Anda di halaman 1dari 8

1

BAB
TEEORI KINETIK GAS
Gas adalah materi yang encer. Sifat ini disebabkan interaksi yang lemah antara partikel-partikel
penyusunnya sehingga perilaku termalnya relatif sederhana. Dalam mempelajari perilaku
tersebut, kita akan mengembangkan pengrtian yang jelas antara sifat-sifat makroskopik seperti
suhu, tekanan, dan volume dari sifat-sifat mikroskopik seperti kelajuan, energi kinetik,
momentum, dan massa tiap-tiap partikel penyusun materi. Sifat makroskopik adalah sifat dari
besaran-besaran yang dapat diukur dengan alat ukur, sedang sifat mikroskopik adalah sifat yang
tidak dapat diukur secara langsung.
Gas yang ditinjau dalam bab ini adalah gas ideal. Gas ideal adalah gas yang memenuhi
asumsi-asumsi sebagai berikut :
(1) Jumlah partikel gas banyak sekali tetapi tidak ada gaya tarik-menarik (interaksi)
antar partikel.
(2) Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang (acak)
(3) Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran wadah
(4) Setiap tumbukan yang terjadi bersifat lenting sempurna
(5) Partikel gas terdisdribusi merata pada seluruh ruangan dalam wadah
(6) Partikel gas memenuhi hukum Newton tentang gerak

13.1 Beberapa Hukum tentang Gas


13.11 Hukum Boyle
Robert Boyle (1627 1691) melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan tekanan dengan
volume gas dalam suatu wadah tertutup pada suhu konstan. Hubungan tersebut dinyatakan
dengan Hukum Boyle.
Jika suhu gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga konstan, maka
tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya.

Secara matematis, pernyataan diatas dapat ditulis :


pV = konstan atau p1V1 = p2V2
.......................................(13.1)
dengan :
p = tekanan (N/m2 = Pa)
V = volume (m3)
Gambar 13.1 menyatakan hubungan tekanan dengan volume secara grafik sesuai dengan
Persamaan (13.1). Pada suhu 100 K, proses gas dimulai dari tekanan awal (p1) dan volume awal
(v1) hingga tekanan akhir (p2) dan volume akhir (V2). Kurva ini dinamakan juga isotermal yang
berarti suhu sama. Pada grafik terlihat juga kurva isotermal gas untuk suhu 300 K.

http://atophysics.wordpress.com

Gambar 13.1 Grafik hubungan tekanan (p) terhadap volume (v) pada suhu konstan.
13.1.2 Hukum Charles dan Gay-Lussac
Jackues Charles (1746 1823) dan Joseph Gay-Lussac (1778-1805) menyelidiki hubungan
antara suhu dengan volume pada tekanan tetap. Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Charles
dan Gay-lussac yang berbunyi sebagai berikut :
Jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga konstan,
maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
Secara matematis, pernyataan diatas ditulis :
V = konstan atau V1 = V2
T
T1
T2

............................... (13.2)

Dengan :
V = volume (m3)
T = suhu mutlak (K)
Hubungan antara suhu dengan tekanan pada volume tetap juga berhasil diselidiki oleh Charles
dan Gay-Lussac yang dinyatakan dengan hukumnya sebagai berikut :
Jika volume gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga konstan,
maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya.

Secara matematis, pernyataan di atas dapat ditulis:


P = konstan atau P1 = P2
T
T1 T2

.................. (13.3)

13.1.3 Hukum Boyle-Gay Lussac


Dengan menggabungkan persamaan diatas, kita memperoleh hubungan berikut:
p V = konstan atau p1V1 = p2 V2
T
T1
T2

Persamaan ini disebut hukum Boyle-Gay Lussac

http://atophysics.wordpress.com

13.2 Persamaan Keadaan Gas Ideal


Dalam persamaan gas ideal terdapat beberapa istilah kimia penting, yaitu massa atom relatif,
massa molekul raltif, bilangan Avogadro dan mol. Massa atom relatif adalah massa satu atom
suatu unsur yang dinyatakan sebagai perbandingan massa satu tom unsur terhadap massa satu
atom unsur lain. Massa molekul relatif adalah jumlah seluruh massa atom relatif dari atomatom penyusun unsur atau senyawa tersebut. Mol adalah satuan jumlah atom dalam 12 gram
karbon yaitu sebanyak 6,02 x 1023 butir. Bilangan 6,02 x 1023 ini disebut Bilangan Avogadro
(NA). Dalam satuan SI NA dinyatakan dengan 6,022 x 1026 molekul/kmol
Dari uraian diatas diperoleh hubungan mol (n), massa (m) dan jumlah partikel (N) sebagai
berikut:
m = nMr atau n = m
Mr
N = nNA atau n = N
NA
Persamaan untuk gas ideal disebut dengan persamaan keadaan gas ideal :
pV = nRT = m RT = N RT
NA
Mr
Dengan R = 8,31 J/kmol K. Jika p dalam atm, V dalam L, n dalam mol dan T dalam K, maka R
= 0,082 L atm/mol K.
Apabila didefinisikan R = k, maka terbentuk persamaan:
NA
pV = NkT

