2013 Impor Daging Sapi
2013 Impor Daging Sapi
ABSTRAK
Pendahuluan
Akhir-akhir ini ramai dibicarakan di masyarakat mengenai skandal impor
daging sapi.
melibatkan salah satu partai politik, namun juga berdampak bagi masyarakat. Bagi
masyarakat ekonomi lemah mengkonsumsi bistik sapi atau olahan daging lainnya
menjadi barang mahal.
Masyarakat
bawah hanya dapat mengkonsumsi daging dengan cukup pada hari raya Lebaran
saja.
Impor daging sapi dibatasi, bukan hanya jumlahnya tapi juga importirnya.
Dengan harga yang menarik tersebut kuota impor menjadi perebutan para importir
daging sapi, sehingga terjadi skandal impor daging sapi.
Pada beberapa
komoditi Bea dan Cukai juga mengawasi pemenuhan persyaratan impornya, dalam
arti bahwa izin impor dari instansi terkait harus dilampirkan pada dokumen
pemberitahuan pabean.
Kementerian
perizinan impornya. DJBC hanya menjaga agar impor daging sapi dilakukan dengan
memenuhi persyaratan impornya.
Kewenangan Pabean
Pihak Pabean meneliti dokumen pemberitahuan pabean beserta dokumen
pelengkap pabean yang dilampirkan dan melakukan pemeriksaan fisik atas barang
impor. Kewenangan pabean dalam melakukan pemeriksaan pabean, termasuk
dalam pemeriksaan barang yang dilarang atau dibatasi impor/ekspornya diatur
dalam Undang-undang Kepabeanan (UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan).
Berdasarkan pasal 82 Undang-undang Kepabeanan ditetapkan bahwa Pejabat Bea
dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan pabean atas barang impor atau
barang ekspor setelah pemberitahuan pabean diserahkan. Pasal 82 memberikan
wewenang kepada Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang
4
guna memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai pemberitahuan pabean
atau dokumen yang diajukan. Jika dari hasil pemeriksaan fisik barang diketahui
terdapat salah jumlah atau jenis barang, atas importasi tersebut dikenakan tambah
bayar bea masuk dan sanksi administrasi berupa denda.
Selanjutnya dalam pasal 85 Undang-undang Kepabeanan disebutkan
bahwa persetujuan impor diberikan setelah pemberitahuan pabean yang telah
memenuhi persyaratan diterima, dan hasil pemeriksaan barang tersebut sesuai
dengan pemberitahuan pabean. Pejabat Bea dan Cukai berwenang menunda
pemberian persetujuan impor atau ekspor dalam hal pemberitahuan pabean tidak
memenuhi persyaratan.
Berkaitan dengan ketentuan larangan dan pembatasan atau tataniaga
impor, pasal 53 Undang-undang Kepabeanan mengatur bahwa semua barang yang
dilarang atau dibatasi yang tidak memenuhi syarat untuk diimpor, jika telah
diberitahukan dengan pemberitahuan pabean, atas permintaan importir barang
tersebut dapat diekspor kembali; atau dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat
Bea dan Cukai, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
dilarang atau dibatasi untuk diimpor yang tidak diberitahukan dalam pemberitahuan
pabean dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara.
Sesuai dengan praktek kepabeanan internasional, pengawasan lalu lintas
barang yang masuk atau keluar dari daerah pabean dilakukan oleh instansi pabean.
Dengan demikian agar pelaksanaan pengawasan peraturan larangan dan
pembatasan menjadi efektif dan terkoordinasi, instansi teknis yang bersangkutan
wajib menyampaikan peraturan dimaksud kepada Menteri Keuangan untuk
ditetapkan dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Barang yang
dilarang atau dibatasi impor atau ekspornya yang tidak memenuhi syarat yaitu
barang impor atau ekspor yang telah diberitahukan dengan pemberitahuan pabean,
tetapi tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan larangan
atau pembatasan atas barang yang bersangkutan. Terhadap barang yang dilarang
atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau
diberitahukan secara tidak benar disamping penerapan sanksi administrasi dapat
diterapkan ketentuan pidana.
