PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Nyeri Punggung Bawah
Tao dan Bernacki (2005) mendefinisikan Nyeri Punggung Bawah
atau Low Back Pain sebagai nyeri dan ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di
bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan di atas lipat bokong bawah
(gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri pada tungkai. Menurut SPMA
(2012) LBP adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang
rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor), disertai adanya kekakuan
pada bagian bawah punggung.
2.2 Anatomi Tulang Belakang
Tulang Belakang merupakan bagian yang penting dalam ergonomi
karena rangka ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama
dengan panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui
sendi yang terdapat pada pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa
bagian yaitu:
a. Tulang belakang cervical; terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang
yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada
tulang belakang) yang pendek kecuali tulang ke-2 (C2) dan ke-7 (C7).
Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.
b. Tulang belakang thorax; terdiri atas 12 tulang. Procesus spinosus pada
tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan
memutar dapat terjadi pada tulang ini.
c. Tulang belakang lumbal; terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling
tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang
lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan
beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
d. Tulang sacrum; terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung dan
tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya. Tulang ini
menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.
e. Tulang belakang coccyx; terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa
celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung
menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.
Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang
terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan
berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini
terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus
pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan
adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang
dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam
keadaan melompat.
Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan
syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung
bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam
kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan injuri /
cedera (Nurmianto, 2008).
2.3 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
LBP terbagi ke dalam dua bentuk berdasarkan lamanya nyeri yang
dirasakan oleh pasien:
1. Low back pain akut
LBP akut adalah nyeri yang dirasakan kurang dari atau selama empat
minggu. Low back pain akut biasanya diasosiasikan dengan beberapa
aktivitas yang disebabkan stress yang tidak biasa pada jaringan punggung
bawah. Gejala seringkali tidak terlihat saat terjadinya trauma namun
berkembang belakangan karena terjadinya peningkatan tekanan secara
sama,
meskipun
spondilosis
mengarah
pada
proses
infeksi
ini
termasuk
infeksi
pyogenik,
osteomyelitis
osteokhondritis
pada
bagian
selain
vertebra.
Ia
lumbal.
Gambaran
radiologi
menunjukan
permukaan
vertebra yang ireguler, jarak antar diskus yang menyempit dan bentuk
baji pada vertebra.
7) Proses metabolik
Penyakit metabolik pada tulang yang sering menimbulkan gejala
nyeri pinggang belakang adalah osteoporosis. Nyeri bersifat kronik.
8) Neoplasma
Sakit pinggang sebagai gejala dini tumor intraspinal berlaku untuk
tumor ekstradural di bagian lumbal. 70 % merupakan metastase dan
30 % adalah primer atau penjalaran perkontinuitatum neoplasma non
osteogenik. Jenis tumor ganas yang cenderung untuk bermetastase
ke tulang sesuai dengan urutan frekuensinya adalah adenocarsinoma
mammae, prostat, paru, ginjal dan tiroid. Keluhan mula-mula adalah
pegal di pinggang yang lambat laun secara berangsur-angsur
menjadi nyeri pinggang yang tidak tertahankan oleh penderita.
b. Kelainan Struktur
1) Spondilolistesis
Suatu keadaan dimana terdapat pergeseran ke depan dari suatu ruas
vertebra. Biasanya sering mengenai L5. Keadaan ini banyak terjadi
pada masa intra uterin. Namun ketika berumur 35 tahun baru
dengan
spondilolistesis.
Sama
halnya
dengan
terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor
nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena
adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun
atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu
sama
lain
oleh
kompleks
sendi
faset,
berbagai
ligamen
dan
otot
tua.
Pada
dengan
orang
matriks
muda,
diskus
gelatinus.
terutama
Pada
lansia
tersusun
akan
atas
menjadi
Red flag LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
-
Trauma
fisik berat
seperti
jatuh
dari
ketinggian
ataupun
Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang
Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
2.8 Diagnosis
A. Anamnesa
10
Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam. Ada tidak
gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido
B. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
Pemeriksaan Neurologik
11
pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa
getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga
dapat dipastikan dermatom mana yang terganggu.
2 Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana
yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4
maka
musculus
tibialis
anterior
akan
menurun
kekuatannya.
3 Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor
neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri
punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari
segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
-
Refleks lutut/patela
Refleks tumit/achiles
12
b Tes kernig
Pada posisi awal flexikan tungkai atas pada sudut 90 o terhadap
badan dan flexikan tungkai bawah 90 o terhadap tungkai atas, baru
setelah posisi ini, ekstensikan tungkai bwah pada sendi lutut.
Secara normal bisa dilakukan sampai 135 o. Kernig positif jika
kurang dari 135o. pasien mengeluh nyeri atau ada tahanan atau
terdapat flexi tungkai kontralateral.
c
13
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap
darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi
ginjal.
2. Pemeriksaan Radiologis :
a) Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau
kadang-kadang
dijumpai
spondilolistesis,
perubahan
Penyempitan
ruangan
penyempitan
ruangan
degeneratif,
intervertebral
dan
intervertebral,
tumor
spinal.
kadang-kadang
terlihat
14
c) MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan
ahli
bedah
ortopedi
tetap
memerlukan
suatu
EMG
untuk
Ligamentous strain
Muscle strain
2. Penyakit metabolik:
-
Osteoporosis
Osteomalacia
Hemochromatosis
Ochronosis
Ankylosing spondylitis
2.10 Penatalaksanaan
a. Bed Rest
15
16
17
18
19
Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk
memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.
ii.
iii.
iv.
3) Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot.
4) Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot belakang dan
melancarkan peredaran darah.
d. Terapi Fisik Aktif (latihan)
1) William Flexion Exersice
William Flexion Exercise diperkenalkan oleh Dr. Paul Williams.
Program latihan ini banyak ditujukan pada pasien - pasien kronik LBP
dengan kondisi degenerasi corpus vertebra sampai pada degenerasi
diskus. Program latihan ini telah berkembang dan banyak ditujukan pada
laki-laki dibawah usia 50-an dan wanita dibawah usia 40-an yang
mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan space diskus
antara segmen lumbal, dan gejala - gejala kronik LBP. William Flexion
Exercise adalah program latihan yang terdiri atas 7 macam gerak yang
menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi lumbal).
Adapun tujuan dari William Flexion Exercise adalah untuk
mengurangi
nyeri,
memberikan
stabilitas
lower
trunk
melalui
hip
dan
lower
back
(sacrospinalis),
serta
untuk
Exercise
adalah spondylosis,
20
gangguan pada diskus seperti disc. bulging, herniasi diskus, atau protrusi
diskus.
Adapun prosedur pelaksanaan William Flexion Exercise adalah
sebagai berikut (Putra A., 2015):
a) Latihan I (pelvic tilting)
Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar
diatas bed/lantai. Datarkan punggung bawah melawan bed tanpa
kedua tungkai mendorong ke bawah. Kemudian pertahankan 5 10
detik.
21
seperti
pada
latihan
I.
Sementara
22
2) Latihan McKenzie
Latihan ini dinamai sesuai dengan ahli terapi fisik dari New
Zealand yang menemukan bahwa ekstensi tulang belakang dapat
mengurangi nyeri yang ditimbulkan dari daerah discus intervertebralis.
Secara teori, ekstensi juga dapat mengurangi discus yang terherniasi
dan mengurangi penekanan pada cabang saraf.
Pada pasien-pasien yang menderita nyeri tungkai akibat herniasi
discus (suatu radikulopati), ekstensi tulang belakang dapat mengurangi
nyeri tungkai dengan memusatkan nyeri (memindahkan nyeri dari
tungkai ke arah pinggang). Apabila pasien dapat memusatkan nyeri
maka mereka dapat meneruskan dengan terapi konservatif serta tidak
memerlukan pembedahan.
Apabila nyeri bersifat akut, latihan perlu dilakukan lebih sering
(setiap satu sampai dua jam). Pasien juga sebaiknya menghindari fleksi
tulang belakang (membungkuk ke depan).
23
ukuran
rigid
brace
tepat,
penggunaannya
dapat
sering
dianjurkan
untuk
membatasi
pergerakan
tulang
belakang
sementara
fusi
sedang
24
2.11 Pencegahan
Berikut cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
apabila Low back pain sudah terjadi (Kaufmann dan Nettina dalam Trimunggara
2010):
a. Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan
satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik.
Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai,
tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat
25
tubuh
kepada
barang
yang
akan
diangkat
sebelum
mengangkatnya.
2. Tekukan lutut, bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah.
3. Peganglah benda dekat perut dan dada.
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda.
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.
c. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa
paha. Gunakan
diet
rendah
lemak
dan
banyak
26
BAB III
KESIMPULAN
Nyeri Punggung Bawah atau Low Back Pain sebagai nyeri dan
ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin)
dan di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri
pada tungkai. Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma
punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif
seperti osteoartritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi, kelainan
struktur dan sebagainya. Nyeri punggung bawah juga dipengaruhi oleh faktor
resiko meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, pekerjaan, paparan getaran,
angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, dan
faktor psikososial.
Gejala dari nyeri punggung bawah dapat berupa nyeri pada daerah
lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau keterlibatan neurologis atau
dengan nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai dan kaki. Gejala penyakit
punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan nyeri serta
paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama sangat
penting. Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah
serangannya dimulai dengan tiba-tiba, mungkin setelah menggeliat, atau
secara berangsur-angsur tanpa kejadian apapun. Dan yang diperhatikan pula
gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang-kadang berkurang. Selain itu
juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang penting pula yaitu
apakah adanya secret uretra, retensi urine, dan inkontinensia
27
DAFTAR PUSTAKA
Bimoariotejo, 2009, Low Back Pain, Diakses pada 15 Juli 2016,
<https://bimaariotejo.wordpress.com/2009/07/07/low-back-pain-lbp/>.
Davies, R. (2008). Low back pain. InnovAit, 1 (6), 440-445.
Hafferman, J.J., Low back. In: Noble J, Greene HLII, Modest GA, Levinson W,
Young MJ, eds. Textbook of primary care medicine. 2d ed. St. Louis:
Mosby, 1996:1026-40.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Camera, I. M.
(2011). Medical surgical nursing: Assessment and management of
clinical problems. Eighth Edition, Vol. 1 & 2. Missouri: Elsevier Mosby.
Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L,
Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Prima
Printing, Surabaya.
Putra, A., 2015, William Flexion Exercise, Diakses pada 15 Juli 2016,
<http://adeputrasuma.blogspot.co.id/2013/07/william-flexionexercise.html>
Rahim H A, Priharto K., Terapi Konservatif untuk Low Back Pain, Divisi Spine,
Bagian Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin, pp 1-12.
Tao, X., & Bernacki, E. J. (2005). A randomized clinical trial of continuous lowlevel heat therapy for acute musclular low back pain in the workplace.
Journal Occupational and Environmental Medicine, 47 (12), 1928- 1306.
Trimunggara, Kantana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan
Low Back Pain pada Kegiataan Mengemudi Tim Ekspedisi
PT.Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010. Skripsi:Fakultas
28
29