Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ISI
Working Diagnosis
Adapaun hal-hal yang perlu dilakukan dalam diagnosis sementara dan
pasti pada penyakit diabetes militus tipe-2 antar pemeriksaan fisik,
dan penunjang. Yang akan djelaskan dibawah ini.
Pemeriksaan Fisik
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik Diabetes
adalah sebagai berikut :
Inspeksi
1. Atrofi/hipotrofi otot
2. Gerakan-gerakan terbatas
3. Lesi kulit (infi Kontraktur/sikatriks
4. lnfitat, abses, ulkus, gangren)
Palpasi
1. Pemeriksaan suhu raba (kulit dingin atau hangat/panas)
2. Pemeriksaan pulsasi a. dorsalis pedis, atibialis posterior
3. Pemeriksaan monofilamen (disentuh pada telapak kaki)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Glukosa Darah
Angka Normal
Nilai normal glukosa darah puasa bervariasi antara 60 hingga 110
mg/dL (3,3-6,1 mmol/L). Kadar plasma atau serum adalah 10-15%
lebih
tinggi
karena
komponen-komponen
struktural
sel
darah
dihilangkan, sehingga akan lebih banyak glukosa per unit volume. Jadi,
nilai normal glukosa plasma atau serum puasa adalah 70-120 mg/dL
(3,9-6,7 mmol/L).
Nilai normal glukosa plasma atau darah yang sudah diterima
memerlukan koreksi usia sebesar 1 mg/dL (0,056 mmol/L) per tahun
usia di atas 60 tahun. Jadi kadar glukosa plasma puasa pada orang tua
non-diabetes berkisar antara 80 hingga 150 mg/dL (4,4-8,3 mmol/L).
Hasil hasil positif palsu dapat terjadi pada pasien yang mal nutrisi
pada saat pengujian, berbaring ditempat tidur, atau terserang suatu
infeksi atau suatu stress emosional yang berat. Diuretika, kontraseptif
oral, glukokortikoid, tiroksin yang berlebihan, fenitoin, asam, nikotinat,
dan beberapa obat psikoteropik juga dapat menyebabkan hasil positif
palsu.2
Manifestasi Klinik
Diabetes mellitus diklasifikasikan berdasarkan proses patogenik yang
menyebabkan terjadinya hipoglikemia. Secara garis besar dibagi
menjadi DM tipe 1 dan tipe 2. Kedua jenis DM ini didahului oleh fase
hemostasis
berlanjut.
glukosa
Tipe
abnormal
disebabkan
seiring
oleh
dengan
defisiensi
proses
insulin
patogenik
total
atau
dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena maupun
kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostic yang
berbeda sesuai dengan pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan
hasil pengobatan dapat diperiksa kadar glukosa kapiler.
Ada
perbedaan
uji
diagnostic
DM
pemeriksaan
penyaring.
Uji
sedangkan
pemeriksaan
penyaring
bertujuan
untuk
yang
hasil
pemeriksaan
penyaringnya
positif,
untuk
TGT
sering
berkaitan
dengan
penyakit
kardiovaskular,
DM
< 110
< 90
110 199
90 - 199
> 200
> 200
< 110
< 90
110 125
90 - 109
> 126
> 110
jauh
lebih
sedikit
yang
telah
dipahami
karena
bersifat
Resistensi insulin
o Mekanisme mayor resistensi insulin pada otot skeletal meliputi
gangguan
metabolis,
aktivasi
reseptor
sintase
glikogen
doen-regulation,
disfungsi
dan
regulator
abnormalitas
transporter glukosa.
o Meningkatkan penurunan ambilan glukosa selular yang dimediasi
oleh insulin.
insulin
yang
cukup
setalah
sekresi
insulin
dipengaruhi.
o Diteorikan
bahwa
hiperglikemia
dapat
membuat
sel
beta
sampai
menyebabkan
syok.
Pada
pasien
KAD
dijumpai
pula
berhubungan
dijumpai
dengan
nyeri
perut
yang
menonjol
gastroparesis-dilatasi
dan
lambung.
hal
itu
Derajat
dengan
DM,
yang
mempunyai
penyakit
penyerta
yang
dapat
berkisar
dari
disorientasi
sampai
koma.
Derajat
mencapai lebih dari 350 mOsm per kg (350 mmol per kg). Kejang
ditemukan pada 25% pasien, dan dapat berupa kejang umum, lokal,
maupun mioklonik. Dapat juga teijadi hemiparesis yang bersifat
reversibel dengan koreksi defisit cairan.
Hipoglikemik iatrogenik
Hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 1 (DMT 1) dan diabetes tipe 2
(DMT 2) merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai
sasaran kendali glukosa darah normal atau mendekati normal. Tidak
ada definisi kendali glukosa darah yang baik dan lengkap tanpa
menyebutkan bebas dari hipoglikemia. Risiko hipoglikemia timbul
akibat ketidaksempurnaan terapi saat ini, di mana kadar insulin di
antara dua makan dan pada malam hari meningkat secara tidak
proporsional dan kemampuan fisiologis tubuh gagal melindungi batas
penurunan glukosa darah yang aman. Faktor paling utama yang
menyebabkan
hipoglikemia
sangat
penting
dalam
pengelolaan
lagi
dapat
mengakibatkan
kebutaan. Retinopati
diabetik
Nefropati diabetik
Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan
adanya
mikroalbuminuria,
dan
kemudian
berkembang
menjadi
dan
berakhir
dengan
keadaan
gagal
ginjal
yang
mendorong
dan
mengharuskan
agar
dilakukan
Neuropati diabetik
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling
sering ditemukan pada diabetes melitus (DM). risiko yang dihadapi
pasien DM dengan ND antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang
tidak sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. Polineuropati sensorimotor
simetris
diatas
atau
distal
symmetrical
sensorymotor
simpatis)
atau
diabetic
autonomic
neuropathy
(DAN).
