Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN
Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan
sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
A. Konsep Anggaran Kinerja
Anggaran dengan pendekatan kinerja merupakan suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi
biaya atau input yang ditetapkan.
Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis
kinerja adalah:
o

Tujuan yang telah disepakati dan ukuran pencapaiannya.

o Pengumpulan informasi yang sistematis atas relisasi pencapaian kinerja dapat


diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan
pretasinya. Penyediaan informasi secara terus-menerus sehingga dapat
digunakan dalam manajemen perencanaan, pemrograman, penganggaran dan
evaluasi.
Kondisi yang harus dipersiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan
implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja:
o

Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi

Fokus penyempurnaan administrasi secara terus-menerus.

Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu,
dan orang).

Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.

Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

B. Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:


Anggaran berbasis kinerja memilikin ciri-ciri antara lain:
1. Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok yaitu:
a.Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatan.
b. Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement).
c.Pelaporan program (Program Reporting).
2. Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan pada
pengawasan.
3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimalkan output.
4. Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat
digunakan untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.
5. Keterkaitan yang erat antara tujuan, sasaran dan proses penganggaran
C. Keunggulan dan kelemahan dari anggaran berbasis kinerja
Kunggulan anggaran berbasis kinerja:
Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.
Merangsang partisipasi dan memotivasi satuan kerja melalui proses
pengusulan dan penilaian anggaran yang bersifat faktual.
Membantu fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan
pada semua tingkat.
Memungkinkan alokasi dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi
satuan kerja.
Menghindari pemborosan.
Dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan setiap satuan,lebih efektif
dalam mencapai sasaran.

Kelemahan anggaran berbasis kinerja:

Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan.

Tidak semua hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif.

Tidak ada kejelasan mengenai siapa pengambil keputusan dan siapa yang
menanggung beban atas keputusan.

D. Karakteristik Anggaran berbasis kinerja


APBD dengan pendekatan kinerja harus memuat beberapa hal:
1. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.
2. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen
kegiatan yang bersangkutan.
3. Persentase dari jumlah pendapatan APBD yang mendanai pengeluaran
administrasi umum, operasi, dan pemeliharan serta belanja modal atau
pembangunan.
a. Prinsip-Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penganggaran berbasis kinerja meliputi :
a) Alokasi anggaran berorientasi pada kinerja (output and outcome oriented).
b) Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga
c) Money follow Function, Function followed by Structure (anggaran pada tugas
dan fungsi unit kerja)
b. Komponen Anggaran Berbasis Kinerja
Penyusunan Anggaran berbasis kinerja memerlukan tiga komponen :
a) Indikator Kinerja.
Indikator kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu
program atau kegiatan
b) Standar Biaya.
Standar Biaya adalah besaran biaya yang ditetapkan sebagai acuan
penghitungan kebutuhan biaya kegiatan, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus.
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Butir-butir pemikiran mengenai pengembangan standar biaya dalam


rangka mendukung penerapan SBK dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Standar biaya merupakan alat bantu untuk menyusun anggaran.
2) Standar biaya merupakan kebutuhan anggaran yang paling efisien untuk
menghasilkan keluaran.

Perubahan jumlah / angka standar biaya

dimungkinkan karena adanya perubahan parameter yang dijasikan acuan.


Parameter tersebut dapat berupa angka inflasi, keadaan kondisi darurat
(force majeur), atau hal lain yang ditetapkan sebagai parameter.
3) Standar biaya dikaitkan dengan pelayanan yang diberikan oleh K/L
(standar pelayanan minimal).
c) Evaluasi Kinerja.
Evaluasi kinerja merupakan proses penilaian dan pengungkapan
masalah implementasi kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi
peningkatan kualitas kinerja, baik dari sisi efisiensi dan efektifitas dari suatu
program atau kegiatan.

Cara evaluasi dapat dilakukan dengan cara

membandingkan hasil terhadap target (dari sisi efektivitas) dan realisasi


terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (dilihat dari sisi efisiensi). Hasil
evaluasi kinerja merupakan umpan balik (feed back) bagi suatu organisasi
untuk memperbaiki kinerjanya.
E. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja:
Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada hal yang perlu diperhatikan
yaitu prinsip-prinsip penganggaran, aktivitas semua dalam penyusunan anggaran
berbasis kinerja, peranan legislatif, siklus perencanaan anggaran daerah, struktur
APBD, dan penggunaan anggaran berbasis kinerja.
1.