5
Dalam hal impor daging sapi, sepanjang jumlah, jenis barang/daging yang
diimpor sesuai dengan yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean, tidak ada
sanksi pelanggaran ketentuan pabean. Kewenangan pabean dalam impor daging
sapi hanya sebatas meneliti kebenaran dan kelengkapan dokumen pemberitahuan
pabean dan memeriksa kebenaran daging yang diimpor.
Penelitian dokumen
Setiap
tahunnya pemerintah menetapkan kuota impor daging sapi yang terus menyusut.
Dalam kaitannya dengan perizinan impor daging sapi, Kementerian Pertanian selaku
regulator penjatahan dan memberikan rekomendasi impor sapi, dan Kementerian
Perdagangan sifatnya hanya legitimasi (sumber: Media Indonesia 1 Februari 2013).
Berikut ini disampaikan prosedur permohonan impor daging sapi.
Gambar 1
Alur Surat Permohonan RPP/RP Karkas,
Daging, Jeroan, dan/atau Olahannya
Kementerian
Perdagangan
Direktorat
Jenderal
(2 hari)
Dit.
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
Pascapanen
(2 hari)
Pemohon
Pusat
Perlindungan
Varietas
Tanaman
dan
Perizinan
Pertanian
(3 hari)
UPR
Dit.Jen.Peter
nakan dan
Kesehatan
Hewan
(1 hari)
TU Dit.
Kesehatan
Masyarakat
Veteriner
dan Pasca
Panen
(1 hari)
Sub Dit.
PSKPH
(4 hari)
Pemasukan (RPP) dari Menteri Pertanian. Untuk memeroleh RPP, pelaku usaha
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan melalui Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan
Pertanian (PPVTPP).
perusahaan yang akan melakukan impor Hewan dan/atau Produk Hewan harus
mendapatkan Persetujuan Impor dari Menteri Perdagangan. Untuk mendapatkan
Persetujuan Impor perusahaan harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Menteri Perdagangan.
Persetujuan Impor disampaikan kepada perusahaan dengan tembusan
kepada instansi penerbit rekomendasi.
secara online ke portal Indonesia National Single Window (INSW). Dalam hal impor
Hewan dan/atau Produk Hewan melalui pelabuhan yang belum terkoneksi dengan
INSW, tembusan Persetujuan Impor disampaikan secara manual kepada instansi
terkait.
Hambatan Perdagangan
Dalam rangka upaya memperlancar perdagangan internasional dan
mendorong pertumbuhan industri di dalam negeri, pemerintah berupaya untuk
menghilangkan hambatan dalam proses ekspor/impor. Namun dilain pihak dalam
beberapa kasus hambatan tersebut justru digunakan oleh pemerintah sebagai
instrumen untuk mendorong pertumbuhan industri di dalam negeri, termasuk di
bidang perkebunan, pertanian dan peternakan.
Dalam rangka mengamankan kebijakan pemerintah berkaitan dengan impor
dan
ekspor,
pemerintah
juga
mengimplementasikan
hambatan
di
bidang
impor/ekspor. Instrumen yang dipakai bisa berupa hambatan tarif maupun non tarif.
Hambatan tarif berupa pengenaan tarif bea masuk yang tinggi atas barang/komoditi
yang diimpor, sedangkan hambatan non tarif berupa hambatan selain tarif bea
masuk, yang dapat berupa ketentuan larangan, pembatasan serta tataniaga
impor/ekspor. Dalam hal bea masuk atas suatu komoditi rendah atau mendapatkan
tarif preferensi, maka penggunaan hambatan non tarif akan menjadi pilihan. Pada
prinsipnya hambatan non tarif dikendalikan dengan perizinan. Barang-barang yang
masuk kategori barang larangan dan pembatasan hanya dapat diberikan izin keluar
berupa surat persetujuan pengeluaran barang (SPPB) oleh pihak pabean jika pada
dokumen pemberitahuan pabeannya dilampiri dengan surat izin dari instansi terkait.
