Anda di halaman 1dari 12

Strategi Pembelajaran Guru Fisika Berbasis Kurikulum 2013 di

SMA: Relevansinya dalam Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di


SMA Negeri 1 Semarapura Tahun Pelajaran 2015/2016
I K. I. Wibawa1, I M. Wirta2, A. A. I. A. R. Sudiatmika3
Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {indra_wibawa58@yahoo.co.id, madewirta51@gmail.com,
r_sudiatmika@yahoo.co.id} @undiksha.ac.id
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan implementasi


Kurikulum
2013
dalam
strategi
pembelajaran
fisika,
(2)
mendeskripsikan
kemampuan
berpikir
kritis
siswa,
(3)
mendeskripsikan strategi guru ditinjau dalam kemampuan berpikir
kritis dalam pembelajaran fisika. Strategi pembelajaran guru yang
diamati meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang
dilakukan oleh guru fisika di SMA Negeri 1 Semarapura. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang dipaparkan
berupa deskripsi nyata temuan peneliti terhadap strategi
pembelajaran guru fisika di SMA Negeri 1 Semarapura. Data diambil
melalui proses observasi, wawancara, tes diagnostik, serta kajian
dokumen-dokumen berkaitan dengan permasalahan penelitian. Hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Implementasi Kurikulum
2013 dalam strategi pembelajaran guru fisika sudah sesuai pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan menggunakan
pendekatan saintifik. (2) Kemampuan berpikir kritis siswa XI MIA 1
dan XI MIA 3 berkategori sedang. (3) Strategi pembelajaran yang
diterapkan guru telah mampu memunculkan kemampuan berpikir
kritis siswa kecuali dimensi memberikan penjelasan lanjut.
Kata kunci: Kemampuan berpikir kritis, Kurikulum 2013, dan strategi
pembelajaran guru fisika
ABSTRACT

This research aimed at (1) describe the implementation of


Curriculum 2013 in physics learning strategy, (2) describe the
students' critical thinking skill, (3) describe teachers strategy in
critical thinking skill in learning physics. The teachers learning
strategies which are observed, include the planning, implementation,
and assessment which are conducted by a physics teacher at SMA
Negeri 1 Semarapura. This research is a qualitative descriptive study.
The data were presented in the form of a real description of the
research findings on physics teachers learning strategies at SMA
Negeri 1 Semarapura. Data were taken through the process of
observation, interviews, diagnostic tests, and journal documents
relating to the research problems. The results of this study are as
follows. (1) The implementation of Curriculum 2013 in a physics
teacher learning strategy is appropriate in all aspects of planning,
implementation, and evaluation by using a scientific approach. (2)
The students' critical thinking skill in XI MIA 1 and XI MIA 3 are
categorized as moderate. (3) The learning strategies which are

applied by the teachers have been able to develop the critical


thinking skill of students, except the dimension of providing further
explanation.
Keywords: Critical thinking skills, Curiculum 2013, and strategies of learning

PENDAHULUAN
Dalam
rangka
menghadapi
perubahan
aspek
kehidupan
yang
berlangsung sangat
cepat
di era
globalisasi
ini,
masyarakat
harus
mampu berpikir kritis, mampu bertindak
dengan cepat
dan tepat, mampu
menyelesaikan permasalahan dengan
efektif, dan mampu beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi. Menghadapi
perubahan yang cepat tersebut maka
kemampuan berpikir kritis merupakan
aspek yang perlu mendapatkan penekanan
dan pengajaran di dalam dunia pendidikan.
Upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yaitu mengevaluasi dan
meningkatkan kurikulum yang telah
diterapkan.
Salah
satunya
yaitu
menerapkan kurikulum baru yang disebut
dengan Kurikulum 2013.
Kesuksesan
implementasi
Kurikulum 2013 terletak pada peran
profesionalisme
guru
dalam
melaksanakan pembelajaran. Guru adalah
orang yang berhadapan langsung dengan
siswa, sehingga memberikan pengaruh
langsung
terhadap
keberhasilan
pembelajaran siswa. Oleh sebab itu, guru
dituntut memiliki kesiapan, kompetensi,
komitmen, kesungguhan, dan tanggung
jawabnya
terhadap
pelaksanaan
Kurikulum 2013.
Kompetensi
yang
dimaksud tidak hanya pada penguasaan
bahan ajar, tetapi guru juga harus
mampu melakukan pembelajaran yang
menyenangkan,
menarik,
dan
menantang
bagi siswa. Pembelajaran
yang dilakukan oleh guru harus mampu
memberikan peluang bagi siswa untuk
mengoptimalkan keterampilan proses,
sehingga siswa menjadi aktif dan kritis
dalam belajar.
Namun pada kenyataan, guru
kurang
memahami
proses
mengimplementasikan Kurikulum 2013 di
dalam
pembelajaran
sehingga

