
ukur dapat dipercaya (valid). Semua data valid karena melebihi 0,361 yang
merupakan angka yang didapat dari tabel r.
64
65
0,6 dan berarti jika nilai perhitungan dibawah 0,6 maka alat ukur tidak reliable
(Sumanto 2014, h. 88).
Keterangan
> 0,7
Kesimpulan
Reliabel
0,925
> 0,7
Reliabel
66
Analisi bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel pokok
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Teknik statistik yang digunakan dalam
penlelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis dengan menggunakan Pearson Correlations untuk melihat hubungan
antara variabel independen ( Kampanye Peringatan Bahaya Merokok dari Kemenkes
RI) dengan variabel dependen (Kesadaran Bahaya Merokok). Pearson Correlations
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan linear antara data yang terukur dalam
skala interval atau rasio dengan arah hubungan yang simetrik. Koefisien yang
dihasilkan bernilai -1 hingga +1 yang menunjukan apakah hubungan linear tersebut
bersifat positif atau negatif.
67
Tabel 3.4
Tabel Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubugan
0,00 0,199
Sangat Rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sngat Kuat
68
Y=a + bx
Keterangan:
X= Variabel dependen
Y=Variabel independen
a= nilai intercept (konstan) atau harga Y bila x = 0
b= koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen.
3.9 Hipotesis Statistik
Hipotesis adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk tingkah laku,
kejadian atau peristiwa yang sudah atau akan terjadi. Oleh Fred N.Kerlinger (1973)
hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan yang merupakaan dugaan mengenai
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, penelitian menyajikan hipotesis sebagai berikut:
H0: Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Dari
Kemenkes RI tidak berpengaruh terhadap Kesadaran Bahaya Merokok Di
Kalangan Karyawan Derah Mega Kuningan.
69
70
BAB IV
TINJAUAN UMUM
71
adalah Dr. Handrianus yang bertugas untuk memimpin Kementerian Kesehatan dari
tanggal 24 Maret 1956 9 April 1957 sesudah Dr Handrianus, Menteri kesehatan RI
digantikan oleh Dr. Azis Saleh pada masa kabinet karya, yaitu dari tanggal 9 April
1957 10 Juli 1959. Setelah kabinet karya selesai pada masa kabinet kerja I sampai
masa kabinet dwikora II Menteri yang bertugas untuk memimpin Kementerian
kesehatan adalah Prof. Dr. Satrio yang memimpin Kementerian Kesehatan dari
tanggal 18 Februari 1960 25 Juli 1966 setelah masa kabinet kerja I sampai dengan
masa kabinet dwikora II selesai lalu berlanjut ke masa kabinet Ampera I sampai
dengan masa kabinet Pembangun II. Yang bertugas pada masa kabinet Ampera I
sampai dengan masa kabinet Pembangunan II adalah Prof. Dr. G.A Siwabessy lalu
berlanjut ke masa kabinet Pembanguan III sampai dengan masa kabinet
Pembangunan IV yang memimpin Kementerian Kesehatan adalah Dr. Suwardjono
Surjaningrat, lalu berganti pada masa kabinet Pembangunan V yang dipimpin oleh dr.
AdhyatamaMPH beralih hingga masa kabinet Pembangunan VI yang dimpimpin oleh
Prof. Dr.dr. Sujudi.
Pada masa kabinet Pembangunan VII yang masih dimpin oleh Presiden
Soeharto hingga beralih kepada masa reformasi yang dipimpin oleh Presiden BJ
Habibie, Menteri yang bertugas untuk memimpin Kementerian Kesehatan adalah
Prof. Dr. dr. H.Faried Anfasa Moeloek. Pada masa kabinet Persatuan Nasional hingga
masa kabinet Gotong Royong Menteri kesehatan yang memimpin adalah Dr. dr.
Achmad Sujudi yang bertugas dari tanggal 9 Agustus 2001 20 Oktober 2004. Lalu
72
Misi:
Kemenkes
RI
mempunyai
misi
yaitu:
Yang
pertama
73
merata
bermutu
dan
berkeadilan,
Yang
ketigamenjamin
ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, dan yang terakhir adalah
menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Strategi :
74
Kemenkes
RI sering
sekali
melakukan
kampanye
kesehatan
yang
yang
telah
terdeteksi
dalam
upaya
pencegahan
risiko
Diabetes
75
melakukan cek gula darah dan kadar lemak secara gratis. Tidak hanya itu, mereka
juga bisa mengikuti mini talkshow bersama WHO dan dr. Samuel Oetoro, MS,
SpGK.
a. Pencegahan penularan baru HIV dan AIDS terhadap diri, keluarga dan
masyarakat
b. Perlindungan HAM bagi ODHA dari stigma dan diskriminasi melalui
lingkungan yang kondusif dengn optimalisasi Komunikasi Informasi
Edukasi
c. Peningkatan Program Penanggulangan HIV dan AIDS secara
Komprehensif dan Berkesinambungan di lingkungan Kementerian
Hukum dan HAM RI
Rangkaian Hari AIDS Sedunia di Indonesia diperingati oleh berbagai pihak
baik pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat sejak bulan Mei 2014 sampai dengan
Desember 2014, di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan
kelurahan. Kementerian Kesehatan memperingati Hari AIDS Sedunia 2014 dengan
76
77
brosur, tulisan peringatan, baliho, dan masih banyak lagi. Dari semenjak pesan
peringatan bahaya merokok yang berbunyi Merokok Dapat Menyebabkan Kanker,
Serangan Jantung, Impotensi, Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin yang sering
dicantumkan pada setiap iklan rokok, dan juga kemasan rokok hingga sampai
sekarang
pesan
peringatan
pun
berubah
menjadi
Peringatan:
Merokok
78
Upaya pemerintah tidak sampai situ saja, Kemenkes RI juga menaruh posterposter peringatan bahaya merokok guna untuk mengkampanyekan bahaya merokok
yang ditaruh pada tempat kerja, Sekolah, Rumah Sakit, Puskesmas, Universitas,
angkutan umum dan tempat beraktivitas lainnya. Poster tersebut berupa visual dan
juga tulisan.Visual guna untuk menarik perhatian dari yang melihatnya diikuti dengan
pesan berbentuk tulisan untuk memberitahu informasi dari bahaya merokok dan zatzat yang terkandung dalam rokok. Dengan mengetahui zat-zat yang berbahaya pada
satu batang rokok diharapkan akan menimbulkan efek jera untuk mengonsumsi rokok
lagi.
79
Sumber : http://www.depkes.go.id/
80
Sumber :http://www.depkes.go.id/
81
Kesehatan,
Staf
Ahli
Meningkatkan
Kapasitas
Kelembagaan
dan
rokok
memaksa
Kemenkes
menggunakan
berbagai
celah
untuk
82
83
Struktur Organisasi
Gambar 4.3
Sumber : http://www.depkes.go.id/
84
85
Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan
gizi
Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
sangat essential (buffer stock nasional)
86
Menteri Kesehatan RI pada masa kabinet Indonesia bersatu II, dr. Nafsiah
Mboi, Sp.A, MPH, telah mengadakan pertemuan dengan perwakilan Gabungan
Produsen Rokok Putih Indonesia (GAPRINDO), Muhaimin Mufti, pada Senin sore
(23/6) bertempat di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Pertemuan dihadiri
pula oleh perwakilan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Dalam Negeri, serta Badan Kebijakan
Fiskal. Pertemuan yang berlangsung selama lebih kurang 1 jam tersebut, membahas
kesiapan dari asosiasi tersebut dalam implementasi kebijakan pencantuman
peringatan kesehatan dalam bentuk gambar bahaya merokok dalam kemasan rokok
mulai 24 Juni 2014, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 28 tahun 2013.
87
88
dari
pemberitaan
di
atas
yang
dikutip
dari:
89
tidak peduli akan peringatan kesehatan akan bahaya merokok dan menurut Menteri
Kesehatan, mungkin pesan visual akan lebih mempan dibanding dengan kata-kata.
Peringatan kesehatan akan bahaya merokok berbentuk gambar pada kemasan rokok
harus dengan pesan tunggal dan harus diganti secara periodik agar tidak kehilangan
dampaknya dan mulai pada tanggal 24 Juni 2014 pemerintah mengganti pesan
peringatan bahaya merokok menjadi Peringatan: Merokok Membunuhmu,
Peringatan: Merokok sebabkan kanker mulut, Peringatan: Merokok dekat anak
berbahaya bagi mereka, Peringatan: Merokok sebabkan kanker paru-paru dan
bronkitis kronis, Peringatan: Merokok sebabkan kanker tenggorokan dan semua
pesanya sesuai dengan gambar peringatan yang dicantumkan pada setiap kemasan
rokok, dan harus dicantumkan pada setiap semua merk rokok yang di produksi di
Indonesia dan jika suatu produsen rokok tersebut tidak mencantumkan pesan dan
gambar peringatan pada kemasan rokok maka akan dikenakan sanksi penjara 5 tahun
dan dikenakan denda 500 juta rupiah sesuai dengan Pasal 199 Undang-undang no 36
tahun 2009 (www.Depkes.go.id)
Kementerian Kesehatan RI pun telah menetapkan 5 gambar peringatan
bahaya merokok yang di cantumkan pada setiap kemasan rokok yang telah ditetapkan
mulai 24 Juni 2014 adalah: gambar pertama yaitu gambar seorang bapak-bapak yang
merokok dan asapnya membentuk kepala tengkorak manusia yang mengibaratkan
bahwa merokok membunuhmu dan mendekatkan dengan kematian, gambar kedua
yaitu gambar seorang bapak-bapak yang menggendong anaknya dan berisi pesan
90
bahwa merokok dekat anak berbahaya bagi mereka, gambar ketiga yaitu gambar
mulut yang sedang terkena kanker mulut akibat merokok, gambar keempat yaitu
gambar paru-paru yang kondisinya tidak normal karena terkena kanker paru-paru dan
bronkhitis akibat merokok, gambar kelima yaitu gambar tenggorokan yang
kondisinya sedang terkena kanker tenggorokan akibat merokok. Dari gambar yang
sudah dijelaskan di atas menurut saya pemerintah sudah cukup peduli akan kesehatan
warganya, karena dari setiap gambar peringatan yang dicantumkan pada setiap
kemasan rokok sangatlah terlihat nyata dan cukup menyeramkan bagi perokok, dan
dilihat dari pesan yang diberikan dari Kementerian Kesehatan kepada para perokok
sudah cukup jelas bahwa gambar peringatan tersebut menjelaskan bahwa merokok
sangat tidak baik untuk kesehatan dan merokok itu bahaya untuk kesehatan karena
mengandung zat kimia yang bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam
tubuh sehingga memicu terjadinya kanker, seperti kanker paru, emfisema, dan
bronkitis kronik. Atau juga kanker lain, seperti kanker nasofarings, mulut, esofagus,
pankreas, ginjal, kandung kemih, dan rahim (http://www.tribunnews.com).
91
Gambar 4.4
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Sumber :(kompak.co)
4.7. Peran Perusahaan Rokok Dalam Mendukung Kampanye Kesehatan tentang
Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok
Dengan adanya gambar peringatan bahaya merokok semua perusahaan
rokok wajib mencamtumkan gambar peringatan bahaya merokok pada semua
kemasan rokok yang telah diproduksinya.Perusahaan rokok diberi waktu sekitar satu
92
hingga dua bulan untuk menarik produk yang belum bergambar. Menurut Agung,
pemerintah sudah cukup memberi waktu pada perusahaan rokok untuk mengikuti
aturan tersebut.Menko Kesra Agung Laksono meyakini, aturan untuk mencantumkan
peringatan Bahaya Merokok Bagi kesehatan dengan gambar yang menyeramkan pada
rokok tidak akan sampai mematikan industri rokok dan merugikan para pekerja
pabrik rokok.Terkait dengan pelaksanaan ketentuan tersebut, Menko Kesra Agung
Laksono
Nomor B.124/MENKO/KESRA/VI/2014,
tertanggal 18 Juni 2014, telah meminta kepada para Menteri Kabinet Indonesia
Bersatu (KIB) II dan Kepala lembaga terkait untuk dapat membantu pengawasan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi kesehatan,
khususnya ketentuan mengenai Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan
Produk Tembakatu yang tetah ditetapkan Peratran Menteri Kesehatan Nomor 28
Tahun 2013 (http://www.tribunnews.com ).
Semua Perusahaan rokok dalam menanggapi peraturan untuk menaruh
gambar peringatan pada kemasan rokok guna untuk mengkampanyekan bahaya
merokok sangat positif, dikarenakan memang kewajiban dari pemerintah dan jika
tidak menaruh gambar peringatan tersebut akan dikenakan sanksi dena. Maka
perusahaan rokok harus membuang semua produksi lamanya dengan mengganti
kemasan rokok yang menampilkan 5 gambar peringatan bahaya merokok yang telah
ditentukan oleh Kemenkes RI.Dilihat sampai tahun 2015 ini semua perusahaan rokok
93
94
BAB V
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis membahas mengenai analisis data berdasarkan hasil
pengisian kuisioner yang telah disebar kepada 120 responden dan menerima kembali
semuanya. Keseluruhan responden tersebut merupakan karyawan berjenis kelamin
laki-laki, berusia 21-54 tahun, dan mengonsumsi rokok, dan karyawan dalam kriteria
tersebut bekerja di daerah perkantoran mega kuningan.
Pembahasan dalam bab ini meliputi karakteristik responden, analisis
deskriptif mengenai pendapat responden berdasarkan hasil pengisian kuisioner,
analisis data antar variabel serta hasil pengujian hipotesis penelitian.
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Responden Berdasarkan Usia
Dapat dinyatakan bahwa responden yang mengisi kuesioner yang berusia
antara 21 hingga 30 tahun sebanyak 70 responden (58,3%), yang berusia antara 31
hingga 40 tahun sebanyak 40 responden (33,3%), yang berusia antara 41 hingga 50
tahun sebanyak 9 responden (7,5%) dan terdapat 1 responden (0,8%) yang berusia
antara 51 hingga 54 tahun. Usia responden penting untuk dilihat pada penelitian ini,
karena peneliti melihat usia sebagai salah satu karakteristik responden yang sangat
95
potensial untuk melihat target kampanye peringatan bahaya merokok yang diberikan
oleh Kemenkes RI.
Tabel 5.11
Responden Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah
Presentase (%)
21-30
70
58,3 %
31-40
40
33,3%
41-50
7,5 %
51-54
0,8 %
Total
120
100 %
96
Tabel 5.1.2
Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Presentase (%)
SD
0,0%
SMP
0,0%
SMA
5,0 %
Pendidikan Tinggi
114
95,0 %
Total
120
100 %
45 responden
97
Tabel 5.1.3
Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Pendapatan
Jumlah
Presentase (%)
<Rp.1.000.000,00
0,0 %
Rp.1.000.000,00
Rp.3.000.000,00
4,2 %
5
Rp. 3.000.000,00
Rp.5.000.000,00
51,7 %
62
Rp.5.000.000,00
37,5 %
Rp.7.000.000,00
45
> Rp.7.000.000,00
6,7 %
Total
120
100%
98
Tabel 5.1.4
Responden Berdasarkan Kuantitas Merokok Per Hari
Kuantitas
Jumlah
Presentase (%)
<1 bungkus
5,0 %
1-2 bungkus
74
61,7 %
2-3 bungkus
39
32,5 %
>3 bungkus
0,8 %
Total
120
100 %
99
Tabel 5.2.1
Mengetahui Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
Tidak Tahu
2,5 %
Ragu-Ragu
6,7 %
Mengetahui
91
75,8 %
Sangat Mengetahui
18
15,0 %
Total
120
100 %
100
Tabel 5.2.2
Mengetahui Makna Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan
Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
Tidak Mengetahui
5,0 %
Ragu-Ragu
32
26,7 %
Mengetahui
67
55 8, %
Sangat Mengetahui
15
12,5 %
Total
120
100 %
101
Tabel 5.2.3
Menganggap Tampilan Gambar Peringatan Bahaya Merokok Sudah Tepat Dan
Sesuai
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0.8 %
Tidak Setuju
2,5 %
Ragu-Ragu
31
25,8 %
Setuju
75
62,5%
Sangat Setuju
11
9,2%
Total
120
100 %
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.3 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden menganggap bahwa tampilan gambar peringatan bahaya merokok sudah
tepat dan sesuai tetapi Sebanyak 25,8% responden pun masih ada yang menyatakan
masih ragu-ragu.
102
Tabel 5.2.4
Sering Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
Tidak Pernah
0,0 %
Ragu-Ragu
27
22,5 %
Sering
80
66,7 %
Sangat Sering
13
10,8 %
Total
120
100 %
103
Tabel 5.2.5
Ukuran Gambar Peringatan Bahaya Merokok Sudah Sesuai
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,0%
Tidak Setuju
3,3%
Ragu-Ragu
40
33,3%
Setuju
61
50,8%
Sangat Setuju
15
12,5%
Total
120
100 %
104
Tabel 5.2.6
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Menarik Perhatian
Anda
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,0 %
Tidak Setuju
2,5 %
Ragu-Ragu
35
29,2 %
Setuju
69
57,5 %
Sangat Setuju
13
10,8 %
Total
120
100.0 %
105
Tabel 5.2.7
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Sudah Cukup
Nyata Dan Menyeramkan
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,8 %
Tidak Setuju
2,5 %
Ragu-Ragu
38
31,7%
Setuju
66
55,0%
Sangat Setuju
12
10,0%
Total
120
100.0 %
106
Tabel 5.2.8
Letak Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Sudah
Sesuai
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,8 %
Tidak Setuju
2,5 %
Ragu-Ragu
36
30,0 %
Setuju
68
56,7%
Sangat Setuju
12
10,0%
Total
120
100 %
(2,5%) yang menyatakan tidak setuju, dan 1 responden (0,8%) yang menyatakan
sangat tidak setuju.
107
Hasil yang di dapat dari tabel 5.2.8 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden merasa letak gambar peringatan bahaya merokok dari Kemenkes RI pada
kemasan rokok sudah cukup sesuai, tapi 30,0% responden juga ada yang menyatakan
ragu-ragu bahwa letak gambar peringatan bahaya merokok sudah sesuai.
Tabel 5.2.9
Letak Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Mudah
Untuk Dilihat
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,0 %
Tidak Setuju
0,8%
Ragu-Ragu
25
20,8 %
Setuju
78
65,0 %
Sangat Setuju
16
13,3 %
Total
120
100 %
108
Tabel 5.2.10
Melihat Jelas Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,0 %
Tidak Setuju
5,0%
Ragu-Ragu
39
32,5%
Setuju
61
50,8%
Sangat Setuju
14
11,7%
Total
120
100 %
109
kemasan rokok yang diproduksi, dan dari 32,5% responden ada juga yang
menyatakan ragu-ragu.
Frekuensi
Presentase (%)
0,0 %
Tidak Setuju
2,5 %
Ragu-Ragu
31
25,8 %
Setuju
70
58,3 %
Sangat Setuju
16
13,3 %
Total
120
100 %
110
menunjukkan bahwa mayoritas dari responden sudah mengetahui bahwa rokok tidak
baik untuk kesehatan.
Tabel 5.3.2
Menyadari Selain Tidak Baik Bagi Kesehatan, Rokok Mengahabiskan Uang
Anda Dan Membahayakan Kesehatan Anda
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0.8%
Tidak Setuju
11
9.2%
Ragu-Ragu
26
21.7 %
Setuju
66
55.5 %
Sangat Setuju
16
13.3 %
Total
120
100 %
111
Hasil yang didapat dari tabel 5.3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden Menyadari Selain Tidak Baik Bagi Kesehatan, Rokok Menghabiskan Uang
Anda Dan Membahayakan Kesehatan Anda.
Tabel 5.3.3
Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Anda Paham Akan Dampak Yang Ditimbulkan
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
1.7 %
Tidak Setuju
7.5 %
Ragu-Ragu
31
25.8 %
Setuju
59
49.2 %
Sangat Setuju
19
15.8 %
Total
120
100 %
(7,5%) yang menyatakan tidak setuju, dan 2 responden (1,7%) yang menyatakan
sangat tidak setuju.
112
Hasil yang didapat dari tabel 5.3.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden Telah Paham Akan Dampak Yang Ditimbulkan Setelah Melihat Gambar
Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok, dan masih ada 25,8% responden
yang masih menyatakan ragu-ragu akan pemahaman dampak yang ditimbulkan.
Tabel 5.3.4
Merasa Cemas Akan Kesehatan Anda Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
1.7 %
Tidak Setuju
6.7 %
Ragu-Ragu
34
28.3 %
Setuju
57
57.5 %
Sangat Setuju
19
15.8 %
Total
120
100 %
113
yang menyatakan tidak setuju, dan 2 responden (1,7%) yang menyatakan sangat tidak
setuju
Hasil yang di dapat dari tabel 5.3.4 menunjukkan bahwa mayoritas dari
responden merasa cemas akan kesehatannya setelah melihat gambar peringatan
bahaya merokok pada kemasan rokok, tapi dari 28,3% responden ada juga yang
masih menyatakan ragu-ragu akan kecemasannya terhadap kesehatan responden itu
sendiri.
Tabel 5.3.5
Sependapat Bahwasanya Rokok Dapat Menyebabkan Penyakit Seperti Yang
Tertera Di Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
7,5%
Tidak Setuju
12
10 %
Ragu-Ragu
31
25,8%
Setuju
48
40 %
Sangat Setuju
20
16,7 %
Total
120
100 %
Tabel 5.3.6
Saat Ini Tidak Mengalami Gejala Salah Satu Penyakit Seperti Yang Tertera
Pada Gambar Peringatan Bahaya Merokok Sebagai Akibat Dari Merokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0.0 %
Tidak Setuju
3.3 %
Ragu-Ragu
20
16.7 %
Setuju
67
55.8 %
Sangat Setuju
29
24.2 %
Total
120
100 %
115
Tabel 5.3.7
Bersedia Menggunakan Smoking Room Atau Merokok Di Tempat Yang
Disediakan Untuk Menghormati Orang Yang Tidak Merokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,8 %
Tidak Setuju
7,5%
Ragu-Ragu
26
21,7 %
Setuju
53
44,2 %
Sangat Setuju
31
25,8 %
Total
120
100 %
116
Frekuensi
Presentase (%)
0,8 %
Tidak Setuju
6,7 %
Ragu-Ragu
35
29,2 %
Setuju
50
41,7 %
Sangat Setuju
26
2,7 %
Total
120
100 %
117
Tabel 5.3.9
Tidak Bersedia Apabila Diminta Langsung Berhenti Merokok Setelah Melihat
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,0 %
Tidak Setuju
4,2 %
Ragu-Ragu
30
20,0 %
Setuju
71
50,0 %
Sangat Setuju
13
25,8 %
Total
120
100 %
118
Tabel 5.3.10
Bersedia Mengambil Perubahan Sikap Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0.0 %
Tidak Setuju
5.0 %
Ragu-Ragu
35
29.2 %
Setuju
60
50.0 %
Sangat Setuju
19
15.8 %
Total
120
100 %
119
Tabel 5.3.11
Merasa Takut Untuk Merokok Setelah Melihat Gambar Peringatan Bahaya
Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,8 %
Tidak Setuju
7,5 %
Ragu-Ragu
47
39,2 %
Setuju
38
31,7 %
Sangat Setuju
25
20,8 %
Total
120
100 %
120
Tabel 5.3.12
Mencari Informasi Lebih Lanjut Tentang Bahaya Merokok Setelah Melihat
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Keterangan
Frekuensi
Presentase (%)
0,8 %
Tidak Setuju
10
8,3 %
Ragu-Ragu
26
21,7 %
Setuju
60
50,0 %
Sangat Setuju
23
19,2 %
Total
120
100 %
121
5.4.