Metode penyusunan anggaran berbasis kinerja


Pengelolaan anggaran daerah telah menjadi perhatian utama bagi para

pengambil keputusan dipemerintahan, baik ditingkat pusat maupun daerah.


Sejauh ini perundang-undangan dan produk hukum telah dikeluarkan dan
diberlakukan dalam upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu


terbentuknya semangat desentralisasi, demokratisasi, transparasi, akuntabilitas
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan
efisien, tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu
faktor penting dan menentukan dan keseluruhan siklus anggaran daerah.
Namun demikian tahap persiapan atau perencanaan anggaran harus diakui
memang hanyalah salah satu tahap penting dalam keseluruhan siklus atau
proses anggaran daerah. Dengan kata lain, sebaik apa pun perencanaan yang
telah disusun oleh pemerintah daerah tidak akan memberikan ari apa-apa
manakala dalam tahap pelaksanaan dan tahap pengendaliannya tidak berjalan
dengan secara tidak baik.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan amanat rakyat
kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan aspirasi dan kebutuhan mereka.
Anggaran merupakan refleksi aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam satu
tahun fiskal tertentu yang dinyatakan dalam satuan mata uang. Di sisi
pemerintah daerah, perwujudan amanat rakyat ini dinyatakan dalam bentuk
rencana

kerja

yang

akan

dilaksanakan

pemerintah

daerah

dengan

menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Dengan demikian, penyusunan


anggran daerah harus berorientasi pada kepentingan masyarakat atau publik.
Sejalan dengan hal itu, pengelolaan anggaran daerah (APBD) di era reformasi
ini, ditekankan perlunya perubahan paradigma yang mempertimbangkan hal
berikut:
a. Adanya keterkaitan yang erat dan jelas antara proses pengambilan
keputusan politis DPRD, perencanaan operasional di eksekutif, dan
penganggaran di masing-masing unit organisasi atau satuan kerja teknis
b. APBD harus berorientasi pada kepentingan publik.
c. APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja.
d. Didukung oleh sistem dan prosedur akuntansi yang memadai.
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

2. Tahap Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja


Dalam menyusun ABK perlu diperhatikan prinsip-prinsip penganggaran,
aktivitas utama dalam penyusunan ABK, peranan legislatif, dan siklus perencanaan
anggaran daerah
1) Prinsip-Prinsip Penganggaran
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan
atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan
akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut
aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhankebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
b. Disiplin anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sedangkan
belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia
anggarannya. Dengan kata lain, bahwa penggunaan setiap pos anggaran
harus sesuai dengan kegiatan/proyek yang diusulkan
c. Keadilan anggaran
Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil
agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi
dalam pemberian pelayanan, karena pendapatan pemerintah pada
hakikatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat secara keseluruhan
d. Efisiensi dan efektivitas anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi,
tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan


sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan
yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.
e. Disusun dengan pendekatan kinerja
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya
atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih
besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu
menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.
Selain prinsip-prinsip secara umum seperti yang telah diuraikan di atas,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan perubahan-perubahan
kunci tentang penganggaran sebagai berikut:
a. Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah
Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan
kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses
perencanaan

dan

penganggaran,

mengembangkan

disiplin

fiskal,

mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis, dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan
pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.
Dengan melakukan proyeksi jangka menengah, dapat dikurangi
ketidakpastian di masa yang akan datang dalam penyediaan dana untuk
membiayai

pelaksanaan

berbagai

inisiatif

kebijakan

baru,

dalam

penganggaran tahunan. Pada saat yang sama, harus pula dihitung implikasi
kebijakan baru tersebut dalam konteks keberlanjutan fiskal dalam jangka
menengah. Cara ini juga memberikan peluang untuk melakukan analisis
apakah pemerintah perlu melakukan perubahan terhadap kebijakan yang
ada, termasuk menghentikan program-program yang tidak efektif, agar
kebijakan-kebijakan baru dapat diakomodasikan.
b. Penerapan penganggaran secara terpadu
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Dengan pendekatan ini, semua kegiatan instansi pemerintah disusun


secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan
anggaran belanja pembangunan.Hal tersebut merupakan tahapan yang
diperlukan sebagai bagian upaya jangka panjang untuk membawa
penganggaran menjadi lebih transparan, dan memudahkan penyusunan dan
pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja. Dalam kaitan dengan
menghitung biaya input dan menaksir kinerja program, sangat penting
untuk mempertimbangkan biaya secara keseluruhan, baik yang bersifat
investasi maupun biaya yang bersifat operasional.
c. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja
Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai
bagian dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal
ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan
sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang
kebijakan dalam kerangka jangka menengah. Rencana kerja dan anggaran
(RKA) yang disusun berdasarkan prestasi kerja dimaksudkan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber
daya yang terbatas. Oleh karena itu, program dan kegiatan Kementerian
Negara/Lembaga atau SKPD harus diarahkan untuk mencapai hasil dan
keluaran yang telah ditetapkan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) atau rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

