Anda di halaman 1dari 332

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

USAID-KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832
Email: info@kinerja.or.id
www.kinerja.or.id

Maret 2014

KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, JawaTimur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand
side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga, Program
KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Di bidang kesehatan Program KINERJA mendorong pemerintah daerah memperbaiki dan meningkatkan
pelayanan Kesehatan Ibu & Anak (mother and child health) dengan focus pada Persalinan Aman, Menyusu
Dini dan ASI eksklusif (atau disingkat PA-IMD-ASI atau Save delivery, immediate breast feeding, exclusive
breas tfeeding/SD-IBF-EB). Peningkatan pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat
menyelenggarakan kegiatannya untuk pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal
(SPM), dan standar nasional serta mencapai tujuan-tujuan MDG (Millennium Development Goals).
KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar praktek baik dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah lainnya, maka untuk lebih
memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan
sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin menerapkan tatakelola yang baik dan
penghitungan kebutuhan pemenuhan target standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan. Untuk
membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat
daftar organisasi/konsultan yang selama ini membantu Program KINERJA.

Jakarta, Maret 2014

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

1
2

BAB 1

RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Rekomendasi kepada para Calon OMP
Rekomendasi kepada para Lembaga Diklat

3
3
6
6
7

BAB 2

PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Kesehatan
Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM Kesehatan

8
8
9
10

BAB 3

PENGALAMAN KINERJA DALAM PENDAMPINGAN PERENCANAAN SPM


BIDANG KESEHATAN
Situasi yang Dihadapi di Daerah
Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif
Proses kerja

12

BAB 4

MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES


Tantangan
Keberhasilan Program

18
18
19

BAB 5

REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI


Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin masuk Kedalam Program KINERJA
Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin untuk Replikasi Pendekatan SPM
Rekomendasi untuk Calon Konsultan dan OMP
Rekomendasi untuk Lembaga Penyedia Pelatihan

23
23
24
25
25

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

12
13
15

www.kinerja.or.id

BAB 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
1. Tujuan Umum Program KINERJA
Program Kinerja adalah sebuah program tata kelola pemerintahan yang baik yang difokuskan pada
peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik di sektor Pendidikan Dasar (basic education), Kesehatan
Ibu & Anak (Mother and Child Health) dan Iklim Usaha yang baik (Business Enabling Environment). Program
Kinerja dibiayai oleh donor USAID dan dilaksanakan oleh suatu konsorsium konsultan RTI International
sebagai lead-firm dan mitra konsorsiumnya, yaitu The Asia Foundation (TAF), Kemitraan - Partnership, Social
Impact (SI), Lembaga Penelitian SMERU dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Jangka waktu pelaksanaan
program ini adalah 5 tahun dari tanggal 30 September 2010 sampai 28 Februari 2015.
Program Kinerja bekerja di 20 kabupaten/kota di 4 Propinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan. Kinerja bekerja dengan Pemerintah Daerah, Provinsidan Pusat serta Organisasi Masyarakat
Sipil untuk memperkuat mekanisme partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan membantu pemerintah daerah
agar dapat lebih tanggap (responsive) terhadap kebutuhan masyarakat atas tata kelola pelayanan publik yang baik.
Program KINERJA dilakukan melalui pendekatan dua sisi yaitu sisi penyedia layanan (supply) dan sisi
pengguna layanan (demand). Kedua sisi tersebut didorong untuk peningkatan aspek-aspek tatakelola yang
baik (good governance), Pada sisi penyedia layanan, dalam hal ini SKPD/Dinas, unit layanan serta Pemda
(eksekutif dan legislatif) didorong untuk meningkatkan manajemen efisien dan efektif yang berorientasi pada
standar pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan publik. Padapendekatan pengguna layanan (demand
side) dilakukan dengan meningkatkan kepedulian, keterlibatan dan pengawasan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan publik melalui peran forum multi stakeholder (FMS) atau forum peduli serta jurnalisme warga/media.
Sedangkan pada pendekatan penyedia layanan (supply side) dilakukan dengan meningkatkan kemampuan
pemberi layanan untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi dan penerapan praktik yang baikuntuk
perbaikan kualitas pelayanan publik yang mengacu kepada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal yang telah ditetapkan melalui peraturan perundangan
pemerintah (untuk sektor Pendidikan dengan Permendikbud No.23 th 2013 tentang SPM Pendidikan Dasar di
kab/kota). Ada 27 indikator SPM yang harus dipenuhi sejakdari ketersediaan buku, alat peraga, ruang kelas,
guru, pengawas sekolah, hingga penerapan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Program Kinerja mempunyai sasaran:


1. Menciptakan insentif untuk meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah. Insentif tersebut
mencakup harapan hasil kinerja yang lebih baik, akibat adanya peningkatan keterlibatan warga dan
pertanggungjawaban kepada warga, penghargaan (atau sanksi) atas kinerja yang baik (atau buruk), dan
kebanggaan (atau perasaan malu) ketika kinerja pemerintah daerah diumumkan kepada publik. Bantuan
teknis menghasilkan insentif yang lebih kuat dengan memberi warga suara yang lebih efektif dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, mendukung sistem manajemen kinerja pada pemerintah daerah, dan
meningkatkan persaingan melalui benchmarking, serta program pemberian penghargaan yang kompetitif.
2. Mendorong pengadopsian penyelenggaraan pelayanan yang inovatif. Program Kinerja menawarkan
pilihan intervensi teknis yang tepat sasaran dan dirancang dengan baik di tiga sektor pendidikan,
kesehatan dan iklim usaha. Program berfokus pada elemen-elemen penting dari pelayanan di sektorsektor khusus tersebut, beberapa elemen yang mampu memberikan dampak, bukan melaksanakan terlalu
banyak kegiatan yang berlainan.
3. Mereplikasi sistem manajemen yang lebih baik dan mendiseminasinya dengan skala yang lebih luas
melalui organisasi-organisasi perantara dan konsultan. Dampak program Kinerja diperluas secara nasional
melalui diseminasi-diseminasi.
4. Menerapkan skema evaluasi dampak yang cermat dengan menggunakan kabupaten kontrol yang
dipilih secara teliti dan studi mendalam. Evaluasi ini mengukur hasil untuk memberikan informasi tentang
intervensi mana saja yang efektif, mengapa dan bagaimana.

2. Lokasi Program KINERJA


KINERJA bekerja di 20 kabupaten/kota di 4 provinsi, yakni:
1. Provinsi Aceh: Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Simeulue, danKota Banda Aceh.
2. Provinsi Jawa Timur: Kabupaten Bondowoso, Jember,Probolinggo dan Tulungagung, dan Kota
Probolinggo,
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Kabupaten Barru, Bulukumba, Luwu dan Luwu Utara, danKota Makassar.
4. Provinsi Kalimantan Barat:, Kabupaten Bengkayang, Melawi, Sambas, Sekadau dan Kota Singkawang.
Dari 20 kabupaten/kota mitra Kinerja di atas, Kinerja melaksanakan pendampingan SPM bidang kesehatan di
6 kabupaten/kota pada Round-1 dan 13 kabupaten/kota pada Round-2.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

3. Keberhasilan KINERJA dalam Pendampingan Perencanaan dan


Penganggaran SPM Bidang Kesehatan
Bantuan teknis KINERJA di sektor kesehatan di kabupaten/kota secara umum adalah pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA atau Maternal Neonatal and Child Health/MNCH) dengan fokus pada Persalinan Aman,
Menyusu Dini dan ASI eksklusif (PA-IMD-ASI atau Save delivery, immediate breastfeeding, exclusive
breastfeeding/SD-IBF-EB).
Keberhasilan KINERJA pada pendampingan perencanaan dan penganggaran SPM bidang kesehatan, antara
lain adalah :

Dari sisi proses, keberhasilan pendampingan ini ditunjukkan dengan antara lain:
a) Terjadi peningkatan jumlah kabupaten/kota yang mampu menyelesaikan perencanaan dan
penganggaran SPM kesehatan dalam kurun waktu rata-rata 6 bulan. Proses perencanaan dan
penganggaraan ini meliputi pembenahan sistem pendataan untuk perhitungan baseline SPM
kesehatan, perhitungan kesenjangan capaian terhadap target SPM, analisis penyebab kesenjangan,
identifikasi program dan kegiatan prioritas untuk mengurangi kesenjangan, dan perhitungan kebutuhan
biaya untuk program dan kegiatan prioritas tsb dalam rangka pemenuhan target SPM (costing SPM).
b) Pemanfaatan hasil perhitungan kebutuhan biaya pemenuhan target SPM dalam perencanaan
dan penganggaran daerah. Dengan kata lain, perencanaan dan penganggaran di kabupaten/kota
dampingantelah mulai mengacu pada kebutuhan pemenuhan target SPM.

Dari sisi hasil, keberhasilan pendampingan ini ditunjukkan dengan antara lain:
a) Diintegrasikannya hasil prioritisasi kegiatan dan kebutuhan anggaran SPM Kesehatan ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran daerah, seperti oleh Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten
Aceh Singkil, Kabupaten Jember, Kabupaten Singkawang, dan Kabupaten Bulukumba. Kabupaten
Singkawang mengintegrasikan SPM Kesehatan dalam Renstra Dinas Kesehatan dan RPJMD 20132018. Berdasarkan hasil perhitungan costing pada Tahun 2013, Kabupaten Jember melalui KUA-PPAS
2014 telah mengalokasikan sedikitnya 79 Milyar untuk kegiatan pencapaian SPM Kesehatan.
b) Kota Makassar menerbitkan Peraturan Walikota tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan Kota Makassar. Peraturan Walikota ini memuat pasal mengenai target tahunan dan
program prioritas untuk memenuhi nilai dan batas waktu pencapaian SPM Kesehatan 2015. Target
tahunan dan program prioritas ini telah mengacu pada hasil costing SPM Kesehatan Kota Makassar
hasil kerjasama Tim Dinas Kesehatan, MSF, dan Program Kinerja.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Rekomendasi Kepada Para Pimpinan Daerah


Program Perencanaan dan Penganggaran SPM Kesehatan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan bersama
stakeholder kabupaten/kota dengan dukungan dari KINERJA menunjukkan bahwa pendekatan yang
digunakan telah membawa hasil dan perubahan, sebagaimana disampaikan diatas. Rekomendasi pertama
KINERJA kepada pimpinan daerah, khususnya daerah dengan anggaran terbatas dan kesenjangan pelayanan
kesehatan yang tinggi, adalah untuk belajar dari pengalaman KINERJA, dari pengalaman itu menghitung
kebutuhan pemenuhan SPM Kesehatan dan mengintegrasikan hasilnya dalam penyusunan dokumen
perencanaan daerah dan APBD.Berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi, yakni:
a) Diperlukan komitmen yang kuat dari para pimpinan daerah (Bupati/Walikota, DPRD, Sekda, dan Kepala
Dinas Kesehatan) untuk menerapkan SPM bidang Kesehatan,
b) Setiap kebijakan pada pelayanan publik hendaknya berorientasi pada target standar pelayanan minimal
sehingga capaiannya dapat diukur dengan jelas,
c) Melibatkan organisasi masyarakat sipil/OMS atau forum-forum multi stakeholder (FMS)
dalampenyelengaraan tata kelola pelayanan kesehatan,
d) Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru,
seperti mendayagunakan Dewan Kota Sehatdan perguruan tinggi setempat.
e) Berkoordinasi dan sinergi antar SKPD dan instansi pemerintah daerah terkait.
f) Menetapkan indikator kinerja dan pengukuran keberhasilan program, dan
g) Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA
sebagai instrument pendukung perbaikan kinerja pelayanan publik.

Rekomendasi kepada para Calon OMP


Organisasi-organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dan konsultan mitra pelaksana KINERJA yang telah banyak
membantu pemerintah daerah/Dinas Kesehatan dan forum multi stakeholder dalam pendampingan penerapan
Program Perencanaan dan Penganggaran SPM bidang kesehatan, merupakan aset daerah yang berharga.
Ada beberapa rekomendasi bagi OMP dan Konsultan dalam upaya melanjutkan perannya, yakni:
a) Mengintegrasikan aspek tata kelola yang baik (good governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan warga masyarakat dan forum-forum multi stakeholder,

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

b) Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta,
c) Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program, dan
d) Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder,
e) Bekerjasama antar OMP dan Perguruan Tinggi setempat untuk lebih meningkatkan kapasitas/kemampuan.

Rekomendasi kepada para Lembaga Diklat


Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan di berbagai tingkat pemerintahan (Diklat Kabupaten/kota, Diklat
Provinsi, Diklat Pusat) mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara
periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga
tersebut memasukkan pendekatan-pendekatan dan praktek-praktek baik KINERJA dalam kurikulum dan
pelatihan yang diselenggarakan Diklat yang meliputi:
a) tata kelola (governance) yang melibatkan warga masyarakat sebagai pengguna layanan publik,
b) lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman,
c) mengadopsi modul, inovasi dan praktek baik (good practice) yang dikembangkan KINERJA DONOR lain,
serta Kementerian Teknis terkait, seperti KemenPAN,
d) Menyelenggarakan pelatihan peningkatan pelayanan public secara berkala, dengan membuka
kesempatan melibatkan narasumber (OMP, Konsultan, Dinas/Instansi) yang sudah menerapkan praktek
baik inovasi pelayanan publik.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

BAB 2
PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di
bidang kesehatan, pendidikan dasar dan iklim usaha yang baik.
KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak replikasi, pemerintah daerah di
Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih berkualitas serta lebih responsif terhadap
kebutuhan dan permintaan warga negara atau pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan warga masyarakat, organisasi masyarakat
sipil (LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis
kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
perencanaan dan penerapan SPM peran legislatif DPRD sangat dominan karena fungsi penganggaran berada
di dewan perwakilan rakyat daerah. Peran Bappeda selaku koordinator perencanaan daerah juga sangat
penting.
Sebagian besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) dan Konsultan
(short term/STTA) Kinerja, yang juga menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa
contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui kajian dan analisa, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM;
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipatif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk
menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan
pelayanan publik yang lebih baik.
5. Membentuk Tim Penyusun perencanaan SPM kabupaten/kota yang terdiri dari multi stakeholder untuk
menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang
partisipastif;
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:
1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik (demand side);
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang berstandar;
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah
daerah.
Dengan bekerja disisi penyedia (supply side) dan dan pengguna layanan (demand side), maka pendekatan
yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas,
partisipatif, dan responsif.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Kesehatan


Di sektor kesehatan, KINERJA melaksanakan paket program pada Persalinan Aman, Menyusu Dini dan
ASI eksklusif (PA-IMD-ASI yang berorientasi standar pelayanan minimal (SPM). Program PA-IMD-ASI ini
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program di bidang kesehatan ibu dan anak (KIA) tidak sematamata dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas, melainkan menyangkut beberapa instansi
pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan,
Bagian Hukum, Badan Kepegawaian Daerah, Kecamatan, Desa/Kelurahandan DPRD. Oleh karena itu,
dalam melaksanakan program PA-IMD-ASI, keterlibatan antar instansi/lembaga/masyarakat warga
sangat penting.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk berperan serta dalam penyelengaraan
pelayanan publik sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan
masyarakat, program-program peningkatan dan perbaikan pelayanan publik dapat terlaksanakan secara
tranparan, akuntabel dan perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement).

Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor kesehatan ibu dan anak, khususnya PA-IMDASI ekslusif, harus dapat berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana
ketika manfaat program-program PA-IMD-ASI dapat dirasakan dengann baik oleh masyarakat dan
pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui
forum-forum multi stakeholder.

Berorientasi Standar. Dengan mengacu kepada standar pelayanan (service standards: SPM, SOP,
SPP, Service Charter, ISO) sesuai regulasi maka kinerja pelayanan dapat diukur lebih baik dan dapat
diperbandingkasn secara nasional, regional dan lokal.

Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan


Pemenuhan SPM Kesehatan
Prinsip-prinsip dalam perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM bidang kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Dengan menerapkan SPM atau standar pelayanan akan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik yang berkelanjutan (continuous improvement).
2. Peraturan pemerintah/kementerian terkait SPM dan standar lainnya, dimaksudkan sebagai alat untuk
meningkatkan mutu pelayanan KIA secara merata dan terfokus.
3. Penghitungan SPM menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu ketersediaan data yang baik di
Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit menjadi persyaratan utama.
4. Penghitungan SPM berdasarkan pedoman peraturan regulasi Pemerintah yang berlaku dan mengacu
kepada kesenjangan (gap) antara capaian saat ini dengan sasaran yang ditetapkan secara nasional/
provinsi, jadi bukan hanya apa yang diinginkan kepala dinas/puskesmas, kelompok warga, atau Bupati/
Walikota saja.
5. Penghitungan SPM dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan membentuk Tim Penyusun SPM
yang terdiri dari berbagai unsur: eksekutif, legislatif, masyarakat (tokoh/ahli).

10

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

6. Memuat capaian sasaran SPM sehingga pendanaan/penganggaran bidang Kesehatan lebih diarahkan
pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu
kesehatan ibu dan anak yang semakin tinggi.
7. Didasarkan pada regulasi daerah (Surat Keputusan, Peraturan bupati/walikota atau Peraturan daerah). Hal
ini diperlukan untuk menjamin penerapan SPM dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SPM secara periodik diperlukan agar penerapan SPM dapat
tepat sasaran dan terus disempurnakan,
9. Pengelolaan setiap masukan dan pengaduan masyarakat secara jujur, agar bisa menjadi sumber
perbaikan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat pengguna layanan (customer oriented).
Proses perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM di kabupaten/kota dilaksanakan dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Membuat kesepakatan dengan Kepala Daerah dan Kepala Dinas Kesehatan serta Kepala Bappeda untuk
disepakatinya kegiatan perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM bidang kesehatan.
2. Membentuk Tim Penyusun SPM yang ditetapkan Kepala Dinas Kesehatan. Tim terdiri unsur- unsur
eksekutif, unsur legislatif, dan unsur masyarakat, antara lain: Bidang-bidang di DinKes (Sungram, Yankes,
Kesga), Puskesmas, Bidang SosBud Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Organisasi Setda, Komisi DPRD
membidangi kesehatan, Kecamatan, Perwakilan forum masyarakat peduli kesehatan, Forum Kota Sehat,
Perwakilan Komite Kesehatan (kabupaten/kecamatan).
3. Menetapkan Fasilitator/Pelatih yang akan mendampingi Tim SPM selama proses penyusunan dan
pengitungan costing SPM.
4. Mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan jika diperlukan
melakukan Studi Komparatif penerapan Standar Pelayanan di Kabupaten/kota lainnya.
5. Setelah proses diatas dilalui maka tahap selanjutnya adalah proses yang dilaksanakan oleh Tim Penyusun
SPM yang sudah dibentuk, sejak penghitungan SPM, integrasi hasil kedalam dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah/dinas, pelaksanaan program-kegiatan, dan monitoring dan evaluasi.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

11

BAB 3
PENGALAMAN KINERJA DALAM
PENDAMPINGAN PERENCANAAN SPM
BIDANG KESEHATAN
Situasi yang Dihadapi di Daerah
Dari hasil angket kuisioner evaluasi diri penerapan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah
kabupaten/kota pada saat lokakarya, banyak daerah kabupaten/kota mitra Kinerja yang belum cukup paham
berkaitan dengan SPM bidang kesehatan dan SKPD terkait masih kurang menerapkan SPM bidang kesehatan
dalam perencanaan dan penganggaran daerah. Hal ini dipengaruhi oleh antara lain:
(1) Belum tersedianya tim yang khusus/fokus mendampingi kabupaten/kota dalam penerapan SPM bidang
kesehatan,
(2) Tim teknis perencanaan di tingkat dinas/puskesmas belum diperkuat dengan pemahaman dan
keterampilan perencanaan dan penganggaran berbasis SPM bidang kesehatan,
(3) Dukungan modul praktis penerapan SPM bidang kesehatan dalam siklus pengelolaan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan belum cukup tersedia,
(4) Perhatian dan dukungan politik bagi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan berbasis SPM
belum cukup memadai (SPM kesehatan belum menjadi acuan Pemda dan DPRD dalam kebijakan
anggaran daerah).
Dari hasil mini survey di 5 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011
pada awal mulainya pendampingan SPM Kinerja di Sulsel. Hasil mini survey menunjukkan di 5 kabupaten/kota
mitra Kinerja tersebut banyak pelaku yang belum cukup paham dengan standar pelayanan minimal (SPM) dan
belum/kurang menerapkan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Dari hasil selama pendampingan analisa dan penghitungan costing SPM Kesehatan yang sudah berlangsung
di kabupaten/kota mitra Kinerja, masih banyak daerah kabupaten/kota yang belum memenuhi SPM sesuai
target-target nasional yang ditetapkan (target mengacu Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/MENKES/PER/

12

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

VII/2008 dimana disebutkan target SPM harus dicapai pada tahun 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa
daerah belum memprioritaskan pencapaian SPM dalam perencanaan dan anggaran daerahnya.

Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif


Bantuan Teknis KINERJA di kabupaten/kota dalam peningkatan tata kelola pelayanan publik melalui
pendekatan dua sisi, supply dan demand, membutuhkan dukungan dan komitmen seluruh Stakeholder daerah.

1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders


KINERJA memulai pendampingan perencanaan SPM dengan menyelenggarakan Lokakarya Peningkatan


Pemahaman Service standard dan Kesadaran atas SPM kepada para stakeholder daerah termasuk
Bupati/Walikota dan DPRD. Selanjutnya memfasilitasi para pejabat daerah kunjungan studi komparatif/
banding penerapan Standar Pelayanan di kabupaten/kota yang mempunyai praktek baik dan inovasi
maju di bidang kesehatan ibu dan anak (KIA). Di beberapa kabupaten/kota DPRD dan Wakil Bupati atau
Sekretaris Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan serta perwakilan masyarakat terlibat dalam kunjungan
studi komparatif tersebut. Sasaran kunjungan studi komparatif antara lain di Kota Probolinggo - JawaTimur
dan Kab. Sragen, Kab. Klaten -Jawa Tengah.

Dengan pelaksanaan lokakarya dan studi banding tersebut muncul kesadaran dan pemahaman tentang
standar pelayanan, sehingga lebih jelas dipahami para pengambil keputusan di kabupaten/kota.
Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten/kota membentuk Tim Penyusun SPM Kesehatan.

2. Pengaturan Pekerjaan

Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang
pelayanan publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist) yang ditempatkan di tiap-tiap
kabupaten/kota mitra. Tugas utamanya adalah mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum
multi stakeholder (MSF), Konsultan (STTA) dan organisasi mitra pelaksana (OMP). Selain itu spesialis juga
bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.

Program pendampingan penghitungan kebutuhan pemenuhan (perencanaan costing) SPM dilaksanakan


oleh Konsultan KINERJA dan LPSS yang bekerja secara periodik mendampingi Tim penyusun SPM

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

13

melaksanakan tahapan-tahapan perencanaan SPM. Untuk pendampingan tersebut, KINERJA merekrut


Konsultan SPM Kesehatan di tiap-tiap Provinsi. Konsultan SPM (STTA/short term technical assistance)
telah mendapat pelatihan dari KINERJA dan bekerja sama dengan OMP Kesehatan yang ada di tiap-tiap
kabupaten/kota mitra KINERJA.

Secara berkala Spesialis dari kantor pusat National Office (NO) Kinerja akan memperkuat pemahaman
tentang penerapan SPM di masing-masing kabupaten/kota atau pada event penting Lokakarya integrasi
SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah.

LPSS selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatandan Tim Penyusun SPM yang terdiri dari unsur-unsur
Kepala Bidang/Seksi Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas mitra, Bappeda, Bagian Organisasi, Bagian
Keuangan, dan lembaga-lembaga non pemerintah.

3. Penyusunan Rencana Kerja


Setelah terbentuk Tim Penyusun SPM, maka Tim bersama Dinas Kesehatan dan LPSS menyusun
rencana kerja dan jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahap kegiatan di tingkat puskesmasdan
kegiatan di tingkat kabupaten/kota atau Dinas Kesehatan. Jadwal rencana kerja harus sesuai jadwal
perencanaan dan penganggaran daerah sehingga pada saat hasil penghitungan SPM selesai bisa
langsung diintegrasikan ke dalam perencanaan daerah dan dianggarkan dalam APBD kabupaten/kota.

Tahap-tahap pendampingan perencanaan penghitungan pencapaian target SPM adalah sebagai berikut
dibawah, yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran pemerintah daerah:
1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan
Standar Pelayanan bidang kesehatan.
2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan
perundangan tentang SPM Kesehatan.
3. Identifikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM.
4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan
Strategi Penanganan,
5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan
Program/Kegiatan
6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen
Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan Dinas/SKPD,

14

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

7. Monitoring dan Evaluasi Capaian SPM.


8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Sekolah atau instansi/
SKPD lainnya.

Proses Kerja
1. Peran Masing-masing Stakeholder

Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan perencanaan SPM di semua
tahapan, namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus, yaitu :

Konsultan STTA dan/atau oragnisasi mitra pelaksana/OMP berperan melaksanakan lokakarya/


pelatihan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penghitungan kebutuhan (costing)
pemenuhan target SPM dan pendampingan dalam penghitungan.

Tim Penyusun SPM berperan melakukan penghitungan SPM dan menyusun rekomendasi teknis yang
disampaikan kepada pengambilan keputusan, serta melaksanakan advokasi untuk pengalokasian
anggaran pemenuhan SPM dan integrasi ke dalam dokumen perencanaan daerah.

Kepala Dinas dan Bupati/Walikota berperan dalam menindaklanjuti rekomendasi teknis dengan
mengintegrasikan hasil costing SPM ke dalam dokumen perencanaan dinas/daerah, serta
mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan kegiatan prioritas pemenuhan SPM.

Tim Anggaran dan DPRD berperan dalam menyetujui alokasi dana pemenuhan SPM yang diusulkan
sesuai dengan hasil analisis dan penghitungan serta mengawasi pelaksanaan implementasi program
SPM daerah.

Tim SPM bersama MSF atau unsur CSO melaksanakan advokasi kebijakan dan pengawasan
penerapan SPM untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan publik secara berkelanjutan.
Selain terlibat dalam Tim Penyusun SPM yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan
rekomendasi teknis, forum multi stakeholder/MSF berperan dalam pengawasan pelaksanaan
program-kegiatan prioritas pemenuhan SPM di tingkat unit layanan/sekolah dan tingkat kabupaten/kota
(SKPD/Dinas). Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian
ditindaklanjuti dengan analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

15

2. Pelaksanaan Rencana Kerja


Program Perencanaan SPM dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan
Standar Pelayanan bidang kesehatan: Menyelenggarakan lokakarya di kabupaten/kota dengan
mengundang semua stakeholder terkait untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran atas
pentingnya SPM dan Standar Layanan/service standard. Jika memungkinkan Pejabat daerah
melakukan studi komparatif (banding) ke kabupaten/kota yang telah menerapkan SPM dan Standar
Layanan secara baik dan berhasil untuk memahami dan mendalami langsung permasalahan
penerapan SPM.
2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan
perundangan tentang SPM Kesehatan: Tim Penyusun SPM dan Dinas melakukan review peraturanperaturan terkait SPM untuk mengkaji peraturan yang mendukung / menghambat pencapaian
pemenuhan SPM dan menentukan target sasaran SPM yang harus dicapai kabupaten/kota.
3. Identifikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM: Mengidentifikasi capaian masing-masing
indikator SPM bidang kesehatan pada tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya, baik di tingkat unit
layanan/puskesmas dan tingkat kabupaten/kota (Dinas).
4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan
Strategi Penanganan: Menganalisis kesenjangan (gap) masing-masing indikator SPM Kesehatan
antara capaian dengan target Nasional yang ditetapkan. Serta mengidentifikasi nilai gap yang terbesar
hingga terkecil. Gap yang besar akan prioritas ditangani lebih dahulu. Dilanjutkan menganalisis
penyebab terjadinya gap dengan memilih salah satu metode misal pohon masalah atau fishbone,
kemudian menyusun program-kegiatan untuk mengatasi masalah serta membuat prioritas rangking
dan strategi penanganannya.
5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan
Program/Kegiatan: Setelah ditentukan rangking program-kegiatan dan strateginya maka dilakukan
penghitungan kebutuhan biaya untuk melaksanakannya secara bertahap, pada umumnya dalam
jangka menengah 3-5 tahun, disesuaikan dengan target SPM yang harus dicapai.
6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen
Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan Dinas/SKPD: Melaksanakan lokakarya hasil
penghitungan costing SPM dengan mengundang berbagai pihak (uji publik) dan mengintegrasikan hasil
costing SPM ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran Dinas dan Daerah, seperti: RKA,
KUA-PPAS, RENJA, RKPD, RENSTRA DINAS dan RPJMD Kabupaten/kota.
7. Monitoring dan Evaluasi Kemajuan Capaian SPM: Tim Penyusun SPM dan Dinas memantau/
monitoring pelaksanaan program-kegiatan yang sedang diimplementasikan, mengevaluasi capaian

16

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

SPM secara periodik serta melakukan review jika ada rencana yang pelaksanaanya perlu diperbaiki
atau ditingkatkan.
8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Puskesmas atau instansi/
SKPD lainnya: Kabupaten/kota yang sudah menyelesaikan tahapan penghitungan Costing SPM dapat
mengadopsi atau melaksanakan praktek baik guna memaksimalkan pelayanan publik, misalnya:
membuat Peraturan Walikota/Bupati tentang penerapan SPM beserta petunjuk teknisnya, memperluas
penghitungan costing SPM ke seluruh unit layanan/puskesmas, menerapkan SPM di Dinas/SKPD
lain diluar Dinas Kesehatan, menerapkan indikator-indikator SPM sebagai acuan dalam penyusunan
Renstra Dinas dan RPJMD Kabupaten/kota, menerapkan Standar Pelayanan Publik/SPP untuk
pelaksanaan pelayanan publik sesuai indikator SPM yang ingin dicapai.

3. Proses Perubahan dan Perkembangan Manfaat Dari Cara Kerja



Sekurang-kurangnya ada perubahan-perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program
SPM dengan pendekatan KINERJA:

Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan pembiayaan
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) berbasis SPM, ketrampilan penghitungan dan kesenjangan
pembiayaan SPM Kesehatan, Staf/Pejabat Puskesmas dan Dinas Kesehatan yang turut langsung
melakukan penghitungan SPM akan lebih menjiwai peningkatan pelayanan publik berbasis standar.

Peningkatan keterlibatan elemen masyarakat dalam penyelenggaraan program SPM. Forum-forum


multi stakeholder di Kabupaten/Kotamitra Kinerja telah menunjukkan keterlibatan dan berperan secara
signifikan dalam setiap tahapan program.

Peningkatan kemampuan pengalokasian anggaran sektor kesehatan dalam melaksanakan programkegiatannya untuk mencapai target SPM.

Munculnya kebijakan-kebijakan daerah (Peraturan Walikota) untuk penerapan pelayanan kesehatan


yang berbasis SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

17

BAB 4
MENGATASI TANTANGAN
DAN MENCAPAI SUKSES
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program Perencanaan SPM bidang Kesehatan, yakni antara lain:

Meskipun sebagian besar staf/pejabat Dinas Kesehatan memahami dan mengerti SPM Kesehatan,
namun masih banyak pejabat kabupaten/kota yang belum memahami pentingnya penerapan SPM
dalam pelayanan publik, termasuk unsur DPRD dan Bupati/Walikota dan Wakilnya,

Hampir di sebagian besar kabupaten/kota perihal manajemen data cukup bermasalah/tidak lengkap
dan tidak tersimpan baik, kadang validitasnya diragukan. Sehingga pada saat melaksanakan
identifikasi capaian SPM kesulitan dalam penyediaan data yang diperlukan sehingga dibutuhkan waktu
panjang untuk mengumpulkan dan klarifikasi data. Hal ini terjadi baik di tingkat Puskesmas maupun
tingkat Dinas dan Kabupaten/kota.

Proses akhir penghitungan SPM dan hasil costing SPM-nya terlambat sehingga tidak sesuai dengan
siklus perencanaan dan penganggaran daerah. Akibatnya hasil costing SPM terlambat diintegrasikan
ke dalam dokumen penganggaran daerah, hal ini berdampak tidak/kurang tersedia alokasi anggaran
untuk pemenuhan target SPM.

Keterbatasan anggaran daerah yang tersedia dan kebutuhan sektor lain yang dipandang lebih
prioritas menyebabkan pemenuhan SPM Kesehatan belum terpenuhi dan rencana program-kegiatan
pemenuhan SPM yang sudah disusun tidak dapat segera dilaksanakan.

Keterbatasan waktu dan Kapasitas para pegawai yang menangani program SPM yang masih kurang
sehingga proses penghitungan, penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam
perencanaan dan penganggaran menjadi lambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi
melalui lokakarya dan pendampingan yang intensif.

Kapasitas personil sebagian Konsultan dan/atau organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga
pada awal pelaksanaan program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi
stakeholder belum seperti yang diharapkan. Tantangan ini diatasi melalui dukungan bimbingan teknis
oleh kantor pusat National Office KINERJA.

18

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat
baru. Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat
memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.

Keberhasilan Program
1. Contoh Keberhasilan Program SPM Kesehatan di Kabupaten Makassar

Program SPM Kesehatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dapat dijadikan contoh keberhasilan
Program Penghitungan (Costing) Kebutuhan Pemenuhan Target SPM Kesehatan. Kotaini menghadapi
masalah kesenjangan capaian SPM terhadap target SPM Kesehatan.

a) Upaya Mengatasi Kesenjangan Capaian SPM bidang Kesehatan


Dalam rangka mengatasi kesenjangan capaian SPM bidang kesehatan, Pemerintah Kota Makassar
(Dinas dan Puskesmas) bekerja sama dengan forum multi stakeholder kesehatan Kota Makassar dan
Konsultan STTA Kinerja melakukan penghitungan kesenjangan capaian untuk setiap indikator SPM
bidang Kesehatan. Perhitungan dilakukan melalui serangkaian workshop yang melibatkan tidak hanya
3 puskesmas mitra Kinerja (pilot) tetapi juga 20 puskesmas lainnya di Kota Makasar. Hasil perhitungan/
costing SPM kemudian diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaaan dan penganggaran daerah
(Renja, RKA, Renstra, RPJMD Kota Makassar).

Pembuatan Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM di Kota Makasar, melalui serangkaian
diskusi dan advokasi intensif antara SKPD/dinas pemerintah, Bagian Hukum Setda dan wakil forum
multi stakeholder beserta wakil-wakil seluruh puskesmas. Perwali tersebut telah disahkan pada akhir
Desember 2013 dan meresmikan kebijakan pemerintah daerah untuk menjamin penyediaan pelayanan
kesehatan yang berbasis SPM yang didukung tidak hanya oleh Dinas Kesehatan tetapi juga oleh
SKPD terkait lainnya seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda. Implementasi peraturan walikota
ini selanjutnya akan dipantau oleh forum multi-stakeholder dan diterjemahkan implementasinya pada
setiap puskesmas di Kota Makasar (46 puskemas).

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

19

b) Pendekatan KINERJA

Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (supply:
Dinas/SKPD dan unit layananan/puskesmas) dan sisi pengguna layanan (masyarakat yang diwakili forum
multi stakeholder kesehatan). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat
pemerintah daerah dalam hal:

Meningkatkan perhatian pada dampak kesenjangan SPM kesehatan di puskesmas-puskesmas untuk


peningkatan kualitas layanan kesehatan.

Meningkatkan kemampuan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM kesehatan dalam rangka


secara bertahap memenuhi standar pelayanannya.

Secara efektif menerapkan kebijakan program dan anggaran pemenuhan SPM kesehatan dalam siklus
perencanaan Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kota.

Disisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat sehingga mereka:


Memahami hak-hak mereka terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.

Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan daerah yang
mempengaruhi masyarakat.

Melakukan peran pengawasan dan advokasi pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan program dan anggaran pemenuhan SPM secara transparan, akutabel,
partisipatif.

Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini
didorong atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang
menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah.

c) Strategi Program
1).
Penguatan organisasi masyarakat sipil

Pemerintah Kota Makassar membuka ruang organisasi masyarakat sipil dengan melibatkan
mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Selain itu, instansi pemerintah
dan masyarakat sipil bekerjasama bersama-sama, berdialog-diskusi mencari solusi terbaik.

20

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

2). Pembentukan dan penguatan forum multi-stakeholder (MSF)


Pemerintah setempat juga diakui dan didukung oleh Forum Multi Stakeholder Kesehatan dengan
melibatkan anggota masyarakat, para profesional bidang kesehatan, anggota dewan kesehatan
kota dan wartawan. Forum ini melakukan kampanye advokasi khusus pada kebijakan penerapan
SPM Kesehatan.

3). Pembentukan Tim SPM


Pemerintah Kota Makassar membentuk Tim SPM yang melibatkan beberapa SKPD terkait,
termasuk Dinas Kesehatan, para Kepala Puskesmas,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda), Bagian Hukum, dan Forum Multi Stakeholder Kota untuk menghitung, menganalisis,
dan memverifikasi data-data untuk setiap indikator SPM Kesehatan dan untuk menyusun
Peraturan Walikota tentang penerapan SPM Kesehatan.

4). Advokasi kebijakan oleh Tim SPM


Dinas KesehatanKota Makassar bekerjasama dengan forum multi-stakeholder (MSF) melakukan


expose hasil costing dan rancangan Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM bidang
Kesehatan melalui diskusi-diskusi dan lokakarya dengan seluruh kepala Puskesmas, bagian
hukum, dan DPRD Kota.

5). Pemantauan dan evaluasi implementasi costing dan Perwali oleh MSF

Menyusul penerbitan Peraturan Walikota tentang penerapan SPM Kesehatan, forum multistakeholder, Dewan Kota Sehat dan jurnalisme warga (JW) memantau pelaksanaan hasil costing
dan Perwali tentang penerapan SPM Kesehatan.

d) Hasil-hasil Penerapan SPM Kesehatan di Kota Makassar


Hasil nyata perkembangan pencapaian SPM Kesehatan Kota Makassar yang memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan inisiatif, meliputi:
1) Semakin meningkatnya inisiatif Pemda dalam penerapan SPM, yang ditunjukkan dengan
disahkannya Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM Kota Makassar.
2) Program hasil costing telah digunakan dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan Dinas
Kesehatan.
3) Seluruh puskesmas telah dilibatkan dalam lokakarya perhitungan SPM sehingga meningkat
pemahamannya tentang SPM Bidang Kesehatan.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

21

4) Perencanaan berbasis SPM dan hasil-hasil perhitungan SPM telah diterapkan dalam penyusunan
dokumen perencanaan daerah, seperti: Renja, Renstra SKPD, RPJMD Kota Makassar.

2. Program Pengungkit

Program SPM yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah telah
menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan implementasi
program dan anggaran pemenuhan SPM Kesehatan, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap
proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya. Keterlibatan masyarakat seperti
ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh peraturan
perundangan.

Keberhasilan Program SPM ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya
di sektor kesehatan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak
urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini apabila
pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk secara bersama-sama
melaksanakannya.

22

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

BAB 5
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
Program KINERJA untuk SPM Kesehatan bekerja di sedikit daerah, dari ratusan daerah kabupaten/kota
di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di
daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA berharap daerah-daerah lain dapat melihat manfaat bagi
pemerintah daerah dan masyarakat dari penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM, dan bersedia mereplikasi
dan mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program peningkatan pelayanan
publik sektor kesehatan. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga
pendidikan dan pelatihan untuk pegawai dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.

Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin Masuk ke


dalam Program KINERJA
Bagi daerah kabupaten/kota yang berminat menerapkan program Perencanaan SPM Kesehatan dengan
pendekatan tatakelola (governance) dua sisi supply dan demand yang dikembangkan KINERJA, makaakan
lebih mudah memahami jika sebelumnya mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran
atas pentingnya SPM danakan lebih baik lagi jika para pejabat pengambil keputusan bisa melakukan studi
komparatif kunjungan ke salahsatu kabupaten/kota KINERJA yang telah menerapkan SPM dengan baik.
Sehingga dapat melihat secara nyata penerapan SPM bidang kesehatan.
Dalam melaksanaan program pendekatan yang dikembangkan oleh KINERJA, pemerintah daerah diharapkan
memanfaatkan Konsultan atau OMP yang telah dibina oleh KINERJA karena mereka yang mengetahui dan
menguasai pendekatan yang dikembangkan oleh KINERJA.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

23

Rekomendasi Kepada Daerah Lain yang Ingin Untuk


Replikasi Pendekatan SPM
Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan
mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program SPM.
a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan untuk melaksanakan
program SPM. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,
petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan
penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama
pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan.
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola perencanaan
SPM. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk
kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan,
perencanaan, dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
Namun untuk menunjang keberhasilan perlu ada champion-champion (pelaku yang mendorong dengan
kuat) baik dari lingkungan Pemda atau Non-Pemda/masyarakat/MSF.
e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program
SPM memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda dan Bagian Keuangan. Selain
itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan pada setiap
program dan anggaran.
f. Menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
g. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,
dan acuan pelaksanaan program.

24

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Rekomendasi Untuk Calon Konsultan dan OMP


Rekomendasi untuk para calon Konsultan atau OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan
mereplikasi program SPM adalah:
a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder.
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta.
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program.
d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi untuk Lembaga Penyedia Pelatihan


Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) di berbagai tingkatan pemerintahan mempunyai peran
strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk
pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul
tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal
tata kelola dan governance.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

25

CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN


Bagi pembaca yang mau membaca komentar pihak lain tentang upaya KINERJA untuk memenuhi SPM
Kesehatan, silahkan membaca Lampiran A tentang praktek baik, testimoni, dan bahan promosi.
Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam tentang Uraian Substansi, silahkan membaca Lampiran B.
Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran
C (Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training). Bahan lengkap dapat dibaca dalam CD yang terlampir.
Lampiran D, E, F, G, H, I adalah,Definisi Operasional & Formula Penghitungan Indikator SPM, Formulir dan
Tally-sheet untuk Pengumpulan Data SPM, Templet Penyusunan Laporan SPM, Daftar Pustaka, Bahan dalam
CD (compact disc), serta Daftar Singkatan/Istilah.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Praktek baik,Testimoni, dan Bahan Promosi

31

LAMPIRAN B

Uraian Substansi

33

Latar Belakang

33

Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam Peningkatan Pelayanan


Bidang Kesehatan
Tujuan Pembelajaran
Pendahuluan
Standar Layanan Bidang Kesehatan
Pentingnya Costing SPM
Praktek-praktek Tata Kelola
Contoh Bahan Presentasi

35

Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM

53

Tujuan Pembelajaran

53

Identifikasi Capaian SPM Per-Indikator

54

Data Relevan Untuk Mengidentifikasi

63

MODUL I

MODUL 2

26

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

35
36
37
42
43
44

www.kinerja.or.id

MODUL 3

MODUL 4

MODUL 5

www.kinerja.or.id

Formulir dan Tally-Sheet Relevan

68

Teknik Pengumpulan Data (Data Collecting)

69

Metode Pengolahan Data

71

Penyimpulan Hasil Pengumpulan Data

76

Mengetahui Data Capaian Kinerja SPM Terkini

77

Contoh Bahan Presentasi di CD

78

Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional

99

Tujuan Pembelajaran

99

Target SPM Nasional Normatif

100

Gap pencapaian daerah vs SPM

103

Teknik Identifikasi Faktor Kesenjangan

106

Identifikasi Faktor Utama Penyebab Kesenjangan

111

Contoh Bahan Presentasi

111

Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk Memenuhi Gap

121

Tujuan Pembelajaran

121

Pendahuluan

122

Faktor Sukses Pendukung Pencapaian Pemenuhan SPM

123

Kebijakan dan Peraturan Daerah yang Mendukung Pencapaian SPM

124

Kebijakan Program dan Budgeting Pendukung Pencapaian SPM

126

Teknis Identifikasi Program dan Kegiatan

126

Teknik Prioritisasi Kegiatan Pemenuhan SPM

129

Kegiatan Rutin dan Terobosan Pemenuhan SPM

133

Kategorisasi Kegiatan Rutin dan Kegiatan Akselerasi SPM

142

Kegiatan dan Sumber Pembiayaan

143

Rekomendasi Praktek Governance

145

Contoh Presentasi di CD

145

Costing dan Pembiayaan Kegiatan Pemenuhan SPM

163

Tujuan Pembelajaran

163

Pendahuluan

164

Kegiatan SPM dan Sumber Pembiayaan

164

Penyepakatan Unit Cost Daerah

165

Mekanisme Perencanaan Pembiayaan SPM bidang Kesehatan

167

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

27

MODUL 6

MODUL 7

MODUL 8

LAMPIRAN C

MODUL I

28

Costing Aktivitas, Indikator dan Layanan

175

Total Pembiayaan SPM

175

Skenario Pemenuhan Pembiayaan SPM Tahun Jamak

176

Contoh Presentasi di CD

177

Integrasi Hasil Costing & Pembiayaan SPM dalam Perencanaan


dan Penganggaran

186

Tujuan Pembelajaran

186

Pendahuluan

187

Integrasi dalam RPJMD

187

Integrasi dalam Perencanaan Tahunan Daerah (RKPD, KUA PPAS)

194

Integrasi dalam RENSTRA

205

Integrasi dalam RENJA dan RKA

209

Contoh Presentasi di CD

217

Teknik Monitoring dan Evaluasi serta Laporan Kinerja SPM

227

Tujuan Pembelajaran

227

Pendahuluan

227

Catatan untuk Pelajaran

234

Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Pelayanan

241

Tujuan Pembelajaran

241

Pendahuluan

241

Indikasi Praktek Baik (Good Practices) Penerapan SPM

242

Good Practice dan Kinerja Pelayanan

244

Teknik Praktis Scale-Up

246

Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training

254

Latar Belakang

254

Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam Peningkatan


Pelayanan Bidang Kesehatan

257

Peserta yang Diundang

257

Program Fasilitasi

257

Tindak Lanjut

259

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

MODUL 2

MODUL 3

MODUL 4

MODUL 5

MODUL 6

MODUL 7

MODUL 8

www.kinerja.or.id

Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM

260

Peserta yang Diundang

260

Persiapan peserta

260

Fasilitasi

261

Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional

264

Peserta yang Diundang dan Tujuan Modul

264

Persiapan Peserta

264

Fasilitasi

265

Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk Memenuhi Gap

268

Peserta yang Diundang

265

Persiapan untuk Training

268

Fasilitasi

269

Costing dan Pembiayaan Kegiatan Pemenuhan SPM

273

Peserta yang Diundang dan Tujuan

273

Fasilitasi

273

Integrasi Hasil Costing & Pembiayaan SPM dalam Perencanaan


dan Penganggaran

277

Peserta yang Diundang

277

Persiapan untuk Training

277

Teknik Monitoring dan Evaluasi serta Laporan Kinerja SPM

281

Peserta yang Diundang

281

Persiapan

281

Fasilitasi

282

Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Pelayanan

284

Peserta yang Diundang

284

Persiapan

284

Fasilitasi

285

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

29

30

LAMPIRAN D

Definisi operasional dan formula perhitungan indikator SPM


dan penjelasannya

287

LAMPIRAN E

Formulir dan tally-sheet yang relevan untuk pengumpulan data SPM

305

LAMPIRAN F

Templet Penyusunan Laporan Penerapan dan Pencapaian SPM

307

Templet Penyusunan Laporan Umum Tahunan Penerapan dan


Pencapaian SPM

307

Kuesioner Kuantitatif Monitoring Pencapaian SPM

310

Evaluasi Penyelenggaraan SPM

322

LAMPIRAN G

Daftar Pustaka

325

LAMPIRAN H

Bahan di dalam CD

326

LAMPIRAN I

Daftar Singkatan/Istilah

327

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Lampiran A

Testimoni, Laporan Media


dan Bahan Promosi
Testimoni, Januari Maret 2014;

Dengan adanya SPM ini, akan membuat layanan (kesehatan) lebih efektif dan efisien. Harapan
nya adalah masyarakat yang dilayani lebih puas.

H. Binakir, SKM
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah

"Untuk program Kinerja yang dilakukan di puskesmas Simpang Tiga itu banyak, terutama
membantu dalam hal pembentukan pelayananya itu tentang SOP standar pelayanan operasional,
kemudian SPM. Itu banyak sekali manfaat yang diberikan kepada kita. Dengan adanya Kinerja,
masukan, arahan dari mereka itu, sehingga kita bisa memaksimalkan membuat SOP alur, SPM
seperti apa sehingga bisa kita laksanakan sesuai dengan yang diharapkan oleh dinas itu sendiri."

Risnawati
Kepala Puskesmas Simpang Tiga
Bukit, Bener Meriah, Aceh

"Beberapa kegiatan yang difasilitasi oleh USAID-Kinerja yang pernah kita ikuti yang pertama itu
adalah pendampingan SPM, Standar Pelayanan Minimal. Jadi ini merupakan sesuatu yang sangat
bermanfaat sekali yang saya rasakan di dinas kesehatan karena terus terang saja sebelum itu

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

31

kita belum pernah mendapatkan masukan tentang bagaimana membuat costing pada SPM. Jadi
itu sangat membantu sekali sehingga teman-teman sudah kita arahkan untuk perencanaan ke
depan, itu tetap mengacu kepada SPM yang ada. Karena kita sudah dilatih, diberikan masukanmasukan oleh dan difasilitasi oleh USAID-Kinerja."

Ahmad Kismed
Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Dengan terbentuknya Forum Peduli Kesehatan, kami bisa menyampaikan program-program


kepada Dinas Kesehatan. Dan keluhan-keluhan masyarakat bisa disampaikan di Dinas Kesehatan.

Muhammad Ichsan,
Ketua Forum Peduli Kesehatan (Forum Multi-Stakeholder)

Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi


Disediakan dalam bentuk file di CD terlampir.

