USAID-KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832
Email: info@kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Maret 2014
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, JawaTimur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand
side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga, Program
KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Di bidang kesehatan Program KINERJA mendorong pemerintah daerah memperbaiki dan meningkatkan
pelayanan Kesehatan Ibu & Anak (mother and child health) dengan focus pada Persalinan Aman, Menyusu
Dini dan ASI eksklusif (atau disingkat PA-IMD-ASI atau Save delivery, immediate breast feeding, exclusive
breas tfeeding/SD-IBF-EB). Peningkatan pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat
menyelenggarakan kegiatannya untuk pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal
(SPM), dan standar nasional serta mencapai tujuan-tujuan MDG (Millennium Development Goals).
KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar praktek baik dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah lainnya, maka untuk lebih
memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan
sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin menerapkan tatakelola yang baik dan
penghitungan kebutuhan pemenuhan target standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan. Untuk
membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat
daftar organisasi/konsultan yang selama ini membantu Program KINERJA.
www.kinerja.or.id
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1
2
BAB 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Rekomendasi kepada para Calon OMP
Rekomendasi kepada para Lembaga Diklat
3
3
6
6
7
BAB 2
PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Kesehatan
Prinsip dan Tahapan dalam Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM Kesehatan
8
8
9
10
BAB 3
12
BAB 4
18
18
19
BAB 5
23
23
24
25
25
12
13
15
www.kinerja.or.id
BAB 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
1. Tujuan Umum Program KINERJA
Program Kinerja adalah sebuah program tata kelola pemerintahan yang baik yang difokuskan pada
peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik di sektor Pendidikan Dasar (basic education), Kesehatan
Ibu & Anak (Mother and Child Health) dan Iklim Usaha yang baik (Business Enabling Environment). Program
Kinerja dibiayai oleh donor USAID dan dilaksanakan oleh suatu konsorsium konsultan RTI International
sebagai lead-firm dan mitra konsorsiumnya, yaitu The Asia Foundation (TAF), Kemitraan - Partnership, Social
Impact (SI), Lembaga Penelitian SMERU dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Jangka waktu pelaksanaan
program ini adalah 5 tahun dari tanggal 30 September 2010 sampai 28 Februari 2015.
Program Kinerja bekerja di 20 kabupaten/kota di 4 Propinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan. Kinerja bekerja dengan Pemerintah Daerah, Provinsidan Pusat serta Organisasi Masyarakat
Sipil untuk memperkuat mekanisme partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan membantu pemerintah daerah
agar dapat lebih tanggap (responsive) terhadap kebutuhan masyarakat atas tata kelola pelayanan publik yang baik.
Program KINERJA dilakukan melalui pendekatan dua sisi yaitu sisi penyedia layanan (supply) dan sisi
pengguna layanan (demand). Kedua sisi tersebut didorong untuk peningkatan aspek-aspek tatakelola yang
baik (good governance), Pada sisi penyedia layanan, dalam hal ini SKPD/Dinas, unit layanan serta Pemda
(eksekutif dan legislatif) didorong untuk meningkatkan manajemen efisien dan efektif yang berorientasi pada
standar pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan publik. Padapendekatan pengguna layanan (demand
side) dilakukan dengan meningkatkan kepedulian, keterlibatan dan pengawasan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan publik melalui peran forum multi stakeholder (FMS) atau forum peduli serta jurnalisme warga/media.
Sedangkan pada pendekatan penyedia layanan (supply side) dilakukan dengan meningkatkan kemampuan
pemberi layanan untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi dan penerapan praktik yang baikuntuk
perbaikan kualitas pelayanan publik yang mengacu kepada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal yang telah ditetapkan melalui peraturan perundangan
pemerintah (untuk sektor Pendidikan dengan Permendikbud No.23 th 2013 tentang SPM Pendidikan Dasar di
kab/kota). Ada 27 indikator SPM yang harus dipenuhi sejakdari ketersediaan buku, alat peraga, ruang kelas,
guru, pengawas sekolah, hingga penerapan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Dari sisi proses, keberhasilan pendampingan ini ditunjukkan dengan antara lain:
a) Terjadi peningkatan jumlah kabupaten/kota yang mampu menyelesaikan perencanaan dan
penganggaran SPM kesehatan dalam kurun waktu rata-rata 6 bulan. Proses perencanaan dan
penganggaraan ini meliputi pembenahan sistem pendataan untuk perhitungan baseline SPM
kesehatan, perhitungan kesenjangan capaian terhadap target SPM, analisis penyebab kesenjangan,
identifikasi program dan kegiatan prioritas untuk mengurangi kesenjangan, dan perhitungan kebutuhan
biaya untuk program dan kegiatan prioritas tsb dalam rangka pemenuhan target SPM (costing SPM).
b) Pemanfaatan hasil perhitungan kebutuhan biaya pemenuhan target SPM dalam perencanaan
dan penganggaran daerah. Dengan kata lain, perencanaan dan penganggaran di kabupaten/kota
dampingantelah mulai mengacu pada kebutuhan pemenuhan target SPM.
Dari sisi hasil, keberhasilan pendampingan ini ditunjukkan dengan antara lain:
a) Diintegrasikannya hasil prioritisasi kegiatan dan kebutuhan anggaran SPM Kesehatan ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran daerah, seperti oleh Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten
Aceh Singkil, Kabupaten Jember, Kabupaten Singkawang, dan Kabupaten Bulukumba. Kabupaten
Singkawang mengintegrasikan SPM Kesehatan dalam Renstra Dinas Kesehatan dan RPJMD 20132018. Berdasarkan hasil perhitungan costing pada Tahun 2013, Kabupaten Jember melalui KUA-PPAS
2014 telah mengalokasikan sedikitnya 79 Milyar untuk kegiatan pencapaian SPM Kesehatan.
b) Kota Makassar menerbitkan Peraturan Walikota tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan Kota Makassar. Peraturan Walikota ini memuat pasal mengenai target tahunan dan
program prioritas untuk memenuhi nilai dan batas waktu pencapaian SPM Kesehatan 2015. Target
tahunan dan program prioritas ini telah mengacu pada hasil costing SPM Kesehatan Kota Makassar
hasil kerjasama Tim Dinas Kesehatan, MSF, dan Program Kinerja.
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
b) Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta,
c) Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program, dan
d) Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder,
e) Bekerjasama antar OMP dan Perguruan Tinggi setempat untuk lebih meningkatkan kapasitas/kemampuan.
www.kinerja.or.id
BAB 2
PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di
bidang kesehatan, pendidikan dasar dan iklim usaha yang baik.
KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak replikasi, pemerintah daerah di
Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih berkualitas serta lebih responsif terhadap
kebutuhan dan permintaan warga negara atau pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan warga masyarakat, organisasi masyarakat
sipil (LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis
kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
perencanaan dan penerapan SPM peran legislatif DPRD sangat dominan karena fungsi penganggaran berada
di dewan perwakilan rakyat daerah. Peran Bappeda selaku koordinator perencanaan daerah juga sangat
penting.
Sebagian besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) dan Konsultan
(short term/STTA) Kinerja, yang juga menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa
contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui kajian dan analisa, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Penghitungan Kebutuhan Pemenuhan SPM;
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipatif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta
www.kinerja.or.id
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk
menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan
pelayanan publik yang lebih baik.
5. Membentuk Tim Penyusun perencanaan SPM kabupaten/kota yang terdiri dari multi stakeholder untuk
menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang
partisipastif;
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:
1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik (demand side);
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang berstandar;
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah
daerah.
Dengan bekerja disisi penyedia (supply side) dan dan pengguna layanan (demand side), maka pendekatan
yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas,
partisipatif, dan responsif.
Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program di bidang kesehatan ibu dan anak (KIA) tidak sematamata dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas, melainkan menyangkut beberapa instansi
pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan,
Bagian Hukum, Badan Kepegawaian Daerah, Kecamatan, Desa/Kelurahandan DPRD. Oleh karena itu,
dalam melaksanakan program PA-IMD-ASI, keterlibatan antar instansi/lembaga/masyarakat warga
sangat penting.
www.kinerja.or.id
Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk berperan serta dalam penyelengaraan
pelayanan publik sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan
masyarakat, program-program peningkatan dan perbaikan pelayanan publik dapat terlaksanakan secara
tranparan, akuntabel dan perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement).
Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor kesehatan ibu dan anak, khususnya PA-IMDASI ekslusif, harus dapat berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana
ketika manfaat program-program PA-IMD-ASI dapat dirasakan dengann baik oleh masyarakat dan
pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui
forum-forum multi stakeholder.
Berorientasi Standar. Dengan mengacu kepada standar pelayanan (service standards: SPM, SOP,
SPP, Service Charter, ISO) sesuai regulasi maka kinerja pelayanan dapat diukur lebih baik dan dapat
diperbandingkasn secara nasional, regional dan lokal.
10
www.kinerja.or.id
6. Memuat capaian sasaran SPM sehingga pendanaan/penganggaran bidang Kesehatan lebih diarahkan
pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu
kesehatan ibu dan anak yang semakin tinggi.
7. Didasarkan pada regulasi daerah (Surat Keputusan, Peraturan bupati/walikota atau Peraturan daerah). Hal
ini diperlukan untuk menjamin penerapan SPM dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SPM secara periodik diperlukan agar penerapan SPM dapat
tepat sasaran dan terus disempurnakan,
9. Pengelolaan setiap masukan dan pengaduan masyarakat secara jujur, agar bisa menjadi sumber
perbaikan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat pengguna layanan (customer oriented).
Proses perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM di kabupaten/kota dilaksanakan dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Membuat kesepakatan dengan Kepala Daerah dan Kepala Dinas Kesehatan serta Kepala Bappeda untuk
disepakatinya kegiatan perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM bidang kesehatan.
2. Membentuk Tim Penyusun SPM yang ditetapkan Kepala Dinas Kesehatan. Tim terdiri unsur- unsur
eksekutif, unsur legislatif, dan unsur masyarakat, antara lain: Bidang-bidang di DinKes (Sungram, Yankes,
Kesga), Puskesmas, Bidang SosBud Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Organisasi Setda, Komisi DPRD
membidangi kesehatan, Kecamatan, Perwakilan forum masyarakat peduli kesehatan, Forum Kota Sehat,
Perwakilan Komite Kesehatan (kabupaten/kecamatan).
3. Menetapkan Fasilitator/Pelatih yang akan mendampingi Tim SPM selama proses penyusunan dan
pengitungan costing SPM.
4. Mengadakan Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan jika diperlukan
melakukan Studi Komparatif penerapan Standar Pelayanan di Kabupaten/kota lainnya.
5. Setelah proses diatas dilalui maka tahap selanjutnya adalah proses yang dilaksanakan oleh Tim Penyusun
SPM yang sudah dibentuk, sejak penghitungan SPM, integrasi hasil kedalam dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah/dinas, pelaksanaan program-kegiatan, dan monitoring dan evaluasi.
www.kinerja.or.id
11
BAB 3
PENGALAMAN KINERJA DALAM
PENDAMPINGAN PERENCANAAN SPM
BIDANG KESEHATAN
Situasi yang Dihadapi di Daerah
Dari hasil angket kuisioner evaluasi diri penerapan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah
kabupaten/kota pada saat lokakarya, banyak daerah kabupaten/kota mitra Kinerja yang belum cukup paham
berkaitan dengan SPM bidang kesehatan dan SKPD terkait masih kurang menerapkan SPM bidang kesehatan
dalam perencanaan dan penganggaran daerah. Hal ini dipengaruhi oleh antara lain:
(1) Belum tersedianya tim yang khusus/fokus mendampingi kabupaten/kota dalam penerapan SPM bidang
kesehatan,
(2) Tim teknis perencanaan di tingkat dinas/puskesmas belum diperkuat dengan pemahaman dan
keterampilan perencanaan dan penganggaran berbasis SPM bidang kesehatan,
(3) Dukungan modul praktis penerapan SPM bidang kesehatan dalam siklus pengelolaan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan belum cukup tersedia,
(4) Perhatian dan dukungan politik bagi perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan berbasis SPM
belum cukup memadai (SPM kesehatan belum menjadi acuan Pemda dan DPRD dalam kebijakan
anggaran daerah).
Dari hasil mini survey di 5 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011
pada awal mulainya pendampingan SPM Kinerja di Sulsel. Hasil mini survey menunjukkan di 5 kabupaten/kota
mitra Kinerja tersebut banyak pelaku yang belum cukup paham dengan standar pelayanan minimal (SPM) dan
belum/kurang menerapkan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Dari hasil selama pendampingan analisa dan penghitungan costing SPM Kesehatan yang sudah berlangsung
di kabupaten/kota mitra Kinerja, masih banyak daerah kabupaten/kota yang belum memenuhi SPM sesuai
target-target nasional yang ditetapkan (target mengacu Peraturan Menteri Kesehatan No. 741/MENKES/PER/
12
www.kinerja.or.id
VII/2008 dimana disebutkan target SPM harus dicapai pada tahun 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa
daerah belum memprioritaskan pencapaian SPM dalam perencanaan dan anggaran daerahnya.
Dengan pelaksanaan lokakarya dan studi banding tersebut muncul kesadaran dan pemahaman tentang
standar pelayanan, sehingga lebih jelas dipahami para pengambil keputusan di kabupaten/kota.
Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten/kota membentuk Tim Penyusun SPM Kesehatan.
2. Pengaturan Pekerjaan
Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang
pelayanan publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist) yang ditempatkan di tiap-tiap
kabupaten/kota mitra. Tugas utamanya adalah mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum
multi stakeholder (MSF), Konsultan (STTA) dan organisasi mitra pelaksana (OMP). Selain itu spesialis juga
bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.
www.kinerja.or.id
13
Secara berkala Spesialis dari kantor pusat National Office (NO) Kinerja akan memperkuat pemahaman
tentang penerapan SPM di masing-masing kabupaten/kota atau pada event penting Lokakarya integrasi
SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah.
LPSS selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatandan Tim Penyusun SPM yang terdiri dari unsur-unsur
Kepala Bidang/Seksi Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas mitra, Bappeda, Bagian Organisasi, Bagian
Keuangan, dan lembaga-lembaga non pemerintah.
Setelah terbentuk Tim Penyusun SPM, maka Tim bersama Dinas Kesehatan dan LPSS menyusun
rencana kerja dan jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahap kegiatan di tingkat puskesmasdan
kegiatan di tingkat kabupaten/kota atau Dinas Kesehatan. Jadwal rencana kerja harus sesuai jadwal
perencanaan dan penganggaran daerah sehingga pada saat hasil penghitungan SPM selesai bisa
langsung diintegrasikan ke dalam perencanaan daerah dan dianggarkan dalam APBD kabupaten/kota.
Tahap-tahap pendampingan perencanaan penghitungan pencapaian target SPM adalah sebagai berikut
dibawah, yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran pemerintah daerah:
1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan
Standar Pelayanan bidang kesehatan.
2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan
perundangan tentang SPM Kesehatan.
3. Identifikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM.
4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan
Strategi Penanganan,
5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan
Program/Kegiatan
6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen
Perencanaan dan Penganggaran Daerah dan Dinas/SKPD,
14
www.kinerja.or.id
Proses Kerja
1. Peran Masing-masing Stakeholder
Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan perencanaan SPM di semua
tahapan, namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus, yaitu :
Tim Penyusun SPM berperan melakukan penghitungan SPM dan menyusun rekomendasi teknis yang
disampaikan kepada pengambilan keputusan, serta melaksanakan advokasi untuk pengalokasian
anggaran pemenuhan SPM dan integrasi ke dalam dokumen perencanaan daerah.
Kepala Dinas dan Bupati/Walikota berperan dalam menindaklanjuti rekomendasi teknis dengan
mengintegrasikan hasil costing SPM ke dalam dokumen perencanaan dinas/daerah, serta
mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan kegiatan prioritas pemenuhan SPM.
Tim Anggaran dan DPRD berperan dalam menyetujui alokasi dana pemenuhan SPM yang diusulkan
sesuai dengan hasil analisis dan penghitungan serta mengawasi pelaksanaan implementasi program
SPM daerah.
Tim SPM bersama MSF atau unsur CSO melaksanakan advokasi kebijakan dan pengawasan
penerapan SPM untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan publik secara berkelanjutan.
Selain terlibat dalam Tim Penyusun SPM yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan
rekomendasi teknis, forum multi stakeholder/MSF berperan dalam pengawasan pelaksanaan
program-kegiatan prioritas pemenuhan SPM di tingkat unit layanan/sekolah dan tingkat kabupaten/kota
(SKPD/Dinas). Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian
ditindaklanjuti dengan analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.
www.kinerja.or.id
15
16
www.kinerja.or.id
SPM secara periodik serta melakukan review jika ada rencana yang pelaksanaanya perlu diperbaiki
atau ditingkatkan.
8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Puskesmas atau instansi/
SKPD lainnya: Kabupaten/kota yang sudah menyelesaikan tahapan penghitungan Costing SPM dapat
mengadopsi atau melaksanakan praktek baik guna memaksimalkan pelayanan publik, misalnya:
membuat Peraturan Walikota/Bupati tentang penerapan SPM beserta petunjuk teknisnya, memperluas
penghitungan costing SPM ke seluruh unit layanan/puskesmas, menerapkan SPM di Dinas/SKPD
lain diluar Dinas Kesehatan, menerapkan indikator-indikator SPM sebagai acuan dalam penyusunan
Renstra Dinas dan RPJMD Kabupaten/kota, menerapkan Standar Pelayanan Publik/SPP untuk
pelaksanaan pelayanan publik sesuai indikator SPM yang ingin dicapai.
Sekurang-kurangnya ada perubahan-perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program
SPM dengan pendekatan KINERJA:
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan pembiayaan
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) berbasis SPM, ketrampilan penghitungan dan kesenjangan
pembiayaan SPM Kesehatan, Staf/Pejabat Puskesmas dan Dinas Kesehatan yang turut langsung
melakukan penghitungan SPM akan lebih menjiwai peningkatan pelayanan publik berbasis standar.
Peningkatan kemampuan pengalokasian anggaran sektor kesehatan dalam melaksanakan programkegiatannya untuk mencapai target SPM.
www.kinerja.or.id
17
BAB 4
MENGATASI TANTANGAN
DAN MENCAPAI SUKSES
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program Perencanaan SPM bidang Kesehatan, yakni antara lain:
Meskipun sebagian besar staf/pejabat Dinas Kesehatan memahami dan mengerti SPM Kesehatan,
namun masih banyak pejabat kabupaten/kota yang belum memahami pentingnya penerapan SPM
dalam pelayanan publik, termasuk unsur DPRD dan Bupati/Walikota dan Wakilnya,
Hampir di sebagian besar kabupaten/kota perihal manajemen data cukup bermasalah/tidak lengkap
dan tidak tersimpan baik, kadang validitasnya diragukan. Sehingga pada saat melaksanakan
identifikasi capaian SPM kesulitan dalam penyediaan data yang diperlukan sehingga dibutuhkan waktu
panjang untuk mengumpulkan dan klarifikasi data. Hal ini terjadi baik di tingkat Puskesmas maupun
tingkat Dinas dan Kabupaten/kota.
Proses akhir penghitungan SPM dan hasil costing SPM-nya terlambat sehingga tidak sesuai dengan
siklus perencanaan dan penganggaran daerah. Akibatnya hasil costing SPM terlambat diintegrasikan
ke dalam dokumen penganggaran daerah, hal ini berdampak tidak/kurang tersedia alokasi anggaran
untuk pemenuhan target SPM.
Keterbatasan anggaran daerah yang tersedia dan kebutuhan sektor lain yang dipandang lebih
prioritas menyebabkan pemenuhan SPM Kesehatan belum terpenuhi dan rencana program-kegiatan
pemenuhan SPM yang sudah disusun tidak dapat segera dilaksanakan.
Keterbatasan waktu dan Kapasitas para pegawai yang menangani program SPM yang masih kurang
sehingga proses penghitungan, penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam
perencanaan dan penganggaran menjadi lambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi
melalui lokakarya dan pendampingan yang intensif.
Kapasitas personil sebagian Konsultan dan/atau organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga
pada awal pelaksanaan program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi
stakeholder belum seperti yang diharapkan. Tantangan ini diatasi melalui dukungan bimbingan teknis
oleh kantor pusat National Office KINERJA.
18
www.kinerja.or.id
Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat
baru. Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat
memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.
Keberhasilan Program
1. Contoh Keberhasilan Program SPM Kesehatan di Kabupaten Makassar
Program SPM Kesehatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dapat dijadikan contoh keberhasilan
Program Penghitungan (Costing) Kebutuhan Pemenuhan Target SPM Kesehatan. Kotaini menghadapi
masalah kesenjangan capaian SPM terhadap target SPM Kesehatan.
Dalam rangka mengatasi kesenjangan capaian SPM bidang kesehatan, Pemerintah Kota Makassar
(Dinas dan Puskesmas) bekerja sama dengan forum multi stakeholder kesehatan Kota Makassar dan
Konsultan STTA Kinerja melakukan penghitungan kesenjangan capaian untuk setiap indikator SPM
bidang Kesehatan. Perhitungan dilakukan melalui serangkaian workshop yang melibatkan tidak hanya
3 puskesmas mitra Kinerja (pilot) tetapi juga 20 puskesmas lainnya di Kota Makasar. Hasil perhitungan/
costing SPM kemudian diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaaan dan penganggaran daerah
(Renja, RKA, Renstra, RPJMD Kota Makassar).
Pembuatan Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM di Kota Makasar, melalui serangkaian
diskusi dan advokasi intensif antara SKPD/dinas pemerintah, Bagian Hukum Setda dan wakil forum
multi stakeholder beserta wakil-wakil seluruh puskesmas. Perwali tersebut telah disahkan pada akhir
Desember 2013 dan meresmikan kebijakan pemerintah daerah untuk menjamin penyediaan pelayanan
kesehatan yang berbasis SPM yang didukung tidak hanya oleh Dinas Kesehatan tetapi juga oleh
SKPD terkait lainnya seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda. Implementasi peraturan walikota
ini selanjutnya akan dipantau oleh forum multi-stakeholder dan diterjemahkan implementasinya pada
setiap puskesmas di Kota Makasar (46 puskemas).
www.kinerja.or.id
19
b) Pendekatan KINERJA
Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (supply:
Dinas/SKPD dan unit layananan/puskesmas) dan sisi pengguna layanan (masyarakat yang diwakili forum
multi stakeholder kesehatan). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat
pemerintah daerah dalam hal:
Secara efektif menerapkan kebijakan program dan anggaran pemenuhan SPM kesehatan dalam siklus
perencanaan Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kota.
Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan daerah yang
mempengaruhi masyarakat.
Melakukan peran pengawasan dan advokasi pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan program dan anggaran pemenuhan SPM secara transparan, akutabel,
partisipatif.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini
didorong atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang
menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah.
c) Strategi Program
1).
Penguatan organisasi masyarakat sipil
Pemerintah Kota Makassar membuka ruang organisasi masyarakat sipil dengan melibatkan
mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Selain itu, instansi pemerintah
dan masyarakat sipil bekerjasama bersama-sama, berdialog-diskusi mencari solusi terbaik.
20
www.kinerja.or.id
Pemerintah setempat juga diakui dan didukung oleh Forum Multi Stakeholder Kesehatan dengan
melibatkan anggota masyarakat, para profesional bidang kesehatan, anggota dewan kesehatan
kota dan wartawan. Forum ini melakukan kampanye advokasi khusus pada kebijakan penerapan
SPM Kesehatan.
Pemerintah Kota Makassar membentuk Tim SPM yang melibatkan beberapa SKPD terkait,
termasuk Dinas Kesehatan, para Kepala Puskesmas,Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda), Bagian Hukum, dan Forum Multi Stakeholder Kota untuk menghitung, menganalisis,
dan memverifikasi data-data untuk setiap indikator SPM Kesehatan dan untuk menyusun
Peraturan Walikota tentang penerapan SPM Kesehatan.
5). Pemantauan dan evaluasi implementasi costing dan Perwali oleh MSF
Menyusul penerbitan Peraturan Walikota tentang penerapan SPM Kesehatan, forum multistakeholder, Dewan Kota Sehat dan jurnalisme warga (JW) memantau pelaksanaan hasil costing
dan Perwali tentang penerapan SPM Kesehatan.
Hasil nyata perkembangan pencapaian SPM Kesehatan Kota Makassar yang memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan inisiatif, meliputi:
1) Semakin meningkatnya inisiatif Pemda dalam penerapan SPM, yang ditunjukkan dengan
disahkannya Peraturan Walikota tentang Penerapan SPM Kota Makassar.
2) Program hasil costing telah digunakan dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan Dinas
Kesehatan.
3) Seluruh puskesmas telah dilibatkan dalam lokakarya perhitungan SPM sehingga meningkat
pemahamannya tentang SPM Bidang Kesehatan.
www.kinerja.or.id
21
4) Perencanaan berbasis SPM dan hasil-hasil perhitungan SPM telah diterapkan dalam penyusunan
dokumen perencanaan daerah, seperti: Renja, Renstra SKPD, RPJMD Kota Makassar.
2. Program Pengungkit
Program SPM yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah telah
menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan implementasi
program dan anggaran pemenuhan SPM Kesehatan, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap
proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya. Keterlibatan masyarakat seperti
ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh peraturan
perundangan.
Keberhasilan Program SPM ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya
di sektor kesehatan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak
urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini apabila
pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk secara bersama-sama
melaksanakannya.
22
www.kinerja.or.id
BAB 5
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
Program KINERJA untuk SPM Kesehatan bekerja di sedikit daerah, dari ratusan daerah kabupaten/kota
di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di
daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA berharap daerah-daerah lain dapat melihat manfaat bagi
pemerintah daerah dan masyarakat dari penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM, dan bersedia mereplikasi
dan mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program peningkatan pelayanan
publik sektor kesehatan. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga
pendidikan dan pelatihan untuk pegawai dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
www.kinerja.or.id
23
24
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
25
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
31
LAMPIRAN B
Uraian Substansi
33
Latar Belakang
33
35
53
Tujuan Pembelajaran
53
54
63
MODUL I
MODUL 2
26
35
36
37
42
43
44
www.kinerja.or.id
MODUL 3
MODUL 4
MODUL 5
www.kinerja.or.id
68
69
71
76
77
78
99
Tujuan Pembelajaran
99
100
103
106
111
111
121
Tujuan Pembelajaran
121
Pendahuluan
122
123
124
126
126
129
133
142
143
145
Contoh Presentasi di CD
145
163
Tujuan Pembelajaran
163
Pendahuluan
164
164
165
167
27
MODUL 6
MODUL 7
MODUL 8
LAMPIRAN C
MODUL I
28
175
175
176
Contoh Presentasi di CD
177
186
Tujuan Pembelajaran
186
Pendahuluan
187
187
194
205
209
Contoh Presentasi di CD
217
227
Tujuan Pembelajaran
227
Pendahuluan
227
234
241
Tujuan Pembelajaran
241
Pendahuluan
241
242
244
246
254
Latar Belakang
254
257
257
Program Fasilitasi
257
Tindak Lanjut
259
www.kinerja.or.id
MODUL 2
MODUL 3
MODUL 4
MODUL 5
MODUL 6
MODUL 7
MODUL 8
www.kinerja.or.id
260
260
Persiapan peserta
260
Fasilitasi
261
264
264
Persiapan Peserta
264
Fasilitasi
265
268
265
268
Fasilitasi
269
273
273
Fasilitasi
273
277
277
277
281
281
Persiapan
281
Fasilitasi
282
284
284
Persiapan
284
Fasilitasi
285
29
30
LAMPIRAN D
287
LAMPIRAN E
305
LAMPIRAN F
307
307
310
322
LAMPIRAN G
Daftar Pustaka
325
LAMPIRAN H
Bahan di dalam CD
326
LAMPIRAN I
Daftar Singkatan/Istilah
327
www.kinerja.or.id
Lampiran A
Dengan adanya SPM ini, akan membuat layanan (kesehatan) lebih efektif dan efisien. Harapan
nya adalah masyarakat yang dilayani lebih puas.
H. Binakir, SKM
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah
"Untuk program Kinerja yang dilakukan di puskesmas Simpang Tiga itu banyak, terutama
membantu dalam hal pembentukan pelayananya itu tentang SOP standar pelayanan operasional,
kemudian SPM. Itu banyak sekali manfaat yang diberikan kepada kita. Dengan adanya Kinerja,
masukan, arahan dari mereka itu, sehingga kita bisa memaksimalkan membuat SOP alur, SPM
seperti apa sehingga bisa kita laksanakan sesuai dengan yang diharapkan oleh dinas itu sendiri."
Risnawati
Kepala Puskesmas Simpang Tiga
Bukit, Bener Meriah, Aceh
"Beberapa kegiatan yang difasilitasi oleh USAID-Kinerja yang pernah kita ikuti yang pertama itu
adalah pendampingan SPM, Standar Pelayanan Minimal. Jadi ini merupakan sesuatu yang sangat
bermanfaat sekali yang saya rasakan di dinas kesehatan karena terus terang saja sebelum itu
www.kinerja.or.id
31
kita belum pernah mendapatkan masukan tentang bagaimana membuat costing pada SPM. Jadi
itu sangat membantu sekali sehingga teman-teman sudah kita arahkan untuk perencanaan ke
depan, itu tetap mengacu kepada SPM yang ada. Karena kita sudah dilatih, diberikan masukanmasukan oleh dan difasilitasi oleh USAID-Kinerja."
Ahmad Kismed
Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, Kalimantan Barat
Muhammad Ichsan,
Ketua Forum Peduli Kesehatan (Forum Multi-Stakeholder)
32
www.kinerja.or.id
Lampiran B
Uraian Substansi
Latar Belakang
Uraian substansi Perencanaan dan Penganggaran Pemenuhan SPM di Bidang Kesehatan untuk
Kabupaten/Kota ini disusun sebagai sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan
program KINERJA-USAID di daerah yang terbukti sukses dalam perencanaan peningkatan mutu
kesehatan.
Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai
dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan proses pembentukan tim,
serta perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM di program kesehatan,
Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses sebagai bahan dukungan dalam
advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan (lihat juga buku seri
lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF),
Dalam lampiran ini dibahas konsep dasar service standard, langkah-langkah dalam penyusunan rencana
pencapaian SPM kesehatan, yang terdiri dari identifikasi tingkat pencapaian mutu pelayanan, analisis
kesenjangan, strategi untuk memenuhi kesenjangan, prioritisasi kegiatan intervensi, serta costing
dan pembiayaan pemenuhan SPM. Disamping itu, sebagai jaminan bahwa rencana pencapaian yang
telah disusun tersebut akan dapat terlaksana dengan baik, dalam modul ini juga akan dibahas tentang
pengintegrasian hasil costing dan pembiayaan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan
SKPD. Sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari seluruh pelaksanaan kegiataan dalam rangka
pencapaian SPM ini adalah pembahasan tentang teknik monitoring dan evaluasi, serta pelaporan kinerja
pencapaian SPM. Pada bagian terakhir dari modul akan dibahas tentang pelaksanaan good governance
atau praktek yang baik dalam penerapan SPM kesehatan.
Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 9 topik, sebagaimana diuraikan
berikut ini:
www.kinerja.or.id
33
1. Modul 1: Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan,
yang membahas standar pelayanan bidang kesehatan, SPM kesehatan, serta pentingnya SPM dan
perencanaan pemenuhan SPM kesehatan, dan pentingnya costing sebagai dasar perencanaan.
2. Modul 2: Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM, yang membahas identifikasi capaian SPM perindikator, data yang relevan, formulir dan tally-sheet KINERJA, teknik pengumpulan data, metode
pengolahan data, penyimpulan hasil pengumpulan data dan mengetahui data capaian kinerja SPM terkini
3. Modul 3: Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional, yang membahas target SPM nasional normatif,
capaian eksisting SPM daerah, gap SPM nasional vs lokal/daerah, teknis identifikasi faktor kesenjangan
serta identifikasi faktor utama penyebab kesenjangan.
4. Modul 4: Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk Memenuhi Gap, yang membahas faktor sukses
pendukung pencapaian pemenuhan SPM, teknis identifikasi program dan kegiatan, kebijakan dan
peraturan daerah,program dan budgeting yang mendukung pencapaian SPM, teknis prioritisasi kegiatan
penentuan SPMdan akselerasi SPM, serta rekomendasi praktek governance.
5. Modul 5: Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM, yang membahas kegiatan SPM dan sumber
pembiayaan, prinsip costing, penyepakatan unit cost daerah, costing aktivitas, costing indikator, costing
layanan, dan penghitungan total pembiayaan SPM, serta skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun
jamak.
6. Modul 6: Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan SPM dalam Perencanaan dan Penganggaran Daerah
dan SKPD, yang membahas integrasinya dalam dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD),
perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA PPAS), perencanaan lima tahunan SKPD (renstra),
perencanaan tahunan SKPD (Renja dan RKA), serta sosialisasi kepada masyarakat.
7. Modul 7: Teknik Monitoring dan Evaluasi Serta Laporan Kinerja SPM yang membahas langkah monev dan
pelaporan.
8. Modul 8: Praktek yang Baik dalam Penerapan Standar Layanan, yang membahas praktek baik (Good
Practices) dalam penerapan SPM, dan
34
www.kinerja.or.id
Modul 1
Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan
dalam Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan
Tujuan Pembelajaran
Memahami konsep standar layanan (services standard atau SS) dan SPM bidang kesehatan dan
memahami keterkaitan services standard dan SPM dengan paket program KINERJA.
Peran masyarakat dan peran penyedia layanan dalam proses perencanaan pemenuhan SPM.
www.kinerja.or.id
35
Pendahuluan
Kajian tentang standar pelayanan (service standard) di Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini
semakin mengemuka, sejalan dengan adanya peraturan perundangan tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Konsep SPM muncul sebagai bentuk tindak lanjut yang diambil oleh pemerintah pusat
terhadap undang-undang tentang pemerintah daerah yang mengatur adanya pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Beberapa peraturan yang terkait dengan SPM
diantaranya adalah:
1. UU 32/ 2004 tentang Pemerintah Daerah
2. PP 38/ 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
3. PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM
4. PP 20/ 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
5. PP 6/ 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
6. Surat Edaran Mendagri No. 1006/676/SJ perihal Percepatan Penerapan SPM.
Dalam UU 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan tentang adanya beberapa jenis
kewenangan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Hal ini dipertegas lagi dalam
PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Untuk menjamin bahwa pemerintah daerah
melaksanakan beberapa urusan wajibnya dengan baik, maka dibuatlah aturan tentang SPM, yaitu PP
65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM.
SPM mengatur tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Sampai dengan tahun 2013 pemerintah pusat telah
menetapkan 13 SPM. Masing-masing kementrian terkait dharapkan segera menindaklanjuti dalam bentuk
petunjuk teknis pelaksanaannya.
Di dalam penjelasan atas PP 65/ 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal, disebutkan bahwa tujuan dari penetapan kebijakan tentang SPM ini dimaksudkan untuk:
1. Menjamin hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah dengan
mutu tertentu.
2. Menjadi alat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan
dasar, sehingga SPM dapat menjadi dasar menentukan kebutuhan pembiayaan daerah.
36
www.kinerja.or.id
3. Menjadi landasan dalam menentukan perimbangan keuangan dan/atau bantuan lain yang lebih adil
dan transparan.
4. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran kinerja berbasis manajemen kinerja. SPM dapat dijadikan
dasar dalam alokasi anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur. SPM dapat menjadi alat untuk
meningkatkan akuntabilitas Pemerintahan Daerah terhadap masyarakat. Sebaliknya, masyarakat dapat
mengukur sejauhmana Pemerintahan Daerah dapat memenuhi kewajibannya dalam menyediakan
pelayanan publik.
5. Memperjelas tugas pokok Pemerintahan Daerah dan mendorong terwujudnya checks and balances
yang efektif.
6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dengan memperhatikan kronologis lahirnya SPM di Indonesia serta dengan mencermati berbagai peraturan
terkait, dapat disimpukan bahwa SPM memegang peranan yang sangat penting, karena menjadi salah satu
tolok ukur keberhasilan pembangunan di daerah. Oleh karena itulah masing-masing daerah harus paham
betul konsep SPM ini sehingga mampu menciptakan strategi yang jitu dalam mencapainya.
Hal inilah yang melatarbelakangi KINERJA mengangkat kajian tentang service standard ini sebagai
salah satu bidang garapan prioritas. KINERJA berupaya meningkatkan penyediaan pelayanan oleh
pemerintah daerah di tiga bidang kritis, yaitu pendidikan, kesehatan dan iklim usaha yang baik. Program
ini mencakup kendala-kendala sisi penawaran maupun permintaan dalam meningkatkan penyediaan
pelayanan dan berupaya memperkuat mekanisme akuntabilitas.
Unsur utama penggerak pembangunan adalah sumber daya manusia (SDM). Agar dapat berkontribusi
optimal bagi pembangunan, SDM harus dalam kondisi kesehatan yang optimal pula.
www.kinerja.or.id
37
Bidang garapan sektor kesehatan sangat luas, yaitu meliputi seluruh fase kehidupan manusia, mulai dari
sebelum dilakukannya pembuahan hingga akhir kehidupan manusia, masa kehamilan, persalinan, masa
nifas, bayi, balita, anak-anak, remaja, masa usia subur, dewasa, dan lansia.
Standar Layanan bidang kesehatan memiliki peran strategis sebagai alat kendali mutu yang utama.
Standar layanan tidak hanya berbicara tentang sasaran dalam pengadaan layanan, tetapi juga mencakup
hal-hal berikut ini:
1. Gambaran jenis pelayanan yang harus diberikan.
2. Janji layanan atau prinsip kualitas yang harus dipenuhi dalam proses pelayanan.
3. Target yang jelas untuk setiap jenis pelayanan.
4. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelayanan sesuai standar.
5. Adanya kesempatan bagi masyarakat utuk mengajukan komplain atau usulan jika standar pelayanan yang
telah ditetapkan tidak berhasil dipenuhi.
Standar Layanan bidang kesehatan di Indonesia diimplementasikan dalam bentuk ketetapan tentang
SPM bidang kesehatan.
2. SPM Kesehatan
Pengertian SPM berdasarkan PP 65/2005 pasal 1 ayat (6), SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diterima oleh setiap warga secara minimal.
Pengertian SPM tersebut diacu dalam Permendagri 6/2007.Untuk tiap jenis pelayanan, harus jelas tolok ukurnya
yang disebut dengan indikator SPM. Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang memberikan
petunjuk/indikasi terhadap adanya perubahan atau penyimpangan terhadap nilai yang telah ditetapkan.
Lahirnya konsep SPM kesehatan di Indonesia sejalan dengan perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia
dari pola sentralisasi ke arah desentralisasi. Standar Pelayanan Minimal adalah salah satu instrumen
Pemerintah untuk mengendalikan desentralisasi dan otonomi daerah agar pelayanan dasar diperhatikan serta
diprioritaskan oleh pemerintah daerah.SPM disusun untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada
masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.
Dengan adanya SPM ini, pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya dapat dengan jelas memahami program
dan jenis pelayanan kesehatan dasar minimal serta indikator kinerja masing-masing kegiatan, beserta target
38
www.kinerja.or.id
dan waktu pencapaiannya. Implikasi lebih jauh dari adanya SPM adalah adanya tuntutan profesionalisme dan
akuntabilitas pemerintah daerah agar menyusun langkah strategis, selaras dengan ketentuan dalam SPM.
SPM memudahkan penyusunan Rencana Strategis Nasional dan Daerah (Renstranas dan Renstrada), dengan
adanya ukuran-ukuran kuantitatif dan kualitatif.
Dengan adanya SPM bidang kesehatan diharapkan pelayanan kesehatan yang menjadi kebutuhan utama
masyarakat dapat dipenuhi pada tingkat yang ditetapkan sebagai yang paling minimal secara nasional. Hal
ini dimaksudkan agar dapat mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan antar daerah, dan lebih lanjut
diharapkan dapat memelihara dan menjaga keutuhan negara Republik Indonesia. Pelayanan dasar kepada
masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan mengurus kebutuhan dasar masyarakat untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
Dalam Permenkes 741/2008 disebutkan bahwa SPM untuk bidang kesehatan terdiri dari 4 jenis pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan kesehatan dasar.
2. Pelayanan kesehatan rujukan.
3. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulanggan kejadian luar biasa.
4. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Masing-masing pelayanan tersebut diterjemahkan ke dalam indikator khusus, yang secara total teridiri dari 18
indikator. Rincian SPM kesehatan selengkapnya adalah sebagai berikut:
Indikator SPM
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan
4. Cakupan pelayanan nifas
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
6. Cakupan kunjungan bayi
7. Cakupan Desa/Kelurahan UCI
8. Cakupan pelayanan anak balita
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 -24
bulan gakin
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
www.kinerja.or.id
39
Jenis Pelayanan
Indikator SPM
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) &
setingkat
12. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit*)
14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
Pelayahan Kesehatan
rujukan
Penyelidikan epidemiologi
dan penanggulangan
kejadian luar biasa
Keterangan:
Khusus untuk indikator Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit, diperinci lagi menjadi 5 indikator, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
Cakupan penemuan penderita Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Cakupan Penemuan pasien baru TB BTA Positif
Cakupan Penderita DBD yang ditangani
Cakupan Penemuan penderita diare
Sebagai penjabaran dari Permenkes 741/MENKES/PER/VII2008 ini kementerian Kesehatan telah menerbitkan
pula petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota yang tertuang dalam
keputusan Menteri Kesehatan No. 828/MENKES/SK/IX/2008. Di dalam KMK No. 828 tahun 2008 tersebut
dijelaskan tentang pengertian, definisi operasional, cara perhitungan atau rumus, sumber data, rujukan, target,
langkah kegiatan, serta SDM yang dibutuhkan demi terselenggaranya SPM kesehatan.
Meskipun telah ditetapkan Permenkes 741/MENKES/PER/VII2008 dan KMK. No. 828/MENKES/SK/IX/2008,
tetapi pemerintah sendiri menyadari bahwa Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan ini bersifat
dinamis, artinya jenis pelayanan beserta indikator kinerjanya perlu terus dikembangkan melalui konsensus
nasional. Disamping itu, pemerintah pusat juga masih memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan, karakteristik, dan potensi daerah, diluar pelayanan
wajib minimal tersebut.
Dalam penyelenggaraannya, Bupati/Walikota adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan
pelayanan kesehatan minimal ini, dengan Dinas Kesehatan sebagai koordinator operasional. Setiap tahun
40
www.kinerja.or.id
Bupati/Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan pencapaian SPM kesehatan kepada
Menteri Kesehatan. Berdasarkan laporan teknis tersebut, Menteri Kesehatan, Gubernur dan Bupati/Walikota
melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM kesehatan di wilayahnya masing-masing.
www.kinerja.or.id
41
penyelenggaraan pelayanan publik. Untuk itulah setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun dan
menetapkan standar pelayanan.
Untuk pelayanan bidang kesehatan, karena merupakan salah satu kewenangan wajib, jenis dan target
standar pelayanan minimal diatur secara tersentral oleh pemerintah pusat, yaitu melalui Permenkes 741/
MENKES/PER/VII2008 dan KMK. No. 828/MENKES/SK/IX/2008. SPM bidang kesehatan disusun sebagai alat
Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat secara merata. Pencapaian SPM bidang kesehatan akan menjadi unsur penilaian kinerja atau LPJ
Kepala Daerah sehingga lebih akurat, terukur, transparan dan akuntabel.
Penyusunan rencana pemenuhan SPM bidang kesehatan merupakan proses penting untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan wajib bidang kesehatan yang merupakan hak dasar masyarakat. Rencana
pemenuhan SPM ini menjadi salah satu acuan pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan dan
penganggaran penyelenggaraan pemerintah daerah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam permendagri
54/2010 pasal 11 ayat 1 huruf c yang menyebutkan bahwa program kegiatan alokasi dana, sumber pendanaan
dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan urusan wajib yang
mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi daerah dan masyarakat atau urusan yang menjadi tanggung jawab
SKPD. Ayat 6 juga menegaskan kembali bahwa perumusan capaian kinerja setiap program dan kegiatan
harus berpedoman pada rencana pencapaian SPM berdasarkan ketentuan perundang-undangan disesuaikan
dengan kemampuan daerah.
42
www.kinerja.or.id
ditanggung/dibebankan kepada setiap jenis sumber biaya, jika terdapat sumber-sumber biaya yang berbedabeda. Disinilah pentingnya dilakukan costing SPM.
Perhitungan kebutuhan biaya ini didasarkan pada hasil perhitungan riil atas kegiatan yang telah dilakukan,
sesuai dengan standar biaya yang berlaku di masing-masing daerah. Dengan adanya costing SPM akan
dapat ditentukan Standard Spending Assesment (SSA) atau SAB (Standar Analisis Biaya), yaitu perhitungan
biaya untuk suatu pelayanan, dan perhitungan kebutuhan agregat minimum pembiayaan Daerah. Disamping
itu juga menjadi landasan dalam menentukan anggaran suatu pelayanan publik, perimbangan keuangan dan
anggaran berbasis kinerja. Hal ini penting juga sebagai dasar pertimbangan dalam mengalokasikan dana
bagi fasilitas kesehatan dengan mempertimbangkan kondisi geografis. Secara umum manfaatnya adalah
memberikan informasi bagi pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy decision) dalam
bidang pembiayaan kesehatan baik di tingkat nasional maupun daerah.
Melalui costing SPM akan dapat diketahui model pembiayaan normatif (pembakuan biaya) pada tingkat
kabupaten untuk memperhitungkan biaya SPM yang realistis dan dinamis. Hasil perhitungan biaya SPM akan
menentukan total anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan dasar. Hal ini akan menjadi
landasan untuk menentukan perimbangan keuangan yang lebih merata dan transparan.
www.kinerja.or.id
43
44
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
45
46
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
47
48
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
49
50
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
51
c) Presentasi modul 1.3 Praktek governance dalam standar pelayanan publik bidang
kesehatan.
Lihat materi presentasi pada folder modul-1: Presentasi 1.3 Praktek governance dalam standar pelayanan
publik bidang kesehatan.
52
www.kinerja.or.id
Modul 2
Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM
Tujuan Pembelajaran
Uraian substansi modul ini mengidentifikasi tingkat pencapaian SPM di daerahnya:
1. capaian SPM per-indikator
2. data relevan untuk mengidentifikasi capaian indikator SPM
3. teknik pengumpulan data (data collecting)
4. pengolahan data
5. cara menyusun kesimpulan dari hasil pengumpulan data
6. caramerumuskan tingkat pencapaian kinerja SPM terkini.
www.kinerja.or.id
53
Tingkat pencapaian SPM menggambarkan kinerja pembangunan kesehatan di suatu wilayah.Masingmasing indikator SPM memiliki formula tertentu yang menggambarkan tingkat kemampuan daerah dalam
menyelenggarakan pelayanannya kepada masyarakat. Hasil perhitungan setiap indikator SPM dapat
digunakan sebagai tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif dan dapat pula digunakan sebagai bahan
kaji banding bagi daerah lain.
Untuk bisa mengidentifikasi tingkat pencapaian SPM kesehatan secara tepat, perlu dipahami terlebih
dahulu definisi operasional dari masing-masing indikator serta formula pengukurannya. Sub pokok
bahasan berikut akan menjelaskan tentang definisi operasional dan cara pengukuran dari setiap
indikator SPM.
X 100%
Penyebut
Pembilang menunjukkan representasi dari target yang sudah dilayani, sedang penyebut merupakan
representasi dari keseluruhan target yang ada. Dengan mengikuti formula di atas, maka pencapaian indikator
54
www.kinerja.or.id
SPM tersebut dapat diartikan sebagai persentase jumlah target group pelayanan dasar SPM yang telah
menerima pelayanan. Hal ini menunjukkan status atau posisi pelayanan SPM pada tahun yang bersangkutan.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI C, definisi operasional dan formula pengukuran pencapaian
masing-masing indikator SPM kesehatan adalah sebagai berikut:
Cakupan Kunjungan
Ibu Hamil K4
Formula
Jumlah Ibu Hamil yang memperoleh pelayanan antenatal K4
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg sama
Pembilang:
Jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal
sesuai standar minimal 4 kali di
satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Cakupan komplikasi
kebidanan yang
ditangani
www.kinerja.or.id
X 100%
Penyebut:
Jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung
melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
55
No Indikator SPM
Formula
kerja pada kurun waktu yang sama:
dihitung berdasarkan angka estimasi
20% dari total Ibu Hamil di satu
wilayah pada kurun waktu yang sama.
Total sasaran Ibu Hamil dihitung
melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).
Cakupan pertolongan
persalinan oleh
tenaga kesehatan
yang memiliki
kompetensi
kebidanan
Cakupan pelayanan
nifas
Penyebut:
56
X 100%
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
www.kinerja.or.id
No Indikator SPM
5
Cakupan neonatus
dengan komplikasi
yang ditangani
Formula
Jumlah neonatus dgn komplikasi yg tertangani
Jumlah seluruh neonatus dgn komplikasi yg ada
Pembilang:
Jumlah neonatus dengan
komplikasi yang tertangani
dari satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu di sarana
pelayanan kesehatan.
X 100%
Penyebut:
Neonatus dengan komplikasi yang ada di
satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama di sarana pelayanan kesehatan.
Perhitungan sasaran neonatus dengan
komplikasi: dihitung 15% dari jumlah bayi
baru lahir.
Jika tidak diketahui jumlah bayi baru lahir
maka dapat dihitung dari CBR x jumlah
penduduk.
Cakupan kunjungan
bayi
Pembilang:
Penyebut:
Cakupan Desa/
Kelurahan UCI
www.kinerja.or.id
X 100%
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
57
No Indikator SPM
8
Cakupan pelayanan
anak balita
Formula
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali disatu wilayah
kerja pada waktu tertentu
Jumlah seluruh anak balita disatu wilayah kerja
dalam waktu yang sama
10
58
Cakupan pemberian
makanan
pendamping ASI
pada anak usia 6
24 bulan
keluarga miskin
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
www.kinerja.or.id
No Indikator SPM
11
12
13
a.
Cakupan peserta
Keluarga Berencana
(KB) aktif
Acute Flacid
Paralysis (AFP)
rate per 100.000
penduduk < 15 tahun
www.kinerja.or.id
Formula
Jml murid SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih
Jumlah murid SD dan setingkat
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
x 100%
Pembilang:
Penyebut:
59
No Indikator SPM
b.
Penemuan Penderita
Pneumonia Balita
Formula
Jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun.
Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita di satu Wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun.
c.
Penemuan pasien
baru TB BTA Positif
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
60
www.kinerja.or.id
No Indikator SPM
d.
Formula
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP dalam satu
wilayah selama satu tahun
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam
waktu satu tahun yang sama
e.
Penemuan penderita
diare
Pembilang:
Penyebut:
Cakupan pelayanan
kesehatan dasar
masyarakat miskin
www.kinerja.or.id
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
14
X 100%
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
61
No Indikator SPM
15
16
Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin
Cakupan pelayanan
gawat darurat level 1
yang harus diberikan
sarana kesehatan
(Rumah Sakit) di
Kabupaten/ Kota
17
Cakupan
Desa/Kelurahan
mengalami Kejadian
Luar Biasa (KLB)
yang dilakukan
penyelidikan
epidemiologi < 24
jam
Formula
Jumlah pasien maskin di sarkes strata2 dan strata3
Jumlah masyarakat miskin
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Penyebut:
Jumlah RS kabupaten
X 100%
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
62
www.kinerja.or.id
No Indikator SPM
18
Formula
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
www.kinerja.or.id
INDIKATOR
SUMBER DATA
2. Cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani
63
JENIS
PELAYANAN
INDIKATOR
SUMBER DATA
3. Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
1. SIMPUS,
2. SIRS
3. Laporan pelaksanaan audit Maternal &
perinatal
1.
2.
3.
4.
5.
Kohort balita
Laporan rutin SKDN
Buku KIA
KMS
Pencatatan pada Pos PAUD (Pemantauan
Anak Usia Dini), Taman Bermain,
6. Taman Penitipan Anak,Taman Kanak-kanak,
Raudatul Athfal dll.
64
www.kinerja.or.id
JENIS
PELAYANAN
INDIKATOR
SUMBER DATA
b. Penemuan Penderita
Pneumonia Balita
e. Penemuan penderita
diare
PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI
DAN PENANGGULANGAN KLB
PROMOSI
KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
PELAYANAN
KESEHATAN
RUJUKAN
www.kinerja.or.id
65
Waktu
pengumpulan
data
(7)
Penanggung
jawab
Kohort ibu
di BPS
Mengumpulkan laporan
rutin
Maksimal
tgl 5 bulan
berikutnya
Bidan di
Desa
Data
kunjungan
K1 K4
per bulan
di dokter
praktek
swasta
Kohort ibu
di DPS
Mengumpulkan laporan
rutin
Maksimal
tgl 5 bulan
berikutnya
Bidan di
Desa
Data
kunjungan
K1 K4
per bulan
di Klinik
swasta
Kohort ibu
di Klinik
swasta
Mengumpulkan laporan
rutin
Maksimal
tgl 5 bulan
berikutnya
Bidan di
Desa
Dst....
...
...
...
...
Jumlah
penduduk
BPS atau
kecamatan
Menyalin
data dari
BPS atau
kecamatan
Akhir tahun
sebelumnya
Koordinator
SP2TP
No
Indikator
SPM
Formula
perhitungan
Data yang
dibutuhkan
Sumber
data
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Cakupan
kunjungan
Ibu Hamil
K- 4
Pembilang:
Jumlah Ibu
Hamil yang
memperoleh
pelayanan K4
Data
kunjungan
K1 K4
per bulan
di BPS
Penyebut:
Jumlah
sasaran ibu
hamil
2
Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani
(8)
Pembilang:
Jumlah
Komplikasi
kebidanan
yang
mendapat
penanganan
definitif
Penyebut:
Jumlah Ibu
dengan
komplikasi
kebidanan
Dst...
...
66
www.kinerja.or.id
Keterangan:
Kolom (1) : Diisi nomor urut
Kolom (2) : Diisi nama indikator SPM. Contoh: No. 1 Indikator Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4
Kolom (3) : Diisi rumus (pembilang dan penyebut) utuk menghitung capaian SPM pada indikator yang tersebut pada
kolom (2).
Kolom (4) : Diisi rincian data yang diperlukan untuk menghitung jumlah pembilang dan penyebut yang tersebut pada
kolom (3)
Kolom (5) : Diisi sumber data untuk mendapakan data yang tersebut pada kolom (4)
Kolom (6) : Diisi metode atau cara yang tepat untuk mendapatkan data yang tersebut pada kolom (4)
Kolom (7) : Diisi periodisasi waktu pengumpulan data untuk setiap jenis dan asal data (kolom (4) dan (5))
Kolom (8) : Diisi pihak atau person yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data.
Dengan memanfaatkan formulir identifikasi data seperti tabel di atas, akan dapat diketahui jika ada jenis data
yang sama untuk indikator SPM yang berbeda. Di samping itu juga dapat dikenali adanya data yang saling
terkait antara satu indikator dengan indikator lainnya.
Beberapa contoh data yang sama atau saling terkait adalah sebagai berikut:
1. Data jumlah penduduk diperlukan untuk menghitung jumlah penyebut pada indikator 1 (cakupan kunjungan
Ibu Hamil K- 4), indikator 2 (cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani), indikator 3 (cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan), indikator 4 (cakupan
pelayanan nifas), indikator 13 (Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit)
2. Data jumlah sasaran ibu hamil yang digunakan pada indikator 1 (cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4) akan
digunakan juga untuk indikator 2 (cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani), karena perhitungan
jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan dilakukan dengan mengalikan jumlah sasaran ibu hamil dengan
angka estimasi 20%.
3. Ada keterkaitan antara data jumlah persalinan (ditolong nakes dan non nakes) dengan data jumlah bayi
lahir (lahir hidup dan lahir mati).
Analisis seperti di atas penting dilakukan untuk menjaga konsistensi data. Temuan tersebut akan menjadi
dasar bagi pelaksanaan koordinasi antar program.
Setelah berbagai jenis data yang relevan diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengumpulan data. Untuk mempermudah kegiatan pengumpulan data, diperlukan alat bantu berupa formulir
dan tally sheet. Selengkapnya mengenai formulir pengumpulan data akan dibahas dalam sub pokok bahasan
berikut ini.
www.kinerja.or.id
67
Data SD dan MI
Nama
Sekolah
Jumlah
Murid
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
SD A
SD B
SD C
Dst...
Pusk B
Pusk C
Dst...
TOTAL
Keterangan:
Kolom (1)
:
Kolom (2)
:
Kolom (3)
:
68
Diisi dengan nama Puskesmas. Jika formulir ini digunakan untuk tingkat Puskesmas,
tidak perlu ada kolom Nama Puskesmas, tetapi Nama Puskesmas tertulis pada judul tabel
Diisi nama sekolah (Sumber data: Diknas setempat)
Diisi jumlah murid kelas 1 sekolah yang namanya tersebut pada kolom (2) (Sumber data:
Diknas setempat)
www.kinerja.or.id
Diisi hasil kegiatan penjaringan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas bersama guru
dan dokter kecil (Sumber data: catatan kegiatan UKS/UKGS Puskesmas dan catatan dari
sekolah setempat)
Diisi hasil penjumlahan kolom (4) s.d (15)
Berdasarkan tabel tersebut dapat dihitung capaian indikator Cakupan pejaringan kesehatan siswa SD dan
setingkat dengan cara: TOTAL Kolom (16) dibagi TOTAL kolom (3) kali 100%.
Klasifikasi data
No
Dasar Klasifikasi
Jenis data
1.
Data primer
Data sekunder
2.
Data kuantitatif
Data kualitatif
3.
Menurut sumber
Data internal
Data eksternal
4.
Data rutin
Data tidak rutin
www.kinerja.or.id
69
Jika dilihat dari berbagai ciri yang ada, data SPM yang direkap oleh Dinas Kesehatan seluruhnya adalah data
sekunder yaitu berasal dari Puskesmas, RS, atau institusi lain. Sedangkan di tingkat Puskesmas dapat berupa
data primer maupun data sekunder. Data primer misalnya data pencatatan langsung pada saat kunjungan ibu
hamil ke Puskesmas. Data sekunder misalnya data rekapan kunjungan ibu hamil dari Bidan Praktek Swasta
(BPS), klinik swasta, atau RS swasta. Menurut sifat datanya, data yang dikumpulkan untuk menghitung
pencapaian SPM termasuk kategori data kuantitatif. Hal ini bisa dipahami karea seluruh indikator SPM
menggunakan target kuantitatif sebagai ukuran keberhasilannya.
Jika dilihat menurut sumber, data SPM bisa berupa data data internal dan data eksternal. Data internal yang
diaksud adalah data yang bersumber dari dalam Puskesmas, misalnya: jumlah kunjungan K4 di Puskesmas,
jumlah persalinan yang dilakukan di Puskesmas. Data eksternal adalah data yang berasal dari luar
Puskesmas, misalnya: data jumlah penduduk, data jumlah SD/MI.
Tetapi jika dilihat menurut periodisasi waktu pengumpulan data, sebaiknya semua data SPM merupakan
data rutin. Jika seluruh data SPM telah terkategori data rutin hal ini menunjukkan telah terdapat mekanisme
pengumpulan data yang baku dan ditaati oleh seluruh pihak, sehingga secara rutin seluruh data tersebut
terkumpul ke Puskesmas.
Mekanisme pengumpulan data yang tepat berperan penting bagi terkumpulnya data yang lengkap. Tetapi
sayangnya hal ini tidaklah mudah. Salah satu yang membuat pengumpulan data menjadi aktivitas yang cukup
sulit dilakukan adalah karena saat ini koordinasi antar berbagai institusi/pihak pemberi pelayanan kesehatan
dalam hal pencatatan dan pelaporan masih sangat kurang. Disinilah pentingnya aktivitas Pemantauan
Wilayah Sekitar (PWS) dilakukan secara intensif dengan pendekatan aktif. Maksudnya Puskesmas selaku
penanggungjawab pembangunan kesehatan di level kecamatan harus aktif menjadi pengumpul data, baik
melalui bidan di desa atau petugas pembina desa yang lain.
Dalam aktivitas pengumpulan data ini, masyarakat memegang peranan yang sangat penting, mengingat
masyarakat merupakan sasaran kegiatan sekaligus sumber data utama. Sebagai contoh, untuk indikator
Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam, masyarakatlah
yang selalu menjadi informan pertama atas terjadinya KLB di suatu wilayah.
Masyarakat dalam arti luas meliputi juga para tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh adat. Peran
para tokoh ini merupakan key succes bagi tersedianya data SPM yang lengkap. Keberadaan Forum Multi
Stakeholder (FMS) cukup memberikan daya ungkit, terutama dalam mekanisme koordinasi dan pengendalian.
70
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
71
No
Bulan
Jan
Jumlah
Persalinan
Nakes
Jumlah
Persalinan
non nakes
Total
Jumlah
Persalinan
Bulan
Jumlah
Bayi Lahlr
Mati
Jumlah Bayi
Lahir Hidup
No
Bulan
Jan
Jan
Feb
Feb
Feb
Mar
Mar
Mar
Apr
Apr
Apr
Mei
Mei
Mei
Jun
Jun
Jun
Jul
Jul
Jul
Agu
Agu
Agu
Sep
Sep
Sep
10
Okt
10
Okt
10
Okt
11
Nov
11
Nov
11
Nov
12
Des
12
Des
12
Des
TOTAL
TOTAL
TOTAL
Dari ke tiga tabel di atas, beberapa hal yang dapat dipelajari adalah:
1. Data jumlah persalinan dibutuhkan untuk menghitung capaian indikator 3 (Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan). Data jumlah bayi dan pelaksanaan imunisasi
diperlukan untuk menghitung capaian indikator 6 (cakupan kunjungan bayi) dan indikator 7 (Cakupan
Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI))
2. Data jumlah bayi lahir hidup harus ada konsistensi dengan data total jumlah persalinan dikurangi dengan
jumlah bayi lahir mati.
72
www.kinerja.or.id
3. Data jumlah bayi diimunisasi BCG harus sama dengan data jumlah bayi lahir hidup dikurangi jumlah bayi
yang tidak diimunisasi BCG.
4. Jika jumlah bayi yang diimunisasi BCG kecil, maka hasil perhitungan indikator 6 dan indikator 7 pasti
juga kecil, karena persyaratan untuk dapat dihitung sebagai jumlah bayi yang memenuhi persyaratan
standar (pembilang pada indikator 6) salah satunya adalah harus mendapat imunisasi BCG. Demikian
juga untuk menghitung jumlah desa UCI (pembilang pada indikator 7), pelaksanaan imunisasi BCG juga
termasuk salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa dikatakan bahwa seorang bayi/anak telah
mendapatkan imunisasi lengkap.
Simulasi di atas hanya merupakan contoh beberapa hal yang bisa dicermati dari data yang telah terkumpul.
Masih banyak analisis serupa yang bisa dilakukan pada beberapa data yang lain. Tujuan dilakukan proses ini
adalah untuk menjaga akurasi atau ketepatan data.
Beberapa angka penyebut dalam indikator SPM adalah angka hasil estimasi, sehingga diperlukan pengolahan
khusus sesuai dengan petunjuk perhitungan yang tertulis dalam kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008.
Beberapa data tersebut adalah:
1. Jumlah sasaran ibu hamil sebagai penyebut pada indikator 1 (Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4),
2. Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan sebagai penyebut pada indikator 2 (Cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani),
3. Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin sebagai penyebut pada indikator 3 (Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan),
4. Jumlah seluruh Ibu nifas sebagai penyebut pada indikator 4 (Cakupan Pelayanan Nifas),
5. Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita, jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif, dan jumlah
perkiraan penderita diare, sebagai penyebut pada indikator 13 (Cakupan penemuan dan penangan
penderita penyakit)
Dalam Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008 telah dijelaskan mekanisme untuk melakukan estimasi, yaitu
sebagai berikut:
www.kinerja.or.id
73
Metode Estimasi
:
Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x
Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
1,1 adalah konstanta untuk menghitung Ibu hamil.
komplikasi kebidanan
Total sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x
Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi
pada kurun waktu tertentu.
1,1 adalah konstanta untuk menghitung Ibu hamil.
Jumlah seluruh Ibu Bersalin dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,05
x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk.
ibu bersalin
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
1,05 adalah konstanta untuk menghitung Ibu bersalin.
Jumlah seluruh Ibu nifas
Jumlah seluruh Ibu Nifas di hitung melalui estimasi dengan rumus: 1,05 x
Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk.
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing
masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu.
1,05 adalah konstanta untuk menghitung Ibu Nifas.
Pneumonia balita
Jumlah perkiraan pasien
Perkiraan pasien baru TB BTA positif adalah Insiden Rate TB baru BTA
positif per 100.000 x jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu.
Insiden rate kabupaten/kota mempergunakan hasil survey nasional tentang
prevalensi TB pada tahun terakhir.
74
www.kinerja.or.id
Ketidaktepatan perhitungan jumlah sasaran akan berdampak pada hasil perhitungan SPM. Jika estimasi
sasaran terlalu besar, akan teridentifikasi gap yang lebar antara target dengan capaian riil di lapangan.
Sebaliknya jika estimasi sasaran terlalu kecil, akan menghasilkan hitungan melebihi target maksimal (lebih dari
100%). Tentu saja hal ini terkesan kurang rasional.
Untuk itulah sangat perlu untuk memahami karakteristik indikator SPM terkait dengan upaya pencapaian target
nasional disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi di daerah. Mengenali karakteristik dalam hal ini berupa
identifikasi faktor faktor yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan yang terjadi baik untuk substansi
terkait dengan pembilang maupun penyebut. Misalnya untuk estimasi data jumlah sasaran ibu hamil (pada
indikator SPM 1), pengenalan karakteristik demografi dan geografi mengenai ibu yang hamil dan potensial
hamil harus menjadi pertimbangan.
Perhitungan jumlah sasaran ini harus dilakukan tiap tahun, sebagai bahan untuk menyusun rencana kegiatan
tahunan. Dalam kenyataannya, beberapa daerah mengalami kesulitan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan tersebut tepat waktu. Untuk mengantisipasi hal ini, dapat dilakukan metode estimasi sederhana
dengan dengan mengacu pada data dasar obyek layanan dan perkiraan besaran obyek layanan tersebut pada
tahun mendatang.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Bn = B0 X (1+ r ) n
Keterangan:
B0 adalah jumlah obyek layanan pada tahun awal
r adalah tingkat pertumbuhan obyek layanan tersebut
n adalah tahun estimasi (1, 2, 3, 4, dstnya)
Berdasarkan target yang akan dicapai dan dikalikan dengan estimasi obyek layanan pada tahun bersangkutan,
akan diperoleh besaran obyek yang akan dilayani pada tahun tersebut.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
A1 = T1 X B1
www.kinerja.or.id
75
Keterangan:
Angka A1 inilah yang masuk ke dalam rencana pencapaian SPM, untuk menjadi dasar penyusunan rencana
kegiatan dan pembiayaannya.
Categorizing adalah aktivitas mengelompokkan berbagai data ke dalam kelompok data yang sejenis. Seperti
telah dibahas sebelumnya, data yang membentuk satu angka pembilang dari sebuah indikator SPM berasal
dari banyak data dari berbagai sumber. Oleh karena itu prosedur selanjutnya dalam pengolahan data adalah
mengenali sebuah data itu akan menjadi unsur pembentuk untuk indikator yang mana, dan dikelompokkan
berdasarkan indikator yang sesuai.
Setelah semua data pembentuk sebuah indikator berhasil diidentifikasi, seluruh data tersebut dijumlahkan
untuk mendapatkan nilai akhir. Angka inilah yang dimasukkan ke dalam formula perhitungan capaian SPM.
Untuk mempermudah pembacaan hasil pengolahan data, dapat dilakukan penyajian dalam bentuk tabulasi,
diagram, atau pemetaan, sesuai dengan kebutuhan.
Dalam menyusun rencana pemenuhan target SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dengan
jangka waktu sampai dengan tahun 2015, maka daerah harus mampu menyusun rencana yang efektif dengan
memanfaatkan sisa waktu yang ada. Terkait tujuan tersebut, daerah perlu melakukan estimasi sehingga
diperoleh gambaran mengenai tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan pada waktu yang akan datang.
76
www.kinerja.or.id
Target yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri adalah target nasional dengan batas waktu pencapaian
tahun 2015. Pemerintah daerah diharapkan dapat menetapkan rincian target per tahun sebelum tahun 2015,
sesuai dengan kapasitas masing-masing daerah.
Penyimpulan hasil pengumpulan data dilakukan dengan membandingkan angka capaian riil dengan target,
baik yang ditetapkan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
www.kinerja.or.id
77
Angka pencapaian SPM menggambarkan tingkat keberhasilan pelaksanaan SPM untuk satu wilayah
kabupaten/kota.Angka ini menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan dari seluruh unsur pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) di wilayah kabupaten/kota tersebut, baik pemerintah maupun swasta, baik individu maupun
institusi.
78
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
79
80
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
81
82
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
83
84
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
85
86
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
87
88
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
89
90
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
91
Cakupan
kunjungan Ibu
Hamil K- 4
Cakupan
komplikasi
kebidanan yang
ditangani
Cakupan
pertolongan
persalinan oleh
tenaga kesehatan
yang memiliki
kompetensi
kebidanan
Cakupan
Pelayanan Nifas
Cakupan
Neonatus dengan
komplikasi yang
ditangani.
Indikator SPM
No.
Pusk
1
Pusk
2
Pusk
3
Pusk
4
Pusk
5
Pusk
6
Pusk
7
Pusk
8
Lihat materi presentasi pada folder modul-2: Presentasi 2.2 Data Relevan Untuk Mengidentifikasi Capaian Indikator SPM
Pusk
9
Pusk
10
Total
Kab.
92
Indikator SPM
Cakupan
Kunjungan Bayi
Cakupan Desa/
Kelurahan
Universal Child
Immunization
(UCI)
Cakupan
pelayanan anak
balita
Cakupan
pemberian
makanan
pendamping ASI
pada anak usia
6 24 bulan
keluarga miskin.
Cakupan balita
gizi buruk
mendapat
perawatan
Cakupan
penjaringan
kesehatan siswa
SD dan setingkat
No.
10
11
Pusk
2
Pusk
1
Pusk
3
Pusk
4
Pusk
5
Pusk
6
Pusk
7
Pusk
8
Pusk
9
Pusk
10
Total
Kab.
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
93
Indikator SPM
Cakupan peserta
KB aktif
Acute Flacid
Paralysis (AFP)
rate per 100.000
penduduk < 15
tahun
Penemuan
Penderita
Pneumonia Balita
Penemuan
pasien baru TB
BTA Positif
Penderita DBD
yang ditangani
Penemuan
penderita diare
No.
12
13 a
13 b
13 c
13 d
13 e
Pusk
4
Pusk
5
Pusk
6
Pusk
7
Pusk
8
Pusk
9
Pusk
10
Total
Kab.
Pusk
3
Pusk
2
Pusk
1
94
Indikator SPM
Cakupan
pelayanan
kesehatan dasar
pasien
masyarakat
miskin
Cakupan
pelayanan
kesehatan
rujukan pasien
masyarakat
miskin
Cakupan
Pelayanan Gawat
Darurat level
1 yang harus
diberikan Sarana
Kesehatan RS)
di Kab/ Kota.
Cakupan Desa/
kelurahan
mengalami KLB
yang dilakukan
penyelidikan
epidemiologi <
24 jam
Cakupan Desa
Siaga Aktif
No.
14
15
16
17
18
Pusk
1
Jumlah RS kab/kota
Pusk
2
Pusk
3
Pusk
4
Pusk
5
Pusk
6
Pusk
7
Pusk
8
Pusk
9
Pusk
10
Total
Kab.
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
95
96
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
97
98
www.kinerja.or.id
Modul 3
Analisis Gap: Capaian Terkini vs Target Nasional
Tujuan Pembelajaran
Modul ini menuraikan bagaimana melakukan analisis kesenjangan dalam pencapaian SPM, dengan:
1. mengidentifikasi target SPM nasional
2. mengidentifikasi capaian SPM daerah
3. mengidentifikasi kesenjangan atau gap dalam pencapaian SPM
4. mengidentifikasi faktor utama penyebab kesenjangan.
Di dalam PP 65/2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan
bahwa indikator SPM merupakan tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
www.kinerja.or.id
99
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa
masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan. Sebagai upaya pemerintah pusat untuk memacu daerah
dalam implementasi SPM, ditetapkan pula target nasional yang menjadi tolok ukur keberhasilan daerah pada
masing-masing indikator.
100
INDIKATOR SPM
TARGET
2015
95%
80%
95%
95%
80%
90%
100%
10
100%
11
100%
12
>95%
90%
70%
www.kinerja.or.id
NO.
13
TARGET
2015
INDIKATOR SPM
Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
>2
100%
90%
100%
100%
14
100%
15
100%
16
100%
100%
18
80%
Secara nasional batas akhir yang ditetapkan adalah tahun 2015. Tetapi masing-masing daerah diharapkan
menindaklanjuti dengan membuat keputusan tentang pentahapan pencapaian SPM tersebut. Sebagai contoh,
pemerintah Propinsi Jawa Timur telah membuat pentahapan target pencapaian SPM tersebut pertahun, mulai
tahun 2011 hingga 2015, sebagai berikut.
INDIKATOR SPM
TARGET (%)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
85
90
91
92
93
94
95
80
80
80
80
80
80
80
90
90
93
94
94
95
95
90
94
95
95
95
95
95
80
71
73
75
77
80
80
www.kinerja.or.id
101
NO.
INDIKATOR SPM
TARGET (%)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
75
90
90
90
90
90
100
>90
>95
>95
>95
>95
>95
>95
75
79
81
83
85
87
100
100
100
100
100
100
100
100
10
100
100
100
100
100
100
100
11
100
100
100
100
100
100
100
12
67
68
70
70
>70
>70
>70
13
>2
>2
>2
>2
>2
>2
>2
80
45
70
80
90
100
100
45
65
70
75
80
85
90
100
100
100
100
100
100
100
90
100
100
100
100
100
100
14
85
90
95
100
100
100
100
15
100
100
100
100
100
100
100
16
75
80
85
90
95
100
100
17
>80
>85
>90
>95
100
100
100
18
20
30
40
50
45
70
80
102
www.kinerja.or.id
Penentuan target tahunan oleh pemerintah daerah dimaksudkan untuk mempermudah SKPD terkait, dalam
hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, dalam menyusun strategi pencapaian SPM dan pengalokasian
sumber daya sampai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Indikator SPM
Pencapaian
Target daerah
tahun .....
95,82%
92%
45,51%
80%
96,32%
94%
www.kinerja.or.id
103
No.
104
Indikator SPM
Pencapaian
Target daerah
tahun .....
96,66%
95%
58,16%
75%
94,44%
90%
86,21%
95%
88,85%
83%
100,00%
100%
10
100,00%
100%
11
98,84%
100%
12
76,04%
70%
5,24
>2
13 a
13 b
58,76%
80%
13 c
104,76%
75%
13 d
100,00%
100%
13 e
84,75%
100%
14
93,03%
100%
15
4,19%
100%
16
100,00%
90%
17
100,00%
95%
18
100,00%
50%
www.kinerja.or.id
Berdasarkan tabel tersebut, jika divisualisasikan dalam bentuk diagram batang adalah
sebagai berikut:
Bentuk visuaisasi lain yang memungkinkan proses identifikasi gap dengan lebih mudah
adalah dengan grafik berbentuk jaring laba-laba, seperti tergambar berikut ini.
www.kinerja.or.id
105
Dengan melihat tampilan grafik jaring laba-laba di atas, jika bidang berwarna biru masih terlihat berarti untuk
indikator tersebut belum berhasil mencapai target. Semakin lebar bidang berwarna biru yang terlihat, berarti
gap yang ada juga semakin lebar. Dalam contoh kasus di atas, ada 8 indikator yang belum mencapai target,
yaitu indikator 2, indikator 5, indikator 7, indikator 11, indikator 13 b, indikator 13 e, indikator 14, dan indikator
15. Gap paling besar ada pada indikator 15, yaitu mengenai cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin, sedang gap paling kecil ada pada indikator 11, yaitu Cakupan penjaringan kesehatan siswa
SD dan setingkat.
Khusus untuk indikator 13 a yaitu mengenai Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15
tahun dilakukan analisis secara terpisah, karena ada perbedaan satuan dengan indikator lain. Seluruh indikator
SPM kesehatan mulai dari indikator 1 hingga indikator 18 menggunakan satuan persen, kecuali indiaktor 13 a
yang menggunakan jumlah absolut.
Gap antara status capaian masing-masing daerah dengan target nasional merupakan volume atau beban kerja
yang harus dikejar oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu sesuai batas waktu yang telah ditetapkan dalam
target nasional (tahun 2015).
106
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
107
E
D
Keterangan:
A : Masalah
B : Kategori penyebab
D : Penyebab sekunder
C : Penyebab primer
E : Penyebab tersier
108
www.kinerja.or.id
Kelebihan teknik problem tree ini adalah selain mampu mengidentifikasi penyebab masalah, juga mampu
menghasilkan telaah dampak masalah. Dengan sedikit penyesuaian diagram problem tree juga akan bisa
menjadi pohon alternatif dan pohon keputusan.
Cara menggunakan problem tree adalah sebagai berikut:
1. Tuliskan masalah yang akan dicari penyebabnya pada bagian tengah pohon (batang pohon)
2. Dari masalah tersebut tarik garis ke atas dan ke bawah. Garis ke bawah untuk mengidentifikasi penyebab,
sedang garis ke atas untuk mengidentifikasi dampak atau konsekuensi dari masalah tersebut
3. Fokuskan lebih dulu pada garis yang ke bawah, atau garis penyebab msalah masalah. Mulailah mencari
penyebab dengan menjawab pertanyaan: Mengapa masalah X terjadi?
4. Penyebab yang dinilai merupakan penyebab langsung (penyebab primer) dituliskan persis di bawah
masalah. Tidak ada aturan berapa jumlah penyebab primer yang harus diidentifkasi.
5. Lanjutkan dengan mencari penyebab sekunder, dengan mengajukan pertanyaan: Mengapa penyebab
primer tersebut terjadi?
6. Penyebab sekunder ditulis di bawah masing-masing penyebab primer yang sesuai
7. Lanjutkan dengan mencari penyebab tersier, dengan mengajukan pertanyaan: Mengapa penyebab
primer tersebut terjadi?
8. Penyebab tersier ditulis di bawah masing-masing penyebab sekunder yang sesuai
9. Jika identifikasi faktor penyebab dianggap sudah cukup, beralihlah ke dampak/konsenkuensi, dengan
mengajukan pertanyaan: Apa dampak atau konsekuansi yang timbul dari masalah X?
10. Tuliskan dampak atau konseuensi tersebut di atas kotak masalah.
11. Lakukan pendekatan yang sama, dengan memulai dari konsekuensi primer, lanjut ke sekunder sampai
dengan tersier.
Visualisasi dari teknik problem tree ini adalah di bagan yang berikut.
Kedua teknik analisis penyebab masalah yang telah diuraikan di atas dalam aplikasinya sebaiknya dilakukan
secara berkelompok.Penggalian ide penyebab dilakukan melalui diskusi baik berupa brainstorming maupun
diskusi terarah. Tidak ada aturan baku mengenai jumlah maupun jenjang penyebab yang harus diidentifikasi.
Rambu-rambu yang disarankan adalah, penggalian penyebab harus diakhiri jika faktor penyebab yang
teridentifikasi termasuk faktor yang unmanagable (tidak bisa dintervensi).
Jika proses identifikasi penyebab telah selesai, maka akan ditemukan sekelompok penyebab masalah.
Prosedur selanjutnya adalah menentukan faktor utama penyebab kesenjangan diantara berbagai penyebab
masalah yang telah diidentifikasi tersebut. Penyebab utama inilah yang akan ditindaklanjuti untuk diintervensi.
Uraian selengkapnya pada sub pokok bahasan berikut ini.
www.kinerja.or.id
109
Dampak
Sekunder
Dampak
Primer
Masalah
Penyebab
Primer
Penyebab
Primer
Penyebab
Primer
Penyebab
Primer
Penyebab
Sekunder
Penyebab
Tersier
Kedua teknik analisis penyebab masalah yang telah diuraikan di atas dalam aplikasinya sebaiknya dilakukan
secara berkelompok. Penggalian ide penyebab dilakukan melalui diskusi baik berupa brainstorming maupun
diskusi terarah. Tidak ada aturan baku mengenai jumlah maupun jenjang penyebab yang harus diidentifikasi.
Rambu-rambu yang disarankan adalah, penggalian penyebab harus diakhiri jika faktor penyebab yang
teridentifikasi termasuk faktor yang unmanagable (tidak bisa dintervensi).
Jika proses identifikasi penyebab telah selesai, maka akan ditemukan sekelompok penyebab masalah.
Prosedur selanjutnya adalah menentukan faktor utama penyebab kesenjangan diantara berbagai penyebab
masalah yang telah diidentifikasi tersebut. Penyebab utama inilah yang akan ditindaklanjuti untuk diintervensi.
Uraian selengkapnya pada sub pokok bahasan beriikut ini.
110
www.kinerja.or.id
E
D
Masalah
Penyebab
Primer
Penyebab
Sekunder
Penyebab
Tersier
www.kinerja.or.id
111
a. Presentasi 3.1 Gap pencapaian SPM - Target nasional vs capaian eksisting daerah
Lihat materi presentasi pada folder modul-3 : Presentasi 3.1 Gap pencapaian SPM - Target nasional vs
capaian eksisting daerah.
112
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
113
114
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
115
116
www.kinerja.or.id
c)
Lihat materi presentasi pada folder modul-3 : Presentasi 3.3 Teknik identifikasi faktor penyebab kesenjangan
www.kinerja.or.id
117
118
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
119
120
www.kinerja.or.id
Modul 4
Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi untuk
Memenuhi Gap
Tujuan Pembelajaran
Modul ini menguraikan substansi tentang penyusunan program pencapaian SPM, dengan
mengidentifikasi kebijakan dan peraturan yang mendukung pencapaian SPM, termasuk kebijakan tentang
budgeting
melakukan kategorisasi kegiatan, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan inovatif/ akselerasi
www.kinerja.or.id
121
Pendahuluan
Percepatan penerapan SPM merupakan salah satu kebijakan prioritas nasional yang perlu mendapat perhatian
dan tindak lanjut dari Pemerintahan Daerah. Untuk mempercepat pelaksanaan SPM dan juga pencapaian
target SPM maka Pemerintah melalui Kemendagri telah mengeluarkan beberapa regulasi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Permendagri 54/ 2010 tentang Pelaksanaan PP 8/2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,
2. Permendagri 21/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagi 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah,
3. Permendagri tentang pedoman penyusunan, pengendalian, dan evaluasi rencana kerja pembangunan
daerah yang berlaku, misalnya untuk rencana kerja pembangunan daerah 2013, Permendagri 32/2012. dan
4. Permendagri tentang pedoman penyusunan APBD yang berlaku, misalnya Permendagri 37/2012 untuk
tahun 2013.
Dalam peraturan tersebut diatur bahwa SPM merupakan salah satu acuan dalam proses perencanaan dan
penganggaran di Daerah. Di samping peraturan tersebut di atas, juga telah diterbitkan Surat Edaran 100/675/
SJ tentang Penerapan SPM pada tanggal 7 Maret 2011 kepada Kementerian/ Lembaga terkait dan juga Surat
Edaran 100/1023/SJ tentang Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah tanggal 26
Maret 2012 kepada Kepala Daerah dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Melalui Surat Edaran dimaksud
diharapkan terjadi komunikasi dan koordinasi yang intensif antara Pemda dengan Pemerintah dalam upaya
penerapan dan pencapaian SPM mengingat percepatan penerapan SPM merupakan salah satu kebijakan
prioritas nasional.
Dalam rangka mewujudkan percepatan pencapaian SPM bidang kesehatan, harus mampu dikenali faktor
pendukung dan penghambat yang ada di daerah masing- masing.Keberadaan kebijakan dan peraturan daerah
terkait dengan implemetasi SPM kesehatan memiliki peran yang sangat strategis.Dengan adanya peraturan
daerah tersebut, diharapkan dapat meningkatkan komitmen dan kontribusi dari semua pihak yang terkait. Jika
berbagai pihak yang terkait dilibatkan dalam proses penyusunan rencana kegiatan SPM sejak awal, tentunya
akan mampu menghasilkan sebuah program inovatif yang dapat menjadi akselerator pencapaian SPM kesehatan.
122
www.kinerja.or.id
Pemerintah (Kabupaten/
Kota, Provinsi, Pusat)
IMPLEMENTASI
SPM KESEHATAN
Lintas sektor
terkait
Dinas kesehatan
dan jajarannya
Dunia usaha
Masyarakat
www.kinerja.or.id
123
bidang kesehatan di lapangan mengenai konsep SPM kesehatan menjadi faktor pertama yang menentukan.
Pemahaman yang baik, diikuti dengan kompetensi teknis yang sesuai dan komitmen yang tinggi merupakan
persyaratan keberhasilan implementasi SPM.
Sektor di luar sektor kesehatan juga berkontribusi cukup besar bagi suksesnya implementasi SPM kesehatan.
Beberapa urusan wajib bidang kesehatan dapat terlaksana dengan baik karena dampak dari kinerja sektor lain.
Sebagai contoh, kendala aksessibilitas masyarakat terhadap tempat pelayanan kesehatan akan dapat teratasi
jika pembangunan sarana prasarana jalan dan transportasi berhasil dengan baik. Oleh karena itulah sinergi
rencana pembangunan kesehatan dengan rencana pembangunan dari sektor lain juga menjadi faktor kunci
keberhasilan penyelenggaraan SPM bidang kesehatan.
Kedudukan dunia usaha dalam upaya penyelenggaraan SPM kesehatan juga cukup penting. Kemitraan yang
dijalin dengan dunia usaha akan membuka peluang bagi penyelenggaran program atau kegiatan yang lebih
bernilai. Peran yang diharapkan dari dunia usaha adalah dalam bentuk sharing tangung jawab dan sharing
sumber daya.Sharing tanggungjawab yang dimaksud adalah adanya komitmen dari kalangan dunia usaha
untuk turut serta berperan aktif mensukseskan berbagai program atau kegiatan pencapaian SPM. Sharing
sumber daya yang dimaksud berupa adanya kontribusi dari dunia usaha baik berupa ide, tenaga, pendanaan,
sarana dan sumber daya lain terhadap berbagai upaya pencapaian SPM yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
dan jajarannya.
Masyarakat merupakan kelompok sasaran yang menjadi target utama kebijakan SPM. Masyarakat diharapkan
tidak sekedar pasif menerima pelayanan dari pemerintah, tetapi juga aktif melakukan upaya bagi terpenuhinya
kebutuhan pelayanan kesehatan minimal untuk dirinya.Agar bisa berperan sesuai harapan tersebut, modal
utama yang harus dimiliki masyarakat adalah pemahaman yang positif tentang pelayanan kesehatan.
Berangkat dari pemahaman yang baik inilah diharapkan penerimaan dan partisipasi masyarakat terhadap
berbagai program kesehatan menjadi lebih baik. Sebagian besar indikator SPM kesehatan akan dapat
terlaksana dengan baik jika ada partisipasi aktif dari masyarakat.
124
www.kinerja.or.id
berbagai kebijakan teknis tentang SPM telah disusun. Di dalam PP No.65 tahun 2005 tersebut ditegaskan
bahwa daerah (propinsi, kabupaten/kota) wajib menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri terkait.
Di bidang kesehatan, pada level nasional, kementerian kesehatan telah menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Di Kabupaten/Kota. Di dalam permenkes tersebut dijelaskan tentang jenis pelayanan mininal yang wajib
diselenggarakan oleh kabupaten/kota, beserta target dan batas waktu pencapaianya. Dalam permenkes
tersebut juga dijelaskan peran pemerintah daerah baik di level propinsi maupun kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan SPM kesehatan. Petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota juga telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008.
Kepmenkes ini menjelaskan secara detail pengertian, cara perhitungan, hingga bentuk kegiatan dan pihak
yang terlibat dalam implementasi SPM bidang kesehatan di daerah. Sedangkan aturan yang menyangkut
urusan perencanaan dan pembiayaan SPM kesehatan juga telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 317/MENKES/SK/V/2009 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota.
Dengan adanya berbagai penegasan dari peraturan pemerintah tersebut, ditambah lagi dengan berbagai
aturan teknis dari kementerian kesehatan, jelas terlihat bahwa masing-masing daerah juga harus melahirkan
kebijakan daerah yang dimaksudkan sebagai langkah konkrit implementasi SPM kesehatan. Kebijakan di
daerah ini dikembangkan sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat mengikat untuk daerah setempat, sehingga
diharapkan mempermudah implementasi konsep SPM di daerah.
Salah satu kebijakan yang diharapkan ada di daerah adalah peraturan di daerah yang mengatur dan
menjelaskan SPM kesehatan untuk daerah setempat. Peraturan dimaksud dapat berupa peraturan daerah
(perda) maupun peraturan bupati/walikota (perbup/perwali). Di dalam peraturan tersebut beberapa hal
yang perlu dicantumkan diantaranya: target tahunan SPM kesehatan, pengorganisasian dan mekanisme
pelaksanaan, serta pembinaan dan evaluasi pencapaian SPM kesehatan (contoh terlampir).
Peraturan lain yang juga diharapkan disusun di daerah adalah keputusan pimpinan daerah (Gubernur, Bupati/
walikota) tentang Rencana Aksi Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Rencana aksi adalah sebuah dokumen yang menunjukkan komitmen kepala daerah terhadap upaya
pencapaian SPM kesehatan. Dalam rencana aksi tersebut menjelaskan tentang jenis pelayanan wajib, target
dan indikator kinerja, pelaksanaan, pembinaan, pembiayaan, dan pengendalian segala upaya yang terkait
dengan penyelenggaraan SPM kesehatan di daerah (contoh format terlampir).
www.kinerja.or.id
125
126
www.kinerja.or.id
masing daerah. Rencana program dan kegiatan ini akan menjadi panduan bagi pelaksana dalam menjalankan
aktivitasnya.
Rencana pencapaian SPM Bidang Kesehatan di daerah disusun dengan mengacu pada batas waktu
pencapaian SPM Bidang Kesehatan secara nasional yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
dengan memperhatikan analisis kemampuan dan potensi daerah. Rencana program dan kegiatan yang
disusun hendaknya merupakan jawaban atas berbagai permasalahan yang terjadi di dalam pemenuhan
target SPM. Untuk itulah penyusunan rencana program dan kegiatan ini harus didasarkan pada hasil analisis
penyebab masalah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Disamping itu, agar rencana program atau kegiatan yang disusun fit dengan kondisi daerah setempat, proses
penyusunannya juga harus mempertimbangkan hasil analisis situasi daerah. Proses analisis situasi dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, diantaranya adalah analisis SWOT. Analisis SWOT
dilakukan berdasarkan analisis data internal dan eksternal untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
serta ancaman yang ada.
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi pencapaian SPM yang berada atau dimiliki, baik
sebagai kekuatan (Strength) maupun kelemahan (Weaknesses). Kekuatan (Strength) dapat berupa
ketersediaan anggaran, personil, teknologi, dan sebagainya yang memadai atau mungkin berlebih. Kelemahan
(Weaknesses) dapat berupa ketersediaan anggaran, personil, teknologi, dan sebagainya yang tidak memadai
atau mungkin sangat kurang. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi pencapaian SPM yang
keberadaannya dari luar pemerintahan daerah, baik sebagai Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats).
