Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dermatofitosis adalah penyakit jaringan yang mengandung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan
golongan jamur dermatofita, yang mampu mencernakan keratin. Tinea kruris
merupakan dermatofitosis yang sering ditemukan pada kulit lipat paha, genitalia,
daerah pubis, perineum dan perianal, sedangkan Tinea Corporis merupakan
dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin) kecuali telapak
tangan, telapak kaki, dan lipat paha.
Insiden dan prevalensi dermatofitosis cukup tinggi di dalam masyarakat
baik di dalam maupun diluar negeri. Di Indonesia, dermatofitosis merupakan 52%
dari seluruh dermatomikosis dan tinea kruris dan tinea korporis merupakan
dermatofitosis terbanyak. Dermatofit tersebar di seluruh dunia dan menjadi
masalah terutama di negara berkembang. Berdasarkan urutan kejadian
dermatofitosis, tinea korporis (57%), tinea unguinum (20%), tinea kruris (10%),
tinea pedis dan tinea barbae (6%), dan sebanyak 1% tipe lainnya. Di berbagai
negara saat ini terjadi peningkatan bermakna dermatofitosis. Di Kroasia
dilaporkan prevalensi dermatofitosis 26% pada tahun 1986 dan meningkat
menjadi 73% pada tahun 2001. Didapatkan data di Unit Penyakit Kulit dan
Kelamin RS. dr. Cipto Mangunkusumo, golongan mikosis superfisial berturut
ditempati oleh golongan dermatofitosis, pitiriasis versikolor, dan kandidosis. Pada
tahun 2002-2004 di RS. Dr. Sardjito , data 10 besar penyakit di Poli Kulit dan
Kelamin menunjukkan bahwa dermatofitosis menduduki peringkat kedua,
sedangkan dari bagian jamur sendiri menduduki peringkat pertama atau kasus
yang paling sering dijumpai. Pada tahun 2011 di Rumah Sakit (RS) Dr.M.Djamil
Padang tinea kruris dan tinea korporis merupakan dermatofitosis terbanyak (72%),
berdasarkan data rekam medis selama tahun 2010 ditemukan 288 orang penderita
baru dematofitosis dengan 207 orang penderita baru tinea kuris dan tinea korporis.

Faktor penting yang berperan dalam penyebaran dermatofita ini adalah


kondisi kebersihan lingkungan yang buruk, daerah pedesaan yang padat, dan
kebiasaan menggunakan pakaian yang ketat atau lembab. Penegakan diagnosis
dilakukan dengan pemeriksaan secara klinis, mikroskopis, kultur, punch biopsi
dan lampu wood serta penatalaksanaannya dengan medikamentosa secara topikal
maupun sistemik dan nonmedikamentosa dengan memperhatikan faktor
predisposisi terjadinya tinea kruris. Pada penatalaksanaan yang adekuat dapat
menurunkan prevalensi, angka kekambuhan tinea kruris itu sendiri.

BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
- Nama

: An. RA

- Umur

: 4 bulan, BB : 5,6 kg

- Jenis Kelamin

: Perempuan

- Agama

: Islam

- Suku Bangsa

: Sasak

- Alamat

: Kuripan, Lombok Barat

2. Anamnesis
- Keluhan Utama
Benjolan dipunggung dan pinggang
- Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU PATUT PATUH PATJU
Gerung, Lombok Barat dengan keluhan benjolan

kecil di punggung Dan

pinggang anaknya sejak kurang lebih satu minggu yang lalu yang semakin lama
membesar. Awalnya benjolan hanya berupa bintik kecil seperti bekas gigitan
semut. Pagi ini salah satu bisul mengeluarkan nanah dan keluarga pasien
memutuskan untuk berobat. Jumlah benjolan ada tiga buah dua di punggung dan
satu dipinggang, benjolan tidak pernah bertambah. Tidak ada bisul di tempat lain.
Demam (-), batuk pilek (-).
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah terkena penyakit seperti ini sebelumnya

- Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini
- Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan Amoxicilin sirup namun
keluhan tidak membaik. Amoxicilin sudah diminum selama 2 hari. Selain itu
orangtua pasien menggunakan daun ubi yang dihaluskan dan ditempel pada
bagian benjolan
- Riwayat Psikososial
Ibu pasien mengaku memandikan anaknya 1-2 kali sehari, mengganti
pakaian tiap hari.
- Riwayat Alergi
Alergi obat, makanan, debu, perubahan suhu disangkal
3.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Keadaan umum

Baik

- Kesadaraan

Compos Mentis

- Vital sign

Dalam Batas Normal

-BB

5.6 kg

- Kepala

Dalam Batas Normal

- Leher

Dalam Batas Normal

- Thorax

Dalam Batas Normal

- Abdomen

Dalam Batas Normal

- Ekstermitas

Dalam Batas Normal

Status Dermatologi
Regio: Pada regio punggung atas dan pinggang
UKK: tampak nodul eritematosa, berbatas tidak tegas, dan di tengahnya terdapat
pustula, dengan jumlah 3 buah, berukuran diameter kurang lebih 2 cm, berbentuk
seperti kubah.

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3.5. Resume
Anak perempuan 4 Bulan dengan benjolan dipunggung atas dan pinggang
sejak 1 minggu yang lalu semakin lama membesar diobati dengan Daun Ubi,
pagi ini keluar nanah pada salah satu benjolan.
Pemeriksaan fisik didapatkan pada regio punggung atas dan pinggang
tampak nodul eritematosa, berbatas tidak tegas, dan di tengahnya terdapat pustula,
dengan jumlah tiga, ukuran diameter kurang lebih 2 cm, berbentuk seperti kubah.
3.6. Diagnosis
Furunkel

3.7. Diagnosis Banding


-

Karbunkel

Folikulitis

3.8. Planning
Planning
- Terapi
Sistemik : Sirup Amoxicilin 3x1 sendok takar
Topikal : Salep Garamycin dioleskan pada benjolan 2 kali sehari
-Monitoring
a) Lesi pada kulit
-Edukasi
a) Kebersihan kulit harus dijaga dan ditingkatkan
- Prognosis : baik bila terapi dilakukan secara adekuat dan mengatasi serta
mengeliminasi faktor predisposisi.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN

1. Tinea kruris merupakan dermatofitosis yang sering ditemukan pada kulit


lipat paha, genitalia, daerah pubis, perineum dan perianal.
2. Penegakan diagnosis ditegakkan berdaraskan gejala klinis tinea kruris
yang khas adalah gatal yang meningkat saat berkeringat, dengan bentuk
lesi polisiklik / bulat berbatas tegas, efloresensi polimorfik, dan tepi lebih
aktif. Terdapatnya hifa pada sediaan mikroskopis dengan pemeriksaan

potasium hidroksida (KOH). Dan pemeriksaan metode kuktur jamur dapat


dilakukan namun membutuhkan waktu yang lama.
3.

Penatalaksanaan infeksi dermatofita dapat diobati dengan medikamentosa


agen antifungal topikal ataupun sistemik, non medikamentosa seperti
menggunakan pakaian yang menyerap keringat, mengeringkan tubuh
setelah mandi atau berkeringat, dan membersihkan pakaian yang
terkontaminasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Lesher, L Jack., 2015. Tinea corporis treatment and menagement.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1091473-treatment
acessed: 4th augustus 2016
2. El-gohary et all. Topical antifungal treatments for tinea cruris and tinea
corporis.

2014.

Available

from:

http://www.life-

worldwide.org/assets/uploads/files/CD009992.pdf Accessed: 4th augustus


2016
3. Lesher,

Jack.,

2015.

Tinea

corporis.

Available

from:

https://klinikchankhaw.files.wordpress.com/2013/05/tinea-corporis.pdf
accessed: 4th augustus 2016
4. Ely, John et all. 2014. Diagnosis and management of tinea infections.
Available from: http://www.aafp.org/afp/2014/1115/p702.pdf Accessed: 4th
augustus 2016
5. Andrew et all. Topical treatment of common superficial tinea infections.
2002.

Vol

65

No.10

Available

from:

http://www.aafp.org/afp/2002/0515/p2095.pdf Accessed: 4th augustus 2016


6. yossela, Tanti. 2015. Diagnosis and treatment of tinea cruris. Available
from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/536/
537 Accessed: 4th augustus 2016

Anda mungkin juga menyukai