32

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Lampiran B

Uraian Substansi
Latar Belakang
Uraian substansi Perencanaan dan Penganggaran Pemenuhan SPM di Bidang Kesehatan untuk
Kabupaten/Kota ini disusun sebagai sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan
program KINERJA-USAID di daerah yang terbukti sukses dalam perencanaan peningkatan mutu
kesehatan.
Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai

dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan proses pembentukan tim,
serta perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM di program kesehatan,

Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses sebagai bahan dukungan dalam
advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan (lihat juga buku seri
lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF),

media (lihat juga buku seri lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF).

Dalam lampiran ini dibahas konsep dasar service standard, langkah-langkah dalam penyusunan rencana
pencapaian SPM kesehatan, yang terdiri dari identifikasi tingkat pencapaian mutu pelayanan, analisis
kesenjangan, strategi untuk memenuhi kesenjangan, prioritisasi kegiatan intervensi, serta costing
dan pembiayaan pemenuhan SPM. Disamping itu, sebagai jaminan bahwa rencana pencapaian yang
telah disusun tersebut akan dapat terlaksana dengan baik, dalam modul ini juga akan dibahas tentang
pengintegrasian hasil costing dan pembiayaan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan
SKPD. Sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari seluruh pelaksanaan kegiataan dalam rangka
pencapaian SPM ini adalah pembahasan tentang teknik monitoring dan evaluasi, serta pelaporan kinerja
pencapaian SPM. Pada bagian terakhir dari modul akan dibahas tentang pelaksanaan good governance
atau praktek yang baik dalam penerapan SPM kesehatan.
Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 9 topik, sebagaimana diuraikan
berikut ini:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

33

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

1. Modul 1: Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan,
yang membahas standar pelayanan bidang kesehatan, SPM kesehatan, serta pentingnya SPM dan
perencanaan pemenuhan SPM kesehatan, dan pentingnya costing sebagai dasar perencanaan.
2. Modul 2: Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM, yang membahas identifikasi capaian SPM perindikator, data yang relevan, formulir dan tally-sheet KINERJA, teknik pengumpulan data, metode
pengolahan data, penyimpulan hasil pengumpulan data dan mengetahui data capaian kinerja SPM terkini
3. Modul 3: Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional, yang membahas target SPM nasional normatif,
capaian eksisting SPM daerah, gap SPM nasional vs lokal/daerah, teknis identifikasi faktor kesenjangan
serta identifikasi faktor utama penyebab kesenjangan.
4. Modul 4: Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk Memenuhi Gap, yang membahas faktor sukses
pendukung pencapaian pemenuhan SPM, teknis identifikasi program dan kegiatan, kebijakan dan
peraturan daerah,program dan budgeting yang mendukung pencapaian SPM, teknis prioritisasi kegiatan
penentuan SPMdan akselerasi SPM, serta rekomendasi praktek governance.
5. Modul 5: Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM, yang membahas kegiatan SPM dan sumber
pembiayaan, prinsip costing, penyepakatan unit cost daerah, costing aktivitas, costing indikator, costing
layanan, dan penghitungan total pembiayaan SPM, serta skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun
jamak.
6. Modul 6: Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran Daerah
dan SKPD, yang membahas integrasinya dalam dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD),
perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA PPAS), perencanaan lima tahunan SKPD (renstra),
perencanaan tahunan SKPD (Renja dan RKA), serta sosialisasi kepada masyarakat.
7. Modul 7: Teknik Monitoring dan Evaluasi Serta Laporan Kinerja SPM yang membahas langkah monev dan
pelaporan.
8. Modul 8: Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Layanan, yang membahas praktek baik (Good
Practices) dalam penerapan SPM, dan

34

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Modul 1
Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan
dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan

Tujuan Pembelajaran
Memahami konsep standar layanan (services standard atau SS) dan SPM bidang kesehatan dan
memahami keterkaitan services standard dan SPM dengan paket program KINERJA.

Tiga program KINERJA di bidang pendidikan dan relevansi SPM.

Pendekatan tata kelola yang baik (governance) program KINERJA.

Peran masyarakat dan peran penyedia layanan dalam proses perencanaan pemenuhan SPM.

Pentungnya peningkatan sensitifitas gender dalam proses perencanaan pemenuhan SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

35

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Pendahuluan
Kajian tentang standar pelayanan (service standard) di Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini
semakin mengemuka, sejalan dengan adanya peraturan perundangan tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Konsep SPM muncul sebagai bentuk tindak lanjut yang diambil oleh pemerintah pusat
terhadap undang-undang tentang pemerintah daerah yang mengatur adanya pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Beberapa peraturan yang terkait dengan SPM
diantaranya adalah:
1. UU 32/ 2004 tentang Pemerintah Daerah
2. PP 38/ 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
3. PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM
4. PP 20/ 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
5. PP 6/ 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
6. Surat Edaran Mendagri No. 1006/676/SJ perihal Percepatan Penerapan SPM.
Dalam UU 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan tentang adanya beberapa jenis
kewenangan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Hal ini dipertegas lagi dalam
PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Untuk menjamin bahwa pemerintah daerah
melaksanakan beberapa urusan wajibnya dengan baik, maka dibuatlah aturan tentang SPM, yaitu PP
65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM.
SPM mengatur tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Sampai dengan tahun 2013 pemerintah pusat telah
menetapkan 13 SPM. Masing-masing kementrian terkait dharapkan segera menindaklanjuti dalam bentuk
petunjuk teknis pelaksanaannya.
Di dalam penjelasan atas PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal, disebutkan bahwa tujuan dari penetapan kebijakan tentang SPM ini dimaksudkan untuk:
1. Menjamin hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah dengan
mutu tertentu.
2. Menjadi alat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan
dasar, sehingga SPM dapat menjadi dasar menentukan kebutuhan pembiayaan daerah.

36

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

3. Menjadi landasan dalam menentukan perimbangan keuangan dan/atau bantuan lain yang lebih adil
dan transparan.
4. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran kinerja berbasis manajemen kinerja. SPM dapat dijadikan
dasar dalam alokasi anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur. SPM dapat menjadi alat untuk
meningkatkan akuntabilitas Pemerintahan Daerah terhadap masyarakat. Sebaliknya, masyarakat dapat
mengukur sejauhmana Pemerintahan Daerah dapat memenuhi kewajibannya dalam menyediakan
pelayanan publik.
5. Memperjelas tugas pokok Pemerintahan Daerah dan mendorong terwujudnya checks and balances
yang efektif.
6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dengan memperhatikan kronologis lahirnya SPM di Indonesia serta dengan mencermati berbagai peraturan
terkait, dapat disimpukan bahwa SPM memegang peranan yang sangat penting, karena menjadi salah satu
tolok ukur keberhasilan pembangunan di daerah. Oleh karena itulah masing-masing daerah harus paham
betul konsep SPM ini sehingga mampu menciptakan strategi yang jitu dalam mencapainya.
Hal inilah yang melatarbelakangi KINERJA mengangkat kajian tentang service standard ini sebagai
salah satu bidang garapan prioritas. KINERJA berupaya meningkatkan penyediaan pelayanan oleh
pemerintah daerah di tiga bidang kritis, yaitu pendidikan, kesehatan dan iklim usaha yang baik. Program
ini mencakup kendala-kendala sisi penawaran maupun permintaan dalam meningkatkan penyediaan
pelayanan dan berupaya memperkuat mekanisme akuntabilitas.

Standar Layanan Bidang Kesehatan


1. Latar belakang
Bidang kesehatan merupakan salah satu bidang yang menjadi prioritas pembangunan di Indonesia. Pada
banyak kabupaten/kota, kesehatan selalu menduduki 3 sektor teratas yang dianggap penting, disamping
sektor pendidikan dan perekonomian. Pentingnya sektor kesehatan sehingga selalu menjadi sektor
prioritas dalam pembangunan daerah diantaranya dilandasi oleh pemikiran sebagai berikut:

Unsur utama penggerak pembangunan adalah sumber daya manusia (SDM). Agar dapat berkontribusi
optimal bagi pembangunan, SDM harus dalam kondisi kesehatan yang optimal pula.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

37

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Bidang garapan sektor kesehatan sangat luas, yaitu meliputi seluruh fase kehidupan manusia, mulai dari
sebelum dilakukannya pembuahan hingga akhir kehidupan manusia, masa kehamilan, persalinan, masa
nifas, bayi, balita, anak-anak, remaja, masa usia subur, dewasa, dan lansia.

Standar Layanan bidang kesehatan memiliki peran strategis sebagai alat kendali mutu yang utama.
Standar layanan tidak hanya berbicara tentang sasaran dalam pengadaan layanan, tetapi juga mencakup
hal-hal berikut ini:
1. Gambaran jenis pelayanan yang harus diberikan.
2. Janji layanan atau prinsip kualitas yang harus dipenuhi dalam proses pelayanan.
3. Target yang jelas untuk setiap jenis pelayanan.
4. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelayanan sesuai standar.
5. Adanya kesempatan bagi masyarakat utuk mengajukan komplain atau usulan jika standar pelayanan yang
telah ditetapkan tidak berhasil dipenuhi.
Standar Layanan bidang kesehatan di Indonesia diimplementasikan dalam bentuk ketetapan tentang
SPM bidang kesehatan.

2. SPM Kesehatan
Pengertian SPM berdasarkan PP 65/2005 pasal 1 ayat (6), SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diterima oleh setiap warga secara minimal.
Pengertian SPM tersebut diacu dalam Permendagri 6/2007.Untuk tiap jenis pelayanan, harus jelas tolok ukurnya
yang disebut dengan indikator SPM. Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang memberikan
petunjuk/indikasi terhadap adanya perubahan atau penyimpangan terhadap nilai yang telah ditetapkan.
Lahirnya konsep SPM kesehatan di Indonesia sejalan dengan perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia
dari pola sentralisasi ke arah desentralisasi. Standar Pelayanan Minimal adalah salah satu instrumen
Pemerintah untuk mengendalikan desentralisasi dan otonomi daerah agar pelayanan dasar diperhatikan serta
diprioritaskan oleh pemerintah daerah.SPM disusun untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada
masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.
Dengan adanya SPM ini, pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya dapat dengan jelas memahami program
dan jenis pelayanan kesehatan dasar minimal serta indikator kinerja masing-masing kegiatan, beserta target

38

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

dan waktu pencapaiannya. Implikasi lebih jauh dari adanya SPM adalah adanya tuntutan profesionalisme dan
akuntabilitas pemerintah daerah agar menyusun langkah strategis, selaras dengan ketentuan dalam SPM.
SPM memudahkan penyusunan Rencana Strategis Nasional dan Daerah (Renstranas dan Renstrada), dengan
adanya ukuran-ukuran kuantitatif dan kualitatif.
Dengan adanya SPM bidang kesehatan diharapkan pelayanan kesehatan yang menjadi kebutuhan utama
masyarakat dapat dipenuhi pada tingkat yang ditetapkan sebagai yang paling minimal secara nasional. Hal
ini dimaksudkan agar dapat mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan antar daerah, dan lebih lanjut
diharapkan dapat memelihara dan menjaga keutuhan negara Republik Indonesia. Pelayanan dasar kepada
masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan mengurus kebutuhan dasar masyarakat untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
Dalam Permenkes 741/2008 disebutkan bahwa SPM untuk bidang kesehatan terdiri dari 4 jenis pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan kesehatan dasar.
2. Pelayanan kesehatan rujukan.
3. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulanggan kejadian luar biasa.
4. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Masing-masing pelayanan tersebut diterjemahkan ke dalam indikator khusus, yang secara total teridiri dari 18
indikator. Rincian SPM kesehatan selengkapnya adalah sebagai berikut:

Jenis Pelayanan dan Indikator SPM Kesehatan


Jenis Pelayanan
Pelayanan kesehatan dasar

Indikator SPM
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan
4. Cakupan pelayanan nifas
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
6. Cakupan kunjungan bayi
7. Cakupan Desa/Kelurahan UCI
8. Cakupan pelayanan anak balita
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 -24
bulan gakin
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

39

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Jenis Pelayanan

Indikator SPM
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) &
setingkat
12. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit*)
14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

Pelayahan Kesehatan
rujukan

1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin


2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan
sarana kesehatan (Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota

Penyelidikan epidemiologi
dan penanggulangan
kejadian luar biasa

Cakupan Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang


dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

Promosi kesehatan dan


pemberdayaan masyarakat

Cakupan Desa Siaga Aktif

Keterangan:
Khusus untuk indikator Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit, diperinci lagi menjadi 5 indikator, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Cakupan penemuan penderita Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Cakupan Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Cakupan Penderita DBD yang ditangani
Cakupan Penemuan penderita diare

Sebagai penjabaran dari Permenkes 741/MENKES/PER/VII2008 ini kementerian Kesehatan telah menerbitkan
pula petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota yang tertuang dalam
keputusan Menteri Kesehatan No. 828/MENKES/SK/IX/2008. Di dalam KMK No. 828 tahun 2008 tersebut
dijelaskan tentang pengertian, definisi operasional, cara perhitungan atau rumus, sumber data, rujukan, target,
langkah kegiatan, serta SDM yang dibutuhkan demi terselenggaranya SPM kesehatan.
Meskipun telah ditetapkan Permenkes 741/MENKES/PER/VII2008 dan KMK. No. 828/MENKES/SK/IX/2008,
tetapi pemerintah sendiri menyadari bahwa Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan ini bersifat
dinamis, artinya jenis pelayanan beserta indikator kinerjanya perlu terus dikembangkan melalui konsensus
nasional. Disamping itu, pemerintah pusat juga masih memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan, karakteristik, dan potensi daerah, diluar pelayanan
wajib minimal tersebut.
Dalam penyelenggaraannya, Bupati/Walikota adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan
pelayanan kesehatan minimal ini, dengan Dinas Kesehatan sebagai koordinator operasional. Setiap tahun

40

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Bupati/Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan pencapaian SPM kesehatan kepada
Menteri Kesehatan. Berdasarkan laporan teknis tersebut, Menteri Kesehatan, Gubernur dan Bupati/Walikota
melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM kesehatan di wilayahnya masing-masing.

3. Pentingnya SPM dan Perencanaan Pemenuhan SPM


Standar pelayanan minimal merupakan janji dari satuan kerja dalam menyediakan pelayanan wajib kepada
masyarakat yang dilayani. SPM memberikan informasi indikator kinerja dan nilai yang terukur secara kualitas
dan kuantitas Pentingnya SPM diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tolok ukur kinerja pelayanan dasar kepada masyarakat yang secara minimal harus disediakan
oleh daerah dalam penyelenggaraan urusan wajib.
2. Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal
3. Faktor penentu serta karakteristik dari jenis pelayanan dasar, indikator dan nilai, batas waktu pencapaian,
dan pengorganisasian penyelenggaraan pelayanan dasar dimaksud
4. Prestasi kuantitatif dan kualitatif menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi, berupa
masukan, proses, keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan
Adapun manfaat langsung dari adanya SPM ini adalah:
1. Hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari Pemerintah Daerah menjadi lebih terjamin
dengan mutu tertentu
2. Sebagai landasan untuk menentukan perimbangan keuangan yang lebih merata dan transparan
3. Menentukan total anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan dasar.
4. Mempermudah terselenggaranya sistem manajemen penganggaran berbasis kinerja
Hal tersebut sejalan dengan konsep yang diusung oleh undang-undang pelayanan publik No. 25 tahun
2009. Di dalam UU No. 25 tahun 2009 disebutkan bahwa Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Undang-undang ini dilahirkan dengan makssud untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan
pelayanan publik sesuai dengan azas-azas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk
memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

41

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

penyelenggaraan pelayanan publik. Untuk itulah setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun dan
menetapkan standar pelayanan.
Untuk pelayanan bidang kesehatan, karena merupakan salah satu kewenangan wajib, jenis dan target
standar pelayanan minimal diatur secara tersentral oleh pemerintah pusat, yaitu melalui Permenkes 741/
MENKES/PER/VII2008 dan KMK. No. 828/MENKES/SK/IX/2008. SPM bidang kesehatan disusun sebagai alat
Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat secara merata. Pencapaian SPM bidang kesehatan akan menjadi unsur penilaian kinerja atau LPJ
Kepala Daerah sehingga lebih akurat, terukur, transparan dan akuntabel.
Penyusunan rencana pemenuhan SPM bidang kesehatan merupakan proses penting untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan wajib bidang kesehatan yang merupakan hak dasar masyarakat. Rencana
pemenuhan SPM ini menjadi salah satu acuan pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan dan
penganggaran penyelenggaraan pemerintah daerah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam permendagri
54/2010 pasal 11 ayat 1 huruf c yang menyebutkan bahwa program kegiatan alokasi dana, sumber pendanaan
dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan urusan wajib yang
mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi daerah dan masyarakat atau urusan yang menjadi tanggung jawab
SKPD. Ayat 6 juga menegaskan kembali bahwa perumusan capaian kinerja setiap program dan kegiatan
harus berpedoman pada rencana pencapaian SPM berdasarkan ketentuan perundang-undangan disesuaikan
dengan kemampuan daerah.

Pentingnya Costing SPM


Untuk memenuhi target SPM kesehatan yang telah ditetapkan, dibutuhkan sejumlah sumber daya untuk
menjalankan berbagai kegiatan intervensi yang akan dilakukan. Dalam Permenkes 741/MENKES/PER/
VII2008 Pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa pendanaan yang berakitan dengan penerapan, pencapaian
kinerja/target, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan subsistem
informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas, merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah
daerah dan dibebankan pada APBD. SPM yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat menjadi salah satu acuan
bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Untuk itulah daerah harus mempunyai hitungan yang pasti mengenai besaran biaya yang diperlukan
untuk menyelenggarakan suatu jenis pelayanan tertentu. Selain itu, dengan diketahuinya seluruh kebutuhan
biaya untuk tercapainya indikator SPM, maka akan dapat ditetapkan juga berapa kebutuhan biaya yang

42

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

ditanggung/dibebankan kepada setiap jenis sumber biaya, jika terdapat sumber-sumber biaya yang berbedabeda. Disinilah pentingnya dilakukan costing SPM.
Perhitungan kebutuhan biaya ini didasarkan pada hasil perhitungan riil atas kegiatan yang telah dilakukan,
sesuai dengan standar biaya yang berlaku di masing-masing daerah. Dengan adanya costing SPM akan
dapat ditentukan Standard Spending Assesment (SSA) atau SAB (Standar Analisis Biaya), yaitu perhitungan
biaya untuk suatu pelayanan, dan perhitungan kebutuhan agregat minimum pembiayaan Daerah. Disamping
itu juga menjadi landasan dalam menentukan anggaran suatu pelayanan publik, perimbangan keuangan dan
anggaran berbasis kinerja. Hal ini penting juga sebagai dasar pertimbangan dalam mengalokasikan dana
bagi fasilitas kesehatan dengan mempertimbangkan kondisi geografis. Secara umum manfaatnya adalah
memberikan informasi bagi pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy decision) dalam
bidang pembiayaan kesehatan baik di tingkat nasional maupun daerah.
Melalui costing SPM akan dapat diketahui model pembiayaan normatif (pembakuan biaya) pada tingkat
kabupaten untuk memperhitungkan biaya SPM yang realistis dan dinamis. Hasil perhitungan biaya SPM akan
menentukan total anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan dasar. Hal ini akan menjadi
landasan untuk menentukan perimbangan keuangan yang lebih merata dan transparan.

Praktek-praktek Tata Kelola


Tata-pemerintahan yang baik (good governance) kini menjadi salah satu kata kunci dalam wacana untuk
membenahi sistem administrasi publik. Good corporate governance merupakan konsep untuk meningkatkan
transparasi dan akuntabilitas yang saat ini dianjurkan dipergunakan pada lembaga usaha. Diharapkan dengan
penggunaan corporate governance akan ada sistem manajemen yang meningkatkan efisensi. Pengertian
efisiensi ini yaitu bagaimana cara meningkatkan hasil semaksimal mungkin.
Komponen penting konsep Good governance dalam sistem kesehatan melibatkan beberapa unsur, yaitu: (1)
pemerintah; (2) masyarakat; dan (3) kelompok pelaku usaha. Hubungan antara ketiga komponen ini perlu
dirinci agar terjadi tata aturan yang baik dalam sistem. Beberapa hal yang menunjukkan adanya keterlibatan
ketiga unsur tersebut dalam pencapaian SPM diantaranya adalah:
1. Sistem perencanaan yang melibatkan masyarakat dan pelaku usaha sebagai sumber informasi.
2. Adanya sharing sumber daya dari kelompok pelaku usaha dan masyarakat dalam kegiatan pencapaian

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

43

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

SPM, yang menunjukkan keterlibatan aktif ke dua unsur tersebut.


3. Adanya mekanisme kontrol dari masyarakat dan pelaku usaha terhadap upaya pemerintah
menyelenggarakan SPM kesehatan.
4. Adanya pertanggungjawaban yang jelas dari pemerintah mengenai kinerjanya.
Dari unsur pemerintah sendiri, good governance dapat dilihat dari adanya integrasi kegiatan pada semua level
pemerintah. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat sebagai penanggungjawab utama terselenggaranya
SPM kesehatan menunjukkan komitmen yang tinggi dalam bentuk dukungan kebijakan dan sumber daya.
Hal ini tercermin dari adanya integrasi perencanaan dan pembiayaan SPM kesehatan ke dalam perencanaan
dan pembiayaan pemerintah daerah (RPJMD dan renstra SKPD).

Contoh Bahan Presentasi


Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:

44

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

a) Presentasi modul 1.1 SERVICE STANDARD BIDANG KESEHATAN.


Lihat materi presentasi pada folder modul-1 : Presentasi 1.1 SPM Kesehatan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

45

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

46

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

47

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

48

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

49

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

b) Presentasi modul 1.2 Pentingnya costing SPM


Lihat materi presentasi pada folder modul-1 : Presentasi 1.2 Pentingnya Costing SPM

50

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

51

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

c) Presentasi modul 1.3 Praktek governance dalam standar pelayanan publik bidang
kesehatan.
Lihat materi presentasi pada folder modul-1: Presentasi 1.3 Praktek governance dalam standar pelayanan
publik bidang kesehatan.

52

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Modul 2
Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM

Tujuan Pembelajaran
Uraian substansi modul ini mengidentifikasi tingkat pencapaian SPM di daerahnya:
1. capaian SPM per-indikator
2. data relevan untuk mengidentifikasi capaian indikator SPM
3. teknik pengumpulan data (data collecting)
4. pengolahan data
5. cara menyusun kesimpulan dari hasil pengumpulan data
6. caramerumuskan tingkat pencapaian kinerja SPM terkini.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

53

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Tingkat pencapaian SPM menggambarkan kinerja pembangunan kesehatan di suatu wilayah.Masingmasing indikator SPM memiliki formula tertentu yang menggambarkan tingkat kemampuan daerah dalam
menyelenggarakan pelayanannya kepada masyarakat. Hasil perhitungan setiap indikator SPM dapat
digunakan sebagai tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif dan dapat pula digunakan sebagai bahan
kaji banding bagi daerah lain.
Untuk bisa mengidentifikasi tingkat pencapaian SPM kesehatan secara tepat, perlu dipahami terlebih
dahulu definisi operasional dari masing-masing indikator serta formula pengukurannya. Sub pokok
bahasan berikut akan menjelaskan tentang definisi operasional dan cara pengukuran dari setiap
indikator SPM.

Identifikasi Capaian SPM Per-Indikator


Secara normatif indikator dapat diartikan sebagai sebuah ukuran tertentu yang mampu mengambarkan
kecenderungan, indikasi, nilai, perkembangan atau indek tertentu. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi
kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM. Indikator tersebut dapat berupa indikator masukan, proses, keluaran, hasil dan/atau manfaat
pelayanan dasar. Tiap indikator harus jelas standar pencapaiannya (threshold), yang dalam permendagri
disebut dengan nilai (lampiran Permendagri No 6/2007).
Setiap jenis pelayanan wajib yang menjadi bagian dari SPM kesehatan harus dapat diukur pencapaiannya.
Pemerintah melalui kementerian kesehatan telah menetapkan target untuk masing-masing indikator yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota .
Pengukuran indikator layanan SPM secara umum diformulasikan dalam bentuk pembilang dibagi penyebut
x 100%.
Pembilang
Indikator SPM

X 100%
Penyebut

Pembilang menunjukkan representasi dari target yang sudah dilayani, sedang penyebut merupakan
representasi dari keseluruhan target yang ada. Dengan mengikuti formula di atas, maka pencapaian indikator

54

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

SPM tersebut dapat diartikan sebagai persentase jumlah target group pelayanan dasar SPM yang telah
menerima pelayanan. Hal ini menunjukkan status atau posisi pelayanan SPM pada tahun yang bersangkutan.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI C, definisi operasional dan formula pengukuran pencapaian
masing-masing indikator SPM kesehatan adalah sebagai berikut:

Formula perhitungan indikator SPM dan penjelasannya


(Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008)
No Indikator SPM
1

Cakupan Kunjungan
Ibu Hamil K4

Formula
Jumlah Ibu Hamil yang memperoleh pelayanan antenatal K4
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg sama
Pembilang:
Jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal
sesuai standar minimal 4 kali di
satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

Cakupan komplikasi
kebidanan yang
ditangani

www.kinerja.or.id

X 100%

Penyebut:
Jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung
melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).

Jumlah Komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan


definitif di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah komplikasi kebidanan


di satu wilayah tertentu yang
mendapat penanganan definitif
pada kurun waktu tertentu.

Jumlah ibu dengan komplikasi


kebidanan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama.
Perhitungan jumlah Ibu dgn
komplikasi kebidanan di satu wilayah

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

55

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

No Indikator SPM

Formula
kerja pada kurun waktu yang sama:
dihitung berdasarkan angka estimasi
20% dari total Ibu Hamil di satu
wilayah pada kurun waktu yang sama.
Total sasaran Ibu Hamil dihitung
melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).

Cakupan pertolongan
persalinan oleh
tenaga kesehatan
yang memiliki
kompetensi
kebidanan

Cakupan pelayanan
nifas

Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga kesehatan di satu


wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
Pembilang:

Penyebut:

Jumlah ibu bersalin yang ditolong


oleh tenaga kesehatan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin


di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu yang sama.
Jumlah seluruh Ibu Bersalin dihitung
melalui estimasi dengan rumus :
1,05 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk.

Jumlah ibu nifas yg telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas


sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Seluruh Ibu nifas di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama

56

X 100%

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah ibu nifas yang telah


memperoleh 3 kali pelayanan nifas
sesuai standar di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.

Jumlah seluruh ibu nifas di satu


wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Jumlah seluruh Ibu Nifas dihitung


melalui estimasi dengan rumus: 1,05
x Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah
Penduduk.

www.kinerja.or.id

No Indikator SPM
5

Cakupan neonatus
dengan komplikasi
yang ditangani

Formula
Jumlah neonatus dgn komplikasi yg tertangani
Jumlah seluruh neonatus dgn komplikasi yg ada
Pembilang:
Jumlah neonatus dengan
komplikasi yang tertangani
dari satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu di sarana
pelayanan kesehatan.

X 100%

Penyebut:
Neonatus dengan komplikasi yang ada di
satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama di sarana pelayanan kesehatan.
Perhitungan sasaran neonatus dengan
komplikasi: dihitung 15% dari jumlah bayi
baru lahir.
Jika tidak diketahui jumlah bayi baru lahir
maka dapat dihitung dari CBR x jumlah
penduduk.

Cakupan kunjungan
bayi

Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar


di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh bayi lahir hidup dalam kurun waktu yang sama

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah bayi yang memperoleh


pelayanan kesehatan sesuai
dengan standar, paling sedikit 4
kali di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah


kerja dalam kurun waktu sama.

Cakupan Desa/
Kelurahan UCI

www.kinerja.or.id

X 100%

Jika tidak ada data dapat digunakan


angka estimasi jumlah bayi lahir hidup
berdasarkan data BPS atau perhitungan
CBR x jumlah penduduk.

Jumlah desa / kelurahan UCI


Seluruh desa / kelurahan

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah Desa/Kelurahan UCI di


satu wilayah kerja pada waktu
tertentu.

Seluruh Desa/Kelurahan di satu wilayah


kerja dalam waktu yang sama.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

57

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

No Indikator SPM
8

Cakupan pelayanan
anak balita

Formula
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali disatu wilayah
kerja pada waktu tertentu
Jumlah seluruh anak balita disatu wilayah kerja
dalam waktu yang sama

10

58

Cakupan pemberian
makanan
pendamping ASI
pada anak usia 6
24 bulan
keluarga miskin

Cakupan balita gizi


buruk mendapat
perawatan

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah anak balita (12 59 bulan)


yang memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan minimal
8 kali di satu wilayah kerja pada
waktu kurun tertentu.

Jumlah seluruh anak balita (12 59


bulan) di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu tertentu.

Jumlah anak usia 6 24 bulan keluarga miskin


yang mendapat MP ASI
Jumlah seluruh anak usia 6 24 bulan keluarga miskin

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah anak usia 6 24 bulan


dari Gakin yang mendapat MP-ASI
di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

Jumlah seluruh anak usia 6 24


bulan dari Gakin di satu wilayah kerja
dalam
kurun waktu yang sama.

Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana


pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja pada waktu tertentu
Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah
kerja dalam waktu yg sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah balita gizi buruk mendapat


perawatan di sarana pelayanan
kesehatan di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.

Jumlah seluruh balita gizi buruk yang


ditemukan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No Indikator SPM
11

12

13
a.

Cakupan balita gizi


buruk mendapat
perawatan

Cakupan peserta
Keluarga Berencana
(KB) aktif

Acute Flacid
Paralysis (AFP)
rate per 100.000
penduduk < 15 tahun

www.kinerja.or.id

Formula
Jml murid SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih
Jumlah murid SD dan setingkat

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah murid kelas 1 SD


dan setingkat yang diperiksa
kesehatannya melalui penjaringan
kesehatan oleh tenaga kesehatan
atau tenaga terlatih (guru
UKS/dokter kecil) di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.

Jumlah murid kelas 1 SD dan


setingkat disatu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama.

Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di satu wilayah


kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah PUS yang menggunakan


kontrasepsi di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.

Jumlah seluruh Pasangan Usia


Subur di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yang sama.

Jumlah kasus AFP non Polio yang dilaporkan


Jumlah Penduduk < 15 tahun

x 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah kasus AFP non Polio


pada penduduk <15 tahun di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Jumlah Penduduk <15 tahun di satu


wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

59

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

No Indikator SPM
b.

Penemuan Penderita
Pneumonia Balita

Formula
Jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun.
Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita di satu Wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun.

c.

Penemuan pasien
baru TB BTA Positif

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah penderita Pneumonia


Balita yang yang ditangani di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun.

Jumlah perkiraan penderita


Pneumonia Balita di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.
Jumlah perkiraan penderita
pneumonia balita adalah 10% dari
jumlah balita disatu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun.

Jumlah pasien baru TB BTA positif yang ditemukan dan diobati


dalam satu wilayah selama satu tahun.
Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif dalam satu wilayah
dalam waktu satu tahun yang sama.

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah pasien baru TB BTA Positif


yang ditemukan dan diobati dalam
satu wilayah selama satu tahun.

Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA


(+) dalam satu wilayah pada waktu
satu tahun.
Perkiraan pasien baru TB BTA positif
adalah Insiden Rate TB baru BTA
positif per 100.000 x jumlah penduduk
pada suatu wilayah tertentu.
Insiden rate kabupaten/ kota
mempergunakan hasil survey
nasional tentang prevalensi TB pada
tahun terakhir.

60

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No Indikator SPM
d.

Penderita DBD yang


ditangani

Formula
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP dalam satu
wilayah selama satu tahun
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam
waktu satu tahun yang sama

e.

Penemuan penderita
diare

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah penderita DBD yang


ditangani sesuai standar
operasional prosedur (SOP) di
satu wilayah dalam waktu satu
tahun.

Jumlah penderita DBD yang ditemukan


di suatu wilayah dalam waktu satu
tahun yang sama.

Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani


di sarana Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun
Jumlah perkiraan penderita diare pd satu wilayah tertentu
dalam waktu yg sama

Cakupan pelayanan
kesehatan dasar
masyarakat miskin

www.kinerja.or.id

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah penderita diare yang

Jumlah perkiraan penderita diare


pada suatu wilayah tertentu dalam
waktu yang sama.

datang dan dilayani di sarana


Kesehatan dan Kader di suatu
wilayah tertentu dalam waktu satu
tahun.

14

X 100%

Perkiraan jumlah penderita diare


yang datang ke sarana kesehatan
dan kader adalah 10% dari angka
kesakitan x jumlah penduduk disatu
wilayah kerja dalam waktu satu tahun.

Jumlah kunjungan pasien maskin di Sarkes strata 1


dibagi jumlah seluruh maskin di kab/kota

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah kunjungan pasien maskin


selama 1 tahun (lama dan baru).

Jumlah seluruh maskin di wilayah


kerja dalam kurun waktu yang sama.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

61

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

No Indikator SPM
15

16

Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin

Cakupan pelayanan
gawat darurat level 1
yang harus diberikan
sarana kesehatan
(Rumah Sakit) di
Kabupaten/ Kota

17

Cakupan
Desa/Kelurahan
mengalami Kejadian
Luar Biasa (KLB)
yang dilakukan
penyelidikan
epidemiologi < 24
jam

Formula
Jumlah pasien maskin di sarkes strata2 dan strata3
Jumlah masyarakat miskin

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah kunjungan pasien maskin


selama 1 tahun (lama dan baru).

Jumlah seluruh maskin di wilayah


kerja dalam kurun waktu yang sama.

Pelayanan gawat darurat level 1


Jumlah RS kab/kota
Pembilang:

Penyebut:

Jumlah RS yang mampu


memberikan pelayanan gadar
level 1

Jumlah RS kabupaten

Jumlah KLB di desa/kelurahan yang ditangani <24 jam


Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi

X 100%

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah kejadian Luar Biasa (KLB)


di Desa/ Kelurahan yang ditangani
< 24 jam periode/kurun waktu
tertentu.

Jumlah Kejadian Luar biasa (KLB)


yang terjadi pada wilayah Desa/
Kelurahan pada periode/kurun waktu
yang sama.
Bila dalam 1 desa/ kelurahan
terjadi lebih dari 1 kali KLB pada
suatu periode, maka jumlah desa/
kelurahan yang mengalami KLB
dihitung sesuai dengan frekuensi
KLB yang terjadi di desa/ kelurahan
tersebut, dan ikut dimasukan dalam
penghitungan pembilang maupun
penyebut.

62

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No Indikator SPM
18

Formula

Cakupan Desa Siaga


Aktif

Jumlah Desa siaga yg aktif


Jumlah Desa Siaga yg dibentuk

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah desa siaga yang aktif di


satu wilayah pada kurun waktu
tertentu.

Jumlah desa siaga yang dibentuk


di satu wilayah pada kurun waktu
tertentu.

Data Relevan Untuk Mengidentifikasi


Ketepatan hasil pengukuran capaian SPM kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan.
Beberapa ciri data yang berkualitas diantaranya adalah:
1) Lengkap, dalam arti data berasal dari berbagai sumber dan meliputi seluruh variabel yang dibutuhkan.
2) Akurat, yaitu data sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
3) Tepat waktu, yaitu data dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
Untuk unsur kelengkapan data, dalam petunjuk teknis SPM (Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008) telah
dijelaskan mengenai berbagai sumber data yang relevan untuk masing-masing indikator.Berikut ini tabel
mengenai sumber data untuk masing-masing indikator SPM.

Sumber data untuk masing-masing indikator SPM kesehatan


(Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008)
JENIS
PELAYANAN
PELAYANAN
KESEHATAN
DASAR

www.kinerja.or.id

INDIKATOR

SUMBER DATA

1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil


K- 4

1. SIMPUS (LB 3) dan SIRS termasuk


pelayanan yang dilakukan oleh swasta.
2. Kohort ibu.
3. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA

2. Cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani

1. SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang


dilakukan oleh swasta.
2. Laporan Audit Maternal dan Perinatal (AMP).

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

63

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

JENIS
PELAYANAN

INDIKATOR

SUMBER DATA

3. Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang


dilakukan oleh swasta

4. Cakupan Pelayanan Nifas

1. SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang


dilakukan oleh swasta.
2. Kohort LB3 Ibu PWS-KIA

5. Cakupan Neonatus dengan


komplikasi yang ditangani

1. SIMPUS,
2. SIRS
3. Laporan pelaksanaan audit Maternal &
perinatal

6. Cakupan Kunjungan Bayi

SIMPUS (kohort bayi), SIRS dan klinik

7. Cakupan Desa/ Kelurahan


Universal Child Immunization
(UCI)

SIMPUS, SIRS dan Klinik

8. Cakupan pelayanan anak


balita

1.
2.
3.
4.
5.

9. Cakupan pemberian makanan


pendamping ASI pada anak
usia 6 24 bulan keluarga
miskin

Laporan khusus MP-ASI, R-1 gizi, LB3-SIMPUS.

10. Cakupan balita gizi buruk


mendapat perawatan

R-1 /gizi, LB3-SIMPUS, SIRS, W-1 (laporan


wabah KLB), laporan KLB gizi buruk Puskesmas,
dan atau Rumah Sakit

11. Cakupan penjaringan


kesehatan siswa SD dan
setingkat

1. Catatan dan pelaporan hasil penjaringan


kesehatan (Laporan kegiatan UKS) (sumber
data diperbaiki, data akan masuk ke
puskesmas melalui tenaga kesehatan);
2. Data Diknas/BPS setempat;

12. Cakupan peserta KB aktif

SIMPUS, SIRS dan Formulir 2 KB

Kohort balita
Laporan rutin SKDN
Buku KIA
KMS
Pencatatan pada Pos PAUD (Pemantauan
Anak Usia Dini), Taman Bermain,
6. Taman Penitipan Anak,Taman Kanak-kanak,
Raudatul Athfal dll.

13. Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit

64

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

JENIS
PELAYANAN

INDIKATOR

SUMBER DATA

a. Acute Flacid Paralysis


(AFP) rate per 100.000
penduduk < 15 thn

1. Form Pelacakan FP.1.


2. Laporan W2

b. Penemuan Penderita
Pneumonia Balita

1. Kartu Penderita/Register Harian, dan laporan


bulanan Puskesmas/Medical Record RS
2. Kartu Penderita/Register Pasien Fasilitas
Swasta/Medical Record Rumah Sakit swasta

c. Penemuan pasien baru


TB BTA (+)

Pelaporan TB : TB 07, 08, dan 11

d. Penderita DBD yang


ditangani

SIMPUS, SIRS, KDRS, dan KD-DBD

e. Penemuan penderita
diare

Catatan Kader/register penderita/LB1/Laporan


Bulanan dan Klinik

14. Cakupan pelayanan


kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin

Laporan Puskesmas . Laporan Dinas Kesehatan


Kab/Kota

15. Cakupan pelayanan


kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin

SP2RS/SIRS, Laporan Dinas Kesehatan kab/


kota, SKN

16. Cakupan Pelayanan Gawat


Darurat level 1 yang harus
diberikan Sarana Kesehatan
(RS) di Kab/ Kota

SIMPUS, SIRS, dan Dinkes Kab/Kota

PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI
DAN PENANGGULANGAN KLB

17. Cakupan Desa/kelurahan


mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam

1. Laporan KLB 24 jam ( W1);


2. Laporan hasil penyelidikan dan
penanggulangan KLB;
3. Laporan Masyarakat dan media massa

PROMOSI
KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

18. Cakupan Desa Siaga Aktif

4. Hasil pencatatan kegiatan Puskesmas dan


Laporan Profil PSM/UKBM

PELAYANAN
KESEHATAN
RUJUKAN

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

65

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Identifikasi data yang dibutuhkan, sumber data,


teknik pengumpulan data, waktu pengumpulan data,
dan penentuan penanggungjawab
Teknik
pengumpulan
data
(6)

Waktu
pengumpulan
data
(7)

Penanggung
jawab

Kohort ibu
di BPS

Mengumpulkan laporan
rutin

Maksimal
tgl 5 bulan
berikutnya

Bidan di
Desa

Data
kunjungan
K1 K4
per bulan
di dokter
praktek
swasta

Kohort ibu
di DPS

Mengumpulkan laporan
rutin

Maksimal
tgl 5 bulan
berikutnya

Bidan di
Desa

Data
kunjungan
K1 K4
per bulan
di Klinik
swasta

Kohort ibu
di Klinik
swasta

Mengumpulkan laporan
rutin

Maksimal
tgl 5 bulan
berikutnya

Bidan di
Desa

Dst....

...

...

...

...

Jumlah
penduduk

BPS atau
kecamatan

Menyalin
data dari
BPS atau
kecamatan

Akhir tahun
sebelumnya

Koordinator
SP2TP

No

Indikator
SPM

Formula
perhitungan

Data yang
dibutuhkan

Sumber
data

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Cakupan
kunjungan
Ibu Hamil
K- 4

Pembilang:
Jumlah Ibu
Hamil yang
memperoleh
pelayanan K4

Data
kunjungan
K1 K4
per bulan
di BPS

Penyebut:
Jumlah
sasaran ibu
hamil
2

Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani

(8)

Pembilang:
Jumlah
Komplikasi
kebidanan
yang
mendapat
penanganan
definitif
Penyebut:
Jumlah Ibu
dengan
komplikasi
kebidanan

Dst...

...

66

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Keterangan:
Kolom (1) : Diisi nomor urut
Kolom (2) : Diisi nama indikator SPM. Contoh: No. 1 Indikator Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4
Kolom (3) : Diisi rumus (pembilang dan penyebut) utuk menghitung capaian SPM pada indikator yang tersebut pada

kolom (2).
Kolom (4) : Diisi rincian data yang diperlukan untuk menghitung jumlah pembilang dan penyebut yang tersebut pada

kolom (3)
Kolom (5) : Diisi sumber data untuk mendapakan data yang tersebut pada kolom (4)
Kolom (6) : Diisi metode atau cara yang tepat untuk mendapatkan data yang tersebut pada kolom (4)
Kolom (7) : Diisi periodisasi waktu pengumpulan data untuk setiap jenis dan asal data (kolom (4) dan (5))
Kolom (8) : Diisi pihak atau person yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data.

Dengan memanfaatkan formulir identifikasi data seperti tabel di atas, akan dapat diketahui jika ada jenis data
yang sama untuk indikator SPM yang berbeda. Di samping itu juga dapat dikenali adanya data yang saling
terkait antara satu indikator dengan indikator lainnya.
Beberapa contoh data yang sama atau saling terkait adalah sebagai berikut:
1. Data jumlah penduduk diperlukan untuk menghitung jumlah penyebut pada indikator 1 (cakupan kunjungan
Ibu Hamil K- 4), indikator 2 (cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani), indikator 3 (cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan), indikator 4 (cakupan
pelayanan nifas), indikator 13 (Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit)
2. Data jumlah sasaran ibu hamil yang digunakan pada indikator 1 (cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4) akan
digunakan juga untuk indikator 2 (cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani), karena perhitungan
jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan dilakukan dengan mengalikan jumlah sasaran ibu hamil dengan
angka estimasi 20%.
3. Ada keterkaitan antara data jumlah persalinan (ditolong nakes dan non nakes) dengan data jumlah bayi
lahir (lahir hidup dan lahir mati).
Analisis seperti di atas penting dilakukan untuk menjaga konsistensi data. Temuan tersebut akan menjadi
dasar bagi pelaksanaan koordinasi antar program.
Setelah berbagai jenis data yang relevan diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengumpulan data. Untuk mempermudah kegiatan pengumpulan data, diperlukan alat bantu berupa formulir
dan tally sheet. Selengkapnya mengenai formulir pengumpulan data akan dibahas dalam sub pokok bahasan
berikut ini.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

67

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Formulir dan Tally-Sheet Relevan


Untuk mempermudah pengumpulan data, dibutuhkan formulir pengumpulan data yang mampu secara spesifik
menampilkan jenis dan sumber data, sehingga kelengkapan dan akurasi data dapat terjaga. Beberapa formulir
pencatatan rutin Puskesmas sebenarnya telah mengakomodasi kebutuhan ini. Tetapi untuk keperluan praktis
dapat juga dikembangkan formulir data sheet sendiri secara sederhana.
Sebagai contoh, untuk indikator cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat, formulir
pengumpulan data yang mungkin dikembangkan adalah sebagai berikut.

Data kegiatan penjaringan siswa SD/MI


di Kabupaten ...... tahun .....
Nama
Puskesmas
(1)
Pusk A

Data SD dan MI

Data kegiatan penjaringan (Jumlah murid diperiksa)

Nama
Sekolah

Jumlah
Murid

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jumlah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

SD A
SD B
SD C
Dst...

Pusk B

Pusk C

Dst...

TOTAL

Keterangan:
Kolom (1)
:

Kolom (2)
:
Kolom (3)
:

68

Diisi dengan nama Puskesmas. Jika formulir ini digunakan untuk tingkat Puskesmas,
tidak perlu ada kolom Nama Puskesmas, tetapi Nama Puskesmas tertulis pada judul tabel
Diisi nama sekolah (Sumber data: Diknas setempat)
Diisi jumlah murid kelas 1 sekolah yang namanya tersebut pada kolom (2) (Sumber data:
Diknas setempat)

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Kolom (4) (15) :




Kolom (16)
:

Diisi hasil kegiatan penjaringan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas bersama guru
dan dokter kecil (Sumber data: catatan kegiatan UKS/UKGS Puskesmas dan catatan dari
sekolah setempat)
Diisi hasil penjumlahan kolom (4) s.d (15)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dihitung capaian indikator Cakupan pejaringan kesehatan siswa SD dan
setingkat dengan cara: TOTAL Kolom (16) dibagi TOTAL kolom (3) kali 100%.

Teknik Pengumpulan Data (Data Collecting)


Perhitungan capaian SPM seperti telah dijelaskan pada sub pokok bahasan sebelumnya, akan dapat
dilakukan jika data pembilang dan penyebut diketahui dengan baik. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
pengumpulan data menjadi aktivitas yang sangat penting. Tanpa data yang lengkap dan akurat, angka capaian
yang dihasilkan tidak akan menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Oleh karena itulah pemahaman tentang
metode atau teknik pengumpulan data (data collecting) menjadi syarat wajib untuk bisa melakukan perhitungan
capaian SPM.
Konsep SPM adalah konsep pembangunan wilayah, sehingga angka pembilang dan penyebut yang dihitung
adalah penjumlahan angka hasil kerja seluruh pemberi pelayanan kesehatan di suatu wilayah, baik pemerintah
maupun swasta, baik organisasi maupun individu. Dengan demikian data untuk perhitungan capaian SPM
berasal dari berbagai sumber.
Secara teoritis, data dapat diklasifikan menjadi beberapa jenis menurut kategori tertentu.
Penjelasan selengkapnya seperti tergambar dalam tabel berikut

Klasifikasi data
No

Dasar Klasifikasi

Jenis data

1.

Menurut cara memperoleh

Data primer
Data sekunder

2.

Menurut sifat data

Data kuantitatif
Data kualitatif

3.

Menurut sumber

Data internal
Data eksternal

4.

Menurut periodisasi perolehan data

Data rutin
Data tidak rutin

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

69

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Jika dilihat dari berbagai ciri yang ada, data SPM yang direkap oleh Dinas Kesehatan seluruhnya adalah data
sekunder yaitu berasal dari Puskesmas, RS, atau institusi lain. Sedangkan di tingkat Puskesmas dapat berupa
data primer maupun data sekunder. Data primer misalnya data pencatatan langsung pada saat kunjungan ibu
hamil ke Puskesmas. Data sekunder misalnya data rekapan kunjungan ibu hamil dari Bidan Praktek Swasta
(BPS), klinik swasta, atau RS swasta. Menurut sifat datanya, data yang dikumpulkan untuk menghitung
pencapaian SPM termasuk kategori data kuantitatif. Hal ini bisa dipahami karea seluruh indikator SPM
menggunakan target kuantitatif sebagai ukuran keberhasilannya.
Jika dilihat menurut sumber, data SPM bisa berupa data data internal dan data eksternal. Data internal yang
diaksud adalah data yang bersumber dari dalam Puskesmas, misalnya: jumlah kunjungan K4 di Puskesmas,
jumlah persalinan yang dilakukan di Puskesmas. Data eksternal adalah data yang berasal dari luar
Puskesmas, misalnya: data jumlah penduduk, data jumlah SD/MI.
Tetapi jika dilihat menurut periodisasi waktu pengumpulan data, sebaiknya semua data SPM merupakan
data rutin. Jika seluruh data SPM telah terkategori data rutin hal ini menunjukkan telah terdapat mekanisme
pengumpulan data yang baku dan ditaati oleh seluruh pihak, sehingga secara rutin seluruh data tersebut
terkumpul ke Puskesmas.
Mekanisme pengumpulan data yang tepat berperan penting bagi terkumpulnya data yang lengkap. Tetapi
sayangnya hal ini tidaklah mudah. Salah satu yang membuat pengumpulan data menjadi aktivitas yang cukup
sulit dilakukan adalah karena saat ini koordinasi antar berbagai institusi/pihak pemberi pelayanan kesehatan
dalam hal pencatatan dan pelaporan masih sangat kurang. Disinilah pentingnya aktivitas Pemantauan
Wilayah Sekitar (PWS) dilakukan secara intensif dengan pendekatan aktif. Maksudnya Puskesmas selaku
penanggungjawab pembangunan kesehatan di level kecamatan harus aktif menjadi pengumpul data, baik
melalui bidan di desa atau petugas pembina desa yang lain.
Dalam aktivitas pengumpulan data ini, masyarakat memegang peranan yang sangat penting, mengingat
masyarakat merupakan sasaran kegiatan sekaligus sumber data utama. Sebagai contoh, untuk indikator
Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam, masyarakatlah
yang selalu menjadi informan pertama atas terjadinya KLB di suatu wilayah.
Masyarakat dalam arti luas meliputi juga para tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh adat. Peran
para tokoh ini merupakan key succes bagi tersedianya data SPM yang lengkap. Keberadaan Forum Multi
Stakeholder (FMS) cukup memberikan daya ungkit, terutama dalam mekanisme koordinasi dan pengendalian.