Rentang Skala =
122
Simamora (2002) mengatakan, rentang skala yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4.1
Rentang Skala
Skala 1,00 1,08
Tidak Setuju
Netral
Setuju
Sangat Setuju
MS =
OMS =
123
Tabel 5.4.2
No
Indikator
Overall Mean
Keterangan
Score
1
Kampanye
3.79
Peringatan Bahaya
Tinggi ( Responden
Setuju)
Merokok
2
Kesadaran Bahaya
3,75
Merokok
Tinggi ( Responden
Setuju)
Berdasarkan data di atas, hampir semua indikator memiliki nilai overall mean
score yang cukup tinggi. Ini membuktikan bahwa skala di setiap indikator
berpengaruh cukup besar pada Kampanye Peringatan Bahaya Merokok terhadap
Kesadaran Bahaya Merokok.
124
menggunakan korelasi tingkat Pearson. Tabel dibawah ini merupakan hasil penelitian
penulis dengan bantuan aplikasi SPSS 17.0 for windows
Correlations
Kampanye
Pringatan
Kesadaran
Sig. (2-tailed)
N
.535
**
.000
120
120
**
.535
Sig. (2-tailed)
.000
120
120
Tabel 5.5.1
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubugan
0,00 0,199
Sangat Rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sngat Kuat
Berdasarkan tabel di atas maka terbukti bahwa angka korelasi antara variabel
kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap kesadaran akan
bahaya merokok sebesar 0, 535 . Angka ini berdasarkan tabel 5.5.1 menunjukan
korelasi yang sedang, karena termasuk pada interval koefisien 0,40 0,599 (sedang).
b.Regresi Sederhana
Pada penelitian ini penulis memutuskan untuk menggunakan analisa regresi linear
sederhana untuk memprediksi suatu nilai variabel dependent berdasarkan nilai-nilai
126
variabel independent. Analisis ini juga digunakan untuk melihat pengaruh antara
kedua variabel yang diteliti oleh penulis, yaitu variabel Kampanye Peringatan Bahaya
Merokok Pada Kemasan Rokok(X) dengan variabel Kesadaran Bahaya Merokok
(Y). Analisa regresi linear sederhana ini juga menggunakan aplikasi statistik SPSS
17.0 for windows.
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
Kampanye
Method
. Enter
Peringatan
Bahaya
Merokok
Model Summary
Model
1
R
.535
R Square
a
.286
Adjusted R
Square
Estimate
.280
5.44573
127
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1404.600
1404.600
Residual
3499.400
118
29.656
Total
4904.000
119
Sig.
47.363
.000
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Kampanye Peringatan
Std. Error
19.929
3.677
.660
.096
Coefficients
Beta
.535
Sig.
5.420
.000
6.882
.000
Bahaya Merokok
a. Dependent Variable: Kesadaran Bahaya Merokok
Y = a + bX
Y = 19,929+ 0.660X
Dimana:
Y = Kesadaran Bahaya Merokok
X = Kampanye Peringatan Bahaya Merokok
a = 19,929, artinya apabila nilai kampanye peringatan bahaya merokok tetap atau
tidakmengalami penambahan atau pengurangan maka nilai kampanye peringatan
bahaya merokok sebesar nilai konstanta yaitu : 19,929
bx = 0.660, artinya suatu satuan nilai peningkatan variabel kesadaran bahaya
merokok apabila ada penambahan satu satuan variabel pada kampanye peringatan
bahaya merokok.
