09 - 200konstipasi Anak
09 - 200konstipasi Anak
ABSTRAK
Konstipasi sering terjadi pada anak dan menjadi salah satu alasan orang tua membawa anaknya berobat. Prevalensi konstipasi pada anak
0,3%-8%, 97% disebabkan oleh konstipasi fungsional. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang
tercermin dari 3 aspek: berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang lebih keras dan pada palpasi abdomen teraba massa tinja
(skibala) dengan atau tidak disertai enkopresis (kecepirit). Konstipasi merupakan manifestasi berbagai kelainan atau sebagai akibat sekunder
pengobatan. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk menegakkan diagnosis konstipasi. Nyeri perut atau rektum dan
enkoporesis merupakan komplikasi primer konstipasi pada anak.Terapi rumatan bertujuan untuk mencegah berulangnya konstipasi dengan
membentuk kebiasaan defekasi yang teratur, dengan cara modifikasi perilaku, pemberian diet serat, laksatif dan pendekatan psikologis.
Konstipasi biasanya remisi 60%-90% setelah pengobatan selama 1 tahun. Penanganan konstipasi pada anak melibatkan kerjasama antara
dokter, orangtua dan anak.
Kata kunci: konstipasi, anak, laksatif
ABSTRACT
Constipation often occurs in children and becomes one of the reason to seek medical treatment. The prevalence of constipation in children
is 0.3% - 8%, 97% is functional. Constipation is the inability to evacuate fecal matter properly, featured in 3 aspects: reduction of defecation
frequency, harder stools and palpated abdomen feces mass (scibala) with or without encopresis. Constipation is the manifestation of a variety
of disorders or as side effect of treatment. History of illness and physical examination are essential in establishing diagnosis. Abdominal or
rectum pain and encoporesis are the primary complications. Therapy aims to prevention with regular defecation habit forming, modification
of behavior, dietary fiber, laxatives and psychological approach. Constipation is usually a long-term remission of 60%-90% after treatment for 1
year. Constipation in children is managed with collaboration among physicians, parents and children. Yusri Dianne Jurnalis, Sofni Sarmen,
Yorva Sayoeti. Constipation in Children.
Key words: constipation, children, laxatives
PENDAHULUAN
Perubahan pola diet merupakan salah
satu penyebab utama tingginya kejadian
konstipasi1.
Konstipasi
umumnya
memberikan gejala berupa rasa cemas
sewaktu defekasi karena nyeri yang
dirasakan, nyeri perut berulang, sampai
keadaan penurunan nafsu makan dan
gangguan pertumbuhan.2
Konstipasi merupakan masalah yang sering
terjadi pada anak3; prevalensinya diperkirakan
0,3% sampai 8%.2 Menurut Van den Berg MM,
prevalensi konstipasi 0,7% sampai 26,9%.4
Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke
tahun 2005 didapatkan prevalensi konstipasi
pada anak sampai usia 1 tahun mencapai
2,9% dan meningkat pada tahun kedua, yaitu
sekitar 10,1%. 5
Alamat korespondensi
suatu pengobatan.1,7
DEFINISI
Konstipasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
constipare yang berarti berkerumun.9
Menurut North American Society for Pediatric
Gastroenterology Hepatology and Nutrition
(NAPSGAN)
2006,
Konstipasi
adalah
kelambatan atau kesulitan dalam defekasi
yang terjadi dalam 2 minggu atau lebih dan
cukup membuat pasien menderita.10
Tabel 1 Frekuensi normal defekasi pada anak2,10,11
Umur
0-3 bulan
ASI
Formula
6-12 bulan
1-3 tahun
>3 tahun
Defeksi/
minggu
Defekasi/hari
5-40
5-28
5-28
4-21
3-14
2,9
2,0
1,8
1,4
1,0
email: yusridianne@yahoo.com
27
TINJAUAN PUSTAKA
Konstipasi adalah ketidak mampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dalam dari 3 aspek yaitu: berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang
lebih keras dari sebelumnya dan pada palpasi
abdomen teraba massa tinja (skibala) dengan
atau tidak disertai enkopresis (kecepirit).11
Untuk praktisnya, seorang anak dikatakan
menderita konstipasi apabila ia tidak berhasil
melakukan defekasi dengan kekuatan sendiri,
sakit saat berdefekasi atau telah terjadi inkontinensia akibat penumpukan feses.
