C12114739
Laporan Pendahuluan
Halusinasi
1. Kasus (Masalah Utama) :
Klien Tn. M mengaku sering melihat seorang perempuan berdiri
disampingnya jika ia sedang melakukan ibadah. Klien mengaku jika muncul
seseorang itu ia langsung mencekik dan membantingnya lalu hilang.
2. Proses terjadinya masalah
a. Definisi
1. Menurut Carpenito, 2006 perubahan persepsi sensori; halusinasi merupakan
keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami
suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang.
2. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan pola
stimulus yang mendekat yang disertai dengan berespon secara berlebihan
terhadap stimulus (Towsend, 2005).
3. Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya sensori persepsi
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering
adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds),
halusinassi penglihatan (Visual-seeing persons or things), halusinasi
penciuman (Olfactory-smelling odors), halusinasi pengecapan (Gustatoryexperiencing tastes). (Varcarolis, 2006:393)
4. Halusinasi adalah persepsi sensori yang keliru dan melibatkan panca indera,
dimana dalam skizofrenia halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang
paling banyak terjadi (Isaacs, 2001).
5. Beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa halusinasi merupakan suatu kesalahan dari
persepsi yang muncul tanpa adanya stimulus atau rangsangan yang nyata.
b. Proses terjadinya halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2005, hlm 401), dalam model stress dan
adaptasinya, gangguan jiwa dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
faktor predisposisi, stressor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, mekanisme koping, dan rentang respon.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi. Ini merupakan respon persepsi paling
1|Page
Respon Adaptif
Pikiran logis
Respon Maladaptif
Distorsi pikiran
Gangguan pikir/delusi
Persepsi akurat
Ilusi
Halusinasi
pengalaman
atau kurang
Perilaku sesuai
Berhubungan sosial
Menarik diri
c. Klasifikasi halusinasi
1. Halusinasi Hynagogik terjadi pada orang normal, antara bangun tidur dan tidur
2. Halusinasi pendengaran ( akustik )
a. Akoasma: suasana yang kacau balau
b. Phoneme: bentuk suara jelas,misalnya kalimat tertentu yang tidak
menyenaangkan, menghina, kotor, menudu, menyalahkan, dan memaksa.
3. Halusinasi pengelihatan ( visual )
a. Khas pada delirium karena infeksi akut (psikoargonik)
b. Keluhan pada korteks serebri tidak jelas bentuknya
c. Keluhan pada korteks tempo pariental bentuk jelas
4. Halusinasi olfaktorik ( pembau )
Terjadi pada skizoprenia dan
cesilobus
temporalis,
misalnya
tidak
KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran
70 %
Penglihatan 20%
Penghidu
monster.
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
Pengecapan
Perabaan
penyalahgunaan
zat
adiktif.
Hal
ini
berpengaruh
pada
4|Page
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
5) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dan fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
6) Dimensi spiritual
Klien halusinasi secara spiritual sering mengalami kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk mensucikan diri. Irama sirkardiannya terganggu,
karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat bangun
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
Penilaian terhadap stressor
Penilaian terhadap stressor yaitu respon klien terhadap halusinasi dapat
berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak nyaman, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata
(Stuart, 2002, hlm 249).
Sumber koping
Sumber koping yaitu suatu evaluasi terhadap pilihan cara yang digunakan dan
strategi seseorang untuk menyelesaikan suatu masalah. Individu dapat
mengatasi stres dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil (Stuart, 2002, hlm 249).
Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah upaya atau cara untuk menyelesaikan masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Mekanisme koping terbagi menjadi dua yaitu adaptif dan maladaptif (Stuart,
2002, hlm 249).
Mekanisme koping yang adaptif pada halusinasi yaitu :
5|Page
Pikiran logis, merupaka ide yang berjalan secara logis dan sesuai
2)
3)
4)
5)
6)
yang lainnya.
Proses pikir kadang terganggu (ilusi), manifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indera yang memproduksi gambaran
sensorik pada area tertentu di otak kemudian siinterpretasikan sesuai
7)
8)
nyata
dalam
9)
7|Page
minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.
3. Data yang perlu diakaji
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
respon neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
i. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi factor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Diduga letak gen schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan
kontribusi genetik tambahan No. 4, 8, 5 dan 22 (Buchanan dan
Carpenter,2002). Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami schizofrenia,
sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami schizofrenia berpeluang 15%
mengalami schizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia
maka peluangnya menjadi 35 %.
ii. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotin.
iii. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia
diduga
juga
disebabkan
oleh
ketidak
seimbangan
b.
c.
Kesehatan
Nutrisi Kurang
Kurang tidur
Ketidak siembangan irama sirkardian
Kelelahan infeksi
Obat-obatan system syaraf pusat
Kurangnya latihan
Lingkungan
Sikap/Perilaku
Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
d. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya,
seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan
persepsi tersebut nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suarasuara dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut.
Ketidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan
kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera
diatasi. Untuk memfasilitasinya klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan
perihal halusinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan
respon negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang lain.
Karenanya banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman
10 | P a g e
Isi Halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
2.
3.
4.
Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Selain data tentang halusinasinya, peraweat juga dapat mengkaji data yang terkait
dengan halusinasi, yaitu :
11 | P a g e
Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) dan
takut.
4. Diagnosa keperawatan
Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bias
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya di kendalikan
oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas
terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri ( suicide),
membunuh orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga mengalami
masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi. Masalah itu
antara lain harga diri rendah dan isolasi social (stuart dan laria,2001). Akibat harga diri
rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial , klien menjadi menarik diri dari
lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan di bandingkan stimulus eksternal. Klien
selanjutnya kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stimulus
eksternal. Ini memicu timbulnya halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut :
EFEK
C.P
12 | P a g e
Halusinasi pendengaran
Mandi/Kebersihan
diri,berpakaian/berhias
Intoleransi aktifitas
Menarik diri
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut
1.
2.
3.
4.
Menghardik halusinasi.
2.
3.
4.
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting karena
keluarga adalah sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai salah satu
gejala psikosis dapat berlangsung lama (kronis) sehingga keluarga perlu mengetahu cara
perawatan klien halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka
oleh
tim medis
sehingga perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat secara
tepat. Prinsip lima benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.
c. Evaluasi
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :
1. Klien mampu memisahkan antara kejadian-kejadian atau situasi-siatuasi
realita dan tidak realita.
14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
15 | P a g e