Anda di halaman 1dari 7

A.

DOMAIN PERKEMBANGAN MORAL


1. Pengertian Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama orang tua. Dia
belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Dalam mengembangkan moral anak, peran orang tua sangat penting terutama ketika
anak masih kecil. Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan perkembangan moral anak sebagai berikut :
1.

Konsisten dalam mendidik anak


Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau
memperbolehkan tingkah laku tertentu kepada anak.

2.

Sikap orang tua dalam keluarga


Secara tidak langsung sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau
sebaliknya dapat mempengaruhi perkembangan moral anak yaitu melalui proses
peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang otoriter cenderung melahirkan sikap disiplin
semu pada anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih
sayang, keterbukaan, musyawarah, dan konsisten.

3.

Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut


Orang tua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam
mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang menciptakan iklim yang religious
dengan member bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak maka anak akan
mengalami perkembangan moral yang baik.

4.

Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma


Orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong maka mereka harus
menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong. Apabila orang tua mengajarkan kepada
anak agar berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab atau taat
beragama tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan
mengalami konflik pada dirinya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang
tuanya.

Sehingga pengertian dari Perkembangan Moral itu sendiri adalah perubahan


penalaran, perasaan dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah.
Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal , yang mengatur aktivitas
seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal
yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik (Gibss,2003; Power, 2004;
Walker & Pitss, 1988)
2. Penalaran Moral
Adapun beberapa teori yang membahas tentang perilaku moral yakni :
a. Teori Piaget
Piaget (1932) menyimpulkan bahwa anak melewati dua tahap yang berbeda
dalam cara mereka berpikir tentang moralitas.
Dari usia 4 sampai 7 tahun anak menunjukan morallitas heteronom,
tahap pertama dari perkembangan moral teori piaget. Anak berpikir
bahwa keadilan dan peraturan adalah property dunia yang tidak bisa

dirubah, dan tidak dikontrol orang.


Dari usia 7 sampai 10 tahun, anak berada dala transisi menunjukan
sebagian cirri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan

sebagian cirri dari tahap kedua, moralitas otonom.


Mulai dari 10 tahun keatas, anak menunjukan moralitas otonom.
Mereka sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan
ketika menilai sebuah perbuatan, mereka mempertimbangkan niat
dan juga konsekuensinya.

Karena anak kecil merupakan moralis yang heteronom, mereka menilai


kebenaran atau kebaikan perilaku berdasarkan konsekuensinya, bukan niat
dari pelaku. Pemikir otonom juga percaya bahwa aturan tidak bisa diubah
dan diturunkan oleh sebuah otoritas yang maha kuasa. Pemikir heteronom
juga percaya bahwa adanya

immanent justice, sebuah konsep bahwa

ketika peraturan dilanggar maka hukuman akan langsung mengiringi


pelanggaran tersebut. Piaget berpendapat bahwa ketika anak berkembang,

mereka dapat berpikir secara lebih rumit mengenai masalah sosial terutama
terhadap kemungkinan dan kondisi kerjasama.
b. Teori Kohlberg
Adapun tingkat dan tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh
dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1958) sebagai berikut:

Penalaran Prakonvensional : tingkt terendah dari penalaran moral


menurut Kohlberg. Pada tingkat ini baik buruk di interpretasikan

melalui reward (imbalan) dan punishment (hukuman) eksternal.


Penalaran Konvensional : tingkat kedua atau menengah dalam teori
perkembangan Kohlberg. Pada tingkatan ini, individu memberlakukan
standar tertentu, tetapi standar ini ditentukan oleh oranglain, mis

orangtua dan pemerintah.


Penalaran Pascakonvensional : tingkatan tertinggi dalam teori
Kohlberg. Pada tingkatan ini, individu menyadari adanya jalur moral
alternative, mengeksplorasi pilihan ini , lalu memutuskan berdasarkan
kode moral personal.

T
in
g
k
a
t1

T
in
g
k
a
t2

T
in
g
k
a
t3

T
a
h
p
1
:m
o
ra
lita
sh
e
tro
n
m
T
a
h
p
2
:In
d
iv
d
u
a
lism
e
,tu
ja
n
d
a
n
p
e
rtu
k
a
rn
istru
m
e
n
ta
l.

T
a
h
p
4
:M
o
ra
lita
siste
m
so
ia
l
T
a
h
p
3
:E
k
p
e
k
ta
sin
te
rp
e
rso
n
a
lm
u
ta
l,h
u
b
n
g
a
n
d
e
n
g
a
n
o
ra
n
g
la
in
,d
a
n
k
o
n
fo
rm
ita
sin
te
rp
e
rso
n
a
l

T
a
h
p
5
:K
o
n
tra
k
a
tu
tila
so
sia
ld
a
n
h
a
k
in
d
iv
d
u
T
a
h
p
6
:P
rin
sip
e
tisu
n
iv
e
rsa
l

