Anda di halaman 1dari 24

Proposal

Budidaya Jamur Tiram


Balai Keterampilan

YAYASAN HIDUP SEJAHTERA MANDIRI


Jln. Raya Pondok Petir No. 36A, RT.004 RW.03
Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari
Kota Depok

YAYA S A N H I D U P S E J A H T E R A M A N D I R I

LATAR BELAKANG.
Program pemberdayaan ekonomi rakyat haruslah menjadi sebuah gerakan yang mampu
menumbuhkan dinakmika ekonomi rakyat yang berbasis di pedesaan atau masyarakat lapisan
bawah diderah pinggiran perkotaan. Program tersebut harus terencana dengan baik, serta jelas
sasaran dan targetnya, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dinamika
ekonomi pedesaan, terutama ekonomi lapisan masyarakat bawah. Pada pasca era pemerintahan
reformasi pembangunan, ekonomi Indonesia masih harus diarahkan pada upaya-upaya perbaikan
ekonomi dengan beberapa sasaran utama pada sector ril yang harus dicapai adalah :
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.

Meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama golongan ekonomi lemah.


Meningkatkan penerimaan devisa melaui peningkatan ekspor non migas.
Menciptakan struktur industry yang kuat yang berlandaskan pada usaha kecil dan menengah
yang kuat, yang mampu memanfaatkan keunggulan komparatif dalam menghadapi
persaingan global.
Menciptakan sektor agribisnis dan agroindustri menuju era industrialisasi.
Mencapai daya saing tinggi bagi produk domestic mealaui peningkatan produktivitas
efesien, efektif, dan teknologi.
Mencapai standar mutu yang dapat diterima pasar global.
Menciptakan pembangunan ekonomi rakyat yang berkelanjutan dan memenuhi kriteria
ramah lingkungan.

Salah satu komoditas yang dindetifikasikan memiliki potensi bisnis yang besar untuk dapat
mencapai sasaran-sasaran tersebut diatas adalah agroindustri budidaya jamur.
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan sangat potensial untuk pengembangan budidaya
jamur karena merupakan daerah tropika yang memiliki mikroklimat yang sesuai untuk budidaya
berbagai jenis jamur. Memiliki bahan baku melimpah yang berasal dari limbah pertanian,
perkebunan, peternakan dan kehutanan. Budidaya jamur konsumsi mulai berkembang di
Indonesia dari jamur kompos seperti jamur merang dan jamur champing non dan beberapa jamur
kayu seperti jamur Tiram, jarnur Shiitake, jamur Kuping, jamur Lingzhi dan beberapa jamur lainnya
mulai dari skala Industri rumah tangga (tradisional), semi tradisional, Industri menengah dan
Industri modern.
INDUSTRI JAMUR INDONESIA.
Keberadaan jamur sebagai salah satu jenis bahan pangan telah cukup lama dikenal oleh
masyarakat di Indonesia sebagai salah satu bahan pangan yang memiliki manfaat baik untuk
kesehatan. Tabel 1. menunjukkan perbandingan antara beberapa jenis jamur dengan bahan
makanan lain. Terlihat bahwa jamur memiliki kandungan protein nabati yang tinggi, karbohidrat
yang sebanding, serta kandungan lemak yang lebih rendah dari daging sapi namun sebanding
dengan sayur-sayuran lain. Dengan demikian, jamur merupakan pilihan tepat untuk dikonsumsi
sebagai alternatif menu makanan sehat. Selain keunggulann diatas, jamur juga dapat
dikategorikan sebagai salah satu komoditas pertanian organik, karena dalam proses penanaman
jamur tidak menggunakan pupuk buatan atau bahan kimia lainnya. Keunggulan tersebut
menjadikan jamur menjadi salah satu pilihan makanan yang semakin populer di masyarakat.

Saat ini ada lima jenis jamur yang sudah mulai dibudidayakan di Indonesia. Kelima jenis ini sudah
mulai dibudidayakan hingga skala kategori industri, yang berarti memiliki kapasitas produksi
cukup besar. Kelima spesies itu adalah :
Jamur putih atau jamur kancing (Agricus bisporus),
Jamur kuping (Auricularia auricula),
Jamur shiitake (Lentinula edodes),
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus),
Jamur merang (Volvarriella volvaceae).
Perkembangan agribisinis jamur di Indonesia begitu pesat dengan tumbuhnya beberapa sentra
jamur khususnya di P jawa. Saat ini sedikitnya ada 7 sentra jamur yang masing-masing
membudidayakan jenis jamur yang berbeda namun ada juga yang membudidayakan beberapa
jenis jamur yang berbeda pada suatu daerah.
Daerah kabupaten Bandung merupakan sentra produksi jamur Tiram, daerah ciputri Kabupaten
cianjur merupakan sentra produksi Shiitake, daerah karawang subang dan Cirebon merupakan
sentra produksi jamur Merang, daerah dataran tinggi Dieng Jawa tengan merupakan sentra
produksi jamur kancing ( Champignon), Daerah wonosobo dan cangkringan Jogyakarta
merupakan sentra produksi jamnu Kuping. Daerah Pauruan Jawa Timur merupakan sentra
produksi jamur Merang serta daerah Mojokerto Jawa Timur saat ini sedang dikembangkan
menjadi sentra produksi jamur Kuping.
Namun sangat disayangkan perkembangan tersebut diatas tidak dibarengi dengan tingkat
pertumbuhan produktivitas yang baik. Jamur Indonesia saat ini terus mengalami penurunan
produksi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain produsen benih jumlahnya masih
terbatas, tidak adanya standarisasi dan Jaminan kualitas bibit , teknologi produksi produksi yang
belum dapat ditingkatkan, tempat pembiakan jamur yang kurang higeinis serta penangan an
paskapanen yang masih sederhana.
MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan dari Proposal ini adalah :
1. Mengkaji potensi pengembangan produk agribisinis Jamur tiram .
2. Mengkaji skala ekonomis
3. Menganalisa kelayakan finasial dan ekonomi
4. Menghitung dan menganalisa bisaya sumberdaya domestik dan Tingkat Proteksi Efektif
Industri Jamur
5. Mengkaji factor-faktor internal dan eksternal yang mengpengaruhi industry jamur serta
implikasinya terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamanya
6. Merumuskan strategi pengembangan industry budidaya Jamur , serta pola pengembangan
nya yang tepat dalam upaya membangun industry budidaya Jamur Tiram yang tangguh,
berbasis pada industry kecil dan berorientasi ekspor.

