Anda di halaman 1dari 11

ISSN 0215 - 8250

119

PROFIL MASALAH GURU SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN


BULELENG DALAM MELAKSANAKAN PROSES
PEMBELAJARAN
oleh
Ni Nyoman Padmadewi
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah yang
dialami oleh guru Sekolah Dasar dalam melaksanakan pembelajaran.
Penelitian ini merupakan sebuah survey yang dilakukan terhadap sejumlah
guru SD yang ada di Kecamatan Buleleng. Guru yang dipilih sebagai
subjek penelitian adalah mereka yang mengajar di tiap-tiap tingkat dan
mewakili tiap-tiap bidang studi untuk kelas IV ke atas. Jumlah keseluruhan
guru yang dilibatkan sebagai subjek penelitian adalah 22 orang. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan ditindaklanjuti dengan
diskusi terfokus dan terarah (focused group discussion). Masalah-masalah
pembelajaran yang ditemukan, kemudian diklasifikasikan untuk dibuat
profilnya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa masalah yang dialami
oleh guru ada pada tataran mikro, meso maupun pada tataran makro.
Kata kunci : masalah, mikro, meso, makro
ABSTRACT
This research aimed at investigating problems faced by Elementary
School (ES) teachers in their teaching and learning process. The design of
the research was in the form of a survey whose subjects consisted of ES
teachers in Buleleng sub-district. The teachers selected to be the subjects
were those who taught in all levels and representing each subject matter for
class IV VI. The data were collected by using questionnaire and then
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

120

followed by focused group discussions. The problems found were then


classified in order to make their profiles. The results of the analysis showed
that the problems faced by the teachers occurred in the micro, meso and
macro level.
Key words : problems, micro, meso, macro

1. Pendahuluan
Pada zaman globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan sudah tidak terbendung lagi. Perkembangan ipteks
mempengaruhi kehidupan manusia sehingga menuntut adanya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia sebagai bagian yang terintegrasi dari
perkembangan ipteks itu sendiri. Perkembangan ipteks banyak diawali dari
bangku sekolah. Oleh sebab itu, guru sebagai agen pembelajaran di dalam
kelas dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan konskuensi logis dari
perkembangan ipteks yang sangat pesat. Perkembangan ipteks
mengharuskan penyesuaian dan peningkatan proses secara berlanjut dan
terus menerus. Hal ini diikuti dengan perlunya mengadakan pemutahiran
strategi dan konsep-konsep pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran itu sendiri.
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran hendaknya dilakukan
dengan paradigma pemikiran RAI : research-action-improvement, yang
bersifat bottom-up, realistic-pragmatic yang diawali dengan diagnosis
masalah secara nyata yang diakhiri dengan sebuah perbaikan
(improvement). Upaya perbaikan kualitas pembejaran demikian menuntut
adanya inisiatif dan keinginan dari dalam diri untuk mau melakukan
perbaikan (Tantra, 2005).
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

121

Prosedur diagnosis masalah bisa dilakukan dengan menganalisis


situasi kini yang sedang terjadi (present situation analysis). Ada tiga
sumber informasi yang diperoleh dari analisis situasi, yaitu (1) guru; (2)
kepala sekolah/kepala UPP; dan (3) proses belajar mengajar itu sendiri.
Berangkat dari ketiga sumber ini, informasi dari ketiga sumber tersebut
akan dikumpulkan dan dipakai dasar untuk mencari dan menentukan
pemecahan masalahnya (Rindjin, Sarna, Padmadewi, 2006).
Diagnosis masalah pembelajaran merupakan langkah awal yang
dipakai sebagai dasar untuk menentukan upaya pemecahan masalah yang
akan diambil agar pemecahan yang diambil tepat sasaran. Hal ini sangat
penting bagi guru dalam usahanya untuk mencari solusi terhadap masalah
yang sedang dihadapi.
Menyadari pentingnya informasi tentang masalah yang dialami
guru, maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan profil masalah
yang dialami oleh guru SD dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil
penelitian ini akan bermanfaat bagi guru sendiri maupun pihak terkait
lainnya untuk mengetahui masalah riil yang dialami oleh guru. Dengan
diketahuinya masalah yang mereka alami, maka diharapkan strategi
pemecahan masalah akan lebih mudah untuk ditentukan sehingga pada
akhirnya kualitas pembelajaran akan bisa ditingkatkan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah survey yang dilakukan terhadap
sejumlah guru SD yang ada di Kecamatan Buleleng. Guru yang dipilih
sebagai subjek penelitian adalah mereka yang mengajar di tiap-tiap tingkat
dan mewakili tiap-tiap bidang studi untuk kelas IV ke atas. Jumlah
keseluruhan guru yang dilibatkan sebagai subjek penelitian adalah 22
orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

