Skizofrenia
Oleh:
Muhammad Rizky Anggriawan, S. Ked
I4A011012
Pembimbing :
dr. H. Yulizar, Sp.KJ, MM
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Muhammad Ansyari
Jenis kelamin
: Laki-laki
TTL
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP/SLTP
:3
Alamat rumah
:Jl.Trisakti
Banjarmasin
Komp.
OK
Barat,
RT
1,
Kota
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis dengan os pada hari Rabu, 27 Juli 2016
KELUHAN UTAMA:
Malu untuk bertemu orang
KELUHAN TAMBAHAN :
Tidak ada
1
B.
Riwayat Prenatal
Selama os dalam kandungan, ibu os tidak pernah mengalami
masalah kesehatan yang serius. Os lahir cukup bulan, dilahirkan secara
spontan, ditolong oleh bidan di kampung. Saat lahir langsung menangis
kuat, tidak ada cacat bawaan dan termasuk anak yang diharapkan.
Selama kehamilan, ibu os tidak ada riwayat hiperemesis gravidarum,
rencana menggugurkan kandungan, kesedihan yang mendalam, cemas,
atau halusinasi.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Riwayat Pendidikan
Saat SD-SMP Os sering prestasi sangat baik selalu mendapatkan
ranking.
E. RIWAYAT KELUARGA
Os adalah anak ke 1 dari 2 bersaudara. Hubungan dengan anggota keluarga
yang lain baik. Keluarga memberikan kasih sayang pada os. Os juga didukung
oleh keluarga os untuk menjalani pengobatan os. Tidak ada riwayat penyakit jiwa
yang sama pada keluarga os.
Genogram:
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan :
Meninggal
Penderita
a. LOKASI RUMAH
Jln. Trisakti Komp. OK RT 1, Banjarmasin Barat, Kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Untuk mencapai rumah
pasien, digunakan kendaraan pribadi. Dari Rumah Sakit
Ulin Banjarmasin dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.
Tampak pemukiman warga yang cukup padat. Jalan di
depan rumah pasien hanya dapat dilalui oleh motor (gang
kecil).
Pasien tinggal di rumah petak (kost) dengan ayah dan ibu
pasien saja.
b. KONDISI RUMAH
Pasien tinggal di rumah petak (kost). Kondisi rumah
keluarga pasien termasuk keluarga kurang mampu. Rumah
pasien beratap genting, beralaskan kayu yang dilapisi
karpet dan berdinding kayu. Terdapat satu kamar mandi,
dan satu kamar tidur.
III.
: Baik
Tanda Vital
: Tekanan Darah
: 120/90 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Respirasi Rate
: 24x/menit
Suhu
: 36,6oC
Bentuk Badan
: agak gemuk
Kulit
: Mata
Palpebra
Mulut
Leher
Thoraks
Pa
Pr
: Cor
Pulmo
A
: sonor
: Cor
Ektremitas
Status Neurologis
IV.
:I
Pa
Pr
Nervus I-XII
: tidak ada
: tidak ada
Refleks fisiologis
: normal
Refleks patologis
: tidak ada
STATUS MENTAL
Autoanamnesis dengan Os
A. Deskripsi Umum
1.Penampilan
10
: Hipothym
Ekspresi Afektif
: Tampak malu
1.
2.
Stabilitas
Pengendalian
: Stabil
:Pasien dapat mengendalikan emosinya secara
Sungguh-sungguh
Dalam/dangkal
Skala Diferensias
Empati
Arus Emosi
wajar
: (+)
: Dangkal
: Sempit
: Dapat diraba rasakan
: Lambat
3.
4.
5.
6.
7.