2) Aktivitas utama dalam penyususnan ABK


Aktivitas utama dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah
mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya.
Proses mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi
dan pengertian tentang berbagai program yang menghasilkan output dan
outcome yang diharapkan. Data kuantitatif juga dapat memberikan informasi
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

tentang bagaimana manfaat setiap program terhadap rencana strategis. Proses


pengambilan keputusan harus melibatkan setiap level dari manajemen
pemerintahan. Pemilihan dan prioritas program yang akan dianggarkan akan
sangat tergantung pada data tentang target kinerja yang diharapkan dapat
dicapai.
3) Peranan legislatif
Alokasi anggaran setiap program di masing masing unit kerja pada
akhirnya sangat dipengaruhi oleh kesepakatan antara legislatif dan eksekutif.
Prioritas dan pilihan pengalokasian anggaran pada tiap unit kerja dihasilkan
setelah melalui koordinasi diantara bagian dalam lembaga eksekutif dan
legislatif. Dalam usaha mencapai kesepakatan, seringkali keterkaitan antara
kinerja dan alokasi anggaran menjadi fleksibel dan longgar namun dengan
adanya Analisis Standar Belanja (ASB), alokasi anggaran menjadi lebih
rasional.
4) Siklus perencanaan anggaran
Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup
penyusunan Kebijakan Umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan
APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 serta Undang-Undang No.32
dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran
berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat
pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD
tersebut berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut
dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah perencanaan
pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur-unsur
pemerintahan

juga

mengikutsertakan

dan/atau

menyerap

aspirasi

masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga

Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

swadaya masyarakat (LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan


dunia usaha.
2. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan
oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun
anggaran berikutnya.
3. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,
pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon
anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.
4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun
berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.
5. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas
dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.
6. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola
keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang
APBD tahun berikutnya.
7. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai
dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD
pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang
APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan.
F. Laporan Dan Penilaian Kinerja
1.
1.1.

Pengukuran Kinerja
Pengertian tentang pengukuran kinerja
Keberhasilan sebuah organisasi sektor public tidak dapat diukur semata-

mata dari perspektif keuangan.Surplus atau defisit dalam laporan keuanga tidak
dapat menjadi tolak ukur keberhasilan.Karena sifat dasarnya yang tidak mencari
profit, keberhasilan sebuah organisasi sektor public juga harus diukur dari
kinerjanya.Hal

ini

juga

konsisten

dengan

anggaran

Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

kinerja

yang
Page

digunakan.Sebuah anggaran yang dibuat tidak hanya berisi angka, tetapi juga
berisi target kinerja kualitatif.Karena itu, aspek pertanggungjawabannya tentu
tidak cukup hanya berupa laporan keuangan, tetapi juga harus dilengkapi dengan
laporan kinerja.
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian
kinerja, yaitu untuk menilai suskes atau tidaknya suatu organisasi, program, atau
kegiatan. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis untuk menilai
apakah program/kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan sesuai
dengan renacana tersebut, dan yang lebih penting adalah apakah telah pencapai
keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan. Pengukuran kinerja
bermanfaat untuk membantu para pengambil keputusan dalam memonitor dan
memperbaiki kinerja dan berfokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi
tuntutan akuntabilitas publik.
Pengukuran kinerja adalah instrumen yang digunakan untuk menilai hasil
akhir pelaksanaan kegiatan terhadap target dan tujuan kegiatan yang telah
ditetapkan sebelumnya (Deddi Nordiawan, 2010:158). Pengukuran kinerja terdiri
dari aktivitas pendokumentasian proses pelaksanaan yang terdiri atas proses dan
aktivitas yang dilakukan untuk mengubah input (sumber daya yang digunakan
selama kegiatan) menjadi output (barang atau jasa yang dihasilkan dari sebuah
kegiatan). Pengukuran kinerja dilanjutkan dengan penilaian keluaran yang
dilakukan dengan membandingkan perubahan ekonomi atau perubahan sosial dari
pelaksanaan sebuah kegiatan/kebijakan terhadap tujuan kegiatan/kebijakan yang
telah

ditetapkan.Selanjutnya

diakhiri

dengan

penyusuan

laporan

pertanggungjawaban kinerja dalam rangka pemenuhan akuntabilitas publik.


