Abstrak
Dari berbagai permasalahan yang timbul akibat dari kemajuan
zaman dan modernisasi ini, beberapa di antaranya terjadi pula di
dalam dunia pendidikan. Bahkan problem-problem tersebut ikut
meracuni aspek-aspek yang sangat mendasar bagi dunia pendidikan. Pola pikir yang melandasi system pendidikan kita khususnya
di Indonesia dan Negara-negara muslim lainnya tidak lepas dari
warisan kolonialisme dengan kerangka positivismenya. Keadaan ini
menggali jurang yang sangat dalam antara pola pikir pendidikan
asli pribumi serta ruh pesantrennya dengan landasan pendidikan
barat yang lebih cenderung mengarah kepada rasionalitas-matrealistik. Ilmu dalam pendidikan di barat tidak dibangun di atas
wahyu dan kepercayaan agama, namun dibangun di atas tradisi
budaya yang diperkuat oleh spekulasi filosofis dengan memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya ilmu pengetahuan serta nilai etika dan moral diatur oleh rasio manusia, sehingga dari cara pandang seperti inilah lahir ilmu-ilmu sekular
dengan manusia yang mengikutinya adalah seorang sekularis.
Kata Kunci : problematika pendidikan, pendidikan Islam modern
| 267
IZZUL FATAWI
Pendahuluan
Manusia dalam usahanya memelihara kelanjutan hidupnya, mewariskan berbagai nilai-nilai budaya dan peradaban dari satu generasi ke generasi berikutnya, disamping itu juga sebagai pengembangan potensi yang ada pada diri agar dapat dipergunakan oleh
setiap individu untuk menghadapai tantangan dan permasalahan
bagi hidup setiap individu itu sendiri.
Demikian halnya dengan tujuan pendidikan, secara general
tujuan pendidikan yakni untuk mengembangkan pribadi manusia agar dapat merespon dan survive dalam hiudupnya. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah
sesuai dengan tujuan hidup manusia, sebab pendidikan hanyalah
alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan
hidupnya baik sebagai individu maupun masyarakat.1 Akan tetapi
kemajuan zaman dan perbedaan hajat setiap manusia dari masa
kemasa menuntut pemikiran dan keahlian yang tidak lagi sama
seperti zaman-zaman sebelumnya, dan untuk memenuhi tuntutan
itu diperlukan usaha yang lebih efektif, efisien dan lebih rasional.
Usaha serta upaya manusia dalam merumuskan ulang citacita dari pendidikan mereka kepada bentuk yang lebih rasional
dan modern tidak selalu menemui jalan mulus dan lancar. Berbagai macam problem muncul dalam hal ini baik dari segi filosofis, prinsip, dan pelaksanaannya, menuntut adanya jalan keluar
yang mampu meredam atau paling tidak meminimalisir problem
tersebut. Untuk itu pada makalah ini penulis ingin memaparkan
secara umum problematika pendidikan modern, aspek-aspek
pendidikan yang mengalami problem, penyebab terjadinya, serta
jalan keluar dari problem tersebut.
Pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah di Makkah merupakan bentuk dasar dari pendidikan yang bertujuan untuk membina pribadi muslim agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan
dipersiapkan menjadi masyarakat Islam, mubaligh, dan pendi1
| 269
IZZUL FATAWI
| 271
IZZUL FATAWI
| 273
IZZUL FATAWI
| 275
IZZUL FATAWI
| 277
IZZUL FATAWI
terampil, sekaligus berakhlak dan beriman. Dan target pendidikan yang ideal itu sendiri akan semakin menjauh apabila tidak dibingkai dalam kerangka nilai-nilai agama dan ketuhanan.
Dalam kondisi seperti itu, pendidikan hanya bersifat pengajaran
semata yang kering dari kekayaan spiritualitas dan nilai-nilai
moral yang hakiki.22
Jika sumber dan metodologi keilmuan di barat bergantung
sepenuhnya pada kaedah empiris, rasional, dan cenderung materialistik serta mengabaikan dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan agama. Maka metodologi dalam
ilmu pengetahuan Islam bersumber pada Al Quran dan sunnah
Rasulullah serta ijtihad para ulama. Jika modernisasi sekular hanya menghasilkan ilmu yang cenderung menjauhkan manusia dari
agamanya. Maka Islamisasi ilmu justru akan membangun keharmonisan dan keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani.
3. Faktor Pelaksanaan
Pengetahuan bukanlah dimiliki hanya demi pengetahuan itu
sendiri. Oleh sebab itu pengetahuan tidak akan menjadi atau tidak akan pernah menjadi milik intelektual. Emosi, moral, dan
keyakinan manusia dikondisikan oleh apa yang diketahui oleh
manusia itu sendiri. Sikapnya terhadap kehidupan akan berubah
sendiri tanpa disadarinya, karena itu pula pengetahuan terhadap
kehidupan dan moral harus menjadi prioritas.23
Untuk menghindari tumbuhnya generasi yang timpang secara
moral, dan begitu juga sebaliknya generasi yang timpang secara
intelektual. Dipandang perlu adanya terobosan bagi lembagalembaga pendidikan kita untuk menyeimbangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan tidak
kaku dalam menerima modernisasi.
Selain itu, hendaknya sistem pendidikan tidak hanya men22 Abd Ala, Pembaruan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006, 33
23 Ali Ashraf, DR., Horison Baru Pendidikan Islam, terjemah: Sori Siregar Pustaka
Firdaus, 1989, 38
| 279
IZZUL FATAWI
DAFTAR PUSTAKA
Thalhah Hasan, Dinamika Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta:
Lantabora Press. 2001
Diknas, Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media, 2003
Ali Ashraf, DR., Horison Baru Pendidikan Islam, terjemah: Sori
Siregar Pustaka Firdaus, 1989
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan KeIndonesiaan, Bandung:
Mizan Pustaka, 2008
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter, Jakarta: PT. Grasindo, 2007
Nurcholish Madjid, Fatsoen, Jakarta: Republika, 2009
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, Bandung: Pustaka, 1985
Nurani Soyomukti, Pendidikan Berperspektif Globalisasi, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2008
Abd Ala, Pembaruan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006