METODOLOGI PENELITIAN
Kajian ini mengunakan metode survey yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bogor. Pemilihan
Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa wilayah Bogor merupakan salah satu sentra produksi jamur tiram besar yang berada di
pulau Jawa, dan memiliki beberapa produsen dengan kapasitas produksi dan jalur pemasaran
yang dapat dijadikan objek penelitian. Data sekunder dukumpulkan melaui kajian pustaka dari
Ditjen perkebunan, MAJI ( Masyarakat Agrobisnis Jamur Indonesia) dan instansi terkait. Sedangkan
data Primer dikumpulkan memalui wawancara dan diskusi dengan pakar, petani produsen, serta
pengamatan langsung ( purposive sampling) berdasarkan kepakaran, pengalaman prkatis dan
dan pengalaman kajian.
Analisa yang dilakukan adalah analisis skala ekonomis, pemetaan daerah potensial, analisis
kelayakan finasial Budidaya Sistim Klaster (BSK). Dengan kriteria kelayakan memiliki Net Present
Positive (NPV), Internal Rate of Return (IRR) diatas suku bungankomersial ( ??%), dan Benefit-cost
Rasio ( B/C) minimal sama dengan satu, dan lamanya Masa Pengembalian Investasi (MPI), Dengan
pendekataan Analisis Sensitivitas. jika terjadi penurunan penjualan 1% atau kenaikan biaya 1%
maka usaha ini tidak layak dilanjutkan.
HASIL PEMBAHASAN
Analisis Skala Ekonomis BSK
Hasil analisis skala ekonomis menunjukan bahwa usaha yang paling optimal ditingkat UBK adalah
kapsitas 10.000 baglog. Dengan menggunakan teknologi drum atau autoclave untuk sterilisasi.
Budidaya jamur tiram putih dengan skala menengah hingga besar akan memiliki dampak yang
terhadap penambahan pendapatan masyarakat di lokasi sekitarnya sebagaiman terlihat pada
daerah penelitian. Untuk rasio R/C atas biaya tunai yang dikeluarkan yaitu sebesar 5,64 pada skala
kecil,5,38 pada skala menengah, dan 4,37 pada skala besar.
Sekilas Tentang Jamur Tiram
25% dari total produksi jamur dunia. Ada beberapa jenis Jamur tiram yaitu jamur tiram putih, jamur
tiram merah jambu, jamur tiram kelabu, dan jamur tiram coklat. Jamur tiram yang dikenal paling
enak dan Disukai masyarakat sehingga paling banyak dibudidayakan ialah jamur tiram putih.
Tabel 1. menunjukkan perbandingan antara beberapa jenis jamur dengan bahan makanan lain.
Terlihat bahwa jamur memiliki kandungan protein nabati yang tinggi, karbohidrat yang sebanding,
serta kandungan lemak yang lebih rendah dari daging sapi namun sebanding dengan sayursayuran lain. Dengan demikian, jamur merupakan pilihan tepat untuk dikonsumsi sebagai alternatif menu makanan sehat. Selain keunggulann diatas, jamur juga dapat dikategorikan sebagai
salah satu komoditas pertanian organik, karena dalam proses penanaman jamur tidak menggunakan pupuk buatan atau bahan kimia lainnya. Keunggulan tersebut menjadikan jamur menjadi
salah satu pilihan makanan yang semakin populer di masyarakat.

JAMUR TIRAM
Jamur tiram sebagai salah satu jenis jamur yang dibudidayakan memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan jenis jamur lainnya. Beberapa keunggulan jamur tiram adalah:
1. Budidaya jamur tiram dapat berlangsung sepanjang tahun, menjadikan produksi jamur
tiram yang terus menerus,
2. Budidaya jamur tiram dapat dilaksanakan dalam areal yang relatif sempit, sehingga
menjadi alternative yang baik untuk memanfaatkan lahan pekarangan,
3. Budidaya jamur tiram menggunakan bahan baku serbuk kayu yang mudah diperoleh,
tingkat budidaya yang relatif lebih mudah dibandingkan jenis jamur lainnya,
4. Jamur tiram memiliki masa produksi hingga masa panen yang paling cepat diantara
jamur-jamur lain, dan
5. Jamur tiram memiliki tingkat harga jual yang relatif baik dan stabil dibandingkan jamurjamur lain.
Tanaman jamur tiram dapat tumbuh di daerah-daerah yang memiliki ketinggian tempat sekitar
600 meter dari permukaan laut, namun tidak tertutup kemungkinan jamur tiram dapat tumbuh
pada lokasi dataran rendah yang memiliki lingkungan beriklim dingin ataupun sejuk, jauh dari
polusi, dengan suhu udara antara 150 C sampai 280 C, di lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60%
dan derajat keasaman atau pH 6-7. Secara alami jamur tiram banyak ditemukan tumbuh di batangbatang kayu lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, dammar, kapuk, atau sengon yang tergeletak di lokasi yang sangat lembab dan terlindung, dengan kadar oksigen cukup dan cahaya matahari sekitar 10% (Parjimo dan Agus, 2007).
Oleh sebagian masyarakat, rasa jamur tiram juga dinilai sesuai dengan selera. Hal ini menjadi nilai
tambah jamur tiram di masyarakat, dan didukung kenyataan bahwa jamur tiram memiliki harga
yang relatif terjangkau di masyarakat dibandingkan dengan jenis-jenis jamur konsumsi lainnya.
PELUANG PASAR
Pasar Domestik
Berdasarkan pengamatan selama penelitian di wilayah sekitar budidaya, permintaan jamur tiram
segar yang melalui pasar di beberapa wilayah Bogor diketahui berkisar antara 700 kilogram hingga
satu ton per hari. Jumlah ini belum termasuk permintaan jamur tiram yang tidak melalui pasar,
seperti pembelian langsung di tingkat produsen.