mempengaruhi pemilihan strategi, model,


dan metode pembelajaran yang kurang
tepat masih sering terjadi di sekolah. Hal
tersebut
menyebabkan
kemampuan
berpikir siswa khususnya kemampuan
berpikir
kritis
menjadi
sulit
untuk
dikembangkan. Kegiatan pembelajaran
saat ini masih menempatkan siswa secara
pasif sebagai penerima penjelasan guru.
Hal ini menyebabkan belum adanya
pemberdayaan kemampuan berpikir siswa
untuk bekerja secara ilmiah. Suastra et al
(dalam Lidyayanti, 2015) mengemukakan
bahwa pembelajaran IPA di sekolah
memiliki
kecenderungan
untuk:
(1)
pengulangan dan hafalan; (2) siswa belajar
dengan takut berbuat salah; (3) kurang
mendorong siswa untuk berpikir kreatif;
dan (4) kurang melatihkan pemecahan
masalah.
Aryasta
(2014)
dalam
penelitiannya
menemukan
nilai
keterampilan berpikir kritis awal siswa di
SMA Negeri 1 Singaraja yang diperoleh
melalui pretest menunjukkan bahwa
kelompok siswa yang berkualifikasi sangat
kurang 47,5%, berkualifikasi kurang 35%,
dan hanya 2,5% memiliki kualifikasi cukup.
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa
sebagian besar kualifikasi keterampilan
berpikir kritis awal siswa masih berada
pada rentangan kurang dan sangat kurang.
Harapan dan kenyataan yang
terjadi yang tidak sesuai menyebabkan
kesenjangan.
Kesenjangan
tersebut
berupa keterampilan berpikir kritis siswa
yang kurang ditangani dengan baik dan
optimal oleh guru di sekolah. Pendekatan
pembelajaran yang diberikan guru belum
melibatkan
siswa
secara
aktif.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
melalui
surat
dengan
Nomor
179342/MPK/KR/2014
memutuskan
Kurikulum 2013 tidak dihentikan secara
total, namun tetap dilaksanakan di
sekolah-sekolah yang telah tiga semester
menerapkannya,
yaitu
sejak
Tahun
Pelajaran
2013/2014.
Pelaksanaan

Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah ini


bertujuan untuk menjadikan sekolah
tersebut sebagai sekolah pengembangan
dan percontohan, yang akan membantu
pemerintah
menyebarkan
teknis
penerapan Kurikulum 2013 ke sekolah lain
di sekitarnya. Dengan demikian, tersirat
bahwa tujuan jangka panjang pemerintah
adalah menerapkan Kurikulum 2013 di
seluruh sekolah di Indonesia, ketika
kurikulum ini telah diperbaiki dan
dimatangkan.
Paparan di atas mengindikasikan
bahwa masih terdapat permasalahan
penerapan Kurikulum 2013 yang dihadapi
guru dalam pembelajaran fisika khususnya
pada kemampuan berpikir kritis siswa.
Diperlukan strategi pembelajaran yang
menciptakan pembelajaran aktif serta
mampu memuncukan kemampuan berpikir
kritis siswa yang melibatkan siswa pada
proses ilmiah pada pelajaran fisika di SMA.
Penerapan
Kurikulum
2013
ini
menggunakan
pendekatan
saintifik
seyogiyanya juga mampu berperan aktif
dalam memunculkan kemampuan berpikir
kritis siswa.
Strategi pembelajaran merupakan
pola-pola umum kegiatan guru anak didik
dalam
perwujudan
kegiatan
belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan (Djamarah dan Zain,
2006). Strategi pembelajaran terdiri dari
empat dimensi, yaitu; (1) orientasi tujuan
pembelajaran; (2) pemilihan pendekatan
belajar mengajar; (3) pemilihan dan
penetapan prosedur, metode, dan teknik
belajar mengajar, dan (4) penetapan batas
minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan.
Berpikir kritis merupakan berpikir
masuk akal dan reflektif yang difokuskan
pada pengambilan keputusan tentang apa
yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal
berarti berpikir didasarkan atas fakta-fakta
untuk menghasilkan keputusan yang
terbaik Ennis (1993). Berpikir kritis yang
dimaksud yaitu suatu proses metakognitif
yang dinamis dan terorganisasi secara
kompleks untuk meningkatkan kualitas
peserta
didik
yang
meliputi
mengidentifikasi masalah, merumuskan
hipotesis, menganalisis masalah, menarik
kesimpulan, dan melakukan evaluasi.

Adapun
rencana
pemecahan
masalah yang diajukan adalah dengan
mengadakan penelitian lebih lanjut untuk
memperoleh data yang mengungkap dan
mendeskripsikan fakta-fakta mengenai
implementasi Kurikulum 2013 dalam
strategi
pembelajaran
guru
fisika,
kemampuan berpikir kritis siswa, dan
strategi pembelajaran guru ditinjau dalam
kemampuan berpikir kritis siswa di SMA
Negeri 1 Semarapura.
Tujuan penelitian adalah (1)
mendeskripsikan implementasi kurikulum
2013 dalam strategi pembelajaran fisika
di SMA Negeri 1 Semarapura, (2)
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
siswa di SMA Negeri 1 Semarapura, dan
(3) mendeskripsikan strategi guru ditinjau
dalam kemampuan berpikir kritis dalam
pembelajaran fisika di SMA Negeri 1
Semarapura.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilaksanakan
selama empat bulan pada semester
genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah satu
orang guru fisika yang mengajar di kelas XI
MIA SMAN 1 Semarapura beserta siswa
di kelas XI MIA 1 dan XI MIA 3 di SMAN 1
Semarapura yang diajar oleh guru
bersangkutan. Subjek penelitian dipilih
secara
purposive
sampling.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah
observasi
partisipatif,
tes
kemampuan berpikir kritis, wawancara
semiterstruktur, dan studi dokumen.
Analisis data dilakukan secara periodik
selama dan setelah pengumpulan data
melalui tiga tahapan, yaitu (1) reduksi data,
(2) paparan data, serta (3) penarikan
simpulan dan verifikasi. Keabsahan data
ditentukan
melalui
uji
kredibilitas,
transferabilitas,
dependabilitas,
dan
konfirmabilitas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Perencanaan
guru
terhadap
strategi
pembelajaran
dipaparkan
berdasarkan transkrip wawancara dengan
guru dan hasil studi dokumen RPP guru.
Pola-pola strategi pembelajaran yang
diterapkan guru dapat dilihat dari hal-hal

