Anda di halaman 1dari 2

Mengukur Efektivitas 9 Tahun Desentralisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Jakarta, 17 Juni 2013. Hari ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyelenggarakan
Sarasehan Review Pelaksanaan Otonomi Daerah Bidang Lingkungan Hidup dengan tema
Mengukur Efektivitas 9 Tahun Desentralisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Acara ini
dibuka oleh Dr. Henry Bastaman, MES, Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis
Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH dan dihadiri oleh Bappenas, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Kehutanan, Kementerian ESDM, Kementerian Perikanan dan
Kelautan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Perguruan Tinggi, BLH Provinsi DKI
Jakarta dan Jawa Barat, WALHI, dan ICEL. Kehadiran berbagai pihak ini dimaksudkan untuk
memperoleh berbagai pandangan terkait dengan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah
bidang lingkungan hidup menuju pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, terdapat
solusi tepat dalam mengatasi pelaksanaan otonomi daerah yang belum efektif dalam
penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup. Narasumber pada acara ini yaitu Prof. Dr.
Sofyan Effendi, Dr. A. Wahab Situmorang, Dr. Hartuti Purwaweni, MPA dan Satya W. Yudha,
MSc.
Kebijakan desentralisasi diawali dengan UU Nomor 22 Tahun 1992 yang direvisi dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan dari sentralisasi menjadi
desentralisasi diharapkan menjadi momentum yang dapat menumbuh kembangkan proses
reformasi pada tingkat lokal dan memberikan ruang gerak pada bidang politik dan
pemanfaatan sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat lokal, sehingga tercipta
corak pembangunan baru di daerah terutama dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH).
Namun demikian, masih terdapat permasalahan yang dialami selama pelaksanaan otonomi
daerah
dibidang
lingkungan
hidup
seperti:
1) Kebijakan/Peraturan PPLH daerah yang belum jelas, termasuk didalamnya visi dan misi
Kepala
Daerah
yang
kurang
terhadap
lingkungan;
2) Sarana dan prasarana/infrastruktur daerah (kantor, laboratorium dan sebagainya) yang
belum
memadai;
3) Ketersediaan SDM lingkungan hidup secara kualitas dan kuantitas yang belum memadai;
4)
Pengalokasian
anggaran
yang
sangat
terbatas;
5) Iklim politik yang masih kurang berpihak kepada lingkungan.
Secara prinsip kebijakan desentralisasi ditujukan untuk memperkuat kapasitas pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik dan memperkuat
demokrasi ditingkat lokal. Desentralisasi PPLH diharapkan dapat meningkatkan kualitas
lingkungan dengan memberikan pelayanan prima bagi masyarakat, kemudahan dalam
mengakses informasi, peningkatan peran serta masyarakat serta penegakan hukum
lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut tentunya pemerintah daerah harus mempunyai
kapasitas yang memadai dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik dalam
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.
Pada kesempatan ini, Dr. Henry Bastaman, MES, Deputi Pembinaan Sarana Teknis
Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH, menyampaikan Kementerian Lingkungan
Hidup sesuai tugas dan fungsinya telah melakukan berbagai upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan LH daerah baik dari sudut (i) kelembagaan (ii) sumber daya manusia dan (iii)
sarana prasarananya. Hal pertama yang dilakukan adalah mendorong kabupaten/kota untuk
memperkuat bentuk kelembagaannya setingkat eselon II, sesuai tugas dan wewenangnya
dalam pasal 63 ayat (3) UU 32/2009 tentang PPLH.
Lebih lanjut dikatakan Peningkatan kapasitas SDM dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan, pembentukan jabatan fungsional, penyusunan pedoman uji kompetensi juga
pembinaan laboratorium lingkungan. Rapat Kerja Teknis Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan LH Daerah digelar setiap tahun mengundang kelembagaan LH daerah provinsi
dan kabupaten/kota dalam rangka pembinaan teknis terkait dengan kelembagaan, standar
pelayanan minimal (SPM) dan jabatan fungsional.
Dalam kurun waktu 9 (sembilan) tahun berjalannya proses desentralisasi, pengelolaan
lingkungan hidup belum berjalan secara optimal bahkan cenderung mengalami kemerosotan.
Hal ini menunjukkan bahwa belum optimalnya kinerja aparat pemerintah daerah dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Melalui sarasehan ini diharapkan adanya
masukan-masukan yang membangun sebagai evaluasi untuk mengukur efektivitas 9 Tahun
Desentralisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebagai bahan menyusun berbagai kebijakan
agar pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai