Anda di halaman 1dari 31

BAB 3

KOMPONEN SIMETRIS
3.1

Dasar Analisa Sistem Tenaga

Sistem tenaga listrik (Electric Power System) meliputi 3 komponen, yaitu


a. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik
Pembangkitan, yaitu produksi tenaga listrik, dilakukan dalam pusat tenaga
listrik atau sentral, dengan menggunakan penggerak mula dan generator.
b. Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi, atau penyaluran adalah memindahkan tenaga listrik dari pusat
tenaga listrik dengan nilai tegangan transmisi ke Gardu Induk, yang terletak
berdekatan dengan pusat pemakaian berupa kota atau industri besar.
Saluran transmisi merupakan mata rantai penghubung antara stasiun
pembangkit dan sistem distribusi dan menghubungkan dengan sistemsistem daya lain melalui interkoneksi.
c.

Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban pada daerah


tertentu kepada saluran transmisi. Dari Gardu Induk tenaga listrik
didistribusikan ke Gardu Distribusi dan ke pemakai atau konsumen.

Gambar dibawah ini memperlihatkan secara skematis urutan dan fungsifungsi pembangkitan, transmisi dan distribusi suatu sistem penyediaan
tenaga listrik.

17

Arah Energi

Pembangkit

Transmisi

Distribusi

Gambar 3.1 Skema prinsip penyediaan tenaga listrik

3.2

Besaran Perunit

Pada daya yang besar, saluran transmisi biasanya dioperasikan pada


tegangan beberapa ratus ribu volt atau beberapa ratus kilovolt (kV).
Dayanya beberapa juta watt, volt-ampere, atau VAR atau biasa disebut
dengan satuan MW, MVA atau MVAR. Arusnya biasanya beberapa ribu
ampere atau kiloampere (kA). Para insinyur sistem tenaga biasanya
menyatakan tegangan, arus, dan daya dalam persen atau per-unit (pu).
Besaran per-unit adalah rasio antara besaran sebenarnya terhadap
besaran dasar. Besaran perunit digunakan untuk menyederhanakan
perhitungan pada sistem yang memiliki lebih dari 2 tegangan saling
terkoneksi. Jika besaran per-unit dikalikan 100 persen maka didapat
besaran dalam persen. Besaran per-unit lebih disukai karena perkalian
atau pembagian antara dua besaran per-unit menghasilkan besaran perunit pula.
Untuk sistem tiga-fasa, hubungan berikut berlaku :
Base Quantities
Base MVA, = 3

Base Voltage, = in kV
Base Current, =

( )
3 ( )

in kA

18

()

Base Impedance, =

3 ()

in Ohms

Per Unit Values



=
Per Unit MVA, =

Per Unit Voltage, =

Per Unit Impedance, =


Per Unit Current, =

Terkadang dalam prakteknya, impedansi per-unit dari suatu komponen


dinyatakan dengan basis yang berbeda dengan basis atau dasar yang
digunakan dalam sistem tempat komponen tersebut digunakan. Karena
daya dasar yang digunakan dalam suatu analisis harus sama maka kita
harus merubah besaran dasar lama menjadi yang baru menurut
persamaan berikut :
=

Contoh 1:
Suatu generator 18 kV 500 MVA mempunyai reaktansi X=0.25pu. Jika
besaran dasar sistem adalah 20 kV dan 100 MVA, tentukan reaktansi
generator dalam dasar yang baru.
Jawab
= 0.25