3. Penalaran Sosial Konvensional


Penalaran konvesional berfokus pada pemikiran mengenai konsensus
dan konvensi sosial. Sebaliknya jika penalaran moral itu berfokus pada isu
etis. Peraturan konvensional dibuat untuk menangani ketidakteraturan

perilaku dan mempertahankan sistem sosial. Peraturan konvensional bersifat


arbituary dan merupakan subjek penilaian individu.
4. Perilaku Moral
a. Proses Dasar
Proses reinforcement, punishment, dan imitasi dianggap dapat menjelaskan
cara individu belajar tentang respons tertentu dan kenapa respons individu
berbeda dengan respons individu lain. Ketika ada model yang berperilaku
secara moral, individu akan lbih mungkin mengadopsi perilaku tersebut.
b. Kontrol Diri dan Kekuatan menahan godaan
Ketika tekanan terhadap individu untuk mencuri, berbuat curang, atau
berbohong meningkat, sangat penting untuk menanyakan apakah mereka
mengembangkan kemampuan untuk menahan godaan dan melakukan control
diri berpendapat bahwa control diri sangat dipengaruhi oleh factor kognitif.
c. Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial tentang moralitas berfokus pada pembedaan antara
kompetensi moral individu kemampuan untuk melakukan perilaku oral
dan performa moral melakukan perilaku tersebut dalam situasi tertentu.
5. Perasaan Moral
a. Teori Psikoanalisis
Menurut Sigmund Freud, rasa bersalah dan keinginan untuk menghindari
perasaan bersalah adalah dasar dari perilaku moral. Dalam teori ini terdapat
dua komponen utama yakni ego ideal dan nurani.
b. Empati
Bereaksi terhadap perasaan orang lain dengan respons emosional yang mirip
dengan perasaan oranglain tersebut. Empati adalah sebuah keadaan emosi,
tetapi memiliki komponen kognitif kemampuan untuk melihat keadaan
psikologis dalam diri orang lain, atau apa yang telah kita bahas sebagai
pengambilan perspektif.
6. Kepribadian Moral
Aspek kepribadian moral yang baru-baru ini difokuskan :

a. Identitas Moral
Kepribadian yang timbul ketika individu memiliki ide dan komitmen terhadap
moral dan merupakan tema sentral dalam kehidupannya. Menurut Augusto
Blasi (2005) bahwa komitmen dan identitas morall dipengaruhi oleh tiga
kebajikan penting : Kemauan (kontrol diri), integritas dan hasrat moral.
b. Karakter Moral
Orang yang hidupnya patut untuk dijadikan contoh. Mereka memiliki
kepribadian moral, karakter,

dan set kebajikan yang mencerminkan

kesempurnaan moral dan komitmen.


c. Teladan Moral
B. KONTEKS DALAM PERKEMBANGAN MORAL
1. Pengasuhan
a. Kualitas Hubungan
Dalam kualitas hubungan, kelekatan (attachment) yang aman (secure)
memainkan peranan yang penting dalam perkembangan moral anak.
Kelekatan yang aman dapat menempatkan dalam jalur positif untuk
menginternalisasi tujuan

sosialisasi dari orangtua dan juga nilai-nilai

keluarga.
b. Disiplin dari Orangtua
Penarikan Kasih Sayang
Teknik disiplin dimana orangtua menahan perhatian dan kasih saying terhadap
anak.

Penegasan Kekuasaan

Teknik disiplin dimana orangtua berusaha mengontrol anak dan sumber daya
yang dimilikinya.

Induksi

Teknik disiplin dimana orangtua menggunakan penalaran dan penjelasan dari


konsekuensi perilaku anak terhadap oranglain.

2. Sekolah

a. Kurikulum Tersembunyi
Kurikulum tersembunyi ini merupakan atmosfer moral yang
diciptakan oleh peraturan sekolah dan peraturan kelas, orientasi
moral dari guru dan administrasi sekolah , dan juga materi teks.
b. Pendidikan Karakter
Pendekatan pendidikan moral secara langsung yang meliputi
pengajaran literature moral dasar pada pelajar untuk mencegah
mereka melakukan perilau moral yang membahayakan diri sendiri
maupun orang lain.
c. Klarifikasi Nilai
Membantu orang lain mengklarifikasikan makna hidup dan hal-hal
yang patut untuk diperjuangkan. Para pelajar didorong untuk
menemukan nilai mereka sendiri dan memahami nilai yang
dimiliki orang lain .
d. Pendidikan Moral Kognitif
Pendidikan berdasarkan kepercayaan bahwa pelajar harus belajar
nilai-nilai moral , misalnya demokrasi dan keadilan , seiring
dengan perkembangan penalaran moral mereka ; Teori Kohlberg
menjadi dasar dari berbagai pendekatan pendidikan moral kognitif
ini.
e. Pembelajaran Pelayanan
Bentuk pendidikan yang menekankan tanggung jawab sosial
pelayanan terhadap masyarakat.
C. PERILAKU PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL
1. Prososial
Peduli terhadap keadaan dan hak orang lain , perhatian dan empati
terhadap orang lain , dan berbuat sesuatu yang memberikan manfaat
bagi orang lain , kesemua itu adalah komponen dari perilaku prososial
a. Altruisme dan Resiprokal
Altruisme , keinginan untuk membantu oranglain tanpa
memntingkan diri sendiri dan resiprokal sering kali memotivasi
perilaku prososial seperti berbagi. Seorang ali menggambarkan
tahapan dimana anak mengembangkan pemahaman mengenai
keadilan dan akan lebih konsisten dalam berbagi. PErmainan
dengan

teman

sebaya

memainkan

peran

kunci

dalam

perkembangan ini. Remaja lebih terlibat dalam perilaku prososial


dibandingkan anak, dan perempuan lebih terlibat dalam perilaku
prososial dibandingkan laki-laki.
2. Antisosial
a. Conduct Disorder
Conduct disorder merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan
usia dan sikap yang melanggar harapan keluarga, norma sosial dan
hak personal atau property orang lain.
b. Kenakalan Remaja
Perilaku yang luas , mulai dari perilaku yang tidak bisa diterima
secara sosial seperti membuat masalah disekolah sampai perbuatan
criminal seperti perampokan.

Anda mungkin juga menyukai