122

ditindaklanjuti dengan diskusi terfokus dan terarah (focused group


discussion). Masalah-masalah pembelajaran yang ditemukan, kemudian
diklasifikasikan untuk dibuat profilnya.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat dinyatakan bahwa
masalah yang dialami oleh guru bisa diklasifikasikan berdasarkan
tingkatannya sehingga ada masalah pada tataran makro, meso, dan masalah
pada tataran mikro. Masalah yang tercantum dalam tabel 01 berikut adalah
berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dengan guru. Profil masalah
dibuat berdasarkan paradigma CIPP (Context, Input, Process dan Product).
Ringkasan mengenai masalah yang dialami oleh guru dapat dinyatakan
dalam tabel 01 berikut.
Tabel 01: Profil Masalah yang Dialami oleh Guru
Sumber
Tingkatan
Makro

Konteks
a.

b.

c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.

Perkembangan media
hiburan yang kurang terkendali,
seperti acara TV, play station dan
sebagainya.
Buku penunjang masih
banyak mengandung
miskonsepsi, terutama buku
matematika dan sain
Media untuk mengatasi
miskonsepsi sangat kurang.
Tayangan di media
masa (seperti film sejarah) sering
membingungkan anak
Sistem guru kelas,
sehingga guru harus menyiapkan
banyak rancangan pembelajaran
Pelatihan sangat jarang
Pelatihan yang diberikan
tidak efektif
Sistem pelatihan perlu
disempurnakan (mestinya disertai
dengan aplikasi di lapangan
sebagai follow-up)
Tidak ada staf ahli di
tingkat UPP
Sistem disiminasi
tentang hasil pelatihan oleh guru
kurang efektif

Input
a.

b.
c.
d.

e.

Standar kualitas
guru yang
ditetapkan belum
tercapai
Kualifikasi guru
tidak sesuai dengan
bidang ajarnya
Bbeban guru SD
(guru kelas) berat
Sistem wajib belajar
yang harus
menerima setiap
siswa yang
mendaftar
Ketidakseimbangan
antara jumlah siswa
yang diterima dan
jumlah guru/fasilitas

Proses
a.

b.

c.

d.
e.

Sebagian besar guru


belum mampu
mengakomodasi
Kurikulum sesuai
dengan kemampuan
siswa
Buku penunjang
belum relevan
dengan kurikulum
(dan guru belum
mampu menyusun
buku ajar sendiri)
Di beberapa sekolah
buku penunjang
sangat terbatas

Produk
Standar
kompetensi
lulusan belum
sepenuhnya
tercapai

Dana penunjang
kurang
Jumlah dan kondisi
ruang belajar
kurang memadai

______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250


Sumber
Tingkatan

123

Konteks
k.

Input

Proses

Produk

Buku sumber sangat


terbatas

l.
Meso

a.
b.
c.
d.

e.

f.
g.
Mikro

a.
b.

c.
d.

Buku sumber yang


tersedia tidak relevan dengan
kurikulum
Jarak rumah dan sekolah
jauh
Keadaan ekonomi orang
tua kurang
Perhatian orang tua
kurang
Waktu belajar anak
kurang karena masih harus
membantu orang tua
Komunikasi sehari-hari
lebih banyak menggunakan
bahasa daerah sehingga
menghambat pemahaman siswa
tentang buku yang sebagian besar
berbahasa Indonesia
Kemampuan untuk
menyediakan materi pembelajaran
sendiri masih terbatas
Kondisi anak didik di
berbagai aspek amat beragam
Waktu guru terbatas karena harus
melakoni kehidupan
bermasyarakat
Siswa di kelas terlalu banyak
fasilitas penunjang belajar
kurang karena sosek orang tua
siswa kurang dan kadangkadang buku2 di sekolah tidak
boleh dibawa pulang
Perhatian orang tua terhadap
dunia pendidikan renda
Memanfaatkan anak untuk
membantu orang tua bekerja
mencari nafkah

a.

b.

c.

d.
a.
b.

c.
d.

a.

e.

f.