Tingginya permintaan ini diakui oleh produsen utama dan beberapa pedagang besar di sejumlah
pasar utama memang belum dapat dipenuhi. Penelitian menunjukkan bahwa masih ada
permintaan sekitar 200 hingga 300 kilogram jamur tiram segar yang belum dipenuhi di beberapa
pasar utama.
Selain itu kebutuhan jamur untuk Bogor daerah sukabumi dan sekitar Jakarta juga cukup tinggi
sekitar 5 s/d 10 ton per bulanya. Permintaan jamur terus meningkat dan diperkirakan kenaikannya
sekitar 20-25 % per tahun.
Prospek besar lainnya adalah pada segi industri pendukung pariwisata yang diharapkan mampu
menyerap produksi jamur tiram segar di wilayah Bogor ini. Industri tersebut diantaranya adalah
industri rumah makan, catering, penginapan, atau industry pengolahan makanan yang berada di
wilayah Bogor ini.
Pasar Ekspor
Prospek pasar ekspor produk agribisnis jamur masih terbuka luas. Berdasarkan data perdagangan
baik yang berupa jamur segar, beku, kering dan dan diasinkan maupun dalam bentuk kaleng, dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Konsumsi produk agoindustri jamur dunia terus
mangalami kenaikan namun sayang tidak diikuti oleh produksi dan nilai ekspor yang juga bertambah dari Indonesia. Produksi Jamur Indonesia sudah rendah, volumenya juga terus menurun,
padahal jika dikembangkan jamur ini sangat potensial bagi perkonomian Indonesia. Indonesia
hanya memasok 0.9 % kebutuhan jamur dunia, jauh dibandingkan China yang menyumbang 60 %
pasar jamur dunia.
Grafik Pasokan Jamur Indonesia dan China ke Dunia

Sources: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics

Budidaya jamur menjadi bisnis yang sangat menguntungkan bahkan menyumbangkan devisa
yang cukup berarti bagi negara-negara pengekspornya . Hal ini dikarenakan konsumsi dunia setiap
tahunnya semakin meningkat terutama di negara-negara kawasan Asia. Impor Jepang mengalami
pertumbuhan yang cukup berarti yaitu rata-rata sebesar 30 % setiap tahunnya sekalipun mengalami penurunan impor pada tahun 2013 sebesar 1.5% dibanding tahun sebelumnya. Jepang
mengimpor sebesar 59,379 ( ribu USD) pada tahun 2009 dan naik menjadi 85,428 ( ribu USD ) pada
tahun 2013, Jepang menjadi negara pengimpor terbesar di Asia. Ekspor Indonesia ke Jepang sejak
lima tahun terakhir mengalami fluktuasi baik dari volume maupun harga. Indonesia mengekspor
setiap tahunnya rata-rata dikisaran 250 -450 ( ribu USD ).
Atau tidak sampai 1 % dari totoal kebutuhan impor Jepang.

Grafik Pertumbuhan Impor Negara-negara di Asia

Sources: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics

Sedangkan Malaysia adalah negara dengan pertumbuhan impor rata-rata tertinggi kedua di Asia
setelah Jepang, yaitu tumbuh sebesar 23.5 % setiap tahunya. Pada tahun 2009 Malaysia mengimpor sebesar 4,622 ( ribu USD) dan pada tahun 2013 nialai impornya menjadi 16,781 ( ribu USD).
Korea selatan juga mengalami pertumbuhan impor rata-rata yang cukup tinggi yaitu sebesar 13.3
% setiap tahunya, impor Korea pada kurun lima tahun terkhir adalah sebesar 9,026 (ribu USD) pada
tahun 2009 kemudian menjadi 14.490 ( ribu USD) pada tahun 2013.
Benua Eropa adalah salah satu kawasan yang sangat potensial untuk dikebangkan sebagai pasar
ekspor produk agroindustri jamur Indonesia kedepan. Sayangnya ekspor kenegara-negara eropa
belum tergarap dengan baik atau mungkin belum samasekali. Di kawasan benua Eropa yang pada
5 tahun belakangan ini tengah mengalami krisis ekonomi sebagian besar impor negara-negara
dikawasan ini menglamami penurunan. Jerman adalah negara pengimpor produk agribisnis
jamur terbesar di dunia. Impor Jerman terus mengalami penurunan dari 167,365 (ribu USD) pada
tahun 2012 turun menjadi 147,124 (ribu USD) pada 2013. Impor rata-rata Jerman setiap tahunnya
terus mengalami pertubuhan yang negative sebesar 1.98% setiap tahunya.
Perancis sebagai negara pengimpor nomor 3 terbesar di dunia juga mengalami pertumbuhan
impor negative rata-rata sebesar 1.68% setiap tahunnya, namun demikian Perancis menunjukkan
tren yang positif seperti ditunjukkan pada impor tahun 2013 yang naik sebesar 6.9% dibanding
tahun sebelumnya. Pola yang sama terjadi pula pada Belgia. Negara ini yang masuk dalam 10 besar
importer dunia, juga mengalami pertumbuhan impor negativ dengan rata-rata sebesar 1.17%
dalam lima tahun namun menunjukan tren positive pada tahun 2013 lalu dengan impornya yang
naik sebesar 13% dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan Swiss dapat dikatakan stabil dengan
pertubuhan impor rata-rata sebesar 3% pertahun.
Yang sangat manarik adalah Italia, walaupun sedang menglami krisis ekonomi impornya terus
meningkat dengan tajam yaitu tumbuh positive rata-rata sebasar 21.2 % pertahun dalam kurun
lima tahun terakhir, impor Italia adalah sebesar 12,953 ( ribu USD ) pada tahun 2009 dan meningkat
hingga 27,101 ( ribu USD) pada tahun 2013.

Selain Italia yang mengalami pertumbuhan impor positive adalah Rusia. Impor negara tersebut
dari tahun ketahun juga terus mengalami peningkatan yang signifikan, dengan pertumbuhan
impor rata-rata sebesar 20% setiap tahunya dalam kurun lima tahun terakhir ini. Rusia mengimpor
produk agribisnis jamur sebesar 34,994 ( ribu USD) pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 52,826
( ribu USD) pada tahun 2013.
Grafik Pertumbuhan Impor Negara-negara di Eropa

