Anda di halaman 1dari 11

Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu

yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang
lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami [1].

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati
interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan
Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama[2].

Fungsi
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain [3]:

Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.


Memudahkan pekerjaan. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai
lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar
sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian. Menciptakan iklim
demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu
memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.
Jenis kelompok sosial
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma
yang ada. [1]

Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya
saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.[1] Sedangkan
menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri
dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap
orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui
perantara[4]. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan
lain-lain.[1]

Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan.[1] Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.[1]
Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD),
Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.[1]
Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan
kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan
keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok
Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya
berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya: kelompok arisan

Geng Motor Salah Satu Bentuk Kelompok Sosial


Ciri
Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:[1]

Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain.[1] (menyebabkan
interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)[1] Terdapat akibat-akibat
interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain[1] (akibat yang
ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)[1] Adanya
penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing.[1] Adanya peneguhan norma
pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan
anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama
dalam memenuhi kebutuhan.[1] Setelah itu akan timbul motivasi untuk
memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi
yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok[5]. Pembentukan kelompok
dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang
menjadi ketua atau anggota).[1] Interaksi yang terjadi suatu saat akan
memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul
perpecahan (konflik) [6] Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena
kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok
berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi
penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi. Langkah proses
pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut[7] :
Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat
dari pencapaian akademis.[1] Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan
intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik.[1] Dengan
demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi
anggota lainnya.[1]

Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok.[1] Perbedaan
kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal
secara sehat.[1] Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu
pengetahuan agar bisa memotivasi diri untuk maju.[1]

Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugastugas kelompok atau individu.[1]

Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan
kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih
efisien dan efektif.[1]

Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok.[1] Kebebasan disini
merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta
ekspresi selama kegiatan.[1] Namun kebebasan tetap berada dalam tata aturan
yang disepakati kelompok.[1]

Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan
interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang
didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.[1]

Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok


Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan
kelompok adalah sebagai berikut: 1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik
bila: a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang
baru[1] b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai
dengan dinamika kelompok tersebut.[1] c) Setiap anggota memiliki kelenturan
untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa
merasa integritasnya terganggu.[1] 2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap
anggota mampu untuk [1]: a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam
rangka mencapai tujuan bersama [1] b) membina dan memperluas pola [1] c)
terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.[1] Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh
bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok.[1] Dengan demikian
perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain [8] : 1. Tahap
pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua
individu akan saling mengenal satu sama lain.[1] Kemudian hubungan berkembang
menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai
masing-masing anggota.[1] 2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan
senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan
kekompakan dalam kelompok.[1] Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam
menjalankan fungsi kelompok.[1] 3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila
keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam
kelompok.[1] Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti
dengan pembubaran kelompok.[1]
Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok

Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun


memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan
dalam kelompok tersebut[9]. 1. Kelebihan Kelompok
Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi &
pendapat anggota yang lain.[2] Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan
kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi Kemampuan
secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok.[2]
2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu
penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat
memengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.[2]

Referensi
^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al
am an ao ap (Inggris) Theodore M. Mills, 1967. The Sociology of Small Groups. New
Jersey: Prentice Hall, Inc. Page. 3-35 ^ a b c d (Inggris) Fred R. Kerlinger, 1964.
Foundations of behavioral research. New York: Holt Rinehart and Winston.page. 2035 ^ Kamanto Sunarto. 1992. Sosiologi Kelompok. Jakarta: Pusat Antar Universitas
Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Hlm. 56 ^ George C. Homans, The Human
Group (New York: Harcourt, Brace and Company, 1950), hlm. 23 ^ Alvin A
Goldberg,.1985. Komunikasi kelompok. Jakarta: UI-Press.Hlm. 19 ^ Hidayat, AAA.
2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm.76 ^ Slamet.
Santosa, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.Hlm. 43 ^ P. Robbins,
Stephen. 1983. Organization Theory: Structure, Design, and Application. New Jersey:
Prentice Hall, Inc. Hlm 67 ^ Soerjono. Soekanto, 1986. Pengetahuan Sosiologi
Kelompok. Bandung: Penerbit Remadja Karya CV. Hlm. 34Dinamika kelompok adalah
suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan
psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung
dalam situasi yang dialami [1].

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati
interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan
Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan
bersama[2].

Fungsi
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain [3]:

Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.


Memudahkan pekerjaan. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai
lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar
sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian. Menciptakan iklim
demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu
memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.
Jenis kelompok sosial
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma
yang ada. [1]

Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya
saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.[1] Sedangkan
menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri
dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap
orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui
perantara[4]. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan
lain-lain.[1]

Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan.[1] Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.[1]
Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD),
Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.[1]
Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan
kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan
keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok
Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya
berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya: kelompok arisan

Geng Motor Salah Satu Bentuk Kelompok Sosial


Ciri
Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:[1]

Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain.[1] (menyebabkan
interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)[1] Terdapat akibat-akibat
interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain[1] (akibat yang
ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)[1] Adanya
penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing.[1] Adanya peneguhan norma
pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan
anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama
dalam memenuhi kebutuhan.[1] Setelah itu akan timbul motivasi untuk
memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi
yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok[5]. Pembentukan kelompok
dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang
menjadi ketua atau anggota).[1] Interaksi yang terjadi suatu saat akan
memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul
perpecahan (konflik) [6] Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena
kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok
berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi
penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi. Langkah proses
pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut[7] :
Persepsi

Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat


dari pencapaian akademis.[1] Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan
intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik.[1] Dengan
demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi
anggota lainnya.[1]

Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok.[1] Perbedaan
kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal
secara sehat.[1] Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu
pengetahuan agar bisa memotivasi diri untuk maju.[1]

Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugastugas kelompok atau individu.[1]

Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan
kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih
efisien dan efektif.[1]

Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok.[1] Kebebasan disini
merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta
ekspresi selama kegiatan.[1] Namun kebebasan tetap berada dalam tata aturan
yang disepakati kelompok.[1]

Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan
interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang
didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.[1]

Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok


Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan
kelompok adalah sebagai berikut: 1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik
bila: a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang
baru[1] b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai
dengan dinamika kelompok tersebut.[1] c) Setiap anggota memiliki kelenturan
untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa
merasa integritasnya terganggu.[1] 2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap
anggota mampu untuk [1]: a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam
rangka mencapai tujuan bersama [1] b) membina dan memperluas pola [1] c)
terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.[1] Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh
bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok.[1] Dengan demikian
perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain [8] : 1. Tahap
pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua
individu akan saling mengenal satu sama lain.[1] Kemudian hubungan berkembang
menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai
masing-masing anggota.[1] 2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan
senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan
kekompakan dalam kelompok.[1] Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam
menjalankan fungsi kelompok.[1] 3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila
keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam
kelompok.[1] Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti
dengan pembubaran kelompok.[1]
Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok
Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun
memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan
dalam kelompok tersebut[9]. 1. Kelebihan Kelompok
Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi &
pendapat anggota yang lain.[2] Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan
kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi Kemampuan
secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok.[2]
2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu
penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat
memengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.[2]

Referensi

^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al
am an ao ap (Inggris) Theodore M. Mills, 1967. The Sociology of Small Groups. New
Jersey: Prentice Hall, Inc. Page. 3-35 ^ a b c d (Inggris) Fred R. Kerlinger, 1964.
Foundations of behavioral research. New York: Holt Rinehart and Winston.page. 2035 ^ Kamanto Sunarto. 1992. Sosiologi Kelompok. Jakarta: Pusat Antar Universitas
Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Hlm. 56 ^ George C. Homans, The Human
Group (New York: Harcourt, Brace and Company, 1950), hlm. 23 ^ Alvin A
Goldberg,.1985. Komunikasi kelompok. Jakarta: UI-Press.Hlm. 19 ^ Hidayat, AAA.
2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm.76 ^ Slamet.
Santosa, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.Hlm. 43 ^ P. Robbins,
Stephen. 1983. Organization Theory: Structure, Design, and Application. New Jersey:
Prentice Hall, Inc. Hlm 67 ^ Soerjono. Soekanto, 1986. Pengetahuan Sosiologi
Kelompok. Bandung: Penerbit Remadja Karya CV. Hlm. 34Proses perkembangan
Berbagai kelompok social:
1. Kelompok Kekerabatan
Keluarga inti (keluarga batih) terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum
menikah.Keluarga besar (extended family): terdapat hubungan darah atau
hubungan persaudaraan.Dalamkelompok kekerabatan nilai-nilai tradisional masih
dijunjung tinggi sehingga kehidupankelompok berpusat pada tradisi kebudayaan
yang dipelihara secara turun temurun. Perubahan dalam kelompo kekerabatan
dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama melalui proses inovasi.

2. Kelompok Okupasional
Merupakan kelompok profesi yang terdiri dari kalangan professional yang memiliki
etika profesi atau dapat dikatakan kelompok okupasional merupakan kelompok
yang terbentuk berdasarkan spesialisasi pekerjaan atas dasarbakat dan
kemampuan.

3. Kelompok Volunter
Kelompok volunteer terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingankepentingan yang sama, tetapi tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat yang
semakin luas daya kangkaunya. Kelompok volunteer tersebut memenuhi
kebutuhan-kebutuhan para anggotanya secara mandiri tanpa mengganggu
kepenmtingan masyarakat umum. Contoh kelompok volunteer adalah KIIP( Komite
Independen Pemantau Pemilu)

4. Masyarakat Pedesaan (Rural Community)

Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang umumnya memiliki mata


pencaharian bertani atau bekebun. System kehidupan atas dasar kekeluargaan, dan
mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara para anggotanya.
Dalam hal kepemimpinan, hubungan antara pemimpin dan rakyat berlangsung
secara informal dan terkadang seorang pemimpin mempunyai beberapa kedudukan
dan peranan yang sulit untuk dipisahkan sehingga segala sesuatu dipusatkan pada
diri seorang kepala desa.
Perubahan pada masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola piker
masyarakatnya, terutama pola piker generasi tua yang masih didasarkan pada
tradisi. Disamping itu, kurangnya proses pemerataan pembangunan dan informasi
sering kali menimbulkan kondisi yang kontras antara masyarakat pedesaan dengan
masyarakat perkotaan.

5. Masyarakat Perkotaan (Urban community)


Masyarakat kota merupakan kelompok social yang mendiami wilayah yang luas,
sebagian besar bermatapencaharian di sector industry, jasa dan perdagangan.
Keanggotaan masyarakat kota tidak saling mengenal, lebih terikat kontrak dan
mulai meninggalkan tradisi.
Masyarakat perkotaan mempunyai tata nilai yang heterogen, terdiri dari berbagai
suku, agama, adat-istiadat,menjalankan fungsi administrasi dan pusat komersial,
dan bahkan pusat konsentrasi kegiatan yangmenjadi indicator modernisasi.

Anda mungkin juga menyukai