18
20

100
= 0.0405
500

19

Contoh 2.
11 KV
20 MVA

11/132KV
50 MVA,
10%

132/33KV
50 MVA,
10%

OHL
40

0.3 pu

FEEDER
8

~
kVb=11

132

33

MVAb= 50

50

50

349

21.78

219 A

874 A

kVb2
Zb=
= 2.42
MVAb
MVAb
Ib=
= 2625 A
V3.kVb

0.3

11
11

50

= 0.75 pu

40

0.1 pu

349

20

= 0.115 pu

8
= 0.367 pu
21.78

0.1 pu

1.432 pu
If

1
If =
= 0.698 pu
1.432

I11kV = 0.698 x Ib = 0.698 x 2625 =1833A


I132kV = 0.698 x 219 = 153A
I33kV =0.698 x 874 = 610A

Contoh 3
11.8 KV

11.8/141 KV
OHL

~
Salah dalam
memilih kVb

132/11 KV

11.8 kV

132 kV

11 kV

Benar dalam 11.8 x 132 = 11.05 kV


141
memilih kVb

132 kV

11 kV

Benar dalam
memilih kVb

141 kV

11x 141
132

11.8 kV

20

F
3 FAULT

3.3

Analisa hubung singkat

Sistem tenaga yang besar, dengan wilayah yang luas, sangat rentan
dengan kemungkinan

terjadinya

kerusakan peralatan

akibat

suatu

gangguan hubung singkat, baik yang bersifat temporer, seperti penghantar


udara terkena ranting patah atau layang-layang. Juga yang bersifat
permanen seperti kawat penghantar yang putus atau juga petir dan proses
switching (manuver jaringan) yang menimbulkan tegangan berlebih yang
bisa menyebabkan terjadinya flashover pada isolator.
Karena begitu banyaknya kemungkinan gangguan hubung singkat yang
mungkin mengakibatkan kerusakan pada peralatan, maka perlu dilakukan
analisa hubung singkat dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kemampuan memutus (breaking capacity) dari
suatu alat pengaman (CB)
2. Untuk menentukan setting rele pengaman yang harus dipasang agar
peralatan pengaman tersebut bekerja secara optimal.
Gangguan tidak simetris pada saluran transmisi tiga fasa dapat disebabkan
oleh hubungsingkat, perbedaan impedansi akibat pembebanan yang tidak
sama, dan penghantar terbuka (open circuit). Untuk melakukan analisis
dalam rangkaian tiga fasa yang tidak seimbang dapat dilakukan dengan
menggunakan metoda komponen simetris.
Teori komponen simetris pertama kali diperkenalkan pada tahun 1918 oleh
ilmuwan Amerika yang bernama CL Fortescue. Setelah dilakukan berbagai
pengkajian dan penyelidikan serta uji coba, maka beberapa tahun metoda
komponen simetris menjadi popular dan hingga saat ini banyak digunakan
oleh para enjinir untuk melakukan berbagai perhitungan dan analisa
gangguan.
21

Dasar pemahaman dalam metoda komponen simetris adalah bagaimana


suatu sistem yang tidak seimbang pada rangkaian tiga fasa dapat diuraikan
menjadi fasor-fasor yang seimbang. Himpunan fasor-fasor inilah yang
disebut komponen simetris.
3.3.2 Pengertian Fasor Komponen Simetris
Pada jaringan tiga fasa seimbang fasor urutan fasa mempunyai besaran
yang sama dengan pergeseran sudut fasor sebesar 1200, dimana urutan
fasanya berlawanan arah jarum jam mengikuti urutan fasa pada generator
(Gambar 3.2 Kondisi Fasor Komponen Simetris.a).
Jika terjadi hubung singkat, misalkan pada fasa-T, maka fasor tegangan
menjadi tidak seimbang laigi, dimana besaran fasa-T menjadi lebih kecil,
sedangkan fasa lainnya (VR & VS) dimungkinkan menjadi lebih besar dari
sebelumnya (Gambar 3.2.b)
VR

VT

VT

VR

VS
VS

(a) Kondisi Seimbang

(b)Kondisi Gangguan pada Phasa T

Gambar 3.2 Kondisi Fasor Komponen Simetris

Menurut teori komponen simetris,


yang tidak seimbang dapat

fasor -fasor pada jaringan tiga fasa

diuraikan menjadi 3 fasor yang seimbang,

yaitu :
22

3.3.2.1

Komponen Urutan Positif

Sifat-sifat :

Terdiri dari 3 fasa masing-masing fasor mempunyai besaran yang


sama dan setiap fasa diberi notasi 1 : a1, b1 dan c1

Beda sudut antar fasor adalah 120

Mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor aslinya, yaitu


berlawanan dengan arah jarum jam.