129
130
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
Dalam bab ini penulis akan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang telah
dibahas dalam teori dan apa yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
serta berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh kampanye
peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dari Kemenkes RI terhadap
kesadaran bahaya merokok di kalangan karyawan yang bekerja di daerah Mega
Kuningan, selanjutnya penulis akan memberikan beberapa saran sehubungan dengan
hasil penelitian penulis.
6.1 Kesimpulan
Kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan bentuk
gambar peringatan bahaya merokok sudah mulai dilaksanakan dari tanggal 24 Juni
2014, Kemenkes RI telah menetapkan 6 gambar yang akan dipasang pada setiap
kemasan rokok yang diproduksi. Gambar tersebut harus sebesar 40% dari besar
kemasan rokok. Gambar peringatan bahaya merokok yang dikeluarkan pemerintah
melalui Kemenkes RI dimaksudkan untuk mengurangi angka kematian karena
mengonsumsi rokok, mengurangin jumlah perokok di Indonesia, hidup sehat tanpa
merokok, dan untuk menyadarkan para konsumen rokok bahwa rokok itu berbahaya
dan dapat menimbulkan beberapa penyakit.
131
Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka pada bab ini peneliti dapat
menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Tanggapan responden terhadap kampanye peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok dari Kemenkes RI hasilnya cukup baik. Mayoritas responden
mengetahui adanya kempanye peringatan bahaya merokok tersebut berupa
gambar peringatan bahaya merokok pada setiap kemasan rokok, dan sebagian
besar responden tersebut mengetahui makna dari gambar peringatan tersebut.
2. Hasil dari penelitian, responden menyatakan bahwa kampanye peringatan
bahaya merokok pada kemasan rokok berpengaruh terhadap kesadaran bahaya
merokok, tetapi dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan mayoritas
responden tidak ingin untuk langsung berhenti merokok walaupun adanya
kesadaran dari bahaya merokok dikarenakan mengonsumsi rokok mungkin
sudah menjadi kebiasaan, dan rokok mengandung zat yang adiktif.
3. Dilihat dari hasil penelitian, gambar peringatan bahaya merokok pada
kemasan
melakukan hal yang lebih positif, seperti menggunakan smoking room untuk
menghormati orang yang tidak merokok, mencari informasi lebih lanjut
tentang bahaya merokok, mengurangi jumlah batang rokok, bersedia
mengambil perubahan sikap.
4. Berdasarkan hasil pengujian statistik dapat ditarik kesimpulan bahwa
kampanye peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dari Kemenkes RI
132
133
kesehatan, dan mengubah sebagian responden kearah perilaku yang lebih positif
seperti menggunakan smoking room untuk menghormati orang yang tidak
merokok, mencari informasi lebih lanjut tentang bahaya merokok, mengurangi
jumlah batang rokok, dan bersedia untuk mengambil perubahan sikap.
134
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk tempat yang berbeda dan lebih luas,
agar bisa mengetahui dampak kampanye tersebut terhadap kesadaran bahaya
merokok pada khalayak yang lebih luas, dan target responden penelitian
disarankan dari berbagai jenis kelamin, agar mengetahui dampak terhadap
perokok berjenis kelamin wanita juga.
135
Daftar Pustaka
Cutlip, Center & Broom. 2009 . Effective Public Relations. Prenada Media Group,
Jakarta.
Rice & Atkin. 2001. Public Communicarion Campaigns. Edisi 3, Sage Publications,
Inc, California.
Ruslan, Rosady 2008. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Smith, Ronald D. 2002. Strategic Planning For Public Relations. Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers, Mahwah, New Jersey
136
Wilcox, Cameron, Ault, Agee. 2003, Public Relations : Strategies And Tactics, Edisi
7, Pearson Education, Inc, Boston.
Pratiwi, Aldini 2009, Analisis Peran Dan Strategi Kampanye Humas Oleh Corporate
Commuication Dalam Mensosialisasikan Merger Kepada Nasabah, Program Studi
Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
Depok.
Zefanya, Ribka 2009, Analisi Strategi Media Dan Government Relations Dalam
Kampanye Pemasaran Sosial (studi Kasus Pada Peringatan Hari Osteoporosis
Nasional Di Jakarta Periode 2007-2009 oleh Anlene Indonesia), Program Studi
Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
Depok.
Melani Ismail, Stela 2004, Kampanye Public Relations dalam membentuk sikap
khalayak (Studi pada kampanye stop trafficking children and your people yang
diselenggarakan oleh body shop Indonesia, Program Studi Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok.
Website
Rini Susanti. 2007. Fungsi Teori Dalam Penelitian Kuantitatif. Jurnal Teknodik.
Volume. 11, no. 20, pp. 172 194. (
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=203342).