Sources: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics


Tiga negara-negara pengimpor terbesar dikawasan Amerika Utara seperti Amerika Serikat, Canada
dan Mexico mengalami pertumbuhan impor yang berbeda pada 2 tahun terakhir ini. Amerika
Serikat sebagai negara pingimpor terbesar dikawasan ini dan nomor 2 didunia setelah Jerman,
terus menunjukan tren yang negativ dalam kurun 3 tahun terkahir ini, penurunan impor Amerika
pada tahun 2013 yang mencapai 12.5% dibanding tahun sebelumnya, Sekalipun impor rata-rata
tumbuh positiv tidak lebih dari 2 % dalam lima tahun terakhir.
Impor Canada untuk produk ini juga mengalami penurunan yang signifikam pada tahun 2013 lalu
yaitu sebersar 28% disbanding tahun sebelumnya, namun demikian impor rata-rata Canada
tumbuh positiv sebesar 3.58 % setiap tahun dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Yang sangat
menarik adalah melihat perkebangan Mexico. Negara ini mengalami pertubuhan impor yang
sangat tinggi, pada tahun 2013 impor Mexico naik sekitar 72 % dibanding tahun sebelumnya dan
pertumbuhan rata-rata impornya tumbuh positive pada kisaran 25.4% setiap tahun.
Grafik Pertumbuhan Impor Negara-negara Amerika Utara

Sources: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics

Indonesia sangat mengandalkan ekspor produk agroindustri jamurnya sebagian besar ke Amerika
serikat yang mencapai kurang lebih 80-90% dari total ekspor nasional. Krisis ekonomi yang
melanda Amerika serikat pada kurun lima tahun terakhir ini berdampak sangat berarti pada kinerja
ekspor Indonesia yang terus mengalami pertumbuhan negative rata-rata 6.4% setiap tahunnya
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, semula Indonesia mengekspor ke Amerika pada tahun 2009
senilai 16,288 ( ribu USD) selanjutnya terus turun pada angka 8,644 ( ribu USD) pada tahun 2013.
Situasi ini jika berlanjut pada akhirnya akan mengganggu kelangsungan industry agroindustri
jamur Indonesia secara Nasional. Nampak Jelas pada table dibawah ini, bahwa penururan ekspor
Indonesia ke Amerika diikuti dengan penurunan ekspor secara nasional.

Situasi ini jika berlanjut pada akhirnya akan mengganggu kelangsungan industry agroindustri
jamur Indonesia secara Nasional. Nampak Jelas pada table dibawah ini, bahwa penururan ekspor
Indonesia ke Amerika diikuti dengan penurunan ekspor secara nasional.

Grafik Pertumbuhan Ekspor Indonesia ke Amerika dan Dunia

Sources: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics.

Neraca perdagangan Jamur Indonesi selama 5 tahun


Product: 2003 Mushrooms & trules, prepared or preserved
Years
Value in 2009
Value in 2010
Value in 2011
Value in 2012
Value in 2013
AVERAGE

Export
(USD,000)

Import
(USD,000)

Net
(USD,000)

19,484
12,787
12,566
11,219
10,937

2,004
1,736
2,567
3,261
2,276

17,480
11,051
9,999
7,958
8,661
11,029

Sources: ITC calculations based on UN COMTRADE statistics.

HARGA
Harga jamur tiram di wilayah kabupaten Bogor sejak tahun 2005 terjadi penurunan di tingkat
produsen. Kondisi penurunan harga ini terjadi tanpa adanya volume pasokan yang berlebih, ataupun penurunan permintaan konsumen, dua hal yang pada umumnya mempengaruhi pembentukan harga di pasar. Harga jual jamur tiram di Pasar Bogor dan Pasar T.U. Kemang yang semula berkisar antara Rp 7.000 7.500,- per kilogram, mengalami penurunan, menjadi berkisar antara Rp
5.000 5.500,- per kilogram. Penurunan harga di tingkat produsen tersebut ternyata tidak diikuti

oleh penurunan harga di tingkat konsumen. Harga di tingkat konsumen pada kedua pasar tersebut
memang mengalami penurunan harga, namun tidak sebesar penurunan harga yang terjadi pada
produsen. Penurunan harga di tingkat konsumen hanya berkisar antara Rp 500 hingga Rp 1.000
dari kisaran harga jual semula Rp. 10.000 Rp. 10.500,- per kilogram. Harga di tingkat konsumen
beberapa kota lainnya seperti Jakarta dikisaran Rp. 11.000,- s/d rp.12.000,- . Untuk dikota Malang ,
Bandung harga ditingkat konsumen berada dikiran Rp.10.000,- d/d Rp.11.000,- Adanya penurunan
harga yang tidak proporsional ini, menunjuk transaksi yang berlangsung di pasar, produsen memiliki posisi tawar yang lemah dalam penentuan harga jual jamur tiram produksi mereka.
ASPEK PEMASARAN
Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran
Lembaga dan saluran pemasaran yang menjadi fokus penelitian adalah lembaga dan saluran
pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran jamur tiram segar di wilayah Bogor.
Sistem pemasaran jamur tiram segar di Bogor dilakukan melalui enam lembaga saluran pemasaran, yaitu,
(a) produsen,
(b) pengumpul,
(c) pedagang besar,
(d) pedagang menengah,
(e) pengecer,
1. Saluran pemasaran jamur tiram segar di Bogor terdiri dari delapan buah saluran pemasaran,
yaitu (I) Produsen, konsumen, (II) Produsen, pengumpul,konsumen, (III) Produsen, pedagang besar,
dan konsumen, (IV) Produsen,pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, dan konsumen,
(V) Produsen,pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, pengecer, dan konsumen,
(VI)Produsen, pengecer, dan konsumen. Dua saluran lain yang tidak dapat ditelitisecara lengkap
adalah (VII) Produsen, supplier, supermarket, dan konsumen, serta (VIII) Produsen, pengumpul,
pedagang besar, supplier, supermarket, dan konsumen.
2. Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran terlibat adalah :
(a) Produsen: fungsi pertukaran (penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan fungsi fasilitas
(sortasi, pengemasan, dan grading).
(b) Pengumpul: fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan
fungsi fasilitas (pembayaran).
(c) Pedagang besar dan pedagang menengah: fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan),
serta fungsi fasilitas (standarisasi, pembayaran, pengemasan, dan penanggungan resiko).
(d) pengecer: fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan
fungsi fasilitas (pembayaran, pengemasan, dan penanggungan resiko). (e) supplier: fungsi
pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan), dan fungsi fasilitas
(standarisasi, pembayaran, penanggungan resiko).
3. Struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing lembaga pemasaran yaitu :
(a) antara produsen dan pengumpul: struktur pasar persaingan sempurna.
(b) antara produsen dan pedagang besar: struktur pasar oligopsoni.
(c) antara produsen dengan pengecer: struktur pasar persaingan sempurna.