C. Fungsi Kognitif
Intelegensia
Konsentrasi
: Baik
11
Orientasi
: Waktu
Tempat
: Baik
: Baik
Orang
Situasi
Daya Ingat
: Baik
: Baik
: Segera
: Baik
Jangka Pendek
: Baik
Jangka Panjang
: Baik
Pikiran Abstrak
: Baik
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi A/V/G/T/O
: (-/ - / - / - / -)
Ilusi
: (-)
: Menjawab spontan
b. Kontinuitas
: Relevan, lancar
c. Hendaya berbahasa
: (-)
2. Isi Pikir
a. Preokupasi
: (-)
: (-)
F. Pengendalian Impuls
Baik
12
G. Daya Nilai
Daya nilai sosial
: Baik
: Baik
Penilaian realitas
: Baik
H. Tilikan
Tilikan Derajat 4: Os menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi
tidak memahami penyebab sakitnya.
I.
13
14
VII.
DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak terdapat masalah
2. Psikologik
Adanya penurunan aktivitas, hilangnya inisiatif, penarikan diri
secara sosial, dan kehlangan minat.
3. Sosial
Stresor psikososial utama yang didapatkan adalah masalah psikosial dan
lingkungan.
4. Keluarga
Keluarga os mendukung penuh pengobatan os.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit
: Dubia ad malam
Perjalanan penyakit
: Dubia ad bonam
Riwayat herediter
: Dubia ad bonam
: Dubia ad malam
Pendidikan
Perkawinan
:-
Aktivitas pekerjaan
: Dubia ad bonam
Ekonomi
: Dubia ad malam
Lingkungan sosial
: Dubia ad malam
Pengobatan psikiatri
: Dubia ad bonam
15
Kesimpulan
: Dubia ad bonam
TERAPI MEDIKAMENTOSA:
Trifluoperazine 3 x 5 mg
Quetiapine (Seroquel) 2 x 200 mg
TERAPI JIWA
Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga
pasien.
Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah, pengajian
Mengajak os sering mengobrol dan menggali keluhan atau
perasaan os
Selalu rutin cek kesehatan medis os
X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mentalis pada
pasien, dan merujuk pada pedoman diagnostik PPDGJ III, diagnosis pasien dalam
kasus ini mengarah pada kasus F20.6 (Skizofrenia Simpleks), dimana pada pasien
ditemukan gejala negatif residual berupa: aktivitas menurun, ketiadaan inisiatif,
afek yang menumpul, sikap pasif, dan kontak mata yang buruk.
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, shizein yang berarti terpisah
atau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya
atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan perilaku. Secara umum, gejala
16
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala negatif,
dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
Skizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan
mental dengan karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai
realitas. Abnormalitas persepsi dapat berupa gangguan komunikasi sosial yang
nyata. Sering terjadi pada dewasa muda, ditegakkan melalui pengalaman pasien
dan dilakukan observasi tingkah laku, serta tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan
laboratorium.
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom
dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
(blunted), kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering
mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya.
Menurut Eugen Bleuler, skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah
belah, adanya keretakan atau disharmoni atara proses pikir, perasaan, dan
perbuatan.
Skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Tipe paranoid
17
Skizofrenia tipe ini ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau lebih
waham atau halusinasi auditorik yang sering serta tidak adanya perilaku
spesifik yang sugestif untuk tipe hebrefrenik atau katatonik. Secara klasik,
skizofrenia tipe paranoid terutama ditandai dengan adanya waham kejar atau
kebesaran. Pasien skizofrenia paranoid biasanya mengalami episode pertama
penyakit pada usia yang lebih tua dibanding pasien skizofrenia hebefrenik
dan katatonik. Pasien yang skizofrenianya terjadi pada akhir usia 20-an atau
30-an biasanya telah memiliki kehidupan sosial yang mapan yang dapat
membantu mengatasi penyakitnya, dan sumber ego pasien paranoid
cenderung lebih besar dibanding pasien skizofrenia hebefrenik atau katatonik.