c1

a1

b1
b

(a)Urutan Fasor Aslinya

(b)Urutan Positif

Gambar 3.3 Urutan Fasor Komponen Urutan Positif

1.2.1.2 Komponen Urutan Negatif


Sifat-sifat :

Terdiri dari tiga fasa masing-masing fasor mempunyai besaran yang


sama dan setiap fasa diberi notasi 2 : a2, b2 dan c2

Beda sudut antar fasor adalah 120

Mempunyai urutan fasa yang berlawanan arah dengan fasor aslinya.

23

a2

b2

c2

(a) Urutan Fasor Aslinya

(b) Urutan Negatif

Gambar 3.4 Urutan Fasor Komponen Urutan Negatif

3.3.2.2

Komponen Urutan Nol

Sifat-sifat :

Terdiri dari 3 fasa masing-masing fasor mempunyai besaran yang


sama dan setiap fasa diberi notasi 0 : a0, b0 dan c0

Antara fasor satu dengan fasor lainnya tidak terdapat perbedaan


sudut
c0

b0

a0

Gambar 3.5 Urutan Nol

3.3.3 Operator a dan j


3.3.3.1

Operator a

Yang dimaksud operator dalam komponen simetris adalah gradiem arah


dari suatu vector arus maupun tegangan. Karena suatu besaran arus atau
24

tegangan selalu digambarkan suatu garis vector yang mempunyai sudut


pergeseran yang sama, maka untuk memudahkan dalam perhitungan
dipakai notasi operator a dan j.
Notasi a adalah gradient vector untuk pergeseran sudut fasor 120 ditulis :
a = 1<120
Dalam operasi aritmetik 2 besaran vector v yang sama dan mempunyai
pergeseran fasa adalah :
v = 1
v x v = 10 x 1

v = 10

v = 1

Operasi aritmetik pergeseran fasor dengan sudut 120, adalah :


Untuk dua kali pergeseran :
a x a = 1<120 x 1<120 a2 = 1<240
Untuk tiga kali pergeseran :
a2 x a = 1<240 x 1<120 a3 = 1<360 a3 = 1
Digambarkan secara grafik sbb :

-a

-1

= -a

120
1

240

-a

a
25

= a

Diuraikan secara bilangan komplek , maka nilai skalarnya adalah :


a
j sin 120

a = cos 120 + j. sin 120


a = -0.5 + j. 0.53

cos

120

120
a

3.3.3.2

Operator j

Operator j adalah bilangan imajiner j = -1

3.3.4 Aplikasi komponen simetris


3.3.4.1

Komponen simetris fasor tegangan

Vc1

Va2

Va1
120
120

120

Vb2

Vc0

120

Vb0

Va0

120
120

Vb1
(a)Urutan Positif

Vc2
(b)Urutan Negatif

(c) Urutan Nol

Gambar 3.6 Diagram Phasor Tegangan

Dalam kondisi tegangan tidak seimbang tegangan fasa VA, VB dan VC,
dapat diuraikan menjadi komponen fasor-fasor yang
positif, negatif dan Nol.

26

seimbang urutan

Va0

1.1.1.1
A

Vc1

1.1.1.3
1.1.1.2
Vc2

C V
Vc0

Va1

Va2

Vb1
Vb0
Vb2

Gambar 3.7 Diagram Phasor Tegangan

3.3.4.2

Komponen Simetris Fasor Tegangan

Dari gambar di atas :


VA = Va0 + Va1 + Va2
VB = Vb0 + Vb1 + Vb2
VC = Vc0 + Vc1 + Vc2 (1)
Hubungan urutan positif dan negatif
Vb1 = 1240 * Va1 = a Va1
Vb2 = 1120 * Va2 = a Va2

... (2)

Vc1 = 1120 * Va1 = a Va1


Vc2 = 1240 * Va2 = a Va2 .(3)

Karena Va1 = V1
Vb1 = a V1
Vc1 = a V1

..(4)

