Penggunaan Program Transport Partikel Mcnp-3A Untuk Perhitungan Dosis Paparan Radiasi Bermuatan Netral
Penggunaan Program Transport Partikel Mcnp-3A Untuk Perhitungan Dosis Paparan Radiasi Bermuatan Netral
RudiS.Pakpahan
ABSTRAK
PENGGUNAAN
PROGRAM
TRANSPORT
PARTIKEL
MCNP-3A
UNTUK
PERHITUNGAN DOSIS PAPARAN RADIASI BERMUATAN NETRAL. Satu kasus perhitungan
dosis paparan radiasi untuk masalah tiga dimensi menggunakan program transport partikel MCNP versi
3A dibahas dalam makalah ini. Sumber radiasi berasal dari penembakan proton pada bejana besi
berbentuk silinder yang menghasilkan
dan sinar gamma sebagai produk sampingan. Experiment ini dilaksanakan di Laboratorium Ion Beam,
Univ. of Michigan. Sebagai perisai radiasi digunakan polyethylene dan graphite. Menggunakan
pemodelan yang tepat, MCNP menghitung dosis paparan radiasi (mGy/jam) pada satu daerah diluar
perisai dengan mempertimbangkan
juga pemantulan daTi lantai beton. I-Iasil simulasi MCNP-3
menunjukan polyethylene, dalam kasus ini, adalah perisai radiasi yang lebih baik daripada graphite.
PENDAHULUAN
MCNP, atau Monte Carlo code for Neutral Particle transport, adalah salah satu
produk terkenal Divisi X-6 (divisi Applied Physics Engineering yang menangani
penerapan Monte Carlo dalam program transport partikel/ energi untuk masalah
radiasi), Los Alomos National Laboratory, di Amerika Serikat. MCNP merupakan
pengembangan dari program-program sebelumnya yang diawali oleh kerja pioner
seperti Fermi, yon Neumann, dan Ulam, semasa perang dunia kedua. Mengikuti
peletakan dasar dari metode Monte Carlo, program transport partikel untuk neutron
dibuat pada tahun 1957 dengan nama MCS dan direvisi. pada tahun 1967 dengan
nama MCN. Sasaran utama program MCS/ MCN waktu itu adalah untuk mempelajari
karakteristik dari neutron didalam teras reaktor dan dalam reaksi super kritis ledakan
nuklir. Progam transport partikel untuk oton dibuat tidak lama sesudahnya dengan
nama MCG dan MCP. Pada talmn 1973 program MCN dan MCG/MCP dilebur
menjadi MCNG yang pada tahun 1977 dirubah namanya menjadi MCNP versi
pertama [I]. Melalui rekayasa dan pengembangan, MCNP saat ini sudah mencapai
versinya yang keempat.
Rcaktor - BAT AN
597
598
TEORI
r,
dNout /dt
(1)
Sedang laju perubahan partikel yang masuk bergantung pada banyaknya partikel
yang masuk ke dalam sistem, banyaknya partikel yang dipancarkan dari sumber
(source), dan banyaknya partikel yang terpindahkan ke kelompok energi E dengan
arah gerak 0 [3].
n J(r,E,O) dE dO dA + J S(r,E,O) dE dO d3r
+ J ~s(r,E'~E,O'~O)
'P(r,E,O) dE dO
(2)
Untuk keadaan tunak (steady state), dNout /dt = dNin /dt. Kedua persamaan
diatas dapat dipecahkan untuk mencari fluks densitas 'P(r,E,O). Dari fluks densitas ini
dapat dicari fluks skalar <D yang dibutuhkan untuk menghitung dosis paparan radiasi
pada daerah detektor [3].
Pengsimulasian secara langsung kejadian fisik transport partikel merupakan inti
dari metode Monte Carlo yang digunakan didalam program MCNP. Pada prinsipnya
metode ini mengatakan simulasikan partikel yang bergerak dari sumber, melewati
sistem, menuju daerah detektor, dengan mencatat setiap interaksi yang terjadi (baik
itu pemantulan, penyerapan, atau pun keluar/masuk sistem) dan ikuti pula partikelpartikel sekunder yang dihasilkan dari interaksi tersebut (karena partikel-partikel
sekunder ini, jumlah partikel yang diikuti akan lebih banyak dibandingkan partikel
599
awal yang berasal dari sumber). Setiap partikel yang masuk ke wilayah detektor (atau
yang disebut tally) diakumulasikan untuk pcrhitungan dosis paparan radiasi. Semua
proses dilakukan seeara aeak (random) mengingat pergerakan dan interaksi partikel di
alam terjadi seeara aeak. Proses ini diulangi dengan menggunakan banyak partikel
sumber (antara 10,000 sampai 10,000,000 partikel) sehingga didapat gambaran
statistik yang meyakinkan. Jadi pada dasarnya program MCNP adalah sebuah
eksperimen numerik berskala besar yang mensimulasikan transport partikel tanpa
menggunakan persamaan analitik transport partikel.