Purwanto. 2007. Metode-metode penelitian pendidikan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Jurnal Teknodik. Volume 11, no. 20, pp. 196.
(https://lib.atmajaya.ac.id/Uploads/Fulltext/168953/artikel/195.pdf)
137
Voa Indonesia. (2010). Harga Rokok Di New York Akan Paling Mahal Di As.
http://www.voaindonesia.com/content/harga-rokok-di-new-york-akan-paling-mahaldi-as-96763944/80059.html, 20 Februari 2015.
Evieta Fadjar. (2014). Pesan Bergambar Pada Bungkus Rokok Mulai 24 Juni 2014.
http://www.tempo.co/read/news/2014/04/08/060569021/Pesan-Bergambar-PadaBungkus-Rokok-Mulai-24-Juni-2014, 21 Februari 2015.
Agung Budi Santoso. (2014). Dalam Sebatang Rokok Terkandung 4000 Zat Kimia
Berbahaya Membunuh 46 Orang Tiap Jam.
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/12/08/dalam-sebatang-rokok138
terkandung-4000-zat-kimia-berbahaya-membunuh-46-orang-tiap-jam, 21 Februari
2015.
139
Lampiran 1
Draft Angket Penelitian
Pengaruh Kampanye Peringatan Bahaya Merokok Dari Kemenkes RI Pada
Kemasan Rokok Terhadap Kesadaran Bahaya Merokok Di Kalangan
Karyawan Perkantoran Daerah Mega Kuningan
Petunjuk Pengisian
Pada Bagian A mohon diisi dengan memberi tanda silang (X) untuk setiap
pertanyaan yang sesuai dengan pilihan anda.
Pada bagian B mohon pilih 1 (satu) jawaban dengan memberi tanda checklist (
V ) yang sesuai dengan penilaian Anda dan mewakili jawaban anda, dengan
pilihan sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
RR : Ragu-ragu
Kuisioner
A. Karaterisistik Responden
1. Usia
a. 21 30
b. 31 40
c. 41 50
d. 51 - 54
2.Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
140
3. Tingkat Pendapatan
a. <Rp. 1.000.000,b. Rp 1.000.000,-Rp 3.000.000,c. Rp 3.000.000,-Rp 5.000.000,d. Rp 5.000.000,-Rp 7.000.000,e. >Rp. 7.000.000,-
4. KuantitasMerokokPerHari
a. < 1 bungkus
b. 1 2 bungkus
c. 2 3 bungkus
d. > 3 bungkus
B. Daftar Pernyataan
PERNYATAAN
SS
RR
TS
STS
141
KesadaranBahayaMerokok
11. Anda Mengetahui Bahwasanya Rokok
Tidak Baik Bagi Kesehatan Anda
12. Anda Menyadari Selain Tidak Baik Bagi
Kesehatan, Rokok Menghabiskan Uang Anda
Dan Membahayakan Kesehatan Anda
13. Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Anda
Paham Akan Dampak Yang Ditimbulkan
14. Anda Merasa Cemas Akan Kesehatan
Anda Setelah Melihat Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
142
143
Lampiran II
Perhitungan Hasil Uji SPSS
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Anda mengetahui gambar
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
33.95
23.342
.630
.924
34.23
20.915
.841
.912
34.20
22.531
.686
.921
34.10
23.368
.620
.924
34.26
21.101
.826
.913
34.22
22.406
.668
.922
144
34.28
21.882
.703
.920
34.26
21.706
.738
.918
34.08
22.490
.734
.919
34.29
21.486
.735
.919
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.927
10
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
145
anda mengetahu
41.17
36.095
.568
.843
41.29
35.418
.506
.846
41.30
33.187
.710
.831
41.31
35.055
.518
.845
41.52
33.882
.469
.852
40.99
37.235
.380
.853
41.13
34.554
.540
.844
146
41.23
34.735
.537
.844
41.24
34.874
.695
.835
41.23
35.895
.508
.846
41.36
34.333
.556
.842
41.22
35.734
.446
.850
147
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.855
12
Uji normalitas
a,,b
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
RY
120
120
Mean
37.9833
45.0000
Std. Deviation
5.20501
6.41951
Absolute
.183
.117
Positive
.183
.075
Negative
-.111
-.117
2.000
1.278
.001
.076
148
Lampiran 3
Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
149
DATA PRIBADI
1. Nama
: Faiz Mochamad
3. Alamat
4. Agama
: Islam
5. Status
6. Fakultas
7. Konsentrasi
: Ilmu Komunikasi
8. Email
: Faizmochamad30@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 1998
1998 2004
2004 2007
2007 2010
: SMAN 3 Depok
2011 2015
150
PENGALAMAN BERORGANISASI
at Kemang Village
151