Kesulitan
guru menyesuaikan
diri dengan
kemajuan teknologi
pembelajaran
Terjadi
kesenjangan dalam
pemanfaatan
kemajuan teknologi
di masyarakat
dengan di sekolah
Kadangkadang terjadi
bahwa umur anak
tidak sesuai dengan
umur usia sekolah

a.

b.

c.

Komunikas
i antar guru dengan
siswa kurang efektif
karena kemampuan
berbahasa Indonesia
kurang
Komunikas
i guru dengan orang
tua siswa masih
sering sulit
dilakukan
Komunikas
i antara siswa
dengan orangtuanya
terbatas (karena
kesibukan orang
tua)

Kecakapan
hidup yang
dituntut
kurikulum
belum
sepenuhnya
bisa dicapai

Pemahama
n guru tentang life
skill belum optimal
Kemampuan
awal anak sangat
beragam
Kemampuan
berkomunikasi anak
SD dan SMP (kelas
1) dalam berbahasa
Indonesia masih
kurang
Motivasi belajar
siswa dan rasa ingin
tahu siswa kurang
Rasa percaya diri
dan rasa
tanggungjawab siswa
masih perlu
mendapat pembinaan
Guru belum
mampu membedakan
dengan jelas aspek
kognitif, afektif dan
psikomotor dalam
melakukan penilaian
Guru masih
menemui kendala
(kesulitan referensi,
waktu, kemampuan)
untuk mengupgrade
kemampuan agar
sesuai tuntutan
kurikulum
Guru masih sulit
menyelaraskan
tuntutan kurikulum
dengan kondisi anak

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Kesulitan dalam
merencanakan proses
pembelajaran
(mengaitkan SK,KD,
Indikator dan
Asesmen)
Kurang terampil
dalam mengelola
kelas yang heterogen
dan besar
Kurang
memahami cara
menyusun dan
melaksanakan
asesmen yang
meliputi semua
aspek/domain
Pembelajaran
remidi dan
pengayaan sulit
dilakukan (karena
keterbatasan waktu)
Guru masih sulit
mengakomodasi
perbedaan siswa
secara individu
Di beberapa
sekolah guru lebih
sering memberikan
tugas secara individu
belum banyak
memberikan kerja
kelompok
Motivasi belajar
siswa masih belum

a.
Prosentase
lulusan
yang
memenuhi
standar
kompetens
i masih
belum
memadai
b.
Sikap mandiri
dan rasa
tanggung
jawab
siswa
belum
optimal
c.
Sikap percaya
diri siswa
belum
optimal

______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250


Sumber
Tingkatan

124

Konteks

Input
didik
Guru masih sulit
membedakan
pendekatan, teknik,
metode, dan strategi
h.
Pemahaman
berbagai model
pembelajaran masih
kurang
g.

Proses

Produk

memadai
Kreativitas siswa
dalam belajar belum
optimal
i.
Respon siswa
terhadap tugas-tugas
pembelajaran yang
dibebankan guru
amat beragam
h.

Tabel 01 di atas menunjukkan bahwa masalah yang dialami oleh


guru ada pada tataran makro, meso maupun pada tataran mikro. Masalah
pada tataran makro, agak sulit untuk ditangani oleh guru secara langsung.
Hal ini harus ditangani secara bersama-sama dengan pihak terkait baik itu
atasan guru (kepala sekolah) maupun pihak dinas pendidikan dan pihak
komite sekolah. Demikian juga halnya dengan masalah pada tataran meso.
Masalah-masalah pada kategori ini juga memerlukan bantuan pihak luar
seperti masyarakat/orang tua siswa.
Masalah pada tataran mikro adalah masalah yang dialami guru
secara langsung pada saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.
Kalau memperhatikan ringkasan tabel di atas, tampak bahwa masalah yang
dialami oleh guru cukup kompleks karena masalah guru terjadi pada semua
tahapan pembelajaran, yaitu ada pada tahapan perencanaan, pelaksanaan
proses pembelajaran maupun dalam tahap melakukan evaluasi.
Pada tahapan perencanaan, guru mengakui bahwa mereka
mengalami masalah dalam mengaitkan standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, dan asesmen. Di samping itu, berdasarkan hasil wawancara
penulis dengan beberapa guru, mereka juga belum bisa membedakan
beberapa istilah khusus yang digunakan dalam penulisan RP (Rencana
Pembelajaran), seperti halnya membedakan istilah standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD). Demikian juga halnya dengan istilah asesmen.
Para guru belum bisa membedakan kata asesmen dan tes, sehingga mereka
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