70

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Metode Pengolahan Data


Pengolaan data dapat diartikan sebagai proses manipulasi dari kumpulan data ke dalam bentuk yang lebih
berarti, dapat dimengerti secara jelas dan lengkap oleh penerima informasi. Dalam sub pokok bahasan
sebelumnya telah dijelaskan bahwa data untuk perhitungan SPM kesehatan terdiri dari banyak data yang
berasal dari berbagai sumber. Sebelum dihitung dengan menggunakan formula pada masing-masing indikator,
berbagai data tersebut harus diolah dulu untuk memastikan kebenaran dan kelengkapannya.
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data SPM kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Cleaning dan editing
2. Categorizing
3. Calculating
4. Tabulating
Cleaning dan editing dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kembali unsur data yang terkumpul, apakah
sudah sesuai dengan kebutuhan ataukah masih ada yang kurang. Jika masih ada kekurangan, segera
dilakukan upaya untuk memenuhinya. Konsistensi data antar indikator juga perlu dilihat. Beberapa indikator
yang memanfaatkan data sejenis, hendaknya datanya juga tidak berbeda. Demikian juga untuk data yang
sifatnya ada interrelasi, harus dibuktikan bahwa jumlahnya benar.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

71

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Sebagai contoh dapat dilihat dalam gambar berikut.


Tabel: Jumlah persalinan di wilayah
kerja Puskesmas X tahun 2013

No

Bulan

Jan

Jumlah
Persalinan
Nakes

Jumlah
Persalinan
non nakes

Total
Jumlah
Persalinan

Tabel: Jumlah bayi di wilayah


Tabel: Pelaksanaan imunisasi
kerja Puskesmas X tahun 2013 BCG di wilayah kerja Puskesmas
X tahun 2013
No

Bulan

Jumlah
Bayi Lahlr
Mati

Jumlah Bayi
Lahir Hidup

No

Bulan

Jan

Jan

Feb

Feb

Feb

Mar

Mar

Mar

Apr

Apr

Apr

Mei

Mei

Mei

Jun

Jun

Jun

Jul

Jul

Jul

Agu

Agu

Agu

Sep

Sep

Sep

10

Okt

10

Okt

10

Okt

11

Nov

11

Nov

11

Nov

12

Des

12

Des

12

Des

TOTAL

TOTAL

Jumlah bayi lahir mati + hidup


bulan = total jumlah persalinan

Jumlah Bayi Total Jumlah


Diimunisasi
Bayi
BCG

TOTAL

Data jumlah bayi lahir hidup akan


masuk menjadi data total jumlah
bayi. Tetapi angka total jumlah
bayi bisa saja lebih besar dari
angka jumlah bayi lahir hidup,
karena total jumlah bayi pada tahun
tersebut beberapa diantaranya
berasal dari bayi yang lahir pada
tahun sebelumnya, maksimal bulan
Maret. Tetapi khusus untuk sasaran
imunisasi BCG, harusnya sama
dengan jumlah bayi lahir hidup

Dari ke tiga tabel di atas, beberapa hal yang dapat dipelajari adalah:
1. Data jumlah persalinan dibutuhkan untuk menghitung capaian indikator 3 (Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan). Data jumlah bayi dan pelaksanaan imunisasi
diperlukan untuk menghitung capaian indikator 6 (cakupan kunjungan bayi) dan indikator 7 (Cakupan
Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI))
2. Data jumlah bayi lahir hidup harus ada konsistensi dengan data total jumlah persalinan dikurangi dengan
jumlah bayi lahir mati.

72

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

3. Data jumlah bayi diimunisasi BCG harus sama dengan data jumlah bayi lahir hidup dikurangi jumlah bayi
yang tidak diimunisasi BCG.
4. Jika jumlah bayi yang diimunisasi BCG kecil, maka hasil perhitungan indikator 6 dan indikator 7 pasti
juga kecil, karena persyaratan untuk dapat dihitung sebagai jumlah bayi yang memenuhi persyaratan
standar (pembilang pada indikator 6) salah satunya adalah harus mendapat imunisasi BCG. Demikian
juga untuk menghitung jumlah desa UCI (pembilang pada indikator 7), pelaksanaan imunisasi BCG juga
termasuk salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa dikatakan bahwa seorang bayi/anak telah
mendapatkan imunisasi lengkap.
Simulasi di atas hanya merupakan contoh beberapa hal yang bisa dicermati dari data yang telah terkumpul.
Masih banyak analisis serupa yang bisa dilakukan pada beberapa data yang lain. Tujuan dilakukan proses ini
adalah untuk menjaga akurasi atau ketepatan data.
Beberapa angka penyebut dalam indikator SPM adalah angka hasil estimasi, sehingga diperlukan pengolahan
khusus sesuai dengan petunjuk perhitungan yang tertulis dalam kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008.
Beberapa data tersebut adalah:
1. Jumlah sasaran ibu hamil sebagai penyebut pada indikator 1 (Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4),
2. Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan sebagai penyebut pada indikator 2 (Cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani),
3. Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin sebagai penyebut pada indikator 3 (Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan),
4. Jumlah seluruh Ibu nifas sebagai penyebut pada indikator 4 (Cakupan Pelayanan Nifas),
5. Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita, jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif, dan jumlah
perkiraan penderita diare, sebagai penyebut pada indikator 13 (Cakupan penemuan dan penangan
penderita penyakit)
Dalam Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008 telah dijelaskan mekanisme untuk melakukan estimasi, yaitu
sebagai berikut:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

73

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Metode Estimasi (Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008)


Penyebut
Jumlah sasaran ibu hamil

Metode Estimasi
:

Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x
Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
1,1 adalah konstanta untuk menghitung Ibu hamil.

Jumlah ibu dengan

komplikasi kebidanan

Total sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x
Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi
pada kurun waktu tertentu.
1,1 adalah konstanta untuk menghitung Ibu hamil.

Jumlah seluruh sasaran

Jumlah seluruh Ibu Bersalin dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,05
x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk.

ibu bersalin

Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
1,05 adalah konstanta untuk menghitung Ibu bersalin.
Jumlah seluruh Ibu nifas

Jumlah seluruh Ibu Nifas di hitung melalui estimasi dengan rumus: 1,05 x
Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk.
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
1,05 adalah konstanta untuk menghitung Ibu Nifas.

Jumlah perkiraan penderita

Pneumonia balita
Jumlah perkiraan pasien

Perkiraan jumlah penderita pneumonia balita adalah 10% dari jumlah


balita.

baru TB BTA positif

Perkiraan pasien baru TB BTA positif adalah Insiden Rate TB baru BTA
positif per 100.000 x jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu.
Insiden rate kabupaten/kota mempergunakan hasil survey nasional tentang
prevalensi TB pada tahun terakhir.

Jumlah perkiraan penderita


diare

Angka kesakitan adalah angka kesakitan Nasional Hasil Survei Morbiditas


Diare tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk.
Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan
kader adalah 10% dari angka kesakitan x jumlah penduduk disatu wilayah
kerja dalam waktu satu tahun.

74

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Ketidaktepatan perhitungan jumlah sasaran akan berdampak pada hasil perhitungan SPM. Jika estimasi
sasaran terlalu besar, akan teridentifikasi gap yang lebar antara target dengan capaian riil di lapangan.
Sebaliknya jika estimasi sasaran terlalu kecil, akan menghasilkan hitungan melebihi target maksimal (lebih dari
100%). Tentu saja hal ini terkesan kurang rasional.

Untuk itulah sangat perlu untuk memahami karakteristik indikator SPM terkait dengan upaya pencapaian target
nasional disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi di daerah. Mengenali karakteristik dalam hal ini berupa
identifikasi faktor faktor yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan yang terjadi baik untuk substansi
terkait dengan pembilang maupun penyebut. Misalnya untuk estimasi data jumlah sasaran ibu hamil (pada
indikator SPM 1), pengenalan karakteristik demografi dan geografi mengenai ibu yang hamil dan potensial
hamil harus menjadi pertimbangan.
Perhitungan jumlah sasaran ini harus dilakukan tiap tahun, sebagai bahan untuk menyusun rencana kegiatan
tahunan. Dalam kenyataannya, beberapa daerah mengalami kesulitan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan tersebut tepat waktu. Untuk mengantisipasi hal ini, dapat dilakukan metode estimasi sederhana
dengan dengan mengacu pada data dasar obyek layanan dan perkiraan besaran obyek layanan tersebut pada
tahun mendatang.
Rumusnya adalah sebagai berikut:

Bn = B0 X (1+ r ) n

Keterangan:
B0 adalah jumlah obyek layanan pada tahun awal
r adalah tingkat pertumbuhan obyek layanan tersebut
n adalah tahun estimasi (1, 2, 3, 4, dstnya)

Berdasarkan target yang akan dicapai dan dikalikan dengan estimasi obyek layanan pada tahun bersangkutan,
akan diperoleh besaran obyek yang akan dilayani pada tahun tersebut.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
A1 = T1 X B1

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

75

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Keterangan:

A1 = besaran obyek yang akan dilayani pada tahun estimasi 1

T1 = Target yang ditetapkan pada tahun 1

B1 = Estimasi besaran obyek layanan pada tahun 1

Angka A1 inilah yang masuk ke dalam rencana pencapaian SPM, untuk menjadi dasar penyusunan rencana
kegiatan dan pembiayaannya.
Categorizing adalah aktivitas mengelompokkan berbagai data ke dalam kelompok data yang sejenis. Seperti
telah dibahas sebelumnya, data yang membentuk satu angka pembilang dari sebuah indikator SPM berasal
dari banyak data dari berbagai sumber. Oleh karena itu prosedur selanjutnya dalam pengolahan data adalah
mengenali sebuah data itu akan menjadi unsur pembentuk untuk indikator yang mana, dan dikelompokkan
berdasarkan indikator yang sesuai.
Setelah semua data pembentuk sebuah indikator berhasil diidentifikasi, seluruh data tersebut dijumlahkan
untuk mendapatkan nilai akhir. Angka inilah yang dimasukkan ke dalam formula perhitungan capaian SPM.
Untuk mempermudah pembacaan hasil pengolahan data, dapat dilakukan penyajian dalam bentuk tabulasi,
diagram, atau pemetaan, sesuai dengan kebutuhan.
Dalam menyusun rencana pemenuhan target SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dengan
jangka waktu sampai dengan tahun 2015, maka daerah harus mampu menyusun rencana yang efektif dengan
memanfaatkan sisa waktu yang ada. Terkait tujuan tersebut, daerah perlu melakukan estimasi sehingga
diperoleh gambaran mengenai tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan pada waktu yang akan datang.

Penyimpulan Hasil Pengumpulan Data


Hasil akhir perhitungan capaian SPM menunjukkan tingkat keberhasilan daerah dalam memenuhi target.
Angka hasil perhitungan tersebut jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan akan dapat diambil
kesimpulan yang terbagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. Belum memenuhi target
2. Memenuhi target
3. Melampaui target

76

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Target yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri adalah target nasional dengan batas waktu pencapaian
tahun 2015. Pemerintah daerah diharapkan dapat menetapkan rincian target per tahun sebelum tahun 2015,
sesuai dengan kapasitas masing-masing daerah.
Penyimpulan hasil pengumpulan data dilakukan dengan membandingkan angka capaian riil dengan target,
baik yang ditetapkan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Mengetahui Data Capaian Kinerja SPM Terkini


Perhitungan capaian SPM dapat dilakukan secara manual, maupun dengan memanfatkan bantuan program
excel sehingga menjadi lebih mudah dan akurat. Jika perhitungan dilakukan dengan menggunakan aplikasi
program excel, dapat dibuat format sederhana seperti dalam tabel berikut ini.

Format Perhitungan Capaian SPM


(File spreadsheet/excel dapat dilihat dalam CD)

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

77

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Angka pencapaian SPM menggambarkan tingkat keberhasilan pelaksanaan SPM untuk satu wilayah
kabupaten/kota.Angka ini menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan dari seluruh unsur pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) di wilayah kabupaten/kota tersebut, baik pemerintah maupun swasta, baik individu maupun
institusi.

Contoh Bahan Presentasi di CD


Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:

78

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

a) Presentasi 2.1 Identifikasi capaian SPM per-indikator


Lihat materi presentasi pada folder modul-2 : Presentasi 2.1 Identifikasi capaian SPM per-indikator .

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

79

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

80

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

81

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

82

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

83

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

84

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

85

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

86

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

87

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

88

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

89

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

90

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

91

Cakupan
kunjungan Ibu
Hamil K- 4

Cakupan
komplikasi
kebidanan yang
ditangani

Cakupan
pertolongan
persalinan oleh
tenaga kesehatan
yang memiliki
kompetensi
kebidanan

Cakupan
Pelayanan Nifas

Cakupan
Neonatus dengan
komplikasi yang
ditangani.

Indikator SPM

No.

Jumlah Komplikasi kebidanan


yang mendapat penanganan
definitif

Jml Ibu dengan komplikasi


kebidanan

Jumlah seluruh neonatus dgn


komplikasi yg ada

Seluruh Ibu nifas di satu


wilayah kerja

Jumlah neonatus dgn


komplikasi yg tertangani

Jumlah ibu nifas yg telah


memperoleh 3 kali pelayanan
nifas sesuai standar

Jumlah seluruh sasaran ibu


bersalin

Jumlah sasaran ibu hamil

Jumlah ibu bersalin yg ditolong


oleh tenaga kesehatan

Pusk
1

Jml Ibu Hamil yg memperoleh


pelayanan
antenatal K4

Data yang dibutuhkan

PENCAPAIAN SPM KABUPATEN ................. TAHUN 20......

Pusk
2

Pusk
3

Pusk
4

Pusk
5

Pusk
6

Pusk
7

Pusk
8

Lihat materi presentasi pada folder modul-2: Presentasi 2.2 Data Relevan Untuk Mengidentifikasi Capaian Indikator SPM

b) Presentasi 2.2 Data Relevan Untuk Mengidentifikasi Capaian Indikator SPM

Pusk
9

Pusk
10

Total
Kab.

92

Indikator SPM

Cakupan
Kunjungan Bayi

Cakupan Desa/
Kelurahan
Universal Child
Immunization
(UCI)

Cakupan
pelayanan anak
balita

Cakupan
pemberian
makanan
pendamping ASI
pada anak usia
6 24 bulan
keluarga miskin.

Cakupan balita
gizi buruk
mendapat
perawatan

Cakupan
penjaringan
kesehatan siswa
SD dan setingkat

No.

10

11

Jumlah desa / kelurahan UCI

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Jumlah anak usia 6 24 bln


keluarga miskin yg mendapat
MP ASI

Jumlah murid SD dan setingkat

Jumlah seluruh balita gizi buruk


yg ditemukan

Pusk
2

Jml murid SD dan setingkat yg


diperiksa kesehatannya oleh
tenaga kesehatan atau tenaga
terlatih

Jumlah balita gizi buruk


mendapat perawatan di sarana
pelayanan kesehatan

Jumlah seluruh anak balita

Jumlah seluruh anak usia 6


24 bln keluarga miskin

Jml anak balita yg memperoleh


pelayanan
pemantauan pertumbuhan
minimal 8 kali

Jumlah seluruh bayi lahir hidup

Seluruh desa / kelurahan

Pusk
1

Jumlah bayi memperoleh


pelayanan kesehatan sesuai
standar

Data yang dibutuhkan

Pusk
3

Pusk
4

Pusk
5

Pusk
6

Pusk
7

Pusk
8

Pusk
9

Pusk
10

Total
Kab.

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

93

Indikator SPM

Cakupan peserta
KB aktif

Acute Flacid
Paralysis (AFP)
rate per 100.000
penduduk < 15
tahun

Penemuan
Penderita
Pneumonia Balita

Penemuan
pasien baru TB
BTA Positif

Penderita DBD
yang ditangani

Penemuan
penderita diare

No.

12

13 a

13 b

13 c

13 d

13 e

Jumlah penderita diare yang


datang dan dilayani di sarana
Kesehatan dan Kader

Jumlah perkiraan penderita


diare pd satu wilayah tertentu
dalam waktu yg sama

Pusk
4

Pusk
5

Pusk
6

Pusk
7

Pusk
8

Pusk
9

Pusk
10

Total
Kab.

Pusk
3

Jumlah penderita DBD yang


ditemukan

Pusk
2

Pusk
1

Jumlah penderita DBD yang


ditangani sesuai SOP

Jumlah perkiraan pasien baru


TB BTA positif

Jumlah pasien baru TB BTA


positif yang ditemukan dan
diobati

Jumlah perkiraan penderita


Pneumonia balita di satu
Wilayah

Jumlah penderita pneumonia


balita yang ditangani

Jumlah Penduduk < 15 tahun

Jumlah kasus AFP non Polio


yang dilaporkan

Jumlah seluruh Pasangan Usia


Subur

Jumlah PUS yang


menggunakan kontrasepsi

Data yang dibutuhkan

94

Indikator SPM

Cakupan
pelayanan
kesehatan dasar
pasien
masyarakat
miskin

Cakupan
pelayanan
kesehatan
rujukan pasien
masyarakat
miskin

Cakupan
Pelayanan Gawat
Darurat level
1 yang harus
diberikan Sarana
Kesehatan RS)
di Kab/ Kota.

Cakupan Desa/
kelurahan
mengalami KLB
yang dilakukan
penyelidikan
epidemiologi <
24 jam

Cakupan Desa
Siaga Aktif

No.

14

15

16

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

17

18

Jumlah Desa Siaga yg dibentuk

Pusk
1

Jumlah Desa siaga yg aktif

Jumlah KLB di desa/kelurahan


yang terjadi

Jumlah KLB di desa/kelurahan


yang ditangani <24 jam

Jumlah RS kab/kota

pelayanan gawat darurat level 1

Jumlah masyarakat miskin

Jumlah pasien maskin di sarkes


strata 2 dan strata 3

Jumlah seluruh maskin di kab/


kota

Jumlah kunjungan pasien


maskin di Sarkes strata 1

Data yang dibutuhkan

Pusk
2

Pusk
3

Pusk
4

Pusk
5

Pusk
6

Pusk
7

Pusk
8

Pusk
9

Pusk
10

Total
Kab.

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

www.kinerja.or.id

c) Presentasi 2.3 Teknik Pengumpulan Data


Lihat materi presentasi pada folder modul-2 : Presentasi 2.3 Teknik Pengumpulan Data

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

95

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

96

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

97

LAMPIRAN B - Uraian Substansi


d) Presentasi 2.4 Metode pengolahan dan penyimpulan hasil
Lihat materi presentasi pada folder modul-2 : Presentasi 2.4 Metode Pengolahan dan Penyimpulan Hasil

98

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Modul 3
Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional

Tujuan Pembelajaran
Modul ini menuraikan bagaimana melakukan analisis kesenjangan dalam pencapaian SPM, dengan:
1. mengidentifikasi target SPM nasional
2. mengidentifikasi capaian SPM daerah
3. mengidentifikasi kesenjangan atau gap dalam pencapaian SPM
4. mengidentifikasi faktor utama penyebab kesenjangan.
Di dalam PP 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan
bahwa indikator SPM merupakan tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

99

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa
masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan. Sebagai upaya pemerintah pusat untuk memacu daerah
dalam implementasi SPM, ditetapkan pula target nasional yang menjadi tolok ukur keberhasilan daerah pada
masing-masing indikator.

Target SPM Nasional Normatif


Ditetapkannya target SPM nasional dimaksudkan sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan di
daerah. Hal ini diharapkan dapat memacu daerah agar bekerja sebaik mungkin untuk memenuhi target SPM.
Dalam Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, telah disebutkan secara jelas target SPM nasional. Selengkapnya target SPM
nasional diuraikan berikut ini.

Target SPM Nasional


NO.

100

INDIKATOR SPM

TARGET
2015

Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4

95%

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

80%

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki


kompetensi kebidanan

95%

Cakupan Pelayanan Nifas

95%

Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

80%

Cakupan Kunjungan Bayi

90%

Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

Cakupan pelayanan anak balita

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 24 bulan


keluarga miskin

100%

10

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

100%

11

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

100%

12

Cakupan peserta KB aktif

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

>95%
90%

70%

www.kinerja.or.id

NO.
13

TARGET
2015

INDIKATOR SPM
Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

>2

Penemuan Penderita Pneumonia Balita

100%

Penemuan pasien baru TB BTA Positif

90%

Penderita DBD yang ditangani

100%

Penemuan penderita diare

100%

14

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin

100%

15

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100%

16

Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana

100%

Kesehatan (RS) di Kab/ Kota


17

Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan


epidemiologi < 24 jam

100%

18

Cakupan Desa Siaga Aktif

80%

Secara nasional batas akhir yang ditetapkan adalah tahun 2015. Tetapi masing-masing daerah diharapkan
menindaklanjuti dengan membuat keputusan tentang pentahapan pencapaian SPM tersebut. Sebagai contoh,
pemerintah Propinsi Jawa Timur telah membuat pentahapan target pencapaian SPM tersebut pertahun, mulai
tahun 2011 hingga 2015, sebagai berikut.

Target SPM tahun 2011 2015 Propinsi Jawa Timur


NO.

INDIKATOR SPM

TARGET (%)
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4

85

90

91

92

93

94

95

Cakupan komplikasi kebidanan yang


ditangani

80

80

80

80

80

80

80

Cakupan pertolongan persalinan


oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

90

90

93

94

94

95

95

Cakupan Pelayanan Nifas

90

94

95

95

95

95

95

Cakupan Neonatus dengan komplikasi


yang ditangani

80

71

73

75

77

80

80

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

101

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

NO.

INDIKATOR SPM

TARGET (%)
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Cakupan Kunjungan Bayi

75

90

90

90

90

90

100

Cakupan Desa/ Kelurahan Universal


Child Immunization (UCI)

>90

>95

>95

>95

>95

>95

>95

Cakupan pelayanan anak balita

75

79

81

83

85

87

100

Cakupan pemberian makanan


pendamping ASI pada anak usia 6 24
bulan keluarga miskin

100

100

100

100

100

100

100

10

Cakupan balita gizi buruk mendapat


perawatan

100

100

100

100

100

100

100

11

Cakupan penjaringan kesehatan siswa


SD dan setingkat

100

100

100

100

100

100

100

12

Cakupan peserta KB aktif

67

68

70

70

>70

>70

>70

13

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per


100.000 penduduk < 15 tahun*)

>2

>2

>2

>2

>2

>2

>2

Penemuan Penderita Pneumonia Balita

80

45

70

80

90

100

100

Penemuan pasien baru TB BTA Positif

45

65

70

75

80

85

90

Penderita DBD yang ditangani

100

100

100

100

100

100

100

Penemuan penderita diare

90

100

100

100

100

100

100

14

Cakupan pelayanan kesehatan dasar


pasien masyarakat miskin

85

90

95

100

100

100

100

15

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan


pasien masyarakat miskin

100

100

100

100

100

100

100

16

Cakupan Pelayanan Gawat Darurat


level 1 yang harus diberikan Sarana
Kesehatan (RS) di Kab/ Kota

75

80

85

90

95

100

100

17

Cakupan Desa/kelurahan mengalami


KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam

>80

>85

>90

>95

100

100

100

18

Cakupan Desa Siaga Aktif

20

30

40

50

45

70

80

Ket: *) target dalam bentuk angka absolut

102

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Penentuan target tahunan oleh pemerintah daerah dimaksudkan untuk mempermudah SKPD terkait, dalam
hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, dalam menyusun strategi pencapaian SPM dan pengalokasian
sumber daya sampai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Gap pencapaian daerah vs SPM


Setiap awal tahun, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diwajibkan untuk menghitung pencapaian eksisting SPM
kesehatan di wilayahnya. Hasil perhitungan ini dilaporkan kepada kepala daerah tingkat II, kepala daerah
tingkat I, dan menteri kesehatan. Hal ini dimaksudkan sebagai laporan pertanggungjawaban daerah dalam
menyelenggarakan pelayanan wajib bagi masyarakat. Mekanisme perhitungan capaian SPM secara detail
telah dijelaskan pada bab 3.

GAP SPM Nasional vs Lokal/Daerah


Hasil perhitungan capaian eksisting SPM daerah selanjutnya dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan. Dari hasil perbandingan tersebut akan dapat diidentifikasi adanya gap atau kesenjangan antara
pencapaian SPM dibandingkan dengan target, baik target daerah maupun target nasional. Adanya gap ini
menunjukkan ada masalah pada indikator tersebut.
Metode sederhana untuk mengenali adanya gap antara pencapaian SPM terkini dengan target daerah dan
target nasional adalah dengan membuat tabulasi dan diagram hasil perhitungan SPM.
Contohnya adalah sebagai berikut:

Pencapian SPM kesehatan Kabupaten X tahun yyyy


No.

Indikator SPM

Pencapaian

Target daerah
tahun .....

Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4

95,82%

92%

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

45,51%

80%

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang


memiliki kompetensi kebidanan

96,32%

94%

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

103

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

No.

104

Indikator SPM

Pencapaian

Target daerah
tahun .....

Cakupan Pelayanan Nifas

96,66%

95%

Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

58,16%

75%

Cakupan Kunjungan Bayi

94,44%

90%

Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization


(UCI)

86,21%

95%

Cakupan pelayanan anak balita

88,85%

83%

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak


usia 6 24 bulan keluarga miskin

100,00%

100%

10

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

100,00%

100%

11

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

98,84%

100%

12

Cakupan peserta KB aktif

76,04%

70%

5,24

>2

13 a

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15


tahun

13 b

Penemuan Penderita Pneumonia Balita

58,76%

80%

13 c

Penemuan pasien baru TB BTA Positif

104,76%

75%

13 d

Penderita DBD yang ditangani

100,00%

100%

13 e

Penemuan penderita diare

84,75%

100%

14

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat


miskin

93,03%

100%

15

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat


miskin

4,19%

100%

16

Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus


diberikan Sarana Kesehatan (RS) di Kab/ Kota

100,00%

90%

17

Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan


penyelidikan epidemiologi < 24 jam

100,00%

95%

18

Cakupan Desa Siaga Aktif

100,00%

50%

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Berdasarkan tabel tersebut, jika divisualisasikan dalam bentuk diagram batang adalah
sebagai berikut:

Garik Batang Pencapaian SPM kesehatan


Kabupaten X tahun ......

Bentuk visuaisasi lain yang memungkinkan proses identifikasi gap dengan lebih mudah
adalah dengan grafik berbentuk jaring laba-laba, seperti tergambar berikut ini.

Grafik Jaring Laba-laba Pencapaian SPM kesehatan Kabupaten X tahun ......

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

105

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Dengan melihat tampilan grafik jaring laba-laba di atas, jika bidang berwarna biru masih terlihat berarti untuk
indikator tersebut belum berhasil mencapai target. Semakin lebar bidang berwarna biru yang terlihat, berarti
gap yang ada juga semakin lebar. Dalam contoh kasus di atas, ada 8 indikator yang belum mencapai target,
yaitu indikator 2, indikator 5, indikator 7, indikator 11, indikator 13 b, indikator 13 e, indikator 14, dan indikator
15. Gap paling besar ada pada indikator 15, yaitu mengenai cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin, sedang gap paling kecil ada pada indikator 11, yaitu Cakupan penjaringan kesehatan siswa
SD dan setingkat.
Khusus untuk indikator 13 a yaitu mengenai Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15
tahun dilakukan analisis secara terpisah, karena ada perbedaan satuan dengan indikator lain. Seluruh indikator
SPM kesehatan mulai dari indikator 1 hingga indikator 18 menggunakan satuan persen, kecuali indiaktor 13 a
yang menggunakan jumlah absolut.
Gap antara status capaian masing-masing daerah dengan target nasional merupakan volume atau beban kerja
yang harus dikejar oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu sesuai batas waktu yang telah ditetapkan dalam
target nasional (tahun 2015).

Teknik Identifikasi Faktor Kesenjangan


Kesenjangan capaian indikator SPM menunjukkan bahwa ada masalah dalam pelaksanaan SPM tersebut.
Agar bisa disusun rencana intervensi untuk mengatasi masalah, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui
penyebab terjadinya gap. Tujuan dilakukannya analisis penyebab gap ini adalah untuk mengetahui akar
penyebab utama dari gap tersebut, sehingga upaya pemecahan masalah menjadi lebih terfokus.
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya kesenjangan.
Dua diantaranya yang cukup populer adalah fishbone diagram (sering disebut sebagai ishikawa diagram) dan
problem tree (pohon masalah). Dua teknik tersebut memiliki pendekatan yang hampir sama, yaitu merunut
faktor penyebab terjadinya masalah secara bertahap mulai dari penyebab primer, sekunder, hingga tersier.
Beda utamanya selain pada visualisasi gambar (dimana fishbone berbentuk duri ikan sedang problem tree
berbentuk pohon) adalah pada fishbone penyebab dikategorisasi menurut faktor tertentu, sedang pada
problem tree penyebab langsung diidentifikasi sesuai dengan kontribusinya terhadap terjadinya masalah.
Penjelasan masing-masing teknik tersebut adalah sebagai berikut.

106

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

I. Teknik identifikasi penyebab masalah dengan fishbone diagram


Fishbone diagram adalah sebuah teknik untuk melakukan analisis penyebab masalah. Fishbone diagram
sering pula disebut dengan Ishikawa diagram, karena teknik ini dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa dari
Jepang.
Fishbone diagram ini dapat dipakai untuk:
1) Melakukan identifikasi penyebab suatu masalah
2) Mengkategorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang sistematik
3) Mencari akar penyebab suatu masalah
4) Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah
Kelebihan metode fishbone diagram diantaranya adalah:
1) Lebih terstruktur
2) Mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara yang sistematik
Cara menggunakan fishbone diagram adalah sebaga iberikut:
1) Rumuskan pernyataan masalah dengan jelas
2) Tulis masalah tersebut pada bagian kepala ikan
3) Rumuskan kategori penyebab masalah berdasarkan pendekatan tertentu. Misal jika mengunakan
pendekatan unsur organisasi maka kategori penyebab yang digunakan adalah: Man, Material, Money,
Machine, Method, ditambah dengan market (masyarakat) dan environment.
4) Cari penyebab masalah primer untuk masing-masing kategori.
5) Lanjutkan dengan mencari faktor penyebab sekunder yaitu mencari faktor penyebab terjadinya penyebab
primer, dan tempatkan pada tulang-tulang berukuran sedang.
6) Faktor penyebab tersebut dapat dikembangkan melalui metoda FGD atau brainstorming.
7) Tuliskan penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab sekunder. Penyebab tersier dinyatakan dalam
tulang-tulang kecil.
Berikut ini adalah visualisasi dari teknik fishbone.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

107

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Teknik fishbone untuk mengidentifikasi penyebab masalah

E
D

Keterangan:
A : Masalah
B : Kategori penyebab

D : Penyebab sekunder

C : Penyebab primer

E : Penyebab tersier

2. Teknik identifikasi penyebab masalah dengan problem tree


Problem tree merupakan salah satu metode perencanaan yang digunakan untuk menganalisis penyebab
terjadinya masalah. Disebut problem tree karena visualisasi dari teknik ini membentuk sebuah pola hubungan
yang mengikuti bentuk sebuah pohon. Unsur utama dari pohon ada 3, yaitu akar, batang dan daun. Demikian
pula dalam problem tree ini, ketiga unsur tersebut juga ditemukan. Batang menggambarkan masalah yang
hendak dipecahkan, akar menggambarkan penyebab terjadinya masalah, sedang daun mengambarkan
dampak atau akibat dari timbulnya masalah.
Manfaat penggunaan problem tree hampir sama dengan manfaat penggunaan fishbone, yaitu dapat
digunakan untuk melakukan identifikasi penyebab suatu masalah, mencari akar penyebab suatu masalah, dan
menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.

108

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Kelebihan teknik problem tree ini adalah selain mampu mengidentifikasi penyebab masalah, juga mampu
menghasilkan telaah dampak masalah. Dengan sedikit penyesuaian diagram problem tree juga akan bisa
menjadi pohon alternatif dan pohon keputusan.
Cara menggunakan problem tree adalah sebagai berikut:
1. Tuliskan masalah yang akan dicari penyebabnya pada bagian tengah pohon (batang pohon)
2. Dari masalah tersebut tarik garis ke atas dan ke bawah. Garis ke bawah untuk mengidentifikasi penyebab,
sedang garis ke atas untuk mengidentifikasi dampak atau konsekuensi dari masalah tersebut
3. Fokuskan lebih dulu pada garis yang ke bawah, atau garis penyebab msalah masalah. Mulailah mencari
penyebab dengan menjawab pertanyaan: Mengapa masalah X terjadi?
4. Penyebab yang dinilai merupakan penyebab langsung (penyebab primer) dituliskan persis di bawah
masalah. Tidak ada aturan berapa jumlah penyebab primer yang harus diidentifkasi.
5. Lanjutkan dengan mencari penyebab sekunder, dengan mengajukan pertanyaan: Mengapa penyebab
primer tersebut terjadi?
6. Penyebab sekunder ditulis di bawah masing-masing penyebab primer yang sesuai
7. Lanjutkan dengan mencari penyebab tersier, dengan mengajukan pertanyaan: Mengapa penyebab
primer tersebut terjadi?
8. Penyebab tersier ditulis di bawah masing-masing penyebab sekunder yang sesuai
9. Jika identifikasi faktor penyebab dianggap sudah cukup, beralihlah ke dampak/konsenkuensi, dengan
mengajukan pertanyaan: Apa dampak atau konsekuansi yang timbul dari masalah X?
10. Tuliskan dampak atau konseuensi tersebut di atas kotak masalah.
11. Lakukan pendekatan yang sama, dengan memulai dari konsekuensi primer, lanjut ke sekunder sampai
dengan tersier.
Visualisasi dari teknik problem tree ini adalah di bagan yang berikut.
Kedua teknik analisis penyebab masalah yang telah diuraikan di atas dalam aplikasinya sebaiknya dilakukan
secara berkelompok.Penggalian ide penyebab dilakukan melalui diskusi baik berupa brainstorming maupun
diskusi terarah. Tidak ada aturan baku mengenai jumlah maupun jenjang penyebab yang harus diidentifikasi.
Rambu-rambu yang disarankan adalah, penggalian penyebab harus diakhiri jika faktor penyebab yang
teridentifikasi termasuk faktor yang unmanagable (tidak bisa dintervensi).
Jika proses identifikasi penyebab telah selesai, maka akan ditemukan sekelompok penyebab masalah.
Prosedur selanjutnya adalah menentukan faktor utama penyebab kesenjangan diantara berbagai penyebab
masalah yang telah diidentifikasi tersebut. Penyebab utama inilah yang akan ditindaklanjuti untuk diintervensi.
Uraian selengkapnya pada sub pokok bahasan berikut ini.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

109

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Visualisasi dari teknik problem tree ini adalah sebagai berikut

Teknik problem tree untuk mengidentifikasi penyebab masalah


Dampak
Tersier

Dampak
Sekunder

Dampak
Primer

Masalah

Penyebab
Primer

Penyebab
Primer

Penyebab
Primer

Penyebab
Primer

Penyebab
Sekunder

Penyebab
Tersier

Kedua teknik analisis penyebab masalah yang telah diuraikan di atas dalam aplikasinya sebaiknya dilakukan
secara berkelompok. Penggalian ide penyebab dilakukan melalui diskusi baik berupa brainstorming maupun
diskusi terarah. Tidak ada aturan baku mengenai jumlah maupun jenjang penyebab yang harus diidentifikasi.
Rambu-rambu yang disarankan adalah, penggalian penyebab harus diakhiri jika faktor penyebab yang
teridentifikasi termasuk faktor yang unmanagable (tidak bisa dintervensi).
Jika proses identifikasi penyebab telah selesai, maka akan ditemukan sekelompok penyebab masalah.
Prosedur selanjutnya adalah menentukan faktor utama penyebab kesenjangan diantara berbagai penyebab
masalah yang telah diidentifikasi tersebut. Penyebab utama inilah yang akan ditindaklanjuti untuk diintervensi.
Uraian selengkapnya pada sub pokok bahasan beriikut ini.

110

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Identifikasi Faktor Utama Penyebab Kesenjangan


Proses fishbone atau problem tree akan menghasilkan beberapa faktor yang merupakan penyebab primer,
sekunder dan tersier. Akar masalah diidentifikasi dari faktor penyebab yang paling luar (penyebab tersier). Akar
masalah inilah yang disebut sebagai faktor utama penyebab kesenjangan.

E
D

Masalah

Penyebab
Primer

Penyebab
Sekunder

Penyebab
Tersier

Identifikasi akar masalah


Gambar di atas menunjukkan bahwa penyebab E atau penyebab tersier diidentifkasi sebagai akar masalah.
Untuk satu masalah, sangat mungkin akar masalah ada beberapa. Akar masalah ini bisa saja langsung
dibahas rencana intervensinya, atau melalui proses prioritas terlebih dahulu. Proses prioritas yang dilakukan
bertujuan untuk menentukan akar penyebab yang dominan berdasarkan kontribusinya terhadap terjadinya
masalah. Bahasan lebih detail mengenai teknik prioritas akan dibahas pada bab selanjutnya.

Contoh Bahan Presentasi


Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses/dilihat
di CD terlampir:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

111

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

a. Presentasi 3.1 Gap pencapaian SPM - Target nasional vs capaian eksisting daerah
Lihat materi presentasi pada folder modul-3 : Presentasi 3.1 Gap pencapaian SPM - Target nasional vs
capaian eksisting daerah.

112

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

113

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

114

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

115

b) Lampiran 3.2 Lembar kerja: Identifikasi gap capaian eksisting SPM


dengan target SPM nasional dan lokal/daerah

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

116

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

c)

Lampiran 3.3 Powerpoint tentang Teknik identifikasi faktor penyebab kesenjangan

Lihat materi presentasi pada folder modul-3 : Presentasi 3.3 Teknik identifikasi faktor penyebab kesenjangan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

117

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

118

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

119

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

120

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Modul 4
Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk
Memenuhi Gap

Tujuan Pembelajaran
Modul ini menguraikan substansi tentang penyusunan program pencapaian SPM, dengan

mengidentifikasi faktor pendukung suksesnya pemenuhan SPM

mengidentifikasi kebijakan dan peraturan yang mendukung pencapaian SPM, termasuk kebijakan tentang
budgeting

menyusun program pemenuhan SPM

menyusun prioritas kegiatan

melakukan kategorisasi kegiatan, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan inovatif/ akselerasi

mengidentifikasi sumber pembiayaan bagi kegiatan pemenuhan SPM

mengenali praktek governance dalam implementasi SPM kesehatan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

121

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Pendahuluan
Percepatan penerapan SPM merupakan salah satu kebijakan prioritas nasional yang perlu mendapat perhatian
dan tindak lanjut dari Pemerintahan Daerah. Untuk mempercepat pelaksanaan SPM dan juga pencapaian
target SPM maka Pemerintah melalui Kemendagri telah mengeluarkan beberapa regulasi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Permendagri 54/ 2010 tentang Pelaksanaan PP 8/2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
2. Permendagri 21/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagi 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah,
3. Permendagri tentang pedoman penyusunan, pengendalian, dan evaluasi rencana kerja pembangunan
daerah yang berlaku, misalnya untuk rencana kerja pembangunan daerah 2013, Permendagri 32/2012. dan
4. Permendagri tentang pedoman penyusunan APBD yang berlaku, misalnya Permendagri 37/2012 untuk
tahun 2013.
Dalam peraturan tersebut diatur bahwa SPM merupakan salah satu acuan dalam proses perencanaan dan
penganggaran di Daerah. Di samping peraturan tersebut di atas, juga telah diterbitkan Surat Edaran 100/675/
SJ tentang Penerapan SPM pada tanggal 7 Maret 2011 kepada Kementerian/ Lembaga terkait dan juga Surat
Edaran 100/1023/SJ tentang Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah tanggal 26
Maret 2012 kepada Kepala Daerah dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Melalui Surat Edaran dimaksud
diharapkan terjadi komunikasi dan koordinasi yang intensif antara Pemda dengan Pemerintah dalam upaya
penerapan dan pencapaian SPM mengingat percepatan penerapan SPM merupakan salah satu kebijakan
prioritas nasional.
Dalam rangka mewujudkan percepatan pencapaian SPM bidang kesehatan, harus mampu dikenali faktor
pendukung dan penghambat yang ada di daerah masing- masing.Keberadaan kebijakan dan peraturan daerah
terkait dengan implemetasi SPM kesehatan memiliki peran yang sangat strategis.Dengan adanya peraturan
daerah tersebut, diharapkan dapat meningkatkan komitmen dan kontribusi dari semua pihak yang terkait. Jika
berbagai pihak yang terkait dilibatkan dalam proses penyusunan rencana kegiatan SPM sejak awal, tentunya
akan mampu menghasilkan sebuah program inovatif yang dapat menjadi akselerator pencapaian SPM kesehatan.

122

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Faktor Sukses Pendukung Pencapaian Pemenuhan SPM


Upaya untuk memenuhi target SPM sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah bukanlah sesuatu yang mudah.
Dalam implementasinya banyak faktor yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan SPM. Secara garis besar
beberapa pihak yang terkait dengan penyelenggaraan SPM dapat digambarkan sebagai berikut.

Pemerintah (Kabupaten/
Kota, Provinsi, Pusat)

IMPLEMENTASI
SPM KESEHATAN
Lintas sektor
terkait
Dinas kesehatan
dan jajarannya
Dunia usaha
Masyarakat

Beberapa pihak yang terkait dengan penyelenggaraan SPM bidang kesehatan

Pemerintah adalah penanggungjawab utama penyelenggaraan SPM.Pemerintah bertugas melakukan


pembinaan dan pengawasan.Pemerintah berfungsi memfasilitasi penyelenggaraan SPM di daerah melalui
pembentukan sistem, perumusan kebijakan dan pendanaan yang memadai.Lahirnya kebijakan yang berpihak
pada SPM kesehatan, dan adanya integrasi perencanaan dan pembiayaan SPM kesehatan ke dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran daerah merupakan salah satu bukti dukungan yang nyata dari pemerintah.
Dinas kesehatan merupakan leading sector bagi penyelenggaraan SPM bidang kesehatan. Dinas kesehatan
(beserta seluruh jajarannya) bertangungjawab secara substansi dan teknis terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pemenuhan target SPM bidang kesehatan. Pemahaman seluruh pelaku

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

123

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

bidang kesehatan di lapangan mengenai konsep SPM kesehatan menjadi faktor pertama yang menentukan.
Pemahaman yang baik, diikuti dengan kompetensi teknis yang sesuai dan komitmen yang tinggi merupakan
persyaratan keberhasilan implementasi SPM.

Sektor di luar sektor kesehatan juga berkontribusi cukup besar bagi suksesnya implementasi SPM kesehatan.
Beberapa urusan wajib bidang kesehatan dapat terlaksana dengan baik karena dampak dari kinerja sektor lain.
Sebagai contoh, kendala aksessibilitas masyarakat terhadap tempat pelayanan kesehatan akan dapat teratasi
jika pembangunan sarana prasarana jalan dan transportasi berhasil dengan baik. Oleh karena itulah sinergi
rencana pembangunan kesehatan dengan rencana pembangunan dari sektor lain juga menjadi faktor kunci
keberhasilan penyelenggaraan SPM bidang kesehatan.

Kedudukan dunia usaha dalam upaya penyelenggaraan SPM kesehatan juga cukup penting. Kemitraan yang
dijalin dengan dunia usaha akan membuka peluang bagi penyelenggaran program atau kegiatan yang lebih
bernilai. Peran yang diharapkan dari dunia usaha adalah dalam bentuk sharing tangung jawab dan sharing
sumber daya.Sharing tanggungjawab yang dimaksud adalah adanya komitmen dari kalangan dunia usaha
untuk turut serta berperan aktif mensukseskan berbagai program atau kegiatan pencapaian SPM. Sharing
sumber daya yang dimaksud berupa adanya kontribusi dari dunia usaha baik berupa ide, tenaga, pendanaan,
sarana dan sumber daya lain terhadap berbagai upaya pencapaian SPM yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
dan jajarannya.

Masyarakat merupakan kelompok sasaran yang menjadi target utama kebijakan SPM. Masyarakat diharapkan
tidak sekedar pasif menerima pelayanan dari pemerintah, tetapi juga aktif melakukan upaya bagi terpenuhinya
kebutuhan pelayanan kesehatan minimal untuk dirinya.Agar bisa berperan sesuai harapan tersebut, modal
utama yang harus dimiliki masyarakat adalah pemahaman yang positif tentang pelayanan kesehatan.
Berangkat dari pemahaman yang baik inilah diharapkan penerimaan dan partisipasi masyarakat terhadap
berbagai program kesehatan menjadi lebih baik. Sebagian besar indikator SPM kesehatan akan dapat
terlaksana dengan baik jika ada partisipasi aktif dari masyarakat.

Kebijakan dan Peraturan Daerah yang


Mendukung Pencapaian SPM
Sejak kebijakan tentang SPM diluncurkan tahun 2005 yang ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM),

124

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

berbagai kebijakan teknis tentang SPM telah disusun. Di dalam PP No.65 tahun 2005 tersebut ditegaskan
bahwa daerah (propinsi, kabupaten/kota) wajib menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri terkait.
Di bidang kesehatan, pada level nasional, kementerian kesehatan telah menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Di Kabupaten/Kota. Di dalam permenkes tersebut dijelaskan tentang jenis pelayanan mininal yang wajib
diselenggarakan oleh kabupaten/kota, beserta target dan batas waktu pencapaianya. Dalam permenkes
tersebut juga dijelaskan peran pemerintah daerah baik di level propinsi maupun kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan SPM kesehatan. Petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota juga telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008.
Kepmenkes ini menjelaskan secara detail pengertian, cara perhitungan, hingga bentuk kegiatan dan pihak
yang terlibat dalam implementasi SPM bidang kesehatan di daerah. Sedangkan aturan yang menyangkut
urusan perencanaan dan pembiayaan SPM kesehatan juga telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 317/MENKES/SK/V/2009 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota.
Dengan adanya berbagai penegasan dari peraturan pemerintah tersebut, ditambah lagi dengan berbagai
aturan teknis dari kementerian kesehatan, jelas terlihat bahwa masing-masing daerah juga harus melahirkan
kebijakan daerah yang dimaksudkan sebagai langkah konkrit implementasi SPM kesehatan. Kebijakan di
daerah ini dikembangkan sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat mengikat untuk daerah setempat, sehingga
diharapkan mempermudah implementasi konsep SPM di daerah.
Salah satu kebijakan yang diharapkan ada di daerah adalah peraturan di daerah yang mengatur dan
menjelaskan SPM kesehatan untuk daerah setempat. Peraturan dimaksud dapat berupa peraturan daerah
(perda) maupun peraturan bupati/walikota (perbup/perwali). Di dalam peraturan tersebut beberapa hal
yang perlu dicantumkan diantaranya: target tahunan SPM kesehatan, pengorganisasian dan mekanisme
pelaksanaan, serta pembinaan dan evaluasi pencapaian SPM kesehatan (contoh terlampir).
Peraturan lain yang juga diharapkan disusun di daerah adalah keputusan pimpinan daerah (Gubernur, Bupati/
walikota) tentang Rencana Aksi Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Rencana aksi adalah sebuah dokumen yang menunjukkan komitmen kepala daerah terhadap upaya
pencapaian SPM kesehatan. Dalam rencana aksi tersebut menjelaskan tentang jenis pelayanan wajib, target
dan indikator kinerja, pelaksanaan, pembinaan, pembiayaan, dan pengendalian segala upaya yang terkait
dengan penyelenggaraan SPM kesehatan di daerah (contoh format terlampir).

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

125

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Kebijakan Program dan Budgeting


Pendukung Pencapaian SPM
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 disebutkan bahwa pendanaan yang berkaitan dengan
penerapan, pencapaian kinerja/ pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan,
pembangunan sub sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas yang terkait dengen
penerapan SPM merupakan tugas dan tanggung-jawab pemerintahan daerah dan dibebankan pada APBD.
Mengacu pada pernyataan tersebut maka kebijakan tentang program dan budgeting pencapaian SPM
diserahkan kepada masing-masing daerah.
Dalam Surat Menteri Dalam Negeri No. 100/676/SJ ter tanggal 7 Maret 2011 Perihal Percepatan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Di Daerah yang ditujukan kepada seluruh Gubernur, DPRD Propinsi,
Bupati/walikota, dan DPRD Kab/kota disebutkan agar seluruh daerah menjadikan SPM yang telah ditetapkan
sebagai acuan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran di daerah. Tujuannya adalah untuk menjamin
optimalisasi penerapan dan pencapaian indikator SPM dimaksud. Setiap daerah diharapkan menyusun
rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu
pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri/Kepala Lembaga Non Kementerian.
Rencana Pencapaian SPM tersebut, perlu disinkronkan dan diintregrasikan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).
Target tahunan pencapaian SPM dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana
Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan teknis mengenai sinkronisasi dan integrasi rencana pencapaian SPM ke dalam rencana
pembangunan daerah diuraian lebih detail pada Bab selanjutnya.

Teknis Identifikasi Program dan Kegiatan


Dalam rangka memenuhi target SPM kesehatan sebagaimana tercantum dalam peraturan menteri kesehatan
No. 741 tahun 2008, daerah harus menyusun program dan kegiatan yang relevan dengan kondisi masing-

126

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

masing daerah. Rencana program dan kegiatan ini akan menjadi panduan bagi pelaksana dalam menjalankan
aktivitasnya.
Rencana pencapaian SPM Bidang Kesehatan di daerah disusun dengan mengacu pada batas waktu
pencapaian SPM Bidang Kesehatan secara nasional yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
dengan memperhatikan analisis kemampuan dan potensi daerah. Rencana program dan kegiatan yang
disusun hendaknya merupakan jawaban atas berbagai permasalahan yang terjadi di dalam pemenuhan
target SPM. Untuk itulah penyusunan rencana program dan kegiatan ini harus didasarkan pada hasil analisis
penyebab masalah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Disamping itu, agar rencana program atau kegiatan yang disusun fit dengan kondisi daerah setempat, proses
penyusunannya juga harus mempertimbangkan hasil analisis situasi daerah. Proses analisis situasi dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, diantaranya adalah analisis SWOT. Analisis SWOT
dilakukan berdasarkan analisis data internal dan eksternal untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
serta ancaman yang ada.
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi pencapaian SPM yang berada atau dimiliki, baik
sebagai kekuatan (Strength) maupun kelemahan (Weaknesses). Kekuatan (Strength) dapat berupa
ketersediaan anggaran, personil, teknologi, dan sebagainya yang memadai atau mungkin berlebih. Kelemahan
(Weaknesses) dapat berupa ketersediaan anggaran, personil, teknologi, dan sebagainya yang tidak memadai
atau mungkin sangat kurang. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi pencapaian SPM yang
keberadaannya dari luar pemerintahan daerah, baik sebagai Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats).
Peluang (Opportunities) adalah manfaat yang mungkin diterima oleh pemerintah daerah berupa komitmen
nasional, perjanjian dan konvensi internasional dan sebagainya yang secara khusus menekankan pada
upayaupaya peningkatan kualitas SDM, pengentasan kemiskinan, dan sebagainya. Ancaman (Threats) adalah
kondisi di luar pemerintah daerah yang keberadaannya dapat mengancam keberhasilan penerapan SPM
seperti kurangnya pengetahuan tentang pola hidup sehat, budaya asing yang tidak sesuai dengan norma dan
perilaku masyarakat, dan sebagainya.
Hasil Analisis SWOT tersebut, akan menggambarkan seberapa besar faktor internal yang merupakan kekuatan
suatu daerah sehingga dapat mendorong upaya pencapaian SPM, dan seberapa besar faktor internal
yang merupakan kelemahan suatu daerah yang dapat menghambat pencapaian SPM. Hasil analisis juga
menggambarkan seberapa besar faktor eksternal yang merupakan peluang dan dapat dimanfaatkan untuk
mendorong upaya pencapaian SPM, serta seberapa besar faktor eksternal yang merupakan ancaman dari luar
yang dapat menghambat upaya pencapaian SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

127

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Secara teknis penyusunan alternatif program atau kegiatan dapat dilakukan dengan menindaklanjuti temuan
hasil analisis gap. Setiap akar masalah yang berhasil diidentifikasi didiskusikan bersama untuk merumuskan
alternatif solusi. Metode yang bisa dilakukan diantaranya adalah brainstorming, Focus Group Discussion
(FGD), ataupun nominal group technique (NGT). Proses diskusi dilakukan dengan melibatkan para pelaksana
di lapangan policy maker dan orang yang ahli di bidangnya, sehingga rumusan yang dihasilkan lebih aplikatif
dan inovatif.
Proses penyusunan alternatif program dan kegiatan dapat mengacu pada format di tabel yang berikut.

Penyusunan alternatif program dan kegiatan pemenuhan SPM


No.

Indikator
SPM

(1)

(2)

Cakupan
kunjungan ibu
hamil K-4

Analisis Penyebab
Penyebab primer

Penyebab
tersier

(3)

(4)

(5)

Metode penyuluhan
tidak menarik

Ketrampilan
petugas kurang

Pelatihan MPS

Alat bantu tidak


lengkap

Mengusulkan
pengadan alat
bantu penyuluhan
sesuai karakteristik
masyarakat

Frekuensi
penyuluhan kurang

Belum
terencana
dalam
dokumen PoA
Puskesmas

Memperbaiki
perencanaan
program
penyuluhan dari
sisi frekuensi dan
sasarannya

Masyarakat sulit
menjangkau
Puskesmas

Tidak tersedia
sarana
transportasi
umum yang
melalui
Puskesmas

Menyediakan
sarana ambulan
desa

Penyuluhan
ke masyarakat
kurang efektif

Masyarakat
enggan datang ke
Puskesmas

128

Alternatif program
dan kegiatan

Penyebab
sekunder

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

(6)
In-house training

Mendekatkan
pelayanan ke
masyarakat,
melalui kegiatan
puskesmas keliling
yang dihadiri oleh
bidan.

www.kinerja.or.id

Indikator
SPM

No.

Analisis Penyebab

...
2

Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani

...

Penyebab
sekunder

Penyebab primer
...

Penyebab
tersier

Alternatif program
dan kegiatan

...

...

...

...

Keterangan:
Kolom (1) : Diisi nomor urut
Kolom (2) : Diisi indikator SPM
Kolom (3) : Diisi penyebab primer terjadinya kesenjangan pencapaian indikator SPM yang tersebut pada

kolom (2), yang didapat dari hasil analisis penyebab masalah

Kolom (4) : Diisi penyebab sekunder dari penyebab primer yang tersebut pada kolom (3)
Kolom (5) : Diisi penyebab tersier dari penyebab sekunder yang tersebut pada kolom (4)
Kolom (6) : Diisi usulan alternatif program dan kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi

penyebab tersier yang tertulis pada kolom (5)

Proses di atas akan menghasilkan sekumpulan alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk
memenuhi target SPM kesehatan. Oleh karena itulah proses selanjutnya yang dilakukan setelah mendapatkan
sekumpulan alternatif program dan kegiatan adalah menentukan program dan kegiatan prioritas.

Teknik Prioritisasi Kegiatan Pemenuhan SPM


Penyusunan prioritas adalah sebuah proses untuk menentukan tingkat kepentingan suatu hal (masalah atau
alternatif pemecahan masalah) berdasarkan urutan. Masalah atau alternatif pemecahan masalah dengan
urutan pertama (ranking I) berarti hal tersebut sangat penting untuk dilaksanakan.
Konsep penyusunan prioritas dilakukan dalam konteks pembagian sumber daya. Setiap organisasi pasti
menghadapi kondisi keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia, anggaran, waktu, maupun

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

129

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

sumber daya lain. Padahal masalah yang harus diselesaikan organisasi pasti lebih dari satu. Agar proses
alokasi sumber daya memiliki dasar pertimbangan yang kuat, diperlukan prioritas. Masalah prioritas akan
diprioritaskan pula pada saat alokasi sumber daya.
Proses menyusun prioritas bisa dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik skoring dan non skoring. Sesuai
dengan namanya, dalam teknik skoring artinya dibutuhkan adanya skor-skor tertentu untuk menjustifikasi nilai
dari suatu masalah. Sedangkan dalam teknik non skoring tidak mempergunakan angka, tetapi menggunakan
argumen tertentu yang bersifat kualitatif. Pada dasarnya kedua teknik proritas tersebut dapat digunakan untuk
memprioritas gap pencapaian SPM ini, tetapi karena beberapa pertimbangan, khususnya untuk mengurangi
kesan subjektif, maka direkomendasikan utuk menggunakan teknik skoring.

1. Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA)


Teknik skoring yang akan dibahas berikut ini dengan menggunakan salah satu metode prioritas yang disebut
dengan Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA). MCUA ini merupakan salah satu teknik prioritas yang
cukup lama namun masih populer digunakan sampai saat ini karena pendekatannya praktis dan mudah.
MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan
atas beberapa alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria dapat dikembangkan sendiri sesuai
dengan konteks permasalahan yang dihadapi. Berikut ini adalah langkah-langkah memprioritaskan masalah
dengan teknik MCUA.

1. Inventarisir masalah

Data masalah yang dihadapi dalam sebuah lembar kerja.

2. Penentuan Kriteria

Berdasarkan daftar masalah tersebut, susunlah kriteria yang sesuai sebagai menentukan prioritas.
Bebarapa contoh kriteria yang dapat digunakan diantaranya: besarnya masalah, urgensi, tingkat perhatian
masyarakat (public concern), dukungan kebijakan, kecepatan perkembangan masalah, dan sebagainya.

3. Penentuan bobot kriteria


Dari sederet kriteria yang telah disepakati, tentukan bobot untuk masing-masing kriteria. Bobot
menunjukan tingkat kepentingan suatu kriteria dalam proses prioritas. Jumlah total bobot adalah 1 atau
100%.

4. Pemberian nilai (rating)


130

Lakukan penilaian terhadap masalah yang ada, satu demi satu, per dengan kriteria. Rating dapat

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

menggunakan angka 1 4. Angka 1 berarti rating untuk masalah tersebut rendah, angka 4 berarti
rating untuk masalah tersebut sangat tinggi. Sebagai contoh, jika urgensi dari masalah cakupan desa
UCI mendapat angka 4 maknanya adalah masalah cakupan desa UCI ini sangat urgen untuk segera
diselesaikan.

5. Penentuan skor

Pemberian skor dilakukan dengan mengalikan bobot dan rating. Total skor diperoleh dengan
menjumlahkan skor dari seluruh kriteria.

6. Penentuan ranking

Sesuai hasil penjumlahan skor pada tiap masalah, akan didapat masalah dengan total skor tertinggi
sampai dengan terendah. Ranking diberikan sesuai dengan urutan total skor tersebut. Masalah dengan
total skor tertinggi adalah ranking I, demikian seterusnya sampai dengan ranking terakhir.

Untuk mempermudah pelaksanaan prioritas dengan teknik MCUA, dibuat tabel berikut ini.

Penentuan prioritas masalah dengan teknik MCUA


Masalah A
No.

Kriteria

Bobot

(1)

(2)

(3)

Besarnya masalah

...

Urgensi

...

Daya ungkit

...

...

.........................

...

Total

Masalah B

Masalah C

Rating

Bobot
x rating

Rating

Bobot
x rating

Rating

Bobot
x rating

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Ranking
Keterangan:
Kolom (1)

: Diisi nomor urut

Kolom (2)

: Diisi kriteria yang akan digunakan untuk memperioritaskan masalah. Rumusan

kriteria ini merupakan hasil kesepakatan peserta diskusi


Kolom (3) : Diisi bobot yang menunjukkan nilai kepentingan dari suatu variabel. Bobot
merupakan hasil kesepakatan. Total bobot adalah satu
Kolom (4)

: Diisi rating yang menunjukkan penilaian peserta diskusi terhadap kondisi dari suatu

masalah ditinjau dari kriteria tertentu. Dapat menggunakan angka 1 4


Kolom (5)

www.kinerja.or.id

: Diisi skor hasil perkalian antara bobot dengan rating

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

131

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

2. Capability, Acceptibility, Readiness, dan Leverage (CARL)


Kriteria yang sering digunakan dalam memprioritaskan program dan kegiatan adalah terkait dengan
kemampuan dan potensi yang ada untuk menjalankan program dan kegiatan tersebut. Contoh metode yang
cukup populer untuk ini adalah CARL. CARL adalah sebuah metode prioritas yang menggunakan kriteria
Capability, Acceptibility, Readiness, dan Leverage. Dari kriteria yang digunakan dapat disimpulkan bahwa
metode ini lebih mempertimbangkan aspek pelaksana program.
Langkah pelaksanaan teknik CARL:
1. Tuliskan alternatif program dan kegiatan yang berhasil diidentifkasi dari proses penyusunan alternatif
2. Sepakati rentang nilai yang digunakan untuk memberi skor masing-masing alternatif program dan kegiatan.
Misalnya: menggunakan rentang angka 1 4, atau 1 5, atau 1 10, dan sepakati makna masing-masing
angka tersebut.
Misalnya:
1 : Tidak mampu/ tidak bisa diterima/ tidak siap/ tidak ada daya ungkit
2 : Kurang mampu/ kurang bisa diterima/ kurang siap/ daya ungkit kecil
3: Mampu/ bisa diterima/ siap / ada daya ungkit
4 : Sangat mampu/ sangat bisa diterima/ Sangat siap/ Daya ungkit sangat besar
3. Berikan skor atau nilai untuk setiap alternatif program dan kegiatan berdasarkan kriteria CARL (Capability
atau kemampuan, Accesability atau Kemudahan, Readiness atau kesiapan, Leverage atau Daya Ungkit)
Format tabel untuk melakukan prioritas dengan teknik CARL adalah sebagai tabel di halaman berikut.
Proses di atas akan menghasilkan urutan prioritas program dan kegiatan untuk masing-masing indikator
SPM. Sesuai dengan kemampuan organisasi, diambil sejumlah prioritas (misal ranking 1 5) per indikator
untuk dimasukkan kedalam dokumen perencanaan yang akan diajukan kepada pemerintah daerah untuk
mendapatkan alokasi anggaran.
Untuk menunjukkan keterkaitan antara program dan kegiatan prioritas tersebut dengan kemampuan dan
potensi daerah, dapat dilakukan dengan membuat tabel yang berisi skor hasil analisis SWOT dan pagu
indikatif kegiatan, seperti yang tercantum dalam lampiran II A Kemenkes 317/MENKES/SK/V/2009.

132

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Kegiatan Rutin dan Terobosan Pemenuhan SPM


Upaya pemenuhan 18 indikator SPM kesehatan bukanlah hal yang mudah.Diperlukan serangkaian kegiatan
yang terencana dengan baik agar seluruh pihak yang terlibat mengetahui peran masing-masing, sehingga
mampu berkontribusi secara maksimal. Proses menyusun rancangan kegiatan untuk memenuhi target SPM
membutuhkan proses berpikir kreatif, dan tidak sekedar mengulang kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.
Jika rancangan kegiatan yang dihasilkan sekedar mengulang kegiatan tahun sebelumnya, sudah dapat
diprediksi hasil akhir yang diperoleh kemungkinan tidak akan jauh berbeda dari hasil tahun-tahun sebelumnya.
Kecil kemungkinan akan terjadi peningkatan pencapaian SPM.
Beberapa kegiatan yang bersifat dasar, kemungkinan besar memang akan terus dilakukan tiap tahun, dan
ini disebut sebagai kegiatan rutin. Tetapi di luar kegiatan rutin tersebut hendaknya selalu dimunculkan ide-ide
solutif baru, mengacu pada temuan proses analisis gap.
Di dalam petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota, Kementerian
Kesehatan telah memberikan acuan mengenai beberapa jenis kegiatan yang harus dilakukan untuk
mendukung pencapaian indikator SPM tertentu.Diluar kegiatan rutin tersebut daerah dituntut untuk
mengembangkan sendiri kegiatan inovatif, dengan memperhatihan kapasitas dan potensi daerah setempat.

Format tabel untuk melakukan prioritas dengan teknik CARL


No.

Indikator
SPM

Alternatif Program dan Kegiatan

Total

Ranking

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Cakupan
kunjungan Ibu
Hamil K- 4

Pelatihan MPS
In-house training
Mengusulkan pengadan alat bantu
penyuluhan sesuai karakteristik masyarakat
Memperbaiki perencanaan program
penyuluhan dari sisi frekuensi dan
sasarannya
Menyediakan sarana ambulan desa
Mendekatkan pelayanan ke masyarakat,
melalui kegiatan puskesmas keliling yang
dihadiri oleh bidan.
....
....

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

133

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Indikator
SPM

No.

Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani

Cakupan .......
.......................
.....................

...

Alternatif Program dan Kegiatan

Total

Ranking

5
dst
Keterangan:
Kolom (1) : Diisi nomor urut
Kolom (2) : Diisi indikator SPM
Kolom (3) : Diisi alternatif program dan kegiatan yang diperoleh dari proses penyusunan
alternatif kegiatan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya
Kolom (4) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian peserta mengenai
kemampuan sumber daya manusia dalam menjalankan program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3)
Kolom (5) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian
peserta mengenai penerimaan masyarakat terhadap program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3)
Kolom (6) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian
peserta mengenai kesiapan sumber daya organisasi untuk menjalankan program dan kegiatan yang
tertulis di kolom (3)
Kolom (7) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian peserta mengenai
daya ungkit program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3) terhadap penyelesaian masalah yang lain
Kolom (8) : Diisi hasil perkalian nilai pada kolom (4) x kolom (5) x kolom (6) x kolom (7)

134

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

135

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Berikut ini diuraikan kegiatan rutin untuk pencapaian SPM, sesuai dengan yang tercantum dalam Kempenkes
828/MENKES/SK/IX/2008.
No.
1

136

Indikator SPM

Langkah kegiatan

Cakupan kunjungan Ibu


Hamil K- 4

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pengadaan buku KIA (dengan stiker P4K);


Pendataan Bumil;
Pelayanan Antenatal sesuai standar;
Kunjungan rumah bagi yang Drop Out;
Pembuatan kantong persalinan;
Pelatihan KIP/konseling;
Pencatatan dan Pelaporan;
Supervisi, Monitoring dan Evaluasi (PWS KIA, Analisis Manajemen
Prog. KIA)

Cakupan komplikasi
kebidanan yang
ditangani

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kemitraan Bidan Dukun


Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Pelayanan persalinan
Penyediaan/Pengantian Peralatan Persalinan (Bidan KIT)
Pelatihan + Magang (APN)
Supervisi, Monitoring, dan Evaluasi (PWS-KIA dan Analisis
Manajemen Program KIA)

Cakupan Pelayanan
Nifas

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pelayanan Nifas sesuai standar (ibu dan neonatus)


Pelayanan KB pasca persalinan
Pelatihan/magang klinis kesehatan maternal dan neonatal.
Pelayanan rujukan nifas
Kunjungan Rumah bagi yang Drop Out
Pencatatan dan Pelaporan
Supervisi, Monitoring dan Evaluasi (PWS KIA, Analisis Manajemen
Prog. KIA)

Deteksi Bumil, Bulin, dan Bufas Komplikasi


Rujukan kasus komplikasi kebidanan
Pelayanan penanganan komplikasi kebidanan
Penyediaan pusat pelatihan Klinis
Pelatihan PONED bagi Bidan Desa dan Tim Puskesmas
Pelatihan Tim PONEK di RS Kabupaten/Kota
Penyediaan peralatan PONED di Puskesmas dan PONEK di RS
Kabupaten/Kota
8. Penyediaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
9. Pelaksanaan PONED dan PONEK
10. Pencatatan dan Pelaporan
11. Pemantauan & Evaluasi

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No.

Indikator SPM

Cakupan Neonatus
dengan komplikasi yang
ditangani

1. Deteksi Dini Bumil, Bulin, dan Bufas komplikasi.


2. Pelayanan kesehatan pasca persalinan untuk ibu dan neonatal
sesuai standar
3. Penyediaan sarana, peralatan, laboratorium, obat esensial yg
memadai, dan transport.
4. Pelatihan manajemen BBLR bagi bidan, manajemen Asfiksia bayi
baru lahir, MTBS, PONED bagi Tim puskesmas, PONEK bagi Tim
RSUD
5. Pelaksanaan PONED dan PONEK;
6. Pemantauan untuk asuhan tindak lanjut bagi neonatus yang dirujuk
7. Pencatatan dan pelaporan
8. Pemantauan pasca pelatihan dan evaluasi
9. Pelaksanaan dan Pemantapan Audit Maternal Perinatal (AMP);
10. Rujukan pasien, tenaga medis, dan spesimen

Cakupan Kunjungan
Bayi

1. Peningkatan kompetensi klinis kesehatan bayi meliputi SDIDTK,


stimulasi perkembangan bayi dan MTBS;
2. Pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK;
3. Pelayanan kesehatan bayi sesuai standar di fasilitas kesehatan;
4. Pelayanan rujukan;
5. Pembahasan audit kematian dan kesakitan bayi.
6. Pelayanan kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke faskes

Cakupan Desa/
Kelurahan Universal
Child Immunization
(UCI)

1.
2.
3.
4.

www.kinerja.or.id

Langkah kegiatan

Imunisasi Rutin
Imunisasi Tambahan (Backlog Fighting, Crash Program)
Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response)
Kegiatan Imunisasi tambahan untuk penyakit tertentu dalam
wilayah yang luas dan waktu yang tertentu (PIN, Sub PIN, Catch Up
Campaign Campak)

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

137

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

No.

Indikator SPM

Langkah kegiatan

Cakupan pelayanan
anak balita

1. Pendataan sasaran anak usia 12 59 bulan;


2. Pemantauan pertumbuhan anak usia 12 59 bulan minimal 8 x
dalam setahun;
3. Pemantauan perkembangan anak usia 12 59 bulan minimal tiap 6
bulan sekali;
4. Melakukan intervensi bila dijumpai gangguan pertumbuhan dan
kelainan perkembangan
5. Melakukan rujukan bila tidak ada perbaikan setelah diintervensi
6. Penyediaan skrining Kit SDIDTK;
7. Pengadaan Vitamin A dosis tinggi (200.000 iu) sesuai sasaran;
8. Pengadaan formulir pendukung pencatatan pelaporan
9. Monitoring dan evaluasi;
10. Pelatihan

Cakupan pemberian
makanan pendamping
ASI pada anak usia 6
24 bulan keluarga miskin

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendataan sasaran;
Pelatihan pemberian makanan bagi anak/konseling menyusui
Pengadaan MP-ASI
Penyimpanan MP-ASI
Distribusi sampai ke sasaran
Pencatatan pelaporan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemberian MP-ASI.

10

Cakupan balita gizi


buruk mendapat
perawatan

1.
2.
3.
4.
5.

Surveilans gizi termasuk penemuan kasus secara aktif


Respon cepat penanganan kasus gizi buruk
Pelatihan tatalaksana gizi buruk
Penyediaan mineral mix
Perawatan kasus gizi buruk di Rumah Sakit, TFC (Therapeutic
Feeding Center)

6. Pendampingan kasus gizi buruk pasca rawat (Community


Therapeutic Center)
7. Bintek dan supervisi berjenjang
11

138

Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan
setingkat

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pendataan
Pengadaan dan pemeliharaan UKS kit, UKGS kit
Pelatihan petugas, guru UKS/UKGS dan dokter kecil;
Penjaringan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Pencatatan dan pelaporan

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No.
12

Indikator SPM
Cakupan peserta KB
aktif

Langkah kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

13

Pendataan Sasaran PUS.


Konseling KB untuk PUS.
Pelayanan Kontrasepsi sesuai standar.
Pengadaan Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon)
Pelatihan Klinis Pelayanan Kontrasepsi Terkini/Contraceptive
Technical Update
Pelatihan Peningkatan Kinerja Pelayanan KB
Pelatihan Penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)
Ber-KB
Penguatan Sistem informasi pelayanan KB
Supervisi, Monitoring dan Evaluasi

a. Acute Flacid
Paralysis (AFP)
rate per 100.000
penduduk <15 thn

1. Sosialisasi
2. Pencarian kasus
3. Pengambilan spesimen

b. Penemuan
Penderita
Pneumonia Balita

1. Pelayanan penderita
a. Deteksi dini penderita pneumonia balita sesuai klasifikasi
b. Pengobatan
c. Fasilitasi penderita pneumonia berat yang memerlukan rujukan
d. Pembinaan care seeking
2. Penyediaan alat (Peralatan ISPA)
3. Pelatihan petugas
a. Pelatihan Peningkatan Manajemen Program ISPA
b. Pelatihan MTBS
c. Pelatihan Autopsi Verbal Balita
d. Pelatihan tata laksana pneumonia Balita
4. Penyuluhan ke masyarakat
5. Jejaring kerja dan Kemitraan
6. Pengumpulan, pengolahan, dan analisa data
7. Monitoring/Supervisi ke Sarana Kesehatan
8. Pertemuan Evaluasi
9. Pencatatan dan pelaporan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

139

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

No.

Indikator SPM

Langkah kegiatan

c. Penemuan pasien
baru TB BTA Positif

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tatalaksana pasien TB baru


penemuan penderita TB baru
pengobatan penderita TB baru
Pemeriksaan sputum
Pelatihan
Penyuluhan
Pencatatan pelaporan
Monitoring dan Evaluasi

d. Penderita DBD yang


ditangani

1. Penegakkan diagnosis, pengobatan dan rujukan penderita di tingkat


Puskesmas dan RS.
2. Pelatihan SDM
3. Penanggulangan kasus oleh puskesmas
4. Penyelidikan epidemiologi
5. Pencatatan dan Pelaporan
6. Monitoring dan Evaluasi

e. Penemuan penderita
diare

1.
2.
3.
4.

Tatalaksana Kasus
Penyediaan Formulir R/R
Pengumpulan, Pengolahan, dan analisa data
Pelatihan Petugas
a. Penatalaksana kasus

b. Manajemen Program
5. Promosi/penyuluhan
6. Jejaring kerja dan Kemitraan
7. Pertemuan Evaluasi

140

14

Cakupan pelayanan
kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin

1. Pendataan penduduk, sarana kesehatan dan kunjungan ke sarana


kesehatan
2. Jenis Pelayanan dasar maskin
3. Penyuluhan
4. Pelatihan
5. Monitoring dan evaluasi
6. Pencatatan dan pelaporan

15

Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin

1. Pendataan penduduk, sarana kesehatan dan kunjungan ke sarana


kesehatan
2. Jenis pelayanan lanjutan/rujukan maskin
3. Penyuluhan
4. Pelatihan SDM
5. Pencataan dan Pelaporan
6. Monitoring dan evaluasi

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No.

Indikator SPM

Langkah kegiatan

16

Cakupan Pelayanan
Gawat Darurat
level 1 yang harus
diberikan Sarana
Kesehatan (RS) di
Kab/ Kota

1. Standarisasi pelayanan gawat-darurat di Kabupaten & Provinsi


2. Penyusunan Disaster Plan
3. Penghitungan biaya pelayanan pasien gawat-darurat (menurut
service cost)
4. Pencarian sumber biaya (Askes Jasa Raharja jamsostek
Badan Penanggulangan Bencana Pusat/Daerah APBN APBD Bappenas)
5. Pencatatan
6. Diklat

17

Cakupan Desa/
kelurahan
mengalami KLB
yang dilakukan
penyelidikan
epidemiologi <24
jam

1.
2.
3.
4.
5.
6.

18

Cakupan Desa Siaga


Aktif

1. Persiapan
a. Persiapan Petugas:
1) Pelatihan Bidan (1 desa: 1 Bidan)
2) Pelatihan Kader dan Toma (1 desa: 2 kader + 1 toma) selama 4 hari:
3 hari di kelas, 1 hari di lapangan
b. Persiapan Masyarakat:
1) Pembentukan forum melalui pertemuan Tingkat Desa (3 kali/tahun)
2) Survei Mawas Diri (pendataan ke lapangan atau pertemuan rembuk
desa) 2 kali/tahun)
3) Musyawarah Masyarakat Desa: 2 kali/tahun
2. Pelaksanaan
a. Pelayanan kesehatan dasar;
b. Kader dan toma melakukan surveilan berbasis masyarakat
(pengamatan sederhana) terhadap KIA, Gizi, Kesling, Penyakit,
PHBS, melakukan pendataan PHBS dengan survei cepat;

Pengumpulan data;
Penyajian dan analisis data;
Diseminasi;
Pencegahan dan pengendalian KLB;
Monitoring dan evaluasi;
Pelatihan

c. Pertemuan tindak lanjut penemuan hasil surveilans dalam rangka


meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat (1 bulan sekali)
d. Alih pengetahuan dan olah ketrampilan melalui pertemuan: 2 kali/
tahun
e. Pertemuan Forum Masyarakat Desa untuk membahas masalah
kesehatan dengan memanfaatkan forum yang ada di desa
(1bulan sekali).

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

141

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Berbagai kegiatan seperti tersebut dalam tabel di atas adalah kegiatan rutin yang dilakukan untuk menjalankan
SPM kesehatan. Kegiatan tersebut harus dilakukan agar indikator SPM terlaksana. Tetapi untuk meningkatkan
kualitas hasil, daerah bisa menambahkan beberapa kegiatan terobosan diluar kegiatan rutin tersebut.
Sebagai contoh, untuk indikator cakupan kunjungan ibu hamil K4, kegiatan rutin yang dilaksanakan terdiri
dari: Pengadaan buku KIA (dengan stiker P4K); Pendataan Bumil; Pelayanan Antenatal sesuai standar;
Kunjungan rumah bagi yang Drop Out; Pembuatan kantong persalinan; Pelatihan KIP/konseling; Pencatatan
dan Pelaporan; Supervisi, serta Monitoring dan Evaluasi (PWS KIA, Analisis Manajemen Prog. KIA). Semua
kegiatan tersebut perlu dilakukan agar pelayanan K4 bagi ibu hamil dapat terselenggara. Tetapi untuk lebih
mengungkit jumlah cakupan, contoh kegiatan terobosan yang bisa dilakukan misalnya: kelas ibu hamil.
Alasannya adalah dengan kelas ibu hamil, continuitas pelayanan (dari K1 K4) lebih terjaga karena adanya
relationship jangka panjang antara bidan dengan ibu hamil dalam perteman rutin terjadwal. Kelas ibu hamil
yang didesain dengan berbagai kegiatan yang menarik diharapkan dapat meningkatkan minat ibu hamil untuk
terus berkunjung ke bidan secara teratur, sehingga standar pelayanan K4 seperti yang diharapkan dapat
tercapai.
Contoh kegiatan terobosan lain, misal untuk meningkatkan cakupan persalinan tenaga kesehatan pada daerah
dengan akses geografis yang sulit dapat mengadakan rumah singgah atau rumah tunggu bagi calon ibu
bersalin. Rumah singgah adalah rumah penduduk yang berada di dekat fasilitas kesehatan yang disediakan
sebagai tempat menunggu proses kelahiran bagi ibu yang rumahnya jauh dari fasilitas kesehatan. Masingmasing daerah diharapkan dapat memunculkan berbagai kegiatan terobosan sesuai dengan kondisi lokal
spesifik dan karakteristik daerah.

Kategorisasi Kegiatan Rutin dan Akselerasi SPM


Kegiatan akselerasi adalah kegiatan yang berdaya ungkit dan dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian
SPM kesehatan. Kegiatan akselerasi didesain berdasarkan hasil evaluasi kegiatan yang telah dilakukan
sebelumnya. Kelemahan yang ditemukan dari hasil evaluasi inilah yang akan diperbaiki dengan rancangan
kegiatan yang lebih baik.
Dalam pelaksanaannya desain kegiatan akselerasi seringkali membutuhkan sumber daya yang lebih banyak,
atau melibatkan lebih banyak pihak. Oleh karena itulah Kegiatan akselerasi termasuk kegiatan prioritas
sehingga diutamakan dalam pendanaannya.

142

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Dari berbagai alternatif kegiatan yang telah dihasilkan pada langkah sebelumnya, selanjutnya kegiatan
dikategorikan menjadi kegiatan rutin dan akselerasi, sebagaimana tabel berikut ini.

Kegiatan Rutin dan Akselerasi


No.

Indikator SPM

Kategori kegiatan

Rencana kegiatan

Rutin

Akselerasi

Kegiatan dan Sumber Pembiayaan


Secara normatif, sumber utama pembiayaan kesehatan di Indonesia dapat dikategorian atas 2 sumber, yaitu
bersumber pemerintah dan bersumber swasta. Dana bersumber pemerintah dapat dikategorikan menjadi
pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabuoaten/kota. Skenario pendanaan bersumber
pemerintah yang ada saat ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembiayaan bersumber pemerintah pusat:
a) Dana kementerian (dana rogram kemenkes)
b) Dana dekonsentrasi (ke propinsi) dan tugas pembantuan (ke kabupaten/kota)
c) Bantuan operasional kesehatan
d) Jamkesmas dan Jampersal
2. Pembiayaan bersumber pemerintah propinsi:
a) Dana APBD propinsi (DAU propinsi)
b) Bantuan gubernur

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

143

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

3. Pembiayaan bersumber pemerintah kabupaten/kota:


a) Dana APBD kabupaten/kota (PAD)
b) Dana perimbangan (DAU, DAK, dana bagi hasil)
Masing-masing dana kesehatan tersebut telah ditentukan alokasi pemanfaatannya. Gambaran selengkapnya
mengenai fungsi alokasi kesehatan dari dana bersumber pemerintah adalah sebagai berikut:

Fungsi Alokasi Kesehatan dari Dana Bersumber Pemerintah


Sumber
Pembiayaan
Pemerintah pusat

Jenis Pembiayaan

Fungsi Alokasi

Dana kementrian

Dana pembiayaan program

Dana dekonsentrasi

Pelimpahan kewenangan pemerintah pusat


ke propinsi

Tugas pembantuan

Pelimpahan kewenangan pemerintah pusat


ke kabupaten/kota

Bantuan Operasional Kesehatan

Bantuan biaya operasional Puskesmas

Jamkesmas dan Jampersal

Pendanaan pelayanan kesehatan di fasilitas


kesehatan

Pemerintah
propinsi

Dana APBD Propinsi (DAU Propinsi)

Pendanaan kegiatan rutin dan operasional

Bantuan gubernur dan Jamkesda


propinsi

Pelayanan kesehatan masyarakat di luar


jamkesmas dan jampersal

Pemerintah
kabupaten/kota

Dana APBD kabupaten/kota (PAD)

Pendanaan kegiatan rutin dan operasional

Dana perimbangan

DAU: untuk operasional kesehatan


DAK: untuk fisik dan infrastruktur
Dana bagi hasil: untuk operasional khusus
dan bencana

Untuk dana dari swasta atau pihak lain yang tidak mengikat peruntukannya sesuai dengan kriteria dari pemberi
dana atau sesuai dengan kesepakatan. Dana dari swasta atau pihak lain yang tidak mengikat sifatnya adalah
dana tambahan atau pelengkap. Sumber pembiayaan utama program kesehatan tetap dari pemerintah.
Pendanaan program dan kegiatan pemenuhan SPM kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 28 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal yang menyatakan
bahwa Pendanaan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan

144

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem dan/atau sub sistem informasi manajemen,
serta pengembangan kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM yang merupakan tugas dan
tanggung-jawab pemerintah, dibebankan pada APBN masing-masing Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Pada pasal 28 ayat (2) berbunyi Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian
kinerja/ pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sub sistem informasi
manajemen, serta pengembangan kapasitas, yang merupakan tugas dan tanggung-jawab pemerintahan
daerah dibebankan pada APBD.
Untuk pengaturan teknis pembiayaan program dan kegiatan pencapaian SPM, mengikuti fungsi alokasi
sebagaimana dijelaskan di atas.

Rekomendasi Praktek Governance


Praktek governance salah satunya dicirikan dengan adanya akuntabilitas. Dikatakan akuntabel jika terdapat
dokumen yang jelas dan rasional atas semua tindakan yang dilakukan oleh organisasi. Demikian juga dalam
hal penerapan SPM bidang kesehatan. Agar implementasi program pencapaian SPM kesehatan memenuhi
kriteria praktek governance, seluruh rangkaian proses mulai dari analisis gap, penyusunan alternatif program
dan kegiatan, penentuan prioritas kegiatan, alokasi pendanaan sampai dengan pelaksanaan dan monitoring
evaluasinya harus dilakukan secara sistematis, mengacu pada berbagai praktek manajemen yang baik, dan
semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi dengan baik pula.

Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

145

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

a) Presentasi 4.1 Faktor Sukses Pendukung Pencapaian Pemenuhan SPM


Lihat materi presentasi pada folder modul-4 : Presentasi 4.1 Faktor Sukses Pendukung Pencapaian
Pemenuhan SPM

146

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

b) Presentasi 4.2 Kebijakan Dan Peraturan Daerah Yang Mendukung Pencapaian SPM
Lihat materi presentasi pada folder modul-4 : Presentasi 4.2 Kebijakan Dan Peraturan Daerah Yang
Mendukung Pencapaian SPM

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

147

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

148

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

c) Presentasi 4.3 Teknis Identifikasi Program Dan Kegiatan Pemenuhan SPM


Lihat materi presentasi pada folder modul-4 : Presentasi 4.3 Teknis Identifikasi Program Dan Kegiatan
Pemenuhan SPM

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

149

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

150

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

151

Contoh templateuntuk mengidentifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

152

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

d) Presentasi 4.5 Teknik Prioritas


Lihat materi presentasi pada folder modul-4 : Presentasi 4.5. Teknik Prioritas

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

153

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

154

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

155

Contoh templateuntuk melakukan prioritisasi kegiatan pemenuhan SPM

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

156

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

e) Presentasi 4.7 Kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM


Lihat materi presentasi pada folder modul-4 : Presentasi 4.7Kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

157

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

158

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

159

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

160

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

f) Presentasi 4.8 Kegiatan dan sumber pembiayaan


Lihat materi presentasi pada folder modul-4 : Presentasi 4.8 Kegiatan dan sumber pembiayaan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

161

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

162

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Modul 5
Costing dan Pembiayaan
Kegiatan Pemenuhan SPM

Tujuan Pembelajaran
Modul ini disusun supaya para pembaja belajar melakukan costing SPM dan merancang pembiayaan
kegiatan untuk pemenuhan SPM, dengan memahami konsep unit cost daerah dan mekanisme perencanaan
pembiayaan SPM bidang kesehatan, serta mampu:

melakukan costing aktivitas, indikator dan layanan

menyusun pembiayaan SPM

merancang skenario pemenuhan pembiayaan SPM untuk tahun jamak

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

163

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Pendahuluan
SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga menjadi acuan dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggung jawaban di
daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan
urusan wajib. Oleh karena itulah Dinas Kesehatan sebagai SKPD penanggungjawab teknis penyelenggaraan
SPM kesehatan di tingkat kabupaten/kota harus mampu menyusun rencana dan pembiayaan kegiatan
pemenuhan SPM. Untuk dapat menyusun rencana pembiayaan, terlebih dahulu harus diketahui rincian
kegiatan dan unit cost per kegiatan. Disinilah pentingnya konsep costing dipahami oleh segenap pelaku bidang
kesehatan di daerah.
Costing SPM kesehatan adalah sebuah mekanisme untuk mengetahui besaran biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan berbagai program atau kegiatan dalam rangka pemenuhan target SPM. Penghitungan
biaya pencapaian sasaran indikator SPM kesehatan dilakukan dengan mengacu pada langkah kegiatan
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 317/MENKES/SK/V/2009, serta dengan
mempertimbangkan ketentuan mengenai standar biaya daerah yang tertuang dalam Surat Edaran Kepala
Daerah. Panduan tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesamaan visi kepada pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan perencanaan pembiayaan penerapan SPM bidang kesehatan
di Kabupaten/Kota.
Untuk dapat melakukan costing SPM dengan baik, diperlukan data yang lengkap mengenai macam kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan dalam rangka pencapaian SPM kesehatan. Karena sebagian besar aktivitas
pencapaian SPM berupa pelayanan langsung kepada masyarakat sasaran, dan institusi yang banyak terlibat
dalam aktivitas pelayanan langsung ini adalah Puskesmas, maka proses costing SPM ini juga harus dimulai
dari Puskesmas.

Kegiatan SPM dan Sumber Pembiayaan

Pemahaman tentang kegiatan SPM dan sumber pembiayaannya merupakan modal awal untuk dapat
menyusun rencana pembiayaan SPM. Pembahasan tentang kegiatan dan sumber pembiayaan SPM
kesehatan telah dibahas pada bab sebelumnya. Pada bab ini aktivitas utama yang dilakukan adalah
melanjutkan dokumen rencana kegiatan yang telah dihasilkan pada fase sebelumnya, dilengkapi dengan
hitungan pembiayaan.

164

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kegiatan pemenuhan SPM kesehatan pada dasarnya dapat
dikategorikan menjadi dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan akselerasi. Kegiatan rutin
dikembangkan dari aktivitas sehari-hari yang selama ini telah dilaksanakan sebagai bagian tak terpisahkan
dari penyelenggaraan suatu program/layanan kesehatan yang rincianya telah terdapat dalam petunjuk teknis
SPM bidang kesehatan di kabupaten/kota (Kepmenkes No. 828/MENKES/SK/IX/2008). Sedangkan kegiatan
akselerasi adalah kegiatan terobosan atau kegiatan inovatif yang dikembangkan oleh masing-masing daerah
sebagai upaya untuk mempercepat pencapaian target SPM kesehatan. Kedua jenis kegiatan tersebut disusun
dengan memperhatikan hasil analisis situasi dan analisis penyebab kesenjangan.
Pemerintah merupakan penanggung jawab utama terpenuhinya pembiayaan kegiatan SPM. Seperti telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, masing-masing sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
mempunyai rambu-rambu penggunaan yang baku. Oleh karena itulah pada saat menyusun rencana
pembiayaan SPM bidang kesehatan ini harus mengacu pada aturan fungsi alokasi dana tersebut.

Penyepakatan Unit Cost Daerah


Unit cost atau biaya satuan adalah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk. Dalam
bidang kesehatan konsep produk bisa berupa layanan atau kegiatan. Unit cost dihitung dari total biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau untuk menyelenggarakan suatu layanan dibagi dengan jumlah
produk atau layanan yang dihasilkan.

Rumus unit cost

Total
Total output quantity

Total cost = Total fix cost + Total variable

Total cost = Invesment cost +


maintenance cost + operational

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

165

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa perhitungan unit cost adalah berbasis pada perhitungan
biaya riil yang dikeluarkan oleh organisasi. Dengan demikian sangat besar kemungkinan hasil perhitungan
unit cost untuk jenis produk/layanan yang sama di organisasi berbeda maka besarnya unit cost juga akan
berbeda. Penjelasannya adalah meskipun jenis produk/pelayanannya sama tetapi sangat mungkin jumlah
SDM, peralatan, dan bahan yang digunakan berbeda, sehingga membawa konsekuensi perbedaan total biaya.
Demikian juga dengan jumlah output yang dihasilkan, variasi jumlah output antar organisasi bisa sangat besar.
Pada organisasi dengan jumlah output yang tinggi maka unit cost cenderung rendah, tetapi sebaliknya pada
organisasi dengan jumlah output kecil, maka unit cost akan tinggi.
Oleh karena itulah dalam perhitungan pembiayaan untuk SPM bidang kesehatan ini perlu disepakati besaran
unit cost daerah. Hal ini dilakukan karena konsep SPM adalah konsep wilayah, sehingga perhitungan
pembiayaannya juga berlaku untuk satu wilayah tertentu.
Sebagai contoh, besarnya biaya konsumsi pertemuan antara Puskesmas A, B, C, D, dan E yang berada
di kabupaten X kemungkinan berbeda, karena jenis konsumsi yang dipilih oleh Puskesmas tersebut bisa
saja berbeda. Untuk keperluan perhitungan biaya, maka harus dibuat suatu standar biaya tertentu, sehingga
masing-masing Puskesmas mempunyai pemahaman yang sama mengenai batasan besaran biaya konsumsi
pertemuan.
Pada level nasional pemerintah melalui kementerian keuangan setiap tahun menetapkan standar biaya yang
digunakan sebagai acuan dalam menyusun anggaran. Standar biaya adalah satuan biaya yang ditetapkan
baik standar biaya masukan maupun standar biaya keluaran sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran.
Ketetapan tentang standar biaya terkini adalah Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.02/2012 tentang
standar biaya tahun anggaran 2013. Besaran biaya yang diatur dalam peraturan tersebut adalah untuk aktivitas
umum yang berlaku di semua kementerian, misalnya: biaya honorarium, biaya perjalanan dinas, biaya sewa
gedung pertemuan, biaya pemeliharaan, biaya pengadaan, dan lain-lain. Tetapi untuk beberapa jenis kegiatan
spesifik yang belum tercantum dalam peraturan menteri keuangan tersebut daerah dapat menyusun standar
biaya sendiri dengan memperhatikan nilai kewajaran, karakteristik dan kemampuan daerah.
Terkait dengan penyusunan rencana pembiayaan SPM bidang kesehatan ini ada beberapa unsur biaya yang
belum ada standar biayanya. Disinilah pentingnya dilakukan perhitungan unit cost daerah sehingga hasil
perhitungan pembiayaan SPM bidang kesehatan lebih rasional dan applicable untuk daerah setempat.
Secara sederhana perhitungan unit cost daerah dapat dilakukan dengan merujuk pada data laporan kegiatan
dan laporan keuangan tahun sebelumnya. Berbagai jenis pengeluaran yang terjadi pada 1 tahun sebelumnya
dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama. Selanjutnya masing-masing kegiatan tersebut diurai

166

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

berdasarkan variabel kegiatan dan komponen pembentuk biaya. Misalnya: jika kegiatan yang dimaksud adalah
rujukan ibu dengan komplikasi kebidanan, maka variabel kegiatannya adalah transport tenaga pendamping
dan formulir rujukan. Perhitungan unit cost dilakukan dengan membagi total biaya masing-masing dengan
frekuensi atau volume kegiatan.
Hasil perhitungan inilah yang kemudian dibahas, untuk disepakati sebagai besaran unit cost daerah. Angka
unit cost yang telah disepakati akan menjadi acuan dalam perhitungan pembiayaan SPM.

Mekanisme Perencanaan Pembiayaan SPM


Bidang Kesehatan
Perencanaan pembiayaan SPM bidang kesehatan disusun dengan mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 317/MENKES/SK/V/2009 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan SPM
Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Perhitungan kebutuhan biaya SPM kesehatan dilakukan dengan
menguraikan langkah kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan indikator SPM. Dari setiap langkah
kegiatan tersebut diuraikan kembali variabel kegiatan dan komponen yang mempengaruhi pembiayaan.
Berdasarkan komponen uraian pembentuk biaya inilah disusun formula perhitungan dan dikalikan dengan
besaran unit cost kegiatan sehingga dapat dihitung kebutuhan biaya untuk menyelenggarakan kegiatan tertentu.
Beberapa prinsip perhitungan kebutuhan biaya SPM bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Tidak menghitung biaya investasi besar, melainkan hanya menghitung investasi sarana dan prasarana
yang melekat langsung dengan keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan penerapan SPM
2. Tidak menghitung kebutuhan belanja tidak langsung atau belanja non rutin
3. Tidak menghitung kebutuhan belanja kesehatan suatu kabupaten kota secara total
4. Tidak menghitung kebutuhan belanja kesehatan per-SKPD kesehatan
5. Menghitung seluruh langkah kegiatan tanpa memandang sumber biaya
6. Penghitungan kebutuhan biaya memperhatikan tingkat capaian tahun sebelumnya
Perhitungan kebutuhan biaya SPM kesehatan tidak memasukkan unsur biaya investasi, karena investasi
besar tidak dilakukan secara reguler. Tetapi untuk investasi yang melekat langsung memang harus dihitung
karena tanpa investasi tersebut maka jenis maupun kualitas layanan tidak terlaksana. Demikian juga untuk
belanja tidak langsung, tidak ikut dihitung, karena perhitungan kebutuhan belanja tidak langsung pada suatu
kabupaten/kota telah mempunyai formulasi umum sebagaimana berlaku untuk urusan wajib dan urusan pilihan
lain daerah tersebut.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

167

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Hasil perhitungan kebutuhan biaya SPM kesehatan ini hanya menampilkan total biaya untuk kegiatan yang
terkait dengan pencapaian indikator SPM. Sedangkan belanja kesehatan untuk kegiatan pelayanan di luar
indikator SPM tidak masuk di dalamnya. Ini dikarenakan proses perhitungan biaya yang ditempuh adalah
berdasarkan uraian langkah kegiatan untuk masing-masing indikator. Inilah yang perlu diperhatikan agar pada
waktu menghitung total belanja daerah untuk sektor kesehatan, ditambahkan dengan berbagai kebutuhan
belanja kesehatan non-SPM yang menjadi kebutuhan nyata masyarakat kabupaten-kota.
Hasil perhitungan kebutuhan biaya SPM kesehatan ini juga tidak menghitung kebutuhan belanja kesehatan
per-SKPD kesehatan. Hasil yang diperoleh adalah hasil hitung dari kebutuhan kabupaten-kota, bukan
kebutuhan masing-masing SKPD kesehatan. Kebutuhan belanja masing-masing SKPD kesehatan tergantung
seberapa besar/banyak SKPD tersebut melaksanakan langkah langkah kegiatan penerapan dan pencapaian
indikator SPM, dan seberapa besar volume masing-masing komponen kegiatan.
Proses perhitungan dilakukan tanpa memandang sumber biaya. Seluruh kebutuhan biaya untuk tercapainya
indikator SPM suatu daerah harus diketahui, agar dapat ditetapkan juga berapa kebutuhan biaya yang
ditanggung/dibebankan kepada setiap jenis sumber biaya, jika terdapat sumber-sumber biaya yang berbedabeda. Jika terdapat sumber biaya yang berbeda, masing-masing sumber biaya akan menyediakan biayanya
mengikuti besaran biaya hasil perhitungan, sehingga sesuai kebutuhan nyata.
Untuk mencapai indikator yang ditetapkan/ditargetkan tidak seluruhnya dibiayai oleh pemerintah (pusat/depkes
maupun propinsi dan kabupaten/kota). Terdapat penduduk yang memperoleh pelayanan yang diselenggarakan
oleh masyarakat termasuk swasta, sehingga tanpa menyediakan anggaran belanja suatu daerah telah
memperoleh capaian indikator pada tingkat tertentu. Tetapi masih terdapat beberapa daerah yang seluruh
target harus dicapai dengan biaya / belanja pemerintah.
Disamping beberapa prinsip perhitungan biaya seperti telah dijelaskan di atas, ada 2 hal yang juga perlu
dipertimbangkan saat menghitung kebutuhan biaya pencapaian SPM kesehatan, yaitu pembiayaan masa
transisi dan pembiayaan kegiatan operasional.
1. Pembiayaan masa transisi.

Pembiayaan atas variabel dari langkah kegiatan tertentu yang selama ini disediakan bukan oleh
kabupaten-kota masih dalam perhitungan kebutuhan biaya ini. Pembebanan kepada sumber / pihak
pihak selain pemerintah kabupaten-kota, selama masa transisi, ditetapkan secara ad-hoc / sementara.

