Anda di halaman 1dari 5

Alhamdulilah saat nulis blog ini usia kandungan anak keduaku udah 5 bulan....

dedek di
perut gerakannya makin kenceng aja...cuma tiap kali ngaca dan lihat perutku, "koq
udah di bawah ya??"
selalu berfikir kayaknya emang tidak bisa melahirkan normal lagi...:(
Tapi rasa stress ini tidak segitunya dibanding kehamilanku yang pertama. karna hampir
ibu2 yang melihat perutku saat itu selalu ada yang berkomentar
"dek...koq perutnya udah di bawah...udah waktunya ta??"
tiap kali ad yong komentar seperti itu aku langsung panik, dan setelah kontak
suamiku...disarankan untuk ke dokter SPOG ku.
Dari pada penasaran kuturuti nasehatnya dan begini jawaban dokternya.
D : perut ibu ini termasuk "perut gantung"
gampangnya secara fisiologis kulit perutnya tipis, jadi ga kuat nahan beban bayi
jadi letak bayi cenderung turun, tapi bayi sehat2 aj
S : Trus efeknya apa???
D : sementara siy gpp...dijaga aj kesehatannya biar lancar persalinannya
Setelah dapat pencerahan itu lega rasanya, sampai tibalah HPL nya. udah HPL tapi
tanda mules ataupun belum juga datang. padahal suami kerja di luar kota, ntar kalau
mules2nya tengah malam gimana???
takut kenapa-napa mending tanya ahlinya aja
S : dok ini sudah HPL koq belum juga lahir??
D : setelah di USG siy ketuban masih bening dan denyut jantung ya sehat.
kita tunggu seminggu, kalau seminggu belum juga kontraksi coba periksa lagi :D
Perut ibu ini perut gantung, posisi kepala bayi jauh di bawah jalan lahir. kalau nanti
tidak bisa Normal
harus caesar.
S : Apa tidak bisa di upayakan Normal dulu dok??
D : Bisa siy, nanti mengejannya miring, biar kepala bayi mau naik.
S : saya mau nya normal dulu dok..
D : iya nanti di usahakan...:D (santai sekali jawaban nya padahal hati dah dag dig dug)
hari berlalu dengan kecemasan, koq rasa mules itu belom juga terasa...sampailah
seminggu, dan balik lagi ke dokter
S : Dok, ini udah kelewat seminggu dari HPL??
D : iyaaa tapi kondisi ketubah juga masih bagus, nunggu beberapa hari aj yaa....kalau
sampai hari ke 14 belum juga kontraksi nanti harus di SC. hari ke 13 nanti kesini lagi

Huaaaa.....rasanya pengen nangis aj, secara liat jarum suntik aja aku bisa lemes koq di
suruh operasi. sambil menunggu kontraksi suami selalu menguatkan

Suami : Kodrat wanita itu melahirkan, bersyukurlah masih diberi kepercayaan


mengandung...kalaupun nanti tidak bisa lahiran normal harus ikhlas. masih bisa
menyusui yang itu juga anugrah tersendiri bagi seorang ibu.
JANGAN stress kasihan dedeknya....
akhirnya di hari 12 perutku terasa mules, seneng rasanya...pas di periksa udah bukaan
3. tapi sampai masuk hari ke 13 telat ga nambah juga bukaannya. di putuskan untuk di
induksi....(lain kali saya tulis deh pengalaman di induksi ). jam 5 pagi di induksi jam 12
siang udah bukaan lengkap. cuma sampai 13.30 WIB kepala anak masih belum mau
naik. padahal ketuban udah pecah lama...dan bayi minta keluar aja...:((((