Program MCNP
Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh pemakai dalam menggunakan MCNP,
yaitu pemodelan dari sistem dan langkah-Iangkah yang diambil untuk meningkatkan
akurasi dan presisi.
Langkah awal dari simulasi MCNP adalah dibuatnya model yang membagi
sistem menjadi sel-sel tiga dimensi yang dibatasi oleh permukaan-permukaan
dua
dimensi. Semakin banyak sel yang digunakan, semakin tinggi keakuratan dari hasil
yang didapat (artinya hasil simulasi MCNP akan semakin mendekati kenyataan).
Namun meningkatnya keakurasian ini dibarengi pula dengan semakin lamanya
pemakaian komputer (computer run time) yang dapat berpengaruh terhadap biaya
yang dikeluarkan. Dua faktor lain yang juga mempengaruhi keakuratan perhitungan
adalah programnya itu sendiri dan pemakainya. Kesalahan pada program dapat
bersumber dari model matematika yang kurang tepat, data-data penampang lintang
(cross section) yang kurang akurat, parameter-parameter yang salah dan sebagainya.
Sedang kesalahan yang berasal dari pemakai dapat bersumber dari penggunaan teknik
pengurangan variasi (variance reduction technique) seeara berlebihan, kesalahan
dalam perbandingan dan interpretasi dari hasil, dan lain-lain [1].
Disamping keakuratan, pemodelan dari MCNP harus juga memperhatikan
tingkat presisinya.
Presisi didefinisikan
sebagai ukuran ketidakpastian
atau
uncertainty dari jawaban sebagai akibat tluktuasi statistik. Presisi pad a Monte Carlo
bergantung pada: (1) teknik perhitungan maju atau mundur (forward or adjoint
calculation), (2) banyaknya partikel (atau histories) yang disimulasikan, (3) tipe dari
detektor (tally) yang digunakan, dan (4) teknik yang digunakan untuk mengurangi
variasi (variance reduction technique) [1].
Perhitungan maju mensimulasikan transport partikel dari sumber ke detektor
sehingga coeok untuk kasus dimana luas permukaan detektor besar sedang luas dari
sumber keci!. Sebaliknya teknik perhitungan mundur mensimulasikan transport
partikel dari detektor ke sumber, eoeok untuk kasus dimana luas permukaan detektor
kecil dan luas permukaan sumber besar. Presisi juga bergantung dari banyaknya
partikel yang disimulasikan yang hubungannya dilukiskan sebagai J/-VN, dimana N
adalah banyaknya partikel atau histories. Peningkatan presisi eara ini eukup mahal
dilihat dari computer time mengingat untuk meningkat presisi dua kali lipat hams
600
mensimulasikan
partikel em pat kali lipat banyaknya. Akibatnya cara ini baru
digunakan kalau cara-cara lain sudah tidak memungkinkan.
Dua teknik peningkatan presisi yang terakhir adalah lebih praktis dan lebih
banyak dipakai. Pemilihan dari tipe detektor yang digunakan banyak berpengaruh
terhadap tingkat presisi. Pada prinsipnya semakin luas wilayah detektor akan semakin
tinggi tingkat presisi hasil MCNP. Ini berakibat perhitungan dosis paparan radiasi
untuk detektor yang berbentuk volume (tiga dimensi) memiliki tingkat presisi lebih
tinggi dari pada detektor yang berbentuk permukaan (dua dimensi) dan jauh lebih
tinggi dari pada detektor berbentuk titik (satu dimensi). Alasannya adalah karena
lebih banyak partikel yang masuk ke wilayah detektor yang berbentuk tiga dimensi
daripada yang berbentuk dua dimensi atau satu dimensi. Namun hal ini dibarengi
dengan meningkatnya tingkat kesulitan dari problema. Seperti sudah disinggung
sebelumnya, masalah tiga dimensi adalah jauh lebih sulit dari masalah dua dimensi.