yang
dipersiapkan
guru
sebelum
melaksanakan proses pembelajaran. Guru
mengkaji materi dan karakteristik siswa
terlebih dahulu sebelum merancang
strategi pembelajaran yang tertulis dalam
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP). Di dalam menyusun RPP, guru
menggunakan
materi
dari
Diklat
implementasi Kurikulum 2013. Guru
mengungkapkan perubahan yang terjadi
pada
strategi
pembelajaran
yang
diterapkan. Teknis Guru dalam menyusun
RPP adalah sebagai berikut. Guru
memetakan beberapa indikator dan tujuan
pembelajaran. Berikutnya Guru mengkaji
strategi pembelajaran meliputi
model,
metode, dan media yang akan dituangkan
dalam
perencanaan.
Guru
mengembangkan dengan pendekatan
saintifik yaitu 5M (Mengamati, Menanya,
Mengolah,
Mengasosiasi,
dan
Mengkomunikasikan)
pada
kegiatan
pembelajaran fisika yang tersusun dalam
RPP. Hanya saja, uraian materi tidak
tercantum pada RPP. Hal itu karena guru
memandang materi sudah tercantum pada
buku paket yang diberikan kepada siswa.
Setelah menyusun komponen-komponen
tersebut, Guru selanjutnya menyasar ke
perencanaan sistem penilaian yaitu pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan Guru dilihat melalui kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan
dengan menyampaikan salam pembuka,
melakukan absensi, mengecek kondisi dan
keadaan siswa, menyampaikan tujuan
pembelajaran,
memusatkan perhatian
siswa melalui apersepsi dan motivasi yang
disampaikan dengan mengkait ke dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan
sesuai konteks materi. Terkadang guru
juga menggunakan kesimpulan pada
materi terdahulu sebagai apersepsi. Hal itu
dilakukan sebagai upaya untuk memeriksa
kesiapan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Guru tidak mengadakan
doa untuk mengawali pembelajaran di
kelas. Guru mengungkapkan bahwa
kegiatan berdoa tersebut
dilakukan
sebelum jam pelajaran dimulai. Guru juga
tidak menyampaikan teknik penilaian. Hal
tersebut dilakukan hampir di seluruh kelas

XI MIA
yang diajar oleh guru fisika,
termasuk XI MIA 1 dan XI MIA 3.
Kegiatan inti yang dilakukan Guru
dalam
proses
pembelajaran
yaitu
menggunakan variasi jenis tugas-tugas
untuk mengasah kemampuan berpikir
siswa khususnya kemampuan berpikir
kritis. Pada kegiatan inti, guru menerapkan
pendekatan saintifik yaitu 5M (mengamati,
menanya,
mengumpulkan
data,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).
Untuk merealisasikan pendekatan saintifik
tersebut, guru menggunakan metode
pembelajaran diskusi dengan kelompokkelompok
kecil
untuk
memberikan
pembelajaran secara efektif kepada siswa
sehingga siswa mampu memunculkan
kemampuan berpikir kritis. Selain itu, guru
menggunakan model discovery dan inquiry
learning.
Pada
observasi
I,
guru
mengintruksikan siswa mencari segala
permasalahan
serta
menyelesaikan
permasalahan tersebut terkait dengan
materi persamaan kontinuitas. Pada
observasi II, guru menginstruksikan siswa
menyelesaikan suatu permasalahan yang
diberikan terkait dengan prinsip Bernoulli.
Permasalahan tersebut dibuat dalam
bentuk soal essay sebanyak 5 soal. Pada
observasi III, guru mengadakan praktikum
terkait penerapan prinsip Bernoulli. Terkait
dengan sumber belajar, guru memberikan
kebebasan kepada siswanya untuk
menggunakan segala sumber belajar yang
dimiliki, termasuk penggunaan fasilitas
internet yang telah disediakan oleh pihak
sekolah.
Pada kegiatan inti guru
mengakhirinya
dengan
kegiatan
menyimpulkan materi yang telah dibahas.
Kegiatan penutup yang dilakukan
guru di akhir pembelajaran terkesan
terburu-buru. Guru tidak memberikan kuis.
Guru cenderung memberikan tugas rumah.
Secara umum, penilaian yang dilakukan
guru berdasarkan Kurikulum 2013. Guru
melakukan penilaian pembelajaran pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kemampuan berpikir kritis siswa
diperoleh dari hasil tes kemampuan
berpikir
kritis
dan
wawancara.
Kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran
fisika
diidentifikasi
berdasarkan lima dimensi menurut Ennis
(1993) yaitu; (1) memberikan penjelasan
dasar; (2) membangun keterampilan dasar;