Dalam beberapa kasus penggunaan hambatan tarif dan non tarif dapat dilakukan
bersamaan. Contoh: beras dikenakan tarif spesifik (Rp 450,00/kg) dan diatur
tataniaga impornya; garam dikenakan tarif 10% dan diatur tataniaganya, dan
sebagainya.
Pada kasus impor daging sapi diterapkan tataniaga impornya berupa
penetapan kuota, dan penetapan importir yang boleh mengimpor daging (importir
terdaftar). Jumlah/kuota
maupun dalam bentuk sapi bakalan dibatasi sesuai kebutuhan. Sebagai contoh
kuota daging impor tahun 2012 sebanyak 95.000 ton atau sebesar 34% dari
kebutuhan dalam negeri; dan tahun 2013 sebesar 80.000 ton atau 14,5% dari total
konsumsi daging masyarakat (Republika 14 Februari 2013). Ada kecenderungan
menurun.
Importir yang memenuhi syarat dapat diberikan izin impor. Hanya importir
yang sudah terdaftar di Kementerian Perdagangan yang diberi izin impor dengan
jumlah yang telah ditetapkan untuk masing-masing importir. Pada semester I tahun
2013 tercatat ada 58 perusahaan impor daging yang telah diberikan izin impor
(Media Indonesia, 12 Februari 2013). Pada implementasinya izin impor dilampirkan
pada dokumen pemberitahuan pabean yang diajukan oleh importir. Pihak Pabean
akan meneliti apakah impor daging telah dilengkapi dengan izin impor.
Dari sudut hambatan tarif atas impor daging sapi tidak terlalu tinggi,
Pungutan impor atas daging sapi berupa bea masuk dan pajak dalam rangka impor
(PDRI). Pungutan bea masuk daging sapi adalah sebesar 5% dari nilai pabean
(harga daging sampai di pelabuhan bongkar); PPN tidak dipungut. Terhadap impor
sapi hidup yaitu sapi jantan jenis lembu, bea masuknya 0% dan tidak dikenakan
PPN impor.
Hambatan perdagangan impor/ekspor kontra produktif dengan tujuan
perdagangan itu sendiri. Pada kasus impor, penghapusan/pengurangan hambatan
perdagangan akan memperlancar perdagangan dan pemenuhan kebutuhan
konsumen dan industri dalam negeri. Pada kasus ekspor hambatan perdagangan
menghambat ekspor yang berarti menghambat penghasilan devisa negara. Namun
mengapa hambatan perdagangan diterapkan?
terutama industri yang baru tumbuh, dari serangan barang impor yang lebih
murah/efisien.
-
Melindungi kepentingan konsumen dalam negeri. Hal ini terlihat nyata pada
kasus ekspor komoditi minyak kelapa sawit (minyak goreng). Pengenaan
10
Dibidang impor
industri,
penyediaan
petani,
binaan
kelompok
peternak/petani,
Sebagai
contoh jalur pemasaran sangat penting agar tidak hanya pedagang yang untung
besar, petani/peternak juga memperoleh keuntungan yang baik.
Dalam kasus iimpor daging sapi tugas DJBC adalah menjaga agar
pelaksanaan kebijakan tarif dan non tarif yang diambil pemerintah dapat berjalan
dengan baik, tidak terjadi noise dalam perjalanannya. Dalam hal pemberitahuan
pabean telah benar dan dilengkapi dengan izin dari instansi terkait, dan jumlah dan
jenis barang sesuai dari yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean, tidak ada
pelanggaran kepabeanan.
Proses bisnis
Penyelesaian impor dan pengeluaran daging dari pelabuhan dilakukan
dengan menyampaikan dokumen pemberitahuan pabean berupa Pemberitahuan
Impor Barang (PIB). Importir terdaftar yang telah mendapat izin impor daging sapi
menyampaikan PIB ke Kantor Pabean ke sistem komputer pelayanan (SKP) melalui
Pertukaran Data Secara Elektronik (PDE).