125

merasa belum yakin, apakah informasi yang ditulis dalam RP berkenaan


dengan istilah-istilah tersebut sudah tepat atau belum. Hal ini sebenarnya
merupakan masalah yang mendasar yang melandasi tahapan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru berikutnya.
Memperhatikan masalah riil yang dialami oleh guru, dapat
dibayangkan bahwa masalah yang dialami oleh guru sungguh sangat
prinsip dan mendasar karena perencanaan merupakan awal suksesnya
proses pembelajaran. Clark dan Lampert (1986 dalam Arend, 2001)
menyatakan bahwa perencanaan guru adalah faktor penentu terhadap apa
yang akan diajarkan oleh guru. Oleh sebab itu kalau perencanaan yang
dibuat guru belum benar maka sulit mengharapkan bahwa pembelajaran
akan membuahkan hasil yang maksimal.
Pada tahapan pelaksanaan, guru menyadari bahwa mereka banyak
mengalami masalah terutama dalam mengelola kelas untuk jumlah siswa
yang banyak dan menghadapi siswa yang heterogen. Guru juga mengakui
bahwa mereka kurang kreatif sehingga banyak di antara mereka kurang
terampil untuk mengatur strategi pembelajaran secara berkelompok, serta
merasa tidak memahami berbagai strategi pembelajaran yang inovatif yang
bisa digunakan untuk memvariasikan strategi pembelajaran di dalam kelas.
Ketika mereka ditanya lebih lanjut sehubungan dengan usaha apa yang
telah mereka lakukan dengan kenyataan tersebut, mereka mengatakan
bahwa mereka mengajar secara klasikal, lebih banyak menterjemahkan
secara langsung kalau siswa tidak bisa memahami kata-kata yang mereka
anggap sulit dan menyuruh siswa untuk mengisi lembar kerja siswa (LKS)
yang dimiliki oleh siswa. Masalah ini juga disebabkan oleh minimnya
fasilitas yang berupa alat peraga yang bisa mereka gunakan untuk
menunjang pembelajaran di dalam kelas.

______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

126

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru dapat


disimpulkan bahwa kurangnya alat peraga yang bisa digunakan di dalam
kelas adalah karena minimnya pengetahuan mereka tentang strategi
pembelajaran sehingga mereka tidak tahu media apa yang harus mereka
gunakan dalam menjelaskan suatu konsep atau saat membaca maupun saat
siswa melakukan aktivitas lain. Di samping itu mereka sangat kurang
kreatif untuk bisa memanfaatkan barang-barang sekitar mereka sebagai alat
bantu mengajar.
Memperhatikan hasil analisis terhadap data hasil kuesioner dan
wawancara dapat dinyatakan bahwa guru memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang amat rendah dalam hal mengelola kelas. Hal ini
tercermin dari ketergantungan guru yang terlalu banyak terhadap lembar
kerja siswa (LKS) yang dibawa siswa, dan guru seolah-olah kurang
kreativitas untuk mampu keluar dari ketergantungan yang pasif.
Sesungguhnya pekerjaan terbesar guru adalah mengembangkan masyarakat
belajar yang demokratis, yaitu semua siswa dinilai, dihargai dan dimotivasi
untuk saling bekerjasama (Arend, 2001 : 156). Oleh sebab itu, seorang guru
yang terampil akan mampu untuk menciptakan hubungan otentik dengan
siswa mereka dan mengembangkan apa yang dikenal dengan ethic of care
dan keterampilan mengelola kelas memerlukan keterampilan ini. Kalau
kemudian ditemukan bahwa guru tidak mampu untuk mengelola kelasnya
dengan baik, bisa dibayangkan bahwa suasana kelas akan sangat kering,
monoton, dan menjemukan. Di samping itu guru akan mengalami kesulitan
untuk mengembangkan dan memaksimalkan proses pembelajaran yang
bervariasi dan mampu untuk mengakomodasikan keberagaman kemampuan
siswa sesuai dengan filosofi pempelajaran yang berasaskan multiple
intelligence. Hal ini tentu memerlukan perhatian yang serius dari pihak
terkait agar kualitas proses pembelajaran bisa ditingkatkan.
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

