Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Pada
penyandang DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan
semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat
terjadi pada tingkat mikrovaskular (retinopati diabetik, nefropati
diabetik,

neuropati

diabetik,

dan

kardiomiopati)

maupun

makrovaskular (stroke, penyakit jantung koroner, peripheral vascular


disease). (Waspadji, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2009,
2011) Komplikasi lain dari DM dapat berupa kerentanan berlebih
terhadap infeksi akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih,
tuberkulosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian dapat
berkembang menjadi ulkus/gangren diabetik. (Waspadji, 2009)
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi
pada kaki yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama
yang

mempengaruhi

terbentuknya

kaki

diabetik

merupakan

kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi


vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk rumah
sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan
oleh penderita. (Soetjahjo, 1998)
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik DM
yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetik sering
mengecewakan, baik bagi dokter pengelola maupun penyandang
DM dan keluarganya. Seringkali kaki diabetik berakhir dengan
kecacatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetik
masih merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan

maksimal, karena selain kurangnya minat untuk mendalami masalah


kaki diabetik, ketidaktahuan masyarakat mengenai kaki diabetik juga
masih sangat menyolok. Sebagai tambahan, masalah biaya
pengobatan yang besar yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada
umumnya juga menambah peliknya masalah kaki diabetik.
(Waspadji, 2009)
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari
seorang pendenta Diabetes Mellitus (DM) dengan ulkus pedis (kaki
diabetik), berjenis kelamin perempuan dan berusia 46 tahun, dimana
penderita merupakan salah satu dari penderita kaki diabetik yang
berada di wilayah Puskesmas Krembung, Kabupaten Sidoarjo.
Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat
khususnya di daerah Puskesmas Krembung Kabupaten Sidoarjo
beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kaki diabetik terutama masalah pengobatan dan
pola hidup sehat. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk
memperhatikan

dan

mencermatinya

untuk

kemudian

bisa

menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial dan
ekonomi pasien dengan penyakit yang diderita pasien?
2. Bagaimanakah hubungan antara pelayanan kesehatan yang
diterima pasien dengan penyakit yang diderita pasien?
Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien

3.

dengan penyakit yang diderita pasien?


C. Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial dan
ekonomi pasien dengan penyakit yang diderita pasien
2. Untuk mengetahui hubungan antara pelayanan kesehatan
yang diterima pasien dengan penyakit yang diderita pasien
3. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekitar
pasien dengan penyakit yang diderita pasien
2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengdentifikasi pasien sesuai yang ditetapkan pada


Puskesmas.
2. Untuk mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga
melalui APGAR.
3. Untuk mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien
melalui SCREEM.
4. Untuk mengidentifikasi faktor keturuna pasien melalui
Genogram
5. Untuk mengindentifikasi faktor pelayanan kesehatan yang
tersedia
6. Untuk mengidentifikasi perilaku pasien sebagai penderita
gizi kurang.
7. Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosialekonomi, dsb.)
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya
Dapat meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dan

keluarganya
Dapat meningkatkan kebutuhan dan tuntutan kesehatan

pada pasien.
Dapat meningkatkan kepuasan pasien untuk mendapat

pelayanan semaksimal mungkin.


2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Memudahkan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan

program pelayanan dalam fokus layanan primer


Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang terintegrasi

dengan pendekatan secara komunitas.


3. Manfaat bagi Puskesmas
Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas khususnya dalam

fokus terpadu pada pasien


Membantu kinerja puskesmas dalam capaian upaya
program pemberantasan penyakit tidak menular khususnya
pada penyakit Diabetes Mellitus dengan ulkus pedis..