Menurut (Mahmud,2007) dalam (Dedi Nordiawan 2010:158), tujuan
penilaian kinerja di sektor pubik adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3. Memperbaikai kinerja periode-periode berikutnya
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam membuat keputusan


pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment)
5. Memotivasi pegawai
6. Menciptakan akuntabilitas public
Sementara itu, tujuan system pengukuran kinerja menurut Mardiasmo
2009:122 adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom
up)
2. Untuk mengukur kinerja financial dan non-finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta memotivasi untuk mencapai gool congruence, dan
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional
Manfaat pengukuran kinerja menurut Mardiasmo adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai
kinerja manajemen
2. Memeberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
3. Untuk

memonitor

dan

mengevaluasi

pencapaian

kinerja

dan

membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan kotektif


untuk memperbaiki kinerja
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward dan
punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai
dengan system pengukuran kinerja yang telah disepakati
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi
6. Membanntu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah


8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif
1.2.

Value For Money

Konsep value for money yaitu suatu indikator yang memberikan informasi kepada
kita apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan suatu nilai tertentu
bagi masyarakat. Dalam konsep ini, indikator yang dimaksud adalah :
1. Ekonomi
Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit
input. Ekonomi berarti sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga
lebih rendah (spending less), yaitu harga yang mendekati harga pasar. Input
adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses
tertentu untuk menghasilkan output. Input dibagi menjadi dua, yaitu input
primer dan input sekunder. Input primer adalah kas, sedangkan input sekunder
adalah bahan baku, orang, infrasutruktur, dan masukan lainnya yang digunakan
untuk proses menghasilkan output.
Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input. Dalam
konteks dua model input tersebut, keekonomian dapat dianalisis dengan
membandingkan input sekunder pada jumlah input primer yang dibutuhkan.
2. Efisien
Efisien adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan
sebuah kegiatan/aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu
organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu
menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan
input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well).
Efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Output
Efisiensi =
Input
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

Organisasi sektor public dinilai semakin efisien apabila rasio efisiensi


cenderung diatas satu.Semakin besar rasio, maka semakin tinggi tingkat
efisiensinya.
3. Efektif.
Efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan
sebuah kegiatan/kebijakan dimana ukuran efektivitas merupakan selfleksi
output.Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan
antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisaasi, program, atau kegiatan.
Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output atau proses, maka
efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program atau
kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan
yang diharapkan atau dikatakan spending wisely.
2. Pelaporan Kinerja
Infromasi tentang kinerja menjadi informasi penting yang dibutuhkan di setiap
fase perjalanan organiasi sektor publik dalam mencapai visi dan misinya.Dalam
aspek perencanaan, informasi tentang kinerja memberikan gambaran penting dan
fundamental tentang kondisi saat ini yang menjadi basis perencanaan.Informasi
tentang kinerja juga dibutuhkan pada saat pelaksanaan kegiatan.Seperti layaknya
indikator dan rambu saat berkendara, informasi kinerja berguna bagi organisasi
untuk mengetahui posisi dan keberadaannya sehingga dapat mengatur strategi dan
terobosan yang diperlukan.
Informasi tentang kinerja dalam bentuk laporan pertanggungjawaban menjadi
informasi yang paling krusial untuk pekentingan evaluasi. Tanpa laporan kinerja
dalam proses pertanggungjawaban, siklus penganggaran berasis kinerja menjadi
tidak lengkap.
Terdapat dua mekanisme pelaporan kinerja :
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

1. Pelaporan secara ad hoc, dilakukan atas area tertentu secara mendalam pada
waktu yang tidak ditentukan sebelumnya sesuai kebutuhan.
2. Pelaporan regular, dijadwalkan secara rutin misalnya tahunan.
Sebagai sebuah media yang menyampaikan informasi tentang kinerja, informasi
dalam laporan kinerja setidaknya memuat informasi berikut :
1. informasi tentang realisasi input
2. analisis ekonomi
3. informasi tentang realisasi output
4. analisis efisiensi
5. informasi tentang capaian outcome
6. analisis efektivitas
2.1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Untuk mendorong proses pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja secara

lebih sistematis, pemerintah Indonesia mempunyai sebuah pedoman penyusunan


laporan kinerja yang disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP).
Setiap instansi pemerintah wajib menyiapkan, menyusun, dan menyampaikan
laporan kinerja secara tertulis, periodik, dan melembaga. Pelaporan kinerja ini
dimaksudkan untuk mengomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam
suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran
instansi pemerintah.
Penanggung jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang secara fungsional
bertanggungjawab melakukan dukungan administratif di instansi masing-masing.
Sebagaimana tersebut dalam Inpres Nomor 7 tahun 1999, pimpinan instansi dapat
menentukan tim kerja yang bertugas membantu pananggung jawab LAKIP di
instansinya masing-masing dengan mengacu pada pedoman ini. Apabila dipandang
perlu, tim kerja dan penanggungjawab LAKIP dimaksud dapat berkonsultasi
dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN) serta BPKP.
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

Penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada


umumnya, yaitu laporan harus disusun secara jujur, objektif, akurat dan transparan.
Disamping itu, perlu pula diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Prinsip lingkup pertanggungjawaban.

Hal-hal

yang

dilaporkan

harus

proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggungjawab masing-masing


serta memuat kegagalan dan keberhasilan
2. Prinsip prioritas. Hal-hal yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan
relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang
diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya
3. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya
penyusunannya, dan laporan harus bermanfaat bagi peningkatan pencapaian
kinerja.
Dalam hubungan itu, beberapa ciri laporan yang baik perlu diperhatikan,
seperti relevan, tepat waktu, dapat dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti (jelas
dan cermat) dalam bentuk yang menarik (tegas dan konsisten, tidak kontradiktif
antarbagian), berdaya banding tinggi (reliable), berdaya uji (verifiable), lengkap,
netral, padat, dan mengikuti standar laporan yang ditetapkan.
LAKIP menyajikan uraian tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti
keberhasilan

dan

kegagalan

pencapaian

sasaran

serta

tujuan

instansi

pemerintah.Disamping itu, aspek keuangan yang secara langsung mengaitkan


hubungan antara anggaran Negara yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat
yang diperoleh perlu dimaksukkan dalam LAKIP.

Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi
manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatankegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Dalam pencapaian akuntabilitas kinerja dan penilaian kinerja pemerintahan
daerah maka penyusunan anggaran kinerja sangat diperlukan dalam penyusunan
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

APBD. Penyusunan anggaran berbasis kinerja akan memberikan penetapan ukuran


atau indikator keberhasilan dalam pencapaian sasaran dan tujuan dari suatu organisasi
pemerintahan daerah sesuai visi, misi dan tujuannya yang telah ditetapkan. Mekanisme
penganggaran yang baik melalui siklus perencanaan anggaran dan penyesuaiannya
terhadap struktur APBD merupakan proses yang harus diperhatikan dalam penyusunan
anggaran serta diperlukan kerjasama yang baik antara para legislatif dan birokrasi.
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan pada
pencapaian hasil (outcome/output) dengan tidak menyampingkan prinsip-prinsip
anggaran yakni transparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan
anggaran, efisiensi dan efektifitas anggaran. Penggunaan Analisa Standar Belanja
(ASB) oleh pemerintah daerah akan meminimalkan penyerapan APBD dan mendorong
penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap unit kerja menjadi lebih
logis dan pencapaian efisiensi secara terus-menerus karena adanya perbandingan biaya
per unit output juga diperoleh praktik-praktik terbaik dalam desain aktivitas. Untuk
menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan efisien, tahap
persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor penting dan
menentukan dan keseluruhan siklus anggaran daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah
di Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

Deputi pengawasan bidang penyelenggaraan keuangan daerahDirektorat pengawasan


PenyelenggaraanKeuangan daerah wilayah 3, 2005. Pedoman Penyusunan
APBD Berbasis Kinerja (Revisi). Jakarta
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi
Nordiawan, Deddi. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
UU No. 17, Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
http//indraachmadi.blogspot.com/2013/05/penyusunan-anggaran-berbasis-kinerja.html

Penganggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja

Page

Anda mungkin juga menyukai