Pasien skizofrenia paranoid menunjukkna regresi kemampuan mental,
respons emosional, dan perilaku yang lebih ringan dibandingkan pasien
skizofrenia tipe lain. Pasien skizofrenia paranoid biasanya tegang, mudah
curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan terkadang bersikap bermusuhan atau
agresif, namun mereka kadang-kadang dapat mengendalikan diri mereka
secara adekuat pada situasi sosial. Inteligensi mereka dalam area yang tidak
dipengaruhi psikosisnya cenderung tetap utuh.
b. Tipe disorganized
Skizofrenia tipe disorganized (sebelumnya disebut hebefrenik) ditandai
dengan regresi nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau serta
dengan tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe katatonik. Onset
subtipe ini biasanya dini, sebelum usia 25 tahun. Pasien hebefrenik biasanya
aktif namun dalam sikap yang nonkonstruktif dan tak bertujuan. Gangguan
pikir menonjol dan kontal dengan realitas buruk. Penampilan pribadi dan
perilaku sosial berantakan, respons emosional mereka tidak sesuai dan tawa
18
mereka sering meledak tanpa alasan jelas. Seringai atau meringis yang tak
pantas lazim dijumpai pada pasien inim yang perilakunya paling baik
dideskripsikan sebagai konyol atau tolol.
c. Tipe katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia:
- Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap
lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung
-
di sekitarnya.
Negativsme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau
aneh.
Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin
karena bergantung
pada pemastian
perkembangan
yang
19
Genetik
Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur.
Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%;
bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur
(heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu ttelur (monozigot) 61-86%.
Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan
skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini
mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada
lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.
Endokrin
Dahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh gangguan
endokrin. Teori ini dikemukakan karena skizofrenia sering timbul pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium. Tetapi hal
ini tidak dapat dibuktikan.
20
Metabolisme
Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh gangguan
metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.
Ujung extremitas agak sianotik, nafsu makan berkurang dan berat menurun.
Hipotesis ini tidak dibenarkan oleh banyak sarjana. Belakangan ini teori
metabolisme mendapat perhatian lagi karena penelitian dengan memakai obat
halusinogenik, seperti meskalin dan asam lisergik diethilamide (LSD-25). Obatobat ini dapat menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala
skizofrenia, tetapi reversibel. Mungkin skizofrenia disebabkan oleh suatu inborn
error of metabolism, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.
Teori-teori tersebut di atas ini dapat dimasukkan ke dalam kelompok teori
somatogenik, yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan
badaniah. Kelompok teori lain adalah teori psikogenik, yaitu skizofrenia diaggap
sebagai suatu gangguan fungsional dan penyebab utama adalah konflik, stress
psikologis dan hubungan antarmanusia yang mengecewakan.
Kemudian muncil teori lain yang menganggap skizofrenia sebagai suatu
sindrom yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain
keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badani
seperti lues otakm atherosclerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan
psikosomatis, gejala-gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan dasar
yang psikogenik, atau merupakan manifestasi somatic dari gangguan psikogenik.
Tetapi pada skizofrenia justru kesukarannya adalah untuk menentukan mana yang
21
primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan penyebab dan mana yang
hanya akibat saja.
Neurokimia
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan
bahwa amfetamin, yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat
menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia; dan obat antipsikotik (terutama
antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal/klasik) bekerja dengan
memblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.2,3
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan
mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama
(bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran
penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau
mengisolasi diri, dan aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat lebih jelas
oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak
berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh.
Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak
dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai keyakinan yang salah yang tidak
dapat dikoreksi. Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami
kemunduran serta afek mereka terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat
mempertahankan inteligensia yang mendekati normal, sebagian besar performa uji
kognitifnya buruk. Pasien dapat menderita anhedonia yaitu ketidakmampuan
merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami deteorisasi yaitu perburukan yang
terjadi secara berangsur-angsur.
22
pada
pasien
didiagnosis
sebagai
skizofrenia
apabila
pasien
menunjukkan dua gejala yang terdaftar sebagai gejala 3 sampai 5 pada kriteria A
(1.waham 2. Halusinasi 3. Bicara kacau 4. Perilaku yang sangat kacau/katatonik 5.
Gejala negatif, yaitu: afek medatar, alogia, atau anhedonia). Hanya dibutuhkan
satu gejala kriteria A bila wahamnya bizare atau halusinasinya terdiri atas suara
yang terus-menerus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau
dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap. Kriteria B membutuhkan adanya
hendaya fungsi, meski tidak memburuk, yang tampak selama fase aktif penyakit.