dengan k disebut tetapan Boltzman, yang bernilai


R = 8,31 x 103 J/kmol K
NA
6,022 x 1026 molekul/kmol
= 1,38 x 10-23 J/K

k=

Persamaan untuk massa jenis ( ) gas sebagai :


= m = Mr
V
RT
Untuk menggunakan persamaan keadaan gas ideal dalam pemecahan soal, perhatikanlah TIPS
berikut.
TIPS : Penggunaan persamaan keadaan gas ideal
(1) Hati-hati memilih satuan R. Sesuaikan satuan R dengan satuan-satuan besaran yang lain.
Dalam hal ini ada kalanya diperlukan faktor konversi : 1 atm = 1,01 x 105 pascal (Pa).
(2) Jangan lupa T adalah suhu mutlak, satuannya harus kelvin (K).
(3) Apabila m dalam gram dan Mr dalam g/mol, maka n dalam mol, tetapi aoabila m
dalam kg dan Mr dalam kg/kmol, maka n kmol.

http://atophysics.wordpress.com

4
(4) Dalam keadaan standar (STP), yaitu tekanan p = 1 atm = 1,01 x 105 Pa, dan suhu gas T=
0 C atau 273 K, maka setiap n = 1 mol gas apa saja memilki volume 22,4 liter.

13.3 Teori Kinetik Gas Ideal


13.3.1 Tekanan Gas dalam Ruang Tertutup
Perubahan momentum gas dapat dinyatakan sebesar :
p = momentum akhir momentum awal
p = -m0vx m0vx = -2m0vx .
Selang waktu untuk perjalanan dapat dihitung dengan :
t =

jarak
= 2d
kecepatan
vx

Gambar 13.3 (a) Wadah berbentuk kubus berisi partikel-partikel gas yang bergerak secara
acak. (b) sebuah molekul dengan komponen vx menumbuk dinding secara elastis sehingga
mengubah tanda vx menjadi negatif, sedangkan tanda vy dan vz tidak berubah.
Laju perubahan momentum molekul pada suatu dinding yang sama sesuai dengan hukum kedua
Newton tidak lain adalah gaya, yaitu:
F = p = 2m0vx = m0 v2
t 2d/vx
d
Tekanan p adalah per satuan luas, sehingga:
P = F = m0 v2
A
d

1
d2

= m0 v2
d3

Jika ada sejumlah N molekul gas dalam wadah tertutup dengan komponen kecepatan pada
sumbu x adalah v1x, v2x, ,vNx, tekanan total gas pada suatu dinding adalah

http://atophysics.wordpress.com

P = m0 (v21x,+v22x,+ ,v2Nx)
d3
karena nilai rata-rata v2x = v21x +v22x + ... + v2Nx
N
P = m0 (v21x,+v22x,+ ,v2Nx)
d3
karena nilai rata-rata v2x = v21x +v22x + ... + v2Nx
ditulis
N

,dan volume wadah V = d3 , maka dapat

p = N m0 v2x
V
Kuardat kelajuan setiap molekul gas adalah
v2 = vx2 + vy2 +vz2
Sesuai dengan anggapan bahwa setiap molekul bergerak ke segala arah secara acak dengan
kelajuan tetap, maka rata-rata kuardat kecepatan pada arah x, y , dan z adalah sama besar,
V2x = V2y + V2z
Sehingga v2 = v2x + v2y + v2z = 3v2x atau v2x = 1 v2
3
Jika nilai vx2 dapat dimasukkan ke persamaan tekanan, sehingga
P =

1 N m0 v2x
3
V

dengan
p = tekanan gas (Pa)
m0 = massa sebuah partikel (molekul) gas (kg)
v2 = rata-rata kuardat kecepatan (m2/s2)
N = banyak molekul (partikel) gas (butir)
V = volume gas (m3)
Selain itu, besar m0 v2x bisa diganti dengan 2 EK sehingga
P = 2 N EK
3 V
dengan EK adalah energi kinetik rata-rata satu partikel gas
13.3.2 Suhu Gas Ideal
Perhatikan persamaan berikut
pV = 2 N EK
3 V
Sesuai dengan persamaan keadaan gas ideal, pV = NkT
http://atophysics.wordpress.com

NkT = 2 N EK
3
T = 2 EK atau EK = 3 kT
3k
2
dengan k = 1,38 x 10-23 J/K yang disebut tetapan Boltzman. Karena EK adalah energi kinetik
translasi rata-rata per molekul, maka suhu merupakan suatu ukuran dari energi kinetik molekul

Kecepatan efektif gas ideal


Rata-rata kuardat kecepatan partikel gas V2.dapat dinyatakan sebagai
V2 = N1v1 + N2v2 + .... =
N1 + N2 + ....

