Pokok Bahasan
: Polip nasi
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
A. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan maka keluarga mampu
merawat anggota keluarga yang sakit Polip nasi Untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan selama 1 x 45 menit
keluarga Mampu :
1.
2.
3.
4.
5.
2. Diskusi/Tanya Jawab
E. Susunan Acara
Tahap
Pembukaan
Kegiatan
Waktu
5 menit
Mengucapkan salam
Menyampaikan tujuan tujuan pertemuan sesuai
kontrak waktu
Proses
Penutup
10 menit
F. Setting Tempat
A
B
Keterangan:
F
Ob
A : Penyampai Materi
B: Peserta Didik
F: Fasilitator
Ob: Observasi
G. Media
Lembar balik
Leaflet
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Semua anggota keluarga hadir dalam acara penyuluhan
2. Evaluasi Proses
Tinjauan Pustaka
III.1 Definisi
Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang
bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan permukaan
licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Polip nasi bukan merupakan
penyakit tersendiri tapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit
dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma(2).
Polip yang multipel dapat timbul pada anak-anak dengan sinusitis kronik,
rhinitis alergi, fibrosis kistik atau sinuisitis jamur alergi. Polip sangat bervariasi pada
setiap individu, polip dapat berupa polip antro-koanal, polip jinak yang besar ataupun
polip multipel yang dapat merupakan lesi jinak atau merupakan suatu keganasan
seperti: glioma, hemangioma, papiloma, limfoma, neuroblastoma, sarcoma, karsinoma
nasofaring dan papiloma inverted.(2)
Kita harus mewaspadai setiap anak dengan polip jinak yang multipel yang
dihubungkan dengan fibrosis kistik dan asma.
Tempat asal
Tumbuhnya polip terutama di bagian-bagian sempit di bagian atas hidung, di
bagian lateral konka media, dan sekitar muara sinus maksila dan sinus etmoid. Di
tempat inilah mukosa hidung saling berdekatan. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan
endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.(4)
III.2. Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi
alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum
diketahui dengan pasti. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa
hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh
gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan
eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya
ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip
mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis(8).
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
4.
1.
2.
Sinusitis kronik.
3.
Iritasi.
Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi
konka(8)
Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting pada terjadinya
polip, yaitu :
1.
Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus.
2.
3.
Makroskopis
Secara makroskopis polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan
licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan,agak bening, lobular,
dapat tunggal atau multipel dan tidak sensitif (bila ditekan/ditusuk tidak terasa sakit).
Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena mengandung banyak cairan dan
sedikitnya aliran darah ke polip.bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna
polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun
warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan
ikat(11).
Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks ostio-meatal di meatus
medius dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin
tempat asal tangkai polip dapat dilihat(11)
Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar dinasofaring, disebut
polip koana.polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga
polip antro-koana. Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus
etmoid(11).
Mikroskopis
Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung
normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab. Selselnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag. Mukosa
mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit. Polip
yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran udara,
menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi(11).
Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe
eosinofilik dan tipe neutrofilik.
Gejala Objektif:
v Oedema mukosa hidung
v Submukosa hipertropi dan tampak sembab
v Terlihat masa lunak yang berwarna putih atau kebiruan
v Bertangkai(11)
Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi
di hidung. Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konka
hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka
polipoid ialah :
Polip :
-
Bertangkai
Mudah digerakkan
Konsistensi lunak
III.5. Diagnosis
Anamnesa
Keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa tersumbat dari ringan
hingga berat, rinore yang jernih hingga purulen, hipoosmia atau anosmia. Dapat juga
disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala di daerah frontal.
Biladisertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinorepurulen.
Gejalasekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau,
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Selain itu dapat juga
menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi,
terutama dengan asma(15).
Pemeriksaan Fisik
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga
hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi
anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius
Pemeriksaan Radiologi(15)
Foto polos sinus paranasal
CT scan
Dapat melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada
proses radang, kelainan anatomi, polip, atau sumbatan pada KOM. Pemeriksaan
tergantung klinis, terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan
terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan
bedah terutama bedah endoskopi
Tidak bertangkai
Sukar digerakkan
Mudah berdarah
III.7 Penatalaksanaan
Karena etiologi yang mendasari pada polip nasi adalah reaksi inflamasi, maka
penatalaksanaan medis ditujukan untuk pengobatan yang tidak spesifik. Pada terapi
medikamentosa dapat diberikan kortikosteroid. Kortikosteroid dapat diberikan secara
sistemik ataupun intranasal(10).
Pemberian kortikosteroid sistemik diberikan dengan dosis tinggi dalam waktu
yang singkat, dan pemberiannya perlu memperhatikan efek samping dan kontraindikasi.
Kortikosteroid oral adalah pengobatan paling efektif untuk pengobatan jangka pendek
dari polip nasi, dan kortikosteroid oral memiliki efektivitas paling baik dalam
mengurangi inflamasi polip.(10,11)
Kortikosteroid
steroid, yang dapat mengurangi atau menurunkan pertumbuhan polip nasi yang kecil,
tetapi secara relatif tidak efektif untuk polip yang masif. Steroid intranasal paling
efektif pada periode post operatif untuk mencegah atau mengurangi relaps(10).