Karena Va2 = V2
27

Vb2 = a V2
..(5)

Vc2 = a V2
Va0= Vb0 = Vc0 = V0

.(6)

(2), (3) & (6) substitusi ke (1)


VA = Va0 + Va1 + Va2
VB = Va0 + a Va1 + a Va2
VC = Va0 + a Va1 + a Va2
+
(VA+VB + VC) = 3Va0 + (1 + a + a) Va1 + (1 + a + a) Va2
karena

(1 + a + a) = 0, maka
(VA+VB + VC) = 3Va0 = 3 V0

Tegangan urutan nol

V0 = 1/3 (VA+VB + VC)

.(7)

Karena :

Vn = VA+VB + VC,
V0 = 1/3 Vn atau Vn = 3 V0
VA = V0 + V1 + V2
VB = V0 + a V1 + a V2
x a
VC = V0 + a V1 + a V2
xa
Maka,
VA = V0 + V1 + V2
aVB = a V0 + aV1 + V2
a VC = aV0 + a V1 + V2
+
VA+ a VB + aVC = (1 + a + a) 3V0 + (1 + a + a) V1 + 3 V2
VA+ a VB + aVC = 3 V2
(8)

Tegangan urutan negatif :


V2 = 1/3 (VA+ a VB + a VC)
28

Dengan cara yang sama diperoleh


Tegangan urutan Positif

V1 = 1/3 (VA+ a VB + a VC)

(9)

Ditulis dalam bentuk matrik :


VA
VB
VC

1 1 1
1 a a
1 a a

V0
V1
V2
Vs :Tegangan urutan fasor

A : operator bilangan komplek


Vp : Tegangan fasa
[ Vs] = [ A-1 ] [ Vp ]

[ Vp] = [ A ] [ Vs ]
(10)
3.3.4.3

Komponen Simetris Fasor Arus

Ic1
Ia2
Ib2

120

Ia1

120

120
120

120

Ic0

Ib0

Ia0

120

Ib1
Ic2

(a) Arus urutan Positif

(b) Arus urutan Negatif


Gambar 3.8 Diagram Phasor Arus

29

(c) ArusUrutan Nol

Dalam kondisi tegangan tidak seimbang, arus fasa IA, IB dan IC, dapat
diuraikan menjadi komponen fasor-fasor arus yang

seimbang urutan

positif, negatif dan Nol.


Ic1
Ic2

1.1.1.4

1.1.1.6

1.1.1.5 C

Ib0

B
Ib2

Ia0I

AI
Ia1

Ia2

Ib1

Gambar 3.9 Diagram Phasor Arus

Dari gambar di atas :


IA = Ia0 + Ia1 + Ia2
IB = Ib0 + Ib1 + Ib2
IC = Ic0 + Ic1 + Ic2

(11)

Hubungan arus urutan positif dan negatif


Ib1 = 1240 *Ia1 = a Ia1
Ib2 = 1120 * Ia2 = a Ia2

... (12)

Ic1 = 1120 * Ia1 = a Ia1


Ic2 = 1240 * Ia2 = a Ia2 .(13)
Karena Ia1 = I1
Ib1 = a I1
Ic1 = a I1

.14)

Karena Ia2 = I2
Ib2 = a I2
Ic2 = a I2
Iao= Ibo = Ico = Io

...(15)
(16)
30

(12), (13) & (16) substitusi ke (11)

IA = Ia0 + Ia1 + Ia2


IB = Ia0 + a Ia1 + a Ia2
IC = Ia0 + a Ia1 + a Ia2
+
(IA+IB + IC) = 3Ia0 + (1 + a + a) Ia1 + (1 + a + a) Ia2
karena

(1 + a + a) = 0, maka
(IA+IB + IC) = 3Ia0 = 3 I0

Arus urutan nol

Karena :

I0 = 1/3 (IA+IB + IC)

.(17)