2. Pembiayaan kegiatan optional


168

Kegiatan optional adalah kegiatan yang memungkinkan untuk dikurangi volume atau frekuensi

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

kegiatannya, sesuai dengan kondisi daerah. Kegiatan tersebut misalnya: pertemuan, pelatihan,
penyuluhan kesehatan, dan sebagainya. Pengurangan volume atau frekuensi kegiatan akan berdampak
pada pengurangan total biaya. Jadi yang dimaksud dengan optional adalah pada jumlah, volume atau
frekuensi kegiatan, dan bukan pada jenis kegiatannya.
Penghitungan kebutuhan biaya SPM harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat capaian tahun
sebelumnya. Angka tingkat pencapaian tahun sebelumnya digunakan sebagai dasar untuk menghitung
besarnya gap yang harus ditutup, serta menghitung estimasi tingkat pemanfaatan pada tahun yang akan
datang. Angka inilah yang akan menentukan besaran biaya.
Besar kecilnya kebutuhan biaya pencapaian SPM kesehatan dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini:
1. Jumlah sasaran
2. Besar kecilnya gap antara capaian tahun lalu dengan target tahun depan (besar kecilnya delta yang ingin
diwujudkan)
3. Ketersediaan sarana prasarana atau investasi yang tersedia sat ini
4. Kondisi geografis
5. Kegiatan optional
6. Unit cost.

1. Jumlah Sasaran
Semakin banyak/besar sasaran semakin besar biaya total yang dibutuhkan, meskipun biaya RERATA per
sasaran dapat lebih kecil. Termasuk di dalamnya sasaran yang dicapai dengan dana masyarakat termasuk
swasta. Semakin besar sasaran yang dilayani oleh masyarakat termasuk swasta maka semakin kecil dana
yang dibutuhkan untuk disediakan oleh pemerintah.
Mekanisme perhitungan Jumlah Sasaran suatu Kabupaten/Kota:
1. Sasaran Langsung Penduduk, dengan cara :
a. Mempergunakan formula-formula baku sebagai prediksi / prakiraan, dan dikalikan dengan Jumlah
Penduduk. Dengan perhitungan ini diperoleh Jumlah Nominal Sasaran; misalnya: Prakiraan Ibu Hamil
suatu Kabupaten adalah Jumlah Penduduk dikalikan dengan CBR, sehingga diperkirakan diketahui
Jumlah Ibu Hamil, dalam jumlah nominal;
b. Jumlah Nominal Sasaran itu belum tentu seluruhnya menjadi Sasaran Pelayanan tahun yang
direncanakan, masih dipengaruhi Proporsi Target Pelayanan yang akan dicapai; yaitu :

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

169

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

1) kurang dari 100 %, karena itulah kemampuan optimal dari pelayanan yang diperhitungkan dapat
diberikan;
2) tetapi ada yang harus 100 %, karena tanpa pencapaian 100 % maka tetap menjadi ancaman bagi
warga / penduduk lainnya, atau harus 100 % karena memang seluruh sasaran harus memperoleh
pelayanan;
c. Jadi jumlah sasaran yang mempengaruhi besaran dana yang dibutuhkan adalah hasil kali jumlah
penduduk, formula tertentu untuk jenis rincian penduduk sasaran, proporsi target yangingin dicapai;
d. Semakin Besar Jumlah Penduduk, semakin besar Dana yang dibutuhkan; semakin Besar Proporsi
Target yang ingin dicapai, semakin besar Dana yang dibutuhkan;
e. Jumlah sasaran yang membutuhkan dana pemerintah tidak selalu seluruh dari Jumlah Sasaran;
terdapat Sasaran yang dicapai oleh Kabupaten/Kota tanpa Pemerintahan Kabupaten/Kota
menyediakan dana APBD, yaitu sasaran-sasaran yang memperoleh/mencari pelayanan yang
diselenggarakan oleh masyarakat termasuk swasta. Sasaran yang dilayani oleh Non-Pemerintah ini
merupakan bagian dari capaian Pemerintahan Kabupaten/Kota. Data proporsi ini diperoleh dari hasil
pendataan tahun sebelumnya.
f. Semakin besar sasaran yang memanfaatkan pelayanan oleh masyarakat termasuk swasta, maka
kebutuhan Dana APBD semakin kecil. Tetapi terdapat kegiatan-kegiatan yang dicakup dengan SPM
dimana pelayannya seluruhnya oleh Pemerintah, dan tidak dilakukan oleh masyarakat termasuk
swasta. Semakin besar jumlah penduduk sasaran, semakin banyak dibutuhkan dana, tetapi kebutuhan
dana rerata per-penduduk sasaran/per-kapita penduduk semakin kecil, karena terdapat kebutuhankebutuhan dana yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh jumlah penduduk
2. Sasaran Rumah Sakit, dihitung secara nominal, yang penting di dalam Kabupaten / Kota tersebut terdapat
Satu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan level-1. Rumah Sakit tersebut dapat
milik siapapun, tidak harus milik pemerintahan kabupaten / kota tersebut. Ada atau tidak ada rumah sakit
demikian mempengaruhi kebutuhan Dana APBD.
3. Sasaran Desa, dihitung dengan cara :
a. Jumlah Desa dengan Proporsi 100 % bayi/anak yang telah memperoleh imunisasi lengkap; dan ini
Harus seluruh Desa, atau 100 %. Semakin mendekati jumlah 100% Desa yang akan dilayani maka
semakin banyak dana yang dibutuhkan.
b. Jumlah Desa yang mengalami KLB dan dilakukan penyelidikan epidemiologi sebelum 24 Jam.
Semakin banyak terjadi KLB semakin banyak dibutuhkan Dana.
c. Jumlah Desa Siaga Aktif, semakin banyak desa yang direncanakan untuk ditingkatkan menjadi Desa
Siaga Aktif, maka semakin banyak dibutuhkan Dana.

170

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

2. Besar Kecilnya Gap antara Capaian Tahun Lalu dengan Cita-cita Tahun
Depan, atau Besar Kecilnya Delta yang Ingin Diwujudkan.
Gap yang dimaksud adalah delta atau tambahan atau selisih dari proporsi target sasaran tahun lalu dengan
tahun depan yang sedang direncanakan kebutuhan Dananya. Misalnya : cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4,
Capaian TA 2007 = 86 %, dan Rencana TA 2009 = 93 %, maka Gap dari Rencana ini adalah 7 %, dan jika
Rencana TA 2009 adalah 95 %, maka Gap-nya 9 %; Besar-kecilnya Gap inilah yang berpengaruh kepada
kebutuhan Dana. Gap masing-masing daerah berbeda, tergantung jarak Capaian Awal pelaksanaan SPM
dengan target 2010 dan 2015, dan rinciannya setiap tahun yang ditetapkan dalam RPJMD. Angka Gap tidak
memanfaatkan Angka Capaian Tahun Anggaran Sekarang (pada saat rencana kebutuhan Dana dibuat), karena
Capaian Tahun Sekarang belum diketahui, kabupaten / kota sedang melakukan pelayanan, belum dapat
diketahui capaiannya. Semakin besar Delta semakin Besar biaya yang dibutuhkan.

3. Ketersediaan Sarana-prasana / investasi yang tersedia saat ini


Terdapat Sarana dan Prasarana yang mutlak diperlukan untuk terselenggarakannya kegiatan-kegiatan
pencapaian indikator SPM, seperti: Cold chain, Bidan kit, dan lain-lain; dalam jumlah yang sudah dibakukan
(terlampir). Semakin kurang tersedia sarana dan prasarana tersebut di suatu kabupaten / kota, maka
kabupaten / kota tersebut semakin besar membutuhkan dana. Sarana dan Prasarana yang dimaksud adalah
yang benar-benar dibutuhkan bagi terlaksananya pelayanan SPM; tidak termasuk investasi besar, seperti
kendaraan bermotor, gedung Puskesmas, Rumah Sakit, dan sejenisnya. Semakin lengkap, maka kebutuhan
biaya tahun depan semakin kecil.

4. Geografis
Semakin sulit geografi suatu kabupaten / kota, semakin berpencar penduduk dalam dataran/daratan yang
berbeda/ berjauhan, dimana sasaran-sasaran pelayanan kesehatan semakin sulit dijangkau oleh petugas
kesehatan; maka semakin besar dibutuhkan dana. Berbeda dengan sasaran anak didik / murid sekolah
dalam urusan wajib pendidikan, dimana dalam hal kesulitan daerah / geografi ini menjadi beban anak didik,
tidak menjadi beban petugas / pemerintah sebagaimana sasaran ibu hamil dan lainnya dalam urusan wajib
kesehatan dimana beban biaya untuk melayaninya berada pada pemerintah / petugas. Semakin jauh/sulit
suatu daerah, termasuk jauh/sulit dari pusat produksi obat/alat/bahan, semakin besar biaya dibutuhkan.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

171

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

5. Kegiatan Optional
Dalam mendukung pelaksanaan SPM untuk mewujudkan Indikator-indikator terdapat Kegiatan-kegiatan
Pilihan, misalnya : pertemuan perencanaan, pelatihan petugas, dan sejenisnya. Kegiatan ini tidak standar
secara volume atau tidak didasarkan pada formula baku tertentu; dapat dilakukan penyesuaian sesuai
kebutuhan / kondisi setempat; misalnya: Pertemuan Perencanaan dilakukan tiap 3 (tiga) bulan, tetapi dapat
dilakukan 6 (enam) bulan sekali, atau setahun sekali; tetapi tidak boleh ditiadakan pertemuan tersebut.
Semakin banyak / sering kegiatan ini semakin membutuhkan Dana Pemerintahan Kabupaten/Kota.

6. Unit Cost
Untuk setiap komponen kegiatan yang didukung dengan pembiayaan ditetapkan biaya satuan kegiatannya,
atau unit cost. Unit Cost untuk menghitung kebutuhan Biaya/Dana dalam APBD ditetapkan secara Standar
untuk seluruh urusan pemerintahan, bukan hanya untuk kesehatan, dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Semakin tinggi Unit Cost untuk komponen kegiatan sejenis, maka semakin tinggi kebutuhan Dana.
Adapun mekanisme untuk perhitungan biaya adalah sebagai berikut:
1. Identfikasi jenis pelayanan SPM dan indikator-indikatornya
2. Identifikasi langkah kegiatan pada setiap indikator tersebut
3. Identifikasi variabel kegiatan untuk setiap langkah kegiatan
4. Identifkasi komponen yang mempengaruhi pembiayaan untuk setiap variabel kegiatan
5. Susun komponen tersebut dalam formula/rumus dan dikalikan unit cost untuk setiap variabel/komponen
kegiatan

Penjelasan:
1. Jenis pelayanan adalah program yang merupakan penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur. Terdapat 4 jenis pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh daerah dalam rangka
penerapan SPM kesehatan.
2. Indikator adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan pelayanan SPM. Penjelasan mengenai jenis pelayanan
dan indikator untuk masing-masing jenis pelayanan tercantum pada permenkes No. 741 tahun 2008 dan
No. 828 tahun 2008.
3. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program. Kegiatan terdiri dari sekumpulan

172

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Kegiatan merupakan bentuk tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah cakupan tertentu
sebagai wujud implementasi dari indikator SPM.

Langkah kegiatan adalah rincian aktivitas yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
Penjelasan mengenai kegiatan dan langkah kegiatan untuk setiap indikator SPM kesehatan tercantum
dalam permenkes No. 317 tahun 2009.

4. Variabel kegiatan adalah komponen input atau proses yang perlu disediakan untuk menjalankan langkah
kegiatan tertentu.
5. Komponen biaya adalah volume, frekuensi, harga, jumlah tertentu yang menentukan besaran sumber daya
yang dikonsumsi.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

173

174

1. Pelayanan
kesehatan
dasar
2. Pelayanan
kesehatan
rujukan
3. Penyelidikan
epidemiologi
& penanggu langan KLB
4. Promosi
kesehatan &
pemberdayaan
masyarakat

Ada 4 jenis
pelayanan, yaitu:

Identifikasi Jenis
Pelayanan SPM

1. Yankesh dasar:
14 indikator
2. Yankesh rujukan:
2 indikator
3. Penyelidikan
epide Penang
gulangan KLB:1
indikator
4. Promosi
kesehatan &
pemberdayaan
masyarakat: 1
indikator

Untuk masingmasing jenis


pelayanan, terdapat
indikator, yaitu sbb:

Identifikasi
Indikator

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota
1. Imunisasi Rutin
2. Imunisasi Tambahan
3. Imunisasi dalam
Penanganan KLB

Contoh: untuk indikator


7 (cak,desa UCI) terdiri
dari 4 kegiatan rutin,
yaitu:

Untuk masing-masing
indikator terdapat
kegiatan. Kegiatan ada
2 macam, yaitu kegiatan
rutin dan kegiatan
terobosan.
Kegiatan rutin mengacu
Pada KMK 741/2008,
kegiatan terobosan
dikembangkan sendiri
oleh daerah.
1. Vaksin TT untuk
imunisasi anak
SD kelas 2 dan 3
2. Vaksin DT untuk
imunisasi anak
sekolah
3. Autodisable
syringe (ADS)
0,5ml untuk
imunisasi campak
bayi 0-11 bulan
4. Kapas 250 gram
(l000 orang)
5. Alkohol 1000 cc
(1000 orang)

Contoh: untuk
kegiatan imunisasi
anak sekolah,
variabel kegiatannya
adalah:

Contoh: untuk kegiatan


imunisasi rutin, langkah
kegiatannya adalah
sbb:
1. Pengadaan Vaksin,
BHMP dan obat bayi
2. Pengambilan vaksin:
a. Dari kota ke
provinsi
b. Dari Puskesmas
ke kota
3. Imunisasi bumil dan
WUS
4. Imunisasi anak
sekolah
5. Sweeping
6. Pertemuan
7. Perjalanan atau
transport petugas

Pada setiap langkah


kegiatan terdapat
variabel kegiatan.

Identifikasi Variabel
Kegiatan

Pada setiap kegiatan


terdapat langkah kegi
atan.

Identifikasi Langkah Kegiatan

Mekanisme Perhitungan Biaya

1. Jumlah
sasaran anak
SD kelas 2
dan 3
2. Harga vaksin
TT per vial
3. Jumlah dosis
pemberian per
sasaran

Contoh: untuk
variabel vaksin
TT anak SD
kelas 2 dan 3,
maka komponen
biayanya terdiri
dari:

Untuk setiap
variabel kegiatan
terdapat kom
ponen yang
mempengaruhi
pembiayaan.

Identifikasi
Komponen
Biaya

Contoh untuk
kegiatan
imunisasi
anak sekolah
sub kegiatan
pemberian
vaksin TT anak
kelas 2&3,
maka rumusnya
adalah:
Jumlah sasaran
(A) x harga
vaksin (B) x
jumlah dosis
per sasaran (C)
= A*B*C

Sesuai dengan
komponen
biaya yang ada,
maka
disusun rumus
untuk meng
hitung biaya
kegiatan.

Susun Dalam
Rumus

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Secara sederhana proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

www.kinerja.or.id

Penjelasan lebih rinci untuk masing-masing aktivitas pembiayaan SPM tersebut dijelaskan dalam sub pokok
bahasan berikut ini.

Costing Aktivitas, Indikator dan Layanan


1. Costing Aktivitas
Pembiayaan aktivitas adalah kegiatan menghitung kebutuhan sumber daya bagi terselenggaranya aktivitas
pelayanan bagi masyarakat, sebagai wujud nyata penerapan SPM. Dalam gambar di atas yang dimaksud
dengan costing aktivitas adalah mulai dari identifikasi langkah kegiatan hingga diperolehnya sejumlah biaya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap langkah kegiatan.

2. Costing Indikator
Costing indikator adalah kegiatan menghitung kebutuhan biaya bagi terselenggaranya indikator SPM tertentu.
Perhitungan kebutuhan biaya untuk suatu indikator dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh hasil
costing aktivitas pada indikator tersebut (penjumlahan hasil costing per langkah kegiatan). Sebagai contoh
untuk indikator cakupan desa UCI, maka costing indikator diperoleh dari penjumlahan hasil perhitungan biaya
kegiatan imunisasi rutin + imunisasi tambahan + imunisasi dalam penanganan KLB.

3. Costing Layanan
Costing layanan adalah kegiatan menghitung kebutuhan biaya bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
tertentu, sebagaimana tercantum dalam SPM bidang kesehatan. Perhitungan kebutuhan biaya untuk suatu
pelayanan dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh hasil costing indikator. Sebagai contoh untuk costing
layanan kesehatan dasar diperoleh dari penjumlahan costing pada indikator 1 14.

Total Pembiayaan SPM


Total pembiayaan SPM adalah kebutuhan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan SPM kesehatan
secara total. Perhitungan total pembiayaan SPM diperoleh dari penjumlahan seluruh hasil costing layanan.
Jadi total pembiayaan SPM bidang kesehatan adalah penjumlahan dari hasil perhitungan kebutuhan
biaya untuk pelayanan kesehatan dasar + pelayanan kesehatan rujukan + penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan KLB + promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

175

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Skenario Pemenuhan Pembiayaan SPM Tahun Jamak


Pemerintah daerah harus menyusun skenario pemenuhan kebutuhan pembiayaan SPM hingga batas waktu
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini diperlukan agar daerah mempunyai tahapan kegiatan dan
target tahunan yang jelas. Itulah mengapa pada saat menyusun rencana kegiatan dan pembiayaan SPM
diharuskan berpatokan pada hasil pencapaian SPM tahun terakhir. Karena sejumlah gap itulah sumber daya
harus dialokasikan. Semakin lebar gap yang ada, semakin besar pula konsumsi sumber dayanya. Dengan
diketahuinya target dan perkiraan biaya maka pemerintah daerah dapat memikirkan mekanisme untuk
memenuhi kebutuhan biaya tersebut.
Berikut ini contoh format penyajian kebutuhan pembiayaan SPM selama 1 periode renstra (5 tahun).

Format Penyajian Kebutuhan Pembiayaan SPM


Selama 1 Periode Renstra (5 Tahun)
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
Jenis
Indikator
Pelayanan
SPM

Data Capaian
pada Tahun
Awal
Perencanaan

Tahun-1

Tahun-2

Tahun-3

Tahun-4

Tahun-5

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target

176

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Rp

Kondisi
Kinerja pada
akhir periode
Target

Rp

www.kinerja.or.id

Kenaikan target tahunan akan membawa konsekuensi pada peningkatan jumlah biaya yang dibutuhkan.
Melalui aktivitas costing yang bagus akan dapat diketahui nilai rupiah tertentu yang diperlukan untuk
meningkatkan sejumlah persen cakupan. Hal ini bisa menjadi bahan sinkronisasi rencana akselerasi
pencapaian SPM dengan kebijakan alokasi anggaran.

Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses dalam
CD yang terlampir:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

177

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

a) Presentasi 5.1 Pembiayaan SPM, prinsip costing, serta penyepakatan unit cost daerah
Lihat materi presentasi pada folder modul-5 : Presentasi 5.1 Pembiayaan SPM, prinsip costing, serta
penyepakatan unit cost daerah

178

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

179

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

180

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

181

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

182

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

b) Presentasi 5.2 Pembiayaan SPM kesehatan (costing aktivitas, costing indikator dan
costing layanan)
Lihat materi presentasi pada folder modul-5 : Presentasi 5.2Pembiayaan SPM kesehatan (costing aktivitas,
costing indikator dan costing layanan)

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

183

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

184

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

185

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Modul 6
Integrasi Hasil Costing & Pembiayaan SPM dalam
Perencanaan dan Penganggaran

Tujuan Pembelajaran
Uraian substansi modul ini adalah cara mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan SPM dalam:

186

perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD)

perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA PPAS)

dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (Renstra)

perencanaan tahunan SKPD (Renja, RKA dan DPA/dokumen pelaksanaan anggaran)

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Pendahuluan
SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga menjadi acuan dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggung jawaban di
daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan
urusan wajib. SPM dari seluruh SKPD dan satuan kerja yang memberikan pelayanan publik menjadi indikator
(tolok ukur) yang disusun sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan
rencana stratejik daerah.Tiap satuan kerja harus menyusun rencana stratejik dan rencana bisnis agar dapat
mencapai standar pelayanan minimal yang menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian dijabarkan dalam
rencana bisnis anggaran dan rencana kerja SKPD/Satuan kerja.
Berdasarkan sistem perencanaan dan penganggaran yang berlaku, Rencana Pencapaian SPM perlu disin
kronkan dan diintregrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).Target tahunan pencapaian SPM dituangkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan
Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dengan
memperhatikan kemampuan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pentingnya pengintegrasian rencana pencapaian SPM ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran
daerah secara ekplisit telah disebutkan dalam berbagai peraturan.Di dalam Permendagri 79/2007 hal tersebut
dinyatakan pada Bab V dan VI. Dalam Permendagri 54/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen
Perencanaan Daerah juga telah mencantumkan posisi SPM dalam proses penyusunan perencanaan daerah.
Evaluasi pelaksanaannya juga telah secara jelas dicantumkan dalam PP 20/2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah. Peraturan lain yang menggambarkan kedudukan SPM dalam rencana pembangunan daerah
adalah PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rencana pencapaian SPM bukan sebuah dokumen perencanaan
tersendiri namun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan pembangunan daerah.

Integrasi dalam RPJMD


Tercapainya standar pelayanan minimal merupakan tanggung jawab satuan kerja dalam menyediakan
pelayanan wajib kepada masyarakat.Di bidang kesehatan tanggung jawab tersebut melekat di institusi Dinas

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

187

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Kesehatan sebagai SKPD yang membidangi masalah kesehatan.Dengan demikian keberhasilan pencapaian
SPM bidang kesehatansangat dipengaruhi oleh kemampuan Dinas Kesehatan dalam menyusun rencana
pencapaian SPM serta menjabarkannya ke dalam dokumen Rencana Pembangunan Daerah, mulai dari
RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja SKPD.Hasil costing SPM yang telah diperoleh sebagaimana dijelaskan
pada pokok bahasan sebelumnya, tidak akan banyak bermanfaat jika angka tersebut tidak menjadi input dalam
proses penyusunan rencana pembangunan daerah.
RPJMD merupakan suatu dokumen rencana resmi daerah untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam
jangka waktu 5 tahun ke depan. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yg
bersifat indikatif.

Tahapan proses penyusunan RPJMD secara garis besar adalah sebagai berikut:
No
1

Kegiatan

Uraian Kegiatan

Persiapan

Pembentukan tim, Orientasi, Penyusunan agenda kerja RPJMD, Pengumpulan

Penyusunan

data dan Informasi

RPJMD
2

Penyusunan

Pengajuan kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah &

Rancangan Awal

indikasi program prioritas disertai kebutuhan pendanaan, Pembahasan dan

RPJMD

kesepakatan

Penyiapan Surat

Edaran KDH
4

Penyusunan

Penyampaian rancangan Renstra SKPD, Verifikasi rancangan Restra SKPD

Rancangan RPJMD
5

Musrenbang

Penyiapan data dan kegiatan, Pelaksanaan musrenbang RPJMD, Perumusan

RPJMD

hasil musrenbang RPJMD

Penyusunan

Perumusan rancangan akhir RPJMD, Pembahasan rancangan akhir RPJMD

Rancangan Akhir

dengan SKPD dan Kepala daerah, Penyampaian rancangan akhir RPJMD

RPJMD

untuk persetujuan Kepala daerah, Konsultasi rancangan akhir RPJMD,


Penyempurnaan rancangan akhir RPJMD berdasarkan hasil konsultasi

188

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No
7

Kegiatan

Uraian Kegiatan

Penetapan Perda

Penyampaian rancangan perda tentang RPJMD kepada DPRD, Pembahasan

RPJMD

rancangan perda tentang RPJMD bersama DPRD, Persetujuan bersama perda


tentang RPJMD oleh DPRD dan Kepala daerah, Penyampaian peraturan
daerah tentang RPJMD provinsi kepada menteri dan peraturan daerah tentang
RPJMD kabupaten/kota kepada Gubernur

Data dan informasi merupakan unsur penting dalam perumusan rencana yang akan menentukan kualitas
dokumen rencana pembangunan daerah yang disusun. Untuk itu, dalam penyusunan RPJMD perlu
dikumpulkan data dan informasi yang akurat dan relevan serta dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan data dan informasi yang telah terkumpul, disusunlah rancangan awal RPJMD. Tahapan
penyusunan rancangan awal RPJMD kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

189

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Telaahan Terhadap
RPJPD Kabupaten/
Kota

Perumusan
Strategi dan Arah
Kebijakan

VISI, MISI dan


Program KDH
Penelaahan
RJPMN, RPJMD
Provinsi dan
RPJMD Kab/ Kota
lainnya

Persiapan
Penyusunan
RPJMD Kab/
Kota

Analisis Isu-isu
Strategis
Pembangunan
Jangka
Menengah
Kabupaten/Kota

Pengolahan
Data dan
Informasi
Hasil
Evaluasi
Capaian
RPJMD

Perumusan
Penjelasan
Visi dan
Misi

Perumusan
Tujuan dan
Sasaran

Penelaahan
RJPMN,
RPJMD
Provinsi dan
RPJMD Kab/
Kota lainnya

Analisis
Gambaran
Umum Kondisi
Daerah
Kabupaten/Kota

Perumusan Kebijakan
Umum dan Program
Pembangunan Daerah
Kabupaten/Kota
Perumusan
Indikasi Rencana
Program
Prioritas yang
Disertai Kebutuhan
Pendanaan
Penetapan
Indikator Kinerja
Daerah

Rancangan Awal RPJMD


Pendahuluan
Gambaran umum kondisi
daerah
Gambaran pengelolaan
keuangan daerah serta
kerangka pendanaan
Analisis isu-isu srategis, visi,
misi, tujuan dan sasaran
Strategi dan arah kebijakan
Kebijakan umum dan program
pembangunan daerah
Indikasi rencana program
prioritas yang disertai kebutuhan
pendanaan
Penetapan indikator kinerja
Daerah
Pedoman transisi dan kaidah
pelaksanaan.

Pembahasan dengan
SKPD Kabupaten/
Kota

Perumusan
Permasalahan
Pembangunan
Daerah
Kabupaten/
Kota

Analisis
Pengelolaan
Keuangan
Daerah serta
Kerangka
Pendanaan

Pelaksanaan Forum
Konsultasi Publik

Pembahasan dengan
DPRD untuk
Memperoleh
Masukan dan Saran

Penyelarasan
Program Prioritas
dan Kebutuhan
Pendanaan

Penyusunan Rancangan Awal RPJMD Kabupaten/kota


Perumusan isi dan substansi rancangan awal RPJMD sangat menentukan kualitas dokumen RPJMD yang
akan dihasilkan. Di dalam dokumen rancangan awal RPJMD diuraikan indikator kinerja daerah yang menjadi
acuan bagi penyusunan renstra SKPD. Dengan demikian rancangan awal RPJMD ini berperan sangat
strategis untuk mengarahkan penyusunan Renstra SKPD dan berfungsi sebagai koridor perencanaan
pembangunan indikatif selama 5 (lima) tahun yang disusun menggunakan pendekatan teknokratis dan
partisipatif.
Proses perumusan rancangan awal tersebut dilakukan melalui serangkaian kegiatan, salah satunya adalah
forum pembahasan dengan SKPD. Disinilah peran Dinas kesehatan untuk bisa mengawal indikator SPM
bidang kesehatan agar masuk sebagai program prioritas.

190

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Tahap selanjutnya kepala daerah membuat surat edaran kepada semua SKPD agar masing-masing SKPD
menyusun rancangan renstra SKPD sesuai dengan rancangan awal RPJMD dan disampaikan kepada kepala
Bapppeda, sebagai masukan untuk menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD.
Proses ini termasuk dalam rangkaian kegiatan penyusunan rancangan RPJMD, sebagaimana terlihat dalam
gambar berikut.
SE KDH tentang Penyusunan
Rancangan Renstra SKPD
Penyusunan Rancangan
Renstra SKPD

Renstra SKPD

Verifikasi dan Integrasi


Renstra SKPD

Rancangan RPJMD:
1. Pendahuluan
2. Gambaran umum kondisi daerah
3. Gambaran pengelolaan keuangan daerah serta
kerangka pendanaan
4. Analisis isu-isu srategis
5. Visi, misi, tujuan dan sasaran
6. Strategi dan arah kebijakan
7. Kebijakan umum dan program pembangunan
8. Indikasi rencana program prioritas yang disertai
kebutuhan daerah Indikasi rencana program prioritas
yang disertai kebutuhan pendanan

Gambar Penyusunan Rancangan RPJMD

Rancangan awal Renstra SKPD antara lain memuat:


1. Perumusan gambaran pelayanan SKPD berdasarkan gambaran umum kondisi daerah;
2. Perumusan isu-isu strategis dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas dan
fungsi berdasarkan analisis isu-isu strategis;
3. Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran renstra SKPD berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran
pembangunan jangka menengah daerah;
4. Perumusan strategi dan kebijakan program dan kegiatan jangka menengah SKPD berdasarkan strategi
dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah;
5. Perumusan rencana, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran program dan kegiatan serta pendanaan
indikatif SKPD berdasarkan indikator keluaran program dan pagu per-SKPD yang tercantum dalam tabel
kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah; dan
6. Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

191

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Untuk memastikan bahwa substansi materi rancangan renstra-SKPD telah disusun sesuai dengan rancangan
awal RPJMD, dilakukan verifikasi melalui pembahasan bersama antara Bappeda dengan setiap SKPD.
Verifikasi juga bertujuan untuk mengintegrasikan dan mempertajam pencapaian sasaran program dan kegiatan
antara satu SKPD dengan SKPD lainnya (lintas SKPD), serta memperoleh klarifikasi/masukan dari SKPD
dalam hal terdapat ketidaksesuaian dengan arahan yang telah disampaikan dalam surat edaran. Bilamana
terdapat ketidaksesuaian dengan arahan yang telah ditetapkan, kepala SKPD wajib menyempurnakan
rancangan Renstra SKPD dan menyampaikan kembali kepada Bappeda.
Seluruh Renstra SKPD yang telah diverifikasi selanjutnya dijadikan sebagai masukan untuk penyempurnaan
rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD. Di dalam dokumen RPJMD tersebut disusun rumusan
indikasi rencana program prioritas disertai kebutuhan pendanaannya. Perumusan alokasi pagu untuk setiap
program dihitung berdasarkan capaian indikator program dengan memperhatikan rencana penggunaan
kapasitas riil anggaran berupa alokasi belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Rancangan RPJMD akan disempurnakan melalui Musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD dirumuskan
berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD yang telah
disempurnakan berdasarkan kesepakatan hasil musrenbang RPJMD, selanjutnya dibahas dengan seluruh
kepala SKPD untuk memastikan bahwa program pembangunan jangka menengah terkait dengan tugas pokok
dan fungsi masing-masing telah disempurnakan dengan kesepakatan hasil musrenbang dan ditampung
dalam rancangan akhir RPJMD. Rancangan akhir RPJMD ini diajukan kepada kepala daerah untuk meminta
persetujuan dikonsultasikan kepada Gubernur. Posisi pencapaian SPM dalam RPJMD secara khusus dapat
digambarkan sebagai berikut.

Perumusan
Masalah

Analisis isu
strategis

Perumusan penjelasan
visi dan misi
Perumusan tujuan
dan sasaran

Perumusan strategi dan


arah kebijakan
Kebijakan umum dan daerah
program pembangunan

Program

Outcome

SPM x standar
belanja

Pagu

Analisis gambaran umum


kondisi daerah daerah
(dibandingkan dengan
standar: internasional/
nasional/standar lain)

Indikasi rencana program


prioritas disertai kebutuhan
pendanaan

Dibahas dengan DPRD


masukan dan saran
untuk memperoleh

Posisi pencapaian SPM dalam RPJMD

192

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Proses integrasi SPM ke dalam dokumen RPJMD dimulai dari awal, yaitu pada saat melakukan analisis
gambaran umum kondisi daerah. Kondisi pencapaian SPM bidang kesehatan saat ini hars menjadi salah satu
aspek yang dikaji. Contoh hasil analisis data adalah sebagai berikut.

Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja


Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi/Kabupaten/Kota .......

No

Aspek/fokus/
bidang urusan/
indikator kinerja
pembangunan
daerah

Capaian kinerja
(n-5)

(n-4)

(n-3)

(n-2)

(n-1)

Standar

Interpretasi
(belum
tercapai
sesuai,
melampaui)

1
2
3
4
5

Indikator SPM
Kesehatan

6
7
...

Berdasarkan hasil analisis tersebut, akan dapat diidentifikasi kinerja masing-masing program dengan melihat
pada tingkat pencapain target. Proses ini dilakukan untuk mengenali masalah yang masih dihadapi sehingga
bisa menjadi dasar dalam menentukan prioritas program. Hasil analisis dapat dituangkan dalam tabel berikut ini.

Identifikasi permasalahan untuk penentuan program prioritas


No

Bidang Urusan Dan


Indikator Kinerja
Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah

Interpretasi
Belum Tercapai (<)
Sesuai (=)
Melampaui (>)

Permasalahan

Faktor penentu
keberhasilan

1
2
3
4
5

Indikator SPM
Kesehatan

6
7
...

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

193

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Berbagai permasalahan yang teridentifikasi tersebut dianalisis faktor penyebab dan faktor penentu
keberhasilannya, untuk dirumuskan program atau kegiatan intervensi.Setiap program atau kegiatan intervensi
dihitung kebutuhan biayanya untuk menjadi dasar bagi penentuan alokasi anggarannya.
Hasil akhir rencana program prioritas dan kebutuhan pendanaannya dapat dipelajari pada tabel berikut ini.

Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan


Provinsi/Kabupaten/Kota
Capaian kinerja program dan kerangka pendanaan
Kondisi
Bidang Urusan
Indikator
Kinerja
Pemerintahan
Kinerja
pada Awal
Kode dan Program
Program
RPJMD
Prioritas
(outcome)
(tahun 0)
Pembangunan

Tahun-1

Tahun-2

Tahun-3

Tahun-4

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Bidang
Kesehatan

Tahun-5
Target Rp

Kondisi
SKPD
Kinerja Pada
penanggung
Akhir Periode
jawab
RPJMD
Target

Rp

Indikator
SPM
Kesehatan

Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM


Dalam Perencanaan Tahunan Daerah (RKPD, KUA PPAS)
Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat, dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Sebagai suatu dokumen resmi rencana daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu
menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran

194

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

tahunan. Bappeda merupakan institusi yang ditunjuk dan berfungsi sebagai koordinator dalam
penyelenggaraan perencanaan daerah yang juga mengkoordinasikan berbagai perencanaan yang bersifat
sektoral di daerah. RKPD merupakan acuan bagi daerah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (RAPBD), dengan demikian Kepala daerah dan DPRD dalam menentukan Kebijakan
Umum APBD (KUA), serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) didasarkan atas
dokumen RKPD. KUA dan PPAS yang telah disepakati selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam proses
penyusunan APBD.
Substansi RKPD memuat program dan kegiatan SKPD dan dokumen RKPD merupakan acuan bagi SKPD
dalam menyempurnakan Renja SKPD untuk tahun yang sama. Proses penyusunan RKPD dilakukan secara
paralel dan sifatnya saling memberi masukan dengan proses penyusunan Rencana Kerja SKPD (Renja
SKPD).
Secara garis besar, tahapan proses penyusunan RKPD menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor :
050/200/II/BANGDA/2008 adalah sebagai berikut:

Tahapan Proses Penyusunan RKPD menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor : 050/200/II/BANGDA/2008
Tahap
Tahap 1

Kegiatan

Uraian

Persiapan dan

Pada tahap ini dilakukan orientasi mengenai RKPD, identifikasi para

Pengorganisasian

pemangku kepentingan untuk dilibatkan dalam proses penyusunan

Para Pemangku

RKPD, pembentukan Tim Penyusun RKPD, Penyusunan Rencana

Kepentingan

kerja Penyiapan Dokumen, pengumpulan data dan informasi, serta


penyusunan daftar isi RKPD.

Tahap 2

Penyusunan

Tahapan ini mencakup kegiatan-kegiatan review RPJMD, review usulan

Rancangan Awal

program dan kegiatan SKPD tahun lalu dan prioritas untuk tahun

RKPD

rencana, analisis isu strategis dan prioritas pembangunan daerah


untuk tahun yang direncanakan bersama para pemangku kepentingan
terkait, menyusun dokumen rancangan awal RKPD, dan pembahasan
rancangan awal RKPD dengan SKPD.

Tahap 3

Penyusunan

Tahapan ini meliputi kegiatan persiapan penyusunan, kegiatan analisis

rancangan Renja

dan pengkajian dokumen terkait, dan kegiatan penyusunan Rancangan

SKPD

Renja SKPD.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

195

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Tahap
Tahap 4

Kegiatan

Uraian

Penyusunan

Pada tahap ini dilakukan penilaian dan pembahasan atas rancangan

Rancangan RKPD

Renja SKPD yang disampaikan Kepala SKPD kepada Bappeda,


pengintegrasian rancangan Renja SKPD ke dalam Rancangan Awal
RKPD untuk menjadi Rancangan RKPD, pembahasan dengan para
pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh masukan dan
pertimbangan bagi rancangan RKPD, penyiapan ringkasan rancangan
RKPD untuk sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang tahunan
daerah, dan penyampaian tembusan Rancangan RKPD kepada
Bappenas dan Bappeda Provinsi sebagai masukan dalam penyusunan
RKP Nasional dan RKPD Provinsi.

Tahap 5

Musrenbang

Tahap ini merupakan pelibatan para pemangku kepentingan dalam


pengambilan keputusan perencanaan, melalui pelaksanaan Musrenbang
sejak tingkat desa/kelurahan, tingkat kecamatan, Forum SKPD/gabungan
SKPD Kabupaten/Kota, Musrenbang Kabupaten/Kota, ForumSKPD/
Gabungan SKPD Provinsi, dan Musrenbang Provinsi, sesuai jadwal yang
ditetapkan.

Tahap 6

Penyusunan

Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan atas Rancangan RKPD

Rancangan Akhir

berdasarkan hasil kesepakatan dalam Musrenbangtahunan daerah

RKPD/Renja SKPD

dengan tetap memperhatikan rancangan RKP untuk RKPD Provinsi, dan


rancangan RKPD Provinsi untuk RKPD Kabupaten/Kota.

Tahap 7

Penyiapan dan

Pada tahap ini dilakukan penyiapan dan penetapan peraturan Kepala

Penetapan

Daerah tentang RKPD dan penyiapan dan penetapan peraturan Kepala

Peraturan RKPD/

SKPD untuk Renja SKPD.

Renja SKPD
Tahap 8

Pengintegrasian

Pada tahap ini RKPD perlu diterjemahkan ke dalam proses

RKPD ke

penganggaran melalui penyusunan KUA, PPAS, dan RKA SKPD.

dalam Proses
Penganggaran
Daerah

196

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Penyusunan Rancangan Awal RKPD berpedoman pada hasil review RPJMD dan capaian kinerja
penyelenggaraan urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah, hasil review terhadap usulan SKPD yang
tertuang dalam prakiraan maju yang diajukan tahun sebelumnya, serta memperhatikan perkiraan kemampuan
keuangan daerah. Substansi utama yang termuat dalam rancangan awal RKPD, meliputi:
1. Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu
2. Rancangan kerangka ekonomi daerah
3. Arah kebijakan keuangan daerah, termasuk indikasi belanja bagi hasil dan belanja bantuan keuangan.
4. Prioritas dan sasaran pembangunan daerah
5. Rencana program dan kegiatan prioritas serta pagu indikatif SKPD.
Perhitungan pagu indikatif anggaran program dan kegiatan yang dialokasikan bagi setiap SKPD didasarkan
pada kebutuhan SKPD untuk melaksanakan urusan wajib/pilihan pemerintah daerah prioritas sesuai tingkat
dan sasaran pelayanan program dan kegiatan.
Proses penyusunan rancangan awal RKPD dapat digambarkan sebagai berikut

Analisis Kondisi
dan Permasalahan
Daerah Mutakhir

Review RPJMD
- Prioritas dan
Target Program
- Perkiraaan
Capaian

Perkiraan
Kemampuan
Keuangan Daerah

Penyiapan Rumusan
Rancangan Awal
RKPD

Rumusan Kebijakan
Keuangan Daerah;
Prioritas Program dan
Kegiatan; serta Pagu
Indikatif

Review Usulan
Program dan
Kegiatan dan
RKA-SKPD Tahun
Sebelumnya

Proses penyusunan rancangan awal RKPD

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

197

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Rancangan Renja SKPD merupakan rancangan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masingmasing SKPD pada tahun yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka
menunjang pencapaian visi dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam rancangan Renja
SKPD masih bersifat indikatif yang diselaraskan dengan program dan kegiatan prioritas daerah. Pada tahap
ini dilakukan kegiatan persiapan penyusunan, kegiatan analisis dan pengkajian dokumen terkait, dan kegiatan
penyusunan Rancangan Renja SKPD. Di dalam permendagri No. 65 tahun 2007 disebutkan bahwa SPM
yang ditelah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun
perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Artinya, kegiatan pencapaian SPM
harus diprioritaskan dan menjadi usulan wajib dalam rancangan Renja SKPD. Berikut ini contoh tabel rencana
program dan kegiatan prioritas dalam RKPD.

Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah dalam RKPD


Keterangan
Indikator kinerja
Urusan/
Bidang Urusan
Jenis
Hasil
Keluaran
Hasil
Pemerintahan Prioritas Sasaran
Pagu Prakiraan SKPD Keg
Program
Kegiatan
Kegiatan
Lokasi
No
Daerah Dan
Indikatif Maju
Daerah Daerah
Tolok
Tolok
Tolok
Program/
Target
Target
Target
1/2/3 1/2/3
Ukur
Ukur
Ukur
Kegiatan
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Mengacu pada target SPM


dan hasil costing

198

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Adanya integrasi perencanaan dan pembiayaan

RKA-SKPD. Kegiatan penyusunan rancangan

SPM bidang kesehatan dengan RKPD dapat dilihat

Renja SKPD dapat dilakukan sebelum Rancangan

pada sinkronisasi isian indikator kinerja pada tabel

Awal RKPD diterima SKPD, atau segera setelah

diatas dengan indikator kinerja dalam SPM bidang

RAPBD tahun sebelumnya disahkan menjadi APBD

kesehatan.

(awal Desember). Terakomodasi atau tidaknya


rencana pencapaian SPM bidang kesehatan yang

Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan

telah disusun oleh Puskesmas di dalam dokumen

tanggung jawab masing-masing kepala SKPD yang

Rancangan renja Dinas Kesehatan menjadi beban

proses penyusunannya mengacu pada rancangan

dari tim penyusun Renja Dinas Kesehatan.

awal RKPD. Untuk itu masing-masing SKPD perlu


membentuk tim penyusun Renja SKPD yang

Skematis proses penyusunan Rancangan Renja

bertugas melaksanakan seluruh proses penyusunan

SKPD dapat digambarkan sebagai berikut:

dokumen Renja SKPD sampai dengan penyusunan

Gambar Proses Penyusunan Rancangan Renja SKPD

Review
Renstra
SKPD

Evaluasi Capaian
Kinerja Pelayanan
Wajb/Pilihan
SKPD Terhadap
Target Renstra
SKPD

Review Rancangan
Awal RKPD
Identifikasi Program/
Kegiatan Terkait SKPD
Program/Kegiatan
SKPD Berdasarkan
Skala Prioritas

Usulan Hasil
Musrenbang dan
Forum

www.kinerja.or.id

Rumusan
Rancangan
Renja SKPD

Identifikasi Program
dan Kegiatan yang
Ditangani Pusat

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

199

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Penyusunan rancangan RKPD merupakan tahap lanjutan, berupa kajian dan pembahasan atas rancangan
Renja SKPD yang diintegrasikan dengan Rancangan Awal RKPD untuk diperbaiki menjadi Rancangan RKPD,
pembahasan dengan para pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh masukan dan pertimbangan bagi
rancangan RKPD, penyiapan ringkasan Rancangan RKPD sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang
tahunan daerah. Ringkasan rancangan RKPD Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bappeda Provinsi sebagai
masukan dalam penyusunan RKPD Provinsi. Rancangan RKPD merupakan integrasi dan harmonisasi antara
rancangan awal RKPD dengan rancangan Renja setiap SKPD yang telah mendapatkan konfirmasi dan review
dari setiap SKPD. Penyusunan Rancangan RKPD merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dan materi
program/kegiatan yang termuat merupakan bahan utama dalam penyelenggaraan musrenbang tahunan daerah.
Peran Bappeda dalam proses penyusunan rancangan RKPD sangat penting. Disinilah perlunya advokasi dari
Dinas Kesehatan untuk menyamakan persepsi tentang prioritas program kesehatan agar segala kegiatan
yang terkait dengan pemenuhan SPM bidang kesehatan mendapat tempat yang baik dalam rancangan RKPD
tersebut, sehinga pada akhirnya kegiatan pencapaian SPM bidang kesehatan yang masih indikatif nantinya
bisa dipertahankan dan bisa menjadi definitif.
Setelah melalui forum musrenbang, disusunlah renja SKPD. Renja SKPD merupakan penyempurnaan dari
rancangan Renja SKPD yang berisikan program dan kegiatan yang telah disepakati melalui pembahasan
forum SKPD/gabungan SKPD dan musrenbang kabupaten/kota untuk dilaksanakan oleh masing-masing
SKPD pada tahun yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka menunjang
pencapaian visi dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam Renja SKPD bersifat definitif.
Penyempurnaan Renja SKPD merupakan tanggung jawab masing-masing kepala SKPD yang proses
penyusunannya mengacu pada dokumen RKPD yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Kepala Daerah.
Supaya Renja SKPD menjadi dokumen resmi yang digunakan sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan
RKA-SKPD, maka Renja SKPD perlu ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD.
Pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran tahunan daerah dilakukan melalui 3 (tiga) hal, yaitu:
penyusunan KUA dan PPAS, penyusunan RKA-SKPD, dan penyusunan RAPBD. Penyusunan KUA dan PPAS,
serta penyusunan RKA-SKPD memiliki fungsi penting dan sangat fundamental karena menjembatani proses
penerjemahan rencana ke dalam penganggaran yang disusun untuk memastikan bahwa kesepakatan para
pemangku kepentingan atas tujuan, sasaran, dan target perencanaan dapat direalisasikan. Oleh karena itu
sangat perlu diperhatikan konsistensi dokumen perencanaan seperti RKPD dan Renja SKPD dengan KUA,
PPAS, dan RKA SKPD. Oleh karena itu pada fase ini sekali lagi harus dipastikan bahwa kegiatan pencapaian
SPM kesehatan secara konsisten tercantum dalam RKPD, Renja SKPD sampai dengan KUA, PPAS, dan RKA
SKPD agar mendapat alokasi anggaran yang ideal.