Uji
stress
oksidatif,
hiperproinsulinemia
penuaan
serta
dini,
hiperinsulinemia
perubahan-perubahan
dalam
proses koagulasi dan fibrinolisis. Pada pasien DM, risiko payah jantung
meningkat 4 sampai 8 kali. Peningkatan risiko ini tidak hanya
disebabkan karena penyakit jantung iskemik. Dalam beberapa tahun
terakhir ini diketahui bahwa pasien DM dapat pula mempengaruhi otot
jantung secara independen. Selain melalui keterlibatan aterosklerosis
dini arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung iskemik juga
dapat
terjadi
perubahan-perubahan
berupa
fibrosis
interstitial,
terjadi
gangguan
pengeluaran
kalsium
dari
sitoplasma,
Perubahan-perubahan
ini
akan
menyebabkan
gangguan
kontraksi dan relaksasi otot jantung dan peningkatan tekanan enddiastolik sehingga dapat menimbulkan kardiomiopati restriktif.
Penatalaksanaan
non
farmakologis
yang
telah
dilakukan
tidak
dapat
asam
lemak
tidak
jenuh
rantai
tunggal
(MUFA
kandungan
total
kalori
pada
makanan
yang
mengandung
dapat
menurunkan
dadar
trigliserida,
kolesterol
total,
dapat
melindungi
jantung,
menurunkan
kadar
trigliserida,
aktivitas
kadar
enzim
VLDL
di
lipoprotein
jaringan
lipase
perifer,
yang
dapat
sehingga
dapat
kadar kolesterol
LDL 100
mg/dl,
asupan lemak
jenuh
BB lebih 23,0
Dengan risiko
Obes I
23 24,9
25 29,9
Latihan Jasmani
Pengelolaan diabetes mellitus (DM) yang meliputi 4 pilar, aktivitas fisik
merupakan salah satu dari keempat pilar tersebut. Aktivitas minimal
otot skeletal lebih dari sekedar yang diperlukan untuk ventilasi basal
paru, dibutuhkan oleh semua orang termasuk diabetisi sebagai
sehat.
Kemajuan
teknologi
agak
bersebrangan
dengan
dapat
berperan
sebagai
perpanjangan
tangan
dokter
pekerja social dan lain lain yang berminat. Di Indonesia sejak tahun
itu sebaiknya
pertama
pendekatan
non
dalam
mengelola
farmakologis,,
DM
selalu
yaitu
dimulai
berupa
dengan
perencanaan
penggunaan
obat
atau
intervensi
farmakologis.
Dalam
diberikan dua sampai tiga kali sehari dalam bentuk extended release.
Pengobatan dengan dosis maksimal akan dapat menurunkan A1C ,
sebesar 1-2%. Efek samping yang dapat terjadi adalah asidosis laktat
dan untuk menghindarinya sebaiknya tidak diberikan pada pasien
dengan
gangguan
fungsi
ginjal
(kreatinin
>
1.3
mg/dL
pada
perempuan dan > 1.5 mg/dL pada laki laki) atau pada gangguan
fungsi hati dan gagal jantung serta harus diberikan denga hati hati
pada orang lanjut usia.
Glitazone
Golongan Thiazolidinediones atau Glitazone adalah golongan obat
yang mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas
insulin.
Obat ini dapat diberikan secara oral dan secara kimiawi maupun
fungsional tidak berhubungan dengan obat oral lainnya. Monoterapi
dengan glitazone dapat memperbaiki konsentrasi glukosa darah puasa
hingga 59-80 mg/dL dan A1C 1.4 2.6% dibandingkan dengan placebo.
Rosiglitazone dan pioglitazone dapat digunakan sebagai monoterapi
dan sebagai kombinasi dengan metformin dan sekretagok insulin.
Golongan Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai
efek
hipoglikemik
dengan
cara
stimulasi sekresi insulin oleh sel beta penkreas. Golongan ini meliputi
sulfonylurea dan glinid.
Sulfonylurea
Sulfonylurea telah digunakan untuk pengobatan DM tipe 2 sejak tahun
1950-an. Obat ini digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal
pengobatan diabetes dimulai, terutama bila konsentrasi glukosa tinggi
dan sudah terjadi gangguan pada sekresi insulin. Sulfonylurea sering
digunakan sebagai terapi kombinasi karena kemampuannya untuk
walaupun
mempunyai
paruh
yang
singkat
karena
lama
kadar
glukosa
darah
puasa.
Sehingga
keduanya
adalah efek yang paling tersering terjadi pada hamper 50% pengguna
obat
ini.
Penghambat
Alfa
Glukosidase
dapat
menghambat
atau
pada
usia
lanjut.
DPP-IV
tidak
mengakibatkan
dapat
mencegah
terjadinya
komplikasi
yang
dapat
hidup
yang|
akan
berubah
menjadi
pola
hidup
berisiko.
melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti pemerintah, LSM, guruguru dan lain-lain. Dari segi teknis, karena cakupannya sangat luas
dalam pelaksanaannya perlu dibantu oleh para penyuluh diabetes
yang trampil.1
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jilid
Departemen
III,
2009;
Ilmu
Ed.
V.
Penyakit
Jakarta
Dalam
Pusat
Fakultas
Penerbitan
Kedokteran
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
Fakultas
5.
6.
7.