In = IA+IB + IC,
I0 = 1/3 In atau In = 3 I0

IA = I0 + I1 + I2
IB = I0 + a I1 + a I2

x a

IC = I0 + a I1 + a I2

xa

Maka,
IA = I0 + I1 + I2
aIB = a I0 + aI1 + I2
a IC = aI0 + a I1 + I2
+
IA+ a IB + aIC = (1 + a + a) 3I0 + (1 + a + a) I1 + 3 I2
IA+ a IB + aIC = 3 I2

Arus urutan negatif :

I2 = 1/3 (IA+ a IB + a IC)

(18)

Dengan cara yang sama diperoleh :


Arus urutan Positif

I1 = 1/3 (IA+ a IB + a IC)

Ditulis dalam bentuk matrik :


31

(19)

IA
IB

1 1
=

IC

I0

1 a a

I1

1 a

I2

I : arus urutan fasor


A : operator bilangan komplek
I : Arus fasa
[Ip] = [ A ] [Is ]
[Is] = [ A-1 ] [Ip ]
.(20)
3.3.4.4
a.

Rangkaian Pengganti

Generator
Generator dapat dinyatakan sbg sumber tegangan yg terpasang seri
dgn reaktansi induktif (xd)

Tahanan dalam gen. (Rg) nilainya sangat kecil dan dapat diabaikan.

Sistem urutan positif

E
I1

V1 = E - I1. Z1
Z1
V1

Sistem urutan negatif


E2

E2 = 0

=
I2

V2 = I2. Z2

Z2

32

Sistem urutan nol


Eo = 0

Eo

3.3.4.5
Dinyatakan

Vo = Io. Zo

Io

Zo

Transformator
dengan

reaktansinya

(Xt),

sedangkan

tahanan

belitan,admitansi shunt dan pergeseran phase Y- diabaikan.

Sistem

urutan

positif

Xt

Z1 = j Xt
Sistem
negatif
Z2 = j Xt

33

urutan

Berikut adalah tabel yang menunjukkan rangkaian pengganti transformator


dengan metoda a dan b
No

Pentanahan Sistem

Rangkaian Pengganti Urutan Nol

34

10

11

12

35

3.3.4.6

Saluran Transmisi / Distribusi

Rangkaian pengganti transmisi tergantung pada panjang saluran :

Pendek (1-6 km )

Saluran Medium (diatas 6 50 km)

Saluran Panjang (diatas 50 km )

a.

Rangkaian Pengganti Saluran Pendek

Dinyatakan dalam impedansi seri, sedangkan admitansi shunt diabaikan


Z1

Z2

N1

b.

Zo

N2

No

Rangkaian pengganti saluran medium


1) Rangkaian model phi ( )
Z1

Z2

Xc1/2

Xc1/2

N1

Xc2/2

Zo
Xc2/2

N2

Urutan Positif

Xco/2

Xco/2

No

Urutan Negatif

Urutan Nol

2) Rangkaian model T
Z1/2

Z2/2

Z1/2

Xc1
N1

Xc2
N2

Urutan Positif

Zo/2

Z2/2

Zo/2

Xco
No

Urutan Negatif

36

Urutan Nol

c.

Beban

Semua beban diabaikan, kecuali motor yang besar (diatas 50HP) dianggap
sebagaimesin singkron.
3.3.4.7

Pemodelan Rangkaian Pengganti

JARINGAN
EKIVALEN
URUTAN

V1

POSITIF

JARINGAN
EKIVALEN
URUTAN

V2

NEGATIF

JARINGAN
EKIVALEN
URUTAN NOL

VO

1.2.3.3.1. Rangkaian Pengganti Gangguan 3 Phasa ke Tanah


Fasa-a
Fasa-b
Fasa-c

Z
f

Zf

Ic
Vb

Ib

Vc
Tegangan urutan posistif :

V1 = I1 * Zf
37

Ia Va

Tegangan urutan negatif :

V2 = I2 * Zf

Tegangan urutan nol :

V0 = I0 * Zf
Sehingga rangkaian pengganti menjadi :
I1

Urutan Positif
(Z1)
E

Zf
V1

Urutan Negatif
(Z2)

I2
V2
I0

Urutan Nol
(Z0)
V0

0 = 2 = 0
0 = 2 = 0
Maka :
= 1

= 1

= 2 1 = 2 1
= 1

= 1

Sehingga
1 = =

1 +

Atau jika Zf=0 maka

1 = = 1

38

1.2.3.3.2. Rangkaian Pengganti Gangguan 2 Phasa


Ia
Fasa-a
Fasa-b

Ib
Ic

Fasa-c

Zf
Vc

Va= Vo + V1 + V2
Vb = Vo + a V1 + a V2
Vc = Vo + a V1 + a V2

Ia = Io + I1 + I2
Ib = Io + a I1 + a I2
Ic = Io + a I1 + a I2

Rumus umum :
Pada kondisi awal di titik gangguan :
Ia = 0,

Ib + Ic = 0 ,

Vb =Vc dan

Vb = Ib . Zf + Vc

maka,
1
+ + = 0
3
1
1
1 = + + 2 = 2
3
3
1
1
2 = + 2 + = 2
3
3
0 =

Sehingga diperoleh 1 + 2 = 0
1
1
+ + 2 =
3
3
1
1
2 = + 2 + =
3
3
1 =

Sehingga diperoleh

Vb

V1 = V2

Rangkaian pengganti menjadi :


39

I1

Urutan Positif
(Z1)
E

Zf
V1
I2

Urutan Negatif
(Z2)
V2

Dari rangkaian pengganti terlihat bahwa


1 = 2 =

1 + 2 +

Jika kita asumsikan Zf0 atau solid grounded dan Z1=Z2 maka
1 = 2 =

21

= 1 + 2 + 0 = 0

21

= 1 + 2 2 + 0 = 2 1 = 3
21
= 2 1 + 2 + 0 = 2 1 = 3

Oleh karena itu = 0.8663

40

1.2.3.3.3. Rangkaian Pengganti Gangguan 2 Phasa ke Tanah


Fasa-a
Fasa-b

Ia

Ib
Ic

Fasa-c

Ic

Ib
Vc

If

Rumus baku :
Va= Vo + V1 + V2

Ia = Io + I1 + I2

Vb = Vo + a V1 + a V2

Ib = Io + a I1 + a I2

Vc = Vo + a V1 + a V2

Ic = Io + a I1 + a I2

Pada kondisi awal di titik gangguan


Ia = 0,

Vb =Vc=0

maka,
= 1 + 2 + 0 = 0
dan
0 + 2 1 + 2 = 0 + 1 + 2 2
2 1 1 = 2 2 2
1 = 2
0 = 0 + 2 1 + 2
0 = (2 + )1
0 = 1 0 = 1 = 2

41

Vb

Sehingga rangkaian pengganti menjadi


I1

Urutan Positif
(Z1)
E

V1

Urutan Negatif
(Z2)

I2
V2
I0

Urutan Nol
(Z0)
V0

Jika gangguan 2 phasa ke tanah dengan resistance


Pada kondisi awal di titik gangguan
Ia = 0,

Vb =Vc= (Ib+Ic)Zf

maka,
= 1 + 2 + 0 = 0
0 =

1
1
+ + = +
3
3

+ = 30
1
1
1
+ + 2 = + (+2 ) =
3
3
3
1
1
1
2 = + 2 + = + (+2 ) =
3
3
3
1 =

1 = 2
1
1
+ + = + 2
3
3
1
1
0 1 = + 2
3
3
0 =

0 1 = = + = 30
1 = 0 30
42

1 = 0 0(3)
Sehingga rangkaian penggantinya menjadi
I1

Urutan Positif
(Z1)
E

V1
I2

Urutan Negatif
(Z2)

V2
I0

Urutan Nol
(Z0)

3Zf
V0

1.3.3.6.4. Rangkaian Pengganti Gangguan 1 Phasa ke Tanah


Ic
Ib

Fasa-c
Fasa-b
Fasa-a

Ia

Ic
Zf Va

Rumus umum :
I1 = 1/3 ( Ia + a Ib + aIc )
I2 = 1/3 ( Ia + a Ib + aIc )
I0 = 1/3 ( Ia + Ib + Ic )
Pada kondisi awal di titik gangguan :
Ib = Ic = 0,