(Nivi2)
N

Kecepatan efektif Vrms (rms = root mean square) didefinisikan sebagai akar dari rata-rata
kuardat kecepatan,
Vrms =

v2 atau v2 = v2rms

Dengan menyatakan EK = m0 v2rms, maka akan terbentuk persamaan,


m0 v2rms = 3 k T
2
vrms = 3k T
m0
Karena jumlah mol gas, n = mtotal = N m0 atau n = N , maka m0 = Mr
Mr
Mr
NA
NA
Mengingat k = R , maka akan terbentuk persamaan
NA
vrms = 3 R T
(Mr/NA)
vrms = 3RT
Mr
vrms = 3RT
Mr
Persamaan diatas menyatakan bahwa pada suhu tertentu, molekul-molekul gas yang lebih
ringan secara rata-rata akan bergerak lebih cepat daripada molekul-molekul gas yang lebih
berat. Atau, pada suhu tertentu kecepatan efektif molekul gas berbanding terbalik dengan akar
massa molekul relatifnya.
Selain itu, = m dan dengan menyatakan Nm0 = massa total gas (m), maka;
V
P = 2 (N m0) v2rms = 1 (m)v2rms = 1 v2rms
3 V
3 v
3
http://atophysics.wordpress.com

v2rms =

3p

Persamaan diatas menyatakan hubungan kecepatan efektif gas dengan tekananya. Akan tetapi
harus diperhatikan bahwa untuk gas, perubahan tekanan p berkaitan dengan perubahan massa
jenis karena massa jenis bergantung pada volume. Sebagai akibat dari hukum Boyle, maka
diperoleh bahwa p berbanding lurus dengan V. Dengan demikian, kecepatan efektif gas tidak
tergantung pada tekanan atau volume gas.

13.4 Teorema Ekipartisi Energi


Molekul hanya melakukan gerak translasi memiliki tiga derajat kebebasan. Mekanika statistik
menunjukkan bahwa untuk sejumlah besar partikel yang memnuhi hukum mekanika
Newtonklasik, energi yang tersedia terbagi merata pada semua derajat kebebasan. Hal ini
dinyatakan dengan Teorema Ekipartisi Energi, yang berbunyi
Untuk suatu sistem molekul-molekul gas pada suhu mutlak T dengan setiap molekul
memiliki f derajat kebebasan (degree of freedom), energi mekanik rata-rata per
molekul EM atau energi kinetik rata-rata per molekul EK adalah:

EM = EK = f (1/2 k T)

13. 4.1 Derajat Kebebasan Molekul Gas Diatomik


Gas diatomik memiliki 3 derajat kebebasan untuk gerak translasi. Sedangkan untuk gerak rotasi
hanya memiliki 2 derajat kebebasan, termasuk gerak vibrasi molekul juga memiliki 2 derajat
kebebasan.

13.4.2 Energi Dalam Gas Ideal


Energi dalam suatu gas ideal adalah jumlah energi kinetik translasi, rotasi dan vibrasi seluruh
molekul gas yang terdapat di dalam suatu wadah tertentu.
Maka energi kinetik rata-rata EK tiap molekul sesuai dengan persamaan berikut.
U = N EK = N f (1/2 k T)

http://atophysics.wordpress.com

Dengan f adalah derajat kebebasan molekul gas.


Berdasarkan persamaan diatas, dapat ditulis rumus energi dalam gas berdasarkan derajat
kebebasannya, sebagai berikut:
(1) Gas monoatomik (f = 3) , contohnya: He, Ne, Ar
U = N EK = 3 N k T
2

(2) Gas diatomik seperti H2, N2 dan O2


- Pada suhu rendah ( 250 K) : f =3
U = N EK = 3 N k T
2

- pada suhu sedang (500 K) : f = 5


U = N EK = 5 N k T
2
- Pada suhu tinggi (1000 K) : f =7
U = N EK = 7 N k T
2

http://atophysics.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai