Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Destya Eka Purwaningrum
Devi Windhatyara
Didik Kurniawan
Dika Ilham Pratama
Egha Dwi Saputri
Endah Suci Retnosari
Faisal Achmad
Fajar Ari Setyoko
DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO
2015/2016
Kata Pengantar
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .. i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI .. iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Rumusan Masalah ... 1
C Tujuan . 2
BAB II PEMBAHASAN
A
B
C
D
E
F
G
H
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus.
Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melaksanakan, kegiatan-kegiatan
tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup
pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu pengetahuan dan
tehnologi Bidang Kedokteran dan Keperawatan serta perubahan konsep perawatan
dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta
peralihan dari pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang
berfokus pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih
penting dalam memberikan asuhan keperawatan.
Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan
disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka
mempunyai sikap,pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap dalam dirinya
sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu
model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif.
Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba
menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada dewasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Apa saja model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada orang
dewasa?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
4. Untuk mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik
5. Untuk mengetahui sikap komunikasi terapeutik
6. Untuk mengetahui bentu komunikasi terapeutik
7. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik
8. Untuk menegetahui pengertian dewasa
9. Untuk mengetahui komunkiasi dengan dewasa
10. Untuk mengetahui suasana komunikasi pada dewasa
11. Untuk mengetahui model komunikasi yang paling tepat diterapkan
pada orang dewasa
BAB II
TINJAUAN TEORI
dan fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
F. Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter dan
Perry dalam Christina, dkk.,2003) :
1. Komunikasi verbal
Komunikasi
verbal
mempunyai
karakteristik
jelas
dan
ringkas.
intonasi mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda
yang tepat.
a. Jelas dan ringkas komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan
langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil terjadi
kerancuan. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan.
Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa,
dan dimana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan
ide secara sederhana.
b. Pembendaharaan kata penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
pasien. Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan.
c. Arti denotatif dan konotatif perawat harus mampu memilih kata-kata
yang tidak banyak disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika
menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien. Arti denotatif
memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan ati konotatif merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat
dalam suatu kata.
d. Intonasi nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap
arti pesan yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya.
2.
verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa sekitar 7 %
pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa
paralinguistik dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat
disampaikan melalui beberapa cara yaitu :
a. Penampilan fisik
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah cara
berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadiannya.
5
Mulai Bekerja
2.
Memilih pasangan
3.
4.
5.
Mengasuh anak
6.
7.
8.
Dewasa Pertengahan
1.
Masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni
saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada
setiap orang.
2.
3.
4.
6.
7.
pekerjaan.
9.
Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan
sesuatu untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau
ia sendiri dengan belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang
sekarang, maka menginginkan suatu perilaku lain dimasa mendatang, lalu
mengambil
langkah
untuk
mencapai
perilaku
baru
itu.
Dari segi psikologis, orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikapsikap tertentu yaitu :
1.
dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan
untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
2.
b. Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan
terciptanya suasana komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi
seperti saling menghormati, percaya dan terbuka.
1. Suasana saling menghormati
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan
komunikasi (perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat
pribadinya. Klien dewasa akan merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk
menyampaikan pemikiran atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya.
Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan menjadi kendala bagi keberlangsungan
komunikasi.
2. Suasana Saling Menghargai
10
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu
dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi
kendala dalam jalannya komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhati- kan rasa saling percaya
akan kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan
maka tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai.
4. Suasana saling terbuka
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat
atau tenaga kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan
komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak
berdaya, dan tidak aman ketika berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur
sikap dan perilakunya. Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung
pada aturan dan ketetapan pihak lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang
dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini dapat terungkap dalam bentuk
sikap emosional dan agresif.
pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun ter dapat kelemahan yang
berupa hubungan antara sumber dan penerima pesan tidak kasat mata. Karena itu
klien dewasa lebih memilih komunikasi secara langsung karena penerapan
komunikasi
melalui
perantara
dapat
mengurangi
kejelasan
pesan
yang
dikomunikasikan.
2. Model Komunikasi Leary
Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan interaksi di
antara dua pihak yang berkomunikasi. Model ini mengamati perilaku klien yang
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan
dalam bidang kesehatan berdasarkan keseimbangan informasi yang terjadi
dalamkomunikasi antara profesional dan klien. Dalam pesan komunikasi pada
model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam penerapannya, yakni
dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan
yang ditentukan dan harus
darurat
klien
harus
mentaati
pesan
yang
disampaikan
oleh
12
klien
dengan
mengutamakan
penerapan
system
perspektif
untuk
f.
13
e. Keberhasilan komunikasi
Komunukasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu peristiwa
komunikasi tersebut yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Untuk mencapai
komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat dan klien, kredibilitas perawat
sebagai komunikatorakan menentukan keberhasilan hubungan yang terapeutik.
Karakteristik keberhasilan komunikasi yaitu :
1. Memiliki kesadaran yang tinggi
2. Mampu melaksanakan klarifikasi nilai
3. Mampumengeksplorasikan perasaan
4. Mampu untuk menjadi model peran
5. Motifasi altruistik
6. Rasa tanggung jawab dan etik.
14
16
BAB III
ROLE PLAY
A.
GAMBARAN KASUS
Resiko kesehatan pada masa dewasa awal berasal dari komunitas, gaya
hidup, dan riwayat keluarga. Semua kebiasaan gaya hidup yang mempengaruhi
respons terhadap stresdapat menyebabkan resiko untuk mendapatkan penyakit.
Merokok merupakan factor resiko untuk penyakit paru-paru, jantung, dan pembuluh
darah pada perokok aktif dan pasif.
Yang dapat mengakibatkan pada kerusakan atau kangker paru-paru,
emfisemadan bronchitis kronik.
Penyalahgunaan obat, baik secara langsung atau tidak langsung, dapat
menyebabkan moralitas pada individu dewasa awal.Dapat mengakibatkan
keracunan, trauma, bahkan himgga kematian, atau masalah lalu lintas.
B.
1.
Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan
yang anda miliki. Jika saudara telah siap, maka anda perlu membuat rencana
interaksi dengan klien.
1)
Evaluasi diri
Coba pertanyaan berikut:
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak,marah atau
inkoheren?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negatif/buruk/tidak
menyenangkan?
17
3)
c. Mengenalkannama klien
Nama Bapak atau Ibu, saudara atau saudari atau senang dipanggil apa?
d. Menyepakati Pertemuan
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien
untuk bercakap-cakap (tempat bercakap-cakap dan lama percakapan).
Contoh komunikasi :
bagaimana kalau kita bercakap-cakap.
Ayo kita bercakap-cakap!
Dimana kita duduk? (sebutkan)
Ayo kita duduk disana. (sebutkan)
Jika di klinik/rumah sakit langsung katakan silahkan duduk!.
Jika dikamar klien, saudara langsung duduk disamping klien.
e. Menghadapi kontrak
Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara
sehingga saat interaksi klien percaya pada saudara.
Contoh komunikasi :
Saya perawat yang bekerja di .., saya yang akan merawat Angel
selama 3 hari. (contoh bila nama kesenangan nya Angel).
Dimulai saat ini sampai dengan .., saya dating jam 07.00 dan
pulang jam 14.00.
19
20
tampaknya Yanti tidak nafsu makan karena nyeri pada ulu hati (untuk masalah
Gastritis).
Tampaknya Yanti kelihatan sesak napas (untuk masalah Asma).
h. Menghindari perkenalan
1. Fese Orientasi
Fese Orientasi dilaksakan pada awal setiap pertemuan kedua
dan
Mengingat Kontrak
Setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak pada pertemuan
sebelumnya.
Yanti masih ingatkah jam brapa kita bertemu?
sesuai dengan janji kita yang lalu akan bertemu pada jam (sesuai
perjanjian).
Yanti masih ingatkah apa topic pembicaraan kita.
sesuai dengan perjanjian yang lalu saya akan memberikan suntikan lagi.
sesuai dengan perjanjian kita tadi,sekarangyanti akan saya bantu latihan
secara efektif.
21
2. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan keperawatan klien yang terkait erat
dengan pelaksaan rencana tindakan perwatan yang akan yang dilaksanakan sesui
dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan yaitu :
a) Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, prilaku,prasaan, dan
pikirannya,
Tujuan ini sering disebut juga tujuan kognitif.
Contoh:
apa yang menyebabkan yanti cemas?
apa tanda atau gejala yang yanti rasakan saat cemas?
kapan saja yanti merasakan cemas?
Apa yang yanti rasakan saat merasa cemas?
b) Mengembangkan,mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara
mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut juga tujuan
afektif dan psikomotor.
Contoh:1
Apa yangyanti lakukan saat cemas?
apa yang yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?
apakah dengan masalah itu masalah yanti bias selesai?
apa kira-kira cara lain yang lebih baik?
Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara baru?
c) Melaksanakan terrapin atau tekhnikal keperawatan.
Contoh:
22
23
24
25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat
membantu sekali dalam penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang
sering mengalami berbagai masalah dalam kehidupannya,
Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari itu merawat diri
sendiri lebih baik dibandingkan menyusahkan orang lain.
Peran perawat juga sangat penting dalam komunikasi karena perawat
sebagai pemberi asuhan jadi yang banyak berperan dalam komunikasi terpeutik
terdapat pada bagianperawat juga.
B. SARAN
1. Mahasiswa mampu menerapkan teraupetik dalam pembelajaran serta praktik
keperawatan
2. mahasiswa dapat mendeskripsikan apa yang di maksud dengan teraupetik
3. pemahaman mahasiswa sangat di perlukan dalam teraupetik.
26
DAFTAR PUSTAKA
mahfudz, peran
komunikasi
terapeutik,edisi pertama2009,
Ganbika, Yogyakarta
3. Ns. NunungNurhasanah, S. kep, ilmu komunikasi dalam konteks
keperawatan, cetakan pertama 2010, Cv. Trans info media, Jakarta Timur
4. Poatricia A. Poter, anne G. Perry, fundamental of nursing, edisi 7 buku 1,
salemba medika, Jakarta
5. http://hayatiumar.blogspot.co.id/2013/09/makalah-komunikasi-teraeiutikpada.html
6. dokumen.tips/documents/komunikasi-terapeutik-dengan-klien-dewasa.html
27