Va = 0
43

Vb

Vc

maka,
1
1
+ + 2 =
3
3
1
1
2 = + 2 + =
3
3
1
1
0 = + + =
3
3
1 =

Sehingga diperoleh:
1

1=2=0= 3

........................................................persamaan (i)

= 1 1 + 2 2 + (0 0)
Karena Va = 0 maka ;
1
1
1
= 1 + 2 + (0 )
3
3
3
1
= (1 + 2 + 0)
3
3 = 3 (1 + 2 + 0)
3 = 3 + (1 + 2 + 0)
3 = (1 + 2 + 0 + 3)
=

3
(1 + 2 + 0 + 3)

Rangkaian pengganti menjadi :


I1
E

URUTAN
POSITIF
(Z1)

URUTAN
NEGATIF
(Z2)

V1
I2
V2

3Zf

Io
URUTAN
NOL(Zo)

Vo
44

a.

Rangkaian Pengganti Open Circuit 1 Phasa

Fasa-b

sumber

Ia

Fasa-a

Va-Va

Ib

Fasa-c
Vb-Vb

Ic

Vc-Vc
Va Vb

Vc

Va

Pada kondisi awal di titik gangguan


= 0 = 0 = 0
1
1
0 = + + =
3
3
1
1
2
1 = + + =
3
3
1
1
2 = + +2 =
3
3
1
0 = 1 = 2 =
3
= 1 + 2 + 0 = 0
Rangkaian pengganti menjadi :
I1

Urutan Positif
(Z1)
E

V1

Urutan Negatif
(Z2)

I2
V2
I0

Urutan Nol
(Z0)
V0

45

Vb Vc

3.4

Jenis arus gangguan pada analisa hubung singkat

Jenis arus gangguan dan kegunaanya dalam analisa gangguan adalah


sebagai berikut
-

cyc pertama.
Impedansi utama untuk cyc pertama merupakan impedansi subtransient. cyc ini juga ditujukan sebagai sub-transient network,
karena semua mesin yang berputar direpresantasikan oleh reaktansi
sub-transientnya.
Arus gangguan pada cyc digunakan untuk mengevaluasi kerja
pemutusan PMT
Berikut adalah tipe-tipe peralatan beserta tugasnya masing-masing
pada cyc tersebut :
Jenis peralatan

Fungsi

PMT HV

KEmampuan closing dan latching

PMT LV

Kemampuan pemutusan (interrupting


capability)

Fuse

Kekuatan bus (bus bracing)

Switsgear dan MCC relay

Setting instant

1.5-4 cyc
Digunakan untuk menghitung pemutusan arus gangguan hubung
singkat dan peralatan proteksi bekerja
setelah gangguan

46

(untuk setting 1.5-4 cyc)

Jenis peralatan

Fungsi

CB HV (>1.0 kV)

Kemampuan

pemutusan

(interrupting

pemutusan

(interrupting

capability)

Unfused Low Voltage PCB tanpa

Kemampuan

instant

capability)

Semua PMT LV lainnya

N/A

Fuse

N/A

Switchgear and MCC bus

N/A

Kondisi Steady state atau 30 cyc berikutnya


Digunakan untuk menghitung arus hubung singkat steady state dan
kerja beberapa peralatan proteksi (setting 30 cyc) setelah terjadi
gangguan (relay proteksi dengan setting waktu tunda)
Jenis-jenis komponen pada power sistem beserta representasinya
dalam 30 cyc ditunjukkan pada table berikut. Sebagai catatan,
mesin-mesin induksi , motor sinkron , dan kondesor tidak masuk
kedalam perhitungan gangguan 30 cyc.
Type sumber

Impedansi perhitungan 30 cyc

Power utility/grid

Zs

PEmbangkit

Zdv

Motor Induksi

Infinitive impedance

Motor Sinkron

Xd

Table Impedansi perhitungan 30 cyc

47

Anda mungkin juga menyukai