Peluang (Opportunities) adalah manfaat yang mungkin diterima oleh pemerintah daerah berupa komitmen
nasional, perjanjian dan konvensi internasional dan sebagainya yang secara khusus menekankan pada
upayaupaya peningkatan kualitas SDM, pengentasan kemiskinan, dan sebagainya. Ancaman (Threats) adalah
kondisi di luar pemerintah daerah yang keberadaannya dapat mengancam keberhasilan penerapan SPM
seperti kurangnya pengetahuan tentang pola hidup sehat, budaya asing yang tidak sesuai dengan norma dan
perilaku masyarakat, dan sebagainya.
Hasil Analisis SWOT tersebut, akan menggambarkan seberapa besar faktor internal yang merupakan kekuatan
suatu daerah sehingga dapat mendorong upaya pencapaian SPM, dan seberapa besar faktor internal
yang merupakan kelemahan suatu daerah yang dapat menghambat pencapaian SPM. Hasil analisis juga
menggambarkan seberapa besar faktor eksternal yang merupakan peluang dan dapat dimanfaatkan untuk
mendorong upaya pencapaian SPM, serta seberapa besar faktor eksternal yang merupakan ancaman dari luar
yang dapat menghambat upaya pencapaian SPM.
www.kinerja.or.id
127
Secara teknis penyusunan alternatif program atau kegiatan dapat dilakukan dengan menindaklanjuti temuan
hasil analisis gap. Setiap akar masalah yang berhasil diidentifikasi didiskusikan bersama untuk merumuskan
alternatif solusi. Metode yang bisa dilakukan diantaranya adalah brainstorming, Focus Group Discussion
(FGD), ataupun nominal group technique (NGT). Proses diskusi dilakukan dengan melibatkan para pelaksana
di lapangan policy maker dan orang yang ahli di bidangnya, sehingga rumusan yang dihasilkan lebih aplikatif
dan inovatif.
Proses penyusunan alternatif program dan kegiatan dapat mengacu pada format di tabel yang berikut.
Indikator
SPM
(1)
(2)
Cakupan
kunjungan ibu
hamil K-4
Analisis Penyebab
Penyebab primer
Penyebab
tersier
(3)
(4)
(5)
Metode penyuluhan
tidak menarik
Ketrampilan
petugas kurang
Pelatihan MPS
Mengusulkan
pengadan alat
bantu penyuluhan
sesuai karakteristik
masyarakat
Frekuensi
penyuluhan kurang
Belum
terencana
dalam
dokumen PoA
Puskesmas
Memperbaiki
perencanaan
program
penyuluhan dari
sisi frekuensi dan
sasarannya
Masyarakat sulit
menjangkau
Puskesmas
Tidak tersedia
sarana
transportasi
umum yang
melalui
Puskesmas
Menyediakan
sarana ambulan
desa
Penyuluhan
ke masyarakat
kurang efektif
Masyarakat
enggan datang ke
Puskesmas
128
Alternatif program
dan kegiatan
Penyebab
sekunder
(6)
In-house training
Mendekatkan
pelayanan ke
masyarakat,
melalui kegiatan
puskesmas keliling
yang dihadiri oleh
bidan.
www.kinerja.or.id
Indikator
SPM
No.
Analisis Penyebab
...
2
Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani
...
Penyebab
sekunder
Penyebab primer
...
Penyebab
tersier
Alternatif program
dan kegiatan
...
...
...
...
Keterangan:
Kolom (1) : Diisi nomor urut
Kolom (2) : Diisi indikator SPM
Kolom (3) : Diisi penyebab primer terjadinya kesenjangan pencapaian indikator SPM yang tersebut pada
Kolom (4) : Diisi penyebab sekunder dari penyebab primer yang tersebut pada kolom (3)
Kolom (5) : Diisi penyebab tersier dari penyebab sekunder yang tersebut pada kolom (4)
Kolom (6) : Diisi usulan alternatif program dan kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi
Proses di atas akan menghasilkan sekumpulan alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk
memenuhi target SPM kesehatan. Oleh karena itulah proses selanjutnya yang dilakukan setelah mendapatkan
sekumpulan alternatif program dan kegiatan adalah menentukan program dan kegiatan prioritas.
www.kinerja.or.id
129
sumber daya lain. Padahal masalah yang harus diselesaikan organisasi pasti lebih dari satu. Agar proses
alokasi sumber daya memiliki dasar pertimbangan yang kuat, diperlukan prioritas. Masalah prioritas akan
diprioritaskan pula pada saat alokasi sumber daya.
Proses menyusun prioritas bisa dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik skoring dan non skoring. Sesuai
dengan namanya, dalam teknik skoring artinya dibutuhkan adanya skor-skor tertentu untuk menjustifikasi nilai
dari suatu masalah. Sedangkan dalam teknik non skoring tidak mempergunakan angka, tetapi menggunakan
argumen tertentu yang bersifat kualitatif. Pada dasarnya kedua teknik proritas tersebut dapat digunakan untuk
memprioritas gap pencapaian SPM ini, tetapi karena beberapa pertimbangan, khususnya untuk mengurangi
kesan subjektif, maka direkomendasikan utuk menggunakan teknik skoring.
1. Inventarisir masalah
2. Penentuan Kriteria
Berdasarkan daftar masalah tersebut, susunlah kriteria yang sesuai sebagai menentukan prioritas.
Bebarapa contoh kriteria yang dapat digunakan diantaranya: besarnya masalah, urgensi, tingkat perhatian
masyarakat (public concern), dukungan kebijakan, kecepatan perkembangan masalah, dan sebagainya.
Dari sederet kriteria yang telah disepakati, tentukan bobot untuk masing-masing kriteria. Bobot
menunjukan tingkat kepentingan suatu kriteria dalam proses prioritas. Jumlah total bobot adalah 1 atau
100%.
130
Lakukan penilaian terhadap masalah yang ada, satu demi satu, per dengan kriteria. Rating dapat
www.kinerja.or.id
menggunakan angka 1 4. Angka 1 berarti rating untuk masalah tersebut rendah, angka 4 berarti
rating untuk masalah tersebut sangat tinggi. Sebagai contoh, jika urgensi dari masalah cakupan desa
UCI mendapat angka 4 maknanya adalah masalah cakupan desa UCI ini sangat urgen untuk segera
diselesaikan.
5. Penentuan skor
Pemberian skor dilakukan dengan mengalikan bobot dan rating. Total skor diperoleh dengan
menjumlahkan skor dari seluruh kriteria.
6. Penentuan ranking
Sesuai hasil penjumlahan skor pada tiap masalah, akan didapat masalah dengan total skor tertinggi
sampai dengan terendah. Ranking diberikan sesuai dengan urutan total skor tersebut. Masalah dengan
total skor tertinggi adalah ranking I, demikian seterusnya sampai dengan ranking terakhir.
Untuk mempermudah pelaksanaan prioritas dengan teknik MCUA, dibuat tabel berikut ini.
Kriteria
Bobot
(1)
(2)
(3)
Besarnya masalah
...
Urgensi
...
Daya ungkit
...
...
.........................
...
Total
Masalah B
Masalah C
Rating
Bobot
x rating
Rating
Bobot
x rating
Rating
Bobot
x rating
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Ranking
Keterangan:
Kolom (1)
Kolom (2)
: Diisi rating yang menunjukkan penilaian peserta diskusi terhadap kondisi dari suatu
www.kinerja.or.id
131
132
www.kinerja.or.id
Indikator
SPM
Total
Ranking
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Cakupan
kunjungan Ibu
Hamil K- 4
Pelatihan MPS
In-house training
Mengusulkan pengadan alat bantu
penyuluhan sesuai karakteristik masyarakat
Memperbaiki perencanaan program
penyuluhan dari sisi frekuensi dan
sasarannya
Menyediakan sarana ambulan desa
Mendekatkan pelayanan ke masyarakat,
melalui kegiatan puskesmas keliling yang
dihadiri oleh bidan.
....
....
www.kinerja.or.id
133
Indikator
SPM
No.
Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani
Cakupan .......
.......................
.....................
...
Total
Ranking
5
dst
Keterangan:
Kolom (1) : Diisi nomor urut
Kolom (2) : Diisi indikator SPM
Kolom (3) : Diisi alternatif program dan kegiatan yang diperoleh dari proses penyusunan
alternatif kegiatan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya
Kolom (4) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian peserta mengenai
kemampuan sumber daya manusia dalam menjalankan program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3)
Kolom (5) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian
peserta mengenai penerimaan masyarakat terhadap program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3)
Kolom (6) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian
peserta mengenai kesiapan sumber daya organisasi untuk menjalankan program dan kegiatan yang
tertulis di kolom (3)
Kolom (7) : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian peserta mengenai
daya ungkit program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3) terhadap penyelesaian masalah yang lain
Kolom (8) : Diisi hasil perkalian nilai pada kolom (4) x kolom (5) x kolom (6) x kolom (7)
134
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
135
Berikut ini diuraikan kegiatan rutin untuk pencapaian SPM, sesuai dengan yang tercantum dalam Kempenkes
828/MENKES/SK/IX/2008.
No.
1
136
Indikator SPM
Langkah kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Cakupan komplikasi
kebidanan yang
ditangani
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Cakupan Pelayanan
Nifas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
www.kinerja.or.id
No.
Indikator SPM
Cakupan Neonatus
dengan komplikasi yang
ditangani
Cakupan Kunjungan
Bayi
Cakupan Desa/
Kelurahan Universal
Child Immunization
(UCI)
1.
2.
3.
4.
www.kinerja.or.id
Langkah kegiatan
Imunisasi Rutin
Imunisasi Tambahan (Backlog Fighting, Crash Program)
Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response)
Kegiatan Imunisasi tambahan untuk penyakit tertentu dalam
wilayah yang luas dan waktu yang tertentu (PIN, Sub PIN, Catch Up
Campaign Campak)
137
No.
Indikator SPM
Langkah kegiatan
Cakupan pelayanan
anak balita
Cakupan pemberian
makanan pendamping
ASI pada anak usia 6
24 bulan keluarga miskin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pendataan sasaran;
Pelatihan pemberian makanan bagi anak/konseling menyusui
Pengadaan MP-ASI
Penyimpanan MP-ASI
Distribusi sampai ke sasaran
Pencatatan pelaporan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemberian MP-ASI.
10
1.
2.
3.
4.
5.
138
Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan
setingkat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pendataan
Pengadaan dan pemeliharaan UKS kit, UKGS kit
Pelatihan petugas, guru UKS/UKGS dan dokter kecil;
Penjaringan kesehatan
Pelayanan kesehatan
Pencatatan dan pelaporan
www.kinerja.or.id
No.
12
Indikator SPM
Cakupan peserta KB
aktif
Langkah kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
13
a. Acute Flacid
Paralysis (AFP)
rate per 100.000
penduduk <15 thn
1. Sosialisasi
2. Pencarian kasus
3. Pengambilan spesimen
b. Penemuan
Penderita
Pneumonia Balita
1. Pelayanan penderita
a. Deteksi dini penderita pneumonia balita sesuai klasifikasi
b. Pengobatan
c. Fasilitasi penderita pneumonia berat yang memerlukan rujukan
d. Pembinaan care seeking
2. Penyediaan alat (Peralatan ISPA)
3. Pelatihan petugas
a. Pelatihan Peningkatan Manajemen Program ISPA
b. Pelatihan MTBS
c. Pelatihan Autopsi Verbal Balita
d. Pelatihan tata laksana pneumonia Balita
4. Penyuluhan ke masyarakat
5. Jejaring kerja dan Kemitraan
6. Pengumpulan, pengolahan, dan analisa data
7. Monitoring/Supervisi ke Sarana Kesehatan
8. Pertemuan Evaluasi
9. Pencatatan dan pelaporan
www.kinerja.or.id
139
No.
Indikator SPM
Langkah kegiatan
c. Penemuan pasien
baru TB BTA Positif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
e. Penemuan penderita
diare
1.
2.
3.
4.
Tatalaksana Kasus
Penyediaan Formulir R/R
Pengumpulan, Pengolahan, dan analisa data
Pelatihan Petugas
a. Penatalaksana kasus
b. Manajemen Program
5. Promosi/penyuluhan
6. Jejaring kerja dan Kemitraan
7. Pertemuan Evaluasi
140
14
Cakupan pelayanan
kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin
15
Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin
www.kinerja.or.id
No.
Indikator SPM
Langkah kegiatan
16
Cakupan Pelayanan
Gawat Darurat
level 1 yang harus
diberikan Sarana
Kesehatan (RS) di
Kab/ Kota
17
Cakupan Desa/
kelurahan
mengalami KLB
yang dilakukan
penyelidikan
epidemiologi <24
jam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
18
1. Persiapan
a. Persiapan Petugas:
1) Pelatihan Bidan (1 desa: 1 Bidan)
2) Pelatihan Kader dan Toma (1 desa: 2 kader + 1 toma) selama 4 hari:
3 hari di kelas, 1 hari di lapangan
b. Persiapan Masyarakat:
1) Pembentukan forum melalui pertemuan Tingkat Desa (3 kali/tahun)
2) Survei Mawas Diri (pendataan ke lapangan atau pertemuan rembuk
desa) 2 kali/tahun)
3) Musyawarah Masyarakat Desa: 2 kali/tahun
2. Pelaksanaan
a. Pelayanan kesehatan dasar;
b. Kader dan toma melakukan surveilan berbasis masyarakat
(pengamatan sederhana) terhadap KIA, Gizi, Kesling, Penyakit,
PHBS, melakukan pendataan PHBS dengan survei cepat;
Pengumpulan data;
Penyajian dan analisis data;
Diseminasi;
Pencegahan dan pengendalian KLB;
Monitoring dan evaluasi;
Pelatihan
www.kinerja.or.id
141
Berbagai kegiatan seperti tersebut dalam tabel di atas adalah kegiatan rutin yang dilakukan untuk menjalankan
SPM kesehatan. Kegiatan tersebut harus dilakukan agar indikator SPM terlaksana. Tetapi untuk meningkatkan
kualitas hasil, daerah bisa menambahkan beberapa kegiatan terobosan diluar kegiatan rutin tersebut.
Sebagai contoh, untuk indikator cakupan kunjungan ibu hamil K4, kegiatan rutin yang dilaksanakan terdiri
dari: Pengadaan buku KIA (dengan stiker P4K); Pendataan Bumil; Pelayanan Antenatal sesuai standar;
Kunjungan rumah bagi yang Drop Out; Pembuatan kantong persalinan; Pelatihan KIP/konseling; Pencatatan
dan Pelaporan; Supervisi, serta Monitoring dan Evaluasi (PWS KIA, Analisis Manajemen Prog. KIA). Semua
kegiatan tersebut perlu dilakukan agar pelayanan K4 bagi ibu hamil dapat terselenggara. Tetapi untuk lebih
mengungkit jumlah cakupan, contoh kegiatan terobosan yang bisa dilakukan misalnya: kelas ibu hamil.
Alasannya adalah dengan kelas ibu hamil, continuitas pelayanan (dari K1 K4) lebih terjaga karena adanya
relationship jangka panjang antara bidan dengan ibu hamil dalam perteman rutin terjadwal. Kelas ibu hamil
yang didesain dengan berbagai kegiatan yang menarik diharapkan dapat meningkatkan minat ibu hamil untuk
terus berkunjung ke bidan secara teratur, sehingga standar pelayanan K4 seperti yang diharapkan dapat
tercapai.
Contoh kegiatan terobosan lain, misal untuk meningkatkan cakupan persalinan tenaga kesehatan pada daerah
dengan akses geografis yang sulit dapat mengadakan rumah singgah atau rumah tunggu bagi calon ibu
bersalin. Rumah singgah adalah rumah penduduk yang berada di dekat fasilitas kesehatan yang disediakan
sebagai tempat menunggu proses kelahiran bagi ibu yang rumahnya jauh dari fasilitas kesehatan. Masingmasing daerah diharapkan dapat memunculkan berbagai kegiatan terobosan sesuai dengan kondisi lokal
spesifik dan karakteristik daerah.
142
www.kinerja.or.id
Dari berbagai alternatif kegiatan yang telah dihasilkan pada langkah sebelumnya, selanjutnya kegiatan
dikategorikan menjadi kegiatan rutin dan akselerasi, sebagaimana tabel berikut ini.
Indikator SPM
Kategori kegiatan
Rencana kegiatan
Rutin
Akselerasi
www.kinerja.or.id
143
Jenis Pembiayaan
Fungsi Alokasi
Dana kementrian
Dana dekonsentrasi
Tugas pembantuan
Pemerintah
propinsi
Pemerintah
kabupaten/kota
Dana perimbangan
Untuk dana dari swasta atau pihak lain yang tidak mengikat peruntukannya sesuai dengan kriteria dari pemberi
dana atau sesuai dengan kesepakatan. Dana dari swasta atau pihak lain yang tidak mengikat sifatnya adalah
dana tambahan atau pelengkap. Sumber pembiayaan utama program kesehatan tetap dari pemerintah.
Pendanaan program dan kegiatan pemenuhan SPM kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 28 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal yang menyatakan
bahwa Pendanaan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan
144
www.kinerja.or.id
evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem dan/atau sub sistem informasi manajemen,
serta pengembangan kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM yang merupakan tugas dan
tanggung-jawab pemerintah, dibebankan pada APBN masing-masing Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Pada pasal 28 ayat (2) berbunyi Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian
kinerja/ pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sub sistem informasi
manajemen, serta pengembangan kapasitas, yang merupakan tugas dan tanggung-jawab pemerintahan
daerah dibebankan pada APBD.
Untuk pengaturan teknis pembiayaan program dan kegiatan pencapaian SPM, mengikuti fungsi alokasi
sebagaimana dijelaskan di atas.
Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:
www.kinerja.or.id
145
146
www.kinerja.or.id
b) Presentasi 4.2 Kebijakan Dan Peraturan Daerah Yang Mendukung Pencapaian SPM
Lihat materi presentasi pada folder modul-4 : Presentasi 4.2 Kebijakan Dan Peraturan Daerah Yang
Mendukung Pencapaian SPM
www.kinerja.or.id
147
148
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
149
150
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
151
152
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
153
154
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
155
156
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
157
158
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
159
160
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
161
162
www.kinerja.or.id
Modul 5
Costing dan Pembiayaan
Kegiatan Pemenuhan SPM
Tujuan Pembelajaran
Modul ini disusun supaya para pembaja belajar melakukan costing SPM dan merancang pembiayaan
kegiatan untuk pemenuhan SPM, dengan memahami konsep unit cost daerah dan mekanisme perencanaan
pembiayaan SPM bidang kesehatan, serta mampu:
www.kinerja.or.id
163
Pendahuluan
SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga menjadi acuan dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggung jawaban di
daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan
urusan wajib. Oleh karena itulah Dinas Kesehatan sebagai SKPD penanggungjawab teknis penyelenggaraan
SPM kesehatan di tingkat kabupaten/kota harus mampu menyusun rencana dan pembiayaan kegiatan
pemenuhan SPM. Untuk dapat menyusun rencana pembiayaan, terlebih dahulu harus diketahui rincian
kegiatan dan unit cost per kegiatan. Disinilah pentingnya konsep costing dipahami oleh segenap pelaku bidang
kesehatan di daerah.
Costing SPM kesehatan adalah sebuah mekanisme untuk mengetahui besaran biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan berbagai program atau kegiatan dalam rangka pemenuhan target SPM. Penghitungan
biaya pencapaian sasaran indikator SPM kesehatan dilakukan dengan mengacu pada langkah kegiatan
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 317/MENKES/SK/V/2009, serta dengan
mempertimbangkan ketentuan mengenai standar biaya daerah yang tertuang dalam Surat Edaran Kepala
Daerah. Panduan tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesamaan visi kepada pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan perencanaan pembiayaan penerapan SPM bidang kesehatan
di Kabupaten/Kota.
Untuk dapat melakukan costing SPM dengan baik, diperlukan data yang lengkap mengenai macam kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan dalam rangka pencapaian SPM kesehatan. Karena sebagian besar aktivitas
pencapaian SPM berupa pelayanan langsung kepada masyarakat sasaran, dan institusi yang banyak terlibat
dalam aktivitas pelayanan langsung ini adalah Puskesmas, maka proses costing SPM ini juga harus dimulai
dari Puskesmas.
Pemahaman tentang kegiatan SPM dan sumber pembiayaannya merupakan modal awal untuk dapat
menyusun rencana pembiayaan SPM. Pembahasan tentang kegiatan dan sumber pembiayaan SPM
kesehatan telah dibahas pada bab sebelumnya. Pada bab ini aktivitas utama yang dilakukan adalah
melanjutkan dokumen rencana kegiatan yang telah dihasilkan pada fase sebelumnya, dilengkapi dengan
hitungan pembiayaan.
164
www.kinerja.or.id
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kegiatan pemenuhan SPM kesehatan pada dasarnya dapat
dikategorikan menjadi dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan akselerasi. Kegiatan rutin
dikembangkan dari aktivitas sehari-hari yang selama ini telah dilaksanakan sebagai bagian tak terpisahkan
dari penyelenggaraan suatu program/layanan kesehatan yang rincianya telah terdapat dalam petunjuk teknis
SPM bidang kesehatan di kabupaten/kota (Kepmenkes No. 828/MENKES/SK/IX/2008). Sedangkan kegiatan
akselerasi adalah kegiatan terobosan atau kegiatan inovatif yang dikembangkan oleh masing-masing daerah
sebagai upaya untuk mempercepat pencapaian target SPM kesehatan. Kedua jenis kegiatan tersebut disusun
dengan memperhatikan hasil analisis situasi dan analisis penyebab kesenjangan.
Pemerintah merupakan penanggung jawab utama terpenuhinya pembiayaan kegiatan SPM. Seperti telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, masing-masing sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah
mempunyai rambu-rambu penggunaan yang baku. Oleh karena itulah pada saat menyusun rencana
pembiayaan SPM bidang kesehatan ini harus mengacu pada aturan fungsi alokasi dana tersebut.
Total
Total output quantity
www.kinerja.or.id
165
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa perhitungan unit cost adalah berbasis pada perhitungan
biaya riil yang dikeluarkan oleh organisasi. Dengan demikian sangat besar kemungkinan hasil perhitungan
unit cost untuk jenis produk/layanan yang sama di organisasi berbeda maka besarnya unit cost juga akan
berbeda. Penjelasannya adalah meskipun jenis produk/pelayanannya sama tetapi sangat mungkin jumlah
SDM, peralatan, dan bahan yang digunakan berbeda, sehingga membawa konsekuensi perbedaan total biaya.
Demikian juga dengan jumlah output yang dihasilkan, variasi jumlah output antar organisasi bisa sangat besar.
Pada organisasi dengan jumlah output yang tinggi maka unit cost cenderung rendah, tetapi sebaliknya pada
organisasi dengan jumlah output kecil, maka unit cost akan tinggi.
Oleh karena itulah dalam perhitungan pembiayaan untuk SPM bidang kesehatan ini perlu disepakati besaran
unit cost daerah. Hal ini dilakukan karena konsep SPM adalah konsep wilayah, sehingga perhitungan
pembiayaannya juga berlaku untuk satu wilayah tertentu.
Sebagai contoh, besarnya biaya konsumsi pertemuan antara Puskesmas A, B, C, D, dan E yang berada
di kabupaten X kemungkinan berbeda, karena jenis konsumsi yang dipilih oleh Puskesmas tersebut bisa
saja berbeda. Untuk keperluan perhitungan biaya, maka harus dibuat suatu standar biaya tertentu, sehingga
masing-masing Puskesmas mempunyai pemahaman yang sama mengenai batasan besaran biaya konsumsi
pertemuan.
Pada level nasional pemerintah melalui kementerian keuangan setiap tahun menetapkan standar biaya yang
digunakan sebagai acuan dalam menyusun anggaran. Standar biaya adalah satuan biaya yang ditetapkan
baik standar biaya masukan maupun standar biaya keluaran sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran.
Ketetapan tentang standar biaya terkini adalah Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.02/2012 tentang
standar biaya tahun anggaran 2013. Besaran biaya yang diatur dalam peraturan tersebut adalah untuk aktivitas
umum yang berlaku di semua kementerian, misalnya: biaya honorarium, biaya perjalanan dinas, biaya sewa
gedung pertemuan, biaya pemeliharaan, biaya pengadaan, dan lain-lain. Tetapi untuk beberapa jenis kegiatan
spesifik yang belum tercantum dalam peraturan menteri keuangan tersebut daerah dapat menyusun standar
biaya sendiri dengan memperhatikan nilai kewajaran, karakteristik dan kemampuan daerah.
Terkait dengan penyusunan rencana pembiayaan SPM bidang kesehatan ini ada beberapa unsur biaya yang
belum ada standar biayanya. Disinilah pentingnya dilakukan perhitungan unit cost daerah sehingga hasil
perhitungan pembiayaan SPM bidang kesehatan lebih rasional dan applicable untuk daerah setempat.
Secara sederhana perhitungan unit cost daerah dapat dilakukan dengan merujuk pada data laporan kegiatan
dan laporan keuangan tahun sebelumnya. Berbagai jenis pengeluaran yang terjadi pada 1 tahun sebelumnya
dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama. Selanjutnya masing-masing kegiatan tersebut diurai
166
www.kinerja.or.id
berdasarkan variabel kegiatan dan komponen pembentuk biaya. Misalnya: jika kegiatan yang dimaksud adalah
rujukan ibu dengan komplikasi kebidanan, maka variabel kegiatannya adalah transport tenaga pendamping
dan formulir rujukan. Perhitungan unit cost dilakukan dengan membagi total biaya masing-masing dengan
frekuensi atau volume kegiatan.
Hasil perhitungan inilah yang kemudian dibahas, untuk disepakati sebagai besaran unit cost daerah. Angka
unit cost yang telah disepakati akan menjadi acuan dalam perhitungan pembiayaan SPM.
www.kinerja.or.id
167
Hasil perhitungan kebutuhan biaya SPM kesehatan ini hanya menampilkan total biaya untuk kegiatan yang
terkait dengan pencapaian indikator SPM. Sedangkan belanja kesehatan untuk kegiatan pelayanan di luar
indikator SPM tidak masuk di dalamnya. Ini dikarenakan proses perhitungan biaya yang ditempuh adalah
berdasarkan uraian langkah kegiatan untuk masing-masing indikator. Inilah yang perlu diperhatikan agar pada
waktu menghitung total belanja daerah untuk sektor kesehatan, ditambahkan dengan berbagai kebutuhan
belanja kesehatan non-SPM yang menjadi kebutuhan nyata masyarakat kabupaten-kota.
Hasil perhitungan kebutuhan biaya SPM kesehatan ini juga tidak menghitung kebutuhan belanja kesehatan
per-SKPD kesehatan. Hasil yang diperoleh adalah hasil hitung dari kebutuhan kabupaten-kota, bukan
kebutuhan masing-masing SKPD kesehatan. Kebutuhan belanja masing-masing SKPD kesehatan tergantung
seberapa besar/banyak SKPD tersebut melaksanakan langkah langkah kegiatan penerapan dan pencapaian
indikator SPM, dan seberapa besar volume masing-masing komponen kegiatan.
Proses perhitungan dilakukan tanpa memandang sumber biaya. Seluruh kebutuhan biaya untuk tercapainya
indikator SPM suatu daerah harus diketahui, agar dapat ditetapkan juga berapa kebutuhan biaya yang
ditanggung/dibebankan kepada setiap jenis sumber biaya, jika terdapat sumber-sumber biaya yang berbedabeda. Jika terdapat sumber biaya yang berbeda, masing-masing sumber biaya akan menyediakan biayanya
mengikuti besaran biaya hasil perhitungan, sehingga sesuai kebutuhan nyata.
Untuk mencapai indikator yang ditetapkan/ditargetkan tidak seluruhnya dibiayai oleh pemerintah (pusat/depkes
maupun propinsi dan kabupaten/kota). Terdapat penduduk yang memperoleh pelayanan yang diselenggarakan
oleh masyarakat termasuk swasta, sehingga tanpa menyediakan anggaran belanja suatu daerah telah
memperoleh capaian indikator pada tingkat tertentu. Tetapi masih terdapat beberapa daerah yang seluruh
target harus dicapai dengan biaya / belanja pemerintah.
Disamping beberapa prinsip perhitungan biaya seperti telah dijelaskan di atas, ada 2 hal yang juga perlu
dipertimbangkan saat menghitung kebutuhan biaya pencapaian SPM kesehatan, yaitu pembiayaan masa
transisi dan pembiayaan kegiatan operasional.
1. Pembiayaan masa transisi.
Pembiayaan atas variabel dari langkah kegiatan tertentu yang selama ini disediakan bukan oleh
kabupaten-kota masih dalam perhitungan kebutuhan biaya ini. Pembebanan kepada sumber / pihak
pihak selain pemerintah kabupaten-kota, selama masa transisi, ditetapkan secara ad-hoc / sementara.
168
Kegiatan optional adalah kegiatan yang memungkinkan untuk dikurangi volume atau frekuensi
www.kinerja.or.id
kegiatannya, sesuai dengan kondisi daerah. Kegiatan tersebut misalnya: pertemuan, pelatihan,
penyuluhan kesehatan, dan sebagainya. Pengurangan volume atau frekuensi kegiatan akan berdampak
pada pengurangan total biaya. Jadi yang dimaksud dengan optional adalah pada jumlah, volume atau
frekuensi kegiatan, dan bukan pada jenis kegiatannya.
Penghitungan kebutuhan biaya SPM harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat capaian tahun
sebelumnya. Angka tingkat pencapaian tahun sebelumnya digunakan sebagai dasar untuk menghitung
besarnya gap yang harus ditutup, serta menghitung estimasi tingkat pemanfaatan pada tahun yang akan
datang. Angka inilah yang akan menentukan besaran biaya.
Besar kecilnya kebutuhan biaya pencapaian SPM kesehatan dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini:
1. Jumlah sasaran
2. Besar kecilnya gap antara capaian tahun lalu dengan target tahun depan (besar kecilnya delta yang ingin
diwujudkan)
3. Ketersediaan sarana prasarana atau investasi yang tersedia sat ini
4. Kondisi geografis
5. Kegiatan optional
6. Unit cost.
1. Jumlah Sasaran
Semakin banyak/besar sasaran semakin besar biaya total yang dibutuhkan, meskipun biaya RERATA per
sasaran dapat lebih kecil. Termasuk di dalamnya sasaran yang dicapai dengan dana masyarakat termasuk
swasta. Semakin besar sasaran yang dilayani oleh masyarakat termasuk swasta maka semakin kecil dana
yang dibutuhkan untuk disediakan oleh pemerintah.
Mekanisme perhitungan Jumlah Sasaran suatu Kabupaten/Kota:
1. Sasaran Langsung Penduduk, dengan cara :
a. Mempergunakan formula-formula baku sebagai prediksi / prakiraan, dan dikalikan dengan Jumlah
Penduduk. Dengan perhitungan ini diperoleh Jumlah Nominal Sasaran; misalnya: Prakiraan Ibu Hamil
suatu Kabupaten adalah Jumlah Penduduk dikalikan dengan CBR, sehingga diperkirakan diketahui
Jumlah Ibu Hamil, dalam jumlah nominal;
b. Jumlah Nominal Sasaran itu belum tentu seluruhnya menjadi Sasaran Pelayanan tahun yang
direncanakan, masih dipengaruhi Proporsi Target Pelayanan yang akan dicapai; yaitu :
www.kinerja.or.id
169
1) kurang dari 100 %, karena itulah kemampuan optimal dari pelayanan yang diperhitungkan dapat
diberikan;
2) tetapi ada yang harus 100 %, karena tanpa pencapaian 100 % maka tetap menjadi ancaman bagi
warga / penduduk lainnya, atau harus 100 % karena memang seluruh sasaran harus memperoleh
pelayanan;
c. Jadi jumlah sasaran yang mempengaruhi besaran dana yang dibutuhkan adalah hasil kali jumlah
penduduk, formula tertentu untuk jenis rincian penduduk sasaran, proporsi target yangingin dicapai;
d. Semakin Besar Jumlah Penduduk, semakin besar Dana yang dibutuhkan; semakin Besar Proporsi
Target yang ingin dicapai, semakin besar Dana yang dibutuhkan;
e. Jumlah sasaran yang membutuhkan dana pemerintah tidak selalu seluruh dari Jumlah Sasaran;
terdapat Sasaran yang dicapai oleh Kabupaten/Kota tanpa Pemerintahan Kabupaten/Kota
menyediakan dana APBD, yaitu sasaran-sasaran yang memperoleh/mencari pelayanan yang
diselenggarakan oleh masyarakat termasuk swasta. Sasaran yang dilayani oleh Non-Pemerintah ini
merupakan bagian dari capaian Pemerintahan Kabupaten/Kota. Data proporsi ini diperoleh dari hasil
pendataan tahun sebelumnya.
f. Semakin besar sasaran yang memanfaatkan pelayanan oleh masyarakat termasuk swasta, maka
kebutuhan Dana APBD semakin kecil. Tetapi terdapat kegiatan-kegiatan yang dicakup dengan SPM
dimana pelayannya seluruhnya oleh Pemerintah, dan tidak dilakukan oleh masyarakat termasuk
swasta. Semakin besar jumlah penduduk sasaran, semakin banyak dibutuhkan dana, tetapi kebutuhan
dana rerata per-penduduk sasaran/per-kapita penduduk semakin kecil, karena terdapat kebutuhankebutuhan dana yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh jumlah penduduk
2. Sasaran Rumah Sakit, dihitung secara nominal, yang penting di dalam Kabupaten / Kota tersebut terdapat
Satu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan level-1. Rumah Sakit tersebut dapat
milik siapapun, tidak harus milik pemerintahan kabupaten / kota tersebut. Ada atau tidak ada rumah sakit
demikian mempengaruhi kebutuhan Dana APBD.
3. Sasaran Desa, dihitung dengan cara :
a. Jumlah Desa dengan Proporsi 100 % bayi/anak yang telah memperoleh imunisasi lengkap; dan ini
Harus seluruh Desa, atau 100 %. Semakin mendekati jumlah 100% Desa yang akan dilayani maka
semakin banyak dana yang dibutuhkan.
b. Jumlah Desa yang mengalami KLB dan dilakukan penyelidikan epidemiologi sebelum 24 Jam.
Semakin banyak terjadi KLB semakin banyak dibutuhkan Dana.
c. Jumlah Desa Siaga Aktif, semakin banyak desa yang direncanakan untuk ditingkatkan menjadi Desa
Siaga Aktif, maka semakin banyak dibutuhkan Dana.
170
www.kinerja.or.id
2. Besar Kecilnya Gap antara Capaian Tahun Lalu dengan Cita-cita Tahun
Depan, atau Besar Kecilnya Delta yang Ingin Diwujudkan.
Gap yang dimaksud adalah delta atau tambahan atau selisih dari proporsi target sasaran tahun lalu dengan
tahun depan yang sedang direncanakan kebutuhan Dananya. Misalnya : cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4,
Capaian TA 2007 = 86 %, dan Rencana TA 2009 = 93 %, maka Gap dari Rencana ini adalah 7 %, dan jika
Rencana TA 2009 adalah 95 %, maka Gap-nya 9 %; Besar-kecilnya Gap inilah yang berpengaruh kepada
kebutuhan Dana. Gap masing-masing daerah berbeda, tergantung jarak Capaian Awal pelaksanaan SPM
dengan target 2010 dan 2015, dan rinciannya setiap tahun yang ditetapkan dalam RPJMD. Angka Gap tidak
memanfaatkan Angka Capaian Tahun Anggaran Sekarang (pada saat rencana kebutuhan Dana dibuat), karena
Capaian Tahun Sekarang belum diketahui, kabupaten / kota sedang melakukan pelayanan, belum dapat
diketahui capaiannya. Semakin besar Delta semakin Besar biaya yang dibutuhkan.
4. Geografis
Semakin sulit geografi suatu kabupaten / kota, semakin berpencar penduduk dalam dataran/daratan yang
berbeda/ berjauhan, dimana sasaran-sasaran pelayanan kesehatan semakin sulit dijangkau oleh petugas
kesehatan; maka semakin besar dibutuhkan dana. Berbeda dengan sasaran anak didik / murid sekolah
dalam urusan wajib pendidikan, dimana dalam hal kesulitan daerah / geografi ini menjadi beban anak didik,
tidak menjadi beban petugas / pemerintah sebagaimana sasaran ibu hamil dan lainnya dalam urusan wajib
kesehatan dimana beban biaya untuk melayaninya berada pada pemerintah / petugas. Semakin jauh/sulit
suatu daerah, termasuk jauh/sulit dari pusat produksi obat/alat/bahan, semakin besar biaya dibutuhkan.
www.kinerja.or.id
171
5. Kegiatan Optional
Dalam mendukung pelaksanaan SPM untuk mewujudkan Indikator-indikator terdapat Kegiatan-kegiatan
Pilihan, misalnya : pertemuan perencanaan, pelatihan petugas, dan sejenisnya. Kegiatan ini tidak standar
secara volume atau tidak didasarkan pada formula baku tertentu; dapat dilakukan penyesuaian sesuai
kebutuhan / kondisi setempat; misalnya: Pertemuan Perencanaan dilakukan tiap 3 (tiga) bulan, tetapi dapat
dilakukan 6 (enam) bulan sekali, atau setahun sekali; tetapi tidak boleh ditiadakan pertemuan tersebut.
Semakin banyak / sering kegiatan ini semakin membutuhkan Dana Pemerintahan Kabupaten/Kota.
6. Unit Cost
Untuk setiap komponen kegiatan yang didukung dengan pembiayaan ditetapkan biaya satuan kegiatannya,
atau unit cost. Unit Cost untuk menghitung kebutuhan Biaya/Dana dalam APBD ditetapkan secara Standar
untuk seluruh urusan pemerintahan, bukan hanya untuk kesehatan, dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Semakin tinggi Unit Cost untuk komponen kegiatan sejenis, maka semakin tinggi kebutuhan Dana.
Adapun mekanisme untuk perhitungan biaya adalah sebagai berikut:
1. Identfikasi jenis pelayanan SPM dan indikator-indikatornya
2. Identifikasi langkah kegiatan pada setiap indikator tersebut
3. Identifikasi variabel kegiatan untuk setiap langkah kegiatan
4. Identifkasi komponen yang mempengaruhi pembiayaan untuk setiap variabel kegiatan
5. Susun komponen tersebut dalam formula/rumus dan dikalikan unit cost untuk setiap variabel/komponen
kegiatan
Penjelasan:
1. Jenis pelayanan adalah program yang merupakan penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur. Terdapat 4 jenis pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh daerah dalam rangka
penerapan SPM kesehatan.
2. Indikator adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan pelayanan SPM. Penjelasan mengenai jenis pelayanan
dan indikator untuk masing-masing jenis pelayanan tercantum pada permenkes No. 741 tahun 2008 dan
No. 828 tahun 2008.
3. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program. Kegiatan terdiri dari sekumpulan
172
www.kinerja.or.id
tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Kegiatan merupakan bentuk tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah cakupan tertentu
sebagai wujud implementasi dari indikator SPM.
Langkah kegiatan adalah rincian aktivitas yang diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
Penjelasan mengenai kegiatan dan langkah kegiatan untuk setiap indikator SPM kesehatan tercantum
dalam permenkes No. 317 tahun 2009.
4. Variabel kegiatan adalah komponen input atau proses yang perlu disediakan untuk menjalankan langkah
kegiatan tertentu.
5. Komponen biaya adalah volume, frekuensi, harga, jumlah tertentu yang menentukan besaran sumber daya
yang dikonsumsi.
www.kinerja.or.id
173
174
1. Pelayanan
kesehatan
dasar
2. Pelayanan
kesehatan
rujukan
3. Penyelidikan
epidemiologi
& penanggu langan KLB
4. Promosi
kesehatan &
pemberdayaan
masyarakat
Ada 4 jenis
pelayanan, yaitu:
Identifikasi Jenis
Pelayanan SPM
1. Yankesh dasar:
14 indikator
2. Yankesh rujukan:
2 indikator
3. Penyelidikan
epide Penang
gulangan KLB:1
indikator
4. Promosi
kesehatan &
pemberdayaan
masyarakat: 1
indikator
Identifikasi
Indikator
Untuk masing-masing
indikator terdapat
kegiatan. Kegiatan ada
2 macam, yaitu kegiatan
rutin dan kegiatan
terobosan.
Kegiatan rutin mengacu
Pada KMK 741/2008,
kegiatan terobosan
dikembangkan sendiri
oleh daerah.
1. Vaksin TT untuk
imunisasi anak
SD kelas 2 dan 3
2. Vaksin DT untuk
imunisasi anak
sekolah
3. Autodisable
syringe (ADS)
0,5ml untuk
imunisasi campak
bayi 0-11 bulan
4. Kapas 250 gram
(l000 orang)
5. Alkohol 1000 cc
(1000 orang)
Contoh: untuk
kegiatan imunisasi
anak sekolah,
variabel kegiatannya
adalah:
Identifikasi Variabel
Kegiatan
1. Jumlah
sasaran anak
SD kelas 2
dan 3
2. Harga vaksin
TT per vial
3. Jumlah dosis
pemberian per
sasaran
Contoh: untuk
variabel vaksin
TT anak SD
kelas 2 dan 3,
maka komponen
biayanya terdiri
dari:
Untuk setiap
variabel kegiatan
terdapat kom
ponen yang
mempengaruhi
pembiayaan.
Identifikasi
Komponen
Biaya
Contoh untuk
kegiatan
imunisasi
anak sekolah
sub kegiatan
pemberian
vaksin TT anak
kelas 2&3,
maka rumusnya
adalah:
Jumlah sasaran
(A) x harga
vaksin (B) x
jumlah dosis
per sasaran (C)
= A*B*C
Sesuai dengan
komponen
biaya yang ada,
maka
disusun rumus
untuk meng
hitung biaya
kegiatan.
Susun Dalam
Rumus
www.kinerja.or.id
Penjelasan lebih rinci untuk masing-masing aktivitas pembiayaan SPM tersebut dijelaskan dalam sub pokok
bahasan berikut ini.
2. Costing Indikator
Costing indikator adalah kegiatan menghitung kebutuhan biaya bagi terselenggaranya indikator SPM tertentu.
Perhitungan kebutuhan biaya untuk suatu indikator dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh hasil
costing aktivitas pada indikator tersebut (penjumlahan hasil costing per langkah kegiatan). Sebagai contoh
untuk indikator cakupan desa UCI, maka costing indikator diperoleh dari penjumlahan hasil perhitungan biaya
kegiatan imunisasi rutin + imunisasi tambahan + imunisasi dalam penanganan KLB.
3. Costing Layanan
Costing layanan adalah kegiatan menghitung kebutuhan biaya bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
tertentu, sebagaimana tercantum dalam SPM bidang kesehatan. Perhitungan kebutuhan biaya untuk suatu
pelayanan dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh hasil costing indikator. Sebagai contoh untuk costing
layanan kesehatan dasar diperoleh dari penjumlahan costing pada indikator 1 14.
www.kinerja.or.id
175
Data Capaian
pada Tahun
Awal
Perencanaan
Tahun-1
Tahun-2
Tahun-3
Tahun-4
Tahun-5
176
Rp
Kondisi
Kinerja pada
akhir periode
Target
Rp
www.kinerja.or.id
Kenaikan target tahunan akan membawa konsekuensi pada peningkatan jumlah biaya yang dibutuhkan.
Melalui aktivitas costing yang bagus akan dapat diketahui nilai rupiah tertentu yang diperlukan untuk
meningkatkan sejumlah persen cakupan. Hal ini bisa menjadi bahan sinkronisasi rencana akselerasi
pencapaian SPM dengan kebijakan alokasi anggaran.
Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses dalam
CD yang terlampir:
www.kinerja.or.id
177
a) Presentasi 5.1 Pembiayaan SPM, prinsip costing, serta penyepakatan unit cost daerah
Lihat materi presentasi pada folder modul-5 : Presentasi 5.1 Pembiayaan SPM, prinsip costing, serta
penyepakatan unit cost daerah
178
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
179
180
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
181
182
www.kinerja.or.id
b) Presentasi 5.2 Pembiayaan SPM kesehatan (costing aktivitas, costing indikator dan
costing layanan)
Lihat materi presentasi pada folder modul-5 : Presentasi 5.2Pembiayaan SPM kesehatan (costing aktivitas,
costing indikator dan costing layanan)
www.kinerja.or.id
183
184
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
185
Modul 6
Integrasi Hasil Costing & Pembiayaan SPM dalam
Perencanaan dan Penganggaran
Tujuan Pembelajaran
Uraian substansi modul ini adalah cara mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan SPM dalam:
186
www.kinerja.or.id
Pendahuluan
SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga menjadi acuan dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggung jawaban di
daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan
urusan wajib. SPM dari seluruh SKPD dan satuan kerja yang memberikan pelayanan publik menjadi indikator
(tolok ukur) yang disusun sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan
rencana stratejik daerah.Tiap satuan kerja harus menyusun rencana stratejik dan rencana bisnis agar dapat
mencapai standar pelayanan minimal yang menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian dijabarkan dalam
rencana bisnis anggaran dan rencana kerja SKPD/Satuan kerja.
Berdasarkan sistem perencanaan dan penganggaran yang berlaku, Rencana Pencapaian SPM perlu disin
kronkan dan diintregrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).Target tahunan pencapaian SPM dituangkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan
Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dengan
memperhatikan kemampuan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pentingnya pengintegrasian rencana pencapaian SPM ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran
daerah secara ekplisit telah disebutkan dalam berbagai peraturan.Di dalam Permendagri 79/2007 hal tersebut
dinyatakan pada Bab V dan VI. Dalam Permendagri 54/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen
Perencanaan Daerah juga telah mencantumkan posisi SPM dalam proses penyusunan perencanaan daerah.
Evaluasi pelaksanaannya juga telah secara jelas dicantumkan dalam PP 20/2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah. Peraturan lain yang menggambarkan kedudukan SPM dalam rencana pembangunan daerah
adalah PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rencana pencapaian SPM bukan sebuah dokumen perencanaan
tersendiri namun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan pembangunan daerah.
www.kinerja.or.id
187
Kesehatan sebagai SKPD yang membidangi masalah kesehatan.Dengan demikian keberhasilan pencapaian
SPM bidang kesehatansangat dipengaruhi oleh kemampuan Dinas Kesehatan dalam menyusun rencana
pencapaian SPM serta menjabarkannya ke dalam dokumen Rencana Pembangunan Daerah, mulai dari
RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja SKPD.Hasil costing SPM yang telah diperoleh sebagaimana dijelaskan
pada pokok bahasan sebelumnya, tidak akan banyak bermanfaat jika angka tersebut tidak menjadi input dalam
proses penyusunan rencana pembangunan daerah.
RPJMD merupakan suatu dokumen rencana resmi daerah untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam
jangka waktu 5 tahun ke depan. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yg
bersifat indikatif.
Tahapan proses penyusunan RPJMD secara garis besar adalah sebagai berikut:
No
1
Kegiatan
Uraian Kegiatan
Persiapan
Penyusunan
RPJMD
2
Penyusunan
Rancangan Awal
RPJMD
kesepakatan
Penyiapan Surat
Edaran KDH
4
Penyusunan
Rancangan RPJMD
5
Musrenbang
RPJMD
Penyusunan
Rancangan Akhir
RPJMD
188
www.kinerja.or.id
No
7
Kegiatan
Uraian Kegiatan
Penetapan Perda
RPJMD
Data dan informasi merupakan unsur penting dalam perumusan rencana yang akan menentukan kualitas
dokumen rencana pembangunan daerah yang disusun. Untuk itu, dalam penyusunan RPJMD perlu
dikumpulkan data dan informasi yang akurat dan relevan serta dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan data dan informasi yang telah terkumpul, disusunlah rancangan awal RPJMD. Tahapan
penyusunan rancangan awal RPJMD kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
www.kinerja.or.id
189
Telaahan Terhadap
RPJPD Kabupaten/
Kota
Perumusan
Strategi dan Arah
Kebijakan
Persiapan
Penyusunan
RPJMD Kab/
Kota
Analisis Isu-isu
Strategis
Pembangunan
Jangka
Menengah
Kabupaten/Kota
Pengolahan
Data dan
Informasi
Hasil
Evaluasi
Capaian
RPJMD
Perumusan
Penjelasan
Visi dan
Misi
Perumusan
Tujuan dan
Sasaran
Penelaahan
RJPMN,
RPJMD
Provinsi dan
RPJMD Kab/
Kota lainnya
Analisis
Gambaran
Umum Kondisi
Daerah
Kabupaten/Kota
Perumusan Kebijakan
Umum dan Program
Pembangunan Daerah
Kabupaten/Kota
Perumusan
Indikasi Rencana
Program
Prioritas yang
Disertai Kebutuhan
Pendanaan
Penetapan
Indikator Kinerja
Daerah
Pembahasan dengan
SKPD Kabupaten/
Kota
Perumusan
Permasalahan
Pembangunan
Daerah
Kabupaten/
Kota
Analisis
Pengelolaan
Keuangan
Daerah serta
Kerangka
Pendanaan
Pelaksanaan Forum
Konsultasi Publik
Pembahasan dengan
DPRD untuk
Memperoleh
Masukan dan Saran
Penyelarasan
Program Prioritas
dan Kebutuhan
Pendanaan
190
www.kinerja.or.id
Tahap selanjutnya kepala daerah membuat surat edaran kepada semua SKPD agar masing-masing SKPD
menyusun rancangan renstra SKPD sesuai dengan rancangan awal RPJMD dan disampaikan kepada kepala
Bapppeda, sebagai masukan untuk menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD.
Proses ini termasuk dalam rangkaian kegiatan penyusunan rancangan RPJMD, sebagaimana terlihat dalam
gambar berikut.
SE KDH tentang Penyusunan
Rancangan Renstra SKPD
Penyusunan Rancangan
Renstra SKPD
Renstra SKPD
Rancangan RPJMD:
1. Pendahuluan
2. Gambaran umum kondisi daerah
3. Gambaran pengelolaan keuangan daerah serta
kerangka pendanaan
4. Analisis isu-isu srategis
5. Visi, misi, tujuan dan sasaran
6. Strategi dan arah kebijakan
7. Kebijakan umum dan program pembangunan
8. Indikasi rencana program prioritas yang disertai
kebutuhan daerah Indikasi rencana program prioritas
yang disertai kebutuhan pendanan
www.kinerja.or.id
191
Untuk memastikan bahwa substansi materi rancangan renstra-SKPD telah disusun sesuai dengan rancangan
awal RPJMD, dilakukan verifikasi melalui pembahasan bersama antara Bappeda dengan setiap SKPD.
Verifikasi juga bertujuan untuk mengintegrasikan dan mempertajam pencapaian sasaran program dan kegiatan
antara satu SKPD dengan SKPD lainnya (lintas SKPD), serta memperoleh klarifikasi/masukan dari SKPD
dalam hal terdapat ketidaksesuaian dengan arahan yang telah disampaikan dalam surat edaran. Bilamana
terdapat ketidaksesuaian dengan arahan yang telah ditetapkan, kepala SKPD wajib menyempurnakan
rancangan Renstra SKPD dan menyampaikan kembali kepada Bappeda.
Seluruh Renstra SKPD yang telah diverifikasi selanjutnya dijadikan sebagai masukan untuk penyempurnaan
rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD. Di dalam dokumen RPJMD tersebut disusun rumusan
indikasi rencana program prioritas disertai kebutuhan pendanaannya. Perumusan alokasi pagu untuk setiap
program dihitung berdasarkan capaian indikator program dengan memperhatikan rencana penggunaan
kapasitas riil anggaran berupa alokasi belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Rancangan RPJMD akan disempurnakan melalui Musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD dirumuskan
berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD yang telah
disempurnakan berdasarkan kesepakatan hasil musrenbang RPJMD, selanjutnya dibahas dengan seluruh
kepala SKPD untuk memastikan bahwa program pembangunan jangka menengah terkait dengan tugas pokok
dan fungsi masing-masing telah disempurnakan dengan kesepakatan hasil musrenbang dan ditampung
dalam rancangan akhir RPJMD. Rancangan akhir RPJMD ini diajukan kepada kepala daerah untuk meminta
persetujuan dikonsultasikan kepada Gubernur. Posisi pencapaian SPM dalam RPJMD secara khusus dapat
digambarkan sebagai berikut.
Perumusan
Masalah
Analisis isu
strategis
Perumusan penjelasan
visi dan misi
Perumusan tujuan
dan sasaran
Program
Outcome
SPM x standar
belanja
Pagu
192
www.kinerja.or.id
Proses integrasi SPM ke dalam dokumen RPJMD dimulai dari awal, yaitu pada saat melakukan analisis
gambaran umum kondisi daerah. Kondisi pencapaian SPM bidang kesehatan saat ini hars menjadi salah satu
aspek yang dikaji. Contoh hasil analisis data adalah sebagai berikut.
No
Aspek/fokus/
bidang urusan/
indikator kinerja
pembangunan
daerah
Capaian kinerja
(n-5)
(n-4)
(n-3)
(n-2)
(n-1)
Standar
Interpretasi
(belum
tercapai
sesuai,
melampaui)
1
2
3
4
5
Indikator SPM
Kesehatan
6
7
...
Berdasarkan hasil analisis tersebut, akan dapat diidentifikasi kinerja masing-masing program dengan melihat
pada tingkat pencapain target. Proses ini dilakukan untuk mengenali masalah yang masih dihadapi sehingga
bisa menjadi dasar dalam menentukan prioritas program. Hasil analisis dapat dituangkan dalam tabel berikut ini.
Interpretasi
Belum Tercapai (<)
Sesuai (=)
Melampaui (>)
Permasalahan
Faktor penentu
keberhasilan
1
2
3
4
5
Indikator SPM
Kesehatan
6
7
...
www.kinerja.or.id
193
Berbagai permasalahan yang teridentifikasi tersebut dianalisis faktor penyebab dan faktor penentu
keberhasilannya, untuk dirumuskan program atau kegiatan intervensi.Setiap program atau kegiatan intervensi
dihitung kebutuhan biayanya untuk menjadi dasar bagi penentuan alokasi anggarannya.
Hasil akhir rencana program prioritas dan kebutuhan pendanaannya dapat dipelajari pada tabel berikut ini.
Tahun-1
Tahun-2
Tahun-3
Tahun-4
Bidang
Kesehatan
Tahun-5
Target Rp
Kondisi
SKPD
Kinerja Pada
penanggung
Akhir Periode
jawab
RPJMD
Target
Rp
Indikator
SPM
Kesehatan
194
www.kinerja.or.id
tahunan. Bappeda merupakan institusi yang ditunjuk dan berfungsi sebagai koordinator dalam
penyelenggaraan perencanaan daerah yang juga mengkoordinasikan berbagai perencanaan yang bersifat
sektoral di daerah. RKPD merupakan acuan bagi daerah dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (RAPBD), dengan demikian Kepala daerah dan DPRD dalam menentukan Kebijakan
Umum APBD (KUA), serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) didasarkan atas
dokumen RKPD. KUA dan PPAS yang telah disepakati selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam proses
penyusunan APBD.
Substansi RKPD memuat program dan kegiatan SKPD dan dokumen RKPD merupakan acuan bagi SKPD
dalam menyempurnakan Renja SKPD untuk tahun yang sama. Proses penyusunan RKPD dilakukan secara
paralel dan sifatnya saling memberi masukan dengan proses penyusunan Rencana Kerja SKPD (Renja
SKPD).
Secara garis besar, tahapan proses penyusunan RKPD menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor :
050/200/II/BANGDA/2008 adalah sebagai berikut:
Tahapan Proses Penyusunan RKPD menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor : 050/200/II/BANGDA/2008
Tahap
Tahap 1
Kegiatan
Uraian
Persiapan dan
Pengorganisasian
Para Pemangku
Kepentingan
Tahap 2
Penyusunan
Rancangan Awal
program dan kegiatan SKPD tahun lalu dan prioritas untuk tahun
RKPD
Tahap 3
Penyusunan
rancangan Renja
SKPD
Renja SKPD.
www.kinerja.or.id
195
Tahap
Tahap 4
Kegiatan
Uraian
Penyusunan
Rancangan RKPD
Tahap 5
Musrenbang
Tahap 6
Penyusunan
Rancangan Akhir
RKPD/Renja SKPD
Tahap 7
Penyiapan dan
Penetapan
Peraturan RKPD/
Renja SKPD
Tahap 8
Pengintegrasian
RKPD ke
dalam Proses
Penganggaran
Daerah
196
www.kinerja.or.id
Penyusunan Rancangan Awal RKPD berpedoman pada hasil review RPJMD dan capaian kinerja
penyelenggaraan urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah, hasil review terhadap usulan SKPD yang
tertuang dalam prakiraan maju yang diajukan tahun sebelumnya, serta memperhatikan perkiraan kemampuan
keuangan daerah. Substansi utama yang termuat dalam rancangan awal RKPD, meliputi:
1. Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu
2. Rancangan kerangka ekonomi daerah
3. Arah kebijakan keuangan daerah, termasuk indikasi belanja bagi hasil dan belanja bantuan keuangan.
4. Prioritas dan sasaran pembangunan daerah
5. Rencana program dan kegiatan prioritas serta pagu indikatif SKPD.
Perhitungan pagu indikatif anggaran program dan kegiatan yang dialokasikan bagi setiap SKPD didasarkan
pada kebutuhan SKPD untuk melaksanakan urusan wajib/pilihan pemerintah daerah prioritas sesuai tingkat
dan sasaran pelayanan program dan kegiatan.
Proses penyusunan rancangan awal RKPD dapat digambarkan sebagai berikut
Analisis Kondisi
dan Permasalahan
Daerah Mutakhir
Review RPJMD
- Prioritas dan
Target Program
- Perkiraaan
Capaian
Perkiraan
Kemampuan
Keuangan Daerah
Penyiapan Rumusan
Rancangan Awal
RKPD
Rumusan Kebijakan
Keuangan Daerah;
Prioritas Program dan
Kegiatan; serta Pagu
Indikatif
Review Usulan
Program dan
Kegiatan dan
RKA-SKPD Tahun
Sebelumnya
www.kinerja.or.id
197
Rancangan Renja SKPD merupakan rancangan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masingmasing SKPD pada tahun yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka
menunjang pencapaian visi dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam rancangan Renja
SKPD masih bersifat indikatif yang diselaraskan dengan program dan kegiatan prioritas daerah. Pada tahap
ini dilakukan kegiatan persiapan penyusunan, kegiatan analisis dan pengkajian dokumen terkait, dan kegiatan
penyusunan Rancangan Renja SKPD. Di dalam permendagri No. 65 tahun 2007 disebutkan bahwa SPM
yang ditelah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun
perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Artinya, kegiatan pencapaian SPM
harus diprioritaskan dan menjadi usulan wajib dalam rancangan Renja SKPD. Berikut ini contoh tabel rencana
program dan kegiatan prioritas dalam RKPD.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
198
www.kinerja.or.id
kesehatan.
Review
Renstra
SKPD
Evaluasi Capaian
Kinerja Pelayanan
Wajb/Pilihan
SKPD Terhadap
Target Renstra
SKPD
Review Rancangan
Awal RKPD
Identifikasi Program/
Kegiatan Terkait SKPD
Program/Kegiatan
SKPD Berdasarkan
Skala Prioritas
Usulan Hasil
Musrenbang dan
Forum
www.kinerja.or.id
Rumusan
Rancangan
Renja SKPD
Identifikasi Program
dan Kegiatan yang
Ditangani Pusat
199
Penyusunan rancangan RKPD merupakan tahap lanjutan, berupa kajian dan pembahasan atas rancangan
Renja SKPD yang diintegrasikan dengan Rancangan Awal RKPD untuk diperbaiki menjadi Rancangan RKPD,
pembahasan dengan para pemangku kepentingan terkait untuk memperoleh masukan dan pertimbangan bagi
rancangan RKPD, penyiapan ringkasan Rancangan RKPD sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang
tahunan daerah. Ringkasan rancangan RKPD Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bappeda Provinsi sebagai
masukan dalam penyusunan RKPD Provinsi. Rancangan RKPD merupakan integrasi dan harmonisasi antara
rancangan awal RKPD dengan rancangan Renja setiap SKPD yang telah mendapatkan konfirmasi dan review
dari setiap SKPD. Penyusunan Rancangan RKPD merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dan materi
program/kegiatan yang termuat merupakan bahan utama dalam penyelenggaraan musrenbang tahunan daerah.
Peran Bappeda dalam proses penyusunan rancangan RKPD sangat penting. Disinilah perlunya advokasi dari
Dinas Kesehatan untuk menyamakan persepsi tentang prioritas program kesehatan agar segala kegiatan
yang terkait dengan pemenuhan SPM bidang kesehatan mendapat tempat yang baik dalam rancangan RKPD
tersebut, sehinga pada akhirnya kegiatan pencapaian SPM bidang kesehatan yang masih indikatif nantinya
bisa dipertahankan dan bisa menjadi definitif.
Setelah melalui forum musrenbang, disusunlah renja SKPD. Renja SKPD merupakan penyempurnaan dari
rancangan Renja SKPD yang berisikan program dan kegiatan yang telah disepakati melalui pembahasan
forum SKPD/gabungan SKPD dan musrenbang kabupaten/kota untuk dilaksanakan oleh masing-masing
SKPD pada tahun yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka menunjang
pencapaian visi dan misi kepala daerah terpilih. Program dan kegiatan dalam Renja SKPD bersifat definitif.
Penyempurnaan Renja SKPD merupakan tanggung jawab masing-masing kepala SKPD yang proses
penyusunannya mengacu pada dokumen RKPD yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Kepala Daerah.
Supaya Renja SKPD menjadi dokumen resmi yang digunakan sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan
RKA-SKPD, maka Renja SKPD perlu ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD.
Pengintegrasian RKPD ke dalam proses penganggaran tahunan daerah dilakukan melalui 3 (tiga) hal, yaitu:
penyusunan KUA dan PPAS, penyusunan RKA-SKPD, dan penyusunan RAPBD. Penyusunan KUA dan PPAS,
serta penyusunan RKA-SKPD memiliki fungsi penting dan sangat fundamental karena menjembatani proses
penerjemahan rencana ke dalam penganggaran yang disusun untuk memastikan bahwa kesepakatan para
pemangku kepentingan atas tujuan, sasaran, dan target perencanaan dapat direalisasikan. Oleh karena itu
sangat perlu diperhatikan konsistensi dokumen perencanaan seperti RKPD dan Renja SKPD dengan KUA,
PPAS, dan RKA SKPD. Oleh karena itu pada fase ini sekali lagi harus dipastikan bahwa kegiatan pencapaian
SPM kesehatan secara konsisten tercantum dalam RKPD, Renja SKPD sampai dengan KUA, PPAS, dan RKA
SKPD agar mendapat alokasi anggaran yang ideal.
200
www.kinerja.or.id
Penyusunan rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) merupakan tanggung jawab Kepala Daerah yang dalam penyusunannya dibantu oleh
TAPD. Penyusunan rancangan KUA dan PPAS mengacu pada Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD dan
berpedoman pada Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun. RKA
SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja
program, dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.
Penyusunan RAPBD merupakan tahap akhir dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran tahunan
daerah, yang disusun bersama TAPD dengan Panitia Anggaran DPRD sebagai bahan pembahasan paripurna
DPRD untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan menjadi dasar pelaksanaan pembangunan daerah untuk
tahun yang direncanakan.
Berikut ini berturut-turut ditampilkan alur penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan APBD, selanjutnya
alur proses penyusunan dokumen RKPD dan dokumen Renja SKPD, serta Format daftar rancangan program
dan kegiatan RKPD/Renja SKPD.
www.kinerja.or.id
201
202
Gambar 7.6: Alur penyusunan RKPD, Renja SKPD, KUA, PPAS dan APBD
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
203
Gambar: 7.7 Proses penyusunan dokumen RKPD dan dokumen Renja SKPD
204
Code
Target
Kinerja
Program
RPJMD
Target
Tahunan
SPM
Mempertimbangkan
hasil costing SPM
Anggaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan
(Rp)
7
Kategori
Prioritas
Target
Kinerja
Keluaran
pada
Tahun n
9
Target
Kinerja
Keluaran
pada Tahun
n+1
10
Biaya
Satuan
Per Keluaran
Kegiatan
pada Tahun
n (Rp
11
12
Biaya
Satuan
Pagu
Per
Indikatif
Keluaran
Pada Tahun
Kegiatan
n (Rp)
pada Tahun
n+1 (Rp)
13
Pagu
Indikatif
Pada
Tahun
n+1 (Rp)
14
Organisasi
Penyusunan Target Kinerja Keluaran Kegiatan dan Perkiraan Pagu Indikatif Program
dan Kegiatan pada tahun n dan n+1
Sumber: Tabel Target Pencapaian Kinerja yang Terukur dari Setiap Urusan Pemenntahan Daerah-Lampiran A-X Permendagri 13/2006
Catatan: * Ditengapi dengan kode (B) sebagai kegiatan baru, (R) sebagai kegiatan replikasi, (L) sebagai kegiatan lanjutan
** Kategori prioritas: tinggi, sedang, rendah dltinjau dari tingkat relevansi terhadap pencapaian visi, misi RPJMD
*** n adalah tahun rencana, n + 1 adalah satu tahun setelah tahun rencana
Jumlah
Tolok
Ukur
Kftnerja
Indikator
SPM
Program dan
kegiatan SPM
Program
dan
Kegiatan*
Target
Kinerja
Keluaran
Kegiatan
pada n+1
RKPD tahun
berjalan
www.kinerja.or.id
Tahapan penyusunan Renstra SKPD sesuai dengan Permendagri No. 54 tahun 2010
Tahap
Kegiatan
Tahap 1
Persiapan
penyusunan
Renstra SKPD
Tahap 2
Penyusunan
rancangan
Renstra SKPD
www.kinerja.or.id
Uraian Kegiatan
205
Tahap
Kegiatan
Uraian Kegiatan
13. Perumusan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan
sasaran dalam rancangan awal RPJMD; dan
14. Pelaksanaan forum SKPD
Tahap Penyajian Rancangan Renstra SKPD: Penyusunan secara sistematis
ke dalam naskah rancangan Renstra SKPD
Tahap 3
Penyusunan
rancangan
akhir Renstra
SKPD
Tahap 4
Penetapan
Renstra RKPD
Perumusan isi dan substansi rancangan Renstra SKPD sangat menentukan kualitas dokumen Renstra SKPD
yang akan dihasilkan. Salah satu dokumen rujukan awal dalam menyusun rancangan Renstra SKPD adalah
Rancangan Awal RPJMD yang menunjukkan program dan target indikator kinerja yang harus dicapai oleh
SKPD selama lima tahun, baik untuk mendukung visi/misi kepala daerah maupun untuk memperbaiki kinerja
layanan dalam rangka pemenuhan tugas dan fungsi SKPD terkait. Dokumentasi perumusan dan keseluruhan
tahap perencanaan pembangunan daerah daerah dijadikan sebagai kertas kerja (working paper). Suatu kertas
kerja perumusan dan keseluruhan tahap penyusunan Renstra SKPD merupakan dokumen yang tak terpisah
dan dijadikan sebagai dasar penyajian (dokumen) Renstra SKPD.
Proses penyusunan rancangan Renstra SKPD tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
206
www.kinerja.or.id
Renstra-KL
dan Renstra
SKPD Provinsi
Penelaahan
RTRW
Penelaahan
KLHS
Perumusan
Isu-isu
strategis
berdasarkan
tusi
Rancangan Renstra-SKPD
Perumusan
Visi dan Misi
SKPD
Perumusan
Tujuan
Perumusan
Sasaran
Analisis
Gambaran
Pelayanan
SKPD
SPM
Pengolahan
Data dan
Informasi
Perumusan
Strategi dan
Kebijakan
Perumusan
rencana kegiatan
indikator kinerja
kelompok sasaran
dan pendanaan
indikatif
berdasarkan
rencana program
prioritas RPJMD
Perumusan
indikator kinerja
SKPD yang
mengacu pada
tujuan dan
sasaran RPJMD
Rancangan
Renstra SKPD
- Pendahuluan
- Gambaran pelayanan
SKPD
- Isu-isu strategis
berdasarkan tugas pokok
dan fungsi
- Visi, misi, tujuan dan
sasaran, strategi dan
kebijakan
- Rencana program,
kegiatan indikator kinerja,
kelompok sasaran dan
pendanaan indikatif
- Indikator kinerja SKPD
yang mengacu pada
tujuan dan sasaran
RPJMD.
www.kinerja.or.id
207
NO
Indikator *)
SPM/
standar
nasional
Target Renstra
SKPD tahun ke
1
menjadi prioritas
Realisasi
Capaian tahun ke
1
Rasio capaian
tahun ke
1
Catatan
Analisis
Angka pencapaian indikator SPM kesehatan yang diisikan pada tabel di atas merupakan angka wilayah, hasil
kerja dari seluruh Puskesmas dan institusi pelayanan kesehatan lain di daerah tersebut. Catatan analisis
dibuat untuk melengkapi informasi tentang masalah atau kendala dalam pencapaian masing-masing indikator
SPM kesehatan yang dihadapi oleh Puskesmas dan jejaringnya, sebagai pertimbangan dalam merumuskan
rencana kegiatan dalam renstra Dinas Kesehatan.
Proses perumusan rencana program dan kegiatan dilakukan dengan mengacu pada tahapan berikut ini:
1. Perhatikan indikator program dan pagu per SKPD (memperhatikan SPM)
2. Rumuskan target outcome program SKPD untuk mencapai sasaran pemb.
3. Lakukan perumusan target output/keluaran yg akan dihasilkan melalui kegiatan dalam rangka mencapai
target outcome program SKPD
4. Lakukan perumusan kegiatan
5. Hitunglah biaya kegiatan untuk mencapai target output kegiatan
6. Hitunglah biaya program untuk mencapai target outcome
7. Periksalah apakah total biaya program sesuai dgn pagu SKPD. Jika melebihi pagu SKPD, lakukan
prioritisasi program dan kegiatan sehingga sesuai dgn pagu SKPD. Daftar urutan prioritas program dan
kegiatan ini menjadi salah satu bahan yg akan dibahas dalam Forum SKPD penyusunan Renstra SKPD
8. Susunlah rincian target outcome program ke dalam target tahunan
208
www.kinerja.or.id
9. Berdasarkan target outcome tahunan, susun perkiraan kebutuhan anggaran pembiayaan program per
tahun.
Hasil akhir dari proses di atas selanjutnya dituangkan dalam tabel Rumusan Rencana Program, Kegiatan,
Indikator Kinerja, Dan Pendanaan Indikatif SKPD, seperti contoh berikut ini.
Hasil inilah yang diajukan untuk mendapat persetujuan sebagai dokumen rencana strategis Dinas Kesehatan,
sehingga program dan pendanaan yang saat ini masih bersifat indikatif nantinya bisa menjadi definitif, dan
menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja tahunan Dinas Kesehatan.
www.kinerja.or.id
209
RKPD, serta mempertimbangkan hasil telaahan kebijakan nasional (termasuk SPM), dan kebijakan propinsi.
Proses penyusunan renja SKPD terdiri dari 4 tahap utama, yaitu sebagai berikut.
Tahap
1
Kegiatan
Uraian Kegiatan
Persiapan
Penyusunan Renja
SKPD
2
Penyusunan
Rancangan Renja
SKPD
Pelaksanaan Forum
SKPD
210
Penetapan Renja
SKPD
www.kinerja.or.id
Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan
menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif. Dalam prosesnya, penyusunan rancangan Renja SKPD
mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD. Oleh karena itu penyusunan
rancangan Renja SKPD dapat dikerjakan secara simultan/paralel dengan penyusunan rancangan awal RKPD,
dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi eksisting SKPD, evaluasi pelaksanaan
Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra SKPD. Berikut ini
bagan alir penyusunan Renja SKPD kabupaten/kota.
Pengolahan data dan informasi dalam menyusun Renja SKPD, pada dasarnya sama dengan pengolahan data
dan informasi penyusunan RKPD. Bedanya, data dan informasi yang diolah mencakup bahan yang diperlukan
dalam rangka analisis kondisi kinerja dan permasalahan pelayanan SKPD.Analisis kinerja pelayanan SKPD
berupa pengkajian terhadap capaian kinerja pelayanan SKPD dan dampak yang ditimbulkan atas kinerja
pelayanan tersebut, serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi untuk penyusunan program dan
kegiatan dalam rangka peningkatan pelayanan SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi. Untuk menganalisis
kinerja pelayanan SKPD digunakan beberapa indikator, antara lain mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan Indikator Kinerja Kunci (IKK) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, dengan
sasaran target sesuai dengan Renstra SKPD dan/atau berdasarkan atas hasil analisis standar kebutuhan
pelayanan. Berikut ini gambaran posisi SPM dalam penyusunan Renja SKPD.
www.kinerja.or.id
211
212
www.kinerja.or.id
Perumusan program dan kegiatan Renja SKPD dilakukan berdasarkan penyesuaian antara identifikasi
kebutuhan program dan kegiatan berdasarkan hasil analisis dengan arahan prioritas program dan kegiatan
SKPD menurut rancangan awal RKPD, serta mempertimbangkan hasil telaahan kebijakan nasional (termasuk
SPM), dan kebijakan provinsi. Berikut ini contoh format untuk menganalisis kinerja pelayanan SKPD.
NO
Indikator
(1)
(2)
Realisasi
Target Renstra SKPD
Proyeksi
SPM/
Capaian
Catatan
Standar
Analisis
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Nasional
(n-2) (n-1)
(n)
(n+1) (n-2)
(n-1)
(n)
(n+1)
(3)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Untuk SPM bidang kesehatan, SKPD yang dimaksud adalah Dinas Kesehatan.Pencapaian SPM Dinas
Kesehatan adalah merupakan hasil kerja seluruh institusi pelayanan kesehatan di daerah tersebut, dengan
Puskesmas sebagai motor penggerak utamanya.Hasil analisis tersebut selanjutnya menjadi dasar dalam
merumuskan rencana program dan kegiatan.Berikut contoh format untuk perumusan rencana program dan
kegiatan SKPD.
www.kinerja.or.id
213
Kode
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(9)
(10)
Karena ujung tombak dari pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Puskesmas, maka
penyusunan dokumen di atas harus mengakomodasi segala permasalahan dan rencana kegiatan yang
disusun di Puskesmas. Sehingga diharapkan proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan
sejalan dengan proses penyusunan Renja Dinas Kesehatan.
214
www.kinerja.or.id
Jika digambarkan dalam bentuk skematis, maka urutan penyusunan Renja Dinas Kesehatan adalah sebagai
berikut.
Rencana
Program
A
Rencana
Program
B
Rencana
Program
......
Penyesuaian
dengan Renja
Dinas Kesehatan
Program/Unit Kerja
PTP
(PERENCANAAN
TINGKAT
PUSKESMAS)
PENYUSUNAN
PERENCANAAN
DI DINAS
KESEHATAN
Penyusunan
Rencana Tahunan
Dinas Kesehatan dengan
Melibatkan Semua
Puskesmas
RANCANGAN RENJA
DINAS KESEHATAN
Pelaksanaan
Forum SKPD
untuk Membahas
Rancangan Renja
Dinas Kesehatan
RENJA
DINAS KESEHATAN
(DEFINITIF)
Dengan memperhatikan bagan tersebut, maka penting untuk disepakati waktu penyusunan PTP yang tepat
agar kegiatan yang tercantum dalam PTP dan Renja Dinas Kesehatan bisa sejalan.
Berikutnya adalah tabel yang bisa digunakan untuk mengevaluasi adanya integrasi prencanaan dan
pembiayaan SPM bidang kesehatan ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah.
www.kinerja.or.id
215
No
Indikator
Umum
Target
Capaian
Gap
Penyebab
Intervensi
Program
dan
Kegiatan
Kesesuain
dengan Dokumen
Perencanaan
Daerah (RPJMD,
RKPD, KUA-PPAS,
Renstra SKPD dan
Renja SKPD)
216
www.kinerja.or.id
Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
yang terlampir:
www.kinerja.or.id
217
Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.1Integrasi Hasil Costing Dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM Dalam RPJMD
218
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
219
220
www.kinerja.or.id
b) Presentasi 6.2 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam
Perencanaan Tahunan Daerah
Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.2 Integrasi Hasil Costing Dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM Dalam Perencanaan Tahunan Daerah
www.kinerja.or.id
221
222
www.kinerja.or.id
c) Presentasi 6.3 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam
Dokumen Perencanaan Lima Tahunan SKPD
Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.3 Integrasi Hasil Costing Dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM Dalam Dokumen Perencanaan Lima Tahunan SKPD
www.kinerja.or.id
223
224
www.kinerja.or.id
d) Presentasi 6.4 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam
Perencanaan Tahunan SKPD
Lihat materi presentasi pada folder modul-6 : Presentasi 6.4 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan
Pemenuhan SPM dalam Perencanaan Tahunan SKPD
www.kinerja.or.id
225
226
www.kinerja.or.id
Modul 7
Teknik Monitoring dan Evaluasi serta
Laporan Kinerja SPM
Tujuan Pembelajaran
Modul ini membahas monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana pemenuhan SPM, serta menyusun laporan
penerapan SPM bidang kesehatan.
Pendahuluan
Keberhasilan pelaksanaan suatu program/kegiatan memang diawali oleh adanya perencanaan yang baik.
Tetapi sebaik apapun dokumen perencanaan yang telah disusun, tidak akan banyak bermanfaat jika dalam
www.kinerja.or.id
227
pelaksanaannya tidak menggunakan perencanaan tersebut sebagai acuan. Disinilah pentingnya kegiatan
monitoring dan evaluasi (Monev atau M&E). Monitoring akan membantu pelaksana program agar proses yang
dijalankan sesuai dengan yang seharusnya, sehingga pada akhirnya target kinerja yang ditetapkan dapat
tercapai. Melalui kegiatan evaluasi, akan dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program serta
hambatan atau kendala yang ada, sebagai feedback untuk perbaikan pada tahap selanjutnya.
Merujuk hal tersebut, maka dalam Modul Pendampingan SPM Kesehatan ini pokok bahasan mengenai
monitoring dan evaluasi, serta laporan kinerja juga menjadi bagian yang penting.
228
www.kinerja.or.id
Puskesmas dengan konsep kewilayahannya mengemban tanggungjawab atas terselenggaranya SPM bidang
kesehatan pada masyarakat di wilayah kerjanya.Di area wilayah kerja ini, Puskesmas tidak bekerja sendiri.
Puskesmas memiliki jejaring pada level di bawahnya, yaitu Puskesmas pembantu, polindes dan bidan di desa.
Gambaran ini menjelaskan bahwa ada pembagian tanggungjawab berjenjang dalam penerapan SPM bidang
kesehatan ini.Oleh karena itulah, pelaksanaan monitoring dan evaluasi penerapan SPM juga dilaksanakan
secara berjenjang.Berikut gambaran ringkasnya.
LEVEL
KECAMATAN
LEVEL
KELURAHAN/
DESA/
KAMPUNG
RS
DINAS KESEHATAN
Puskesmas
Induk A
Pustu
Polindes
Puskesmas
Induk B
BPS
DPS
Pustu
Polindes
DPS
BPS
Keterangan:
----------- : Bersifat Koordinatif
: Bersifat Instruksional/komando
Pemerintah daerah secara rutin harus melaporkan hasil penerapan SPM yang menjadi tanggungjawabnya.
Di dalam Permendagri No. 6 tahun 2007 disebutkan bahwa penerimaan data SPM bidang Kesehatan
dilaporkan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Aplikasi SPM Kesehatan (yang diinput oleh pengelola data kabupaten/kota atau provinsi)
2. Langsung dari daerah (berkunjung/dikunjungi) dan diinput ke aplikasi SPM Kesehatan
3. Faksimili, E-mail (diinput ke aplikasi SPM Kesehatan)
Pelaporan data SPM bidang Kesehatan saat ini dilakukan sekali setahun. Updating (pemutakhiran) data
hasil SPM bidang Kesehatan dapat dilakukan oleh pengelola data di kabupaten/kota.
www.kinerja.or.id
229
Di dalam Permendagri No. 6 tahun 2007 selain disebutkan tentang kewajiban untuk membuat laporan
tersebut juga telah menjelaskan sistematika npelaporan yang harus disusun (format selengkapnya
terlampir). Demikian juga dalam permenkes No. 741 tahun 2008, juga disebutkan bahwa Bupati/
Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM Kesehatan
kepada Menteri Kesehatan. Berdasarkan laporan teknis tahunan tersebut Menteri Kesehatan melakukan
pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM Kesehatan.
Untuk bisa melakukan monitoring dan evaluasi, serta menyusun laporan pelaksanaan SPM bidang
kesehatan, harus memahami konsep pengukuran SPM. Masing-masing indikator SPM memiliki fomula
pengukuran yang spesisik. Penjelasan selengkapnya tentang formula pengukuran SPM telah dibahas
pada Bab III.
Data kegiatan SPM yang sebagai bahan menyusun laporan pelaksanaan SPM bidang kesehatan secara
garis besar terdiri dai 2 jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari aktivitas pelayanan sehari-hari di Puskesmas, misalnya catatan kunjungan
ibu hamil, sedang data sekunder adalah data yang diperoleh dari pelaporan pihak lain, misal laporan
kunjungan K4 dari Bidan Praktek swasta dan RS.
Data pencapaian SPM yang dilaporkan berasal dari berbagai sumber. Secara garis besar, sumber data
yang diperlukan untuk menghitung pencapaian SPM bidang kesehatan berasal dari:
1. Data dari Institusi kesehatan:
a. Dinas Kesehatan
b. Rumah sakit (milik pemerintah dan swasta)
c. Puskesmas dan jaringannya
d. Pemberi pelayanan kesehatan swasta: Bidan praktek swasta, dokter praktek swasta, klinik swasta)
2. Data dari institusi non kesehatan:
a. BPS
b. Kecamatan
c. Dinas Pendidikan
230
Uraian selengkapnya mengenai jenis dan sumber data telah dibahas dalam Bab III buku modul ini.
www.kinerja.or.id
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Kementerian Kesehatan
dan Kemendagri
Gubernur
Bupati Kabupaten/Kota
Pelaporan SPM dilakukan secara rutin tiap bulan dengan mekanisme sebagai berikut:
Daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota wajib membuat laporan penerapan dan pencapaian SPM
bidang kesehatan. Laporan penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan untuk daerah kabupaten/
kota diserahkan kepada propinsi (Gubernur) melalui surat Bupati/Walikota paling lambat bulan Februari.
Laporan penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan untuk daerah propinsi dan laporan ringkasan
penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan daerah kabupaten/kota diserahkan kepada Menteri
Kesehatan melalui surat Gubernur paling lambat bulan Maret. Kementerian kesehatan membuat laporan
penerapan dan pencapaian SPM bidang kesehatan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota secara
nasional dan di sampaikan ke menteri dalam negeri melalui surat menteri kesehatan paling lambat bulan April.
Data kegiatan bidang kesehatan yang terkumpul dari berbagai sumber, selanjutnya ditotal untuk
memperoleh nilai akhir, dan dimasukkan ke rumus SPM untuk bisa mengetahui tingkat pencapaiannya.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab III, beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data SPM
kesehatan meliputi:
1. Cleaning dan editing
2. Categorizing
www.kinerja.or.id
231
3. Calculating
4. Tabulating
Berbagai langkah pengolahan tersebut dilakukan untuk menghasilkan hasil perhitungan SPM yang akurat.
Dalam pelaksanaan pencapaian target prestasi kerja pelayanan dasar untuk setiap bidang SPM, maka
SKPD sesuai dengan tugas dan fungsinya, perlu menganalisa profile penerapan dan pencapaian SPM,
mengembangkan sistem informasi serta memutahirkan data pada setiap indikator SPM, memuat program
dan kegiatan prioritas pembangunan daerah sesuai misi SKPK menyangkut kapasitas dan sumber daya
yang dimiliki Daerah serta menghitung pembiayaan pencapaian SPM.
Pengertian dari profil pelayanan dasar adalah sekumpulan data dan informasi yang dikumpulkan,
distrukturkan dan diolah untuk menggambarkan kondisi pelayanan dasar di daerah sebagai bahan
masukan dalam mengembangkan rencana pencapaian SPM kedepan. Penyusunan profil difokuskan
kepada data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung pencapaian masing-masing indikator SPM.
232
www.kinerja.or.id
Apabila diperlukan dalam penyusunan profil pelayanan dasar di setiap SKPK dan penggabungan kedalam
Profil Pelayanan Dasar Kabupaten/Kota dapat melibatkan fasilitator atau tenaga ahli yang memiliki
pengetahuan dan kapasitas dalam melakukan pendampingan penyusunan profil pelayanan dasar.
Hasil Analisa Profile Penerapan dan Hasil Pencapaian SPM ini akan dipergunakan sebagai:
a. Bahan masukan dalam pemutahiran data dan pengembangan sistem informasi pada setiap SKPK
yang bertanggungjawab dengan pendataan indikator SPM.
b. Sebagai masukan dalam melaksanakan perhitungan pembiayaan SPM.
c. Sebagai masukan dalam menyusun Rencana Aksi Penerapan dan Pencapaian SPM Kesehatan.
d. Sebagai masukan dalam mengintegrasikan SPM ke dalam dokumen Perencanaan dan Penganggaran
Daerah (RPJMK, RKPK, Renstra-SKPK, Renja-SKPK, KUA & PPAS, RKA SKPK serta APBK).
e. Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah dalam pencapaian SPM.
f. Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM, termasuk pemberian
penghargaan dan sangsi bagi SKPD yang berprestasi.
Jika laporan data SPM Kesehatan memenuhi kriteria valid maka data SPM Kesehatan dapat dimanfaatkan
untuk beberapa tujuan berikut:
1. Evaluasi kinerja jajaran kesehatan (tiap jenjang administrasi), efektivitas & efisiensi
2. Penyusunan profil kesehatan/paket data lain
3. Penghitungan hasil/cakupan program
4. Data daerah setempat (penyusunan bahan kunjungan kerja)
5. Bahan pengusulan anggaran
6. Dasar alokasi sumber daya kesehatan
Hasil inilah yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan umpan balik kepada para pihak
terkait.
www.kinerja.or.id
233
Anggota tim penyusunan rencana pemenuhan SPM dan pihak dari Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Bappeda dan Sekda yang dilibatkan dalam proses penyusunan rencana-rencana dan anggaran daerah,
serta Forum Multi Stakeholder),
Sebaiknya ada rapat calon peserta sebelum training untuk membahas data tentang pencapaian SPM
(termasuk pencapaian tahun terakhir) yang perlu dikumpulkan untuk dipakai dalam training.
2. Waktu
Dua hari
Waktu
Pokok Bahasan
Hari I:
2 x 60 menit
2 x 60 menit
3 x 60 menit
Hari I:
3 x 60 menit
4 x 60 menit
234
www.kinerja.or.id
3. Proses Fasilitasi
a) Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu melakukan monitoring dan evaluasi serta menyusun laporan
penerapan SPM bidang kesehatan.
Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah mekanisme monev dan penyusunan laporan penerapan SPM. Hari kedua diisi dengan
latihan dan diskusi tentang 2 topik tersebut.
Narasumber menjelaskan tentang monitoring dan evaluasi SPM dengan Presentasi 7a Mekanisme
Monitoring Dan Evaluasi.
c) Kegiatan hari II
d) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
www.kinerja.or.id
235
5. Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di
CD yang terlampir:
236
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
237
238
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
239
240
www.kinerja.or.id
Modul 8
Praktek yang Baik
dalam Penerapan Standar Pelayanan
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran modul ini adalah menguraikan substansi tentang pelaksanaan praktek yang baik dalam
penerapan rencana pemenuhan SPM, dengan indikasi praktek baik dalam penerapan SPM, dan dan scalingup(perluasan)penerapannya.
Pendahuluan
Dalam penerapannya, SPM harus menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari
Pemerintahan Daerah sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah Daerah
www.kinerja.or.id
241
wajib mengupayakan sumber daya dan fasilitasi proses pelayanan satuan kerja agar standar pelayanan
minimal yang menjadi tanggungjawabnya dapat dipenuhi.
Berdasarkan standar pelayanan minimal yang telah disusun tiap satuan kerja dan unit-unit kerja wajib
menyusun standar teknis yang akan menjadi acuan langkah-langkah untuk mencapai standar pelayanan
minimal tersebut. Demikian juga perlu disusun lebih lanjut prosedur kerja/standar prosedur operasional
maupun instruksi kerja sesuai kebutuhan.
Terkait dengan kegiatan penerapan SPM bidang kesehatan, prosedur kerja standar untuk hal-hal yang bersifat
non medis dapat disusun atau dikembangkan sendiri sesuai dengan pengalaman daerah dalam mendapatkan
hasil yang optimal.Sedangkan untuk prosedur pelayanan kesehatan yang bersifat medis menggunakan standar
yang ditetapkan oleh organisasi profesi terkait.
Dilaksanakannya standar secara konsisten dan diperolehnya hasil yang optimal, merupakan indikasi bagi
terbentuknya good practice.
242
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
243
Forum Multi Stakeholder adalah media untuk mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk
merespon isu-isu yang menjadi kepedulian bersama serta untuk melakukan upaya mencapai tujuan
bersama.Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
eksekutif, legislative, media, sektor bisnis, dan lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama antar
pemangku kepentingan menjadi penting untuk mengembangkan proses dialogis dan membangun
kesadaran bersama serta melakukan aksi bersama. Dalam konteks pelayanan publik, forum multi stake
holder ini merupakan proses dialogis antara penyedia layanan dan pengguna layanan untuk mencapai
suatu pelayanan publik yang efektif, efisien, dan terjangkau. Apa yang telah diupayakan oleh pemerintah
(selaku penyedia layanan publik) serta apa yang terjadi dan diharapkan masyarakat (selaku pengguna
layanan) harus diupayakan ada titik temu. Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang untuk
menyepakati apa saja yang akan dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi peran dan tanggung
jawab, berbagi informasi, saling mendukung dalam upaya perbaikan bersama. Forum Multi Stakeholder,
tidaklah harus merupakan pertemuan formal, loka karya atau bahkan merupakan organisasi atau lembaga
formal. Namun, bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang informal.Pada tahapan lebih lanjut, Forum
244
www.kinerja.or.id
Multi Stakeholder bisa saja didorong menjadi organisasi atau lembaga formal jika memang diperlukan
sesuai dengan dinamika dan kebutuhan lokal.
Upaya pencapaian SPM bidang kesehatan memerlukan kontribusi dari berbagai pihak. Dinas Kesehatan
dalam hal ini berperan sebagai leading sector, tetapi peran serta, kontribusi dan dukungan dari SKPD lain
sangat diperlukan. Menyadari hal tersebut, KINERJA dalam mengawali upaya percepatan pencapaian
SPM di setiap kabupaten/kota mitra, selalu menyelenggarakan workshop yang melibatkan semua unsur
yang terkait, misalnya dari Bappeda, Bagian Organisasi Pemda, lintas sektor lain, termasuk dari unsur
pimpinan pemerintah daerah dan DPRD. Melalui langkah ini diharapkan ada kesamaan persepsi dan
kesatuan gerak langkah dari berbagai pihak tersebut untuk bersama-sama mengawal dan mewujudkan
penyelenggaraan SPM kesehatan secara optimal.
Filosofi mendasar yang dimunculkan dalam kegiatan training of trainer (pelatihan bagi pelatih/fasilitator/
tim inti) SPM bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh KINERJA adalah penguatan kapasitas lokal
(capacity building). Dengan demikian setiap daerah akan mempunyai tenaga ahli lokal yang bisa berperan
sebagai rujukan permasalahan SPM di daerahnya masing-masing.
4. Pelaksanaan costing SPM bidang kesehatan dan integrasi rencana pemenuhan SPM
ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah
Dukungan dana yang memadai merupakan modal bagi terselenggaranya upaya pemenuhan SPM. Agar
rencana kegiatan pemenuhan SPM mendapatkan alokasi dana yang sesuai, Dinas Kesehatan selaku
penanggungjawab teknis SPM kesehatan harus mampu menyusun anggaran SPM dengan berdasarkan
pada standar pembiayaan yang jelas dan rasional. Disinilah peran pentingnya costing SPM dilakukan.
KINERJA mendorong dan memfasilitasi daerah dalam melakukan costing SPM, dan mengawal proses
integrasinya ke dalam perencanaan dan pembiayaan daerah.
5. Janji layanan
Sebagai lembaga yang concern dengan standar pelayanan publik (SPP), KINERJA mendorong dan
membentuk sistem pelayanan yang baik di kabupaten/kota mitra KINERJA. Salah satu bentuknya adalah
fasilitasi penyusunan janji layanan.
www.kinerja.or.id
245
Bentuk upaya akselerasi pencapaian SPM lain yang dilakukan KINERJA adalah melalui kegiatan
benchmarking. Melalui kegiatan benchmarking, kabupaten/kota dapat belajar secara cepat keberhasilan
daerah lain sehingga diharapkan mampu menjadi motivator dan acuan dalam pengembangan di
daerahnya masing-masing.
246
www.kinerja.or.id
penataan beban kerja pegawai, dan sebagainya, supaya ada sisa sumber daya untuk kegiatan lain.
4. Scaling up untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
5. Scaling up dari upaya terbatas kepada upaya untuk melayani semua masyarakat yang membutuhkan.
Terkait dengan kerangka kerja pendampingan SPM bidang kesehatan oleh Kinerja USAID, konsep scaling up
yang hendak dikembangkan adalah konsep yang ke-lima. Scaling up untuk tujuan ini dapat ditempuh dengan
dua cara, yaitu vertical scaling up dan horizontal scaling up.
Verticals caling up dilakukan dengan meluncurkan konsep yang sistematis yang telah terbukti keefektifannya
di tingkat lokal dengan melembagakannya sehingga mencapai dampak yang lebih luas. Contohnya adalah
pembuatan peraturan atau kebijakan yang lahir dari konsep percontohan. Horizontal scaling up berarti
meluncurkan suatu konsep yang dapat memperluas cakupan area geografis kegiatan. Horizontal scaling up
dapat dilakukan sendiri oleh organisasi penyelenggara proyek ataupun bekerja sama dengan organisasi lain,
misalnya dengan membuat organisasi payung (organisasi yang bisa memayungi keberlanjutan proyek pada
daerah yang lebih luas), bekerja sama dengan lembaga pelatihan, serta melibatkan perusahaan swasta atau
lembaga donor lain.
Scaling up kegiatan pendampingan penerapan SPM bidang kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan
kedua pendekatan tersebut, yaitu vertical scaling up dan horizontal scaling up. Vertical scaling up dilakukan
dengan penyusunan aturan atau kebijakan sebagai hasil dari proses pendampingan. Misalnya: pembakuan
langkah pendampingan dalam bentuk modul atau buku untuk diadvokasi ke jajaran kementerian kesehatan
agar bisa diadaptasi sebagai petunjuk teknis dan bisa dipergunakan secara luas di berbagai daerah. Selain
buku atau modul, pembakuan software tertentu yang digunakan dalam proses pendampingan (misalnya
software untuk kegiatan costing SPM) juga bisa digunakan untuk vertical scaling up ini.
Horizontal scaling up yang dapat dilakukan melalui beberapa contoh kegiatan berikut ini:
1. Membuka kesempatan dan memfasilitasi daerah lain untuk melakukan kaji banding dan belajar di daerah
dampingan.
2. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop yang diikuti oleh perwakilan dari berbagai daerah lain agar
konsep pendampingan yang telah dilakukan bisa dipahami dan diadaptasi oleh daerah lain tersebut.
3. Membentuk Self Help Group (SHG) yang terdiri dari tokoh kunci yang berasal dari daerah pendampingan,
untuk bisa berperan sebagai technical assitance bagi daerah lain yang ingin mengadaptasi pola dari
daerah pendampingan.
4. Mengadakan road show di level propinsi dengan melibatkan Self Help Group tersebut agar propinsi lain
mengatui success strory di daerahnya dan berkeinginan untuk mengadaptasi.
www.kinerja.or.id
247
Beberapa hal diperlukan agar proses scaling up dapat dijalankan diantaranya adalah:
1. Scaling up pada umunya melibatkan partnership dengan organisasi lain, terutama orgnisasi yang bergerak
di bidang kesehatan, keuangan (bisa berupa lembaga donor), dan pemerintah selaku regulator.
2. Scaling up membutuhkan komitmen organisasi yang tinggi untuk mendorong aar proses terus berjalan
3. Pelaksanaan monitoring merupakan hal yang sangat krusial untuk mengukur kemajuan relatif terhadap
pencapaian tujuan akhir dan untuk mengidentifikasi faktor penghambat proses scaling up.
Berikut ini checklist yang dapat digunakan untuk mempersiapkan pelaksanaan scaling up kegiatan.
Tahapan
kegiatan
Evaluasi
pengalaman
Pertanyaan kunci
++
--
Strategi Scaling
up
Memilih partners
Sumber daya
Monitoring dan
upaya jaga mutu
248
www.kinerja.or.id
Dengan mengisi checklist di atas akan dapat diketahui kesiapan proses scaling up serta dapat digunakan
untuk menyapkan proses scaling up agar berhasil dengan baik.
1. Contoh Presentasi di CD
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di
CD yang terlampir:
www.kinerja.or.id
249
250
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
251
252
Lihat materi presentasi pada folder modul-8 : Presentasi 8.2 Teknik praktis scale-up.
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
253
LAMPIRAN C
CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN
TRAINING
Latar Belakang
1. Tujuan
Lampiran ini disusun sebagai pedoman untuk pihak yang mau melaksanakan fasilitasi dan training di
Pemda yang mau ikut cara KINERJA untuk merencanaan dan menganggarkan pemenuhan SPM di bidang
kesehatan yang terbukti sukses dalam peningkatan mutu kesehatan.
Himpunan modul training ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak melakukan fasilitasi untuk
pemenuhan SPM tersebut. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi
mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga latihan yang memasarkan
training saja.
Pada awal program KINERJA, pekerjaan penyusunan rencana dan anggaran SPM diatur dalam seri
lokakarya, dengan modul training pada awal setiap lokakarya. Proses yang sama dipakai pada tahun
berikutnya, karena ada peserta tim yang belum mengerti tugasnya, dan juga peserta lama tertarik
untuk ingat kembali substansinya. Pada tahun ketiga penyusunan rencana pemenuhan SPM, masih
direncanakan seri lokakarya diaman tim dapat bekerjasama, walaupun tidak semua daerah rasa perlu
ulang trainingnya. Lokakarya masih penting agar:
Ada fasilitator yang mendorong tim untuk menyempurnakan penghitungannya agar makin adil, efisien,
transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.
2. Fasilitator
Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut selanjutnya disebut sebagai Fasilitator. Sangat penting
para Fasilitator, baik untuk fasilitasi prosesperencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM di bidang
254
www.kinerja.or.id
kesehatan, maupun fasilitasi training untuk itu, menguasai substansi yang diuraikan di lampiran B, dan
berfokus baik kepada keberhasilan Tim Penyusun SPM Kesehatandaerah yang akan dibentuk pemda/
SKPD. Ia harus memiliki pengetahuan tentang pelayanan kesehatan di daerah dan keterampilan sebagai
fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan training, memfasilitasi, dan mendampingi
pemerintah daerah di dalam proses pembentukan tim, serta perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
program kesehatan.
Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok Fasilitator adalah untuk mengarahkan Tim penyusun SPM
Kesehatan tersebut dibentuk dari aparat/staf dinas, profesi dan LSM/CSO/unsur masyarakat yang
berkepentingan, untuk merencanakan dan menganggarkan pemenuhan target SPM tersebut.Bahan
dukungan fasilitasi ini disusun dari pengalaman KINERJA-USAID, dimana tugas fasilitasi dilaksanakan
oleh Konsultan STTA dan Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID yang mengadakan fasilitasi baik
untuk training ataupun dukungan on-the-job.
3. Proses
www.kinerja.or.id
255
4. Fokus Training
Dalam pengalaman KINERJA-USAID langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana.
Langkah 4 didukung training lain tentang Masyarakat Stakeholder Forum dan juga training tentang peran
media.Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 dan ke-7. Training yang disampaikan secara
bertahap selama proses fasilitasi perencanaan dan penganggaran pemenuhan SPM sampai hasilnya
dipakai dalam proses penganggaran tahunan. Setiap langkah training ditindaklanjuti dengan dukungan onthe-job kepada Tim Penyusun SPM Kesehatan.
Pemaparan materi dilakukan sebagai langkah awal setiap kegiatan pihak dinas kesehatan dan Puskesmas
dalam perencanaan dan pengganggaran pemenuhan SPM bidang kesehatan.Ada satu modul fasilitasi
untuk setiap modul substansi yang dipresentasikan pada Lampiran B.
Alokasi waktu yang disediakan untuk membahas setiap topik dalam modul-modul berikut bersifat estimasi
ideal dari pengalaman fasilitasi KINERJA, tetapi dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian, baik waktu lebih lama dimana tim kurang cepat memahami substansinya, atau lebih singkat
bila tim sudah menguasai substansi yang dipakai dalam penghitungan.
256
www.kinerja.or.id
MODUL 1
Pengantar: Pentingnya Standar Pelayanan dalam
Peningkatan Pelayanan Bidang Kesehatan
Program Fasilitasi
1. Waktu Training
Pokok Bahasan
Servis standar bidang kesehatan
SPM kesehatan
www.kinerja.or.id
257
Waktu
Pokok Bahasan
Pentingnya SPM dan perencanaan pemenuhan SPM kesehatan
Diskusi dan tanya jawab
Sesi 2 1 x 45 menit
Ssi 3 1 x 45 menit
2. Proses Fasilitasi
1. Pengantar
a. Fasilitator melakukan pemetaan awal mengenai awareness dan knowledge peserta terkait dengan
konsep service standard dan SPM bidang kesehatan
b. Sampaikan kepada seluruh peserta pentingnya service standard dan SPM bidang kesehatan,
serta peran penting masing-masing pihak (Dinas Kesehatan, Puskesmas, Bappeda, Forum multi
stakeholder) dalam pencapaian SPM.
c. Fasilitator menyampaikan perkembangan terkini mengenai standar pelayanan minimal di
Indonesia.
d. Berikan gambaran mengenai desain kegiatan pendampingan secara utuh, termasuk output yang
diharapkan. Desain pelatihan terbagi menjadi 3 sesi. Dua jam pertama membahas secara umum
tentang konsep service standar, SPM bidang kesehatan serta pentingnya SPM dan perencanaan
pemenuhan SPM kesehatan. Dua jam berikutnya membahas secara garis besar tentang
pentingnya costing SPM dan praktek governance dalam service standar. Sesi pertama diawali
dengan presentasi materi 60 menit, dan diskusi 30 menit, sedang sesi kedua dan ketiga waktu
presentasi 30 menit, dan tanya jawab 15 menit.
2. Sesi I
a. Narasumber menjelaskan tentang konsep service standar, SPM bidang kesehatan serta
pentingnya SPM dan perencanaan pemenuhan SPM kesehatan dengan menggunakan presentasi
1.1 Service Standard Bidang Kesehatan
b. Diskusi dan tanya jawab materi modul 1.1.
3. Sesi II
a. Narasumber menjelaskan tentang pentingnya costing SPM dengan menggunakan presentasi 1.2
Pentingnya costing SPM
258
www.kinerja.or.id
4. Sesi III
a. Narasumber menjelaskan tentang praktek-praktek governance dalam service standar pelayanan publik
bidang kesehatan dengan menggunakan presentasi 1.3 Praktek governance dalam standar pelayanan
publik bidang kesehatan.
b. Diskusi dan tanya jawab materi presentasi I.3.
5. Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
Tindak Lanjut
Setelah modul ini dilaksanakan, Kepala dinas dengan bantuan Fasilitator merancangkan SK untuk
pembentukan dan memberi tugas kepada Tim Penyusun SPM.
www.kinerja.or.id
259
MODUL 2
Mengidentifikasi Tingkat Pencapaian SPM
Persiapan Peserta
Peserta diminta bawa dokumen yang berikut ini kepada lokakarya:
260
Lembar kerja penyimpulan hasil pengolahan data (identifikasi) SPM untuk tahun-tahun sebelumnya
www.kinerja.or.id
Fasilitasi
1. Waktu lokakarya
Fasilitasi modul ini di program Kinerja biasa dilaksanakan dalam dua hari:
Waktu
Pokok Bahasan
Hari I:
Sesi 1 4 x 45 menit
Sesi 2 2 x 45 menit
Sesi 3 2 x 45 menit
Hari II:
Sesi 1 4 x 45 menit
Sesi 2 4 x 45 menit
2. Proses fasilitasi
1. Pengantar
a) Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya peranan data dalam perhitungan
capaian SPM kesehatan. Agar dapat memperoleh data yang baik, penting untuk dibahas mengenai
jenis data, metode pengumpulan data dan pengolahan data.
www.kinerja.or.id
261
b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari.Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah identifikasi capaian SPM per-indikator, data relevan untuk mengidentifikasi capaian SPM,
serta formulir, tally-sheet relevant dan teknik pengumpulan data. Hari kedua diawali dengan
berlatih mengidentifikasi data relevan untuk menghitung capaian SPM, dan dilanjutkan dengan
pemaparan materi tentang metode pengolahan data, penyimpulan hasil pengumpulan data, dan
mengetahui data capaian kinerja SPM terkini.
2. Hari I
1) Sesi 1:
a. Narasumber menjelaskan tentang identifikasi capaian SPM per-indikator dengan presentasi 2.1
Identifikasi capaian SPM per-indikator.
b. Diskusi dan tanya jawab materi presentasi 2.1.
c. Latihan mengidentifikasi capaian SPM. Minta peserta secara berkelompok menghitung
pencapaian SPM untuk masing-masing indikator SPM. Gunakan data riil dari hasil pencatatan.
Sebagai alat bantu dapat menggunakan template spreadsheet excel seperti dicontohkan pada
Templat 2.2 Penghitungan capaian SPM Kabupaten.
d. Pemaparan hasil latihan kelompok. Minta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil
latihan. Kelompok lain menanggapi, narasumber mereview.
2) Sesi II:
a. Narasumber menjelaskan tentang data relevan untuk mengidentifikasi capaian SPM, serta
formulir dan tally-sheet relevant dengan presentasi 2.3 Data Relevan Untuk Mengidentifikasi
Capaian Indikator SPM.
b. Diskusi dan tanya jawab materi sesi 2.
3) Sesi III
a. Narasumber menjelaskan tentang Teknik pengumpulan data (collecting) dengan presentasi 2c
Teknik Pengumpulan Data.
b. Diskusi dan tanya jawab materi sesi 3.
3. Hari II
1) Sesi I:
a. Latihan identifikasi data relevan untuk menghitung capaian SPM. Peserta secara berkelompok
262
www.kinerja.or.id
diminta untuk mendikusikan jenis data yang diutuhkan untuk menghitung pencapaian SPM
beserta cara pengumpulannya, dengan menggunakan Templat 2.5 Formulir identifikasi data
relevan untuk penghitungan pencapaian SPM.
b. Reporting out hasil latihan. Secara bergiliran minta kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, kelompok lain memberi komentar, dan direview oleh narasumber.
2) Sesi II
a. Narasumber menjelaskan tentang Metode pengolahan data dan penyimpulan hasil dengan
presentasi 2.6.
b. Narasumber memberi contoh penyajian hasil pengolahan data yang menunjukkan data capaian
kinerja SPM terkini. Sebagai alat bantu dapat menggunakan template SPM excel seperti
templat 2.7 Penyimpulan hasil pengolahan data Penghitungan capaian SPM Kabupaten.
c. Diskusi dan tanya jawab materi sesi II
d. Latihan pengolahan data. Peserta secara berkelompok diminta untuk melakukan pengolahan
data dan menyimpulkan hasil pengolahan data.
e. Pemaparan hasil latihan kelompok. Secara bergiliran minta kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya, kelompok lain memberi komentar, dan direview oleh narasumber.
4. Penutup
1) Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
3. Lampiran Terkait
Formulir dan tally-sheet yang relevan untuk pengumpulan data SPM di Lampiran D
Templat 2.5 Formulir identifikasi data relevan untuk penghitungan pencapaian SPM
www.kinerja.or.id
263
MODUL 3
Analisis Gap: Capaian Terkini
vs Target Nasional
Persiapan Peserta
1. Peserta harus sama dengan modul sebelumnya agar siap untuk langkah berikut.
2. Pastikan bahwa peserta membawa data pencapaian SPM tahun sebelumnya, serta data lain yang
diperlukan:
a. Laporan pencapaian SPM tahun sebelumnya
b. Laporan tahunan Puskesmas
c. Profil Puskesmas
3. Peserta yang tidak mampu menggoperasikan excel harus kerja bersama peserta yang bisa.
264
www.kinerja.or.id
Fasilitasi
1. Waktu fasilitasi
Dua hari
1. Peserta harus sama dengan modul sebelumnya agar siap untuk langkah berikut.
2. Pastikan bahwa peserta membawa data pencapaian SPM tahun sebelumnya, serta data lain yang
diperlukan:
a. Laporan pencapaian SPM tahun sebelumnya
b. Laporan tahunan Puskesmas
c. Profil Puskesmas
Waktu
Pokok Bahasan
Hari I:
3 x 45 menit
2x 45 menit
3 x 45 menit
Hari II:
8 x 45 menit
2. Proses fasilitasi
Hari I
1. Pengantar
a. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu melakukan identifikasi faktor penyebab kesenjangan antara
pencapaian SPM existing dengan target nasional maupun daerah.
www.kinerja.or.id
265
b. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah target SPM nasional normatif, capaian eksisting SPM daerah, gap SPM nasional vs lokal/
daerah dan teknik identifikasi faktor kesenjangan. Hari kedua diisi dengan latihan mengidentifikasi
faktor penyebab kesenjangan pencapaian SPM yang ada dan menentukan faktor utama penyebab
kesenjangan.
2. Sesi 1
a. Narasumber menjelaskan tentang Target SPM nasional normatif, capaian eksisting SPM daerah,
Gap SPM nasional vs lokal/daerah, dengan menggunakan powerpoint pada Presentasi 3.1 Gap
pencapaian SPM - Target nasional vs capaian eksisting daerah.
b. Diskusi dan tanya jawab
3. Sesi 2
a. Peserta diminta untuk mengidentifikasi gap capaian eksisting SPM dengan target SPM nasional
dan lokal/daerah (menggunakan data hasil latihan pada bab sebelumnya). Sebagai alat bantu
dapat menggunakan lembar kerja yang tersedia pada Templat 3.2 Lembar kerja Identifikasi gap
capaian eksisting SPM dengan target SPM.
b. Pemaparan hasil latihan.
4. Sesi 3
a. Narasumber menjelaskan Teknik identifikasi faktor kesenjangan dengan menggunakan presentasi
3.3 Teknik Identifikasi Faktor Kesenjangan dan Faktor Utama Penyebab Kesenjangan.
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Hari 2
a. Latihan identifkasi faktor penyebab kesenjangan dan menentukan faktor utama penyebab
kesenjangan. Sebagai acuan telah disediakan contoh template untuk melakukan Latihan
identifkasi faktor penyebab kesenjangan, pada Template 3.4 untuk identifikasi faktor penyebab
kesenjangan. Peserta secara berkelompok diminta melakukan analisis faktor yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan antara target nasional SPM dengan pencapaian daerah dari Latihan
identifkasi faktor penyebab kesenjangan daerah saat ini. Narasumber memantau proses diskusi
dan mengarahkan jika ada proses yang kurang sesuai.
b. Pemaparan hasil latihan. Secara bergiliran minta setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di
kelomponya. Kelompok lain membahas, nara sumber mereview.
266
www.kinerja.or.id
6. Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
3. Tugas peserta
1. Minta peserta untuk melakukan entry data pencapaian dan target SPM ke dalam lembar kerja excel
(lembar kerja tersedia).
2. Pandu peserta untuk melakukan tabulasi dan membuat grafik
3. Minta peserta untuk mengidentifikasi gap antara capaian SPM terkini dengan target nasional/derah,
dengan cara membandingkan target SPM normatif dengan capaian SPM saat ini. Bisa dipandu dengan
melihat jaring laba-laba, yaitu jika layer bagian belakang masih terlihat berarti pada indikator tersebut
masih ada gap.
4. Minta peserta untuk merekap indikator SPM yang masih terjadi gap.
5. Minta peserta untuk mengidentifikasi faktor penyebab dari setiap indikator yang masih bermasalah dan
menentukan akar penyebab yang dominan dengan menggunakan teknik analisis penyebab yang telah
dijelaskan. Contoh lembar kerja tersedia.
6. Seluruh proses tersebut dapat dilakukan dengan alat bantu lembar flipchart, whiteboard, kertas meta
plan, maupun menggunakan komputer secara langsung.
4. Templat di CD
Templet 3.2 Lembar kerja Identifikasi gap capaian eksisting SPM dengan target SPM.
Templet 3.4 Contoh untuk identifikasi faktor penyebab kesenjangan.
www.kinerja.or.id
267
MODUL 4
Pilihan dan Prioritas Kegiatan Intervensi
untuk Memenuhi Gap
268
www.kinerja.or.id
Fasilitasi
1. Waktu Training
Dua hari
Waktu
Pokok Bahasan
Hari I:
Sesi 1.2 x 45 menit
Hari II
Sesi 1 3 x 45 menit
www.kinerja.or.id
269
2. Proses fasilitasi
a. Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu menyusun programpencapaian SPM
Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama
2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang
akan dibahas adalah faktor sukses pendukung pencapaian pemenuhan SPM, , kebijakan dan
peraturan daerah yang mendukung pencapaian SPM termasuk kebijakan program dan budgeting
pendukung pencapaian SPM, dan teknis identifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM. Hari
kedua membahas tentang teknik prioritisasi kegiatan, kegiatan rutin dan terobosan pemenuhan
SPM,kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM, sumber pembiayaan, dan rekomendasi
praktek governance.
b. Hari 1
Sesi1:
Sesi 2:
Narasumber menjelaskan tentang Kebijakan dan peraturan daerah yang mendukung pencapaian
SPM serta dengan menggunakan Presentasi 4.2 Kebijakan dan Peraturan Daerah yang
Mendukung Pencapaian SPM.
Sesi 3:
Narasumber menjelaskan tentang Teknis identifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM
dengan menggunakan Presentasi 4.3 Teknis Identifikasi Program Dan Kegiatan Pemenuhan SPM.
Peserta secara berkelompok diminta melakukan identifikasi program dan kegiatan pemenuhan
SPM sesuai dengan situasi dan kondisi masing masing wilayah. Pada saat melakukan
identifikasi program dan kegiatan, peserta diminta untuk mempergunakan hasil analisis
penyebab kesenjangan yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai alat bantu diskusi dapat
mempergunakankertas flipchart, kertas plano dan metaplan. Narasumber memantau proses
270
www.kinerja.or.id
diskusi di setiap kelompok dan memberi arahan jika proses diskusi belum sesuai. Untuk membantu
proses diskusi dapat menggunakan Templat 4.4 untuk mengidentifikasi program dan kegiatan
pemenuhan SPM.
Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.
c) Hari II
Sesi 1:
Peserta secara berkelompok berlatih melakukan prioritas kegiatan. Sesuai dengan hasil
diskusi kelompok dari sesi sebelumnya yang berisi alternatif program dan kegiatan yang telah
dikategorisasikan, minta kelompok untuk melakukan prioritas kegiatan. Gunakan teknik prioritas
seperti yang dijelaskan narasumber.Narasumber memantau proses diskusi, dan mengarahkan
proses yang kurang sesuai. Sebagai alat bantu diskusi dapat menggunakan Templat 4.6 untuk
melakukan prioritas kegiatan pemenuhan SPM.
Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.
Sesi 2:
Narasumber menjelaskan tentang Kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM dengan
menggunakan Presentasi 4.7 Kategorisasi kegiatan rutin dan akselerasi SPM.
Peserta secara berkelompok berlatih menyusun kategorisasi kegiatan. Sesuai dengan hasil diskusi
kelompok dari sesi sebelumnya yang berisi alternatif program dan kegiatan minta kelompok
untuk melakukan kategorisasi kegiatan, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan akselerasi/kinovatif.
Narasumber memantau proses diskusi, dan mengarahkan proses yang kurang sesuai.
Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.
Sesi 3:
www.kinerja.or.id
271
Kelompok yang ditunjuk menyampaikan hasil latihan kelompok. Kelompok lain menyimak dan
memberi komentar, narasumber mereview hasil kerja kelompok.
Sesi 4:
d) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
3. Kegiatan Pendampingan
a) Bagi Puskesmas:
Pandu Puskesmas untuk melakukan diskusi merumuskan alternatif pemecahan berdasarkan hasil
analisis penyebab kesenjangan yang telah disusun pada langkah sebelumnya.
Kategorikan berbagai alternatif kegiatan tersebut menjadi kegiatan rutin dan kegiatan akselerasi.
Lakukan identifikasi sumber pembiayaan yang memungkinkan untuk mendanai kegiatan yang
disusun.
Minta Dinas Kesehatan mengidentifikasi peraturan daerah terkait dengan pelaksanaan SPM
kesehatan.
Jika ditemukan masih ada kekosongan kebijakan, minta daerah untuk segera menyusun draf
usulan kebijakan atau peraturan terkait implementasi SPM kesehatan.
4. Templat di CD
Templat 4.4 untuk mengidentifikasi program dan kegiatan pemenuhan SPM.
Templat 4.6 untuk melakukan prioritas kegiatan pemenuhan SPM.
272
www.kinerja.or.id
MODUL 5
Costing dan Pembiayaan Kegiatan
Pemenuhan SPM
Fasilitasi
1. Waktu Training
Dua hari
Waktu
Pokok Bahasan
Hari I:
Sesi 1.2 x 60 menit
www.kinerja.or.id
273
Hari II:
Sesi 1.5 x 60 menit
2. Proses fasilitasi
1. Pengantar
a. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu menyusun pembiayaan kegiatan pencapaian SPM.
b. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah konsep unit cost daerah dan mekanisme perencanaan pembiayan SPM. Dijelaskan
pula teknis perhitungan pembiayaan SPM total yang teridiri dari pembiayaan aktivitas, indikator,
dan layanan. Hari kedua diisi dengan latihan menyusun perencanaan pembiayaan SPM, serta
penyusunan skenario pemenuhan pembiayaan SPM tahun jamak.
Pemaparan materi Hari I
2. Sesi 1:
a. Narasumber menjelaskan tentang Kegiatan SPM dan sumber pembiayaannya, serta
Penyepakatan unit cost daerah dengan Presentasi 5.1 Pembiayaan SPM, prinsip costing, serta
penyepakatan unit cost daerah.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Narasumber menjelaskan tentang Mekanisme perencanaan pembiayaan SPM bidang kesehatan.
274
www.kinerja.or.id
3. Kegiatan Pendampingan
a) Bahan Penunjang
1. Dokumen hasil analisis situasi, penyusunan alternatif solusi dan prioritas program/kegiatan
2. Bahan bacaan terkait: kepmenkes 317 tahun 2009, ketetapan mengenai standar biaya umum yang
berlaku di daerah setempat
3. Hasil perhitungan unit cost kesepakatan daerah
4. Template perhitungan biaya (tersedia)
www.kinerja.or.id
275
b) Persiapan Puskesmas
1. Pandu Puskesmas melakukan costing, mulai dari indikator I dalam SPM bidang kesehatan hingga
indikator terakhir.
2. Pandu Puskesmas mengisi template perhitungan biaya sesuai dengan data masing-masing. Ikuti
langkah panduan yang terdapat pada petunjuk teknis.
4. Templat di CD
Templat 5.3 Latihan menghitung kebutuhan biaya kegiatan pemenuhan SPM
276
www.kinerja.or.id
MODUL 6
Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan SPM
dalam Perencanaan dan Penganggaran
www.kinerja.or.id
277
Pokok Bahasan
Hari I:
Sesi 1 2 x 60 menit
Sesi 2 2 x 60 menit
Sesi 3 3 x 60 menit
Hari II:
Sesi 1 2 x 60 menit
Sesi 2 3 x 60 menit
Sesi 3 2 x 60 menit
Hari III:
Sesi 1 2 x 60 menit
Sesi 2 3 x 60 menit
Sesi 3 2 x 60 menit
2. Proses fasilitasi
1. Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan SPM dalam
perencanaan dan penganggaran daerah dan SKPD.
278
Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 3 hari,
www.kinerja.or.id
dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan
lima tahunan daerah (RPJMD) dan integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
perencanaan tahunan daerah (RKPD, KUA PPAS). Hari kedua diisi dengan mengintegrasikan
hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam dokumen perencanaan lima tahunan SKPD
(renstra), dan hari ketiga dilanjutkan dengan mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan
pemenuhan SPM dalam perencanaan tahunan SKPD (Renja dan RKA).
Narasumber menjelaskan tentang Integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD),
Peserta diminta berlatih mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan daerah (RPJMD) secara berkelompok
Kelompok yang terpilih diminta memaparkan hasil kerja kelompok. Kelompok lain diminta
mereview. Nara sumber menambahkan penjelasan yang dianggap perlu.
dengan,
Presentasi 6.1 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam RPJMD
Presentasi 6.2 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Perencanaan
Tahunan Daerah
Presentasi 6.3 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Dokumen
Perencanaan Lima Tahunan SKPD
Presentasi 6.4 Integrasi Hasil Costing dan Pembiayaan Pemenuhan SPM dalam Perencanaan
Tahunan SKPD
Narasumber menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)
Peserta diminta berlatih mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)
www.kinerja.or.id
279
Kelompok yang terpilih diminta memamarkan hasil kerja kelompok. Kelompok lain diminta
mereview. Nara sumber menambahkan penjelasan yang dianggap perlu.
Narasumber menjelaskan tentang integrasi hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)
Peserta diminta berlatih mengintegrasikan hasil costing dan pembiayaan pemenuhan SPM dalam
dokumen perencanaan lima tahunan SKPD (renstra)
Kelompok yang terpilih diminta memaparkan hasil kerja kelompok. Kelompok lain diminta
mereview. Nara sumber menambahkan penjelasan yang dianggap perlu.
e) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
3. Kegiatan Pendampingan
a) Kegiatan pendampingan
Pandu Puskesmas melakukan costing, mulai dari indikator I dalam SPM bidang kesehatan hingga
indikator terakhir.
Pandu Puskesmas mengisi template perhitungan biaya sesuai dengan data masing-masing. Ikuti
langkah panduan yang terdapat pada petunjuk teknis.
280
www.kinerja.or.id
MODUL 7
Teknik Monitoring dan Evaluasi
serta Laporan Kinerja SPM
Persiapan
Sebaiknya ada rapat calon peserta sebelum training untuk membahas data tentang pencapaian SPM
(termasuk pencapaian tahun terakhir) yang perlu dikumpulkan untuk dipakai dalam training.
www.kinerja.or.id
281
Fasilitasi
1. Waktu
Dua hari
Waktu
Pokok Bahasan
Hari I:
Sesi 1 2 x 60 menit
Sesi 2 2 x 60 menit
Sesi 3 3 x 60 menit
Hari II:
Sesi 1 3 x 60 menit
Sesi 2 4 x 60 menit
2. Proses fasilitasi
a) Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampu melakukan monitoring dan evaluasi serta menyusun laporan
penerapan SPM bidang kesehatan
Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari,
dengan alokasi waktu 7 x 60 menit per hari. Pada hari pertama pokok bahasan yang akan dibahas
adalah mekanisme monev dan penyusunan laporan penerapan SPM. Hari kedua diisi dengan
latihan dan diskusi tentang 2 topik tersebut.
Narasumber menjelaskan tentang monitoring dan evaluasi SPM dengan Presentasi 7.1
Mekanisme Monitoring Dan Evaluasi.
282
www.kinerja.or.id
Narasumber menjelaskan tentang penyusunan laporan penerapan SPM dengan Presentasi 7.2
Penyusunan Laporan SPM serta templat laporan umum (dari Kemendagri) dan templat laporan
khusus (dari Kemenkes) di Lampiran D.
c) Kegiatan hari II
d) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
www.kinerja.or.id
283
MODUL 8
Praktek yang Baik dalam Penerapan
Standar Pelayanan
Persiapan
a) Dokumen daerah yang mendukung latihan
Materi presentasi yang berupa success story dari pengalaman perencanaan pemenuhan SPM kesehatan.
Materi presentasi yang berupa aktivitas yang dilakukan selama ini dalam pemenuhan pencapaian SPM
kesehatan.
284
www.kinerja.or.id
Adakan pertemuan di level propinsi atau nasional untuk membahas kegiatan scaling up. Pertemuan ini
dapat dilaksanakan bersama daerah lain yang mau scaling up atau mau promosikan keberhasilannya
kepada daerah lain. Di pertemuan tersebut:
Paparkan keberhasilan dan proses untuk mencapai keberhasilan, sehingga daerah lain termotivasi dan
terinspirasi untuk melakukan hal yang sama.
Minta pihak yang terlibat untuk memberikan testimoni keberhasilannya, dan ajak daerah lain untuk
melakukan hal yang sama. Tawarkan bahwa di daerah mitra KINERJA telah memiliki tenaga ahli lokal
yang siap membantu daerah lain jika hendak menerapkan pendekatan serupa.
Fasilitasi
1. Waktu
Dua hari
Waktu
Pokok Bahasan
Hari I:
Sesi 1 2 x 60 menit
Sesi 2 2 x 60 menit
Sesi 3 3 x 60 menit
2. Proses fasilitasi
a) Pengantar
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan output yang diharapkan,
yaitu peserta diharapkan mampumengidentifikasi dan mencontoh pelaksanaan praktek yang baik
dalam penerapan servis standar, serta merumuskan strategi untuk scaling up kegiatan.
www.kinerja.or.id
285
Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 1 hari,
dengan alokasi waktu 8 x 45 menit, dengan sistematika pembahasan yang pertama adalah tentang
good practices penerapan SPM, dilanjutkan dengan keterkaitan antara good practices dengan
kinerja pelayanan, dan diakhiri dengan teknik scaling up.
Narasumber menjelaskan tentang Indikasi praktek baik penerapan SPM dan dan kinerja pelayanan
dengan menggunakan Presentasi 8.1 Good Practices dan kinerja pelayanan.
Peserta secara berkelompok diminta melakukan review penerapan SPM bidang kesehatan di
daerah, dan menyusun rencana penerapan good practice bagi akselerasi pencapaian SPM.
e) Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
286
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN D
DEFINISI OPERASIONAL DAN FORMULA
PERHITUNGAN INDIKATOR SPM DAN
PENJELASANNYA
Definisi operasional dan formula perhitungan indikator SPM dan penjelasannya
dari Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008
No
1
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
Cakupan
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 adalah
Kunjungan
cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh
Ibu Hamil K4 pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
X 100%
Ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan
Jumlah sasaran ibu
pelayanan antenatal sesuai standar paling
hamil di satu wilayah
sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
kerja dalam kurun
pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu
waktu yang sama
kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
Penyebut:
Pembilang:
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan.
Jumlah ibu
Jumlah sasaran
hamil
yang
telah
ibu hamil di satu
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah
wilayah kerja
memperoleh
pelayanan yang mencakup minimal :
dalam kurun
pelayanan
Timbang badan dan ukur tinggi badan,
antenatal sesuai waktu yang
Ukur tekanan darah,
standar minimal sama.
Skrining status imunisasi tetanus (dan
Jumlah sasaran
4 kali di satu
pemberian Tetanus Toksoid),
Ibu Hamil
wilayah kerja
(ukur) tinggi fundus uteri,
dihitung melalui
pada kurun
Pemberian tablet besi (90 tablet selama
waktu tertentu. estimasi dengan
kehamilan),
rumus : 1,10
temu wicara (pemberian komunikasi
x Crude Birth
interpersonal dan konseling),
Rate x Jumlah
Test laboratorium sederhana (Hb, Protein
Penduduk (pada
urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg,
tahun yang
Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
sama).
www.kinerja.or.id
287
No
2
Indikator
SPM
Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani
Definisi Operasional
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
adalah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
mendapat penanganan definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan
pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat
mengancam jiwa ibu dan/atau bayi.
Komplikasi dalam kehamilan : a) Abortus,
b) Hiperemesis Gravidarum, c) perdarahan
per vaginam, d) Hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia), e) kehamilan lewat
waktu, f) ketuban pecah dini.
Komplikasi dalam persalinan : a) Kelainan letak/
presentasi janin, b) Partus macet/ distosia, c)
Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), d) perdarahan pasca persalinan, e)
Infeksi berat/ sepsis, f) kontraksi dini/persalinan
prematur, g) kehamilan ganda.
Komplikasi dalam Nifas : a) Hipertensi dalam
kehamilan (preeklampsia, eklampsia), b) Infeksi
nifas, c) perdarahan nifas.
Ibu hamil, ibu bersalin dan nifas dengan
komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil,
bersalin dan nifas dengan komplikasi yg
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK);
288
Formula
Jumlah Komplikasi
kebidanan yang
mendapat penanganan
definitif di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
tertentu
Jumlah Ibu dengan
komplikasi kebidanan
di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yg
sama
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
komplikasi
kebidanan di
satu wilayah
tertentu yang
mendapat
penanganan
definitif pada
kurun waktu
tertentu.
Jumlah ibu
dgn komplikasi
kebidanan di
satu wilayah
kerja pada kurun
waktu yang
sama.
Perhitungan
jumlah Ibu dgn
komplikasi
kebidanan di
satu wilayah
kerja pada kurun
waktu yang
sama: dihitung
berdasarkan
angka estimasi
20% dari total
Ibu Hamil disatu
wilayah pada
kurun waktu
yang sama.
Total sasaran
Ibu Hamil
dihitung melalui
estimasi dengan
rumus : 1,10
x Crude Birth
Rate x Jumlah
Penduduk (pada
tahun yang
sama).
www.kinerja.or.id
No
3
Indikator
SPM
Cakupan
pertolongan
persalinan
oleh tenaga
kesehatan
yang
memiliki
kompetensi
kebidanan
Definisi Operasional
Formula
Cakupan
pelayanan
nifas
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah ibu
bersalin yang
Jumlah seluruh
sasaran ibu
ditolong
oleh tenaga
kesehatan di
satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
tertentu.
bersalin di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang sama.
Jumlah seluruh
Ibu Bersalin
dihitung melalui
estimasi dengan
rumus : 1,05
x Crude Birth
Rate x Jumlah
Penduduk.
Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan Seluruh Ibu nifas di satu
wilayah kerja dalam kurun
kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam
waktu yg sama
pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II,
dan pada minggu ke VI termasuk pemberian
Vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau
pemasangan KB Pasca Persalinan.
X 100%
www.kinerja.or.id
289
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan
kesehatan neonatal dasar (ASI ekslusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali
pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak
diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi
hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir),
manajemen terpadu bayi muda.
Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari.
Cakupan
neonatus
dengan
komplikasi
yang
ditangani
Formula
Pembilang:
Jumlah ibu
nifas yang telah
memperoleh 3
kali pelayanan
nifas sesuai
standar di satu
wilayah kerja
pada kurun
waktu tertentu.
Penyebut:
Jumlah seluruh
ibu nifas di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.
Jumlah seluruh
Ibu Nifas di
hitung melalui
estimasi dengan
rumus: 1,05 x
Crude Birth Rate
(CBR) x Jumlah
Penduduk.
Jumlah neonatus
dengan komplikasi yang
tertangani
Jumlah seluruh neonatus
dengan komplikasi yang
ada
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
neonatus
dengan
komplikasi
yang tertangani
dari satu
wilayah kerja
pada kurun
waktu tertentu
di sarana
pelayanan
kesehatan.
Neonatus dengan
komplikasi yang
ada di satu
wilayah kerja
pada kurun waktu
yang sama di
sarana pelayanan
kesehatan.
Perhitungan
sasaran
neonatus dengan
komplikasi:
dihitung 15% dari
jumlah bayi baru
lahir.
Jika tidak diketahui
jumlah bayi baru
lahir maka dapat
dihitung dari
CBR x jumlah
penduduk.
290
www.kinerja.or.id
No
6
Indikator
SPM
Cakupan
kunjungan
bayi
Definisi Operasional
Formula
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
bayi yang
memperoleh
pelayanan
kesehatan
sesuai dengan
standar, paling
sedikit 4 kali di
satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
tertentu.
www.kinerja.or.id
291
No
7
Indikator
SPM
Cakupan
Desa/
Kelurahan
UCI
Definisi Operasional
Formula
Jumlah desa / kelurahan
UCI
Penyebut:
Jumlah Desa/
Kelurahan UCI
di satu wilayah
kerja pada
waktu tertentu.
Seluruh Desa/
Kelurahan di satu
wilayah kerja
dalam waktu
yang sama.
X 100%
Cakupan
pelayanan
anak balita
292
X 100%
www.kinerja.or.id
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah anak
balita (12 59
bulan) yang
memperoleh
pelayanan
pemantauan
pertumbuhan
minimal 8 kali di
satu wilayah kerja
pada waktu kurun
tertentu.
Jumlah seluruh
anak balita (12
59 bulan) di
satu wilayah
kerja dalam
kurun waktu
tertentu.
www.kinerja.or.id
293
No
9
10
Indikator
SPM
Cakupan
pemberian
makanan
pendamping
ASI pada
anak usia 6
24 bulan
keluarga
miskin
Cakupan
balita gizi
buruk
mendapat
perawatan
Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI
pada anak usia 6 24 bulankeluarga miskin
adalah pemberian makanan pendamping ASI
pada anak usia 6 24 Bulan dari keluarga miskin
selama 90 hari.
294
Cakupan
balita gizi
buruk
mendapat
perawatan
11
Formula
X 100%
Penyebut:
Jumlah seluruh
anak usia 6 24
bulan dari Gakin
di satu wilayah
kerja dalam
kurun waktu
yang sama.
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah balita
gizi buruk
mendapat
perawatan
di sarana
pelayanan
kesehatan di
satu wilayah
kerja pada kurun
waktu tertentu.
Jumlah seluruh
balita gizi buruk
yang ditemukan
di satu wilayah
kerja pada kurun
waktu yang
sama.
www.kinerja.or.id
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
Pembilang`:
Jumlah murid
kelas 1 SD
dan setingkat
yang diperiksa
kesehatannya
Sekolah Dasar setingkat adalah Sekolah Dasar
melalui
Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Sekolah Dasar
penjaringan
Luar Biasa, Madrasah Ibtidaiyah serta satuan
kesehatan
pendidikan keagamaan termasuk Ponpes baik
oleh tenaga
jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
kesehatan
atau tenaga
Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis,
terlatih (guru
keperawatan atau petugas Puskesmas lainnya
yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/ UKS/dokter
kecil) disatu
UKGS.
wilayah kerja
Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru
pada kurun
yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di
waktu tertentu.
sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS.
Penyebut:
Jumlah murid
kelas 1 SD dan
setingkat disatu
wilayah kerja
pada kurun
waktu yang
sama.
Cakupan
peserta
Keluarga
Berencana
(KB) aktif
www.kinerja.or.id
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
PUS yang
menggunakan
kontrasepsi di
satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
tertentu.
Jumlah seluruh
Pasangan Usia
Subur di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.
295
No
13
a.
Indikator
SPM
Acute Flacid
Paralysis
(AFP) rate
per 100.000
penduduk <
15 tahun
Definisi Operasional
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan
diantara 100.000 penduduk < 15 tahun pertahun
di satu wilayah kerja tertentu
Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang
dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya
flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan
bukan disebabkan oleh rudapaksa.
Formula
Jumlah kasus AFP non
Polio yang dilaporkan
Jumlah Penduduk < 15
tahun
Pembilang:
Jumlah kasus
AFP non Polio
Kasus AFP non polio adalah kasus AFP yang
pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan pada penduduk
<15 tahun di
virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan
oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan satu wilayah
kerja pada
kriteria tertentu
kurun waktu
tertentu
b.
Penemuan
Penderita
Pneumonia
Balita
296
x 100%
Penyebut:
Jumlah
Penduduk <15
tahun di satu
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.
Jumlah penderita
pneumonia balita yang
ditangani di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
satu tahun
Jumlah perkiraan
penderita Pneumonia
balita di satu Wilayah
kerja dalam kurun waktu
satu tahun
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
penderita
Pneumonia
Balita yang
yang ditangani
di satu wilayah
kerja pada
kurun waktu
satu tahun.
Jumlah perkiraan
penderita
Pneumonia
Balita di satu
wilayah kerja
pada kurun
waktu yang
sama.
Jumlah perkiraan
penderita
pneumonia balita
adalah 10% dari
jumlah balita
disatu wilayah
kerja dalam
kurun waktu satu
tahun.
www.kinerja.or.id
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
Penemuan
pasien baru
TB BTA
Positif
www.kinerja.or.id
X 100%
Penyebut:
Jumlah perkiraan
pasien baru TB
BTA (+) dalam
satu wilayah pada
waktu satu tahun.
Perkiraan pasien
baru TB BTA
positif adalah
Insiden Rate TB
baru BTA positif
per 100.000 x
jumlah penduduk
297
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
pada suatu
wilayah tertentu.
Insiden rate
kabupaten/ kota
mempergunakan
hasil survey
nasional tentang
prevalensi TB
pada tahun
terakhir.
d.
Penderita
DBD yang
ditangani
Jumlah penderita
DBD yang ditangani
sesuai SOP dalam satu
wilayah selama satu
tahun
Jumlah penderita DBD
yang ditemukan di satu
wilayah dalam waktu
satu tahun yang sama
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
penderita DBD
yang ditangani
sesuai standar
operasional
prosedur (SOP)
di satu wilayah
dalam waktu
satu tahun.
Jumlah penderita
DBD yang
ditemukan di
suatu wilayah
dalam waktu
satu tahun yang
sama
298
www.kinerja.or.id
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
www.kinerja.or.id
299
No
e.
Indikator
SPM
Penemuan
penderita
diare
Definisi Operasional
Penemuan penderita diare adalah jumlah
penderita yang datang dan dilayani di Sarana
Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun
Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya
Sarana Kesehatan adalah semua sarana
pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta (Puskesmas, Pustu, RS,Balai
Pengobatan, Praktek Dokter)
Angka kesakitan adalah angka kesakitan
Nasional Hasil Survei Morbiditas Diare tahun
2006 adalah 423/1000 penduduk.
14
Cakupan
pelayanan
kesehatan
dasar
masyarakat
miskin
300
Formula
Jumlah penderita
diare yang datang
dan dilayani di sarana
Kesehatan dan Kader di
suatu wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun
Jumlah perkiraan
penderita diare pd satu
wilayah tertentu dalam
waktu yg sama
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
penderita diare
yang datang
dan dilayani
di sarana
Kesehatan dan
Kader di suatu
wilayah tertentu
dalam waktu
satu tahun.
Jumlah perkiraan
penderita diare
pada suatu
wilayah tertentu
dalam waktu
yang sama.
Perkiraan jumlah
penderita diare
yang datang
ke sarana
kesehatan dan
kader adalah
10% dari angka
kesakitan x
jumlah penduduk
disatu wilayah
kerja dalam
waktu satu
tahun.
Jumlah kunjungan
pasien maskin di Sarkes
strata 1
Jumlah seluruh maskin
di kab/kota
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
kunjungan pasien
maskin selama 1
tahun (lama dan
baru).
Jumlah seluruh
maskin di
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.
www.kinerja.or.id
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
Cakupan
pelayanan
kesehatan
rujukan
pasien
masyarakat
miskin
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah
kunjungan
pasien maskin
selama 1 tahun
(lama dan baru).
Jumlah seluruh
maskin di
wilayah kerja
dalam kurun
waktu yang
sama.
www.kinerja.or.id
301
No
16
17
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Cakupan
pelayanan
gawat
darurat level
1 yang harus
diberikan
sarana
kesehatan
(Rumah
Sakit) di
Kabupaten/
Kota
Jumlah RS kab/kota
Cakupan
Desa/
Kelurahan
mengalami
Kejadian
Luar Biasa
(KLB) yang
dilakukan
penyelidikan
epidemiologi
< 24 jam
Pembilang:
X 100%
Penyebut:
Jumlah RS
Jumlah RS
yang mampu
kabupaten
memberikan
pelayanan gadar
level 1
302
Formula
X 100%
Penyebut:
Jumlah Kejadian
Luar biasa (KLB)
yang terjadi pada
wilayah Desa/
Kelurahan pada
periode/kurun
waktu yang sama.
Bila dalam 1 desa/
kelurahan terjadi
lebih dari 1 kali
KLB pada suatu
periode, maka
jumlah desa/
kelurahan yang
mengalami KLB
dihitung sesuai
dengan frekuensi
KLB yang terjadi
di desa/ kelurahan
tersebut, dan ikut
dimasukan dalam
penghitungan
pembilang
maupun penyebut.
www.kinerja.or.id
No
18
Indikator
SPM
Cakupan
Desa Siaga
Aktif
Definisi Operasional
Formula
X 100%
Pembilang:
Penyebut:
Jumlah desa
siaga yang aktif
di satu wilayah
pada kurun
waktu tertentu
Jumlah desa
siaga yang
dibentuk di satu
wilayah pada
kurun waktu
tertentu
www.kinerja.or.id
303
No
Indikator
SPM
Definisi Operasional
Formula
304
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN E
FORMULIR DAN TALLY-SHEET YANG
RELEVAN UNTUK PENGUMPULAN
DATA SPM
No
Indikator
SPM
Formula
perhitungan
Data yang
Dibutuhkan
(1)
(2)
(3)
(4)
Cakupan
kunjungan
Ibu
HamilK- 4
Pembilang:
Teknik
Waktu
Penanggung
Sumber Data pengumpulan pengumpulan
Jawab
data
data
(5)
(6)
(7)
(8)
Penyebut:
2
Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani
Pembilang:
Penyebut:
Cakupan
komplikasi
kebidanan
yang
ditangani
Pembilang:
Penyebut:
www.kinerja.or.id
305
No
Indikator
SPM
Formula
perhitungan
Data yang
Dibutuhkan
(1)
(2)
(3)
(4)
Cakupan
..............
Teknik
Waktu
Penanggung
Sumber Data pengumpulan pengumpulan
Jawab
data
data
(5)
(6)
(7)
(8)
Pembilang:
Penyebut:
Dst...
...
306
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN F
TEMPLET PENYUSUNAN LAPORAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM
Templet Penyusunan Laporan Umum Tahunan
Penerapan dan Pencapaian SPM
Templat yang berikut diatur dalam Permendagri no 6 tahun 2007
Latar belakang memuat hal-hal yang berkaitan dengan alasan atau dasar pertimbangan mengapa
pemerintahan daerah memutuskan untuk menerapkan SPM, selain karena perintah peraturan perundangundangan.
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum menyebutkan peraturan perundang-undangan yang melandasi atau menjadi dasar
penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah.
C. KEBIJAKAN UMUM
Kebijakan umum menggambarkan kebijakan umum daerah yang dimuat dalam rencana penerapan dan
pencapaian SPM yang dituangkan dalam RPJMD.
D. ARAH KEBIJAKAN
Arah kebijakan menggambarkan orientasi dan komitmen yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah
selama satu tahun anggaran dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM yang dituangkan dalam KUA.
www.kinerja.or.id
307
Jenis pelayanan dasar adalah jenis-jenis pelayanan dasar yang diselenggarakan oleh pemerintahan
daerah yang telah ditetapkan SPMnya oleh Pemerintah.
2. Indikator dan Nilai SPM serta Batas Waktu Pencapaian SPM secara Nasional.
3. Target Pencapaian SPM oleh Daerah
Target pencapaian adalah target yang ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah dalam mencapai SPM selama
kurun waktu tertentu, termasuk perhitungan pembiayaannya, dan membandingkannya dengan rencana
pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Realisasi
Realisasi adalah target yang dapat dicapai atau di realisasikan oleh Pemerintahan Daerah selama 1 tahun
anggaran dan membandingkannya dengan rencana target yang ditetapkan sebelumnya oleh pemerintahan
daerah yang bersangkutan.
a. Realisasi Pencapaian SPM Pelayanan Dasar X:
(i) Kontribusi Pemerintahan Daerah:
(ii) Kontribusi Swasta/Masyarakat : ..
b. Realisasi Pencapaian SPM Pelayanan Dasar Y:
(i) Kontribusi Pemerintahan Daerah:
(ii) Kontribusi Swasta/Masyarakat : ..
5. Alokasi Anggaran
Alokasi anggaran adalah jumlah belanja langsung dan tidak langsung yang ditetapkan dalam APBD dalam
rangka penerapan dan pencapaian SPM oleh pemerintahan daerah, yang bersumber dari:
a. APBD;
b. APBN;
c. Sumber dana lain yang sah.
6. Dukungan Personil
Dukungan personil menggambarkan jumlah personil atau pegawai yang terlibat dalam proses penerapan
dan pencapaian SPM:
a. PNS;
b. Non-PNS.
308
www.kinerja.or.id
Permasalahan dan solusi menggambarkan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dan
pencapaian SPM, baik permasalahan eksternal maupun internal, dan langkahlangkah penyelesaian
permasalahan yang ditempuh.
BAB IV PENUTUP
www.kinerja.or.id
309
K
B A
D A
H U
II.
PENGAMBIL DATA
Nama
Tandatangan
Nomor telepon
Tanggal pengambilan data
310
www.kinerja.or.id
IV. Umum
No
Jumlah
Uraian
Jumlah penduduk
Jumlah kecamatan
Jumlah puskesmas
Jumlah desa/kelurahan
10
Jumlah posyandu
11
Jumlah RS Pemerintah
12
Jumlah RS Swasta
13
Jumlah RS Khusus
14
15
Jumlah balita
16
Jumlah bayi
17
Jumlah neonatus
18
19
Jumlah KK miskin
20
20
21
22
23
a. Puskesmas
b. Rumah sakit
b. Rumah sakit
24
25
www.kinerja.or.id
311
V. Cakupan Standar Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan (Berdasarkan data tahun 2012)
No
1
312
Indikator
Nilai
10
www.kinerja.or.id
No
11
12
13
Indikator
Nilai
14
15
16
www.kinerja.or.id
313
No
17
Indikator
Nilai
Total
Medis
Dokter spesialis
Dokter umum
Dokter gigi
Perawat
Sarjana keperawatan/S2/S3
D III Perawat
Lulusan SPK
Bidan
Bidan S2/S3
D III Bidan
D I Bidan
Farmasi
DIII Farmasi
Asisten apoteker
Tenaga Gizi
No
1
314
www.kinerja.or.id
PNS
Total
D III Gizi
D I Gizi
Teknisi Medis
Analis lab
P. Anestesi
Fisioterapis
Refraksi optisi
Sanitasi
DIII Sanitasi
D I Sanitasi
Kesehatan masyarakat
D 3 Kesmas
No
www.kinerja.or.id
315
Aspek Teknis:
PERTANYAAN
316
www.kinerja.or.id
PERTANYAAN
af. Sejauhmana dana APBK (murni) dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di
Kabupaten/Kota
ag. Sejauhmana dana Otsus /migas dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
ah. Sejauhmana dana BOK dapat diformulakan untuk mengatasi
kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
ai. Sejauhmana biaya pencapaian SPM Kesehatan didanai
kerjasama dengan Pihak Ketiga.
aj. Sejauhmana definisi operasional pada indikator SPM mudah
dimengerti dan dipahami.
ak. Bagaimana analisa Dampak Keuangan.
al. Bagaimana analisa Dampak Kelembagaan.
am. Sejauhmana Tugas dan Fungsi SKPK dalam penerapan 18
indikator SPM Kesehatan.
an. Bagaimana pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku.
ao. Bagaimana keberadaan standar operating prosedur pelayanan
SPM.
pp. Bagimana keselarasan rencana pemenuhan SPM dengan
MDG.
aq. Bagaimana jumlah tenaga aparat dan tenaga ahli serta
pengalaman dan kemampuan kompentensi dan keahlian dalam
menjalankan pelayanan dasar kepada publik.
ar. Bagaimana jumlah sarana dan prasana dalam pelayanan dasar.
as. Sejauhmana kendala dalam pencapaian pelayanan dasar
sesuai dengan SPM Kesehatan.
at. Dievaluasi pelaksanaan dan hasil dari standar analisa belanja
dan harga satuan.
au. Sejauhmana efisien dan efektifitas terhadap Pelayanan Dasar
tersebut
av. Bagimana dukungan dari stakeholder terkait dengan pelayanan
dasar dan indikator SPM.
www.kinerja.or.id
317
318
URAIAN REKOMENDASI
www.kinerja.or.id
Pernyataan
Ya
www.kinerja.or.id
Tidak
Tidak
Yakin
319
No
320
Pernyataan
10
11
12
13
14
15
16
17
Ya
Tidak
Tidak
Yakin
www.kinerja.or.id
Total
Medis
Dokter spesialis
Dokter umum
Dokter gigi
Perawat
Sarjana keperawatan/S2/S3
D III Perawat
Lulusan SPK
Bidan
Bidan S2/S3
D III Bidan
D I Bidan
Farmasi
DIII Farmasi
Asisten apoteker
Tenaga Gizi
D III Gizi
D I Gizi
Teknisi Medis
Analis lab
P. Anestesi
Fisioterapis
Refraksi optisi
Sanitasi
DIII Sanitasi
D I Sanitasi
Kesehatan masyarakat
D 3 Kesmas
No
1
www.kinerja.or.id
321
Aspek Teknis:
PERTANYAAN
322
www.kinerja.or.id
PERTANYAAN
f. Sejauhmana dana APBK (murni) dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di
Kabupaten/Kota
g. Sejauhmana dana Otsus /migas dapat diformulakan untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
h. Sejauhmana dana BOK dapat diformulakan untuk mengatasi
kesenjangan pencapaian SPM Kesehatan di daerah
i. Sejauhmana biaya pencapaian SPM Kesehatan didanai
kerjasama dengan Pihak Ketiga.
j. Sejauhmana definisi operasional pada indikator SPM mudah
dimengerti dan dipahami.
k. Bagaimana analisa Dampak Keuangan.
l. Bagaimana analisa Dampak Kelembagaan.
m. Sejauhmana Tugas dan Fungsi SKPK dalam penerapan 18
indikator SPM Kesehatan.
n. Bagaimana pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku.
o. Bagaimana keberadaan standar operating prosedur pelayanan
SPM.
p. Bagimana keselarasan rencana pemenuhan SPM dengan
MDG.
q. Bagaimana jumlah tenaga aparat dan tenaga ahli serta
pengalaman dan kemampuan kompentensi dan keahlian dalam
menjalankan pelayanan dasar kepada publik.
r. Bagaimana jumlah sarana dan prasana dalam pelayanan dasar.
s. Sejauhmana kendala dalam pencapaian pelayanan dasar
sesuai dengan SPM Kesehatan.
t. Dievaluasi pelaksanaan dan hasil dari standar analisa belanja
dan harga satuan.
u. Sejauhmana efisien dan efektifitas terhadap Pelayanan Dasar
tersebut.
v. Bagimana dukungan dari stakeholder terkait dengan pelayanan
dasar dan indikator SPM.
www.kinerja.or.id
323
PERTANYAAN
w. Sejauhmana validitas dan realibitas antar indikator SPM dalam
satu pelayanan dasar.
x. Sejauhmana Sarana pelatihan tersedia
y. Sejauhmana keberadaan lembaga di Pemerintah Kota/
Kabupaten telah menyelenggarakan Monitoring dan evaluasi
penerapan SPM.
z. Sejauhmana Pemerintah telah menyiapkan materi Sosialisasi,
Bimbingan Teknis dan Pelatihan pada pelayanan dasar ini.
324
URAIAN REKOMENDASI
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN G
DAFTAR PUSTAKA
Bullivant, J., Burgess, R., Corbet-Nolan, A., Godfrey, K., 2010, Good Governance Handbook, From the Good
Governance Institute and Healthcare Quality Improvement Partnership, www.good-governance.org.uk
Kementerian Kesehatan RI, Kepmenkes No. 828 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kementerian Kesehatan RI, Permenkes No. 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 06.Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan SPM
Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang
Kementrerian Dalam Negeri RI, Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal
Savedoff, WD., 2011, Governance in The Health Sector A Strategy for Measuring Determinants and
Performance, The World Bank Human Development Network, http://econ.worldbank.org.
The World Bank, 2002, Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods & Approaches, Washington, D.C.,
www.worldbank.org/html/oed
Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
www.kinerja.or.id
325
LAMPIRAN H
BAHAN DI DALAM CD
326
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN I
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
APBN
APBD
Banggar
Badan Anggaran
BAPPEDA
BPK
BPKAD
BUMN
CSR
DAK
DPKAD
DUDI
DPRD
DPA
IKK
KBM
KCD
KUA
LK
Lembar Kerja
LSM
MSF
PAD
PAS
PNS
PP
Peraturan Pemerintah
PPAS
PPID
PTT
Renja
Rencana Kerja
www.kinerja.or.id
327
328
Renstra
Rencana Strategi
Renstrada
RKA
RKAS
RKPD
RPJM
RPJMD
SKPD
SPM
TAPD
ToF
Training of Facilitator
ToT
Training of Trainer
UUD
Undang-undang Dasar
UPTD
www.kinerja.or.id
USAID - KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832
Email: info@kinerja.or.id
www.kinerja.or.id