BAB II
HASIL KUNJUNGAN

A. Status Pasien
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Agama

: Ny. S
: 46 tahun
: Perempuan
: Tidak bekerja
: SD
: Islam
g. Alamat
:
Tawangsari

h. Suku
i. Tanggal periksa pertama ke puskesmas

Desa
RT/RW

04/04

Kecamatan

Ngoro

Kabupaten

Mojokerto
: Jawa
: 19 Desember 2015

j. Tanggal Home Visit

: 30 Maret 2016

2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Luka di kaki kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kurang lebih 7 bulan yang lalu mengeluhkan
timbul luka yang melepuh di ibu jari kaki kiri. Awalnya luka timbul
tiba-tiba, pasien tidak merasakan nyeri atau perih pada kaki kirinya.
Pasien mengaku saat itu kakinya tidak terkena atau tertusuk benda.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya,
Diabetes Mellitus (+), hipertensi (-), alergi (-).
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien.
Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-), alergi (-)
e. Riwayat Kebiasaan
-

Riwayat kebersihan badan : semenjak sakit pasien mandi 2


kali sehari dengan bantuan suaminya. Kadang hanya dilap.
Buang air besar dan kecil dibantu oleh suaminya di kursi roda

yang tempat duduknya telah dimodifikasi.


Riwayat olah raga : sebelum sakit pasien jarang berolahraga.
Semenjak sakit pasien tidak bisa berolahraga dikarenakan

luka di kakinya membuatnya sulit beraktifitas.


Riwayat pengisian waktu luang: semenjak sakit pasien
menghabiskan sebagian besar waktunya

di

tempat

tidur.

Mobilisasi dengan menggunakan kursi roda.


Riwayat kebiasaan: kebiasaan mengkonsumsi makanan
manis, tinggi karbohidrat, atau tinggi lemak disangkal.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien anak ke-4 dari enam bersaudara. Pasien tinggal bersama
suami, anak kedua, menantu, dan dua orang cucunya.
Pasien saat ini tinggal di daerah padat penduduk, dengan kondisi
rumah yang terkesan cukup rapi. Rumah berukuran 5x15 meter persegi
dan letaknya berdekatan dengan rumah tetangga. Jalan di depan rumah
pasien belum beraspal. Di seberang rumah pasien terdapat kandang
kambing dan sungai. Ventilasi rumah cukup, cahaya matahari dapat
masuk dari sisi depan dan belakang rumah.
Pekerjaan suami pasien adalah bertani dengan pendapatan
berkisar Rp. 1.000.000,00 per bulan, sedangkan pasien tidak bekerja.
Pengeluaran keluarga pasien berupa biaya untuk kecukupan hidup seharihari seperti membeli bahan makanan, membayar tagihan listrik, dan
membayar tagihan air. Biaya hidup pasien sehari-hari ditanggung oleh
suami dan menantunya.
g. Riwayat Gizi
Pasien sehari-hari tidak rutin makan 3 kali sehari dan porsi tiap
kali makan kurang cukup dengan nasi, lauk pauk seperti tahu, tempe,
kerupuk dan sayuran seperti sayur bayam. Pasien jarang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung protein seperti daging ayam maupun
ikan. Pasien jarang mengkonsumsi buah, adapun buah yang lebih sering
dikonsumsi seperti pepaya. Kesan status gizi saat ini kurang.

h. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat di bidan 7 bulan lalu saat luka di kakinya
baru muncul. Di bidan luka tersebut hanya dibersihkan dan pasien tidak
diberi obat. Satu bulan berikutnya pasien merasakan lukanya meluas
kemudian pasien kembali berobat ke bidan. Bidan merujuk pasien untuk
dilakukan perawatan luka lebih lanjut (debridement) di Rumah Sakit
Sukandar namun tidak ada kamar yang tersedia. Pasien kemudian

mencari rumah sakit lain dan akhirnya debridement dapat dilakukan di


Rumah Sakit Dharma Husada. Pasien diberikan obat minum antidiabetes.
Setelah debridement, saat di rumah pasien sering lemas dan
tidak sadar dan sering bolak balik Rumah Sakit Dharma Husada. Pasien
melakukan debridement yang kedua 1 bulan setelahnya di RSUD
Sidoarjo.
Setelah dilakukan debridement yang kedua, pasien rutin berobat
ke Puskesmas Krembung dan rutin dilakukan pembersihan luka.
Selama di rumah, pasien mengaku kurang rutin minum obat
antidiabetes yang diberikan.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :

Baik, Kesadaran Compos mentis, GCS

E4V5M6, status gizi cukup


b. Tanda Vital dan Status Gizi
-Tanda Vital
Nadi

: 72 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan : 14 x/menit
Suhu

: 36,6 C (aksillar)