200

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) merupakan tanggung jawab Kepala Daerah yang dalam penyusunannya dibantu oleh
TAPD. Penyusunan rancangan KUA dan PPAS mengacu pada Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD dan
berpedoman pada Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. RKA
SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja
program, dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.
Penyusunan RAPBD merupakan tahap akhir dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran tahunan
daerah, yang disusun bersama TAPD dengan Panitia Anggaran DPRD sebagai bahan pembahasan paripurna
DPRD untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan menjadi dasar pelaksanaan pembangunan daerah untuk
tahun yang direncanakan.
Berikut ini berturut-turut ditampilkan alur penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan APBD, selanjutnya
alur proses penyusunan dokumen RKPD dan dokumen Renja SKPD, serta Format daftar rancangan program
dan kegiatan RKPD/Renja SKPD.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

201

202

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Gambar 7.6: Alur penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan APBD

Alur penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan APBD

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

203

Gambar: 7.7 Proses penyusunan dokumen RKPD dan dokumen Renja SKPD

Proses penyusunan dokumen RKPD dan dokumen Renja SKPD

204

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Code

Target
Kinerja
Program
RPJMD

Target
Tahunan
SPM

Mempertimbangkan
hasil costing SPM

Anggaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan
(Rp)
7

Kategori
Prioritas

Target
Kinerja
Keluaran
pada
Tahun n
9

Target
Kinerja
Keluaran
pada Tahun
n+1
10

Biaya
Satuan
Per Keluaran
Kegiatan
pada Tahun
n (Rp
11

12

Biaya
Satuan
Pagu
Per
Indikatif
Keluaran
Pada Tahun
Kegiatan
n (Rp)
pada Tahun
n+1 (Rp)
13

Pagu
Indikatif
Pada
Tahun
n+1 (Rp)
14

Organisasi

Penyusunan Target Kinerja Keluaran Kegiatan dan Perkiraan Pagu Indikatif Program
dan Kegiatan pada tahun n dan n+1

Sumber: Tabel Target Pencapaian Kinerja yang Terukur dari Setiap Urusan Pemenntahan Daerah-Lampiran A-X Permendagri 13/2006
Catatan: * Ditengapi dengan kode (B) sebagai kegiatan baru, (R) sebagai kegiatan replikasi, (L) sebagai kegiatan lanjutan

** Kategori prioritas: tinggi, sedang, rendah dltinjau dari tingkat relevansi terhadap pencapaian visi, misi RPJMD

*** n adalah tahun rencana, n + 1 adalah satu tahun setelah tahun rencana

Jumlah

Tolok
Ukur
Kftnerja

Indikator
SPM

Program dan
kegiatan SPM

Program
dan
Kegiatan*

Target
Kinerja
Keluaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan

Review Usulan Kegiatan (n+1)


padaRKPD tahun berjalan

Format Daftar Rancangan Program dan Kegiatan RKPD/Renja SKPD

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

www.kinerja.or.id

Integrasi dalam RENSTRA


Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi SKPD. Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD dan bersifat
indikatif. Tahapan penyusunan Renstra SKPD sesuai dengan Permendagri No. 54 tahun 2010 adalah sebagai
berikut:

Tahapan penyusunan Renstra SKPD sesuai dengan Permendagri No. 54 tahun 2010
Tahap

Kegiatan

Tahap 1

Persiapan
penyusunan
Renstra SKPD

Pembentukan Tim Penyusun Renstra SKPD, Orientasi mengenai Renstra


SKPD, Penyusunan Agenda Kerja Tim Renstra SKPD, Pengumpulan Data
dan Informasi

Tahap 2

Penyusunan
rancangan
Renstra SKPD

Tahap perumusan rancangan Renstra SKPD terdiri dari:


1. Pengolahan data dan informasi,
2. Analisis gambaran pelayanan SKPD,
3. Review Renstra Kementerian/Lembaga (K/L) dan Renstra SKPD,
4. Penelaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
5. Analisis terhadap Dokumen Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) sesuai dengan pelayanan atau tugas dan fungsi SKPD,
6. Perumusan isu-isu strategis,
7. Perumusan visi dan misi SKPD,
8. Perumusan tujuan pelayanan jangka menengah SKPD,
9. Perumusan sasaran pelayanan jangka menengah SKPD
Rancangan renstra s.d rumusan sasaran jangka menengah ini dikirim ke
Bappeda, sebagai bahan penyusunan RPJMD. Setelah menerima SE dari
kepala daerah, proses penyusunan dilanjtkan,
10. Mempelajari surat edaran kepala daerah perihal penyusunan rancangan
Renstra SKPD beserta lampirannya yaitu rancangan awal RPJMD yang
memuat indikator keluaran program dan pagu per-SKPD;
11. Perumusan strategi dan kebijakan jangka menengah SKPD guna
mencapai target kinerja program prioritas RPJMD yang menjadi tugas dan
fungsi SKPD;
12. Perumusan rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok
sasaran dan pendanaan indikatif selama 5 (lima) tahun, termasuk lokasi
kegiatan berdasarkan rencana program prioritas RPJMD

www.kinerja.or.id

Uraian Kegiatan

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

205

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Tahap

Kegiatan

Uraian Kegiatan
13. Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan
sasaran dalam rancangan awal RPJMD; dan
14. Pelaksanaan forum SKPD
Tahap Penyajian Rancangan Renstra SKPD: Penyusunan secara sistematis
ke dalam naskah rancangan Renstra SKPD

Tahap 3

Penyusunan
rancangan
akhir Renstra
SKPD

Tahap perumusan rancangan akhir Renstra SKPD (berdasarkan hasil


verifikasi dan ketetapan RPJMD)
Tahap penyajian rancangan akhir Renstra SKPD: Penyusunan secara
sistematis ke dalam naskah rancangan akhir Renstra SKPD, mengikuti format
yang berlaku

Tahap 4

Penetapan
Renstra RKPD

Rancangan akhir Renstra SKPD disampaikan kepala SKPD kepada Kepala


Bappeda untuk memperoleh pengesahan kepala daerah

Perumusan isi dan substansi rancangan Renstra SKPD sangat menentukan kualitas dokumen Renstra SKPD
yang akan dihasilkan. Salah satu dokumen rujukan awal dalam menyusun rancangan Renstra SKPD adalah
Rancangan Awal RPJMD yang menunjukkan program dan target indikator kinerja yang harus dicapai oleh
SKPD selama lima tahun, baik untuk mendukung visi/misi kepala daerah maupun untuk memperbaiki kinerja
layanan dalam rangka pemenuhan tugas dan fungsi SKPD terkait. Dokumentasi perumusan dan keseluruhan
tahap perencanaan pembangunan daerah daerah dijadikan sebagai kertas kerja (working paper). Suatu kertas
kerja perumusan dan keseluruhan tahap penyusunan Renstra SKPD merupakan dokumen yang tak terpisah
dan dijadikan sebagai dasar penyajian (dokumen) Renstra SKPD.
Proses penyusunan rancangan Renstra SKPD tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

206

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Renstra-KL
dan Renstra
SKPD Provinsi

Penelaahan
RTRW
Penelaahan
KLHS

Perumusan
Isu-isu
strategis
berdasarkan
tusi

Rancangan Renstra-SKPD

Perumusan
Visi dan Misi
SKPD

Perumusan
Tujuan

Perumusan
Sasaran
Analisis
Gambaran
Pelayanan
SKPD

SPM
Pengolahan
Data dan
Informasi

Perumusan
Strategi dan
Kebijakan

Perumusan
rencana kegiatan
indikator kinerja
kelompok sasaran
dan pendanaan
indikatif
berdasarkan
rencana program
prioritas RPJMD

Perumusan
indikator kinerja
SKPD yang
mengacu pada
tujuan dan
sasaran RPJMD

Nota Dinas Pengantar


Kepala SKPD perihal
penyampaian Rancangan
Renstra-SKPD kepada
Bappeda

Rancangan
Renstra SKPD
- Pendahuluan
- Gambaran pelayanan
SKPD
- Isu-isu strategis
berdasarkan tugas pokok
dan fungsi
- Visi, misi, tujuan dan
sasaran, strategi dan
kebijakan
- Rencana program,
kegiatan indikator kinerja,
kelompok sasaran dan
pendanaan indikatif
- Indikator kinerja SKPD
yang mengacu pada
tujuan dan sasaran
RPJMD.

Bagan Alir Penyusunan Rancangan Renstra SKPD Kabupaten/Kota


Proses integrasi SPM kesehatan dalam dokumen Renstra Dinas Kesehatan dimulai dari saat penyusunan
rancangan renstra SKPD ini. Analisis pelayanan SKPD diantaranya berisi gambaran kinerja pencapaian SPM
bidang kesehatan. Dengan demikian jika dalam implementasi SPM bidang kesehatan masih terdapat masalah,
hal itu akan menjadi isu strategis dan menjadi dasar dalam merumuskan tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan.

Berikut contoh tabel analisis dalam menyusun target renstra SKPD berdasarkan realisasi pencapaian indikator
SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

207

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Tabel Analisis dalam Menyusun Target Renstra SKPD


Berdasarkan Realisasi Pencapaian Indikator SPM

NO

Indikator *)

SPM/
standar
nasional

Target Renstra
SKPD tahun ke
1

Indikator SPM kesehatan

menjadi prioritas

Realisasi
Capaian tahun ke
1

Rasio capaian
tahun ke
1

Catatan
Analisis

Angka pencapaian indikator SPM kesehatan yang diisikan pada tabel di atas merupakan angka wilayah, hasil
kerja dari seluruh Puskesmas dan institusi pelayanan kesehatan lain di daerah tersebut. Catatan analisis
dibuat untuk melengkapi informasi tentang masalah atau kendala dalam pencapaian masing-masing indikator
SPM kesehatan yang dihadapi oleh Puskesmas dan jejaringnya, sebagai pertimbangan dalam merumuskan
rencana kegiatan dalam renstra Dinas Kesehatan.
Proses perumusan rencana program dan kegiatan dilakukan dengan mengacu pada tahapan berikut ini:
1. Perhatikan indikator program dan pagu per SKPD (memperhatikan SPM)
2. Rumuskan target outcome program SKPD untuk mencapai sasaran pemb.
3. Lakukan perumusan target output/keluaran yg akan dihasilkan melalui kegiatan dalam rangka mencapai
target outcome program SKPD
4. Lakukan perumusan kegiatan
5. Hitunglah biaya kegiatan untuk mencapai target output kegiatan
6. Hitunglah biaya program untuk mencapai target outcome
7. Periksalah apakah total biaya program sesuai dgn pagu SKPD. Jika melebihi pagu SKPD, lakukan
prioritisasi program dan kegiatan sehingga sesuai dgn pagu SKPD. Daftar urutan prioritas program dan
kegiatan ini menjadi salah satu bahan yg akan dibahas dalam Forum SKPD penyusunan Renstra SKPD
8. Susunlah rincian target outcome program ke dalam target tahunan

208

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

9. Berdasarkan target outcome tahunan, susun perkiraan kebutuhan anggaran pembiayaan program per
tahun.
Hasil akhir dari proses di atas selanjutnya dituangkan dalam tabel Rumusan Rencana Program, Kegiatan,
Indikator Kinerja, Dan Pendanaan Indikatif SKPD, seperti contoh berikut ini.

Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif


Dinas Kesehatan Kabupaten X
Target Kinerja dan kerangka pendanaan
Indikator
Data
kinerja
Kondisi
capaian
IndiSKPD
program
kinerja
Program
pada
Tuju- Sasar- kator
(outcome)
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 pada akhir penang- Lokasi
tahun
dan
gung
an
an
Sasar& indikator
periode
awal
Kegiatan
an
jawab
kinerja
Renstra
perenkegiatan
canaan Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
(output)

Mengacu para rencana


pencapaian SPM

Hasil inilah yang diajukan untuk mendapat persetujuan sebagai dokumen rencana strategis Dinas Kesehatan,
sehingga program dan pendanaan yang saat ini masih bersifat indikatif nantinya bisa menjadi definitif, dan
menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja tahunan Dinas Kesehatan.

Integrasi dalam RENJA dan RKA


Rencana Kerja (Renja) SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun, yang
memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Perumusan program dan kegiatan
Renja SKPD dilakukan berdasarkan penyesuaian antara identifikasi kebutuhan program dan kegiatan
berdasarkan hasil analisis dengan arahan prioritas program dan kegiatan SKPD menurut rancangan awal

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

209

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

RKPD, serta mempertimbangkan hasil telaahan kebijakan nasional (termasuk SPM), dan kebijakan propinsi.
Proses penyusunan renja SKPD terdiri dari 4 tahap utama, yaitu sebagai berikut.
Tahap
1

Kegiatan

Uraian Kegiatan

Persiapan

Pembentukan Tim Penyusun Renja SKPD, Orientasi mengenai Renja

Penyusunan Renja

SKPD, Penyusunan Agenda Kerja, Pengumpulan Data dan Informasi,

SKPD
2

Penyusunan
Rancangan Renja
SKPD

Tahap Perumusan Rancangan Renja SKPD:


1. Pengolahan data dan informasi;
2. Analisis gambaran pelayanan SKPD;
3. Mereview hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu
berdasarkan Renstra SKPD;
4. Isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD;
5. Telaahan terhadap rancangan awal RKPD;
6. Perumusan tujuan dan sasaran;
7. Penelaahan usulan program dan kegiatan dari masyarakat;
8. Perumusan kegiatan prioritas;
9. Penyajian awal dokumen rancangan Renja SKPD;
10. Penyempurnaan rancangan Renja SKPD;
11. Pembahasan forum SKPD; dan
12. Penyesuaian dokumen rancangan Renja SKPD sesuai dengan
prioritas dan sasaran pembangunan tahun rencana dengan
mempertimbangkan arah dan kebijakan umum pembangunan daerah,
arahan menteri terkait dan SPM
Tahap Penyajian Rancangan Renja SKPD: Penyajian rancangan Renja
SKPD menurut sistimatika tertentu yang telah ditetapkan

Pelaksanaan Forum

Pelaksanaan Forum SKPD Kabupaten/kota: membahas rancangan

SKPD

Renja SKPD kabupaten/kota, dengan menggunakan prioritas program


dan kegiatan yang dihasilkan dari musrenbang RKPD kabupaten/kota di
kecamatan, sebagai bahan untuk menyempurnakan rancangan Renja
SKPD kabupaten/kota, yang difasilitasi oleh SKPD kabupaten/kota terkait

210

Penetapan Renja

Verifikasi Rancangan Renja SKPD dengan RKPD, Pengesahan Renja

SKPD

SKPD oleh Kepala Daerah

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan
menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif. Dalam prosesnya, penyusunan rancangan Renja SKPD
mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD. Oleh karena itu penyusunan
rancangan Renja SKPD dapat dikerjakan secara simultan/paralel dengan penyusunan rancangan awal RKPD,
dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi eksisting SKPD, evaluasi pelaksanaan
Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra SKPD. Berikut ini
bagan alir penyusunan Renja SKPD kabupaten/kota.
Pengolahan data dan informasi dalam menyusun Renja SKPD, pada dasarnya sama dengan pengolahan data
dan informasi penyusunan RKPD. Bedanya, data dan informasi yang diolah mencakup bahan yang diperlukan
dalam rangka analisis kondisi kinerja dan permasalahan pelayanan SKPD.Analisis kinerja pelayanan SKPD
berupa pengkajian terhadap capaian kinerja pelayanan SKPD dan dampak yang ditimbulkan atas kinerja
pelayanan tersebut, serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi untuk penyusunan program dan
kegiatan dalam rangka peningkatan pelayanan SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi. Untuk menganalisis
kinerja pelayanan SKPD digunakan beberapa indikator, antara lain mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan Indikator Kinerja Kunci (IKK) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, dengan
sasaran target sesuai dengan Renstra SKPD dan/atau berdasarkan atas hasil analisis standar kebutuhan
pelayanan. Berikut ini gambaran posisi SPM dalam penyusunan Renja SKPD.

Bagan Penerapan SPM Dalam Penyusunan Rancangan Renja-SKPD

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

211

Bagan Alir Tahapan Penyusunan Renja SKPD Kabupaten/Kota

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

212

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Perumusan program dan kegiatan Renja SKPD dilakukan berdasarkan penyesuaian antara identifikasi
kebutuhan program dan kegiatan berdasarkan hasil analisis dengan arahan prioritas program dan kegiatan
SKPD menurut rancangan awal RKPD, serta mempertimbangkan hasil telaahan kebijakan nasional (termasuk
SPM), dan kebijakan provinsi. Berikut ini contoh format untuk menganalisis kinerja pelayanan SKPD.

Pencapaian kinerja pelayanan SKPD ................. Kabupaten/kota ...................

NO

Indikator

(1)

(2)

Realisasi
Target Renstra SKPD
Proyeksi
SPM/
Capaian
Catatan
Standar
Analisis
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Nasional
(n-2) (n-1)
(n)
(n+1) (n-2)
(n-1)
(n)
(n+1)
(3)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

Untuk SPM bidang kesehatan, SKPD yang dimaksud adalah Dinas Kesehatan.Pencapaian SPM Dinas
Kesehatan adalah merupakan hasil kerja seluruh institusi pelayanan kesehatan di daerah tersebut, dengan
Puskesmas sebagai motor penggerak utamanya.Hasil analisis tersebut selanjutnya menjadi dasar dalam
merumuskan rencana program dan kegiatan.Berikut contoh format untuk perumusan rencana program dan
kegiatan SKPD.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

213

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan


Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun .
dan Prakiraan Maju Tahun.
Provinsi/Kabupaten/Kota .
Nama SKPD : lembar dari ...

Kode

Rencana Tahun ............


Prakiraan Maju
Urusan/
(Tahun Rencana)
Rencana Tahun .........
Bidang Urusan Indikator
Pemerintahan
Kinerja
Target
Target
Kebutuhan
Kebutuhan
Daerah dan
Program /
Sumber Capaian
Capaian
Dana/ Pagu
Dana/ Pagu
Lokasi
Program/
Kegiatan
Dana
Kinerja
Kinerja
Indikatif
Indikatif
Kegiatan
(SPM)
(SPM)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(9)

(10)

Karena ujung tombak dari pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Puskesmas, maka
penyusunan dokumen di atas harus mengakomodasi segala permasalahan dan rencana kegiatan yang
disusun di Puskesmas. Sehingga diharapkan proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan
sejalan dengan proses penyusunan Renja Dinas Kesehatan.

214

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Jika digambarkan dalam bentuk skematis, maka urutan penyusunan Renja Dinas Kesehatan adalah sebagai
berikut.

Bagan Keterkaitan antara PTP dengan Renja Dinas Kesehatan


Penyusunan
Rencana Kegiatan oleh MasingMasing Program/Unit Kerja
di Puskesmas
PENYUSUNAN
PERENCANAAN
DI PUSKESMAS
Penyusunan
Rencana Kegiatan Puskesmas
dengan Melibatkan Semua
Program/Unit Kerja

Rencana
Program
A

Rencana
Program
B

Rencana
Program
......

Kompilasi dan Pembahasan


Semua Rencana Program/
Unit Kerja
RANCANGAN PTP
(PERENCANAAN TINGKAT
PUSKESMAS)

Penyesuaian
dengan Renja
Dinas Kesehatan
Program/Unit Kerja
PTP
(PERENCANAAN
TINGKAT
PUSKESMAS)

Kompilasi dan Pembahasan


Semua Usulan PTP dari Seluruh
Puskesmas di Tingkat Dinas

PENYUSUNAN
PERENCANAAN
DI DINAS
KESEHATAN

Penyusunan
Rencana Tahunan
Dinas Kesehatan dengan
Melibatkan Semua
Puskesmas

RANCANGAN RENJA
DINAS KESEHATAN

Pelaksanaan
Forum SKPD
untuk Membahas
Rancangan Renja
Dinas Kesehatan

RENJA
DINAS KESEHATAN
(DEFINITIF)

Dengan memperhatikan bagan tersebut, maka penting untuk disepakati waktu penyusunan PTP yang tepat
agar kegiatan yang tercantum dalam PTP dan Renja Dinas Kesehatan bisa sejalan.
Berikutnya adalah tabel yang bisa digunakan untuk mengevaluasi adanya integrasi prencanaan dan
pembiayaan SPM bidang kesehatan ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

215

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Analisis kesesuaian perencanaan dan pembiayaan SPM bidang kesehatan dengan


perencanaan dan pembiayaan daerah
SPM Bidang Kesehatan

No

Indikator
Umum

Target

Capaian

Gap

Penyebab

Intervensi
Program
dan
Kegiatan

Kesesuain
dengan Dokumen
Perencanaan
Daerah (RPJMD,
RKPD, KUA-PPAS,
Renstra SKPD dan
Renja SKPD)

Pelayanan kesehatan dasar


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13a
13b
13c
13d
13e
14
Pelayanan Kesehatan Rujukan
15
16
Penyelidikan epidemiologi dan penangulangan KLB
17
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
18

216

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

217

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

a) Presentasi 6.1 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM


dalam RPJMD

Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.1Integrasi Hasil Costing Dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM Dalam RPJMD

218

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

219

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

220

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

b) Presentasi 6.2 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam
Perencanaan Tahunan Daerah
Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.2 Integrasi Hasil Costing Dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM Dalam Perencanaan Tahunan Daerah

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

221

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

222

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

c) Presentasi 6.3 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam
Dokumen Perencanaan Lima Tahunan SKPD
Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.3 Integrasi Hasil Costing Dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM Dalam Dokumen Perencanaan Lima Tahunan SKPD

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

223

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

224

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

d) Presentasi 6.4 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam
Perencanaan Tahunan SKPD
Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.4 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM dalam Perencanaan Tahunan SKPD

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

225

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

226

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Modul 7
Teknik Monitoring dan Evaluasi serta
Laporan Kinerja SPM

Tujuan Pembelajaran
Modul ini membahas monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana pemenuhan SPM, serta menyusun laporan
penerapan SPM bidang kesehatan.

Pendahuluan
Keberhasilan pelaksanaan suatu program/kegiatan memang diawali oleh adanya perencanaan yang baik.
Tetapi sebaik apapun dokumen perencanaan yang telah disusun, tidak akan banyak bermanfaat jika dalam

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

227

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

pelaksanaannya tidak menggunakan perencanaan tersebut sebagai acuan. Disinilah pentingnya kegiatan
monitoring dan evaluasi (Monev atau M&E). Monitoring akan membantu pelaksana program agar proses yang
dijalankan sesuai dengan yang seharusnya, sehingga pada akhirnya target kinerja yang ditetapkan dapat
tercapai. Melalui kegiatan evaluasi, akan dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program serta
hambatan atau kendala yang ada, sebagai feedback untuk perbaikan pada tahap selanjutnya.
Merujuk hal tersebut, maka dalam Modul Pendampingan SPM Kesehatan ini pokok bahasan mengenai
monitoring dan evaluasi, serta laporan kinerja juga menjadi bagian yang penting.

1. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring adalah pemantauan terus menerus pada pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang
dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaksanaan program atau kegiatan tersebut sesuai dengan kondisi
yang seharusnya. Evaluasi adalah penilaian yang sistematik dan objektif pada desain, implementasi, dan hasil
yang dicapai oleh sebuah program atau kegiatan yang sedang atau telah berlagsung. Tujuan dari evaluasi
adalah untuk memperbaiki kebijakan dan rencana intervensi selanjutnya berdasarkan feedback dari hasil
evaluasi saat ini, serta sebagai mekanisme pertanggungjawaban kegiatan kepada masyarakat.
Berdasarkan waktu pelaksaannya evaluasi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan ketika program sedang berjalan, sedang evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pelaksanaan suatu program. Evaluasi bertujuan agar diketahui
pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai
dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.
Dalam Permenkes no 741/MENKES/PER/VII/2008 Bab VI pasal 8 dinyatakan bahwa Menteri Kesehatan
melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM Kesehatan oleh pemda dalam rangka menjamin
akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat. Monitoring tersebut juga dilakukan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota secara berjenjang.
Pada tingkat SKPD, monitoring dan evaluasi dan evaluasi juga harus dilaksanakan. Sebagaimana diketahui
bahwa penanggungjawab operasional SPM bidang kesehatan adalah Dinas Kesehatan. Dalam mengemban
kewajiban menyelenggarakan SPM Dinas Kesehatan bekerja bersama dengan Puskesmas dan institusi
mitra lain di daerah. Pemberi pelayanan kesehatan yang langsung berhadapan dengan masyarakat adalah
Puskesmas.

228

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Puskesmas dengan konsep kewilayahannya mengemban tanggungjawab atas terselenggaranya SPM bidang
kesehatan pada masyarakat di wilayah kerjanya.Di area wilayah kerja ini, Puskesmas tidak bekerja sendiri.
Puskesmas memiliki jejaring pada level di bawahnya, yaitu Puskesmas pembantu, polindes dan bidan di desa.
Gambaran ini menjelaskan bahwa ada pembagian tanggungjawab berjenjang dalam penerapan SPM bidang
kesehatan ini.Oleh karena itulah, pelaksanaan monitoring dan evaluasi penerapan SPM juga dilaksanakan
secara berjenjang.Berikut gambaran ringkasnya.

Skema pelaksanaan monev


LEVEL
KABUPATEN

LEVEL
KECAMATAN

LEVEL
KELURAHAN/
DESA/
KAMPUNG

RS

DINAS KESEHATAN

Puskesmas
Induk A

Pustu

Polindes

Puskesmas
Induk B

BPS

DPS

Pustu

Polindes

DPS

BPS

Keterangan:
----------- : Bersifat Koordinatif

: Bersifat Instruksional/komando

2. Penyusunan Laporan Pencapaian SPM


Pemerintah daerah secara rutin harus melaporkan hasil penerapan SPM yang menjadi tanggungjawabnya.
Di dalam Permendagri No. 6 tahun 2007 disebutkan bahwa penerimaan data SPM bidang Kesehatan
dilaporkan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Aplikasi SPM Kesehatan (yang diinput oleh pengelola data kabupaten/kota atau provinsi)
2. Langsung dari daerah (berkunjung/dikunjungi) dan diinput ke aplikasi SPM Kesehatan
3. Faksimili, E-mail (diinput ke aplikasi SPM Kesehatan)

Pelaporan data SPM bidang Kesehatan saat ini dilakukan sekali setahun. Updating (pemutakhiran) data
hasil SPM bidang Kesehatan dapat dilakukan oleh pengelola data di kabupaten/kota.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

229

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Di dalam Permendagri No. 6 tahun 2007 selain disebutkan tentang kewajiban untuk membuat laporan
tersebut juga telah menjelaskan sistematika npelaporan yang harus disusun (format selengkapnya
terlampir). Demikian juga dalam permenkes No. 741 tahun 2008, juga disebutkan bahwa Bupati/
Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM Kesehatan
kepada Menteri Kesehatan. Berdasarkan laporan teknis tahunan tersebut Menteri Kesehatan melakukan
pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM Kesehatan.

3. Memahami Formula Pengukuran SPM


Untuk bisa melakukan monitoring dan evaluasi, serta menyusun laporan pelaksanaan SPM bidang
kesehatan, harus memahami konsep pengukuran SPM. Masing-masing indikator SPM memiliki fomula
pengukuran yang spesisik. Penjelasan selengkapnya tentang formula pengukuran SPM telah dibahas
pada Bab III.

4. Jenis Data dan Sumber Data


Data kegiatan SPM yang sebagai bahan menyusun laporan pelaksanaan SPM bidang kesehatan secara
garis besar terdiri dai 2 jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari aktivitas pelayanan sehari-hari di Puskesmas, misalnya catatan kunjungan
ibu hamil, sedang data sekunder adalah data yang diperoleh dari pelaporan pihak lain, misal laporan
kunjungan K4 dari Bidan Praktek swasta dan RS.

Data pencapaian SPM yang dilaporkan berasal dari berbagai sumber. Secara garis besar, sumber data
yang diperlukan untuk menghitung pencapaian SPM bidang kesehatan berasal dari:
1. Data dari Institusi kesehatan:
a. Dinas Kesehatan
b. Rumah sakit (milik pemerintah dan swasta)
c. Puskesmas dan jaringannya
d. Pemberi pelayanan kesehatan swasta: Bidan praktek swasta, dokter praktek swasta, klinik swasta)
2. Data dari institusi non kesehatan:
a. BPS
b. Kecamatan
c. Dinas Pendidikan

230

Uraian selengkapnya mengenai jenis dan sumber data telah dibahas dalam Bab III buku modul ini.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

5. Waktu Pengumpulan Data

Dinas Kesehatan Provinsi

Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

Unit Pelaksana SPM


Kesehatan (Puskesmas dan
Jaringannya)

Kementerian Kesehatan
dan Kemendagri

Gubernur

Bupati Kabupaten/Kota

Pembinaan dan Pengawasan

Pelaporan SPM dilakukan secara rutin tiap bulan dengan mekanisme sebagai berikut:

Pembinaan dan Pengawasan

Skema hubungan pelaporan SPM bidang kesehatan

Daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota wajib membuat laporan penerapan dan pencapaian SPM
bidang kesehatan. Laporan penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan untuk daerah kabupaten/
kota diserahkan kepada propinsi (Gubernur) melalui surat Bupati/Walikota paling lambat bulan Februari.
Laporan penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan untuk daerah propinsi dan laporan ringkasan
penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan daerah kabupaten/kota diserahkan kepada Menteri
Kesehatan melalui surat Gubernur paling lambat bulan Maret. Kementerian kesehatan membuat laporan
penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota secara
nasional dan di sampaikan ke menteri dalam negeri melalui surat menteri kesehatan paling lambat bulan April.

6. Teknik Analisis dan Pengolahan Data


Data kegiatan bidang kesehatan yang terkumpul dari berbagai sumber, selanjutnya ditotal untuk
memperoleh nilai akhir, dan dimasukkan ke rumus SPM untuk bisa mengetahui tingkat pencapaiannya.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab III, beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data SPM
kesehatan meliputi:
1. Cleaning dan editing
2. Categorizing

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

231

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

3. Calculating
4. Tabulating

Berbagai langkah pengolahan tersebut dilakukan untuk menghasilkan hasil perhitungan SPM yang akurat.

7. Kesimpulan Hasil Pengolahan Data


Dalam pelaksanaan pencapaian target prestasi kerja pelayanan dasar untuk setiap bidang SPM, maka
SKPD sesuai dengan tugas dan fungsinya, perlu menganalisa profile penerapan dan pencapaian SPM,
mengembangkan sistem informasi serta memutahirkan data pada setiap indikator SPM, memuat program
dan kegiatan prioritas pembangunan daerah sesuai misi SKPK menyangkut kapasitas dan sumber daya
yang dimiliki Daerah serta menghitung pembiayaan pencapaian SPM.

Pengertian dari profil pelayanan dasar adalah sekumpulan data dan informasi yang dikumpulkan,
distrukturkan dan diolah untuk menggambarkan kondisi pelayanan dasar di daerah sebagai bahan
masukan dalam mengembangkan rencana pencapaian SPM kedepan. Penyusunan profil difokuskan
kepada data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung pencapaian masing-masing indikator SPM.

Profil pelayanan dasar disusun dengan tujuan untuk:


a. Mengetahui gambaran umum, status, kedudukan, dan kinerja daerah dalam penerapan dan
pencapaian SPM untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah;
b. Mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu untuk segera ditangani dalam rangka pencapaian SPM
di daerah;
c. Mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan/ketidakberhasilan termasuk potensi dan permasalahan
penerapan SPM;

Profil pelayanan dasar yang selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis:


1. Penentuan status awal yang terkini dari pencapaian SPM di Daerah.
2. Perbandingan bila terdapat kesenjangan antara status awal dengan target pencapaian dan batas
waktu pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah.
3. Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, analisis standar belanja kegiatan berkaitan
SPM, dan satuan harga kegiatan.
4. Perhitungan perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar
yang memaksimalkan sumber daya daerah serta memproyeksikan tingkat pencapaian dan biaya
pemenuhan SPM.

232

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Apabila diperlukan dalam penyusunan profil pelayanan dasar di setiap SKPK dan penggabungan kedalam
Profil Pelayanan Dasar Kabupaten/Kota dapat melibatkan fasilitator atau tenaga ahli yang memiliki
pengetahuan dan kapasitas dalam melakukan pendampingan penyusunan profil pelayanan dasar.

Hasil Analisa Profile Penerapan dan Hasil Pencapaian SPM ini akan dipergunakan sebagai:
a. Bahan masukan dalam pemutahiran data dan pengembangan sistem informasi pada setiap SKPK
yang bertanggungjawab dengan pendataan indikator SPM.
b. Sebagai masukan dalam melaksanakan perhitungan pembiayaan SPM.
c. Sebagai masukan dalam menyusun Rencana Aksi Penerapan dan Pencapaian SPM Kesehatan.
d. Sebagai masukan dalam mengintegrasikan SPM ke dalam dokumen Perencanaan dan Penganggaran
Daerah (RPJMK, RKPK, Renstra-SKPK, Renja-SKPK, KUA & PPAS, RKA SKPK serta APBK).
e. Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah dalam pencapaian SPM.
f. Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM, termasuk pemberian
penghargaan dan sangsi bagi SKPD yang berprestasi.

8. Umpan Balik Hasil Monev Kepada Para Pihak Terkait


Jika laporan data SPM Kesehatan memenuhi kriteria valid maka data SPM Kesehatan dapat dimanfaatkan
untuk beberapa tujuan berikut:
1. Evaluasi kinerja jajaran kesehatan (tiap jenjang administrasi), efektivitas & efisiensi
2. Penyusunan profil kesehatan/paket data lain
3. Penghitungan hasil/cakupan program
4. Data daerah setempat (penyusunan bahan kunjungan kerja)
5. Bahan pengusulan anggaran
6. Dasar alokasi sumber daya kesehatan

Hasil inilah yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan umpan balik kepada para pihak
terkait.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

233

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Catatan untuk Pelajaran


1. Peserta yang diundang dan persiapan

Anggota tim penyusunan rencana pemenuhan SPM dan pihak dari Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Bappeda dan Sekda yang dilibatkan dalam proses penyusunan rencana-rencana dan anggaran daerah,
serta Forum Multi Stakeholder),

Sebaiknya ada rapat calon peserta sebelum training untuk membahas data tentang pencapaian SPM
(termasuk pencapaian tahun terakhir) yang perlu dikumpulkan untuk dipakai dalam training.

2. Waktu
Dua hari
Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
2 x 60 menit

Monitoring dan evaluasi penerapan SPM


Diskusi dan tanya jawab

2 x 60 menit

Menyusun pelaporan SPM


Diskusi dan tanya jawab

3 x 60 menit

Review mekanisme monitoring dan evaluasi serta pelaporan SPM kesehatan


selama ini
Perancangan mekanisme monitoring dan evaluasi serta pelaporan SPM
kesehatan

Hari I:
3 x 60 menit

Latihan kelompok: Penyusunan rencana monev


Reporting out hasil latihan

4 x 60 menit

Latihan kelompok: menyusun laporan penerapan SPM


Reporting out hasil latihan

234

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

3. Proses Fasilitasi
a) Pengantar

Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu melakukan monitoring dan evaluasi serta menyusun laporan
penerapan SPM bidang kesehatan.

Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah mekanisme monev dan penyusunan laporan penerapan SPM. Hari kedua diisi dengan
latihan dan diskusi tentang 2 topik tersebut.

b) Pemaparan materi Hari I


Narasumber menjelaskan tentang monitoring dan evaluasi SPM dengan Presentasi 7a Mekanisme
Monitoring Dan Evaluasi.

Diskusi dan tanya jawab.

Narasumber menjelaskan tentang penyusunan laporan penerapan SPM dengan Presentasi 7b


Penyusunan Laporan SPM serta templat laporan umum (dari Kemendagri) dan templat laporan
khusus (dari Kemenkes) pada Lampiran.

Diskusi dan tanya jawab.

Review dan diskusi pelaksanaan monev dan pelaporan SPM.

c) Kegiatan hari II

Minta peserta untuk berlatihan menyusun dan melaksanakan monev.

Peserta yang ditunjuk memaparkan hasil latihan.

Minta peserta untuk berlatih menyusun laporan penerapan SPM.

Peserta yang ditunjuk memaparkan hasil latihan.

d) Penutup

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

4. Lampiran yang terkait


Lihat Lampiran D untuk templat:


Templat Penyusunan Laporan Umum Tahunan Penerapan dan Pencapaian SPM.

Kuesioner Kuantitatif Monitoring Pencapaian SPM.

Evaluasi Penyelenggaraan SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

235

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

5. Contoh Presentasi di CD

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di
CD yang terlampir:

236

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

a) Presentasi 7.1 Mekanisme Monitoring Dan Evaluasi


Lihat materi presentasi pada folder modul-7 : Presentasi 7.1 Mekanisme Monitoring Dan Evaluasi.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

237

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

b) Presentasi 7.2 Penyusunan Laporan SPM


Lihat materi presentasi pada folder modul-7 : Presentasi 7.2 Penyusunan Laporan SPM

238

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

239

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

240

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Modul 8
Praktek yang Baik
dalam Penerapan Standar Pelayanan

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran modul ini adalah menguraikan substansi tentang pelaksanaan praktek yang baik dalam
penerapan rencana pemenuhan SPM, dengan indikasi praktek baik dalam penerapan SPM, dan dan scalingup(perluasan)penerapannya.

Pendahuluan
Dalam penerapannya, SPM harus menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari
Pemerintahan Daerah sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah Daerah

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

241

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

wajib mengupayakan sumber daya dan fasilitasi proses pelayanan satuan kerja agar standar pelayanan
minimal yang menjadi tanggungjawabnya dapat dipenuhi.
Berdasarkan standar pelayanan minimal yang telah disusun tiap satuan kerja dan unit-unit kerja wajib
menyusun standar teknis yang akan menjadi acuan langkah-langkah untuk mencapai standar pelayanan
minimal tersebut. Demikian juga perlu disusun lebih lanjut prosedur kerja/standar prosedur operasional
maupun instruksi kerja sesuai kebutuhan.
Terkait dengan kegiatan penerapan SPM bidang kesehatan, prosedur kerja standar untuk hal-hal yang bersifat
non medis dapat disusun atau dikembangkan sendiri sesuai dengan pengalaman daerah dalam mendapatkan
hasil yang optimal.Sedangkan untuk prosedur pelayanan kesehatan yang bersifat medis menggunakan standar
yang ditetapkan oleh organisasi profesi terkait.
Dilaksanakannya standar secara konsisten dan diperolehnya hasil yang optimal, merupakan indikasi bagi
terbentuknya good practice.

Indikasi Praktek Baik (Good Practices) Penerapan SPM


Sebetulnya, rencana pemenuhan SPM hanya alat Pemerintah untuk mendorong pemda meningkatkan
pelayanan kepada masyarakatnya.Tugas pokok pemda adalah melayani masyarakat.Praktek baik penerapan
SPM adalah praktek yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan masyarakat, sunguh melayani rakyat yang
membutuhkan. Pemenuhan target SPM kesehatan yaitu pemenuhan target melayani lebih baik - hanya akan
tercapai melalui serangkaian upaya sistematis dan berkesinambungan adalah komitmen pemerintah dalam
berbagai level untuk memberi dukungan konkrit kepada pihak yang memberi pelayanan kepada masyarakat
berupa kebijakan dan sumber daya yang mendukung, pemimpinan dan manajemen yang mengarahkan dan
mendorong kerjasama antar semua pihak yang terkait, sistem yang mampu menggerakkan dan mengarahkan
serta pengawasan yang mendorong.
Negara telah menjalankan good governance adalah: Organisasi publik beroperasi secara transparan,
accountable (bertanggungjawab), predictable (dapat diduga), responsive (berdaya tanggap), dan melibatkan
partisipasi masyarakat. Bullivant, et all, dalam buku Good Governance Handbook mengatakan beberapa aspek
yang mendukung terlaksanananya good governance di sektor kesehatan adalah:
1. Kejelasan visi
2. Strategi yang jelas dalam mencapai visi

242

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

3. Kepemimpinan yang supportif terhadap upaya pencapaian visi.


4. Adanya jaminan (assurance) bahwa organisasi akan mendukung upaya pencapaian visi tersebut melalui
kebijakan yang mampu memberi rasa aman pada para pelaku yang terlibat dalam upaya pencapaian visi.
5. Adanya standar perilaku yang jelas termasuk standar operasional prosedur yang lengkap tentang
mekanisme pelaksanaan kegiatan.
6. Adanya dukungan dari organisasi dalam bentuk dukungan sumber daya dan berbagai bentuk dukungan
yang diperlukan.
Dari berbagai penjelasan di atas, aplikasi good governance dan good management dalam penerapan SPM
bidang kesehatan antara lain bisa berupa hal-hal berikut ini:
1. Dukungan pemerintah dalam berbagai level, dalam wujud:
i. Adanya kebijakan spesifik daerah yang disusun terakit dengan penerapan SPM bidang kesehatan.
ii. Terintegrasikannya rencana pencapaian SPM dalam dokumen perencanaan dan keuangan daerah
(RPJMD, RKPD).
iii. Adanya support sumber daya yang memadai bagi terselenggaranya pelayanan sesuai standar
(terakomodasinya anggaran penerapan SPM dalam dokumen KUA-PPAS, pemenuhan kebutuhan
SDM, alat dan bahan medis, dan sumber daya lain yang diperlukan).
iv. Keterlibatan aktif pimpinan pemerintah daerah (bupati/walikota) dalam monitoring dan evaluasi
penerapan SPM bidang kesehatan.
2. Patisipasi masyarakat yang tinggi, dalam bentuk:
i. Kesediaan masyarakat untuk dilibatkan dalam proses perancangan dan evaluasi kegiatan penerapan
SPM, misal: aktifnya forum multi stakeholder.
ii. Keterlibatan dalam setiap kegiatan penerapan SPM, misal kehadiran saat pelayanan kesehatan di
Posyandu (angka D/S tinggi).
iii. Kesadaran masarakat untuk bertanggungjawab secara mandiri atas pemenuhan pelayanan kesehatan
dasar bagi diri dan keluarganya, misal: pola pencarian pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
pelayanan kesehatan modern (contoh: jika melahirkan yang dicari adalah bidan, bukan dukun).
3. Adanya kejelasan dan transparansi pelayanan, dalam bentuk:
i. Diimplementasikannya secara sistematis tahapan penerapan SPM kesehatan mulai dari penyusunan
rencana hingga monev dan penyusunan laporan dengan mengacu pada kaidah pengelolaan yang baik.
ii. Tersusunya dokumen perencanaan dan pembiayaan SPM untuk daerah setempat.
iii. Tersedia dan diimplementasikannya standar operasional prosedur untuk menjamin mutu pelayanan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

243

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

iv. Keterlibatan unsur pimpinan secara aktif.


v. Tersusunnya dokumen pelaporan penerapan SPM yang akurat dan tepat waktu.
4. Adanya jejaring dengan berbagai pihak yang terkait, misalnya: institusi pemberi pelayanan kesehatan
swasta, lintas sektor, dan dunia usaha.

Good Practice dan Kinerja Pelayanan


Kinerja pelayanan dapat diukur dari aspek input, proses, output, outcome, dan dampak dari pelayanan
tersebut. Untuk mencapai kinerja yang optimal, diperlukan implementasi dari konsep good practice seperti
tersebut di atas. Pembakuan model good practices dalam organisasi untuk memperoleh hasil terbaik dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen kinerja (performance management). Manajemen
kinerja adalah sebuah pendekatan manajemen yang utamakanuntuk memastikan bahwa sasaran organisasi
telah dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien.
KINERJA telah mengawali implementasi good practices ini dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. Pengembangan dan Penguatan Forum Multi Stakeholder


Forum Multi Stakeholder adalah media untuk mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk
merespon isu-isu yang menjadi kepedulian bersama serta untuk melakukan upaya mencapai tujuan
bersama.Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
eksekutif, legislative, media, sektor bisnis, dan lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama antar
pemangku kepentingan menjadi penting untuk mengembangkan proses dialogis dan membangun
kesadaran bersama serta melakukan aksi bersama. Dalam konteks pelayanan publik, forum multi stake
holder ini merupakan proses dialogis antara penyedia layanan dan pengguna layanan untuk mencapai
suatu pelayanan publik yang efektif, efisien, dan terjangkau. Apa yang telah diupayakan oleh pemerintah
(selaku penyedia layanan publik) serta apa yang terjadi dan diharapkan masyarakat (selaku pengguna
layanan) harus diupayakan ada titik temu. Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang untuk
menyepakati apa saja yang akan dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi peran dan tanggung
jawab, berbagi informasi, saling mendukung dalam upaya perbaikan bersama. Forum Multi Stakeholder,
tidaklah harus merupakan pertemuan formal, loka karya atau bahkan merupakan organisasi atau lembaga
formal. Namun, bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang informal.Pada tahapan lebih lanjut, Forum

244

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Multi Stakeholder bisa saja didorong menjadi organisasi atau lembaga formal jika memang diperlukan
sesuai dengan dinamika dan kebutuhan lokal.

2. Sosialisasi konsep SPM bidang kesehatan kepada berbagai pihak.


Upaya pencapaian SPM bidang kesehatan memerlukan kontribusi dari berbagai pihak. Dinas Kesehatan
dalam hal ini berperan sebagai leading sector, tetapi peran serta, kontribusi dan dukungan dari SKPD lain
sangat diperlukan. Menyadari hal tersebut, KINERJA dalam mengawali upaya percepatan pencapaian
SPM di setiap kabupaten/kota mitra, selalu menyelenggarakan workshop yang melibatkan semua unsur
yang terkait, misalnya dari Bappeda, Bagian Organisasi Pemda, lintas sektor lain, termasuk dari unsur
pimpinan pemerintah daerah dan DPRD. Melalui langkah ini diharapkan ada kesamaan persepsi dan
kesatuan gerak langkah dari berbagai pihak tersebut untuk bersama-sama mengawal dan mewujudkan
penyelenggaraan SPM kesehatan secara optimal.

3. Training of trainer SPM bidang kesehatan


Filosofi mendasar yang dimunculkan dalam kegiatan training of trainer (pelatihan bagi pelatih/fasilitator/
tim inti) SPM bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh KINERJA adalah penguatan kapasitas lokal
(capacity building). Dengan demikian setiap daerah akan mempunyai tenaga ahli lokal yang bisa berperan
sebagai rujukan permasalahan SPM di daerahnya masing-masing.

4. Pelaksanaan costing SPM bidang kesehatan dan integrasi rencana pemenuhan SPM
ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah

Dukungan dana yang memadai merupakan modal bagi terselenggaranya upaya pemenuhan SPM. Agar
rencana kegiatan pemenuhan SPM mendapatkan alokasi dana yang sesuai, Dinas Kesehatan selaku
penanggungjawab teknis SPM kesehatan harus mampu menyusun anggaran SPM dengan berdasarkan
pada standar pembiayaan yang jelas dan rasional. Disinilah peran pentingnya costing SPM dilakukan.
KINERJA mendorong dan memfasilitasi daerah dalam melakukan costing SPM, dan mengawal proses
integrasinya ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah.

5. Janji layanan

Sebagai lembaga yang concern dengan standar pelayanan publik (SPP), KINERJA mendorong dan
membentuk sistem pelayanan yang baik di kabupaten/kota mitra KINERJA. Salah satu bentuknya adalah
fasilitasi penyusunan janji layanan.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

245

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

6. Benchmarking implementasi SPM


Bentuk upaya akselerasi pencapaian SPM lain yang dilakukan KINERJA adalah melalui kegiatan
benchmarking. Melalui kegiatan benchmarking, kabupaten/kota dapat belajar secara cepat keberhasilan
daerah lain sehingga diharapkan mampu menjadi motivator dan acuan dalam pengembangan di
daerahnya masing-masing.

Teknik Praktis Scale-Up


KINERJA adalah program pemerintahan yang didanai USAID (2010-2015) untuk meningkatkan pelayanan
public di Indonesia. KINERJA bekerja dengan lokal goverment (pemerintah daerah) kabupaten/kota untuk
membuat pelayanan lebih responsive sambil membangun kapasitas masyarakat sipil dan masyarakat untuk
menuntut layanan yang lebih berkualitas dari pemerintah. Kegiatan yang dijalankan KINERJA bergerak di
semua tingkat pemerintah untuk mengatasi kesenjangan dalam penyediaan layanan.
Kegiatan pendampingan penerapan SPM bidang kesehatan oleh Kinerja USAID saat ini dilakukan secara
terbatas pada beberapa propinsi dengan area beberapa kabupaten/kota terpilih di propinsi tersebut. Success
story (cerita tentang keberhasilan) pada daerah yang mendapat pendampingan ini diharapkan dapat menyebar
ke daerah lain, sehingga daerah lain yang tidak mendapat pendampingan langsung juga dapat mengalami
keberhasilan yang sama. Untuk itulah perlu dilakukan kegiatan scale up.
Teknik scale up diartikan sebagai sebuah teknik yang dapat ditempuh untuk memperluas cakupan keberhasilan
suatu program atau kegiatan sehingga dampaknya bukan hanya dirasakan oleh sasaran langsung kegiatan
saja. Daerah lain yang bukan sasaran utama kegiatan intervensi (bukan daerah proyek) bisa dengan cepat
mengadaptasi dan meraih keberhasilan yang serupa dengan daerah proyek.
Istilah scaling up digunakan dalam sektor kesehatan dalam konteks yang luas, diantaranya:
1. Scaling up input, misal berupa: peningkatan anggaran belanja untuk kegiatan tertentu, pengadaan SDM
kesehatan sesuai dengan kopetensi yang dipersyaratkan, pengadaan bahan dan alat kesehatan untuk
menjangkau kebutuhan yang lebih luas, dan sebagainya.
2. Scaling up penyediaan layanan, misalnya dengan menambah jumlah unit layanan, mendekatkan unit
layanan ke masyarakat, bekerja sama dalam penyediaan layanan dengan pihak lain.
3. Menggunakan sumber daya yang ada dengan lebih efisien, misalnya melalui penataan organisasi,

246

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

penataan beban kerja pegawai, dan sebagainya, supaya ada sisa sumber daya untuk kegiatan lain.
4. Scaling up untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
5. Scaling up dari upaya terbatas kepada upaya untuk melayani semua masyarakat yang membutuhkan.
Terkait dengan kerangka kerja pendampingan SPM bidang kesehatan oleh Kinerja USAID, konsep scaling up
yang hendak dikembangkan adalah konsep yang ke-lima. Scaling up untuk tujuan ini dapat ditempuh dengan
dua cara, yaitu vertical scaling up dan horizontal scaling up.
Verticals caling up dilakukan dengan meluncurkan konsep yang sistematis yang telah terbukti keefektifannya
di tingkat lokal dengan melembagakannya sehingga mencapai dampak yang lebih luas. Contohnya adalah
pembuatan peraturan atau kebijakan yang lahir dari konsep percontohan. Horizontal scaling up berarti
meluncurkan suatu konsep yang dapat memperluas cakupan area geografis kegiatan. Horizontal scaling up
dapat dilakukan sendiri oleh organisasi penyelenggara proyek ataupun bekerja sama dengan organisasi lain,
misalnya dengan membuat organisasi payung (organisasi yang bisa memayungi keberlanjutan proyek pada
daerah yang lebih luas), bekerja sama dengan lembaga pelatihan, serta melibatkan perusahaan swasta atau
lembaga donor lain.
Scaling up kegiatan pendampingan penerapan SPM bidang kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan
kedua pendekatan tersebut, yaitu vertical scaling up dan horizontal scaling up. Vertical scaling up dilakukan
dengan penyusunan aturan atau kebijakan sebagai hasil dari proses pendampingan. Misalnya: pembakuan
langkah pendampingan dalam bentuk modul atau buku untuk diadvokasi ke jajaran kementerian kesehatan
agar bisa diadaptasi sebagai petunjuk teknis dan bisa dipergunakan secara luas di berbagai daerah. Selain
buku atau modul, pembakuan software tertentu yang digunakan dalam proses pendampingan (misalnya
software untuk kegiatan costing SPM) juga bisa digunakan untuk vertical scaling up ini.
Horizontal scaling up yang dapat dilakukan melalui beberapa contoh kegiatan berikut ini:
1. Membuka kesempatan dan memfasilitasi daerah lain untuk melakukan kaji banding dan belajar di daerah
dampingan.
2. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop yang diikuti oleh perwakilan dari berbagai daerah lain agar
konsep pendampingan yang telah dilakukan bisa dipahami dan diadaptasi oleh daerah lain tersebut.
3. Membentuk Self Help Group (SHG) yang terdiri dari tokoh kunci yang berasal dari daerah pendampingan,
untuk bisa berperan sebagai technical assitance bagi daerah lain yang ingin mengadaptasi pola dari
daerah pendampingan.
4. Mengadakan road show di level propinsi dengan melibatkan Self Help Group tersebut agar propinsi lain
mengatui success strory di daerahnya dan berkeinginan untuk mengadaptasi.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

247

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

Beberapa hal diperlukan agar proses scaling up dapat dijalankan diantaranya adalah:
1. Scaling up pada umunya melibatkan partnership dengan organisasi lain, terutama orgnisasi yang bergerak
di bidang kesehatan, keuangan (bisa berupa lembaga donor), dan pemerintah selaku regulator.
2. Scaling up membutuhkan komitmen organisasi yang tinggi untuk mendorong aar proses terus berjalan
3. Pelaksanaan monitoring merupakan hal yang sangat krusial untuk mengukur kemajuan relatif terhadap
pencapaian tujuan akhir dan untuk mengidentifikasi faktor penghambat proses scaling up.
Berikut ini checklist yang dapat digunakan untuk mempersiapkan pelaksanaan scaling up kegiatan.
Tahapan
kegiatan
Evaluasi
pengalaman

Pertanyaan kunci

++

--

Sudahkah kita menggambarkan pengalaman dan good


practices dari kegiatan kita secara jelas dan mudah dipahami?
Apakah kita memahami kondisi organisasi dan kecukupan
pendanaan untuk scaling up?

