Anda di halaman 1dari 7

*Usia 1/4 abad

Jika usia kita sudah 25 tahun, hampir 25 tahun, atau sudah lewat 25 tahun, mungkin hal2 berikut
menarik diperhatikan. Ini hanya catatan ringan, jadi tidak perlu terlalu serius.
1. Berhentilah berpikir kalau kita masih remaja
Dalam definisi apapun, usia 25 tahun bukan lagi usia remaja. Jadi, tidak pantas bersikap seperti
remaja yang masih kekanak2an. Bicaralah yang biasa2 saja, menulislah yang biasa2 saja, tidak
pantas lagi kalau masih mau manja2, genit2, apalagi merasa imut menggemaskan. Apalagi kamu,
Bambang, Joko, Agus, ayo, dek, nggak pantas lagi merasa diri kita paling imut menggemaskan.
2. Mulailah mengambil tanggung-jawab
Usia 1/4 abad itu sudah matang sekali. Yang kuliah, harusnya sudah lulus, dan mulai bekerja.
Yang tidak kuliah, semestinya juga sudah bekerja. Kalaupun ambil S2 atau S3, cara berpikirnya
sudah berbeda. Mulailah mengambil tanggung-jawab. Masa kita masih harus minta uang buat
beli pulsa? Minta uang buat beli bensin motor? Sudah masih minta uangnya ke orang tua, eh,
cuma dipakai buat telpon2an pacaran, keluyuran pacaran. Jaman dulu, anak2 usia 18 tahun
bahkan sudah bisa mandiri. Entahlah, apa yang jadi sumber masalah hari ini, usia 1/4 abad tapi
masih merepotkan orang tua.
3. Mulailah memikirkan cita-cita hidup dengan serius
Hidup ini tidak cuma makan, tidur, makan tidur, dstnya. Mulailah memikirkan apa yang akan
kita lakukan. Apa yang hendak kita capai. Lihat ke belakang, apa hal yang telah kita capai? Dan
apalagi yang hendak kita capai? Kejar impiannya, dek. Jangan bangun kesiangan, malas
ngapa2in, entah besok lusa jadi apa, bodo amat. Tabiat malas itu amat berbahaya.
4. Berhenti penuh drama
Nonton drama Korea sih boleh. Tapi berhentilah hidup penuh drama. Dikit2 lebay, dikit2 heboh,
dikit2 rusuh. Kita sudah 1/4 abad, bukan remaja lagi. Kita sudah dewasa, dan sebagaimana
mahkluk dewasa, tahu keputusan apa yang harus diambil. Kita juga bisa memfilter mana
omongan orang lain yang bermanfaat, mana yg harus ditinggalkan. Kita juga bisa memilih, mana
hal penting yg harus diikuti, mana yg sudah tidak berguna lagi. Jomblo misalnya, tidak ada
masalah serius dengan menjadi jomblo, malah bisa fokus sekolah dan meniti karir. Daripada
menghabiskan waktu penuh drama. Berhenti penuh drama.
5. Jaga kesehatan
Kesehatan itu adalah investasi. Semakin muda kita memulai proses menjaganya, maka akan kita
petik di masa depan manfaatnya. Tidak merokok, tidak begadang, apalagi minuman alkohol,
dsbgnya sejak muda, itu akan dirasakan manfaatnya di masa tua. Apalagi jika ditambahkan
dengan sering olahraga, menjaga makanan, itu investasi yang baik.