Tensi

: 110/60 mmHg (posisi berbaring)

-Status gizi
BB

: 43 kg

TB

: 153 cm

IMT

: 18,3

Status Gizi Gizi Kurang


c. Kulit Warna : kecoklatan, ikterik (-), sianosis (-)
d. Kepala
: bentuk normal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m.temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-)

e. Mata

: Conjuctiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), pupil

(isokor 3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat


kehitaman), radang/conjuctivitis/uveitis (-/-/-)
f. Hidung
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-),
deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
g. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil
lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
h. Telinga : Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran
berkurang (-), keadaan cuping telinga dalam batas normal
Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
i. Leher : JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit
(-)
j. Thoraks
Simetris (+)/(+), retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : I :
P :
P :

ictus cordis tak tampak


ictus cordis tak kuat angkat
batas kiri atas :

SIC II 1 cm lateral

batas kanan atas

SIC II LPSD

batas kiri bawah

SIC V 1 cm

LPSS

lateral LMCS
batas kanan bawah

:SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar


A :

BJ III intensitas normal, regular, bising (-)

b. Pulmo: statis (depan dan belakang)


I: pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan Rhonci (-/-), wheezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I: pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (-/-)
Suara tambahan Rhonci (-/-), wheezing -/k. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada


A: peristaltik (+) normal
P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P: timpani
l. Sistem columna vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P: nyeri tekan (-)
P: Nyeri ketok Columna Vertebralis (-)

m. Ekstremitas
Akral hangat

Oedem

n. Sistem genetalia : dalam batas normal


4. Status Lokalis
Regio ekstremitas sinistra
Inspeksi : Terdapat luka multiple pada regio dorsalis dan plantaris pedis
sinistra, Bentuk tidak beraturan, rongga +, pus +, slough +
bengkak, hiperemi +, nekrosis +
Palpasi : Nyeri tekan (-), perabaan hangat, krepitasi (-)
Ulkus pedis pada ekstremitas sinistra

10

Pulsasi
A.
Dorsalis Pedis
A.
Tibialis Posterior
A.
Poplitea

Kiri
sde
+
+

Kanan
+
+
+

Sensibilitas
Halus
Kasar

Kiri
-

Kanan
+
+

5. Pemeriksaan Penunjang
GDA: 474 mg/dL
6. Diagnosis
Diagnosis Biologis
1. Diabetes Mellitus tipe 2 + ulkus diabetikum
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

11

7. Penatalaksanaan
1. Diabetes Mellitus tipe 2 + ulkus diabetikum
a. Non-farmakologis
Tujuannya adalah menjaga suasana kondusif bagi
kesembuhan

luka.

Berbagai

terapi

topikal

dapat

dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka,


seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau iodine
encer, dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan
salin, senyawa perak sebagai bagian dari dressing, dll.
Demikian pula berbagai cara debridement non surgikal
dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan

jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim. 1


Mengatur pola makan seperti mengganti nasi putih
dengan ketang rebus, mengurangi konsumsi makanan
yang mengandung pemanis seperti minuman botol, roti
dan kue, membatasi konsumsi buah-buahan.

b. Farmakologis
Glibenclamide 1 x 5 mg

B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu
mendapatkan dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita
menghadapi suatu masalah selalu menceritakan kepada suaminya.
Penyakitnya ini mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan
dirasa singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota
keluarga lainnya, komunikasi dengan suami, anak dan anggota keluarga
lainnya berjalan dengan baik.

12

Anak kandung dan menantu pasien mendukung dalam upaya


pengobatan sehingga merasa penyakitnya bukan halangan untuk
melakukan aktivitas. Keluarga meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh
kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.
GROWTH
Ny. S sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya
walaupun kadang menganggunya terutama dalam kegiatan sehari-hari seperti
mandi, buang air, dan berjalan.
AFFECTION
Ny. S merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan suami
dan anaknya cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan
perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.
RESOLVE
Ny. S merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia
dapatkan dari keluarganya, sehari-hari Ny. S selalu ditemani oleh suami, anak,
dan cucu-cucunya.
APGAR Ny. S terhadap keluarga