Strategi Scaling
up

Sudahkah kita mendiskusikan skenario kegiatan scaling up ini


dengan berbagai pihak mitra lain?
Sudahkah kita menyepakati tahapan kegiatan dengan pihak
mitra?
Sudahkah kita mendiskusikan berbagai kemungkinan
yang terjadi saat scaling up dan menyepakati cara
mengantisipasinya?

Memilih partners

Sudahkah kita melakukan stakeholder analysis dan


mendiskusikannya dengan berbagai pihak mitra?
Apakah stakeholder kunci memiliki kompetensi yang
dibutuhkan untuk proses scaling up?

Sumber daya

Apakah kita memiliki sumber daya manusia dan dana yang


mencukupi untuk fase inisiasi?
Apakah inovasi proses scaling up yang akan dilakukan aman
dari sisi finansial, ataukah ada skenario pembiayaan yang lain?

Monitoring dan
upaya jaga mutu

Apakah kita memiliki instrumen untuk memonitor dan


mengendalikan proses yang dijalankan bersama mitra kerja?
Apakah kita sudah memahami ide inti inovasi yang akan di
scaling up?

248

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Dengan mengisi checklist di atas akan dapat diketahui kesiapan proses scaling up serta dapat digunakan
untuk menyapkan proses scaling up agar berhasil dengan baik.

1. Contoh Presentasi di CD

Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di
CD yang terlampir:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

249

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

a) Presentasi 8.1 Good Practices dan kinerja pelayanan


Lihat materi presentasi pada folder modul-8 : Presentasi 8.1 Good Practices dan kinerja pelayanan

250

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

251

LAMPIRAN B - Uraian Substansi

b) Presentasi 8.2 Teknik praktis scale-up


252

Lihat materi presentasi pada folder modul-8 : Presentasi 8.2 Teknik praktis scale-up.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

253

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

LAMPIRAN C
CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN
TRAINING
Latar Belakang
1. Tujuan

Lampiran ini disusun sebagai pedoman untuk pihak yang mau melaksanakan fasilitasi dan training di
Pemda yang mau ikut cara KINERJA untuk merencanaan dan menganggarkan pemenuhan SPM di bidang
kesehatan yang terbukti sukses dalam peningkatan mutu kesehatan.

Himpunan modul training ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak melakukan fasilitasi untuk
pemenuhan SPM tersebut. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi
mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga latihan yang memasarkan
training saja.

Pada awal program KINERJA, pekerjaan penyusunan rencana dan anggaran SPM diatur dalam seri
lokakarya, dengan modul training pada awal setiap lokakarya. Proses yang sama dipakai pada tahun
berikutnya, karena ada peserta tim yang belum mengerti tugasnya, dan juga peserta lama tertarik
untuk ingat kembali substansinya. Pada tahun ketiga penyusunan rencana pemenuhan SPM, masih
direncanakan seri lokakarya diaman tim dapat bekerjasama, walaupun tidak semua daerah rasa perlu
ulang trainingnya. Lokakarya masih penting agar:

Semua pemangku kepentingan dapat mengatur waktunya untuk berpartisipasi

Ada fasilitator yang mendorong tim untuk menyempurnakan penghitungannya agar makin adil, efisien,
transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.

2. Fasilitator

Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut selanjutnya disebut sebagai Fasilitator. Sangat penting
para Fasilitator, baik untuk fasilitasi prosesperencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM di bidang

254

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

kesehatan, maupun fasilitasi training untuk itu, menguasai substansi yang diuraikan di lampiran B, dan
berfokus baik kepada keberhasilan Tim Penyusun SPM Kesehatandaerah yang akan dibentuk pemda/
SKPD. Ia harus memiliki pengetahuan tentang pelayanan kesehatan di daerah dan keterampilan sebagai
fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan training, memfasilitasi, dan mendampingi
pemerintah daerah di dalam proses pembentukan tim, serta perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
program kesehatan.

Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok Fasilitator adalah untuk mengarahkan Tim penyusun SPM
Kesehatan tersebut dibentuk dari aparat/staf dinas, profesi dan LSM/CSO/unsur masyarakat yang
berkepentingan, untuk merencanakan dan menganggarkan pemenuhan target SPM tersebut.Bahan
dukungan fasilitasi ini disusun dari pengalaman KINERJA-USAID, dimana tugas fasilitasi dilaksanakan
oleh Konsultan STTA dan Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID yang mengadakan fasilitasi baik
untuk training ataupun dukungan on-the-job.

3. Proses

Proses fasilitasi KINERJA-USAID digambarkan dalam bagan yang berikut:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

255

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

4. Fokus Training

Dalam pengalaman KINERJA-USAID langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana.
Langkah 4 didukung training lain tentang Masyarakat Stakeholder Forum dan juga training tentang peran
media.Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 dan ke-7. Training yang disampaikan secara
bertahap selama proses fasilitasi perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM sampai hasilnya
dipakai dalam proses penganggaran tahunan. Setiap langkah training ditindaklanjuti dengan dukungan onthe-job kepada Tim Penyusun SPM Kesehatan.

Pemaparan materi dilakukan sebagai langkah awal setiap kegiatan pihak dinas kesehatan dan Puskesmas
dalam perencanaan dan pengganggaran pemenuhan SPM bidang kesehatan.Ada satu modul fasilitasi
untuk setiap modul substansi yang dipresentasikan pada Lampiran B.

Alokasi waktu yang disediakan untuk membahas setiap topik dalam modul-modul berikut bersifat estimasi
ideal dari pengalaman fasilitasi KINERJA, tetapi dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian, baik waktu lebih lama dimana tim kurang cepat memahami substansinya, atau lebih singkat
bila tim sudah menguasai substansi yang dipakai dalam penghitungan.

256

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

MODUL 1
Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam
Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan

Peserta yang Diundang


Untuk modul pengantar ini, undang pihak yang terkait dengan pengambilan kebijakan SPM Kesehatan (Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Bappeda, dan Forum multi stakeholder)

Program Fasilitasi
1. Waktu Training

Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit, dengan rincian sebagai berikut:


Waktu
Sesi 1 2 x 45 menit

Pokok Bahasan
Servis standar bidang kesehatan
SPM kesehatan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

257

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

Waktu

Pokok Bahasan
Pentingnya SPM dan perencanaan pemenuhan SPM kesehatan
Diskusi dan tanya jawab

Sesi 2 1 x 45 menit

Pentingnya costing SPM


Diskusi dan tanya jawab

Ssi 3 1 x 45 menit

Praktek-praktek governance dalam servis standar pelayanan publik


bidang kesehatan
Diskusi dan tanya jawab

2. Proses Fasilitasi
1. Pengantar
a. Fasilitator melakukan pemetaan awal mengenai awareness dan knowledge peserta terkait dengan
konsep service standard dan SPM bidang kesehatan
b. Sampaikan kepada seluruh peserta pentingnya service standard dan SPM bidang kesehatan,
serta peran penting masing-masing pihak (Dinas Kesehatan, Puskesmas, Bappeda, Forum multi
stakeholder) dalam pencapaian SPM.
c. Fasilitator menyampaikan perkembangan terkini mengenai standar pelayanan minimal di
Indonesia.
d. Berikan gambaran mengenai desain kegiatan pendampingan secara utuh, termasuk output yang
diharapkan. Desain pelatihan terbagi menjadi 3 sesi. Dua jam pertama membahas secara umum
tentang konsep service standar, SPM bidang kesehatan serta pentingnya SPM dan perencanaan
pemenuhan SPM kesehatan. Dua jam berikutnya membahas secara garis besar tentang
pentingnya costing SPM dan praktek governance dalam service standar. Sesi pertama diawali
dengan presentasi materi 60 menit, dan diskusi 30 menit, sedang sesi kedua dan ketiga waktu
presentasi 30 menit, dan tanya jawab 15 menit.

2. Sesi I
a. Narasumber menjelaskan tentang konsep service standar, SPM bidang kesehatan serta
pentingnya SPM dan perencanaan pemenuhan SPM kesehatan dengan menggunakan presentasi
1.1 Service Standard Bidang Kesehatan
b. Diskusi dan tanya jawab materi modul 1.1.

3. Sesi II
a. Narasumber menjelaskan tentang pentingnya costing SPM dengan menggunakan presentasi 1.2
Pentingnya costing SPM

258

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

b. Diskusi dan tanya jawab materi presentasi 1.2.

4. Sesi III
a. Narasumber menjelaskan tentang praktek-praktek governance dalam service standar pelayanan publik
bidang kesehatan dengan menggunakan presentasi 1.3 Praktek governance dalam standar pelayanan
publik bidang kesehatan.
b. Diskusi dan tanya jawab materi presentasi I.3.

5. Penutup

Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

Tindak Lanjut
Setelah modul ini dilaksanakan, Kepala dinas dengan bantuan Fasilitator merancangkan SK untuk
pembentukan dan memberi tugas kepada Tim Penyusun SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

259

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

MODUL 2
Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM

Peserta yang Diundang


Anggota Tim Penyusun SPM serta narasumbernya dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, Bappeda, Forum Multi
Stakeholder (MSF).
Sebelum modul ini dilaksanakan, Tim Penyusun SPM perlu ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota atau Kepala
Dinas.

Persiapan Peserta
Peserta diminta bawa dokumen yang berikut ini kepada lokakarya:

260

Lembar kerja penyimpulan hasil pengolahan data (identifikasi) SPM untuk tahun-tahun sebelumnya

Contoh lembar Laporan Bulanan Puskesmas

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Contoh lembar PWS Puskesmas

Contoh format laporan mingguan surveilans

Contoh Rekapitulasi Harian Register Persalinan Dan Ibu Nifas

Contoh Kohort Kehamilan (atau rekapitulasi-nya)

Fasilitasi
1. Waktu lokakarya
Fasilitasi modul ini di program Kinerja biasa dilaksanakan dalam dua hari:
Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
Sesi 1 4 x 45 menit

Identifikasi capaian SPM per-indikator


Latihan mengidentifikasi capaian SPM
Reporting out hasil latihan

Sesi 2 2 x 45 menit

Data relevan untuk mengidentifikasi capaian SPM


Formulir dan tally-sheet relevant
Diskusi dan tanya jawab

Sesi 3 2 x 45 menit

Teknik pengumpulan data (collecting)


Diskusi dan tanya jawab

Hari II:
Sesi 1 4 x 45 menit

Latihan mengidentifikasi data relevan untuk menghitung capaian SPM


Reporting out hasil latihan

Sesi 2 4 x 45 menit

Metode pengolahan data


Penyimpulan hasil pengumpulan data
Mengetahui data capaian kinerja SPM terkini
Latihan dan reporting out

2. Proses fasilitasi
1. Pengantar
a) Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya peranan data dalam perhitungan
capaian SPM kesehatan. Agar dapat memperoleh data yang baik, penting untuk dibahas mengenai
jenis data, metode pengumpulan data dan pengolahan data.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

261

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari.Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah identifikasi capaian SPM per-indikator, data relevan untuk mengidentifikasi capaian SPM,
serta formulir, tally-sheet relevant dan teknik pengumpulan data. Hari kedua diawali dengan
berlatih mengidentifikasi data relevan untuk menghitung capaian SPM, dan dilanjutkan dengan
pemaparan materi tentang metode pengolahan data, penyimpulan hasil pengumpulan data, dan
mengetahui data capaian kinerja SPM terkini.

2. Hari I
1) Sesi 1:
a. Narasumber menjelaskan tentang identifikasi capaian SPM per-indikator dengan presentasi 2.1
Identifikasi capaian SPM per-indikator.
b. Diskusi dan tanya jawab materi presentasi 2.1.
c. Latihan mengidentifikasi capaian SPM. Minta peserta secara berkelompok menghitung
pencapaian SPM untuk masing-masing indikator SPM. Gunakan data riil dari hasil pencatatan.
Sebagai alat bantu dapat menggunakan template spreadsheet excel seperti dicontohkan pada
Templat 2.2 Penghitungan capaian SPM Kabupaten.
d. Pemaparan hasil latihan kelompok. Minta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil
latihan. Kelompok lain menanggapi, narasumber mereview.
2) Sesi II:
a. Narasumber menjelaskan tentang data relevan untuk mengidentifikasi capaian SPM, serta
formulir dan tally-sheet relevant dengan presentasi 2.3 Data Relevan Untuk Mengidentifikasi
Capaian Indikator SPM.
b. Diskusi dan tanya jawab materi sesi 2.
3) Sesi III
a. Narasumber menjelaskan tentang Teknik pengumpulan data (collecting) dengan presentasi 2c
Teknik Pengumpulan Data.
b. Diskusi dan tanya jawab materi sesi 3.

3. Hari II
1) Sesi I:
a. Latihan identifikasi data relevan untuk menghitung capaian SPM. Peserta secara berkelompok

262

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

diminta untuk mendikusikan jenis data yang diutuhkan untuk menghitung pencapaian SPM
beserta cara pengumpulannya, dengan menggunakan Templat 2.5 Formulir identifikasi data
relevan untuk penghitungan pencapaian SPM.
b. Reporting out hasil latihan. Secara bergiliran minta kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, kelompok lain memberi komentar, dan direview oleh narasumber.
2) Sesi II
a. Narasumber menjelaskan tentang Metode pengolahan data dan penyimpulan hasil dengan
presentasi 2.6.
b. Narasumber memberi contoh penyajian hasil pengolahan data yang menunjukkan data capaian
kinerja SPM terkini. Sebagai alat bantu dapat menggunakan template SPM excel seperti
templat 2.7 Penyimpulan hasil pengolahan data Penghitungan capaian SPM Kabupaten.
c. Diskusi dan tanya jawab materi sesi II
d. Latihan pengolahan data. Peserta secara berkelompok diminta untuk melakukan pengolahan
data dan menyimpulkan hasil pengolahan data.
e. Pemaparan hasil latihan kelompok. Secara bergiliran minta kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya, kelompok lain memberi komentar, dan direview oleh narasumber.

4. Penutup
1) Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

3. Lampiran Terkait

Formulir dan tally-sheet yang relevan untuk pengumpulan data SPM di Lampiran D

4. Templat (contoh form) di CD


Templat 2.2 Penghitungan capaian SPM Kesehatan

Templat 2.5 Formulir identifikasi data relevan untuk penghitungan pencapaian SPM

Templat 2.7 Penyimpulan hasil pengolahan data

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

263

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

MODUL 3
Analisis Gap: Capaian Terkini
vs Target Nasional

Peserta yang Diundang


Anggota Tim Penyusunan SPM serta nara sumbernya dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, Bappeda, Forum
Multi Stakeholder.

Persiapan Peserta
1. Peserta harus sama dengan modul sebelumnya agar siap untuk langkah berikut.
2. Pastikan bahwa peserta membawa data pencapaian SPM tahun sebelumnya, serta data lain yang
diperlukan:
a. Laporan pencapaian SPM tahun sebelumnya
b. Laporan tahunan Puskesmas
c. Profil Puskesmas
3. Peserta yang tidak mampu menggoperasikan excel harus kerja bersama peserta yang bisa.

264

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Fasilitasi
1. Waktu fasilitasi

Dua hari
1. Peserta harus sama dengan modul sebelumnya agar siap untuk langkah berikut.
2. Pastikan bahwa peserta membawa data pencapaian SPM tahun sebelumnya, serta data lain yang
diperlukan:
a. Laporan pencapaian SPM tahun sebelumnya
b. Laporan tahunan Puskesmas
c. Profil Puskesmas
Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
3 x 45 menit

Target SPM nasional normatif


Capaian eksisting SPM daerah
Gap SPM nasional vs lokal/daerah
Diskusi dan tanya jawab

2x 45 menit

Latihan: mengidentifikasi gap capaian eksisting SPM dengan target


SPM nasional dan lokal/daerah
Reporting out hasil latihan

3 x 45 menit

Teknik identifikasi faktor kesenjangan


Diskusi dan tanya jawab

Hari II:
8 x 45 menit

Latihan identifkasi faktor penyebab kesenjangan dan menentukan faktor


utama penyebab kesenjangan
Reporting out hasil latihan

2. Proses fasilitasi

Hari I
1. Pengantar
a. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu melakukan identifikasi faktor penyebab kesenjangan antara
pencapaian SPM existing dengan target nasional maupun daerah.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

265

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

b. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah target SPM nasional normatif, capaian eksisting SPM daerah, gap SPM nasional vs lokal/
daerah dan teknik identifikasi faktor kesenjangan. Hari kedua diisi dengan latihan mengidentifikasi
faktor penyebab kesenjangan pencapaian SPM yang ada dan menentukan faktor utama penyebab
kesenjangan.
2. Sesi 1
a. Narasumber menjelaskan tentang Target SPM nasional normatif, capaian eksisting SPM daerah,
Gap SPM nasional vs lokal/daerah, dengan menggunakan powerpoint pada Presentasi 3.1 Gap
pencapaian SPM - Target nasional vs capaian eksisting daerah.
b. Diskusi dan tanya jawab
3. Sesi 2
a. Peserta diminta untuk mengidentifikasi gap capaian eksisting SPM dengan target SPM nasional
dan lokal/daerah (menggunakan data hasil latihan pada bab sebelumnya). Sebagai alat bantu
dapat menggunakan lembar kerja yang tersedia pada Templat 3.2 Lembar kerja Identifikasi gap
capaian eksisting SPM dengan target SPM.
b. Pemaparan hasil latihan.
4. Sesi 3
a. Narasumber menjelaskan Teknik identifikasi faktor kesenjangan dengan menggunakan presentasi
3.3 Teknik Identifikasi Faktor Kesenjangan dan Faktor Utama Penyebab Kesenjangan.
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Hari 2
a. Latihan identifkasi faktor penyebab kesenjangan dan menentukan faktor utama penyebab
kesenjangan. Sebagai acuan telah disediakan contoh template untuk melakukan Latihan
identifkasi faktor penyebab kesenjangan, pada Template 3.4 untuk identifikasi faktor penyebab
kesenjangan. Peserta secara berkelompok diminta melakukan analisis faktor yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan antara target nasional SPM dengan pencapaian daerah dari Latihan
identifkasi faktor penyebab kesenjangan daerah saat ini. Narasumber memantau proses diskusi
dan mengarahkan jika ada proses yang kurang sesuai.
b. Pemaparan hasil latihan. Secara bergiliran minta setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di
kelomponya. Kelompok lain membahas, nara sumber mereview.

266

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

6. Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

3. Tugas peserta
1. Minta peserta untuk melakukan entry data pencapaian dan target SPM ke dalam lembar kerja excel
(lembar kerja tersedia).
2. Pandu peserta untuk melakukan tabulasi dan membuat grafik
3. Minta peserta untuk mengidentifikasi gap antara capaian SPM terkini dengan target nasional/derah,
dengan cara membandingkan target SPM normatif dengan capaian SPM saat ini. Bisa dipandu dengan
melihat jaring laba-laba, yaitu jika layer bagian belakang masih terlihat berarti pada indikator tersebut
masih ada gap.
4. Minta peserta untuk merekap indikator SPM yang masih terjadi gap.
5. Minta peserta untuk mengidentifikasi faktor penyebab dari setiap indikator yang masih bermasalah dan
menentukan akar penyebab yang dominan dengan menggunakan teknik analisis penyebab yang telah
dijelaskan. Contoh lembar kerja tersedia.
6. Seluruh proses tersebut dapat dilakukan dengan alat bantu lembar flipchart, whiteboard, kertas meta
plan, maupun menggunakan komputer secara langsung.

4. Templat di CD
Templet 3.2 Lembar kerja Identifikasi gap capaian eksisting SPM dengan target SPM.
Templet 3.4 Contoh untuk identifikasi faktor penyebab kesenjangan.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

267

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

MODUL 4
Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi
untuk Memenuhi Gap

Peserta yang Diundang


Anggota tim penyusunan rencana pemenuhan SPM serta nara sumbernya dari Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Bappeda, Forum Multi Stakeholder)

Persiapan untuk Training

268

Pastikan bahwa Puskesmas telah melakukan tahap identifikasi penyebab masalah.

Jelaskan kepada Puskesmas tentang tujuan dan output kegiatan.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Fasilitasi
1. Waktu Training

Dua hari
Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
Sesi 1.2 x 45 menit

Faktor sukses pendukung pencapaian pemenuhan SPM


Diskusi dan tanya jawab

Sesi 2.2 x 45 menit

Kebijakan dan peraturan daerah yang mendukung pencapaian SPM


Kebijakan program dan budgeting pendukung pencapaian SPM
Diskusi dan tanya jawab

Sesi 3.4 x 45 menit

Teknis identifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM


Diskusi dan tanya jawab
Latihan Teknis identifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM
Reporting out hasil latihan kelompok

Hari II
Sesi 1 3 x 45 menit

Teknik prioritisasi kegiatan pemenuhan SPM


Diskusi dan tanya jawab
Latihan melakukan prioritas kegiatan
Reporting out hasil latihan kelompok

Sesi 2.2 x 45 menit

Kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM


Diskusi dan tanya jawab
Latihan melakukan kategorisasi kegiatan
Reporting out hasil latihan kelompok

Sesi 3.2 x 45 menit

Kegiatan dan sumber pembiayaan


Diskusi dan tanya jawab
Latihan identifikasi sumber pembiayaan bagi kegiatan yang telah
disusun
Reporting out hasil latihan kelompok

Sesi 4.1 x 45 menit

Rekomendasi praktek governance


Diskusi dan tanya jawab

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

269

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

2. Proses fasilitasi
a. Pengantar

Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu menyusun programpencapaian SPM

Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama
2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang
akan dibahas adalah faktor sukses pendukung pencapaian pemenuhan SPM, , kebijakan dan
peraturan daerah yang mendukung pencapaian SPM termasuk kebijakan program dan budgeting
pendukung pencapaian SPM, dan teknis identifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM. Hari
kedua membahas tentang teknik prioritisasi kegiatan, kegiatan rutin dan terobosan pemenuhan
SPM,kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM, sumber pembiayaan, dan rekomendasi
praktek governance.

b. Hari 1
Sesi1:

Narasumber menjelaskan tentang Faktor sukses pendukung pencapaian pemenuhan SPM


dengan menggunakan Presentasi 4.1 Faktor Sukses Pendukung Pencapaian Pemenuhan SPM.

Diskusi dan tanya jawab.

Sesi 2:

Narasumber menjelaskan tentang Kebijakan dan peraturan daerah yang mendukung pencapaian
SPM serta dengan menggunakan Presentasi 4.2 Kebijakan dan Peraturan Daerah yang
Mendukung Pencapaian SPM.

Diskusi dan tanya jawab.

Sesi 3:

Narasumber menjelaskan tentang Teknis identifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM
dengan menggunakan Presentasi 4.3 Teknis Identifikasi Program Dan Kegiatan Pemenuhan SPM.

Diskusi dan tanya jawab.

Peserta secara berkelompok diminta melakukan identifikasi program dan kegiatan pemenuhan
SPM sesuai dengan situasi dan kondisi masing masing wilayah. Pada saat melakukan
identifikasi program dan kegiatan, peserta diminta untuk mempergunakan hasil analisis
penyebab kesenjangan yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai alat bantu diskusi dapat
mempergunakankertas flipchart, kertas plano dan metaplan. Narasumber memantau proses

270

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

diskusi di setiap kelompok dan memberi arahan jika proses diskusi belum sesuai. Untuk membantu
proses diskusi dapat menggunakan Templat 4.4 untuk mengidentifikasi program dan kegiatan
pemenuhan SPM.

Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.

c) Hari II
Sesi 1:

Narasumber menjelaskan tentang Teknik prioritisasi kegiatan pemenuhan SPM dengan


menggunakan Presentasi 4.5 Teknik Prioritas.

Diskusi dan tanya jawab

Peserta secara berkelompok berlatih melakukan prioritas kegiatan. Sesuai dengan hasil
diskusi kelompok dari sesi sebelumnya yang berisi alternatif program dan kegiatan yang telah
dikategorisasikan, minta kelompok untuk melakukan prioritas kegiatan. Gunakan teknik prioritas
seperti yang dijelaskan narasumber.Narasumber memantau proses diskusi, dan mengarahkan
proses yang kurang sesuai. Sebagai alat bantu diskusi dapat menggunakan Templat 4.6 untuk
melakukan prioritas kegiatan pemenuhan SPM.

Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.

Sesi 2:

Narasumber menjelaskan tentang Kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM dengan
menggunakan Presentasi 4.7 Kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM.

Diskusi dan tanya jawab.

Peserta secara berkelompok berlatih menyusun kategorisasi kegiatan. Sesuai dengan hasil diskusi
kelompok dari sesi sebelumnya yang berisi alternatif program dan kegiatan minta kelompok
untuk melakukan kategorisasi kegiatan, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan akselerasi/kinovatif.
Narasumber memantau proses diskusi, dan mengarahkan proses yang kurang sesuai.

Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.

Sesi 3:

Narasumber menjelaskan tentang Kegiatan dan sumber pembiayaan dengan menggunakan


Presentasi 4.8 Kegiatan dan sumber pembiayaan.

Diskusi dan tanya jawab.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

271

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

Peserta secara berkelompok berlatih menyusun rancangan sumber pembiayaan kegiatan.


Berdasarkan hasil diskusi sebelumnya tentang proritas kegiatan, minta kembali kelompok untuk
melengkapi rancangan sumber pembiayaan untuk masing-masing kegiatan.

Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.

Sesi 4:

Narasumber menjelaskan tentang Rekomendasi praktek governance.

Diskusi dan tanya jawab.

d) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

3. Kegiatan Pendampingan
a) Bagi Puskesmas:

Pandu Puskesmas untuk melakukan diskusi merumuskan alternatif pemecahan berdasarkan hasil
analisis penyebab kesenjangan yang telah disusun pada langkah sebelumnya.

Lakukan prioritas kegiatan.

Kategorikan berbagai alternatif kegiatan tersebut menjadi kegiatan rutin dan kegiatan akselerasi.

Lakukan identifikasi sumber pembiayaan yang memungkinkan untuk mendanai kegiatan yang
disusun.

b) Bagi Dinas Kesehatan:


Minta Dinas Kesehatan mengidentifikasi peraturan daerah terkait dengan pelaksanaan SPM
kesehatan.

Jika ditemukan masih ada kekosongan kebijakan, minta daerah untuk segera menyusun draf
usulan kebijakan atau peraturan terkait implementasi SPM kesehatan.

4. Templat di CD
Templat 4.4 untuk mengidentifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM.
Templat 4.6 untuk melakukan prioritas kegiatan pemenuhan SPM.

272

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

MODUL 5
Costing dan Pembiayaan Kegiatan
Pemenuhan SPM

Peserta yang Diundang


Anggota tim penyusunan rencana pemenuhan SPM serta nara sumbernya dari Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Bappeda, Forum Multi Stakeholder).

Fasilitasi
1. Waktu Training

Dua hari
Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
Sesi 1.2 x 60 menit

Kegiatan SPM dan sumber pembiayaan.


Penyepakatan unit cost daerah.
Diskusi dan tanya jawab.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

273

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

Sesi 2.2 x 60 menit

Mekanisme perencanaan pembiayaan SPM bidang kesehatan.


Diskusi dan tanya jawab.

Sesi 3.3 x 60 menit

Pembiayaan SPM kesehatan (pembiayaan aktivitas, indikator dan


layanan).
Diskusi dan tanya jawab.
Latihan menghitung kebutuhan biaya kegiatan pemenuhan SPM (biaya
aktivitas, biaya indikator, biaya layanan, dan total biaya SPM).

Hari II:
Sesi 1.5 x 60 menit

Reporting out hasil sementara latihan kelompok.


Melanjutkan Latihan menghitung kebutuhan biaya kegiatan.pemenuhan
SPM (biaya aktivitas, biaya indikator, biaya layanan, dan total biaya
SPM).
Reporting out hasil latihan kelompok.

Sesi 2.2 x 60 menit

Skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun jamak.


Latihan menyusun skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun jamak.
Reporting out hasil latihan kelompok.

2. Proses fasilitasi
1. Pengantar
a. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu menyusun pembiayaan kegiatan pencapaian SPM.
b. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah konsep unit cost daerah dan mekanisme perencanaan pembiayan SPM. Dijelaskan
pula teknis perhitungan pembiayaan SPM total yang teridiri dari pembiayaan aktivitas, indikator,
dan layanan. Hari kedua diisi dengan latihan menyusun perencanaan pembiayaan SPM, serta
penyusunan skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun jamak.
Pemaparan materi Hari I
2. Sesi 1:
a. Narasumber menjelaskan tentang Kegiatan SPM dan sumber pembiayaannya, serta
Penyepakatan unit cost daerah dengan Presentasi 5.1 Pembiayaan SPM, prinsip costing, serta
penyepakatan unit cost daerah.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Narasumber menjelaskan tentang Mekanisme perencanaan pembiayaan SPM bidang kesehatan.

274

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

d. Diskusi dan tanya jawab


3. Sesi 2:
a. Narasumber menjelaskan tentang Pembiayaan SPM kesehatan (pembiayaan aktivitas, indikator
dan layanan) dengan memakai Presentasi 5.2 Pembiayaan SPM kesehatan (costing aktivitas,
costing indikator dan costing layanan) serta Templat 5.3 Latihan menghitung kebutuhan biaya
kegiatan pemenuhan SPM.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Peserta secara berkelompok berlatih menghitung kebutuhan biaya kegiatan pemenuhan SPM
(biaya aktivitas, biaya indikator, biaya layanan, dan total biaya SPM).
Pemaparan materi hari II
4. Sesi 1:
a. Review hasil sementara latihan kelompok. Beberapa kelompok diminta memaparkan hasilnya.
b. Melanjutkan latihan menghitung kebutuhan biaya kegiatan pemenuhan SPM (biaya aktivitas, biaya
indikator, biaya layanan, dan total biaya SPM).
5. Sesi 2
a. Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok
b. Narasumber menjelaskan tentang Skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun jamak
c. Secara berkelompok peserta diminta berlatih menyusun skenario pemenuhan pembiayaan SPM
tahun jamak.
d. Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok.
6. Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

3. Kegiatan Pendampingan
a) Bahan Penunjang
1. Dokumen hasil analisis situasi, penyusunan alternatif solusi dan prioritas program/kegiatan
2. Bahan bacaan terkait: kepmenkes 317 tahun 2009, ketetapan mengenai standar biaya umum yang
berlaku di daerah setempat
3. Hasil perhitungan unit cost kesepakatan daerah
4. Template perhitungan biaya (tersedia)

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

275

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

b) Persiapan Puskesmas
1. Pandu Puskesmas melakukan costing, mulai dari indikator I dalam SPM bidang kesehatan hingga
indikator terakhir.
2. Pandu Puskesmas mengisi template perhitungan biaya sesuai dengan data masing-masing. Ikuti
langkah panduan yang terdapat pada petunjuk teknis.

4. Templat di CD
Templat 5.3 Latihan menghitung kebutuhan biaya kegiatan pemenuhan SPM

276

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

MODUL 6
Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan SPM
dalam Perencanaan dan Penganggaran

Peserta yang Diundang


Anggota tim penyusunan rencana pemenuhan SPM serta nara sumbernya dari Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Bappeda, Forum Multi Stakeholder)

Persiapan untuk Training


Pastikan Dinas Kesehatan dan Puskesmas telah mempunyai seluruh dokumen yang dibutuhkan:

Dokumen PTP Puskesmas

Bahan bacaan terkait: Permendagri No. 54 Tahum 2010

Dokumen Renja Dinas Kesehatan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

277

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

Dokumen Renstra Dinas Kesehatan

Dokumen RKPD Kabupaten/kota

Dokumen RPJMD Kabupaten/kota


Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
Sesi 1 2 x 60 menit

Integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam


dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD)
Diskusi dan tanya jawab

Sesi 2 2 x 60 menit

Latihan integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam


dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD)
Reporting out hasil latihan

Sesi 3 3 x 60 menit

Integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam


perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA PPAS)
Latihan integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA PPAS)
Reporting out hasil latihan

Hari II:
Sesi 1 2 x 60 menit

Integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam


dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)
Diskusi dan tanya jawab

Sesi 2 3 x 60 menit

Latihan integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam


dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)

Sesi 3 2 x 60 menit

Reporting out hasil latihan

Hari III:
Sesi 1 2 x 60 menit

Integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam


perencanaan tahunan SKPD (Renja dan RKA)
Diskusi dan tanya jawab

Sesi 2 3 x 60 menit

Latihan Integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam


perencanaan tahunan SKPD (Renja, RKA dan DPA)

Sesi 3 2 x 60 menit

Reporting out hasil latihan

2. Proses fasilitasi
1. Pengantar

Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan SPM dalam
perencanaan dan penganggaran daerah dan SKPD.

278

Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 3 hari,

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan
lima tahunan daerah (RPJMD) dan integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA PPAS). Hari kedua diisi dengan mengintegrasikan
hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan lima tahunan SKPD
(renstra), dan hari ketiga dilanjutkan dengan mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan
pemenuhan SPM dalam perencanaan tahunan SKPD (Renja dan RKA).

b) Pemaparan materi Hari I


Narasumber menjelaskan tentang Integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD),

Diskusi dan tanya jawab

Peserta diminta berlatih mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD) secara berkelompok

Kelompok yang terpilih diminta memaparkan hasil kerja kelompok. Kelompok lain diminta
mereview. Nara sumber menambahkan penjelasan yang dianggap perlu.

dengan,
Presentasi 6.1 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam RPJMD
Presentasi 6.2 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Perencanaan
Tahunan Daerah
Presentasi 6.3 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Dokumen
Perencanaan Lima Tahunan SKPD
Presentasi 6.4 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Perencanaan
Tahunan SKPD

c) Pemaparan materi hari II


Narasumber menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)

Peserta diminta berlatih mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

279

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

Kelompok yang terpilih diminta memamarkan hasil kerja kelompok. Kelompok lain diminta
mereview. Nara sumber menambahkan penjelasan yang dianggap perlu.

d) Pemaparan materi hari III


Narasumber menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)

Peserta diminta berlatih mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)

Kelompok yang terpilih diminta memaparkan hasil kerja kelompok. Kelompok lain diminta
mereview. Nara sumber menambahkan penjelasan yang dianggap perlu.

e) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

3. Kegiatan Pendampingan

a) Kegiatan pendampingan

Pandu Puskesmas melakukan costing, mulai dari indikator I dalam SPM bidang kesehatan hingga
indikator terakhir.

Pandu Puskesmas mengisi template perhitungan biaya sesuai dengan data masing-masing. Ikuti
langkah panduan yang terdapat pada petunjuk teknis.

280

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

MODUL 7
Teknik Monitoring dan Evaluasi
serta Laporan Kinerja SPM

Peserta yang Diundang


Anggota tim penyusunan rencana pemenuhan SPM dan pihak dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, Bappeda
dan Sekda yang dilibatkan dalam proses penyusunan rencana-rencana dan anggaran daerah, serta Forum
Multi Stakeholder).

Persiapan
Sebaiknya ada rapat calon peserta sebelum training untuk membahas data tentang pencapaian SPM
(termasuk pencapaian tahun terakhir) yang perlu dikumpulkan untuk dipakai dalam training.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

281

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

Fasilitasi
1. Waktu

Dua hari
Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
Sesi 1 2 x 60 menit

Monitoring dan evaluasi penerapan SPM


Diskusi dan tanya jawab

Sesi 2 2 x 60 menit

Menyusun pelaporan SPM


Diskusi dan tanya jawab

Sesi 3 3 x 60 menit

Review mekanisme monitoring dan evaluasi serta pelaporan SPM


kesehatan selama ini
Perancangan mekanisme monitoring dan evaluasi serta pelaporan SPM
kesehatan

Hari II:
Sesi 1 3 x 60 menit

Latihan kelompok: Penyusunan rencana monev


Reporting out hasil latihan

Sesi 2 4 x 60 menit

Latihan kelompok: menyusun laporan penerapan SPM


Reporting out hasil latihan

2. Proses fasilitasi
a) Pengantar

Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu melakukan monitoring dan evaluasi serta menyusun laporan
penerapan SPM bidang kesehatan

Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah mekanisme monev dan penyusunan laporan penerapan SPM. Hari kedua diisi dengan
latihan dan diskusi tentang 2 topik tersebut.

b) Pemaparan materi Hari I


Narasumber menjelaskan tentang monitoring dan evaluasi SPM dengan Presentasi 7.1
Mekanisme Monitoring Dan Evaluasi.

282

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Diskusi dan tanya jawab.

Narasumber menjelaskan tentang penyusunan laporan penerapan SPM dengan Presentasi 7.2
Penyusunan Laporan SPM serta templat laporan umum (dari Kemendagri) dan templat laporan
khusus (dari Kemenkes) di Lampiran D.

Diskusi dan tanya jawab.

Review dan diskusi pelaksanaan monev dan pelaporan SPM.

c) Kegiatan hari II

Minta peserta untuk berlatihan menyusun dan melaksanakan monev

Peserta yang ditunjuk memaparkan hasil latihan

Minta peserta untuk berlatih menyusun laporan penerapan SPM

Peserta yang ditunjuk memaparkan hasil latihan

d) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

3. Lampiran yang terkait


Lihat Lampiran D untuk templat:

Templat Penyusunan Laporan Umum Tahunan Penerapan dan Pencapaian SPM

Kuesioner Kuantitatif Monitoring Pencapaian SPM

Evaluasi Penyelenggaraan SPM

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

283

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

MODUL 8
Praktek yang Baik dalam Penerapan
Standar Pelayanan

Peserta yang Diundang


Ada dua kelompok sasaran modul training ini, yaitu, pihak yang melaksanakan bagian dari rencana
pemenuhan SPM dan pihak yang dapat belajar dari pengalaman upaya pemenuhan SPM untuk scaling up.

Persiapan
a) Dokumen daerah yang mendukung latihan
Materi presentasi yang berupa success story dari pengalaman perencanaan pemenuhan SPM kesehatan.

Materi presentasi yang berupa aktivitas yang dilakukan selama ini dalam pemenuhan pencapaian SPM
kesehatan.

284

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

b) Koorindasi dengan provinsi dan kementerian


Adakan pertemuan di level propinsi atau nasional untuk membahas kegiatan scaling up. Pertemuan ini
dapat dilaksanakan bersama daerah lain yang mau scaling up atau mau promosikan keberhasilannya
kepada daerah lain. Di pertemuan tersebut:

Paparkan keberhasilan dan proses untuk mencapai keberhasilan, sehingga daerah lain termotivasi dan
terinspirasi untuk melakukan hal yang sama.

Minta pihak yang terlibat untuk memberikan testimoni keberhasilannya, dan ajak daerah lain untuk
melakukan hal yang sama. Tawarkan bahwa di daerah mitra KINERJA telah memiliki tenaga ahli lokal
yang siap membantu daerah lain jika hendak menerapkan pendekatan serupa.

Fasilitasi
1. Waktu

Dua hari
Waktu

Pokok Bahasan

Hari I:
Sesi 1 2 x 60 menit

Indikasi praktek baik (Good Practices/GP) penerapan SPM


Good Practices dan kinerja pelayanan
Diskusi dan tanya jawab

Sesi 2 2 x 60 menit

Teknik praktis scale-up (perluasan)


Diskusi dan tanya jawab

Sesi 3 3 x 60 menit

Review penerapan SPM bidang kesehatan di daerah, dan menyusun


rencana penerapan good practice bagi akselerasi pencapaian SPM
Pemaparan hasil diskusi

2. Proses fasilitasi
a) Pengantar

Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampumengidentifikasi dan mencontoh pelaksanaan praktek yang baik
dalam penerapan servis standar, serta merumuskan strategi untuk scaling up kegiatan.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

285

LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan


Fasilitasi dan Training

Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 1 hari,
dengan alokasi waktu 8 x 45 menit, dengan sistematika pembahasan yang pertama adalah tentang
good practices penerapan SPM, dilanjutkan dengan keterkaitan antara good practices dengan
kinerja pelayanan, dan diakhiri dengan teknik scaling up.

b) Pemaparan materi Sesi 1


Narasumber menjelaskan tentang Indikasi praktek baik penerapan SPM dan dan kinerja pelayanan
dengan menggunakan Presentasi 8.1 Good Practices dan kinerja pelayanan.

Diskusi dan tanya jawab.

c) Pemaparan materi Sesi 2:


Narasumber menjelaskan tentang teknik praktis scale-up (perluasan) dengan menggunakan


Presentasi 8.2 Teknik praktis scale-up.

Diskusi dan tanya jawab.

d) Pemaparan materi Sesi 3:


Peserta secara berkelompok diminta melakukan review penerapan SPM bidang kesehatan di
daerah, dan menyusun rencana penerapan good practice bagi akselerasi pencapaian SPM.

Kelompok yang terpilih diminta menyajikan hasil reviewnya.

e) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.

286

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN D
DEFINISI OPERASIONAL DAN FORMULA
PERHITUNGAN INDIKATOR SPM DAN
PENJELASANNYA
Definisi operasional dan formula perhitungan indikator SPM dan penjelasannya
dari Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008
No
1

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula

Cakupan
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah
Kunjungan
cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh
Ibu Hamil K4 pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

Jumlah Ibu Hamil yang


memperoleh pelayanan
antenatal K4 di satu
wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu

X 100%
Ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan
Jumlah sasaran ibu
pelayanan antenatal sesuai standar paling
hamil di satu wilayah
sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
kerja dalam kurun
pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu
waktu yang sama
kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
Penyebut:
Pembilang:
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan.
Jumlah ibu
Jumlah sasaran
hamil
yang
telah
ibu hamil di satu
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah
wilayah kerja
memperoleh
pelayanan yang mencakup minimal :
dalam kurun
pelayanan
Timbang badan dan ukur tinggi badan,
antenatal sesuai waktu yang
Ukur tekanan darah,
standar minimal sama.
Skrining status imunisasi tetanus (dan
Jumlah sasaran
4 kali di satu
pemberian Tetanus Toksoid),
Ibu Hamil
wilayah kerja
(ukur) tinggi fundus uteri,
dihitung melalui
pada kurun
Pemberian tablet besi (90 tablet selama
waktu tertentu. estimasi dengan
kehamilan),
rumus : 1,10
temu wicara (pemberian komunikasi
x Crude Birth
interpersonal dan konseling),
Rate x Jumlah
Test laboratorium sederhana (Hb, Protein
Penduduk (pada
urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg,
tahun yang
Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
sama).

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

287

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No
2

Indikator
SPM
Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani

Definisi Operasional
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
adalah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
mendapat penanganan definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan
pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat
mengancam jiwa ibu dan/atau bayi.
Komplikasi dalam kehamilan : a) Abortus,
b) Hiperemesis Gravidarum, c) perdarahan
per vaginam, d) Hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia), e) kehamilan lewat
waktu, f) ketuban pecah dini.
Komplikasi dalam persalinan : a) Kelainan letak/
presentasi janin, b) Partus macet/ distosia, c)
Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), d) perdarahan pasca persalinan, e)
Infeksi berat/ sepsis, f) kontraksi dini/persalinan
prematur, g) kehamilan ganda.
Komplikasi dalam Nifas : a) Hipertensi dalam
kehamilan (preeklampsia, eklampsia), b) Infeksi
nifas, c) perdarahan nifas.
Ibu hamil, ibu bersalin dan nifas dengan
komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil,
bersalin dan nifas dengan komplikasi yg
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK);

288

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Formula
Jumlah Komplikasi
kebidanan yang
mendapat penanganan
definitif di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
tertentu
Jumlah Ibu dengan
komplikasi kebidanan
di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg
sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
komplikasi
kebidanan di
satu wilayah
tertentu yang
mendapat
penanganan
definitif pada
kurun waktu
tertentu.

Jumlah ibu
dgn komplikasi
kebidanan di
satu wilayah
kerja pada kurun
waktu yang
sama.
Perhitungan
jumlah Ibu dgn
komplikasi
kebidanan di
satu wilayah
kerja pada kurun
waktu yang
sama: dihitung
berdasarkan
angka estimasi
20% dari total
Ibu Hamil disatu
wilayah pada
kurun waktu
yang sama.
Total sasaran
Ibu Hamil
dihitung melalui
estimasi dengan
rumus : 1,10
x Crude Birth
Rate x Jumlah
Penduduk (pada
tahun yang
sama).

www.kinerja.or.id

No
3

Indikator
SPM
Cakupan
pertolongan
persalinan
oleh tenaga
kesehatan
yang
memiliki
kompetensi
kebidanan

Definisi Operasional

Formula

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
adalah Ibu bersalin yang mendapat pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan
persalinan dimulai pada kala I sampai dengan
kala IV persalinan.
Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan adalah tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar.

Cakupan
pelayanan
nifas

Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan


kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai
standar.
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan
42 hari pasca persalinan.

Jumlah ibu bersalin yang


ditolong oleh tenaga
kesehatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
tertentu
Jumlah seluruh sasaran
ibu bersalin di satu
wilayah kerja dalam kurun
waktu yang sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah ibu
bersalin yang

Jumlah seluruh
sasaran ibu

ditolong
oleh tenaga
kesehatan di
satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
tertentu.

bersalin di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang sama.
Jumlah seluruh
Ibu Bersalin
dihitung melalui
estimasi dengan
rumus : 1,05
x Crude Birth
Rate x Jumlah
Penduduk.

Jumlah ibu nifas yg


telah memperoleh 3 kali
pelayanan nifas sesuai
standar di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
tertentu

Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan Seluruh Ibu nifas di satu
wilayah kerja dalam kurun
kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam
waktu yg sama
pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II,
dan pada minggu ke VI termasuk pemberian
Vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau
pemasangan KB Pasca Persalinan.

X 100%

Dalam pelaksanaan pelayanan nifas dilakukan


juga pelayanan neonatus sesuai standar
sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir,
pada 3-7 hari dan pada -28 hari setelah lahir
yang dilakukan difasilitas kesehatan maupun
kunjungan rumah.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

289

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan
kesehatan neonatal dasar (ASI ekslusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali
pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak
diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi
hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir),
manajemen terpadu bayi muda.
Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari.

Cakupan
neonatus
dengan
komplikasi
yang
ditangani

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang


ditangani adalah neonatus dengan komplikasi
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
yang ditangani sesuai dengan standar oleh
tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana
pelayanan kesehatan.

Formula

Pembilang:
Jumlah ibu
nifas yang telah
memperoleh 3
kali pelayanan
nifas sesuai
standar di satu
wilayah kerja
pada kurun
waktu tertentu.

Penyebut:
Jumlah seluruh
ibu nifas di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.
Jumlah seluruh
Ibu Nifas di
hitung melalui
estimasi dengan
rumus: 1,05 x
Crude Birth Rate
(CBR) x Jumlah
Penduduk.

Jumlah neonatus
dengan komplikasi yang
tertangani
Jumlah seluruh neonatus
dengan komplikasi yang
ada

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
neonatus
dengan
komplikasi
yang tertangani
dari satu
wilayah kerja
pada kurun
waktu tertentu
di sarana
pelayanan
kesehatan.

Neonatus dengan
komplikasi yang
ada di satu
wilayah kerja
pada kurun waktu
yang sama di
sarana pelayanan
kesehatan.
Perhitungan
sasaran
neonatus dengan
komplikasi:
dihitung 15% dari
jumlah bayi baru
lahir.
Jika tidak diketahui
jumlah bayi baru
lahir maka dapat
dihitung dari
CBR x jumlah
penduduk.

290

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No
6

Indikator
SPM
Cakupan
kunjungan
bayi

Definisi Operasional

Formula

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi


yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan standar oleh dokter, bidan, dan perawat
yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling
sedikit 4 kali disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Bayi adalah anak berumur 29 hari-11 bulan
Cakupan kunjungan bayi adalah Cakupan
kunjungan bayi umur 29 hari 11 bulan di
sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit)
maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan
anak, panti asuhan dan sebagainya melalui
kunjungan petugas.
Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan
minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3
bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada
umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.
Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3,
Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi
dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi.

Jumlah bayi memperoleh


pelayanan kesehatan
sesuai standar di satu
wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
Jumlah seluruh bayi lahir
hidup dalam kurun waktu
yang sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
bayi yang
memperoleh
pelayanan
kesehatan
sesuai dengan
standar, paling
sedikit 4 kali di
satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
tertentu.

Seluruh bayi lahir


hidup di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu sama.
Jika tidak ada
data dapat
digunakan angka
estimasi jumlah
bayi lahir hidup
berdasarkan data
BPS atau
perhitungan
CBR x jumlah
penduduk

Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi:


konseling ASI eksklusif, pemberian makanan
pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan
dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS),
pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin
A kapsul biru pada usia 6 11 bulan.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

291

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No
7

Indikator
SPM
Cakupan
Desa/
Kelurahan
UCI

Definisi Operasional

Formula
Jumlah desa / kelurahan
UCI

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child


Immunization (UCI) adalah Desa/ Kelurahan
dimana 80% dari jumlah bayi yg ada di desa
tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
dalam waktu satu tahun.