Konstipasi kronis didefinisikan sebagai gangguan gastrointestinal yang terdiri dari feses
yang keras, defekasi kurang dari 3x / minggu,
ketidakmampuan mengeluarkan feses yang
keras maupun lunak yang berlangsung lebih
dari 6 minggu.1
ETIOLOGI
Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah
fungsional, fissura ani, infeksi virus dengan
Meconium plug
Penyakit Hirschsprung
Fibrosis kistik
Endokrin: hipotiroid
Retensi tinja
Perubahan diet
Batita dan umur 2-4 tahun
Toilet refusal
28
Usia sekolah
Retensi tinja
Tethered cord
Remaja
Diet
Anoreksia
Kehamilan
Laxative abuse
Segala usia
Hipotiroid
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 4 Diagnosis banding konstipasi10
Nonorganic
Developmental
Cognitive handicaps
Attention-deficit disorders
Situational
Coercive toilet training
Toilet phobia
School bathroom avoidance
Excessive parental interventions
Sexual abuse
Other
Depression
Constitutional
Colonic inertia
Genetic predisposition
Reduced stool volume and
dryness
Low fiber in diet
Dehydration
Underfeeding or malnutrition
Organic
Anatomic malformations
Imperforate anus
Anal stenosis
Abnormal abdominal
musculature
Prune belly
Gastroschisis
Down syndrome
Connective tissue disorders
Scleroderma
Systemic lupus erythematosus
EhlersYDanlos syndrome
Drugs
Opiates
Phenobarbital
Sucralfate
Antacids
Antihypertensives
Anticholinergics
Antidepressants
Sympathomimetics
Other
Heavy-metal ingestion (lead)
Vitamin D intoxification
Botulism
Cows milk protein intolerance
29
TINJAUAN PUSTAKA
pada saat usia toilet training (>2 tahun)
kemungkinan besar penyebabnya fungsional.
Adanya demam, perut kembung, anoreksia,
mual, muntah, penurunan berat badan atau
berat badan sulit naik mungkin merupakan
gejala gangguan organik. Diare berdarah
pada bayi dengan riwayat konstipasi dapat
merupakan enterokolitis akibat komplikasi
Hirschprung. Walaupun lebih dari 95%
konstipasi pada anak tergolong fungsional,
pada beberapa anak etiologinya mungkin
multifaktorial. Bila terapi logis tidak efektif atau
bila konstipasi terjadi pada masa neonatus
atau bayi, eksplorasi untuk mencari penyebab
lain harus dilakukan.11,16
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding konstipasi adalah sebagai
berikut: (Tabel 4)
KOMPLIKASI
Nyeri perut atau rektum dan enkoporesis
merupakan komplikasi primer konstipasi
pada anak. Eneuresis dilaporkan terjadi
pada lebih dari 40% anak dengan
enkopresis. Pada beberapa kasus, eneuresis
menghilang bila massa tinja dievakuasi
sehingga memungkinkan kandung kemih
mengembang. Komplikasi urologis penting
lainnya adalah dilatasi kolon distal, sehingga
berperan dalam meningkatkan frekuensi
infeksi saluran kemih dan obstruksi ureter
kiri. Dilatasi kolon distal dapat mengurangi
tonus kolon yang menyebabkan terjadinya
invaginasi, yang dapat bermanifestasi
sebagai prolaps rekti setelah defekasi.
Prolaps kolon ringan tetapi ber-langsung
lama akan menciptakan suatu ulkus iskemik
pada dinding mukosa rektum (ulkus soliter)
yang secara klinis tampak sebagai tinja yang
berlendir dan berdarah apa pun konsistensi
tinjanya. Iritasi difus pada kolon akibat tinja
yang amat keras bahkan dapat menyebabkan
protein-losing enteropathy. Sindrom stasis
terutama terlihat pada pseudo-obstruksi.