Sering/

Kadang-

selalu

kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
P

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,

Jarang/tidak

13

perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10

C. SRCEEM
SUMBER
Sosial

PATHOLOGY
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat
cukup meskipun banyak keterbatasan.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini -

Cultural

dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam


keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Para tetangga sering bersilaturahim ke
rumah pasien untuk menjenguk dan menanyakan keadaan
pasien. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Pemahaman agama cukup. Penerapan agama baik, hal ini -

Religius
Agama

dapat dilihat dari penderita dan keluarganya menjalankan

menawarkan

sholat selalu 5 waktu

pengalaman spiritual
yang baik untuk
ketenangan individu
yang

tidak

didapatkan dari yang


lain
Ekonomi

Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke atas, untuk _


kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, dapat memenuhi
kebutuhan sekunder. Sumber biaya untuk kebutuhan
sehari-hari berassal dari suami dan menantunya yang

Edukasi

tinggal serumah dengan pasien.


Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarganya masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas

14

Medical

pendidikan seperti buku-buku, koran terbatas.


Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian
khusus

terhadap

kasus

penderita

dengan

cara

menerapkan metode jemput bola dimana petugas


puskesmas mendatangi rumah pasien untuk melihat
kondisi pasien dan membersihkan luka pada kakinya.
Mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
menggunakan Puskesmas ataupun bidan desa. Suami
pasien juga memiliki alat pengecek gula darah sendiri dan
tahu cara menggunakannya sehingga dapat memantau gula
darah pasien.
Keterangan
Ekonomi (-) artinya keluarga Nn. S tidak ada masalah dalam hal
perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang terpenuhi dan dapat memenuhi
kebutuhan sekunder dan tertiernya.
Religius (-) artinya Ny. S tidak ada masalah dalam bidang agama,
karena masih tetap menjalankan perintah-Nya dengan keadaan yang
ada sekarang itu membantu / mempengaruhi ketentraman batin
karena penderita dekat dengan Tuhan terutama dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang ada.
Edukasi (+) artinya Ny. S menghadapi permasalahan dalam bidang
pendidikan. Ny. S menempuh pendidikan terakhir hanya sampai SD,
sedangkan tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarganya yang lain
masih rendah.
Sosial (-) artinya Ny. S mampu bersosialisasi dengan keluarga dan
tetangga serta merasa dipedulikan oleh keluarga dan tetangganya.
Kultural (-) Ny. S masih mampu mengikuti kegiatan-kegiatan di
sekitar lingkungannya.

15

Medical (-) Ny. S memiliki kartu jaminan kesehatan sehingga


penderita mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.
D. Genogram
Nama Kepala Keluarga
Alamat lengkap

: Tn. M
: Desa Tawangsari RT/RW 04/04
Kecamatan

Ngoro

Kabupaten

Mojokerto
: Extended Family

Bentuk Keluarga

E. Faktor Pelayanan Kesehatan


Faktor pelayanan kesehatan dalam kasus ini berkaitan dengan
Genogram
Ny. S cara
pemberian Gambar
perhatian 2.1
khusus
terhadap keluarga
penderita dengan
menerapkan metode jemput bola. Pasien mengalami kendala jika
harus mendatangi Puskesmas Krembung karena tempat tinggal pasien
yang berjarak lumayan jauh yaitu sekitar 10 km dari Puskesmas
Krembung. Petugas puskesmas mendatangi rumah pasien secara
berkala untuk melihat kondisi pasien dan membersihkan luka pada
kakinya. Namun tenaga kesehatan dirasa kurang dalam upaya
memberikan informasi mengenai pemberian obat antidiabetes. Hal ini
menyebabkan