6. Asupan gizi untuk jiwa


Ini kadang sering betul kita abaikan. Di dalam tubuh kita itu ada yang disebut jiwa. Nah, jika
kita sibuk memoles fisik luar, kapan kita akan mulai memoles bagian dalam kita? Kapan kita
akan mulai memberikan asupan gizi bagi jiwa kita. Kalian tahu kenapa orang dewasa itu
banyak masalahnya? Kesibukan tidak ada habis2nya? Waktu yang tidak berkah? Rasa syukur
yang dangkal? Bahkan saat hidupnya sudah cukup pun, dia rela mencuri, korup, dan aniaya?
Karena jiwanya tidak diberikan asupan gizi. Jika usia kita sudah 1/4 abad, mendesak sekali kita
mulai melengkapi hidup ini dengan pemahaman2 terbaik, pelajaran2 penting. Jangan malas
membaca buku2 yang baik, jangan malas belajar dan memperhatikan. Dan lebih penting lagi,
jangan malas belajar agama.
7. Berhenti menghabiskan waktu mubazir
Masih suka berantem di media maya? Masih suka bertengkar di kolom komentar website berita?
Postingan orang lain? Ayolah, berhenti menghabiskan waktu sia-sia. Kita sudah 1/4 abad lebih,
ngapain harus ribut hanya karena hal2 tidak penting. Aduh, rugi amat kalau masih suka
mengotot, hanya orang2 kurang kerjaan yang menghabiskan waktunya sia-sia. Lebih baik fokus
produktif, terus belajar dan berkarya.
Kurang lebih begitu. Semoga bermanfaat.
*Tere Liye
*Jodoh itu....
1. Jangan menikah karena kesepian, menikah karena orang lain sudah menikah semua, tinggal
kita seorang yang belum, aduhai, pernikahan itu bukan trend, yang semua orang bisa ikut-ikutan,
apalagi karena nggak enak terlihat aneh sendiri. Dan terlepas dari itu, catat baik-baik, banyak
orang yang setelah menikah, dia tetap merasa sepi, sendirian.
2. Jangan menikah karena alasan orang lain. Itu betul, dalam peristiwa dramatis, kita bisa segera
menikah agar orang tua sempat menyaksikan sebelum meninggal, agar mereka bahagia. Tapi
menikahlah karena alasan kita sendiri, jadikan itu patokan terbesar. Karena yang menjalani
kehidupan berumah-tangga itu adalah kita, bukan orang lain. Dan karena, jika besok lusa
pernikahan itu gagal, kita tidak menyalahkan orang lain--itu sungguh tiada manfaatnya.
3. Semua pernikahan itu punya masalah. Bohong jika ada yang bilang keluarga mereka baik-baik
saja sepanjang masa. Lantas kenapa sebuah pernikahan bisa awet? Karena ada yang sabar dan
mengalah. Satu-satunya bekal pernikahan yang tiada pernah kurang adalah: sabar. Punya sabar
segunung, tetap kurang banyak. Punya sabar selangit, pun tetap kurang banyak. Jadi bekalnya
tidak harus mobil, rumah, peralatan dapur, dsbgnya. Sekelas Umar Bin Khattab saja masih
membutuhkan rasa sabar ekstra.
4. Kita tidak pernah tahu siapa jodoh terbaik kita. Tidak ada alatnya, tidak ada aplikasinya, dan
tidak akan ditemukan. Kita baru tahu setelah kita menjalani pernikahan tersebut. Dan rumitnya,

itu juga belum cukup. Banyak yang berpisah jalan setelah sekian lama menikah. Lantas kapan
dong kita baru tahu persis? Tidak ada jawabannya. Nah, dengan situasi seperti itu, jangan
habiskan waktu dengan cemas apakah ini jodoh terbaik atau bukan. Jika kalian muslim,
tegakkanlah shalat istikharah, dapatkan keyakinan, kemudian bismillah, jalani dengan mantap.
5. Well, tidak ada jodoh yang sempurna di dunia ini. Semua orang pasti punya kekurangan. Ada
yang ganteng/cantik pol, ternyata kalau tidur ngoroknya seperti sirene. Ada yang bertanggungjawab nan setia, ternyata pelupa, dia lupa harus menjemput istrinya di manalah. Tapi kita selalu
bisa membuat yang tidak sempurna itu menjadi indah, keren, seperti pelangi, sepanjang kita
bersedia menerima kekurangannya. Orang2 yang sibuk memasang kriteria sempurna bagi calon
jodohnya, akan hidup sendiri hingga alien menyerang bumi.
6. Tidak ada yang tahu kapan persisnya kita akan menikah. Eh, yang masih kecentilan, manjamanja, ternyata besok sudah menikah, atau malah punya anak dua. Yang terlihat dewasa sekali,
sudah siap sekali, bahkan bijak nian bicara soal menikah, ternyata bertahun-tahun tetap sendiri.
Maka, saat kita tidak tahu kapan jodoh itu akan datang, fokuslah memperbaiki diri sendiri. Saat
kesempatannya datang, ingatlah nasehat lama, kesempatan baik tidak datang dua kali. Tapi ketika
kesempatannya lolos, gagal, juga ingatlah petuah orang tua, akan selalu ada kesempatan2
berikutnya bagi orang yang sabar.
7. Pekerjaan tetap, mapan, dan lain-lain itu jangan dijadikan syarat mutlak mencari jodoh. Itu
betul, sungguh menyenangkan jika jodoh kita ternyata sudah mapan, berkecukupan. Tapi boleh
jadi akan lebih spesial lagi, jika kita bersama-sama menjalani hidup sederhana, untuk kemudian
menjadi lebih baik setiap harinya. Lebih baik pastikan saja, semua pihak memahami
tanggungjawabnya. Misal, adalah tanggungjawab suami mencari nafkah. Boleh istri bekerja?
Ikut membantu nafkah keluarga? Dikembalikan ke masing2 pasangan mau seperti apa. Tapi jelas
sekali, jika istri bekerja, penghasilannya adalah milik dia--soal dia mau memberikannya ke
keluarga atau tidak, itu urusan dia. Tanggungjawab mutlak tetap ada di suami. Pemahaman2
seperti ini penting loh, agar kalian laki-laki yang sekarang sibuk galau, apalagi sibuk tebar
pesona, tahu persis saat menikah nanti.
8. Mencari jodoh itu tidak rumit. smile emoticon Ini beneran loh. Mencari jodoh itu sederhana.
Kalian bisa meminta orang tua mencarikan (karena itu juga salah-satu kewajiban mereka). Juga
bisa minta sahabat menjadi intel perjodohan. Jodoh itu ada di mana-mana, di sekolah, di kampus,
di tempat kerja, di angkutan umum saat berangkat beraktivitas, di mesjid, di komplek rumah, dll,
dll. Tapi kenapa kadang terasa rumit sekali? Karena kitalah yang membuatnya rumit. Catat baikbaik, di dunia ini sudah milyaran orang pernah menikah. Milyaran pasangan. Nah, di mana
rumitnya jika orang lain toh milyaran telah menikah.
9. Terakhir, kalau kalian mau belajar banyak hal tentang jodoh, maka jangan belajar dari novel2
(apalagi novel Tere Liye), dari film fiksi, dari sinetron, serial. Aduh, itu fiksi loh. Dikarang2 saja
sama penulis ceritanya. Melainkan belajarlah dari orang tua di sekitar kalian. Kakek-nenek, opaoma, mbah buyut, yang sudah menikah puluhan tahun, tapi tetap langgeng dan bahagia. Amati,
pelajari, dengarkan nasehat mereka, itu penting sekali, kehidupan mereka bisa jadi contoh. Maka
besok lusa saat kita menikah, mendadak muncul masalah serius, kita bisa meneladani mereka,