(3) inferensi; (4) memberikan penjelasan


lanjut; dan (5) strategi dan taktik. Dari
kelima
dimensi
terdapat
beberapa
indikator. Pada tes kemampuan berpikir
kritis mengingat dari segi efisiensi waktu
dan penyesuaian situasi, maka dalam
penelitian ini tes untuk mengkategorikan
tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
hanya mencakup lima indikator yang dites,

yaitu (1) identifikasi masalah, (2)


merumuskan masalah, (3) menganalisis
masalah, (4) menarik simpulan, dan (5)
melakukan evaluasi.
Skor kemampuan berpikir kritis
siswa pada kelas XI MIA 1 disajikan pada
tabel 4.6 dan skor kemampuan berpikir
kritis siswa pada kelas XI MIA 3 disajikan
pada tabel 4.7

Tabel 4.6 Jumlah Skor, Mean, dan SD Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa untuk
Kelas XI MIA 1
Indikator KBK
Jumlah Skor
Mean
Standar Deviasi
(SD)
Identifikasi Masalah
488
244
79,2
Merumuskan Hipotesis
460
230
33,9
Menganalisis Masalah
397
198,5
14,8
Menarik Simpulan
471
235,5
7,7
Melakukan Evaluasi
543
271,5
20,5
Tabel 4.7 Jumlah Skor, Mean, dan SD Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa untuk
Kelas XI MIA 3
Indikator KBK
Jumlah Skor
Mean
Standar Deviasi
(SD)
Identifikasi Masalah
275
137,5
109,6
Merumuskan Hipotesis
462
231
74,9
Menganalisis Masalah
268
134
2,8
Menarik Simpulan
223
111,5
62,9
Melakukan Evaluasi
281
140,5
125,1
Kualifikasi
masing-masing
indikator
kemampuan berpikir kritis untuk kedua
kelas yang dites serta kelas penelitian (XI
MIA 1 dan XI MIA 3) berdasarkan penilaian
faktual (PAN) dengan menggunakan mean
ideal
dan
standar
deviasi
ideal,
menunjukkan kualifikasi atau kategori yang

bervariasi. Penentuan kualifikasi atau


kategori tersebut berdasarkan pada
pencocokkan
mean
masing-masing
indikator dengan rentangan kualifikasi
tersebut. Adapun kualifikasi atau kategori
masing-masing
indikator
kemampuan
berpikir kritis siswa sebagai berikut.

Tabel 4. 5 Kualifikasi Masing-masing Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


Indikator KBK
Kualifikasi
Kualifikasi
pada XI MIA 1
pada XI MIA 3
Identifikasi Masalah
Sedang
Sedang
Merumuskan Hipotesis
Sedang
Tinggi
Menganalisis Masalah
Sedang
Sedang
Menarik Simpulan
Sedang
Rendah
Melakukan Evaluasi
Sedang
Sedang
Dari pemberian tes tersebut,
terpilih 3 siswa dari kelas XI MIA 1 dan 3
siswa XI MIA 3 sebagai informan.
Rentangan tersebut didapat dengan

menggunakan Mean Ideal


Standar Deviasi Ideal (SDI).

(MI)

dan

Pada kelas XI MIA 1 didapat siswa


A sebagai siswa responden KBK tinggi
(nilai tes KBK 83), siswa B sebagai siswa

responden KBK sedang (nilai tes KBK 61),


dan siswa C sebagai siswa responden
KBK rendah (nilai tes KBK 32). Pada
kelas XI MIA 3 didapat siswa A sebagai
siswa responden KBK tinggi (nilai tes KBK
72), siswa B sebagai siswa responden
KBK sedang (nilai tes KBK 47), dan siswa
C sebagai siswa responden KBK rendah
(nilai tes KBK 31).
Hasil deskripsi nilai rata-rata
kemampuan
berpikir kritis siswa perdimensi menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa kelas XI MIA 1 dan XI
MIA 3 SMA Negeri 1 Semarapura Tahun
pelajaran 2015/2016 didominasi dengan
kualifikasi sedang.
Kemampuan berpikir kritis beserta
indikator berpikir kritis pada siswa untuk
kategori tinggi, sedang, dan rendah yang
telah dipaparkan dalam transkrip, terdapat
persamaan dan perbedaan pada hal-hal
yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir kritis siswa tersebut. Berdasarkan
pemaparan tersebut, terlihat upaya guru
dalam memunculkan kemampuan berpikir
kritis siswa di masing-masing kelas.
Pemunculan
strategi
Guru
dalam
kemampuan berpikir kritis diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara. Hal
tersebut disesuaikan dengan dimensi dan
indikator kemampuan berpikir kritis
menurut
Ennis
(1993)
yaitu;
(1)
memberikan
penjelasan
dasar;
(2)
membangun keterampilan dasar; (3)
inferensi; (4) memberikan penjelasan
lanjut; dan (5) strategi dan taktik.
Pengembangan
terkait
kemampuan
berpikir kritis yang oleh guru untuk kedua
kelas tersebut sama.
Pada Kelas XI MIA 1 dan MIA 3,
guru melakukan beberapa upaya untuk
memunculkan kemampuan berpikir kritis.
Dimensi memberikan penjelasan dasar,
guru melakukan beberapa upaya, yaitu (1)
membimbing siswa dalam kemampuan
mengidentifikasi
masalah,
(2)
membimbing siswa dalam menganalisis
masalah yang telah diberikan, dan (3)
membimbing siswa dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan yang bersifat
klarifikasi.
Dimensi
membangun
keterampilan dasar, guru melakukan
upaya, yaitu membimbing siswa dalam
mempertimbangkan kesesuaian sumber.