Gejala harus berlangsung selama paling tidak 6 bulan dan diagnosis gangguan
skizoafektif atau gangguan mood harus disingkirkan. Setidaknya salah satu hal ini
harus ada:
1.1. Gema pikiran (thought echo)
Isi pikiran seperti berulang.
1.2. Thought of insertion or withdrawal
Isi pikirian asing dari luar seperti masuk ke dalam pikirannya atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.
1.3. Thought broadcasting
Seperti orang lain tahu akan isi pikirannya karna isi pikirannya tersiar.
2.1. Delusion of control
Merasa seperti dirinya dikendalikan.
2.2. Delusion of influence
Merasa dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar.
2.3. Delusion of passivity
Merasa dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.
23
24
25
(Haldol)
dopamine
(D2)
reseptor
dalam
sistem
efek
tranquilizing.
Dengan
terapi
subkronik,
antipsikotik.
Monoaminergic selective mengikat lawan reseptor D2
(Risperdal)
Olanzapine
efek ekstrpiramidal.
Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang
(Zyprexa)
Diindikasikan
26
untuk
pengobatan
psikosis
dan
Clozapine
gangguan bipolar.
Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir aktifitas, tetapi
(Clozaril)
Quetiapine
(Seroquel)
Aripiprazole
(Abilify)
Nama Obat
Haloperidol (Haldol)
Risperidone
Sediaan
Tab. 2 5 mg
Tab. 1 2 3
Dosis Anjuran
5 15 mg/hari
2 6 mg/hari
(Risperdal)
Olanzapine
mg
Tab. 5 10 mg
(Zyprexa)
Clozapine (Clozaril)
10 20 mg/hari
Tab. 25 100
25 100 mg/hari
Quetiapine
(Seroquel)
mg
Tab. 25 100
mg
50 400 mg/hari
200 mg
Aripiprazole
Tab. 10 15 mg
(Abilify)
27
10 15 mg/hari
Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang
sampai membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan pasien.
Efek samping dapat juga irreversible : Tardive dyskinesia (gerakan berulang
involunter pada: lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada
waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka
panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak
berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis.
Pada penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara periodik harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium: darah rutin, urin lengkap, fungsi hati,
fungsi ginjal, untuk deteksi dini perubahan akibat efek samping obat.
Obat anti-psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat
overdosis atau untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat
yang kurang menguntungkan sebaiknya dilakukan lacage lambung bila obat
belum lama dimakan.
28
Interaksi Obat
jantung).
Antipsikosis + antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus
Haloperidol.
Antipsikosis + antasida = efektivitas obat antipsikosis menurn disebabkan
gangguan absorpsi.
Terapi Psikososial
-
Terapi kelompok
29
Psikoterapi individual
Pada psikoterapi pada pasien skizofrenia, amat penting untuk
membangun hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman. Reliabilitas
terapis, jarak emosional antaraterapis dengan pasien, serta ketulusan terapis
sebagaimana
yang
diartikan
oleh pasien,
semuanya
mempengaruhi
menekankan
bahwa
kemampuan
pasien
skizofrenia
utnuk
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku
ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010.h.170-94.
2. Amir N. Skizofrenia. Semijurnal farmasi & kedokteran Feb 2006;24:3140.
3. Muttaqin H, Sihombing RNE, penyunting. Skizofrenia. Dalam: Sadock
BJ, Sadock VA. Kaplan & sadocks concise textbook of clinical psychiatry.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2010.h.147-75.
4. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. Surabaya:
Airlangga University Press; 2009.h.195-277.
5. Sobell JL, Mikesell MJ, Mcmurray CT. Genetics and etiopathophysiology
of schizophrenia. Mayo Clin Proc Oct 2005;77:1068-82.
6. Safitri A, penyunting. Obat antipsikosis. Dalam: Neal MJ. Medical
pharmacology at a glance. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.60-1.
7. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya; 2013.
32
LAMPIRAN
33
34
35