rendahnya

pengetahuan

pasien

mengenai

cara

menggunakan obatnya dengan baik, pasien sering merasa lemas


bahkan

sampai

tidak

sadarkan

diri

setelah

minum

obat

antidiabetesnya. Sehingga pasien tidak rutin meminum obatnya karena

16

takut kesadarannya akan menurun kembali. Hal ini mengakibatkan


kadar gula darahnya tidak terkontrol sehingga luka pada kakinya sulit
untuk sembuh.
F. Faktor Perilaku Pasien
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat maupun perorangan karena sehat atau tidak
sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, seperti sikap dan
gaya hidup. Perilaku pasien yaitu Ny. S dalam gaya hidup, dapat
dikatakan cukup baik, pasien selalu menjaga kesehatannya dengan
makan makanan yang dianjurkan oleh petugas puskesmas seperti
mengganti nasi putih dengan kentang, tidak mengkonsumsi makanan
yang mengandung gula tambahan (minuman kemasan, roti, dan kue),
tetap mengkonsumsi buah-buahan sesuai anjuran. Selain makanan
tersebut, pasien juga menghindari makanan-makanan yang tidak sehat
seperti gorengan atau makanan yang mengandung banyak lemak.
Pasien tidak pernah memiliki riwayat merokok, minum minuman
keras

maupun

menggunakan

obat-obat

terlarang.

Dalam

kesehariannya, perilaku pasien dalam hal kepatuhan berobat sangat


kurang, pasien tidak mengikuti anjuran yang diberikan oleh dokter
saat di puskesmas. Pasien tidak mengetahui mengenai bahaya
penyakit pasien bila tidak diobati dan hubungannya dengan
kesembuhan luka di kakinya. Pasien tidak rutin minum obat dengan
alasan takut badannya akan lemas atau menjadi tidak sadar seperti
yang pernah pasien alami sebelumnya setelah minum obat antidiabetes
yang telah diberikan dokter puskesmas. Sikap pasien terhadap
keluarganya sangat baik dan harmonis, begitu juga terhadap
masyarakat di lingkungan rumahnya. Pasien selalu menjaga hubungan
baik dengan masyarakat sekitar rumahnya dengan cara komunikasi
setiap hari. Walaupun pasien saat ini tidak bisa berjalan dan
membutuhkan bantuan kursi roda, keluarga maupun tetanggatetangganya selalu mengajaknya berkomunikasi dan menanyakan

17

keadaannya. Saat pasien mengalami masalah, pasien meminta bantuan


atau pendapat anggota keluarganya untuk menemukan solusi agar
masalah pasien dapat terselesaikan segera.
G. Faktor Lingkungan Pasien
1. Gambaran Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di sebuah rumah yang memiliki ukuran
5 meter x 15 meter di Desa Tawangsari dengan lingkungan sekitarnya
yang padat penduduk. Ditinjau dari aspek fisik lingkungan pasien,
pasien tinggal di daerah yang kurang bersih, namun ventilasi cukup,
akses terhadap air mudah, serta lingkungan yang subur. Iklim di
daerah lingkungan pasien sesuai dengan iklim yang terjadi di
Indonesia. Sedangkan berdasarkan aspek sosiokultural, pasien dan
keluarganya sangat menghargai budaya yang ada di sekitar mereka,
walaupun pasien tidak bisa mengikuti acara-acara yang terkait dengan
kebudayaan dan agama seperti pengajian, hajatan, ataupun acara
lainnya. Dalam aspek pendidikan, keluarga pasien termasuk dalam
kategori rendah, pasien merupakan lulusan sekolah dasar, mayoritas
keluarga pasien hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar sampai
SMP, hanya satu anak pasien yang meneruskan sampai ke jenjang
SMA. Hal ini berdampak pada sulitnya pasien maupun keluarga
pasien dalam menerima informasi yang berkaitan dengan penjelasan
penyakit maupun pengobatan yang diberikan. Dari aspek ekonomi,
pasien sehari-hari tidak bekerja, keuangan pasien ditanggung oleh
suami dan anak-anaknya juga menantunya,
2. Denah Rumah
Skala 1:1000

18

FAKTOR LINGKUNGAN
Tingkat pendidikan rendah

FAKTOR PERILAKU
DIAGRAM PERMASALAHAN
PASIEN
DERAJAT
FAKTOR HEREDITER
Tidak rutin berobat
terdapat
riwayat DM pada kelu
(Menggambarkan hubungan
antara timbulnyaTidak
masalah
kesehatan
KESEHATAN
Gizi kurang
yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan
pasien)

FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN


Kurangnya penyuluhan pada pasien dan keluarga

19

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Permasalahan yang ditemukan
1. Masalah aktif :
a. Ulkus Diabetikum (Kaki diabetik)
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi
pada kaki yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama
yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik merupakan
kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi
vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk

20

rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak


dirasakan oleh penderita. (Soetjahjo, 1998)
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia
pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati
dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan
berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi
mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah
yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetik. (Waspadji, 2009)
Penyelesaian :
Keadaan kaki penyandang DM digolongkan berdasarkan
risiko terjadinya dan risiko besarnya masalah yang mungkin
timbul.