(d) antara pedagang besar dengan pedagang menengah: struktur pasar oligopoli dan
oligopsoni.
(e) antara pedagang menengah dan pengecer: struktur pasar oligopoli.
(f) antara pengumpul dengan pedagang besar: struktur pasar oligopsoni, dan
(g) struktur pasar antara seluruh lembaga-lembaga pemasaran terhadap konsumen akhir:
pasar persaingan sempurna.
4. Saluran antara produsen langsung kepada konsumen akhir memiliki tingkat efisiensi terbaik
dengan Farmers share sebesar 100 persen dan nilai margin pemasaran saluran sebesar 63,73
persen dari harga beli konsumen. Saluran pemasaran dengan tingkat efisiensi terendah adalah
saluran pemasaran yang mencakup produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, pengecer, dan konsumen, yakni dengan nilai farmers share terkecil sebesar 52,38 persen, dan
margin pemasaran yang cukup besar, yaitu 65,87 persen dari harga beli konsumen.
Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar di Bogor

2,3,5,8

PENGUMPUL

2
4,5,8

PEDAGANG
BESAR

4,5

PEDAGANG
MENENGAH

PENGECER
7

SUPLIER

7,8

SUPERMARKET,
RESTORAN,
HOTEL

7,8

KONSUMEN

PETANI PRODUSEN

Hambatan Dan Kendala


Kemampuan penetrasi pasar menjadi masalah karena kadangkala pedagang besar di pasar memberikan harga yang kurang menguntungkan, sehingga pengumpul harus mencari pasar baru atau
mencari pedagang besar lain jika ada.
Analisis Margin Dan Efisiensi Pemasaran

ASPEK PRODUKSI
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk budidaya jamur tiram adalah serbuk kayu, yang berfungsi
sebagai tempat tumbuh jamur dan sekaligus dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram, karena
mengandung karbohidrat, serat, lignin dan lain-lain. Bahan baku ini sangat mudah didapat pada
tempat-tempat pengolahan kayu baik dalam skala kecil maulun besar.
Lokasi Pengembangan
Lokasi budidaya jamur tiram direncanakan didaerah kecamatan Megamendung kabupaten Bogor
sebelah timur. Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya iklim didaerah ini cocok sebagai daerah
pengembangan budidaya jamur tiram. Lingkungan akan sangat menentukan pertumbuhan
Jamur.
Dilokasi ini sudah ada petani yang membudidayakan dengan jumlah kumbung yang dimiliki
berjumlah 5 buah, dengan jumlah baglog sekitar 70.000 baglog, masing-masing berukuran 1 kg.
Jumlah produksi harian berkisar antara 80-90 kg/hari. Produktivitas jamur tiram berkisar antara 0,3
0,4 kg/baglog/musim panen. Untuk bibit yang digunakan dibeli dari produsen bibit di Bogor,
namun informasi lebih lanjut mengenai produsen bibit tersebut tidak dapat diperoleh. Saat ini
responden sudah mulai mencoba memproduksi bibit sendiri, namun masih tingginya angka
kontaminasi bibit membuat responden belum berani memproduksi dalam jumlah banyak.

Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja


Budidaya Jamur tidak membutuhkan tenaga kerja yang besar namun harus mempunyai
ketrampilan, ketekunan serta disiplin untuk selalu menjaga kumbung jamur tetap higenis dan
bersih.
Penerapan Teknologi

Teknologi
Drum
Autoclav

Bahan Bakar
kayu
Gas
*
*
*

Harga Alat

Effesiensi %

Penelitian terdahulu yang terkait dengan komoditas jamur tiram diantaranya dilakukan oleh
Rahwana (2003). Penelitian yang menganalisis mengenai usahatani jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) di Kecamatan Cicirug dan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi ini bertujuan untuk
mengindentifikasi dan menganalisis usahatani jamur tiram putih dan juga mengelompokkan
usahatani jamur tiram putih menggunakan skala usaha produksi (kapasitas baglog) dan menurut
tekhnologi yang digunakan (drum atau autoklaf). Kategori yang dihasilkan dari penelitian tersebut
yaitu: (a) tekhnologi drum, dengan kapasitas log berturut-turut sebanyak 5.000 log, 7.000 log, 10.000
log, dan 20,000 log, (b) Tekhnologi autoklaf dengan kategori skala usaha berturut-turut yaitu 5.000
log, 7.000 log, 10.000 log dan 15.000 log. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani yang
paling efisien adalah usahatani dengan skala usaha 10.000 log. Sementara untuk penggunaan
tekhnologi, usahatani dengan skala usaha yang besar akan lebih efisien dengan tekhnologi
autoklaf, sementara usahatani dengan skala kecil akan lebih efisien dengan menggunakan tekhnologi drum.
Dari penelitian tersebut, saran yang dihasilkan adalah dengan tekhnik budidaya yang lebih ditingkatkan agar dapat meningkatkan kualitas produksi dan dapat menembus pasar swalayan atau
ekspor.
Produktifitas Petani Jamur
Penelitian ini mengambil tujuh sampel lokasi produsen Jamur Tiram yang memiliki skala usaha
yang berbeda. Lokasi- lokasi penelitian tersebut yaitu berada di wilayah kecamatan Tamansari (dua
sampel), kecamatan Bogor Selatan (satu sampel) kecamatan Bogor Barat (satu sampel),
kecamatan Megamendung (satu sampel), Kecamatan Dramaga (satu sampel) dan wilayah Rumpin
(satu sampel).
Nama
Produsen
KWT Hanjuang
(P4S) Nusa

kg/baglog/musim
panen.
0,6 0,8
0,25-0,4 kg

Indah

0,25 - 0,3

Gaya Baru

0,25 - 0,3

Curug

0,2 - 0,25

Desa Dramaga

0,3-0,4

Megamendung

0,3 0,4

Rumpin

0,3 0,4

Perbedaan produktifitas atau rendahnya produksi dapat disebabakan oleh beberapa factor antara
lain : (a).Kurangnya kecocokan antara lokasi produksi bibit dengan lokasi pengembang biakan
bibit. (b). teknologi produksi produksi yang sederhana, (c) tempat pembiakan jamur yang kurang
higeinis, (d) Serta penangan paska panen yang masih yang kurang baik.
Selain faktor diatas penurunan produksi juga disebakan oleh baglog jamur tiram mengalami penurunan bobot (susut) setiap kali panennya. Pada panen pertama susut baglog sebesar 0,3 kg.