Sedang teknik pengurangan variasi dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dan
mengurangi penyebaran dari tally yang turut menyumbang dalam perhitungan dosis
paparan radiasi (atau yang menghasilkan scores). Satu indikator yang dapat
menunjukkan tingkat keefisienan dan kepastian (confidence) dari hasil MCNP adalah
nilai FOM-nya yang dapat dilihat dari output file. FOM didefinisikan sebagai:
FOM = I / (R2T)
dimana
efisien,
Sedang
kecuali
(3)
R2 adalah relative error dan T adalah computer time. Untuk perhitungan yang
nilai R2 dan T seharusnya rendah, sehingga didapat FOM yang tinggi [I].
tingkat kepastian yang tinggi diindikasikan dengan nilai FOM yang konstan,
pada awal-awal simulasi karena pengaruh tluktuasi statistik.
PERMASALAHAN
dan PEMODELAN
Deskripsi Permasalahan
Sepotong bejana besi berongga di tengah-tengahnya ditembaki dengan sinar
proton berenergi 150 keV di Michigan Ion Beam Laboratory, menghasilkan neutron
melalui reaksi (p,n). Spektrum energi dari neutron yang dihasilkan dapat diwakili
dengan persamaan [3]:
So = C E e-E/I.2895 , dimana E adalah energi dari neutron dan C adalah konstan,
dengan batasan energi dari termal sampai 4 MeV. Sumber sinar neutron ini berbentuk
silinder dengan ukuran tinggi 15 cm, diameter luar 15 em, dan ketebalan I cm. Bejana
ini diletakan 1.5 m diatas lantai yang terbuat dari beton. Perisai radiasi yang
berbentuk dinding U diletakan mengelilingi bejana besi dengan jarak I cm dari bejana
601
(lihat gambar 1). Ukuran dari perisai radiasi adalah panjang 2 m, lebar 2 m, tinggi 2
m, dan ketebalannya 40 em.
Seorang operator yang berdiri dibelakang perisai radiasi ingin mengetahui berapa
dosis paparan radiasi pada badannya (dari pinggul ke atas) yang ia terima seandainya
perisai tersebut dibuat dari polyethylene (CHz ' p = 0.92 g/em3) atau dari graphite
murni (C, p = 1.70 g/em3). Dan ia menggunakan MCNP-3 untuk perhitungan dosis
paparan radiasi ini. Sebagai aeuan dia mengukur dosis paparan radiasi diantara perisai
polyethylene dengan bejana yang didapatinya 1.0 mGy/jam. Perlu diingat pada lokasi
ini tingkat paparan radiasi masih tinggi sehingga keefisienan dari detektor juga tinggi.
Hal yang sama tidak berlaku untuk lokasi dibalik perisai. Itu sebabnya dia
mem,butuhkan hasil simulasi komputer sebagai perbandingan.
Gambar 2 sampai dengan gambar 4 menunjukan proyeksi dari sistem pada
bidang x-y, x-z, dan y-z. Gambar 5 adalah gambar penampang dari bejana besi
dengan sumber radiasi proton didalamnya dianggap sebagai sumber titik karena
ukurannya yang keci!. Sebagai pusat dari sistem (dalam koordinat Cartesian)
digunakan pllsat dari bejana besi.
pensal
radiasi
z
lantai beton
602
200 em
,.
140 em
j+-+I
200 em
0f;--
;I 1 I;
x
I
I
Ie
53.5 em
.'e
.1
d=15 em
15
200""
[ ___
__
- -----
=_=+hJI
______
L__
I z
x
100 em
603
I+--+t
----
--
d=15y em
150 em
clt-em
r----I z
:
I
I
I
I
I
I
dPy I
_____
15 em
.J
1 em
d= 15 em
604
diwakili oleh sel 8. Sel 8 nantinya akan dipecah menjadi sepuluh sel-sel yang lebih
kecil (yaitu sel 8, sel 22, sel 23, ..., sel 30) dengan luas penampang dan volume yang
serupa. Maksud dari pemecahan ini adalah untuk mendapatkan tingkat akurasi dan
presisi yang tinggi.
'
.
Sel 5 adalah ruangan (berisi udara) diantara bejana dan sel 17. Sel 20 adalah
ruangan antara bejana dan sel 12 diatasnya. Dibawah bejana dan dibatasi oleh sel 13
adalah sel 21. Sedangkan ruangan antara bejana dengan sel 8 adalah sel 18 (diatas)
dan sel19 (dibawah). Sel18 adalah sel detektor pertama dimana MCNP akan mencari
dosis paparan radiasi pada sel itu. Sel ini pula yang akan menjadi titik acuan (point of
reference) mengingat pada sel ini telah dilakukan pengukuran dosis sesungguhnya,
yaitu 1 mGy/jam untuk perisai polyethylene.
Ruangan dibelakang perisai dimana operator nantinya akan berdiri adalah sel 9
(diatas) dan sel 11 (dibawah). Sel 9 adalah sel detektor kedua dan yang menjadi
tujuan utama dari simulasi. Pad a sel ini akan dicari dosis paparan radiasi untuk
operator (dari pinggul ke atas) masing-masing untuk perisai yang terbuat dari
polyetheyene dan graphite. Dibelakang sel 9 dan sel 11 adalah sel 10 yang berisi
udara, yang keberadaannya akan diabaikan dalam perhitungan.
Bejana silinder sendiri diwakili oleh empat sel, masing-masing: sel I untuk
rongga dalam silinder (yang adalah vakum), sel 2 untuk untuk sisi samping silinder,
sel 3 untuk sisi atas silinder, dan sel 4 untuk sisi bawah silinder. Sel 2, 3 dan 4 terbuat
dari besi. Sumber sinar proton diwakili dengan satu titik pada pusat sel I yang juga
menjadi pusat dari sistem.
Penjelasan dari model yang lebih rinci (termasuk didalamnya deskripsi dari
permukaan yang digunakan) diterangkan pada inputJile.
Sesudah pemodelan, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah penulisan input
file. Input file terdiri dari tiga kelompok besar mengikuti judul dari file seperti yang
tertulis dibawah ini [3]:
Baris judul
Kelompok yang menjelaskan geometri dari sel-sel yang membentuk sistem (cell card)
Kelompok yang menjelaskan permukaan yang membatasi sel-sel (surface card)
Kelompok data yang memberikan informasi mengenai sumber, material, detektor dan
kontrol (data card)
Yang perlu diperhatikan dari penulisan input file, disamping penggunaan data
yang benar, adalah pemberian nilai kepentingan (importance) dari setiap sel dalam
cell card. Nilai ini, yang sifatnya relatif, berguna dalam meningkatkan keefisienan
dari pergerakan partikel.
Cara penulisan input file untuk deskripsi masalah pada III. I diberikan di
Appendix A.
605
TY
s.17
s.7
s.6
s.15
s.-14
s.12
s.20
z
s.9
s.17
s.5
X
s.10
s.21
S .11
s.19
s.13
s.16
Gambar 7. Pembagian sistem menjadi se\-se\ pada sumbu x-z
606
.2
I II
II/-------~
5 . 5.1
5.4
5.3
607
Total dosis paparan radiasi untuk sel 18 yang menggunakan perisai polyethylene
adalah 2,943 e-12 cSv/partikel, dan untuk sel 9 adalah 6,070 e-16 cSv/partikel.
Sedang total dosis paparan radiasi untuk sel 18 yang menggunakan perisai graphite
adalah 3,998 e-12 cSv/partikel, dan untuk sel 9 adalah 9,269 e-15 cSv/partikel.
Untuk mencari dosis paparan radiasi sesungguhnya yang diterima operator
digunakan dosis acuan yang didapat dari pengukuran dan rumus perbandingan
dibawah ini [3]:
(4)
Dimana Do adalah dosis acuan untuk sel 18 menggunakan perisai polyethylene,
yaitu 1,0 mGy/jam, S adalah dosis paparan per partikel untuk sel yang dicari dari
hasil simulasi MCNP dan So adalah dosis paparan per partikel hasil simulasi MCNP
untuk sel 18 sebagai acuan.
