Anatomi Reproduksi Hewan Jantan
Anatomi Reproduksi Hewan Jantan
Anatomi Reproduksi Hewan Jantan
Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini untuk mengenal anatomi dan fungsi fisiologi organorgan reproduksi hewan jantan.
Frekuensi Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan sebanyak 1 kali pada tanggal 10
November 2015 di Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala.
Prinsip
Kegiatan ini memudahkan kita dalam menentukan letak dan bentuk
anatomi organ reproduksi betina, serta mengetahui fungsi fisiologi dari organorgan reproduksi hewan jantan.
Langkah Kerja
1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah bak alumunium dan alat
reproduksi betina. Bahan yang digunakan adalah sabun dan air.
2. Sampel Pemeriksaan
Sampel yang digunakan dalam kegitan ini adalah organ-organ reproduksi hewan
jantan.
3. Prosedur Kerja
a. Ambil organ reproduksi hewan jantan.
b. Pelajari organ reproduksi hewan jantan.
c. Amati dengan seksama organ-organ reproduksi hewan jantan.
Hasil Pemeriksaan
1
a. Testis
2
Testes (testikel) agak bervariasai dari spesies ke spesies dalam hal bentuk,
ukuran dan lokasi, tetapi struktur dasarnya adalah sama. Sel sperma dihasilkan
oleh tubulus semineferus yang terdapat di dalam testis yang berwarna kuning.
Testis tersusun atas banyak sekali tubulus semineferus yang dikelilingi oleh kapsul
berserabut atau trabekula melintas masuk dari tunica albuginea untuk membentuk
kerangka atau stroma, untuk mendukung tubulus semineferosa. Trabekula ini
bergabung membentuk korda fibrosa, yaitu mediastinum testis. Rete testis terdiri
dari saluran-saluran yang beranastomose dalam mediasinum testis. Saluransaluran ini terletak di antara tubulus semineferosa dan duktuli eferen yang
berhubungan dengan duktus epididymis dalam kepala epididymis (Frandson,
1992).
b. Epididymis
Kepala epididymis melekat pada bagian ujung dari testis dimana
pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk. Badan epididymis sejajar dengan
aksis longitudinal dari testis dan ekor epididymis selanjutnya menjadi duktus
deferens yang rangkap dan kembali ke daerah kepala, di mana kemudian sampai
ke korda spermatik (Frandson, 1992).
c. Ductus Deferens
Ductus deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididymis yang setelah
membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk
ductus
deferens.
Ujung
terminal
ductus
deferens
membentuk
ampula,
mengandung kelenjar tubuloalveolar bercabang sederhana dalam propriasubmukosa (Dellman dan Brown, 1992). Urethra merupakan sebuah saluran
tunggal yang membentang dari persambungan dengan ampulla sampai ke pangkal
penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen.
d. Kelenjar Aksesoris
3
sedikit
sedangkan
pada
sapi,
sekresi
kelenjar
bulbourethralis
membersihkan sisa-sisa urine yang ada dalam urethra sebelum terjadi ejakulasi
(Nuryadi, 2000).
e. Penis
4
Penis merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik
urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium
preputii urethra eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba,
kambing, dan babi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf S
(sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh.
Keempat jenis ternak tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis,
yaitu sepasang otot daging licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk
memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam tubuh kembali
(Frandson, 1992).
f. Praeputium
Praeputium adalah suatu invagansi berganda dari kulit yang berisi dan
menyelubungi bagian bebas penis sewaktu tidak ereksi dan menyelubungi penis
dari pengaruh luar dan kekeringan. Fonix praeputii adalah daerah dimana
praeputii bertaut dengan penis tepat berada di caudal dari gland penis (Hafez,
1993). Banyak mengandung kelenjar palit yang tidak selalu berkaitan dengan
bulu, terdapat di daerah praeputium. Di samping itu, bulu panjang sering terdapat
pada paeputium ruminansia dan babi jantan, terdapat pula bulu halus dan kelenjar
palit serta kelenjar peluh (Dellman dan Brown, 1992).
DAFTAR PUSTAKA
Dellman, H. D. dan E. M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals edisi ke-7. Lea and Febiger.
Philadelphia.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University
Press. Surabaya.
Nuryadi. 2000. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Bogor