Penggolongan

kaki

diabetik

berdasarkan

risiko

terjadinya masalah (Frykberg) yaitu: (Waspadji, 2009)


1) Sensasi normal tanpa deformitas
2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar
tinggi
3) Insensitivitas tanpa deformitas
4) Iskemia tanpa deformitas
5) Kombinasi/complicated
a) Kombinasi insensitivitas, iskemia, dan/atau deformitas
b) Riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.
Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk
pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan
risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai
dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Untuk kaki yang
insensitif, alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi

21

kaki yang insensitif tersebut. Jika sudah ada deformitas, perlu


perhatian khusus mengenai alas kaki yang dipakai, untuk
meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk kasus dengan
permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar
untuk memperbaiki vaskularisasi kaki. (Waspadji, 2009)
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang
merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti.
Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi
ulkus pedis dilakukan setelah debridement yang adekuat.
Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu
mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh,
dengan demikian akan sangat mengurangi produksi cairan/pus
dari ulkus/gangren. (Waspadji, 2009)
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi mikroba pada luka, seperti cairan salin sebagai
pembersih luka, atau iodine encer, senyawa perak sebagai
bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai cara
debridement

non

surgikal

dapat

dimanfaatkan

untuk

mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti


preparat enzim. (Waspadji, 2009)

2. Faktor resiko :
a. Perilaku pasien yang tidak rutin minum obat dan gizi yang
kurang
Dalam kesehariannya, perilaku pasien dalam hal
kepatuhan berobat sangat kurang, pasien tidak mengikuti
anjuran minum obat yang diberikan oleh dokter saat di
puskesmas dengan alasan takut badannya akan lemas atau
menjadi tidak sadar seperti yang pernah pasien alami
sebelumnya setelah minum obat antidiabetes yang telah
diberikan dokter puskesmas.

22

Pasien sehari-hari tidak rutin makan 3 kali sehari dan


porsi tiap kali makan kurang cukup dengan nasi, lauk pauk
seperti tahu, tempe, kerupuk dan sayuran seperti sayur bayam.
Pasien

jarang

mengkonsumsi

makanan

yang

banyak

mengandung protein seperti daging ayam maupun ikan.


Penyelesaian :
Keadaan

umum

pasien

harus

diperhatikan

dan

diperbaiki. Kadar glukosa darah diusahakan agar selalu


senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait
hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar gula
darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi
yang baik akan membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain
juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin
serum, kadar Hb dan derajat oksigenasi jaringan serta fungsi
ginjal. (Waspadji, 2009)
b. Edukasi yang kurang mengenai pengobatan diabetes mellitus
Perilaku pasien dalam hal kepatuhan berobat sangat
kurang, Pasien tidak mengetahui mengenai bahaya penyakit
pasien bila tidak diobati dan hubungannya dengan kesembuhan
luka di kakinya. Pasien tidak rutin minum obat dengan alasan
takut badannya akan lemas atau menjadi tidak sadar seperti yang
pernah

pasien

alami

sebelumnya

setelah

minum

obat

antidiabetes yang telah diberikan dokter puskesmas.


Penyelesaian :
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan
kaki diabetik. Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM
dan ulkus/gangren diabetik maupun keluarganya diharapkan
akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang
diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. (Waspadji,
2009)

23

B. Intervensi dalam bentuk Gant Chart


Tabel Prioritas Jalan Keluar
No
1

Masalah
Edukasi yang

Efektivitas
I

Efesiensi
C

Hasil
P = MxIxV
C
20

15

kurang mengenai
pengobatan
diabetes mellitus
2

Perilaku

pasien

yang tidak rutin


minum obat dan
gizi yang kurang

Keterangan :
P
: Prioritas jalan keluar
M
: Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
I
V
C

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)


: Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
: Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
: Cost, biaya yang diperlukan

24

Rencana Kegiatan Pembuatan edukasi yang kurang mengenai pengobatan diabetes mellitus
No.