Pengobatan juga dapat ditujukan untuk mengurangi reaksi alergi pada polip
yang dihubungkan dengan rhinitis alergi. Pada penderita dapat diberikan antihistamin
oral untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi. Bila telah terjadi infeksi yang
ditandai dengan adanya sekret yang mukopurulen maka dapat diberikan antibiotik(11).
Pengobatan Medikamentosa
Steroid oral dan topikal di berikan pada pengobatan pertama pada nasal polip.
Antihistamin, dekongestan dan sodium cromolyn memberikan sedikit keuntungan.
Imunoterapi mungkin dapat berguna untuk pengobatan rhinitis alergi, tapi bila di
gunakan sendirian, tak dapat berguna pada polip yang telah ada, pemberian antibiotik
bila terjadi superimposed infeksi bakteri.(10,11)
Kortikosteroid adalah pengobatan pilihan, baik secara topikal maupun sistemik.
Injeksi
langsung
pada
polip
tidak
dibenarkan
oleh Food
and
Drug
Respon dengan kortikosteroid tergambar dari ada atau tidaknya eosinofilia, jadi
pasien dengan polip dan rhinitis alergi atau asma seharusnya respon dengan pengobatan
ini. Pasien dengan polip yang sedikir eosinofil mungkin tidak respon terhadap steroids.
Penggunaan steroid oral jangka panjang tidak direkomendasikan karena efek
sampingnya yang merugikan ( seperti gangguan pertumbuhan, Diabetes Melitus,
hipertensi, gangguan psikis, gangguan pencernaan, katarak, glukoma, osteoporosis)(16).
Pemberian topikal kortikosteroid di berikan secara umum karena lebih sedikit
efek yang merugikan dibandingkan pemberian sistemik karena bioavaibilitasnya yang
terbatas. Pemberian jangka panjang khususnya dosis tinggi dan kombinasi dengan
kortikosteroid inhalasi, terdapat resiko penekanan hipotalamus-pituari-adrenal aksis,
pembentukan katarak, gangguan pertumbuhan, perdarahan hidung, dan pada jarang
kasus terjadi perforasi septum(16).
Kortikosteroid merupakan antiinflamasi yang biasa diberikan padapasien polip
hidung. Namun, memberikan efek samping yang serius seperti perdarahan usus bila
diberikan dalam dosis yang besar dan dalam waktu yang lama. Inhibitor COX-2 juga
mempunyai efek anti inflamasi dan dikenal tidak memberikan efek samping pada
gastrointestinal.(14)
Pembedahan dilakukan jika:
1. Polip menghalangi saluran nafas
2. Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus
3. Polip berhubungan dengan tumor
4. Pada anak-anak dengan multipel polip atau kronik rhinosinusitis yang gagal
pengobatan maksimum dengan obat- obatan.
Tindakan pengangkatan polip atau polipektomi dapat dilakukan dengan
menggunakan senar polip dengan anestesi lokal, untuk polip yang besar tetapi belum
memadati rongga hidung. Bedah sinus endoskopik (Endoscopic Sinus Surgery)
merupakan
teknik
yang
lebih
baik
yang
tidak
hanya
membuang polip tapi juga membuka celah di meatus media, yang merupakan tempat
asal polip yang tersering sehingga akan membantu mengurangi angka kekambuhan.
Surgical micro debridement merupakan prosedur yang lebih aman dan cepat,
pemotongan jaringan lebih akurat dan mengurangi perdarahan dengan visualisasi yang
lebih baik.(2,15)
Keputusan atas pembedahan ditentukan dari penemuan CT-Scan sinus paranasal
sebelum operasi. Anterior ethmoidectomy, posterior ethmoidectomy,
antrostomy
meatus medius dan pembersihann resesus frontalis dapat dilakukan pada semua pasien.
8. Prognosis
Polip nasi dapat muncul kembali selama iritasi alergi masih tetap berlanjut. Rekurensi
dari polip umumnya terjadi bila adanya polip yang multipel. Polip tunggal yang besar seperti
polip antral-koanal jarang terjadi relaps(6).
Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan
kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis alergi adalah
menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi(6).
Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa dekongestan yang
berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan
dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara
desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara lain tidak
memberikan hasil yang memuaskan(9).
DAFTAR PUSTAKA
1. Throat Departement, Medical Faculty,Hasanuddin University, Makassar The Indonesian
Journal of Medical Science Volume 1 No. 1 July-September 2008
dan
fisiologi
terapan).
Dalam:Effendi
H,
17. Assanasen, P &Naclerio, RM. 2001. Medical and Nasal surgical management of nasal polyps in
Current opinion in Otolaryngology and Head and Neck Surgery. Lippincott William and
Wilkins Inc, p. 27-36.