bagaimana cara mereka mengatasi masalah. Itu selalu bisa jadi pelajaran kehidupan yang tiada
ternilai.
*Tere Liye
Menikah, adalah sebuah momen yang sangat berharga dalam kehidupan ini. Maka
dari itu, pastikan pernikahan Anda cukup istimewa. Tidak perlu mahal, yang penting
istimewa.
Sayangnya, kebanyakan orang zaman sekarang sibuk buat pernikahan yang mahal
nan mewah, namun, usai acara, malah terjadi cek cok yang cukup intens.
Kok bisa? Karena, salah satu ataupun kedua pasangan masih memiliki sifat jelek
yang seharusnya tidak perlu dimiliki lagi, sekiranya mereka hendak menikah.
Nah, apa saja 10 sifat jelek itu? Mari kita bahas satu per satu.
1. Main Rahasia-Rahasiaan
Ketika pasangan Anda ada menanyakan sesuatu, tapi Anda malah ngasih jawaban
yang bohong, karena tak ingin rahasia Anda diketahuinya, itu akan mengurangi
kepercayaan pasangan Anda kepada diri Anda. Bisa-bisa pasangan Anda
berhipotesis, bahwa hubungan ini masih abu-abu.
Gunakanlah tahap taaruf sebaik-baik mungkin untuk saling jujur ketika ditanya.
Apalagi setelah menikah, tetaplah jaga kepercayaan dari pasangan Anda,
terbukalah. Karena saling keterbukaan justru akan meningkatkan kepercayaan.
2. Serakah
Sudah menjadi pengantin, itu berarti status Anda sudah bukan anak kosan lagi.
Barangkali ketika Anda masih ngekos, Anda orangnya suka serakah soal makanan
dengan teman-teman Anda. Misalnya, berpikir bahwa harus Anda yang duluan
masuk kamar mandi, harus Anda yang segera makan, harus Anda yang dapat
banyak porsi, dan lain-lain sebagainya.
Cobalah Anda latihan untuk jadi dermawan, dan mau mengalah agar orang dapat
yang lebih. Kalau Anda belum bisa, mungkin Anda belum siap untuk menikah.
3. Ngeyel
Memang, dalam rumah tangga, ada kalanya nanti akan terjadi cek cok. Asalkan
jangan intensif saja. Nah, sekiranya nanti terjadi, janganlah Anda memaksakan
pendapat Anda supaya diiyakan oleh pasangan Anda. Sebaiknya, diskusikan pelanpelan dengan argumen. Anda tunjukkan pertanggungjawaban atas argumen yang
Anda paparkan.

Namun, sekiranya kondisinya bakal lebih memunculkan mudharat, sebaiknya


langsung dihentikan saja. Lanjut pembicaraannya di lain waktu saja, dan dengan
cara yang lain pula.
4. Gengsi Meminta Maaf
Nah, ini kendala yang cukup intens. Banyak pasangan yang durasi cek coknya
kelewat batas, panjang banget, karena tidak ada salah satu pun yang mau minta
maaf duluan.

Artikel Lainnya: 5 Cara Mengkritik yang Baik, Ampuh Tapi Nggak Bikin Orang Sakit
Hati

Itu sebabnya, perlulah dari awal Anda untuk melatih diri Anda agar mudah
memaafkan. Kemudian, perlu pula cerdas dalam memilih pasangan, supaya dapat
pasangan yang taat. Karena, pasangan yang taat, pasti senantiasa mengamalkan
hadits Rasulullah berikut ini:
Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi
penduduk Surga. Yaitu, yang penyayang, banyak anak (subur), dan banyak
memberikan manfaat kepada suaminya, dan jika ia menyakiti suaminya atau
disakiti, ia segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata
Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhoiku. (HR.
Al-Baihaqi)
5. Bercanda Berlebihan

Mungkin Anda pernah bercanda dengan teman dan


saudara Anda, kemudian tiba-tiba mereka jadi tersinggung, karena kebetulan
bercanda Anda agak berlebihan. Nah, usahakan, jangan seperti itu pada pasangan
Anda. Makanya, dari sekarang jangan dibiasakan pula begitu terhadap teman dan
saudara Anda.
Meskipun pasangan Anda adalah orang yang Anda sangat terbuka terhadapnya,
Anda harus tetap saling menghormati atas keterbukaan tersebut.

6. Cemburu Kalau Orang Lebih Bagus


Ini juga kebiasaan jelek, yang harus segera di-stop. Mungkin Anda terbiasa cemburu
kalau teman Anda dapat nilai yang bagus, omzetnya lebih tinggi, dapat makanan,
dan hal-hal lainnya yang lebih bagus daripada Anda.
Sesegera mungkin, hentikanlah hal tersebut. Jangan sampai pandangan tersebut
malah terbawa-bawa ke pasangan Anda. Dia kan pasangan Anda, bukan kompetitor,
apalagi musuh. Justru dia adalah partner abadi Anda.
Ingatlah pula, segala hal bagus yang didapat orang, itu kan pemberian Allah. Allah
tahu apa yang cocok untuk hambaNya. Nggak pantas banget kalau keputusannya
diprotes-protes.
7. Curigaan
Kalau Anda suka main curiga-curigaan, itu berpotensi banget untuk menimbulkan
masalah. Karena yang namanya hubungan baik itu dibangun dengan kepercayaan
yang baik pula. Sekiranya ada curiga-curigaan, berarti kepercayaan Anda telah
menurun. Kalau sudah kepercayaan menurun, jadinya perlakuan baik pun akan
berkurang. Karena perlakuan baik sejatinya diberikan melalui jembatan bernama
kepercayaan yang baik.
8. Ngomongin di Belakang
Sekiranya Anda berteman dengan orang yang suka membicarakan orang lain yang
sedang tidak ada, waspadalah, karena mungkin dia juga akan membicarakan diri
Anda, ketika Anda sedang tidak ada.

Artikel Lainnya: 10 Hal yang Tak Akan Dilakukan oleh Seorang Teman Sejati

Nggak enak kan rasanya? Nah, apalagi pasangan Anda! Kalau serius ingin tuntas
menyelesaikan suatu persoalan pada diri seseorang, temuilah langsung orangnya.
Kalau nggak mau ketemu langsung, maunya ngomong di belakang doang, itu niat
nyelesain persoalan diri seseorang itu nggak sih?
Kalau nampak nggak niatnya, maka otomatis kepercayaan orang akan turun terusmenerus. Seperti yang di atas tadi, ketika kepercayaan tengah menurun, siap-siap
sulit mendapatkan perlakuan yang layak dari orang lain.
9. Minderan
Tentunya, menikah itu akan menimbulkan harapan. Anda kan pasti punya harapan
terhadap pasangan Anda kan? Begitu pula pasangan Anda, pasti memiliki harapan

terhadap diri Anda. Itu sebabnya, janganlah Anda terlalu malas untuk membuka
mata Anda agar bisa melihat potensi diri Anda.
Karena sekiranya Anda hobinya menutup mata, tahunya hanya kekurangankekurangan diri Anda, terus minder, mungkin pasangan Anda pun akan keheranan
juga. Padahal dia sudah berharap banyak hal dari Anda.
10. Jadi Diri Orang Lain

Ad
a kalanya Anda dituntut untuk punya banyak duit, punya
jabatan tinggi, kendaraan mewah, dan sebagainya. Yang mana hal-hal itu hanya
termasuk keinginan, bukan kebutuhan. Sehingga Anda berencana untuk ngutang
agar bisa seperti itu, atau mungkin Anda berjanji sambil keringatan karena sadar
hal itu sangat sukar Anda dapatkan saat ini, dan lain-lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai