TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
memiliki
tugas-tugas
perkembangan
yang
mengarah
pada
10
11
memiliki
tugas-tugas
perkembangan
yang
mengarah
pada
12
13
14
c. Kognitif
Kemampuan seseorang dalam mengantisipasi baik untuk jangka
pendek maupun jangka pangjang, membedakan sesuatu, berpikir
secara tepat, masuk akal dan realistis, sehingga mampu menetapkan
tujuan secara relevan.
Nurmi (dalam Steinberg, 2009) menjelaskan tentang aspek-aspek
tersebut. Aspek motivasi dan afektif dari orientasi masa depan berkaitan
dengan pemuasan kebutuhan-kebutuhan subjektif, termasuk kecenderungan
untuk mendekatkan atau menjauhkan diri serta dapat dinyatakan dalam sikap
optimis atau pesimis, lebih positif atau negatif, serta berhubungan pula
dengan sistem nilai dan tujuan yang dimiliki individu dan tergambar dalam
skema yang dibentuk mengenai diri dan lingkungannya. Untuk aspek
kognitif, dari orientasi masa depan dapat tergambar dalam struktur antisipasi
yang dimiliki oleh individu. Dalam mengantisipasi masa depan, individu
dapat menghasilkan gambaran yang lebih sederhana dan lebih kompleks,
lebih luas atau sempit, tepat, koheren atau realistis, serta besarnya control
yang dimiliki individu atas masa depannya.
Menurut Nurmi (dalam Raffaelli dan Koller, 2005) perkembangan
orientasi masa depan dapat terlihat lebih nyata ketika individu telah mencapai
tahap perkembangan pemikiran operasional formal. Ini berarti masa remaja
merupakan masa berkembang pesatnya orientasi masa depan. Sesuai dengan
teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja telah mencapai tahap
pemikiran
operasional
formal.
Pemikiran
operasional
formal,
telah
15
s
c
h
e
m
a
t
a
Rentang
hidup yang
diantisipasi
Motivasi
Pengetahuan
kontekstual
Perencanaan
Tujuan-tujuan
Rencana
Keterampilan
Evaluasi
Konsep diri
Gaya atribusi
Sumber: Nurmi (dalam Steinberg, 2009)
Emosi atribusi
16
17
dengan motif umum atau penilaian individu yang menimbulkan minat yang
lebih spesifik. Kedua, individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang
berkaitan dengan minat baru tersebut. Ketiga, menentukan tujuan yang
spesifik dan terakhir memutuskan kesiapannya untuk membuat komitmen
yang berisikan tujuan tersebut.
b. Perencanaan
Merupakan tahap kedua proses pembentukan orientasi masa depan
individu, yaitu bagaimana remaja membuat perencanaan tentang perwujudan
minat dan tujuan mereka. Menurut Nurmi (1991), perencanaan dicirikan
sebagai suatu proses yang terdiri dari tiga subtahap. Pertama, penentuan
subtujuan. Pada subtujuan ini, individu membentuk suatu representasi dari
tujuan-tujuannya dan konteks masa depan di mana tujuan tersebut di
harapkan dapat terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu
tentang konteks dari aktifitas di masa depan, dan sekaligus menjadi dasar
menjadi dasar bagi kedua subtahap berikutnya. Kedua, penyususnan rencana.
Pada tahap ini individu membuat rencana dan menetapkan strategi
untuk suatu rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat
mengarahkannya pada pencapaian tujuan dan menetukan cara mana yang
paling efisien. Pengetahuan tentang konteks yang diharapkan dari suatu
aktifitas di masa depan menjadi dasar bagi perencanaan ini. Berbagai
tindakan yang ditetapkan harus dievaluasi, sehingga tujuan-tujuan dan
rencana-rencana
yang
telah
disususn
dapat
diwujudkan.
Ketiga,
melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Dalam subtahap ini,
18
Evaluasi
Tahap terakhir dari proses pembentukan orientasi masa depan.
19
s
c
h
e
m
a
t
a
Rentang
hidup yang
diantisipasi
Motivasi
Pengetahuan
kontekstual
Perencanaan
Tujuan-tujuan
Rencana
Keterampilan
Evaluasi
Konsep diri
Gaya atribusi
Emosi atribusi
5.
20
b. Faktor eksternal
Menurut Nurmi, Poole & Kalakoski ; Nurmi (dalam, Sulinto.S, Laura
Holopainen, 2005), yaitu:
1. Konteks (waktu, sejarah, budaya dan sosial)
2. Fisik (mempengaruhi individu untuk berpikir tentang masa depan)
B.
1.
Remaja
b.
21
22
sebagai orang dewasa, sedang dalam kelompok jenis kelamin lain remaja
belajar menguasai keterampilan sosial.
2. Mencapai peran sosial pria atau wanita.
Yaitu mempelajari peran sosialnya masing-masing sebagai pria
atau wanita dan dapat menjalankan perannya masing-masing sesuai
dengan jenis kelamin masing-masing sesuai dengan norma yang berlaku.
3.
23
C.
1.
Perceraian
Pengertian perceraian
Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim
atas tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. Maksudnya adalah
undang-undang tidak memperbolehkan perceraian dengan permufakatan saja
antara suami dan isteri. Tuntutan perceraian harus dimajukan kepada Hakim
secara gugat biasa dalam perkara perdata, yang harus didahului dengan
meminta izin kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk menggugat.
Sebelum izin diberikan, Hakim harus berusaha untuk mendamaikan kedua
belah pihak (Djumairi Achmad dalam Zakiah, 2005).
Di dalam UU No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan
Kompilasi Hukum Islam, dikenal 2 (dua) macam perceraian, yaitu cerai talaq,
dan cerai gugat. Cerai talaq adalah cerai yang dijatuhkan oleh suami terhadap
istrinya, sehingga perkawinan mereka menjadi putus. Seorang suami yang
bermaksud menceraikan istrinya mereka harus terlebih dahulu mengajukan
permohonan kepada Pengadilan Agama, sedangkan cerai gugat adalah cerai
yang didasarkan atas adanya gugatan yang diajukan oleh istri, agar
perkawinan dengan suaminya menjadi putus. Seorang istri yang bermaksud
24
diartikan
sebagai
pecahnya
suatu
unit
keluarga.
mengguncangkan
kestabilan
jiwa
anak
dan
menggelisahkan
25
b.
26
27
cenderung tidak dapat mengontrol emosi mereka, hal demikian tidak lepas
dari peran orangtua karena rata-rata orangtua yang sudah bercerai tidak dapat
mengontrol emosi mereka sendiri, anak merasa kecewa, frustrasi, dan dia
ingin melampiaskannya dengan melakukan hal-hal yang berlawanan dengan
peraturan, memberontak dan sebagainya.
28
b.
mereka yang memiliki keluarga yang utuh, hal semacam ini jika tidak di
arahkan sejak dini tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan perilaku
negatif mereka.
e.
korban
perceraian
mengalami
ketidakstabilan
emosi,
dikarenakan tekanan batin pada anak, anak menjadi tertekan dan status
sebagai anak cerai menjadikan perasaannya berbeda dari anak-anak yang lain,
29
sekumpulan
perubahan.
Anak
biasanya
dapat
30
31
32
33
Perceraian orangtua
Remaja
Keluarga bercerai
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
OMD (?)
Keluarga bercerai
34
1. Garis lurus
2. OMD
E. Pertanyaan penelitian
Dalam penelitian ini ada permasalahan yang ingin diungkap lebih
mendalam oleh peneliti. Hal tersebut peneliti tuangkan dalam pertanyaan berikut
ini:
Bagaimanakah orientasi masa depan pada remaja yang mengalami
perceraian orangtua?