Stigma sosial sering buang gas dan kecepirit
yang menimbulkan bau tidak sedap dapat
memengaruhi psikologis anak. Sebagian anak
dengan enkoperesis kronik akan menyangkal
bila ditanya tentang masalah enkoperesisnya
dan bahkan sering menyembunyikan celana
dalamnya yang kena kecepirit.3,16
PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan konstipasi fungsional
adalah menentukan adanya akumulasi feses
30
TINJAUAN PUSTAKA
Lactobacillus casei rham-nosus 8 x 108 selama
4 minggu efektif untuk mengobati konstipasi
kronik.27
Obat umumnya masih diperlukan dalam
terapi rumatan. Laktulosa (larutan 70%) dapat
diberi-kan dengan dosis 1-3 mL/kgBB/hari
dalam 2 kali pemberian. Sorbitol (larutan
70%) dapat diberikan dengan dosis 1-3 mL/
kgBB/hari dalam 2 x pemberian. Mineral oil
(paraffin liquid) diberikan dengan dosis 1-3
mL/kgBB/hari, tetapi tidak dianjurkan untuk
anak di bawah 1 tahun. Larutan magnesium
hidroksida (400 mg/5 mL) diberikan 1-3 mL/
kgBB/hari, tetapi tidak diberikan kepada bayi
dan anak yang menderita gangguan ginjal.
Bila respons terapi belum memadai, mungkin
PROGNOSIS
Konstipasi biasanya remisi 60-90% setelah
pengobatan selama 1 tahun. Bila onset awal
konstipasi (<1 tahun) dan terdapat riwayat
keluarga yang menderita konstipasi, maka
dapat diperkirakan gejala konstipasi ini
persisten.9
SIMPULAN
Konstipasi adalah masalah yang sering terjadi
pada anak. Riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik sangat penting untuk menegakkan
diagnosis konstipasi. Penyebab tersering
konstipasi pada anak adalah fungsional
konstipasi. Penanganan konstipasi pada anak
melibatkan kerjasama antara dokter, orangtua
dan anak.29
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rubiana, Suraatmaja S. Konstipasi. Dalam: Suraatmaja S, Ed. Gastroenterologi anak. Jakarta:Sagung Seto,2007;p.170-87
2.
Croffie JM, Fitzgerald JF. Constipation and irritable bowel syndrome. In: Liacouras CA, Piccoli DA. Pediatric gastroenterology. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008; p.30-40.
3.
Baucke VL. Constipation and encopresis. In: Wyllie R,Hyams JS,Kay M,Eds. Pediatric Gastrointestinal and liver disease; 3th ed. USA: Saunders elseivier,2006; p.177-89.
4.
Van den Berg MM, Beningga MA, Di Lorenzo C. Epidemiology of childhood constipation: systematic review. Am J Gastroenterol. 2006;101 (10):2401-9.
5.
Loening-Baucke, V. Prevalence, symptoms and out come of constipation in infants and toddlers. J Pediatr.2005; 146(3):359-63
6.
Bekkali NL, Berg MM, Dijkgraaf MG, Wijk MP, Bongers ME, Liem O, et al. Rectal fecal impaction treatment in childhood constipation: enemas versus high doses oral PEG. Diakses dari www.
7.
Lorenzo CD. Pendekatan pada anak dengan konstipasi dan enkopresis.Dalam: Rudolph AM, Hoffman JI, Rudolph CD. Eds. Alih bahasa: Wahab AS. Buku ajar pediatri Rudolph. Jakarta:
8.
Ravelli AM. Constipation.In:GuandaliniS.Essentialpediatric gastroenterology,hepatology, and nutrition. New York: McGraw-Hill.2005. p.69-75.
9.