suami di panggil, dan di beri penjelasan oleh dokter, bahwa melihat letak bayi di vakum
pun, kepala anak jauh di bawah alatnya. solusinya memang SC....intinya ibu + anak
harus selamat. dan di tandatangani persetujuan operasi.
jam 2 siang masuk ruang operasi, di anastesi yang kemudian perut kebawah ga terasa
apa2...di iringi lagu ONCE selang beberapa menit terdengarlah suara bayi....sungguh
perjuangan menahan sakit di induksi sekian jam terbayar sudah...:D karna sudah lahir
putri kami :
"perempuan bu, gendut..." (ucap seorang tim medis) :D
Lahirlah anak pertama ku yang ku beri
nama "NIKEISHA ANIELA SAKHI"
BB : 4.2kg dan panjang : 51 cm
di RSU Aisiyah Kudus
Dr. Spog : dr. Nadjib
dr SPA. : dr. Erna Sulfrida
dari persalinan itu baru ku ketahui, karna efek perut gantung itulah kepala anak jadi
turun di bawah jalan lahir, yang saat di upayakan normal tidak bisa dan harus SC.
walaupun tidak bisa melahirkan Normal....tetep bersyukur masih bisa mengandung,
melahirkan dan menyusui...
dengan bekal pengalaman anak pertama, di kehamilanku kedua ini sudah siap
kalaupun harus SC lagi...
yang penting sehat, sempurna dan lancar persalinannya...:D

BENTUK PERUT TENTUKAN JENIS KELAMIN


Ah, itu, kan, cuma mitos, Bu. Soalnya, bentuk rahim ternyata dipengaruhi, salah satunya, postur tubuh si
ibu hamil dan besar janin.
"Wah, perutnya menggantung seperti itu, anaknya perempuan, nih." Sering, kan, kita mendengar
komentar semacam itu ketika melihat kehamilan seseorang. Ada pula komentar lain, seperti "Kok,
hamilnya kecil, sih. Makan, dong, yang banyak, biar janinnya cepat besar." Masih banyak lagi ungkapanungkapan yang menunjukkan perbedaan ukuran rahim dalam kehamilan.
Memang, bila kita perhatikan secara saksama, perut ibu hamil ternyata berbeda-beda. Ada yang
membuncit ke atas, ada yang menggantung/turun ke bawah. Ada yang bundar, ada pula yang lonjong.
Bukan itu saja, pada wanita hamil yang satu kadang perutnya tampak besar, namun pada wanita hamil
lain bisa jadi tampak kecil meski usia kehamilannya sama. Nah, mengapa ini bisa terjadi?
Ternyata, besar-kecilnya perut kala hamil yang tampak dari luar, tak hanya dipengaruhi oleh pembesaran
rahim. "Kondisi postur tubuh, tebal-tipisnya lemak di perut, serta elastisitas oot-otot perut turut
mempengaruhi penampakan dari luar," terang dr. Suharyanti, SpOG dari Departemen Obstetri &
Ginekologi RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Memang, diakui Suharyanti, dengan dimulainya kehamilan secara otomatis rahim akan membesar.
"Dasar pembesaran ini karena sel-sel dalam otot polos serta serabut kolagen yang membesar akibat
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama kehamilan." Selain itu, dalam rahim
juga akan terbentuk kantung janin, plasenta, dan janin. Hingga, tak aneh bila rahim jadi besar sekali kala
hamil, ya, Bu-Pak. Padahal jika tak sedang hamil, rahim sangat kecil, lo; hanya seberat 30 gr. Sementara
pada kehamilan sudah cukup bulan (9 bulan), pembesaran rahim meningkat jadi 1000 gr.
POSTUR TUBUH
Yang sering dilupakan, lanjut Suharyanti, dalam menilai besar kecilnya kehamilan, orang hanya melihat
bentuk perut, tak dilihat bentuk keseluruhan postur tubuhnya. "Jangan salah, berat badan ibu pun turut
menentukan besar-kecilnya rahim, lo. Kalau orangnya gemuk, tentu rahimnya akan tampak lebih besar
dibandingkan yang kurus. Hal ini karena lemak di perutnya banyak hingga membuat perut kelihatan
tambah tebal." Lain hal jika si ibu gemuk ini hamil muda, justru tak ketahuan hamilnya. "Berhubung
lemaknya banyak maka saat kehamilan muda, ia tak kelihatan hamil. Bukankah tanpa hamil pun
perutnya sudah tampak seperti orang yang sedang hamil? Hingga, kala rahim mulai membesar,
perubahan tersebut tak tampak. Walau begitu, bila kita raba perutnya akan teraba rahimnya membesar.
Nah, ibu gemuk baru akan kelihatan besar sekali perutnya kalau usia kehamilan sudah di atas 7 bulan."
Tak cuma berat, tinggi badan ibu hamil pun ikut menentukan penampakan besar-kecilnya rahim. Bila
tinggi, biasanya ukuran perut atau jarak dari tulang simfisis/tulang kemaluan hingga tulang
xiphoid/batas tulang iga bawah juga lebih panjang. Karena itu, untuk orang berbadan tinggi, walau
rahimnya membesar, tak akan kelihatan.
Beda dengan orang pendek, berhubung jarak antara tulang simfisis dengan xiphoid juga pendek, maka
kalau rahimnya membesar akan kelihatan besar sekali. "Padahal bisa jadi pembesaran rahimnya normal,
mengikuti patokan pembesaran ukuran rahim umumnya. Jadi, baik untuk orang yang tinggi maupun
yang pendek, patokan ukuran pembesaran rahimnya sama saja."

Nah, berikut ini patokan ukuran rahim yang normal:


* Rahim yang belum hamil berukuran sebesar telur ayam.
* Pada kehamilan 8 minggu, ukurannya sebesar telur bebek.
* Usia kehamilan 12 minggu, rahim sebesar telur angsa. Saat ini fundus uteri/ujung atas rahim berada 3
jari di atas tulang simfisis.
* Kehamilan 16 minggu, rahim sebesar kepala bayi atau tinju tangan orang dewasa dan fundusnya
terletak di pertengahan antara tulang simfisis dan pusar.
* Kehamilan 20 minggu, fundus berada di bawah pusar.
* Kehamilan 24 minggu, fundus berada di atas pusar.
* Kehamilan 28 minggu, fundus berada 3 jari di atas pusar.
* Kehamilan 32 minggu, fundus di pertengahan antara pusar dan tulang xiphoid.
* Kehamilan 36 minggu, fundus berada 4 jari di bawah tulang xiphoid.
* Kehamilan 37 minggu, fundus naik sampai 2 jari di bawah tulang xiphoid.
* Kehamilan 38 minggu, kalau kepala bayi sudah turun ke dasar panggul, rahim akan turun lagi hingga 4
jari di bawah tulang xiphoid.
Dengan demikian, dari usia kehamilan 1-12 minggu sebenarnya ibu hamil belum bisa meraba pembesaran
rahimnya. Lantaran di usia kehamilan ini, rahim masih terlindung dalam tulang panggul. "Jadi, kalaupun
kita merasa perutnya besar, itu cuma perubahan hormon karena pembesaran sel-sel." Lain hal jika
kehamilan sudah di atas usia 12 minggu, maka fundus rahim sudah keluar dari rongga panggul hingga ibu
pun bisa meraba ada sesuatu yang keras dan bergerak- gerak di perutnya.
TUNGGAL ATAU KEMBAR
Bila besarnya rahim melebihi ukuran normal usia kehamilan, perlu diteliti lebih lanjut, "apakah janinnya
tunggal atau kembar? Tentu saja kalau bayinya kembar, rahimnya akan lebih besar dibandingkan bila
hamil anak tunggal, kan?"
Bila janinnya tunggal, rahim bisa tampak lebih membesar, terutama kalau janinnya besar. "Nah, janin
yang besar ini harus cari tahu penyebabnya; apakah memang karena turunan atau karena si ibu mengidap
penyakit kencing manis atau ada tumor di rahimnya."
Ukuran bayi yang normal, terang Suharyanti, berkisar antara 2,5-4 kg. "Di atas 4 kg dikatakan bayi besar,
di bawah 2,5 kg dikatakan kecil untuk masa kehamilannya. Sementara kenaikan berat badan janin secara
normal antara 100-200 gr per minggunya."
Sebaliknya, jika rahim terlihat lebih kecil dibanding usia kehamilannya, maka si ibu pun harus mencari
tahu penyebabnya. "Jangan-jangan usia kehamilannya memang tak sesuai atau salah menghitung." Jika
kasusnya demikian, dokter akan melakukan USG, selain perabaan perut atau menentukan tinggi fundus
uteri. "Dari USG akan kelihatan kondisi plasenta dan air ketuban. Dari kondisi janin, kita cocokkan
perkembangannya dengan usia kehamilannya."
Rahim kecil bisa juga karena janinnya memang tergolong pertumbuhan janin terhambat (PJT). Ini berarti
harus pula dicari penyebabnya; apa karena ada kelainan plasenta, misal, plasenta cepat tua (terjadi
pengapuran) dan lilitan tali pusat. Bisa juga karena ibunya menderita diabetes, tekanan darah tinggi, atau
kurang gizi. "Jika halnya demikian, kelainan pada si ibu harus diperbaiki dulu."