127

Masalah lain yang juga dirasakan guru adalah dalam melakukan


asesmen. Guru menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui berbagai
teknik dan bentuk asesmen yang bisa dipakai oleh guru di dalam kelas.
Demikian juga halnya dengan cara/teknik asesmen yang dipakai untuk
mengukur semua domain (kognitif, psikomotor maupun afektif). Ketika
ditanya jenis tes apa yang biasanya digunakan oleh guru dalam
pembelajaran, mereka menyebutkan beberapa jenis tes yang semuanya
merupakan recognition test yang hanya menilai kemampuan pasif siswa.
Padahal jenis tes yang semestinya lebih banyak digunakan dalam kaitannya
pembelajaran berbasis kompetensi adalah asesmen otentik (OMalley dan
Pierce, 1996). Kalau paradigma dan konsep asesmen otentik belum
dipahami dan dikuasai oleh guru, maka dapat dibayangkan bahwa guru
belum sepenuhnya mampu mengases siswa mereka sesuai dengan harapan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Sebagai akibatnya, dapat
diprediksi, guru akan kembali melaksanakan sistem penilaian yang
behavioristik dan hanya menekankan penilaian pada aspek kognitif yang
dangkal.
Terlepas dari masalah-masalah yang dialami oleh guru, ada hal
positif yang dirasakan peneliti saat interviu dengan para guru yaitu adanya
kesadaran bahwa mereka merasa dan menyadari bahwa pengetahuan
mereka sangat minim dalam hal asesmen, sehingga mereka menyarankan
dan momohon kepada pihak terkait agar pengetahuan mereka di bidang ini
ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Hal ini perlu disambut baik
karena dengan adanya kesadaran ini, akan memudahkan pihak terkait untuk
memberikan pembaharuan-pembaharuan.
Menyadari masalah yang dialami oleh guru seperti dinyatakan di
atas, tidak mengherankan kalau implementasi kurikulum berbasis
kompetensi menimbulkan kebingungan dan sulit untuk memperbaiki
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

128

keadaan atau permasalahan yang dialami oleh guru sebelum kurikulum


berbasis kompetensi diperkenalkan. Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa harapan pemerintah agar guru mengimplementasikan kurikulum
berbasis kompetensi sepertinya jauh dari kenyataan. Padahal, harapan
pemerintah dan harapan kita semua, KBK dapat membawa guru pada
perbaikan kualitas mutu pembelajaran.
Demikian masalah-masalah yang dirasakan oleh guru yang
sesungguhnya sangat kompleks dan memerlukan perhatian dan upaya
tindak lanjut yang serius. Dengan masalah yang mereka alami dan
ungkapkan seperti itu, maka dikhuatirkan standar kompetensi lulusan tidak
akan tercapai secara optimal.
4. Penutup
Diagnosis masalah pembelajaran merupakan langkah yang sangat
penting dalam peningkatan kualitas guru. Dengan teridentifikasinya
masalah pembelajaran yang dialami oleh guru, maka usaha untuk mencari
pemecahan masalah akan menjadi lebih mudah.
Penelitian ini masih merupakan penelitian pendahuluan. Oleh sebab
itu penelitian lebih lanjut dengan variabel yang lebih banyak dan subjek
penelitian yang lebih representatif sangat diperlukan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2001. Learning to Teach. Fifth Editin. New York :
McGraw-Hill Book Co.
Rindjin, Sarna, Padmadewi. 2006. Diagnosis Masalah Pembelajaran.
Makalah disampaikan dalam Focused Group Discussion antar
______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

ISSN 0215 - 8250

129

Guru-Guru SD, SMP se- Kabupaten Buleleng tanggal 21 Oktober


2006.
Tantra, Dewa Komang. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah
disampaikan dalam Workshop Menumbuhkan Komitmen Guru dan
Pegawai SMA Negeri 4 Denpasar tanggal 3 Januari 2005 di
Candikuning Tabanan).
OMalley, Michael J; Pierce, Lorraine Valdez.1996. Authentic Assessment
for English Language Learners. A Practical Approach for Teachers.
United States of America : Addison-Wesley Publishing Company.

______________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH. XXXX April 2007

Anda mungkin juga menyukai