Rahhal R. Functional constipation. In: Kleinman RE, Goulet OJ, Vergani GM, Snderson IR, Sherman P, Shneider BL. Pediatric gastrointestinal disease; 5th ed. Vol.1. Hamilton: BC Decker,2008;
pediatrics.org
p.675-81.
10. Clinical Practice Guideline Evaluation and Treatment of Constipation in Infants and Children: Recommendations of the North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology
and Nutrition. JPGN. 2006;43(3):1-12.
11. Firmansyah A. Konstipasi pada anak. Dalam: Juffrie M, Soenarto SS, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS. Eds. Gastroenterologi-Hepatologi.Jakarta:IDAI;2010,p.201-13.
12. Khanna V, Poddar U, Yachha SK. Etiology and Clinical Spectrum of Constipation in India chillden. J Indian Pediatric. 2010. p.1-5.
13. Kadim M. Konstipasi Fungsional pada anak. Dalam: Lubis B, Ali M, Yanni GN, Trisnawati Y, Ramayani OR, Irsa L, ed al. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010. Medan: USU;
2010.h.635-8.
14. Persayarafan defekasi. Diakses dari http:// Defecation_reflex.png.
15. Defekasi normal dan konstipasi kronik. Diakses dari http:// Defecation_reflex.png.
16. Damayanti W. Konstipasi pada anak. Dalam: Lubis B, Ali M, Yanni GN, Trisnawati Y, Ramayani OR, Irsa L, ed al. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan 2010. Medan: USU; 2010.h.656-65.
17. Bristol stool chart. Diakses dari www Bristole chart.com. 2 Mei 2012.
18. Tobias N, Mason D, Lutkenhoff M,Stoops M, Ferguson D. Management principle of organic causes of childhood constipation. J Pediat Health Care. 2008;22:12-23.
19. Mahan LK, Stump SE. Krause Food & Nutrition Therapy. 12 th ed. Canada: Saunders Elsevier,2008; p.676-79.
20. Nix S. WilliamsBasic Nutrition & Diet Therapy. 13 th ed. Canada: Mosby Elsevier. p.338. .
21. Liem O, Lorenzo CD, Taminiau JA, Mousa HM, Benninga MA. Current treatment of childhood constipation. Ann Nestle (Engl). 2007.p.73-8.
22. Farnam A, Rafeey M, Farhang S, Khodjastejafari S. Functional constipation in children: does maternal personality matter? Italian J. Pediat. 2009. p.1-4.
23. Bongers ME, Lorijn F, Reitsma JB, Groeneweg M, Taminiau JA, Benninga MA. The clinical effect of a new infant formula in term infants with constipation: a double-blind, randomized crossover trial. Nutrition J.2007. p.1-7
24. Sudarmo. Probiotik pada anak sehat dan sakit. Dalam: Hot topics in pediatrics, continuiting education ilmu kesehatan anak xxxv. Surabaya, 3-4 juli 2005. 1-17
25. Tabbers MM, Chmielewska A, Roseboom MG, Boudet C, Perrin C, Szajewska H, et al. Effect of the consumption of a fermented dairy product containing Bifidobacterium lactis DN-173 010
on constipation in childhood: a multicentre randomised controlled trial (NTRTC: 1571). BMC Pediatrics 2009; 9:22
26. Indrio F, Riezzo G, Raimondi F, Bisceglia M, Cavallo L, Francavilla R. The effects of probiotics on feeding tolerance, bowel habits and gastrointestinal motility in preterm newborns. J Pediatric
2008;152:801-6.
27. Nanbu L, Chang MH, Hsuanni Y, Chen LH, Cheng CC. Lactobacillus casei rhamnosus Lcr35 in children with chronic constipation. Pediatrics International 2007;49:48590.
28. Candy D, Belsey J. Macrogol (polyethylene glycol) laxatives in children with functional constipation and faecal impaction: a systematic review. BMJ Journal.2008.p156-60.
29. Hamadi KA, Hamadi T. Constipation in infants and children: evaluation and management. Buletin of the Kuwait Institute for Medical Specialization. 2005;4. p. 8-16
31