Kemudian pada panen kedua mengalami penurunan bobot (susut) yang lebih besar dari panen
sebelumnya yaitu 0,3 kg. Semakin besar bobot susut baglog menunjukan bahwa kandungan
nutrisi pada media diserap oleh jamur tiram untuk pertumbuhan dan pembesaran primordial
(pembentukan tubuh buah). Selain susut bobot baglog tersebut, juga dilihat dari kenampakan
media yang menyusut (kisut) menandakan bahwa jamur tiram sudah siap untuk pembentukan
tubuh buah (pinhead). Sehingga setiap kali setelah dipanen, bobot baglog akan semakin menyusut
dan semakin ringan.
Produktifitas Petani Jamur
Tudung jamur tiram merupakan bagian penting dalam budidayanya. Karena tudung merupakan
bagian terbesar yang dapat dikonsumsi. Jumlah tudung jamur tiram yang dapat terbentuk dipengaruhi oleh kandungan bahan lignoselulosa dan nutrisii pada media/substrat jamur itu sendiri.
Karena untuk pembentukan tubuh buah, jamur tiram mengambil nutrisi yang terkandung dalam
media.
kategori kelas (grade). Grade A dan Grade B, dimana perbedaannya terletak pada diameter tudung.
Grade A memiliki diameter tudung 3-8 cm, sementara grade B memiliki diameter 3-10 cm.
Skala Produksi
Hasil penelitan ini juga menyimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih dengan skala menengah hingga besar akan memiliki dampak yang terhadap penambahan pendapatan masyarakat di
lokasi sekitarnya. Untuk rasio R/C atas biaya tunai yang dikeluarkan yaitu sebesar 5,64 pada skala
kecil,5,38 pada skala menengah, dan 4,37 pada skala besar.

Skala
Produkasi
Kecil
Menengah
Besar

Baglog

Rasio R/C

Kumbung

500-1000
2000-4000
5000- up

5.64
5.38
4.37

4mx5m
8mx6m
10 m x 12 m

Kelayakan Finansial
Sari (2000) melakukan penelitian mengenai kelayakan finansial budidaya jamur tiram putih pada
Usaha Agribisnis Supa Tiram Mandiri, Bogor. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa
produksi jamur tiram di UA STM yang memiliki 20.000 baglog tersebut memiliki tiga jalur pemasaran, yakni (a) Produsen Distributor - Konsumen, (b) Produsen - Konsumen, dan (c) Produsen Pedagang Pengumpul I Distributor - Pedagang Pengumpul II - Konsumen.
Penelitian lain mengenai analisis usahatani Jamur Tiram Putih juga dilakukan di Koperasi Petani
dan Pengusaha Jamur Tiram Putih Supa Fajar Mas di Bogor oleh Winda (2001). Penelitian ini menyimpulkan bahwa jalur pemasaran yang dilakukan oleh Supa Fajar Mas ada dua macam, langsung
ke supermarket atau ke koperasi. Pengiriman ke pasar tradisional tidak dilakukan oleh petani
karena tingkat harga yang sangat rendah. Diketahui pula bahwa bila seluruh hasil produksi dikirimkan ke swalayan, maka B/C ratio akan menjadi enam kali lebih tinggi dibandingkan jika petani
mengirimkan ke koperasi. Akan tetapi, resiko kerugian apabila jamur tidak habis saat memasok ke
supermarket tidak diperhitungkan dalam perhitungan B/C tersebut.

PROSES BUDIDAYA

JAMUR TIRAM

PERUMUSAN STRATEGI
Visi
Membangun agroindustri jamur sebagai industri unggulan sayuran yang disegani dunia dan
kembali memimpin sebagai ekspotir terbesar di kawasan Asia tenggara.
Misi
Agroindustri Jamur di kabupaten Bogor mengemban visi sebagai berikut ;
1. Meningkatkan produktifitas dan peningkatan kualitasnya maupun penangan paska panen
dengan mendirikan Balai Latihan Budidaya jamur diwilayah Kabupaten Bogor
2. Membangun agroindustri Jamur tiram melalui pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah Kab
Bogor Kecamatan Megamendung, terutama kelompok usaha bersama atau KOPERASI melaui
kemitraan yang terpadu antara usaha skala kecil dan usaha berskala menengah atau besar.
3. Menjadikan Kabupaten Bogor sebagai sentra Jamur nasional yang terkemuka.
4. Memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan nasional serta menjaga pasar domestik
dengan menekan laju impor produk serupa.
5. Membangun industri produk agrobisnis jamur tiram yang berbasis pada industri kecil yang
berbentuk KOPERASI dan berorientasi ekspor.
6. Melakukan penetrasi pasar potensial dan aktif untuk mebangun jaringan bisnis global hasil
olahan industry jamur dan turunanya.
Tujuan
1. Meningkatkan dinamika ekonomi masyarakat di sentra produksi jamur Nasional khusus untuk
wilayah Kab Bogor.
2. Mingkatkan pendapat petani/Pembudidaya Jamur tiram memalui peningkatan nilai tambah
jamur yang dihasilkan.
3. Meningkatkan peran kelembagaan jamur seperti MAJI ( Masyarkat agrobisinis Jamur Indonesia)
dan lembaga-lembaga lainya memelui Pembinaan dan Pelatihan Kelompok Usaha Bersama /
KOPERASI yang bergerak dalam usaha budidaya jamur
4. Membangun agroindustri Jamur tiram melalui pemberdayaan ekonomi rakyat, terutama
kelompok usaha bersama atau KOPERASI melaui kemitraan yang terpadu antara usaha skala
kecil dan usaha berskala menengah atau besar.
5. Menjadikan Kabupaten Bogor sebagai sentra Jamur nasional yang terkemuka.
6. Membangun suatu aliansi perdaganan yang sehat, saling menguntungkan antara usaha kecil,
menengah dan besar
7. Meningkatkan daya saing produk agroindustri jamur nasional melaui strategi unnggul mutu,
biaya dan letak geografis serta pengembangan dari yang sudah ada.
8. Meningkatkan pangsa pasar produk agroindustri jamur tiram dan diversifikasi pasar dunia
untuk tidak bergantung pada satu pasar potensial saja.
Analisa Faktor Intenal Dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan industry jamur Indonesia adalah iklim,
produksi, teknologi, manajemn, finasial dan investasi, pasar dan pemasaran, tenaga termapil, dan
sistim informasi.