Kegiatan

Sasaran

Target

Volume
Kegiatan

Pembentukan
Tim

Kader
puskesm
as

Terbentuk
kader

2
kali
seminggu

Penyusunan

Kader
dan
tenaga
puskesm
as

Terbentuk
rencana
program
edukasi

Pelaksanaan

kader

Terlaksana
program
edukasi
pengobatan

Rincian Kegiatan

Lokasi
Pelaksanaan

Tenaga
Pelaksanaan

Jadwal

Puskesmas

Tenaga
puskesmas
khususnya
program
P2TM

Selasa dan
jumat

2
kali 1. Melatih kader
seminggu
tentang edukasi
pengobatan
diabetes
mellitus
2. Memberikan
materi
mengenai
pengobatan
diabetes
mellitus

Puskesmas

Kader
terpilih

Sebulan 2 1. Melakukan
kali
kunjungan ke
rumah-rumah
penderita

Posbindu,
Kader
puskesmas,
rumah warga,

1. Memilih kader

yang Selasa dan


jumat

Minggu
pertama
dan ketiga

Kebutuhan
Pelaksanaan.
1. Konsumsi
2. Alat tulis
3. laptop

1.
2.
3.
4.

laptop
lcd
konsumsi
alat tulis

1. timbangan,
pengukur
tinggi badan

25

diabetes
mellitus
kepada
penderita
diabetes
mellitus dan
keluarganya

Evaluasi

Kader

1.Penurunan
Sebulan
angka
sekali
diabetes
mellitus
dengan gula
darah yang
tidak
terkontrol

diabetes
mellitus
2. Mempromosika
n lewat
posbindu dll
3. Melakukan
penyuluhan
kepada
penderita yang
kontrol ke
puskesmas
4. Mengajarkan
cara mengelola
makanan untuk
penderita
diabetes
mellitus

balai desa

1. Pengumpulan
laporan
penderita
diabetes
mellitus dengan
gula darah yang
tidak terkontrol
2. Mencari

Puskesmas

Kader
dan Hari jumat
tenaga
mnggu ke
puskesmas
empat

2.
3.
4.
5.
6.

konsumsi
alat tulis
lcd
laptop
mix

1.
2.
3.
4.

Konsumsi
Lcd
Laptop
Alat tulis

26

2.Meningkatka
n
pengetahua
n penderita
dan
keluargany
a tentang
pengobatan
diabetes
mellitus
3.Penderita
dapat
menerapka
n
dlm
kehidupan
sehari-hari
dan
keluargany
a
dapat
membantu
dan
memberi
dukungan

kendala dalam
melaksanakan
program
edukasi

27

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Segi Biologis :

Ny. S (46 tahun) menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan ulkus


diabetikum (kaki diabetik)

2.

Segi Psikologis :

Ny. S tidak rutin minum obat antidiabetes yang dianjurkan dokter


sehingga gula darah masih tinggi yang menyebabkan luka di kakinya
sulit sembuh

Pengetahuan akan kebutuhan gizi penderita diabetes mellitus yang


kurang baik

Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab

Makanan yang kurang seimbang dikarenakan keuangan yang minim

3.

Segi Sosial :

4.

Tidak ada masalah dari segi sosial


Segi fisik :

Tidak ada masalah dengan rumah dan lingkungan sekitar.

B. Saran
1. Untuk masalah medis (ulkus diabetikum) dilakukan langkah-langkah :

Preventif : rutin minum obat antidiabetes dan makan makanan bergizi


seimbang

sehari-hari

sesuai

dengan

anjuran

dokter

untuk

mempercepat penyembuhan luka di kaki

Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai diabetes


mellitus dan cara pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter
yang menangani.

Kuratif

: saat ini penderita memasuki pengobatan rawat jalan

28

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri pasien dan keluarga


pasien sehingga pasien bisa sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan


Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Soetjahjo A. Peranan Neuropati Diabetik. Dalam: Majalah Kedokteran Andalas
Vol. 22 No. 1. Juni 1998, h. 2-10.
Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Internal
Publishing, 2009

29

Anda mungkin juga menyukai