Untuk perisai polyethylene, dosis paparan radiasi yang diterima operator adalah
2,054 x 10-4 mGy/jam atau 0,02054 mRad/jam. Sedang untuk perisai graphite, dosis
paparan radiasi yang diterima operator adalah 3,136 x 10-3 mGy/jam atau 0,3136
mRad/jam. Disamping itu, dosis paparan radiasi diantara bejana besi dan perisai
graphite adalah 1,335 mGy/jam, lebih besar dari dosis paparan radiasi diantara bejana
besi dan perisai polyethylene.
Dosis paparan radiasi menggunakan perisai polyethylene lebih kecil daripada
dosis radiasi menggunakan perisai graphite dikarenakan sifat dari polyethylene dan
graphite itu sendiri. Polyethylene (CHz) memiliki hidrogen dalam molekulnya.
Hidrogen (dengan massa atom I) adalah partikel yang san gat baik untuk
mengatunuasi neutron. Namun hidrogen tidak efektif dalam mengatunuasi foton
karena nomor atomnya (atau Z-nya) yang rendah. Sebaliknya graphite yang bermasa
atom 12 tidak bagus dalam mengatunuasi neutron, namun cukup baik dalam
mengatunuasi foton. Akibatnya polyehtyene unggul dalam mengatunuasi neutron
sedang graphite unggul dalam mengatunuasi foton. Sedang polyethylene secara
keseluruhan unggul sebagai perisai radiasi dikarenakan sinar neutron adalah
penyumbang terbesar terhadap dosis paparan radiasi dibandingkan foton.
Melihat nilai FOM (untuk tally 54) pada Appendix B yang cukup besar dan
relatif konstan, dapat disimpulkan hasil simulasi memiliki keefisienan dan nilai
confidence yang cukup tinggi.
608
KESIMPULAN
Membandingkan dosis paparan radiasi yang diterima operator dari hasil simulasi
MCNP-3 untuk perisai polyethylene dan graphite, disimpulkan bahwa polyethylene
secara keseluruhan adalah perisai radiasi yang lebih baik daripada graphite. Namun
jika hanya dosis untuk foton yang dibandingkan, graphite adalah perisai foton lebih
baik daripada polyehtyene.
MCNP-3 adalah program transport partikel bermuatan netral yang sangat efektif
dalam menganalisa dosis paparan radiasi dan perisai radiasi untuk masalah tiga
dimensi. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya hanyalah pemodelan yang
tepat dan langkah-Iangkah yang perlu diambil untuk mendapatkan hasil dengan
tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
UCAPAN TERIMA
KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. James Holloway dari
Nuclear Engineering Department, University of Michigan, yang sudah membimbing
penulis dalam penulisan makalah ini sewaktu penulis menempuh program magister
(S2) di University of Michigan, 1993.
DAFTAR
PUSTAKA
"Radiation
Shielding
Class Note",
University
of
609
APPENDIX
Oibawah ini dijelaskan cara penulisan input
IlL 1 untuk perisai graphite:
$ beton
13
3 -2.35 -1 16
29
30
e
2 -0.92 -27 28 5 -9 -4
2 -0.92 -28 12 5 -9 -4
e
e
e
e
e
e
c
c
e
e
e
e
e
c
e
e
e
e
e
e
e
Baris pertama menerangkan sel ke-l. Sel I dipenuhi dengan material 0, yaitu vakum,
dengan densitasnya sama dengan nol sehingga dikosongkan. Selanjutnya pada baris
itu adalah kolum-kolum yang menerangkan permukaan yang membatasi geometri dari
sel I. Sel yang berbentuk silinder ini dibatasi bagian bawah oleh permukaan 15
(diberi tanda negatif), bagian atas oleh permukaan 13 (diberi tanda positif), dan
bagian dalam silinder oleh permukaan 14 (diberi tanda negatif untuk menunjukan
batas dalamnya).
Selanjutnya pada baris pertama adalah kolum yang menunjukan derajat kepentingan
(relative importance) dari neutron dan photon yang masuk kedalam sel I. Semakin
tinggi nilainya maka partikel tersebut akan semakin sering diikuti pergerakan dan
interaksinya.
610
imp:n=20
imp:n=49
imp:n=49
imp:p=30
imp:p=30
imp:p=20
$ polyethene
$ polyethene
Baris kedua menerangkan sel ke-2. Sel 2 yang berbentuk kulit silinder ini ipenuhi
oleh material I, yaitu besi, dengan densitas 7.87 g/cm3 (tanda negatifmenunjukan
densitas dalam satuan g/em3, sedang tanda positif menunjukan densitas dalam satuan
atom/em3 x 1024 ).