ELASTISITAS OTOT PERUT


Elastisitas otot perut juga menentukan penampakan ukuran rahim. Untuk elastisitas perut yang masih
kuat dan baik, rahim akan terlihat membuncit dan tegak, sedangkan pada elastisitas otot perut yang
sudah kendor, rahim kelihatan jatuh atau perut gantung.
Perlu diketahui, di bawah lapisan kulit perut terdapat jaringan bawah kulit. Di bawah jaringan kulit ini
ada otot dan selaput tebal yang bertugas menahan perut agar tak menggembung berlebihan. Misal,
sehabis makan usus akan mengembang besar. "Nah, kalau tak ada penahan, perut akan menggembung
sesuai pengembangan usus. Namun dengan adanya penahan, dinding perut tetap rata dan hanya
menggembung sedikit."
Yang jelas, perut gantung sering terjadi pada kehamilan anak kedua dan seterusnya, serta pada ibu-ibu
yang tak pernah olahraga. Bukankah dengan tak pernah olahraga, otot penahan perut jadi kendor? "Nah,
kalau elastisitas otot perutnya sudah tak baik, maka kalau perutnya membesar akan tampak jatuh."
Jadi, tak benar, ya, Bu-Pak, bila dikatakan perut yang membuncit pertanda anak yang akan dilahirkan
lelaki, sedangkan yang perutnya gantung berarti anaknya perempuan.
Untuk yang rahimnya membuncit atau tegak, tentu jadi kelihatan lebih kecil dibanding yang
menggantung. "Yang kencang biasanya pada kehamilan pertama, karena otot perut dan rahimnya masih
kencang, hingga kelihatan lebih kecil." Sementara kalau si ibu gemuk dan pendek, rahimnya akan tampak
lebar dan besar.
"Namun kalau si ibu tak gemuk, tapi rahimnya tampak melebar, bisa jadi karena dipengaruhi letak bayi.
Bayi yang letaknya melintang membuat rahim tampak lebar. Terutama akan terlihat sekali bila ibu
berbaring. Letak bayi yang benar adalah memanjang dengan kepala terletak di bawah." Itulah mengapa,
bila di bulan pertama kehamilan, rahim berbentuk seperti buah alpukat. Pada usia kehamilan 4 bulan,
rahim akan berbentuk bulat. Sedangkan pada kehamilan tua, rahim berbentuk lonjong seperti telur.
Jadi, bentuk rahim ternyata tak menunjukkan jenis kelamin, ya, Bu-Pak.
Indah Mulatsih (Nakita)
DIPOSKAN OLEH RHIENA DI 21.50
L A B E L : I N F O S E P U TAR K E H A M I L A N

Anda mungkin juga menyukai