Seluruh desa / kelurahan


Pembilang:

Penyebut:

UCI (Universal Child Immunization) adalah


tercapainya imunisasi dasar secara lengkap
pada bayi (0-11 bulan), Ibu hamil, WUS dan anak
sekolah tingkat dasar.

Jumlah Desa/
Kelurahan UCI
di satu wilayah
kerja pada
waktu tertentu.

Seluruh Desa/
Kelurahan di satu
wilayah kerja
dalam waktu
yang sama.

Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis


BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis
B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi
2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1
dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT.

X 100%

Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang


secara rutin dan terus menerus harus dilaksanakan
pada periode waktu yang telah ditetapkan,
berdasarkan kelompok usia sasaran dan tempat
pelayanan.
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang
tidak rutin dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah dari hasil pemantauan
atau evaluasi. Termasuk dalam kegiatan imunisasi
tambahan adalah: Backlog Fighting dan Crash
program.
Imunisasi dalam penanganan KLB adalah kegiatan
imunisasi yang disesuaikan dengan situasi
epidemiologis penyakit.
8

Cakupan
pelayanan
anak balita

Cakupan pelayanan anak balita adalah anak


balita (12 59 bulan) yang memperoleh
pelayanan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan.
Anak balita adalah anak berumur 12 - 59 bulan.
Setiap anak umur 12 - 59 bulan memperoleh
pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap
bulan, minimal 8 x dalam setahun yang tercatat

292

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Jumlah anak balita yang


memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan
minimal 8 kali di satu
wilayah kerja pada waktu
tertentu
Jumlah seluruh anak
balita disatu wilayah kerja
dalam waktu yg sama

X 100%

www.kinerja.or.id

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula

di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku


KIA/KMS, atau buku pencatatan dan pelaporan
lainnya.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan pertinggi/panjang badan (BB/TB).
Ditingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan
adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U)
setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos
PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman KanakKanak, serta Raudatul Athfal dll.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anakbalita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan untuk menentukan status
gizinya dan upaya tindak lanjut.
Pemantauan perkembangan meliputi penilaian
perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian,
pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Jika
ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak,
dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental
emosional, autisme serta gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas.

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah anak
balita (12 59
bulan) yang
memperoleh
pelayanan
pemantauan
pertumbuhan
minimal 8 kali di
satu wilayah kerja
pada waktu kurun
tertentu.

Jumlah seluruh
anak balita (12
59 bulan) di
satu wilayah
kerja dalam
kurun waktu
tertentu.

Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan


perkembangan harus dilakukan rujukan
kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki
kompetensi.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
setiap anak usia 12-59 bulan dilaksanakan
melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali
pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada
Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau
pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan
SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan,
ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan
petugas sektor lain yang dalam menjalankan
tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang anak.
Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000
IU) diberikan pada anak umur 12-59 bulan 2 kali
pertahun (bulan Februari dan Agustus).

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

293

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No
9

10

Indikator
SPM
Cakupan
pemberian
makanan
pendamping
ASI pada
anak usia 6
24 bulan
keluarga
miskin

Cakupan
balita gizi
buruk
mendapat
perawatan

Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI
pada anak usia 6 24 bulankeluarga miskin
adalah pemberian makanan pendamping ASI
pada anak usia 6 24 Bulan dari keluarga miskin
selama 90 hari.

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan


adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana
pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi
buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu Balita adalah anak usia di bawah 5 tahun
(anak usia 0 s/d 4 tahun 11 bulan) yang ada di
kabupaten/Kota.

Perawatan adalah perawatan sesuai tatalaksana gizi


buruk

294

Cakupan
balita gizi
buruk
mendapat
perawatan

Jumlah anak usia 6 24


bln keluarga miskin yg
mendapat MP ASI
Jumlah seluruh anak usia
6 24 bln keluarga miskin

Anak usia 6-24 bulan keluarga miskin adalah bayi


usia 6 11 bulan dan anak usia 6 24 bulan dari Pembilang:
keluarga miskin (GAKIN).
Jumlah anak
usia 6 24
Kriteria dan keluarga miskin ditetapkan oleh
bulan dari Gakin
pemerintah setempat (Kab/Kota).
yang mendapat
MP-ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi MP-ASI di satu
usia 6 11 bulan dan biskuit untuk anak usia 12
wilayah kerja
24 bulan
pada kurun
waktu tertentu.

Gizi buruk adalah status gizi menurut badan


badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan
Z-score <-3 dan atau dengan tanda-tanda
klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwasiorkor).

11

Formula

X 100%

Penyebut:
Jumlah seluruh
anak usia 6 24
bulan dari Gakin
di satu wilayah
kerja dalam
kurun waktu
yang sama.

Jumlah balita gizi buruk


mendapat perawatan
di sarana pelayanan
kesehatan disatu wilayah
kerja pada waktu tertentu
Jumlah seluruh balita gizi
buruk yang ditemukan
disatu wilayah kerja dalam
waktu yang sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah balita
gizi buruk
mendapat
perawatan
di sarana
pelayanan
kesehatan di
satu wilayah
kerja pada kurun
waktu tertentu.

Jumlah seluruh
balita gizi buruk
yang ditemukan
di satu wilayah
kerja pada kurun
waktu yang
sama.

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan


Jumlah murid SD dan
setingkat adalah cakupan siswa SD dan setingkat setingkat yang diperiksa
yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga
kesehatannya oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter
kesehatan atau tenaga
terlatih
kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu
X 100%
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah murid SD dan
Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
setingkat
adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan
gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula

penjaringan kesehatan terhadap murid kelas


1 SD dan MI yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan bersama guru, dokter kecil.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya
terpadu lintas program dan lintas sektor dalam
rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat
dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat
anak usia sekolah yang berada di sekolah.

Pembilang`:

Jumlah murid
kelas 1 SD
dan setingkat
yang diperiksa
kesehatannya
Sekolah Dasar setingkat adalah Sekolah Dasar
melalui
Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Sekolah Dasar
penjaringan
Luar Biasa, Madrasah Ibtidaiyah serta satuan
kesehatan
pendidikan keagamaan termasuk Ponpes baik
oleh tenaga
jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
kesehatan
atau tenaga
Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis,
terlatih (guru
keperawatan atau petugas Puskesmas lainnya
yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/ UKS/dokter
kecil) disatu
UKGS.
wilayah kerja
Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru
pada kurun
yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di
waktu tertentu.
sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS.

Penyebut:
Jumlah murid
kelas 1 SD dan
setingkat disatu
wilayah kerja
pada kurun
waktu yang
sama.

Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah


yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan
5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan
pelatihan dokter kecil.
12

Cakupan
peserta
Keluarga
Berencana
(KB) aktif

Cakupan peserta KB aktif adalah jumlah peserta


KB aktif dibandingkan dengan jumlah Pasangan
Usia Subur (PUS) di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia
Subur yang salah satu pasangannya masih
menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi
oleh alat kontrasepsi tersebut.
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan
suami Isteri, yang istrinya berusia 15 49
tahun.
Angka Cakupan Peserta KB aktif menunjukkan
Tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para
Pasangan Usia Subur (PUS).

www.kinerja.or.id

Jumlah PUS yang


menggunakan
kontrasepsi di satu
wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh
Pasangan Usia Subur
di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu
yang sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
PUS yang
menggunakan
kontrasepsi di
satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
tertentu.

Jumlah seluruh
Pasangan Usia
Subur di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

295

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No
13
a.

Indikator
SPM
Acute Flacid
Paralysis
(AFP) rate
per 100.000
penduduk <
15 tahun

Definisi Operasional
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan
diantara 100.000 penduduk < 15 tahun pertahun
di satu wilayah kerja tertentu
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang
dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya
flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan
bukan disebabkan oleh rudapaksa.

Formula
Jumlah kasus AFP non
Polio yang dilaporkan
Jumlah Penduduk < 15
tahun
Pembilang:

Jumlah kasus
AFP non Polio
Kasus AFP non polio adalah kasus AFP yang
pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan pada penduduk
<15 tahun di
virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan
oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan satu wilayah
kerja pada
kriteria tertentu
kurun waktu
tertentu
b.

Penemuan
Penderita
Pneumonia
Balita

Persentase balita dengan Pneumonia yang


ditemukan & diberikan tatalaksana sesuai standar
di Sarana Kesehatan di satu wilayah dalam waktu
satu tahun.
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan
batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran
bernafas
Klasifikasi penyakit ISPA:
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan
atas dua kelompok yaitu kelompok untuk umur 2
bulan - < 5 tahun dan kelompok umur < 2 bulan
Untuk kelompok umur 2 bulan -< 5 tahun
klasifikasi dibagi atas Pneumonia Berat ,
Pneumonia, dan batuk bukan Pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi
dibagi atas: Pneumonia berat dan batuk
bukan Pneumonia.
Dalam pendekatan manajemen terpadu balita
sakit (MTBS) klasifikasi pada kelompok umur < 2
bulan adalah infeksi bakteri sistemik dan infeksi
bakteri local
Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan pada
adanya batuk dan/atau kesukaran bernafas
disertai tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam (TDDK) pada anak usia 2 bulan - < 5
tahun. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi
Pneumonia berat ditandai dengan TDDK kuat
atau adanya nafas cepat lebih atau sama dengan
45 x per menit.

296

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

x 100%

Penyebut:
Jumlah
Penduduk <15
tahun di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.

Jumlah penderita
pneumonia balita yang
ditangani di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
satu tahun
Jumlah perkiraan
penderita Pneumonia
balita di satu Wilayah
kerja dalam kurun waktu
satu tahun

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
penderita
Pneumonia
Balita yang
yang ditangani
di satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
satu tahun.

Jumlah perkiraan
penderita
Pneumonia
Balita di satu
wilayah kerja
pada kurun
waktu yang
sama.
Jumlah perkiraan
penderita
pneumonia balita
adalah 10% dari
jumlah balita
disatu wilayah
kerja dalam
kurun waktu satu
tahun.

www.kinerja.or.id

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula

Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya


batuk dan/atau kesukaran bernafas disertai
adanya nafas cepat. Batas nafas cepat pada
anak usia 2 bulan - < 1 thn adalah 50 kali
permenit dan 40 kali permenit untuk anak usia
1 - < 5 thn
Klasifikasi batuk bukan Pneumonia mencakup
kelompok penderita Balita dengan batuk yang
tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam. Dengan
demikian klasifikasi batuk bukan Pneumonia
mencakup penyakit-penyakit ISPA lain diluar
Pneumonia seperti batuk pilek (common cold,
pharyngitis, tonsillitis, otitis)
Diberikan tatalaksana adalah diberikan pelayanan
sesuai klasifikasinya, untuk Pneumonia diberikan
antibiotika dan Pneumonia berat dirujuk ke
Sarana Kesehatan yang lebih memadai
Sarana Kesehatan adalah semua sarana
pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta.
c.

Penemuan
pasien baru
TB BTA
Positif

Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau


Case Detection Rate (CDR) adalah persentase
jumlah penderita baru TB BTA positif yang
ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan
kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun.

Jumlah pasien baru


TB BTA positif yang
ditemukan dan diobati
dalam satu wilayah
selama satu tahun
Jumlah perkiraan pasien
baru TB BTA positif dalam
satu wilayah dalam waktu
satu tahun yang sama

Penemuan pasien baru TB BTA Positif adalah


penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak
sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di
unit pelayanan kesehatan dalam suatu wilayah
Pembilang:
kerja pada waktu tertentu.
Jumlah pasien
Pasien baru adalah pasien yang belum pernah
diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan baru TB BTA
Positif yang
OAT kurang dari satu bulan (30 dosis) harian.
ditemukan dan
Diobati adalah pemberian pengobatan pada
diobati dalam
pasien baru TB BTA positif dengan OAT selama
satu wilayah
6 bulan.
selama satu
tahun.

www.kinerja.or.id

X 100%

Penyebut:
Jumlah perkiraan
pasien baru TB
BTA (+) dalam
satu wilayah pada
waktu satu tahun.
Perkiraan pasien
baru TB BTA
positif adalah
Insiden Rate TB
baru BTA positif
per 100.000 x
jumlah penduduk

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

297

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula
pada suatu
wilayah tertentu.
Insiden rate
kabupaten/ kota
mempergunakan
hasil survey
nasional tentang
prevalensi TB
pada tahun
terakhir.

d.

Penderita
DBD yang
ditangani

Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai


standar di satu wilayah dalam waktu 1 (satu)
tahun dibandingkan dengan jumlah penderita
DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun
waktu satu tahun yang sama
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang ditandai dengan:
a. Panas mendadak berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
b. Tanda-tanda perdarahan (sekurangkurangnya uji Torniquet positif)
c. Disertai/tanpa pembesaran hati
(hepatomegali)
d. Trombositopenia (Trombosit 100.000/l)
e. Peningkatan hematokrit 20%
Penderita DBD yang ditangani sesuai standar/
SOP adalah :

a. Penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/


dirawat sesuai standar.
b. Ditindaklanjuti dengan penanggulangan fokus
(PF).
1) Penanggulangan fokus (PF) terdiri
dari Penyelidikan Epidemiologi (PE)
dan Penanggulangan Seperlunya
berdasarkan hasil PE tersebut.
2) Penyelidikan epidemilogi (PE) adalah
kegiatan pencarian penderita DBD atau
tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan
jentik nyamuk penular DBD disekitar
tempat tinggal penderita termasuk
tempat-tempat umum dalam radius
sekurang-kurangnya 100 m.

Jumlah penderita
DBD yang ditangani
sesuai SOP dalam satu
wilayah selama satu
tahun
Jumlah penderita DBD
yang ditemukan di satu
wilayah dalam waktu
satu tahun yang sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
penderita DBD
yang ditangani
sesuai standar
operasional
prosedur (SOP)
di satu wilayah
dalam waktu
satu tahun.

Jumlah penderita
DBD yang
ditemukan di
suatu wilayah
dalam waktu
satu tahun yang
sama

Penderita DBD adalah:


Penderita penyakit yang memenuhi sekurang-

298

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula

kurangnya 2 kriteria klinis dan 2 kriteria


laboratorium di bawah ini:
Kriteria klinis:
1) Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang
jelas
2) Tanda-tanda perdarahan (sekurangkurangnya uji Torniquet positif)
3) Pembesaran hati
4) Syok
Kriteria laboratorium:
1) Trombositopenia (Trombosit 100.000/l)
2) Hematokrit naik >20%
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik meliputi observasi tandatanda vital, observasi kulit dan konjungtiva,
penekanan ulu hati untuk mengetahui nyeri
uluhati akibat adanya perdarahan lambung,
perabaan hati.
3) Uji Torniquet
a. Pemeriksaan laboratorium atau rujukan
pemeriksaan laboratorium
b. (sekurang-kurangnya pemeriksaan
trombosit dan hematokrit)
c. Memberi pengobatan simptomatis
d. Merujuk penderita ke rumah sakit
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
(formulir S0) dan disampaikan ke Dinkes
Kab/Kota.
Pelayanan penderita DBD di Rumah Sakit adalah
kegiatan yang meliputi :
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik meliputi observasi tandatanda vital, observasi kulit dan konjungtiva,
penekanan ulu hati untuk mengetahui nyeri
uluhati akibat adanya perdarahan lambung,
perabaan hati.
3) Uji Torniquet
a. Pemeriksaan laboratorium (sekurangkurangnya pemeriksaan trombosit dan
hematokrit)
b. Memberi perawatan
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan
(formulir KDRS) dan disampaikan ke
Dinkes Kab/Kota dengan tembusan ke
Puskesmas

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

299

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No
e.

Indikator
SPM
Penemuan
penderita
diare

Definisi Operasional
Penemuan penderita diare adalah jumlah
penderita yang datang dan dilayani di Sarana
Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun
Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya
Sarana Kesehatan adalah semua sarana
pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta (Puskesmas, Pustu, RS,Balai
Pengobatan, Praktek Dokter)
Angka kesakitan adalah angka kesakitan
Nasional Hasil Survei Morbiditas Diare tahun
2006 adalah 423/1000 penduduk.

14

Cakupan
pelayanan
kesehatan
dasar
masyarakat
miskin

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien


masyarakat miskin adalah Jumlah kunjungan
pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan
strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada
kurun waktu tertentu.
Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang meliputi observasi
diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tanpa
tinggal di ruang rawat inap di sarana kesehatan
strata I.
Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang meliputi observasi
diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tinggal

300

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Formula
Jumlah penderita
diare yang datang
dan dilayani di sarana
Kesehatan dan Kader di
suatu wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun
Jumlah perkiraan
penderita diare pd satu
wilayah tertentu dalam
waktu yg sama

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
penderita diare
yang datang
dan dilayani
di sarana
Kesehatan dan
Kader di suatu
wilayah tertentu
dalam waktu
satu tahun.

Jumlah perkiraan
penderita diare
pada suatu
wilayah tertentu
dalam waktu
yang sama.
Perkiraan jumlah
penderita diare
yang datang
ke sarana
kesehatan dan
kader adalah
10% dari angka
kesakitan x
jumlah penduduk
disatu wilayah
kerja dalam
waktu satu
tahun.

Jumlah kunjungan
pasien maskin di Sarkes
strata 1
Jumlah seluruh maskin
di kab/kota

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
kunjungan pasien
maskin selama 1
tahun (lama dan
baru).

Jumlah seluruh
maskin di
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.

www.kinerja.or.id

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula

di ruang rawat inap di sarana kesehatan strata


pertama.
Cakupan rawat jalan adalah jumlah kunjungan
kasus (baru dan lama) rawat jalan di sarana
kesehatan strata pertama.
Kunjungan pasien baru adalah seseorang yang
baru berkunjung ke sarana kesehatan dengan
kasus penyakit baru.
Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat
pelayanan kesehatan meliputi antara lain :
puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan
swasta, praktek bersama dan perorangan.
Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran
program pengentasan kemiskinan yang
memenuhi kriteria tertentu menggunakan 14
variabel kemiskinan dalam satuan Rumah Tangga
Miskin (RTM).
15

Cakupan
pelayanan
kesehatan
rujukan
pasien
masyarakat
miskin

Cakupan rujukan pasien maskin adalah jumlah


kunjungan pasien maskin di sarana kesehatan
strata dua dan strata tiga pada kurun waktu
tertentu (lama & baru).
Rawat Inap Tingkat Lanjut adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang meliputi observasi,
diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi
medik dengan menginap di ruang rawat inap
pada sarana kesehatan strata dua dan strata
tiga pemerintah dan swasta, yang oleh karena
penyakitnya penderita harus menginap.
Rawat Jalan Tingkat Lanjut adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang meliputi observasi
diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tanpa
tinggal di ruang rawat inap di sarana kesehatan
strata dua dan strata tiga Pemerintah dan
Swasta.

Jumlah pasien maskin


di sarkes strata2 dan
strata3
Jumlah masyarakat
miskin

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah
kunjungan
pasien maskin
selama 1 tahun
(lama dan baru).

Jumlah seluruh
maskin di
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.

Sarana kesehatan strata dua dan strata tiga


adalah balai kesehatan mata masyarakat, balai
pengobatan penyakit paru, balai kesehatan
indera masyarakat, balai besar kesehatan paru
masyarakat, rumah sakit baik milik pemerintah
maupun swasta.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

301

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No
16

17

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Cakupan
pelayanan
gawat
darurat level
1 yang harus
diberikan
sarana
kesehatan
(Rumah
Sakit) di
Kabupaten/
Kota

Pelayanan gadar level 1 yg hrs diberikan sarana


kesehatan (RS) di kab/Kota.

Pelayanan gawat darurat


level 1

Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan


gawat darurat yang memiliki Dokter Umum on
site 24 jam dengan kualifikasi GELS dan/atau
ATLS + ACLS, serta memiliki alat trasportasi dan
komunikasi, dimana:

Jumlah RS kab/kota

Cakupan
Desa/
Kelurahan
mengalami
Kejadian
Luar Biasa
(KLB) yang
dilakukan
penyelidikan
epidemiologi
< 24 jam

Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang


ditangani < 24 jam adalah Desa/kelurahan
mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
ditangani < 24 jam oleh Kab/Kota terhadap KLB
periode/kurun waktu tertentu.

On site adalah berada di tempat .


GELS adalah General Emergency Life
Support
ATLS adalah Advance Trauma Life Support
ACLS adalah Advance Cardiac Life Support

Pembilang:

Penyelidikan KLB adalah rangkaian kegiatan


berdasarkan cara-cara epidemiologi untuk
memastikan adanya suatu KLB, mengetahui
gambaran penyebaran KLB dan mengetahui
sumber dan cara-cara penanggulangannnya.
Penanggulangan KLB adalah upaya untuk
menemukan penderita atau tersangka penderita,
penatalaksanaan Penderita, pencegahan
peningkatan, perluasan dan menghentikan suatu
KLB.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

X 100%

Penyebut:

Jumlah RS
Jumlah RS
yang mampu
kabupaten
memberikan
pelayanan gadar
level 1

Jumlah KLB di desa/


kelurahan yang ditangani
< 24 jam
Jumlah KLB di desa/
kelurahan yang terjadi

Desa/ kelurahan mengalami KLB bila terjadi


Pembilang:
peningkatan kesakitan atau kematian penyakit
potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan Jumlah
makanan.
kejadian Luar
Biasa (KLB)
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya
di Desa/
kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/ Kelurahan
yang ditangani
kelurahan pada waktu tertentu.
< 24 jam
Ditangani adalah mencakup penyelidikan dan
periode/ kurun
penanggulangan KLB.
waktu tertentu.
Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak
laporan W1 diterima sampai penyelidikan
dilakukan dengan catatan selain formulir W1
dapat juga berupa fax atau telepon.

302

Formula

X 100%

Penyebut:
Jumlah Kejadian
Luar biasa (KLB)
yang terjadi pada
wilayah Desa/
Kelurahan pada
periode/kurun
waktu yang sama.
Bila dalam 1 desa/
kelurahan terjadi
lebih dari 1 kali
KLB pada suatu
periode, maka
jumlah desa/
kelurahan yang
mengalami KLB
dihitung sesuai
dengan frekuensi
KLB yang terjadi
di desa/ kelurahan
tersebut, dan ikut
dimasukan dalam
penghitungan
pembilang
maupun penyebut.

www.kinerja.or.id

No
18

Indikator
SPM
Cakupan
Desa Siaga
Aktif

Definisi Operasional

Formula

Cakupan Desa Siaga Aktif adalah desa yang


mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
atau UKBM lainnya yang buka setiap hari
dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dasar, penanggulangan bencana
dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis
masyarakat yang meliputi pemantauan
pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan
perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dibandingkan dengan jumlah desa siaga yang
dibentuk.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan kegawat
daruratan kesehatan, secara mandiri.

Jumlah Desa Siaga yang


dibentuk
Jumlah Desa Siaga yang
dibentuk

X 100%

Pembilang:

Penyebut:

Jumlah desa
siaga yang aktif
di satu wilayah
pada kurun
waktu tertentu

Jumlah desa
siaga yang
dibentuk di satu
wilayah pada
kurun waktu
tertentu

Pengertian Desa ini dapat berarti Kelurahan


atau Nagari atau istilah-istilah lain bagi satuan
administrasi pemerintahan setingkat desa.
Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM
lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar,
penanggulangan bencana dan kegawat
daruratan, surveilance berbasis masyarakat
yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi),
penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka upaya
mendekatkan pelayanan kesehatandasar bagi
masyarakat desa. Poskesdes dikelola oleh 1
orang Bidan dan minimal 2 orang kader dan
merupakan koordinator dari UKBM yang ada.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan
kesehatan yang sesuai kewenangan bidan
penangungjawab poskesdes, selanjutnya dirujuk
ke pustu atau puskesmas apabila tidak bisa
ditangani

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

303

LAMPIRAN D - Definisi operasional dan formula


perhitungan indikator SPM dan penjelasannya

No

Indikator
SPM

Definisi Operasional

Formula

Surveilans penyakit yang berbasis masyarakat


adalah upaya pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan oleh masyarakat (kader dan bidan/
perawat) tentang kejadian penyakit yang dapat
mengancam kesehatan penduduk/ masyarakat.
Pemantauan Pertumbuhan adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh kader untuk mengetahui
berat badan balita setiap bulan untuk mendeteksi
secara dini pertumbuhan balita (D/S).
Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah masyarakat dimana penduduknya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

304

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN E
FORMULIR DAN TALLY-SHEET YANG
RELEVAN UNTUK PENGUMPULAN
DATA SPM
No

Indikator
SPM

Formula
perhitungan

Data yang
Dibutuhkan

(1)

(2)

(3)

(4)

Cakupan
kunjungan
Ibu
HamilK- 4

Pembilang:

Teknik
Waktu
Penanggung
Sumber Data pengumpulan pengumpulan
Jawab
data
data
(5)

(6)

(7)

(8)

Penyebut:
2

Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani

Pembilang:

Penyebut:

Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani

Pembilang:

Penyebut:

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

305

LAMPIRAN E - Formulir dan


Tally-Sheet yang Relevan untuk
Pengumpulan Data SPM

No

Indikator
SPM

Formula
perhitungan

Data yang
Dibutuhkan

(1)

(2)

(3)

(4)

Cakupan
..............

Teknik
Waktu
Penanggung
Sumber Data pengumpulan pengumpulan
Jawab
data
data
(5)

(6)

(7)

(8)

Pembilang:

Penyebut:

Dst...

...

306

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN F
TEMPLET PENYUSUNAN LAPORAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM
Templet Penyusunan Laporan Umum Tahunan
Penerapan dan Pencapaian SPM
Templat yang berikut diatur dalam Permendagri no 6 tahun 2007

PENYUSUNAN LAPORAN UMUM TAHUNAN


PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM
PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Latar belakang memuat hal-hal yang berkaitan dengan alasan atau dasar pertimbangan mengapa
pemerintahan daerah memutuskan untuk menerapkan SPM, selain karena perintah peraturan perundangundangan.

B. DASAR HUKUM

Dasar hukum menyebutkan peraturan perundang-undangan yang melandasi atau menjadi dasar
penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah.

C. KEBIJAKAN UMUM

Kebijakan umum menggambarkan kebijakan umum daerah yang dimuat dalam rencana penerapan dan
pencapaian SPM yang dituangkan dalam RPJMD.

D. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan menggambarkan orientasi dan komitmen yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah
selama satu tahun anggaran dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM yang dituangkan dalam KUA.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

307

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

BAB II PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM


1. Jenis Pelayanan Dasar

Jenis pelayanan dasar adalah jenis-jenis pelayanan dasar yang diselenggarakan oleh pemerintahan
daerah yang telah ditetapkan SPMnya oleh Pemerintah.

2. Indikator dan Nilai SPM serta Batas Waktu Pencapaian SPM secara Nasional.
3. Target Pencapaian SPM oleh Daerah

Target pencapaian adalah target yang ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah dalam mencapai SPM selama
kurun waktu tertentu, termasuk perhitungan pembiayaannya, dan membandingkannya dengan rencana
pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah.

4. Realisasi

Realisasi adalah target yang dapat dicapai atau di realisasikan oleh Pemerintahan Daerah selama 1 tahun
anggaran dan membandingkannya dengan rencana target yang ditetapkan sebelumnya oleh pemerintahan
daerah yang bersangkutan.
a. Realisasi Pencapaian SPM Pelayanan Dasar X:
(i) Kontribusi Pemerintahan Daerah:
(ii) Kontribusi Swasta/Masyarakat : ..
b. Realisasi Pencapaian SPM Pelayanan Dasar Y:
(i) Kontribusi Pemerintahan Daerah:
(ii) Kontribusi Swasta/Masyarakat : ..

5. Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran adalah jumlah belanja langsung dan tidak langsung yang ditetapkan dalam APBD dalam
rangka penerapan dan pencapaian SPM oleh pemerintahan daerah, yang bersumber dari:
a. APBD;
b. APBN;
c. Sumber dana lain yang sah.

6. Dukungan Personil

Dukungan personil menggambarkan jumlah personil atau pegawai yang terlibat dalam proses penerapan
dan pencapaian SPM:
a. PNS;
b. Non-PNS.

308

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

7. Permasalahan dan Solusi


Permasalahan dan solusi menggambarkan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan
pencapaian SPM, baik permasalahan eksternal maupun internal, dan langkahlangkah penyelesaian
permasalahan yang ditempuh.

BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN


Program dan kegiatan yang terkait dengan penerapan dan pencapaian SPM.

BAB IV PENUTUP

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

309

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

K
B A

D A

Kuesioner Kuantitatif Monitoring Pencapaian SPM

H U

DAFTAR ISIAN ASESMEN


PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM
BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
I. IDENTITAS INSTANSI
Nama Instansi
Alamat Instansi dan nomor
Telepon dan atau faksimile
Alamat e-mail
Propinsi dan kabupaten/kota

II.

PENGAMBIL DATA
Nama

Tandatangan

Nomor telepon
Tanggal pengambilan data

Mohon dapat diisi berdasarkan data tahun ....


Isikan pada kotak-kotak yang tersedia.
Tuliskan 9999999 bila data yang ditanyakan tidak tersedia

310

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

IV. Umum
No

Jumlah

Uraian

Jumlah penduduk

Jumlah anak berusia < 15 tahun

Jumlah kecamatan

Jumlah puskesmas

Jumlah puskesmas dengan perawatan (Rawat Inap)

Jumlah puskesmas non perawatan

Jumlah desa/kelurahan

Jumlah puskesmas pembantu

Jumlah pondok bersalin desa

Jumlah pos kesehatan desa

10

Jumlah posyandu

11

Jumlah RS Pemerintah

12

Jumlah RS Swasta

13

Jumlah RS Khusus

14

Jumlah klinik/BP/praktek swasta

15

Jumlah balita

16

Jumlah bayi

17

Jumlah neonatus

18

Jumlah jiwa masyarakat miskin

19

Jumlah KK miskin

20

Jumlah anak usia 6 24 bulan keluarga miskin

20

Jumlah Desa Siaga

21

Jumlah Desa Siaga Aktif

22

Jumlah kunjungan rawat jalan

23

a. Puskesmas

b. Rumah sakit

Jumlah kunjungan rawat inap


a. Puskesmas

b. Rumah sakit

24

Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) kabupaten/kota

25

Lama perjalanan (waktu tempuh) dari pusat kabupaten/kota ke


desa terjauh dengan menggunakan sarana transportasi yang umum
digunakan (dalam menit)

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

311

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

V. Cakupan Standar Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan (Berdasarkan data tahun 2012)
No
1

312

Indikator

Nilai

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4


a. Jumlah Ibu hamil

b. Jumlah ibu hamil yang melakukan kunjungan K4

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani


a. Jumlah ibu hamil yang mengalami komplikasi

b. Jumlah ibu hamil yang mengalami komplikasi yang ditangani

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki


kompetensi kebidanan
a. Jumlah persalinan

b. Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki


kompetensi kebidanan

Cakupan pelayanan nifas


a. Jumlah Ibu nifas

b. Jumlah ibu nifas yang memperoleh pelayanan standar minimal 3 kali

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani


a. Jumlah neonatus

b. Jumlah neonatus dengan komplikasi

c. Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Cakupan kunjungan bayi


a. Jumlah bayi

b. Bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal empat kali

Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)


a. Jumlah desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI

Cakupan pelayanan anak balita (dalam persen)

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24


bulan keluarga miskin (dalam persen)

10

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan


a. Jumlah balita gizi buruk

b. Jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

No
11

12

13

Indikator

Nilai

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat


a. Jumlah anak kelas 1 SD

b. Jumlah anak SD kelas 1 yang mendapat pelayanan kesehatan

Cakupan peserta KB Aktif


a. Jumlah PUS

b. Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit


1.1. Acute Flaccid Paralysis
a. Jumlah Kasus < 15 tahun

1.2. Penemuan penderita pneumonia balita


a. Jumlah balita dengan kasus pneumonia

b. Jumlah balita dengan pneumonia yang ditangani

1.3. Penemuan pasien baru Tb BTA positif


a. Jumlah pasien baru Tb BTA positif

1.4. Penderita DBD yang ditangani


a. Jumlah penderita DBD

b. Jumlah penderita DBD yang ditangani

1.5. Penemuan penderita diare

14

15

16

a. Jumlah penderita diare

b. Jumlah penderita diare yang ditangani

Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin


a. Jumlah kunjungan rawat jalan masyarakat miskin ke puskesmas
dan pelayanan kesehatan strata 1 lainnya

b. Jumlah kunjungan rawat inap masyarakat miskin ke puskesmas


dan pelayanan kesehatan strata 1 lainnya

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin


a. Jumlah kunjungan rawat jalan masyarakat miskin ke RS dan
sarana kesehatan strata 2 dan 3 lainnya

b. Jumlah kunjungan rawat inap masyarakat miskin ke RS dan


sarana kesehatan strata 2 dan 3 lainnya

Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan


epidemiologi < 24 jam

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

313

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

No

17

Indikator

Nilai

a. Desa/kelurahan yang mengalami KLB

b. Desa/kelurahan yang mengalami KLB yang ditangani dalam < 24


jam

Cakupan desa siaga Aktif


a. Jumlah bidan yang bertugas di desa

b. Jumlah desa/kelurahan yang memiliki bidan yang tinggal di


desa/kelurahan yang bersangkutan

VI. Tenaga Kesehatan (kab/kota)


PNS

Non PNS (di


luar swasta)

Total

Medis

Dokter spesialis

Dokter umum

Dokter gigi

Perawat

Sarjana keperawatan/S2/S3

D III Perawat

Lulusan SPK

Bidan

Bidan S2/S3

D III Bidan

D I Bidan

Farmasi

Apoteker dan S1/S2/S3 Farmasi

DIII Farmasi

Asisten apoteker

Tenaga Gizi

D IV/S1 Gizi/S2 Gizi/S3 Gizi

No
1

314

Jenis tenaga kesehatan

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

PNS

Non PNS (di


luar swasta)

Total

D III Gizi

D I Gizi

Teknisi Medis

Analis lab

TEM dan P. Rontgen

P. Anestesi

Fisioterapis

Refraksi optisi

Sanitasi

DIII Sanitasi

D I Sanitasi

Kesehatan masyarakat

S2 Kesmas dan Sarjana kesehatan


masyarakat

D 3 Kesmas

No

Jenis tenaga kesehatan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

315

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

EVALUASI PENYELENGGARAAN SPM

Materi Evaluasi pada indikator SPM : .


Aspek Umum:
PERTANYAAN

JAWABAN, KOMENTAR DAN


MASUKAN

a. Sejauh mana tingkat capaian SPM Kesehatan Kabupaten/Kota


dari tahun ke tahun (Evaluasi base line data SPM serta proyeksi
pencapaian di masa akan datang dengan mempertimbangkan
batas waktu pencapaian SPM)
b. Bagaimana jumlah obyek yang dilayani (pembilang) dan jumlah
obyek yang harus dilayani (penyebut).
c. Bagaimana tingkat kewajaran jumlah biaya dalam pemenuhan
SPM.
d. Bagaimana integrasi rencana pencapaian SPM kedalam
dokumen perencanaan daerah (RPJMK, Renstra SKPK, RKPK,
Renja SKPK, KUA PPAS, RKA SKPK, APBK).

Aspek Teknis:
PERTANYAAN

JAWABAN, KOMENTAR DAN


MASUKAN

aa. Sejauhmana data teknis pendukung indikator SPM sudah


tersedia di daerah.
ab. Sejauhmana keberadaan sistem informasi dalam pengolahan
data.
ac. Sejauhmana keselarasan Juknis Perencanaan Pembiayaan
SPM kesehatan dengan nomenklatur/ kode rekening pada
setiap nama Program, Kegiatan, Komponen, Variabel dalam
pencapaian SPM.
ad. Sejauhmana analisa perhitungan biaya per kapita per jenis
pelayanan dasar.
ae. Bagaimana kewajaran jumlah biaya, sumber pendanaan, dan
tingkat keefektifan pemberian insentiv atau bantuan khusus
pendanaan berkaitan pemenuhan SPM.

316

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

JAWABAN, KOMENTAR DAN


MASUKAN

PERTANYAAN
af. Sejauhmana dana APBK (murni) dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di
Kabupaten/Kota
ag. Sejauhmana dana Otsus /migas dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
ah. Sejauhmana dana BOK dapat diformulakan untuk mengatasi
kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
ai. Sejauhmana biaya pencapaian SPM Kesehatan didanai
kerjasama dengan Pihak Ketiga.
aj. Sejauhmana definisi operasional pada indikator SPM mudah
dimengerti dan dipahami.
ak. Bagaimana analisa Dampak Keuangan.
al. Bagaimana analisa Dampak Kelembagaan.
am. Sejauhmana Tugas dan Fungsi SKPK dalam penerapan 18
indikator SPM Kesehatan.
an. Bagaimana pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku.
ao. Bagaimana keberadaan standar operating prosedur pelayanan
SPM.
pp. Bagimana keselarasan rencana pemenuhan SPM dengan
MDG.
aq. Bagaimana jumlah tenaga aparat dan tenaga ahli serta
pengalaman dan kemampuan kompentensi dan keahlian dalam
menjalankan pelayanan dasar kepada publik.
ar. Bagaimana jumlah sarana dan prasana dalam pelayanan dasar.
as. Sejauhmana kendala dalam pencapaian pelayanan dasar
sesuai dengan SPM Kesehatan.
at. Dievaluasi pelaksanaan dan hasil dari standar analisa belanja
dan harga satuan.
au. Sejauhmana efisien dan efektifitas terhadap Pelayanan Dasar
tersebut
av. Bagimana dukungan dari stakeholder terkait dengan pelayanan
dasar dan indikator SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

317

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

aw. Sejauhmana validitas dan realibitas antar indikator SPM dalam


satu pelayanan dasar.
ax. Sejauhmana Sarana pelatihan tersedia
ay. Sejauhmana keberadaan lembaga di Pemerintah Kota/
Kabupaten telah menyelenggarakan Monitoring dan evaluasi
penerapan SPM.
az. Sejauhmana Pemerintah telah menyiapkan materi Sosialisasi,
Bimbingan Teknis dan Pelatihan pada pelayanan dasar ini.

Rekomendasi pada Profile Pelaksanaan dan Pencapaian SPM Kesehatan


No

318

URAIAN REKOMENDASI

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

Lembar Peserta - Penilaian Diri Penerapan Standar Layanan Bidang Kesehatan


Kabupaten ..................... Tahun ...............
No

Pernyataan

Ya

Kebijakan dan Peraturan di tingkat daerah (Perda, Perbup,


Surat Edaran) telah mewajibkan pengelolaan pelayanan
kesehatan mengacu pada Standar Layanan, antara lain :
f. Standar Pelayanan Publik (SPP)
g. Standar Operasional Prosedur (SOP) teknisMedis dan
AlurPelayanan
h. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
i. Akreditasi Standar Mutu Proses (ISO)
j. dan standar layanan lainnya yang menjamin kualitas
pelayanan kesehatan prima

DInas Kesehatan dan Puskesmas kami telah melakukan


Survei Kepuasan Pelanggan internal, survey kepuasan
pelanggan berbasis customers (ekternal) dan pengelolaan
keluhan secara rutin dan berkelanjutan.

Dinas Kesehatan dan Puskesmas telah memiliki maklumat


pelayanan yang disusun bersama dengan stakeholder/
customers mengacu kepada hasil survey keluhan pelanggan.

Unit Pelayanan Kesehatan (Puskemas, Polindes,etc) telah


memiliki seluruh kelengkapan SOP tindakan medis serta
penanganan kepuasan pelanggan.

Baik di tingkat daerah maupun puskesmas telah


mengidentifikasi prkatik (good practices) yang baik dalam
pelayanan kesehatan dan penerapan standar layanan, seperti
SPM dan mengadaptasinya untuk perbaikan pengelolaan dan
pelayanan kesehatan.

Adanya Rencana yang terintegrasi dalam pengelolaan


kesehatan (Dinas dan Unit Pelayanan) di daerah untuk
menjamin pemenuhan SPM bidang Kesehatan.

Penyusunan Renja dan Renstra Kesehatan dan RPJMD


telah mempertimbangkan hasil pencapaian kinerja dan target
Pencapaian SPM dan MDGs.

Evaluasi Kinerja (LAKIP, LKPJ, LPPD) dan laporan lainnya


sektor Kesehatan di tingkat daerah dan puskesmas didasarkan
kepada pencapaian SPM dan MDGs.

www.kinerja.or.id

Tidak

Tidak
Yakin

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

319

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

No

320

Pernyataan

Perencanaan dan Pengembangan SDM, perencanaan


keuangan dan perencanaan fisik telah mengacu pada SPM
dan standard layanan lainnya.

10

Pengadaan fasilitas dan infrastruktur pelayanan kesehatan


dasar (seperti pelayanan kesehatan ibu dan anak, penyebaran
dokter dan bidan, standar teknis standar alat, fasilitas
puskesmas lainnya) telah mengacu pada SPM.

11

Adanya mekanisme kontrol mutu kesehatan yang menjamin


pencapaian SPM.

12

Tersedianya anggaran untuk pembinaan berkala (semester


atau tahunan) untuk menjamin kualitas pelayanan dan tenaga
medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya.

13

Fasilitas dan Infrastruktur Puskesmas di daerah kami telah


mempertimbangkan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

14

Telah dilakukan Pembinaan berkala untuk pengembangan


profesi tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya di
puskesmas.

15

Puskesmas di daerah kami telah mengembangkan


perencanaan dan penganggaran tingkat Puskesmas,
penerapan standar pelayanan publik serta melakukan evaluasi
pelayanan yang telah diberikan.

16

Puskesmas telah mendokumentasikan dan membuat laporan


berkala kepada dinas dan masyarakat tentang hambatan dan
kemajuan kesehatan di wilayah kerjanya.

17

Pengambilan Keputusan dalam manajemen kesehatan telah


mempertimbangkan kesetaraan akses dan partisipasi gender.

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

Ya

Tidak

Tidak
Yakin

www.kinerja.or.id

III. Tenaga Kesehatan (kabupaten/kota)


PNS

Non PNS (di


luar swasta)

Total

Medis

Dokter spesialis

Dokter umum

Dokter gigi

Perawat

Sarjana keperawatan/S2/S3

D III Perawat

Lulusan SPK

Bidan

Bidan S2/S3

D III Bidan

D I Bidan

Farmasi

Apoteker dan S1/S2/S3 Farmasi

DIII Farmasi

Asisten apoteker

Tenaga Gizi

D IV/S1 Gizi/S2 Gizi/S3 Gizi

D III Gizi

D I Gizi

Teknisi Medis

Analis lab

TEM dan P. Rontgen

P. Anestesi

Fisioterapis

Refraksi optisi

Sanitasi

DIII Sanitasi

D I Sanitasi

Kesehatan masyarakat

S2 Kesmas dan Sarjana kesehatan


masyarakat

D 3 Kesmas

No
1

Jenis tenaga kesehatan

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

321

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

Evaluasi Penyelenggaraan SPM


Materi Evaluasi pada indikator SPM : .
Aspek Umum:
PERTANYAAN

JAWABAN, KOMENTAR DAN


MASUKAN

a. Sejauh mana tingkat capaian SPM Kesehatan Kabupaten/Kota


dari tahun ke tahun (Evaluasi base line data SPM serta proyeksi
pencapaian di masa akan datang dengan mempertimbangkan
batas waktu pencapaian SPM)
b. Bagaimana jumlah obyek yang dilayani (pembilang) dan jumlah
obyek yang harus dilayani (penyebut).
c. Bagaimana tingkat kewajaran jumlah biaya dalam pemenuhan
SPM.
d. Bagaimana integrasi rencana pencapaian SPM kedalam
dokumen perencanaan daerah (RPJMK, Renstra SKPK, RKPK,
Renja SKPK, KUA PPAS, RKA SKPK, APBK).

Aspek Teknis:
PERTANYAAN

JAWABAN, KOMENTAR DAN


MASUKAN

a. Sejauhmana data teknis pendukung indikator SPM sudah


tersedia di daerah.
b. Sejauhmana keberadaan sistem informasi dalam pengolahan
data.
c. Sejauhmana keselarasan Juknis Perencanaan Pembiayaan
SPM kesehatan dengan nomenklatur/ kode rekening pada
setiap nama Program, Kegiatan, Komponen, Variabel dalam
pencapaian SPM.
d. Sejauhmana analisa perhitungan biaya per kapita per jenis
pelayanan dasar.
e. Bagaimana kewajaran jumlah biaya, sumber pendanaan, dan
tingkat keefektifan pemberian insentiv atau bantuan khusus
pendanaan berkaitan pemenuhan SPM.

322

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

JAWABAN, KOMENTAR DAN


MASUKAN

PERTANYAAN
f. Sejauhmana dana APBK (murni) dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di
Kabupaten/Kota
g. Sejauhmana dana Otsus /migas dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
h. Sejauhmana dana BOK dapat diformulakan untuk mengatasi
kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
i. Sejauhmana biaya pencapaian SPM Kesehatan didanai
kerjasama dengan Pihak Ketiga.
j. Sejauhmana definisi operasional pada indikator SPM mudah
dimengerti dan dipahami.
k. Bagaimana analisa Dampak Keuangan.
l. Bagaimana analisa Dampak Kelembagaan.
m. Sejauhmana Tugas dan Fungsi SKPK dalam penerapan 18
indikator SPM Kesehatan.
n. Bagaimana pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku.
o. Bagaimana keberadaan standar operating prosedur pelayanan
SPM.
p. Bagimana keselarasan rencana pemenuhan SPM dengan
MDG.
q. Bagaimana jumlah tenaga aparat dan tenaga ahli serta
pengalaman dan kemampuan kompentensi dan keahlian dalam
menjalankan pelayanan dasar kepada publik.
r. Bagaimana jumlah sarana dan prasana dalam pelayanan dasar.
s. Sejauhmana kendala dalam pencapaian pelayanan dasar
sesuai dengan SPM Kesehatan.
t. Dievaluasi pelaksanaan dan hasil dari standar analisa belanja
dan harga satuan.
u. Sejauhmana efisien dan efektifitas terhadap Pelayanan Dasar
tersebut.
v. Bagimana dukungan dari stakeholder terkait dengan pelayanan
dasar dan indikator SPM.

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

323

LAMPIRAN F - Templet Penyusunan Laporan


Penerapan dan Pencapaian SPM

JAWABAN, KOMENTAR DAN


MASUKAN

PERTANYAAN
w. Sejauhmana validitas dan realibitas antar indikator SPM dalam
satu pelayanan dasar.
x. Sejauhmana Sarana pelatihan tersedia
y. Sejauhmana keberadaan lembaga di Pemerintah Kota/
Kabupaten telah menyelenggarakan Monitoring dan evaluasi
penerapan SPM.
z. Sejauhmana Pemerintah telah menyiapkan materi Sosialisasi,
Bimbingan Teknis dan Pelatihan pada pelayanan dasar ini.

Rekomendasi pada Profile Pelaksanaan dan Pencapaian SPM Kesehatan


No

324

URAIAN REKOMENDASI

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN G
DAFTAR PUSTAKA
Bullivant, J., Burgess, R., Corbet-Nolan, A., Godfrey, K., 2010, Good Governance Handbook, From the Good
Governance Institute and Healthcare Quality Improvement Partnership, www.good-governance.org.uk
Kementerian Kesehatan RI, Kepmenkes No. 828 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kementerian Kesehatan RI, Permenkes No. 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 06.Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan SPM
Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang
Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal
Savedoff, WD., 2011, Governance in The Health Sector A Strategy for Measuring Determinants and
Performance, The World Bank Human Development Network, http://econ.worldbank.org.
The World Bank, 2002, Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods & Approaches, Washington, D.C.,
www.worldbank.org/html/oed
Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

325

LAMPIRAN H - Bahan di dalam CD

LAMPIRAN H
BAHAN DI DALAM CD

326

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

LAMPIRAN I
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
APBN

Anggaran Pendapatan Belanja Nasional

APBD

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Banggar

Badan Anggaran

BAPPEDA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BPK

Badan Pemeriksa Keuangan

BPKAD

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

BUMN

Badan Usaha Milik Negara

CSR

Corporate Social Responsibility

DAK

Dana Alokasi Khusus

DPKAD

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

DUDI

Dunia Usaha dan Dunia Industri

DPRD

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPA

Dokumen Pelaksanaan Anggaran

IKK

Indeks Kemahalan Konstruksi

KBM

Kegiatan Belajar Mengajar

KCD

Kantor Cabang Dinas

KUA

Kebijakan Umum Anggaran

LK

Lembar Kerja

LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat

MSF

Multi Stakeholder Forum

PAD

Pendapatan Asli Daerah

PAS

Pendapatan Asli Sekolah

PNS

Pegawai Negeri Sipil

PP

Peraturan Pemerintah

PPAS

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

PPID

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

PTT

Pegawai Tidak Tetap

Renja

Rencana Kerja

www.kinerja.or.id

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

327

LAMPIRAN H - Daftar Singkatan/Istilah

328

Renstra

Rencana Strategi

Renstrada

Rencana Strategi Daerah

RKA

Rencana Kerja dan Anggaran

RKAS

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

RKPD

Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RPJM

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah

SPM

Standar Pelayanan Minimal

TAPD

Tim Anggaran Pemerintah Daerah

ToF

Training of Facilitator

ToT

Training of Trainer

UUD

Undang-undang Dasar

UPTD

Unit Pelaksana Teknis Dinas

Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/Kota

www.kinerja.or.id

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS

USAID - KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832
Email: info@kinerja.or.id
www.kinerja.or.id

Anda mungkin juga menyukai