Sel2 dibatasi oleh permukaan atas 15, permukaan bawah 7, bagian luar
silinder oleh permukaan 13, dan bagian dalam silinder oleh permukaan 14. Derajat
kepentingan untuk neutronnya adalah 20, sedang untuk photonnya adalah 30. Ini
berarti photon didalam sel itu, secara global, akan lebih sering diikuti daripada
neutronnya karena dipercaya photon lebih ban yak berinteraksi dengan besi daripada
e
e
e
e
neutron.
Akhir dari baris yang menerangkan sel. Tempatkan satu baris kosong dibawah.
e
e
1
2
3
pz -157.5
pz -7.5
pz 7.5
$ permukaan ke-I
$ permukaan ke-2
$ permukaan ke-3
pz 42.5
$ permukaan ke-4
ez 7.5
py 60.
$ permukaan ke- 7
$ permukaan ke-8
27
28
px -40.5
px -44.5
$ permukaan ke-27
$ permukaan ke-28
Dan seterusnya.
e
e
e
e
e
e
e
Permukaan ke-l berbentuk bidang (plane) tegak lurus dengan sumbu z (simbolnya pz)
dengan jarak 157.5 em dibawah pusat sistem (atau -157.5 em pada sumbu z).
Permukaan ke-8 berbentuk bidang tegak lurus dengan sumbu y (py) dengan jarak 60
em pada sumbu y. Sedang permukaan ke-28 juga berbentuk bidang yang tegak lurus
dengan sumbu x (px) dan berjarak -44.5 em pada sumbu tersebut.
e
e
Permukaan ke-7 berbentuk silinder sejajar dengan sumbu z dengan radius 7.5 em.
e
e
e
e
e
Akhir dari baris yang menerangkan pennukaan. Tempatkan satu baris kosong
dibawah.
e
sdef
e
e
e
c
e
e
c
sil
si2
Barisan diatas menjelaskan bahwa spektrum energi dari sumber dijelaskan oleh
distribusi d3 (yang akan diterangkan kemudian). Geometri dari sumber seeara radial
diwakili oleh distribusi d I, dan secara axial diwakili oleh distribusi d2 yang terletak
pada sumbu z (yaitu 0 0 I).
I'
Barisan yang menerangkan
0 6.5
-6.5 6.5
6II
si3
h 2.5e-8 4.0
sp3
e
e
e
e
e
e
e
-5 1.2895
e
e
Barisan yang didahului dengan 'si' diikuti dengan nomor menunjukan keterangan
dari distribusi yang digunakan. Jadi si I menjelaskan distribusi dl, yang artinya seeara
radial sumber berada dari radius 0 sampai radius 7.5 em. Oistribusi d2 diterangkan
oleh s2 yang artinya seeara axial, sumber berada pada -6.5 em sampai 6.5 em pada
sumbu z. Sedang si3 menjelaskan distribusi dari energi yang artinya menggunakan
histogram (h) dengan batasan energi 2.5e-8 MeV (termal) sampai 4.0 MeV.
Keter~n~an s~~ dijelaskan !ebih lanjut ol~h sp3 yang menlat~an
bahwa distribusi
energl dlwaklh oleh fungsl default -5, Yaltu: So = CEe-E , dunana k adalah 1.2895.
e
e
mI
m2
m3
e
e
e
e
e
e
e
e
e
e
e
Material ke-I (m I) terbuat dari besi (Fe), yaitu elemen dengan nomor atom 26
pada tabel periodik. Sedang angka '000' yang mengikuti angka '26' menunjukan
digunakan komposisi isotop yang ada di alam. Angka selanjutnya pada baris itu
menerangkan fraksi dari material I yang terbuat dari besi, dalam hal ini 1.0 atau
material I 100% terbuat dari besi.
Material ke-2 (m2) terbuat dari karbon dengan massa atom 12 (a13u isotop C-12)
dan fraksi 1.0
Sedang m3 menjelaskan komposisi dari beton biasa yang datanya diambil dari
tabelll.5,
"Principles of Radiation Shielding", karangan A.B. Chilton, et al (4).
e
e
e
fe4
f4:p
de4
Akhimya sampai kepada baris yang menjelaskan jenis tally yang digunakan dalam
perhitungan dosis paparan radiasi.