Faktor internal tersebut berimplikaasi pada timbulnya kekuatan industry adalah jamur :
1. Kelimpahan rentang waktu produksi yang lebih panjang sebagai negera tropis dibanding
negara ekspotir lainya.
2. Proses, system dan pembudidayaan yang sederhana
3. Efesiensi yang tinggi jika dikembangkan dengan kapasitas menengah dan besar
4. Pola kemitraan sudah ada
5. Layak berdasarkan kriteria bisnis jumlah investasi tiap Unit produksi relati kecil ,
6. Penghasil devisa
7. Harga produk relative stabil dan pembagian nilai tambah yang cukup seimbang,
8. Potensi pengembangan pasar yang tinggi baik domestic maupun ekspor
Faktor internal tersebut berimplikaasi pada timbulnya kelemahan industi jamur adalah :
1. Ketersdiaan bibit yang berkulaitas masih terbatas.
2. Mutu produk sensitive terhadap pasar
3. Sistim informasi dan dukungan litbang masih kurang perhatian
4. Manajemen dan perencanaan industry masih lemah
5. Aksesibilitas pembiayaan masih lemah dan belum ada polanya
6. Pasar Indonesia di dunia masih sangat kecil
7. Ketrampilan petani masih kurang
8. Informasi belum dapat diakses secara luas
Faktor eksternal yang mempengaruhi pada pengembangan industry jamur adalah variable
ekonomi, politik, hukum dan legal, sosial dan budaya, serta variable Internasional. Factor eksternal
ini membuka peluang yaitu :
1. Kecenderungan turunnya suku bunga dan skim kredit untuk UKM/Koperasi.
2. Nilai tukar yang stabil.
3. Kondisi politik dan keamanan berangasur membaik.
4. Deregulasi, otonomi daerah dan desentralisasi.
5. Penurunan tarif dan penyerhanaan ekspor.
6. Keberpihakan Pemerintah.
7. Pertumbuhan angkatan kerja.
8. Konsumsi perkapita yang terus tumbuh.
9. Banyak pesantren yang dapat menjadi mitra ( Jaringan kerja YAHIRA).
10. Pasar domestic dan ekspor terbuka luas.
11. Hubungan bilateral dan multilateral Indoneia baik.
12. Jumlah produsen dunia terbatas.
Dilain pihak factor eksternal ini membuka ancaman berupa ;
1. Sikap kerja yang belum profesional.
2. Keinginan masyarkat yang berinvestasi masih rendah.
3. Ketergantung ekspor hanya pada satu negara potensial.
4. Meningkatnya persaingan Internasional dengan masuknya pemain baru.
5. Masuknya impor produk serupa yang cenderung meningkat.

Rumusan Strategi
Dari hasil identifikasi alternative strategi berdasarkan matriks SWOT menunjukan bahwa
1. Pengembangan sistim terpadu atau klaster, sistim perwilayahan dan orientasi ekspor
2. Pengembangan teknologi berorientasi pada pemberdayaan ekonomi rakyat
3. Berbasis pada industry kecil/Koperasi , model kemitraan, keberpihakan pemerintah melaui
program aksi/ pembinaan/LITBANG, serta strategi pelatihan dan manajemn usaha dan peren
canaan strategi usaha
4. Meningkatkan kerjasama antar lembaga seperti MAJI dan pengusaha, pembinaan dan
pengawasan mutu, program pelatihan dan ketrampilan.

DIAGRAM STRATEGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR

DIAGRAM STRATEGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR


PEMANGKU
KEPENTINGAN

YAHIRA

LITBANG PERTANIAN
BALAI LATIHAN JAMUR

UMUM

UMUM
KOPERASI HIDUP
MAKMUR
UNIT
PENGEMBANGAN
PRODUK JAMUR

UNIT
PRODUKSI
JAMUR SEGAR
UNIT BUDIDAYA
JAMUR

UNIT BUDIDAYA
JAMUR

UNIT BUDIDAYA
JAMUR

KLASTER 1

KLASTER 2

KLASTER 3

Petani/Anggota

Petani/Anggota

Petani/Anggota

Petani/Anggota

Petani/Anggota

Petani/Anggota

Petani/Anggota

Petani/Anggota

Petani/Anggota

ASPEK LEUANGAN
Usaha budidaya jamur Dan usaha Pembuatan baglog, dilengkapi dengan alat sterilisasi, mesin
press dan pengemasan produk.
Komponen biaya usaha industri pengolahan mencakup biaya investasi dan biaya operasi usaha.
Biaya investasi mencakup (1) pengadaan alat dan mesin, (2) bangunan, dan (3) modal kerja. Modal
kerja direncanakan untuk kebutuhan dana operasi selama 4 bulan.
Asumsi Parameter Teknis Dan Keuangan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Uraian
Bunga Kredit
Modal Sendiri
Kredit /Investor
Masa Pengembalian Kredit Investasi (tahun)
Masa Pengembalian Kredit Modal Kerja
(tahun)
Umur Proyek (Tahun)
Kapasitas produksi / panen (kg Jamur)
Hari Kerja /Bulan (hari)
Bulan Kerja / tahun (bulan)
Kapasitas per tahun (Vol)
Kapasitas per tahun (Kemasan)

Skenario-1
24%
35%
65%
5

Skenario-2
24%
35%
65%
3

3
15
1500
0.2
0.12

3
15
1500
0.2
0.12

360
3.456.000

360
3.456.000

BIAYA INVESTASI
No

Nama Fasilitas Fisik

Unit

Harga

Jumlah

Umur

Mesin /Peralatan

Alat Sterilisasi & Instalasi

30,000,000

30.000,000

Mesin Press

2,500,000

2,500,000

750,000

4,500,000

3
4
5

Kompor Spiral 6 Unit @


750,000
Thermometer 3 & @ 125,000
Perkakas Kerja

Peralatan Lain

II

Bangunan

Kumbung (m2)

Gudang ,Kantor (m2)

3
1

125,000
2,000,000

375,000
2,000,000

1,000,000

1,000,000

384

1.000.000

215,040,000

32

1,800,000

57,600,000

Ruang sterilisai (m2)

32

1,800,000

57,600,000

Fasilitas Lain & Lingkungan

292.000.000

292.000.000

III

Jumlah Investasi

370,615,000

a. Modal Sendiri

74,123,000

b. Investor

296,492,000

Modal Kerja ( 3 Bulan)

75,000,000

Jumlah

IV

445,615,000

15
15

Penyusutan per
tahun
30,000,000
500,000
375,000
62,500
1,800,000
300,000

3,640,000
216,000
450,000

14,093,500.00

Nilai Sisa Aset

6,000,000.00
(16,250,000.00)
3,375,000.00
250,000.00
200,000.00
100,000.00

160,440,000.00
54,360,000.00
50,850,000.00

259,325,000.00

BIAYA OPERASIONAL

No
I

II.