Pabean besar dan menengah telah menggunakan komputer dalam proses bisnis
penyelesaian dokumen impor.
11
Gambar 2
Proses bisnis penyelesaian impor daging
INSW
Penelitian
perizinan
PIB
SKP
Importir
menyiapkan PIB
dan bayar BM/PPh
ke Bank persepsi
SPPB
BC menerima PIB,
memeriksa barang
dan meneliti
kebenaran PIB
Dalam hal
perizinan sudah dipenuhi, INSW akan meneruskan data PIB ke SKP pabean. Dalam
hal importir belum memperoleh izin impor daging, INSW akan menyampaikan
pemberitahuan ke importir untuk mengurus izinnya terlebih dahulu.
Dengan
dilakukan pemeriksaan fisik 100%. Biasanya pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan
bersama-sama dengan pihak karantina hewan, berkaitan dengan pengawasan
kesehatan hewan.
Perdagangan,
atau
izin
impornya
telah
habis?
Dalam
hal
dalam
undang-undang
pabean
yang
dilanggar.
Pihak
pabean
hal
importasi
dilakukan
pada
Kantor
Pabean
yang
belum
13
Penutup
Salah satu tugas DJBC adalah menjaga kelancaran arus lalu lintas barang
impor/ekspor dan mengamankan kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong
pertumbuhan industri dalam negeri. Pada kasus impor daging sapi penetapan kuota
impor dan izin impornya diterbitkan oleh instansi terkait. Kebijakan yang merupakan
hambatan non tarif ini dimaksudkan untuk menumbuhkan peternakan sapi dalam
negeri. Namun perlu diingat bahwa kebijakan penetapan kuota impor daging sapi
hanyalah merupakan salah satu faktor dari berbagai faktor lain yang lebih significant
yang dapat dirasakan langsung oleh peternak. Kebijakan non tarif tersebut harus
dibarengi dengan kebijakan lain secara terkoordinasi untuk membuat kondisi yang
kondusif bagi pertumbuhan peternakan dalam negeri, seperti penyediaan bibit
unggul, bantuan modal, bimbingan, jalur pemasaran dan sebagainya. .
Keterlibatan institusi kepabeanan dalam impor daging sapi hanya sebatas
pengawasan impornya. Pengawasan meliputi penelitian dokumen pemberitahuan
pabean (PIB) dan persyaratan izin impornya. Kebenaran pemberitahuan pabean
diuji melalui pemeriksaan fisik barang. Dalam hal hasil pemeriksaan sesuai,
diterbitkan SPPB dan barang dapat dikeluarkan. Pihak pabean tidak berkewajiban
meneliti kuota impor. Asalkan pemberitahuan pabean yang disampaikan oleh
importir telah sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik, dan telah dilampiri dengan izin
impor dari Kementerian Perdagangan, importir telah memenuhi kewajiban
pabeannya sesuai perundang-undangan kepabeanan. Pemenuhan kuota dilakukan
oleh instansi terkait. Oleh karena kuota ditetapkan oleh instansi terkait, sebaiknya
pengawasan pemenuhan kuotanya dilakukan melalui perangkat INSW.
Dengan
14
Daftar Pustaka
Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Kementerian Keuangan RI (2007), Keputusan Menteri Keuangan Nomor 144/KMK.04/2007
tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai.
Kementerian
Pertanian
RI
(2011),
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
50/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Rekomendasi Persetujuan Pemasukan
Karkas, Daging, Jeroan, dan/atau Olahannya Ke Dalam Wilayah RI.
Kementerian Perdagangan RI (2011), Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 24/MDAG/PER/9/2011 tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (2008), Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor 42/BC/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor
Untuk Dipakai.
Pusdiklat Bea dan Cukai (2010), Modul Teknis Kepabeanan, DTSD Kepabeanan dan Cukai.
15