Dimensi inferensi, guru melakukan


beberapa upaya, yaitu membimbing siswa
dalam mengemukakan kesimpulan dan
hipotesis dan membimbing siswa dalam
membuat
dan
menentukan
hasil
pertimbangan berdasarkan fakta. Pada
dimensi memberikan penjelasan lanjut,
upaya guru belum terlihat. Terakhir,
dimensi strategi dan taktik, upaya guru
yaitu mengevaluasi proses pembelajaran
untuk kemajuan kemampuan peserta
didik. Pengevaluasian yang dilakukan
yaitu pemberian tugas rumah.
Pembahasan
.
Pada tahap perencanaan guru
menyusun RPP. RPP yang disusun sudah
sesuai dengan kurikulum yang berlaku di
sekolah tersebut yaitu Kurikulum 2013.
Pemetaan kompetensi inti dan kompetensi
dasar menjadi pembeda dari RPP
Kurikulum 2013 dengan RPP dari
kurikulum
sebelumnya.
Selain
itu,
pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan
saintifik
dengan
5M
(mengamati, menanya, mengumpulkan,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).
Pendekatan
saintifik
sangat
cocok
diterapkan dengan strategi pembelajaran
kooperatif Guru melakukan semua aspek
pada startegi pembelajaran kooperatif
dengan variasi model pembelajaran yaitu
discovery dan inquiry learning. Strategi
pembelajaran
kooperatif
merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan
pada kegiatan belajar siswa dalam
kelompok
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. Pada strategi pembelajaran
tersebut, guru memegang peranan
sebagai fasilitator, motivator, dan sumber
belajar.
Terdapat empat unsur penting
dalam strategi pembelajaran kooperatif
yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok;
(2) adanya aturan kelompok; (3) adanya
upaya belajar setiap kelompok; dan (4)
adanya tujuan yang harus dicapai.
Keempat unsur tersebut telah ada pada
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru. Adapun aspek dari strategi
pembelajaran kooperatif yang dilakukan
guru meliputi 1) mengecek kondisi dan
keadaan
siswa
Guru
memusatkan

perhatian siswa melalui apersepsi dan


motivasi
yang
disampaikan
dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan
sesuai
konteks
materi,
2)
Guru
menginstruksikan siswa untuk membentuk
kelompok kecil sebelum masuk dalam
kegiatan inti pembelajaran. 3) Guru
memulai kegiatan inti pembelajaran
dengan dengan variasi tugas yang
diberikan. Sebelum memulainya, guru
membacakan petunjuk dan aturan dari
tugas yang diberikan untuk diselesaikan
hingga akhir pembelajaran. Namun, guru
menjelaskan petunjuk tersebut dengan
lambat, sehingga siswa terkadang kurang
jelas dalam mencermati terkait aturan
yang diberikan. 4) Guru membimbing
siswa yang mengalami kendala selama
pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
inti tersebut, guru memiliki kesempatan
untuk memunculkan kemampuan berpikir
kritis siswanya. 5) Guru memberikan
kesempatan siswanya untuk berargumen.
Namun, guru sangat kurang membimbing
terkait hal tersebut. Guru hanya condong
memberikan ksesempatan saja, namun
argumen yang disampaikan siswa tidak
ditanggapnya dengan baik. Hal tersebut
karena guru merasa kekurangan waktu
dalam melaksanakan pembelajaran. (6)
Guru cenderung memberikan tugas rumah
sebagai bahan evaluasi. Namun, tugas
rumah yang diberikan sangat jarang
diminta oleh guru. Guru condong
menggunakan bagian soal yang masih
kurang dimengerti oleh siswa sebagai
apersepsi
maupun
dibahas
pada
pertemuan
selanjutnya.
Guru
mengungkapkan bahwa dengan alokasi
waktu yang tidak cukup memungkinkan
guru untuk memberikan soal latihan
maupun kuis sebagai bahan evaluasi yang
sesuai.
Pada
tahap
evaluasi,
guru
melakukan penilaian meliputi penilaian
kongnitif,
afektif,
dan
psikomotor.
Penilaian kongnitif diambil melalui tugas,
ulangan
harian,
ulangan
tengah
semester, dan ulangan akhir semester.
Penilaian afektif diperoleh melalui tingkah
laku siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Penilaian psikomotor dilakukan pada saat
siswa melakukan diskusi kelompok.
Penilaian yang dilakukan selalu mengacu
pada rubrik penilaian yang sudah

disiapkan pada Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP).
Berdasarkan
hasil
temuan
penelitian
yang
telah
dipaparkan
sebelumnya, kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran fisika dari hasil
tes, observasi, dan wawancara, belum
menunjukkan pemerataan dari kelima
indikator yang dites kemampuan berpikir
kritis pada penelitian ini, baik di kelas XI
MIA 1 dan XI MIA 3. Temuan penelitian
yang berkaitan dengan hasil tes dari
kedua kelas menunjukkan bahwa nilai
kemampuan berpikir kritis siswa untuk
lima indikator dominasi kualifikasi sedang.
Menganalisis masalah merupakan
indikator (komponen) kemampuan berpikir
kritis terendah di kelas XI MIA 1.
Kemampuan menganalisis masalah yang
diperoleh dari hasil tes dan juga
penelusuran
pada
responden,
menunjukkan
bahwa
siswa
masih
kesulitan dalam melakukan menganalisis
masalah. Melihat masih rendahnya
kemampuan siswa dalam menganalisis
masalah,
menunjukkan
bahwa
kemampuan masih kurang baik dibanding
keempat komponen yang lainnya. Padahal
dari pelaksanaan pembelajaran yang
diamati dan aktivitas siswa dalam
menyelesaikan suatu permasalahan fisika,
menganalisis masalah cukup sering dilatih
oleh guru dan dilakukan oleh siswa.
Namun, indikator melakukan evaluasi
justru memiliki skor terbesar dari kelima
indikator yang dites. Hal tersebut menjadi
anomali. Padahal dari pelaksanaan
pembelajaran yang diamati dan aktivitas
siswa
dalam
menyelesaikan
suatu
permasalahan fisika, melakukan evaluasi
belum terlihat dilatih oleh guru dan
dilakukan oleh siswa.
Menarik
simpulan
merupakan
indikator (komponen) kemampuan berpikir
kritis terendah di kelas XI MIA 3.
Kemampuan menarik simpulan yang
diperoleh dari hasil tes dan juga
penelusuran
pada
responden,
menunjukkan
bahwa
siswa
masih
kesulitan dalam melakukan menarik
simpulan. Melihat masih rendahnya
kemampuan
siswa
dalam
menarik
simpulan,
menunjukkan
bahwa
kemampuan masih kurang baik dibanding

keempat komponen yang lainnya. Hal


tersebut diperkuat dengan pelaksanaan
pembelajaran dan aktivitas siswa dalam
menyelesaikan suatu permasalahan fisika.
Guru sering melatih siswa dalam menarik
simpulan. Namun, guru melakukannya
dengan bertanya kepada seluruh siswa
sehingga guru belum jelas mengetahui
siswa yang mampu membuat simpulan
dengan
baik.
Namun,
indikator
merumuskan hipotesis justru memiliki skor
terbesar dari kelima indikator yang dites.
Hal
tersebut
diperkuat
dengan
pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas
siswa
dalam
menyelesaikan
suatu
permasalahan fisika. Pada pelaksanaan
guru menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif dan metode diskusi sehingga
siswa mendapatkan wadah yang sesuai
dalam berpendapat serta berhipotesis.
Berdasarkan uraian sebelumnya
dan hasil penelitian yang diperoleh,
strategi pembelajaran yang diterapkan
guru
fisika
menunjukkan
mampu
mengembangkan kemampuan berpikir
kritis. Penggunaan strategi pembelajaran
kooperatif memberikan pembelajaran aktif
kepada siswa. Selama berlangsung
observasi
pada
pelaksanaan
pembelajaran,
guru
membimbing
siswanya
dalam
mengembangkan
kemampuan
berpikir
kritis.
Guru
menyisipkan dimensi dari kemampuan
berpikir kritis dalam pembelajarannya.
Beberapa upaya yang dilakukan
guru untuk mengembangkan kemampuan
siswanya khususnya kemampuan berpikir
kritis. Kontribusi guru dalam hal ini
menunjang pengembangan kemampuan
berpikir kritis siswa cukup bervariasi dan
berpengaruh. Guru merupakan salah satu
sumber informasi atau penuntun siswa
dalam menemukan informasi yang
relevan. Beberapa upaya tersebut yaitu 1)
guru menggunakan berbagai model
pembelajaran
dalam
melaksanakan
pembelajaran fisika. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, diketahui guru
menerapkan model pembelajaran seperti
Discovery
Learning,
PBL,
Inquiry
Learning, dan sebagainya. 2) guru
menggunakan media pembelajaran untuk
menunjang proses pembelajaran atau
menyampaikan
materi.
Guru
memperbolehkan
siswanya
untuk

membawa sumber belajar yang relevan


sebanyak-banyaknya, baik buku maupun
sumber belajar di internet. Sumber belajar
dapat dicari di internet. Kemajuan
teknologi menyebabkan siswa dapat
mengakses materi pembelajaran di
internet.
Oleh
sebab
itu,
guru
memperbolehkan
siswa
mengakses
internet melalui smartphone yang ada.
Guru tidak pernah menggunakan Power
Point dalam menunjang pembelajarannya.
Hal tersebut karena penggunaan Power
Point hanya membuat pembelajaran
menjadi konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan penelitian yang diperoleh
adalah sebagai berikut. (1) Implementasi
Kurikulum
2013
dalam
strategi
pembelajaran fisika di SMA Negeri 1
Semarapura terbagi pada 3 tahapan, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran. Pada tahap
perencanaan diawali dengan memetakan
indikator
pembelajaran.
Selain
itu,
komponen RPP yang dibuat oleh guru
secara umum meliputi identitas mata
pelajaran, kompetensi inti, kompetensi
dasar, indikator pembelajaran, tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
metode dan model pembelajaran, media,
alat, dan sumber pembelajaran, sintaks
atau
langkah-langkah
pembelajaran,
sumber
belajar,
serta
penilaian
pembelajaran berupa lembar kerja siswa
(LKS) dan kuis. Pada tahap pelaksanaan,
guru menerapkan pembelajaran yang
bersifat student centerred dengan metode
diskusi.
Untuk
merealisasikan
pembelajaran
tersebut,
guru
menggunakan model-model pembelajaran
yang mampu mengaktifkan siswanya
seperti PBL, Discovery Learning, dan
Inkuiri. Pada tahap penilaian atau evaluasi
pembelajaran, guru fisika memberikan
penilaian kepada siswanya, baik dari segi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal
tersebut sesuai dengan implementasi
Kurikulum 2013. (2) Kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran fisika di
SMA Negeri 1 Semarapura menunjukkan
bahwa siswa pada kelas XI MIA 1 dan
kelas XI MIA 3 berkategori sedang.