Baris dibawah digunakan untuk meneari dosis foton pada sel 9:
ANSI dose equivalent of photon in ee1l9 (eSv/souree)
9
$ eari dosis paparan radiasi untuk foton pada sel ke-9
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
1.0 1.4 1.8 2.2 2.6 3.25 3.75 4.75
5.0 5.25 5.75 6.26
df4 7.86e-11 l.3ge-IO 2.lle-1O 2.74e-IO 3.25e-1O 3.78e-IO 4.22e-IO 4.67e-1O
5.50e-IO 6.97e-IO 8.3le-IO 9.50e-IO 1.06e-9 1.23e-9 l.34e-9 l.56e-9
1.61e-9 1.67e-9 l.77e-9 1.87e-9
e
e
e
c
c
c
612
'fe' diikuti oleh nomor menerangkan judul yang akan digunakan untuk file output,
sedang perintah yang menjelaskan jenis tally yang digunakan tertulis pada baris
selanjutnya. 'f4:p
9' berarti MCNP menggunakan jenis tally ke-4 (tally yang
menghitung rata-rata flux dalam sebuah sel) untuk setiap photon yang masuk kedalam
sel9.
c
c
c
c
c
Baris selanjutnya menerangkan data-data mewakili fungsi respon dari foton (photon
response functional data). Kelompok 'de4' memuat data energi dari foton (MeV)
dengan padanan dosisnya (cSv cm2 ) tcrdapat pada kelompok 'df4' (tabel 5.3,
"Principles of Radiation Shielding")( 4)
c
Baris dibawah digunakan untuk mencari dosis neutron pada sel 9:
fc24 ANSI dose equivalent of neutron in cell 9 (cSv/source)
$ cari dosis paparan radiasi untuk neutron pada sel 9
f24:n
9
de242.5e-8
1.0e-7 1.0e-6 1.0e-4 1.0e-3 1.0e-2 1.0e-l
5.0e-l 1.0 2.0 5.0 10.0 20.0 50.0
df24 1.15e-9 1.2e-9 1.2e-9 1.2e-9 1.2e9 1.0e-9 1.0e-9 5.92e-9
1.98e-8 3.286e-8 4.0e-8 4.134e-8 4.08e-8 4.32e-8 4.6e-8
c
c
'f24:n
9'artinya tally ke-2 juga menggunakan jenis tally ke-4 untuk setiap neutron
c
yang masuk kedalam sel 9. Fungsi respon dari neutron dijelaskan pada kelompok
c
'de24' dan 'df24'.
c
c
Selanjutnya baris untuk mencari dosis foton pada sel ke-18:
fc34 ANSI dose equivalent of photon in cell 18 (cSv/source)
f34:p
18
$ cari dosis paparan radiasi untuk foton pada sel 18
de340.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
1.0 1.4 1.8 2.2 2.6 3.25 3.75 4.75
5.0 5.25 5.75 6.26
df34 7.86e-l J l.3ge-JO 2.11e-10 2.74e-JO 3.25e-JO 3.78e-1O 4.22e-l0 4.67e-l0
5.50e-10 6.97e-1O 8.31e-l0 9.50e-l0 1.06e-9 1.23e-9 l.34e-9 l.56e-9
1.61e-9 1.67e-9 1.77e-9 1.87e-9
c
c
c
c
Baris untuk mencari dosis neutron pada sel ke-18:
fc44 ANSI dose equivalent of neutron in cell 18 (cSv/source)
f44:n
18
$ cari dosis paparan radiasi untuk neutron pada sel 18
de442.5e-8
1.0e-7 1.0e-6 1.0e-4 1.0e-3 1.0e-2 1.0e-l
5.0e-l 1.0 2.0 5.0 10.0 20.0 50.0
df44 1.15e-9 1.2e-9 1.2e-9 1.2e-9 1.2e9 1.0e-9 1.0e-9 5.92e-9
1.98e-8 3.286e-8 4.0e-8 4.134e-8 4.08e-8 4.32e-8 4.6e-8
c
c
c
c
Sekarang sampai pada baris yang mcnjelaskan MCNP apa yang akan dikerjakan.
mode
n p
c
c
Ini menjelaskan bahwa sumber radiasi adalah neutron (n) dengan foton (p) sebagai
c
produk sampingan. Kedua jenis partikel itu akan diikuti pergerakan dan interaksinya.
c
c
613
phys:n
c
c
c
c
cutpj
4.0
Ini mengatakan data penampang lintang neutron yang digunakan hanya sampai
4.0 MeV.
0.01
c
c
c
Yang artinya mengakhiri setiap partikel foton yang energinya turun dibawah 0.01
MeV.
c
c
Namun hal ini tidak berlaku untuk neutron. Neutron akan tetap diikuti sampai ia
keluar dari sistem (atau sampai nilai importance-nya menjadi nol)
c
nps
c
50000
c
print
614
DISKUSI
GENI RINA S
Disimpulkan bahwa perisai radiasi dari polietilen lebih baik dari pada grafit. Apakah
ada hubungannya dengan ukuran molekul / pm1ikel pada material-2 tersebut, sehingga
energi yang didepositkan (hasil tumbukan dengan material tsb) berbeda?
RUDY S. PAKPAHAN
Hubungan secara langsung adaJah dengan penampang lintang makroskopik L:. H
daJam CH3 memiliki L: total lebih besar dari pada C daJam grafit untuk partikel
neutron. Kebalikannya terjadi untuk partikel foton. Sedang hubungan antara L: dan
ukuran molekul / partikeJ kurang diketahui dengan pasti.
ZUHAIR
Apakah MNCP hanya digunakan untuk analisis perisai radiasi ? Bila tidak, analisis
apa saja yang mampu dilakukan?
RUDY S. PAKPAHAN
Aplikasi MNCP sangat luas (dapat dilihat contoh dalam makalah), akan tetapi yang
paling ban yak adaJah untuk anaJisis perisai / paparan radiasi
LASIJO
Mohon penjelasan, mengapa dibandingkan polietilen dengan grafit. Sepengetahuan
saya grafit tidak pernah dipergunakan sebagai shielding tetapi biasanya dipergunakan
sebagai reflektor, sedang polietilen memang dipergunakan untuk shielding neutron.
Mengapa polietilen tidak dibandingkan dengan bahan shileding yang lain, misalnya
parafin?
615
RUDY S. PAKPAHAN
Penelitian ini dilakukan atas permintaan tim MIB, untuk memperbandingkan dosis
paparan yang diakibatkan oleh n dan 8 dan sumbangannya terhadap total dosis.
Pemilihan CH3 dan C dilakukan untuk melihat perisai mana yang dapat
menyumbangkan dosis terendah.
ABTOKHI
Bagaimana MNCP dapat digunakan untuk mellghitung dosis paparan partikel
bermuatan lain? Apakah ada pertimballgan khusus, mengingat produk reaksi inti tidak
hanya partikel neutral saja?
RUDY S. PAKPAHAN
Sejauh ini MNCP tidak digunakan untuk partikel bermuatan (seperti a. atau
prinsip acak (random) kurang berlaku ulltuk interaksi partikel bermuatan.
13),
karena
DWI ANANTO
I.
2.
Pada model Anda, apakah hasil simulasi MCNP-3 sesuai atau mendekati dengan
hasil eksperimen / pengukuran? Seberapa jauh selisihnya?
Apakah Anda pernah menggunakall bahan perisai selain polietilell atau grafit?
Bagaimana hasilnya?
2.
616
Saya tidak memverifikasi hasil MCNP-3 dengan hasil eksperimen karena saya
bukan anggota tim MIB. Dalam hal ini saya hanya bertindak sebagai konsultan
dan hasilnya saya serahkan ke tim MIB
Tidak pernah.
ELFRIDA S
Polietilen lebih baik sebagai perisai radiasi dibandingkan grafit karena memiliki atom
H. Apakah Anda sudah mencoba mengukur paparan radiasi dengan menggunakan
grafit sebagai perisai? Apa keuntungan lain dengan menggunakan polietilen sebagai
perisai?
I.
2.
MCNP-4A sedang dipesan dan tidak lama lagi akan digunakan di BAT AN
Misal pad a bagian perisai yang dekat dengan operator diberikan nilai relative
importance lebih besar dari bagian perisai yang jauh dari operator. Maksudnya
partikel yang masuk ke bagian ini akan lebih diikuti karena diperkirakan
sumbangan terhadap dosis paparan (di sel 9) akan lebih besar dari pad a partikel
yang masuk ke bagian perisai yang jauh dari operator.
617