III.

Uraian

Biaya Bahan baku Utama


Bibit Jamur 305 botol x Rp 7500
Serbuk Gergaji 224 karung x Rp2.000
Dedak Halus 1.200kgxRp 2.000
Jagung 292 kg x Rp 4500
Calcium Carbonat 100 KgxRp 1.000
Givs 16 kg x Rp 5.000
Pupuk Urea 2.5 Kg x Rp 4.500
Pupuk SP36, 10 Kgx Rp 5.900
Biaya Packing
Plastik Polybag ( 0.5x20) 240 kg @30.000
Cicin Polybag 4.200 bhx Rp25
Karet Gelang 8 Kgx Rp 26.000
Kapas 4 Karung x Rp 10.000
Biaya Sterilisasi
Gas LPG 3 kg , 247 tabung
Bahan Bakar Mesin Heuler , 12 L
Alkohol 70 %, 1.2 Liter 9.000

IV.

VI

Tenaga Kerja Langsung


1. Bag Produksi
2. Pengisi Media
3. Bag Packing
Biaya Tetap per tahun
Tenaga kerja tetap (3 Orang-bln)
Sewa Lahan
Overhead
Total Biaya Operasi

Kebutuhan

Rp/unit

305
224
1200
292
100
16
2.5
10

7,500
2,000
1,500
4500
1,000
5,000
4,500
5,900

2.4
4200
8
4

30,000
200
26,000
14,000

247
12
12

19,000.00
10,000.00
9,000.00

192
192
192

75,000
75,000
75,000

36
1
1
305

1,500,000.00
3,750,000.00
4,000,000.00

KEBUTUHAN INVESTASI
Uraian
1. Biaya Investasi
a. Mesin/Peralatan.
b. Bangunan
c. Modal Kerja
2. Biaya Operasi *)
a. Biaya Tetap
b. Biaya Variabel

(Rp)

Jumlah

6,099,750.00
2,287,500.00
448,000.00
1,800,000.00
1,314,000.00
100,000.00
80,000.00
11,250.00
59,000.00
1,176,000.00
72,000.00
840,000.00
208,000.00
56,000.00
4,921,000.00
4,693,000.00
120,000.00
108,000.00
43,200,000.00
14,400,000.00
14,400,000.00
14,400,000.00
61,750,000.00
54,000,000
3,750,000
4,000,000
117,146,750.00

Rencana Produksi Dan Penjualan Jamur


No
1

Uraian

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3-15

80%

90%

100%

Volume Produksi
Jamur Segar (Kg)
Jamur kering/Olahan (Kg)

Harga Produk
Jamur Segar (Kg)
Jamur Olahan (Kg)
Pakan Ternak ( Kg)

Nilai Penjualan
Jamur Segar (Kg)
Jamur kering/Olahan (Kg)

Pakan Ternak ( Kg)


Jumlah
4

Proporsi thd Nilai


Penjualan
Jamur Segar (%)

69.83%

69.83%

69.83%

Jamur Olahan (%)

30.17%

30.17%

30.17%

Proyeksi Pendapatan dan Keuntungan/Kerugian Industri Jamur Tiram (Rp.)


o.

Uraian

Kapasitas

Volume Produksi

Teknologi -1
Tahun - 1

Tahun - 2

Tahun - 3

80%

90%

100%

Jamur Segar (Kg)


Jamur kering/Olahan (Kg)

Pakan Ternak ( Kg)


3

Harga Produk
Jamur Segar (Kg)
Jamur Olahan (Kg)
Pakan Ternak ( Kg)

Penerimaan

Biaya Variabel

Biaya Tetap

Total Biaya Produksi

Bunga Kredit

Laba Sebelum Pajak

10

Pajak

11

Laba Bersih Setelah Pajak

12

Prot on Sales

?? %

?? %

?? %

13

BEP

?? %

?? %

?? %

Proyeksi arus kas dengan pengelolaan dana pembiayaan dari Bank maupun Dana Milik Sendiri
menunjukkan bahwa industri Budi daya tiram dapat mengembalikan kewajiban kepada Bank,
Menunjukkan tidak terjadinya deficit anggaran selama umur proyek, dan telah berhasil mengembalikan pinjaman pada akhir tahun ke- ????? Seluruh modal yang ditanamkan pada usaha telah
dapat dikembalikan pada tahun ke-??? Secara rinci, proyeksi aliran kas dapat dilihat pada table
berikut

Proyeksi Arus Kas / Cash Flow Projection


NO
I

URAIAN

TAHUN 1

TAHUN 2

TAHUN 3

TAHUN 4

Penerimaan
Jamur Segar (Kg)
Jamur kering/Olahan
(Kg)
Pakan Ternak ( Kg)
Total penjualan

II

Harga Variabel
Biaya Bahan Utama
Biaya Packing
Biaya Sterilisasi
Tenaga Kerja
Langsung

III

Biaya Tetap
Tenaga Kerja Tetap
Sewa Lahan
Overhead
Overhead Kantor/
Administrasi
Penyusutan
Jumlah Biaya Tetap
Total Biaya Produksi
Laba Operasi
Bunga Kredit
Laba Sebelum Pajak
Pajak
Laba Bersih Setelah
Pajak
Profit on Sales

19.31%

2.09%

28.32%

30.70%

BEP:

34.20%

33.19%

29.87%

29.87%

EVALUASI PROFITABILITAS DAN ANALISA SENSITIVITAS


Berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan pada lampiran 1 dan lampiran 2 , serta
berdasarkan proyeksi aliran kas, indikator-indikator profitabilitas usaha Budidaya Jamur dapat
dilihat pada Tabel menunjukkan bahwa usaha budidaya layak secara finansial.

Anda mungkin juga menyukai