Berdasarkan
indikator
kemampuan
berpikir kritis, kelas XI MIA 1 dan XI MIA 3
memiliki perbedaan hasil tes kemampuan
di setiap indikatornya. (3) Strategi
pembelajaran
guru
dalam
mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa SMA Negeri 1 Semarapura
melalui implementasi Kurikulum 2013
dalam pembelajaran fisika ditunjukkan
melalui penggunaan strategi pembelajaran
kooperatif memberikan pembelajaran aktif
kepada
siswa.
Penerapan
strategi
pembelajaran ini ditujukkan kepada siswa
untuk mampu mencapai kelima dimensi
kemampuan berpikir kritis. Namun, pada
pembelajaran yang dilaksanakan belum
memunculkan kemampuan memberikan
penjelasan lanjut.
Saran
Adapun beberapa saran yang dapat
disampaikan sebagai tindak lanjut hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Guru
hendaknya
berupaya
untuk
memunculkan serta mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini
dikarenakan kemampuan berpikir kritis
memegang peranan penting dalam
pencapaian prestasi siswa. (2) Guru harus
menggunakan strategi pembelajaran yang
menunjang
keaktifan
siswanya.
Pemilihan model pembelajaran yang
inovatif dan menarik dalam kegiatan
pembelajaran yang dapat membangun
motivasi
dan minat siswa dalam
mengikuti pelajaran fisika sehingga dapat
mendorong siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. (3) Bagi
sekolah
hendaknya
memperhatikan
kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam
melaksanakan
tindak
guru
dalam
pembelajaran dan upaya yang dilakukan
untuk
memunculkan
serta
mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Abdullah, & Apriana, E. 2014.
Penerapan
problem
based
learning
dan
inkuiri
untuk
meningkatkan
kemampuan
berpikir kritis dan sikap kepedulian
lingkungan mahasiswa fakultas
kesehatan masyarakat universitas

muhammadiyah
aceh.
Jurnal
2(2):
237-243.
EduBio Tropika.
Tersedia
pada
http://jet.jurnal.web.id. Diakses 18
Oktober 2015.
Aqib, Z. 2013. Model-model, media,
strategi pembelajaran kontekstual
(inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Arnyana, I. B. P. 2004. Pengembangan
perangkat model pembelajaran
berdasarkan masalah di pandu
strategi kooperatif serta pengaruh
implementasinya
terhadap
kemamampuan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa SMA pada
pelajaran ekosistem. Disertasi
[Tidak diterbitkan]. Universitas
Negeri Malang.
Aryasta, I N. 2014. Pengaruh model
problem based learning terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa
kelas X IPA SMA Negeri 1
Singaraja
tahun
ajaran
2013/2014.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Fisika. Fakultas Matematika dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam.
Unversitas Pendidikan Ganesha.
Benjamin, R., Elliot, S., Klein, S.,
Patterson, J., Steedle, J., &
Zahne, D., E 2013. The Case for
Critical-Thinking
Skills
and
Performance
Assessment.
Makalah.
Terdapat
pada
www.cae.org Diakses pada: 28
september 2015.
Costa, A. L. 2001. Developing minds: A
resource book for teaching
thinking, 3rd Edition. Artikel
Online.
Terdapat
pada
http://www.ascd.org/. Diakses 1
Desember 2015
Djamarah, B. S. & Zain, A. 2006. Strategi
belajar mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Ennis, R. H. 1993. Critical thinking
assessment. Theory into practice,
32(3). Artikel Online. Terdapat
pada
http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFile
s/file/Ennis%20Critical
%20Thinking
%20Assessment.pdf. Diakses 3
Juni 2015

Kanik, F. 2010. An assesment of teacher


conception of critical thinking and
pratice
for
critical
thiking
development at seventh grade
level. Thesis. Terdapat pada
http://etd.lib.metu.edu.tr/. Diakses
pada 1 Desember 2015.
Kemendikbud.
2013.
Permendikbud
No.81a tentang implementasi
kurikulum. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud.
2013a.
Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI Nomor 81A
Tahun
2013
tentang
Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013d. Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar
Proses.
Kemendikbud. 2013e. Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian.
Kemendikbud. 2014. Permendikbud No.59
tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah
Atas/
Madrasah
Aliyah.
Jakarta:
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2014. Lampiran Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan RI Nomor 59 tahun
2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah
Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemendikbud.
2014c.
Lampiran
Permendikbud Nomor 103 Tahun
2014
tentang
Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
Kemendikbud.
2014d.
Supervisi
Akademik
Implementasi
Kurikulum 2013: Bahan Ajar
Implementasi Kurikulum 2013
untuk Kepala Sekolah.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Lidyayanti, P. N. S. 2015. Pengaruh model

pembelajaran
inkuiri
bebas
terhadap hasil belajar kimia
ditinjau dari keterampilan berpikir
kritis. Tesis (tidak diterbitkan).
Program Studi Pendidikan IPA,
Program
Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Ganesha.
Martincova, J. & Lukesova, M. 2015.
Critical thinking as a tool for
managing intercultural conflicts.
Procedia - Social and Behavioral
Sciences 171(-): 1255 1264.
Tersedia
pada
www.sciencedirect.com. Diakses
pada 29 Juni 2015.
Marzano, R. J., Brandt, R. S., Hughes, C.
S., Jones, B. F., Presseisen, B. Z.,
Rankin, S. C., & Suhor, C. 1988.
Dimensions of Thinking: A
Framework for Curriculum and
Instruction. Virginia: Association
for Supervision and Curriculum
Development.
Masek, A. & Yamin, S. 2011. The effect of
problem based learningon critical
thinking ability: A theoretical and
empirical review. International
Review of Social Science and
Humanities.
Terdapat
pada
htpp://irssh.com/. Diakses pada
29 Juni 2015.
Rajeswari K. 2015. Effectiveness of
computer assisted problem
based learning in chemistry for
enhancing
thinking
skills
among
secondary
school
students. David Publishing. 9:
233-237.
Tersedia
pada
http://www.davidpublisher.org/.
Diakses 25 Oktober 2015.
Paul, R. & Elder, L. 2007. The miniature
guide to critical thinking
concepts and tools: The
foundation for critical thinking.
Berkeley:
Foundation
for
Critical Thinking Press. Artikel
Online.
Terdapat
pada
http://www.d.umn.edu. Diakses
1 Desember 2015.
Sanjaya, W. 2012. Strategi pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Schaferman, S. D. 1991. An introduction
to critical thinking. Artikel
Online.
Terdapat
pada

http://faculty
center.ischool.syr.edu. Diakses
pada 1 Desember 2015.
Siegel, H. 2010. Critical Thinking. Terdapat
pada
http://www.uio.
nostudieremneruvuvUV9407crit
ical-thinking.pdf. Diakses 1
Desember 2015.
Snyder, J. J. & Wiles, J. R. 2015. Peer led
team learning in introductory
biology: Effect on peer leader
critical thinking skills. PLOS
ONE. 10(1): 1-18. Tersedia
pada http://journals.plos.org/.
Diakses pada 5 Maret 2015
Stefani L.
2008.
Enganging
our
students in the learning
process:
Points
for
consideration
student
engagement: What does it
mean? International Journal
for
the
Scholarship
of
Teaching and Learning. 2(1):
1-6.
Tersedia
pada
http//:www.academics.
georgiasouthern.edu/ijsotl/v2n
1
/invited_essays/Stefani/Invited
_Essays_Stefani.pdf. Diakses
pada 26 September 2015.
Suckow, D. W., Brahler, C. J., Fillmore, B.
D., Fisher, M. I., & Anloague, P.
A. 2015. The association
between critical thinking and
scholastic aptitude on first-time
pass rate of the national
physical theraphy examination.
Physical Therapy Publications.
8(3).
Tersedia
pada
http://ecommons.
udayton.edu.
Diakses
25
November 2015.
Sugiyono.

2011. Metode penelitian


kuantitatif, kualitatif dan R
& D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.

2014. Metode penelitian


pendidikan
pendekatan
kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Supriyadi.

2005.
Kajian
penilaian
pencapaian
belajar
fisika.

Malang:
Malang.

Universitas

Negeri

Susilowati.

2013. Membelajarkan IPA


dengan integrative science:
Tinjauan kemampuan berpikir
kritis (critical thinking skills)
dalam implementasinya pada
Kurikulum 2013. Prosiding.
Program Studi Pendidikan IPA
Fakultas
MIPA Universitas
Negeri Yogyakarta.

Syahbana,

A.
2012.
Peningkatan
kemampuan
berpikir
kritis
matematika siswa SMP melalui
pendekatan
contextual
teaching
and
learning.
Edumatica,
2(1).
45-47.
Terdapat pada http://onlinejournal.unja.ac.id/. Diakses 1
Desember 2015

Walker,

Paul & Finney, Nicholas.


(1999). Skill Development and
Critical Thinking in Higher
Education. Higher Education
Research & Development Unit,
University College, London
WC1E 6BT, UK

Wardani, E. R. S., Budiono, J. D., &


Indana, . 2014. Analisis
kesesuaian
kegiatan
pembelajaran
pendekatan
saintifik
dengan
tujuan
pembelajaran
di
SMAN
Mojokerto. BioEdu Berkala
Ilmiah Pendidikan Biologi.
3(3): 601-605. Tersedia pada
http://www.scribd.com/docum
ent_downloads
/direct/
Diakses pada 26 September
2014.

Yaumi, M. 2012. Pembelajaran berbasis


multiple
intellisgences.
Jakarta: Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai