Anda di halaman 1dari 7

PERITONEAL DIALISIS

DIALISIS PERITONEUM
Dialisis perotoneum adalah dialisis yang menggunakan membran peritoneum sebagai sarana
petukaran cairan dialisis; berbeda dengan hemodialisis yang melalui pembuluh darah.Tujuan
dialisis ialah mengeluarkan zat-zat toksik dari tubuh seperti ureum yang tinggi pada GGA atau
GGK, atau racun didalam tubuh dan lain sebagainya.
Indikasi
Dibedakan indikasi klinik dan biokimis
Indikasi Klinik:
1. Gagal ginjal:Akut, ditandai dengan oliguriamendadak dan gejala uremia. Kronik,
gunanya untuk menopang kehidupan selama pasien dalam pengawasan atau untuk
rencana transplantasi ginjal
2. Gagal jantung atau edema paru yang sukar diatasi.
3. Keracunan yang menimbulkan gagal ginjal atau gagngguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
4. Keracunan obat mendadak dan perlu mengeluarkan obat tersebut.
5. Gejala uremia mayor. Yang menunjukan adanya gagal ginjal akut/kronik yang telah
terminal dengan gejala: Muntah sering, kejang, disorientasi, somnolen sampai koma.
Tanda hidrasi berlebihan: edema paru, gagal jantung, hipertensi yang tidak terkendali.
Perdarahan.
Indikasi Biokemis
1. Ureum darah lebi dari 250 mg%. Ureum sendiri tidak sangat toksik, tetapi diperlukan
pemeriksaan ureum secara teratur selama dialisis.

2. Kalium darah lebih dari 8 mEq/L. Peninggian kadar kalium darah lebih dari 8 mEq/L
dapat menimbulkan atetmia jantung yang fatal.
3. Bikarbonat darah kurang dari 12 mEq/L. Kadar bikarbonat darah yang rendah akan
merupakan peluang terjadinya asidosis metabolik. Kadar bikarbonat plasma yang rendah
secara klinik ditunjukan adanya pernafasan yang cepat dan dalam. Kontraindikasi mutlak
pada hakekatnya tidak ada, tetapi harus hati-hati terhadap kemungkinan adanya
peritonitis lokal, fistel atau kolostomi, penyakit abdomen, anastomosis pembuluh darah
besar abdomen, perdarahan yang sukar diatasi.
Dialisis dilakukan dokter di kamar yang aseptik.
Persiapan yang diperlukan
Persiapan cairan dialisis
Cairan untuk dialisis ada tersendiri adalah dexterose yang berkadar 1,5%, 4,25% dan 7%. Selain
itu harus tersedia larutan KCL, larutan Natrium-Bikarbonat, Albumisol dan heparin 10 mg/ml.
Untuk infus biasa diperlukan glukosa 5%-10%.
Alat-alat untuk tindakan dialisis
1. Set untuk dialisis (terdiri dari: Selang/kateter khusus yang telah dilengkapi dengan klem.
Kateter tersebut dimasukan kedalam rongga peritoneum dan bagian sebelah luar salah
satu cabangnya dihubungkan dengan penampung urine (urine bag) atau kantong
plastyikkhusus yang ada skalanya dan cabang yang lain ke botol cairan.
2. Stylet atau bisturi kecil, trokar yang sesuai dengan ukuran kateter, pinset
3. Sarung tangan steril
4. Kasa dan kapas lidi steril
5. Arteri klem 2
6. Spuit 2 cc, 5 cc, 10 cc dan 20 cc

7. Desinfektan: yodium/betadin 10% alkohol 70%


8. Novocain 2%
9. Gunting, plester, pembalut
10. Pengikat tangan atau kaki
11. Bengkok
12. Kertas untuk catatan
13. Tempat pemanas cairan yang harus selalu terisi air panas (khusus bila ada untuk pemanas
cairan yang elektrik).
Persiapan pasien
Bila pasien masih sadar diberitahukan dan diberikan dorongan moril agar pasien tidak takut.
Satu jam sebelum dialisis dilaksanakan kulit pada permukaan perut sampai di daerah simpisis
dibersihkan dengan air dan sabun kemudian sesudahnya dikompres dengan alkohol 70% sampai
dialisis akan di mulai. Beritahukan pasien agar kompres tetap di tempatnya.
Pasien dipasang infus.Kandung kemih dikosongkan.Pasien disuruh berkemih atau dipasang
kateter.Pasang pengikat pada tangan dan kaki (sambil dibujuk dan ikatan jangan terlalu kencang).
Pelaksanaan Dialisis

Setelah dokter berhasil melakukan pemasangan kateter dialisis, pangkal kateter


dihubungkan dengan selang pada kantong penampung cairan dialisis yang digantungkan
pada sisi tempat tidur (satu pipa dihubungkan dengan selang cairan dialisis). Pasang klem
pada selang pembuangan ini.

Setelah persiapan selesai buka klem yang dari botol cairan dialisis; memasukan cairan ini
berlangsung selama 15 menit untuk 1 botol cairan. Setelah cairan habis klem ditutup
biarkan cairan berada didalam rongga peritoneum selama 30 menit. Banyaknya cairan
yang dimasukan dimulai dari 30-40 ml/kg sampai maksimum 2 leter. Sesudah 30 menit

Buka klem yang ke pembuangan; cairan akan keluar dalam waktu 15 menit. Jika tidak
ancar berarti ada gangguan, dan banyaknya cairan yang keluar harus sebanding dengan
yang dimasukan.Pada uumnya kurang sedikit; tetapi jika terlalu banyak perbedaannya
harus memberitahukan dokter.

Bila cairan tidak kelur lagi,selangdi klem; masukn cairan dialisis dan selanjutnya
dilakukan seperti siklus pertam. Siklus ini dapat sampai 24-36 kali sesuai dengan hasil
pemeriksaan ureum. Ureum dikontrol setiap 3 jam selama dialisis berlangsung. Tesimeter
dipasang menetap dan diukur secara periodik (sesuai petunjuk dokter dan melihat
perkembangan pasiennya).

Selama dialisis biasanya pasin boleh minum; kadang-kadang juga makan. Untuk
mencegan sumbatan fibrin pada selang dialisis pada setip botol cairan dialisis
ditambahkan 1.000 Unit Heparin. Biasanya dilakukan terutama pada permulaan dialisis.

Komplikasi dialisis
Komplikasi dialisis dapat terjadi disebabkan karena drainase, infeksi, syndrom di sekuilibrium
dialisis dan masalah yang timbul akibat komposisi cairan. Komplikasi tersebut adalah:
Nyeri abdomen berat.

Biula terjadi saat pengisian abdomen. Tindakannya selang segera di jepit (diklem), pasien
diubah posisinya misalnya didudukan. Jika tidak ada perbaikan kateter harus diperbaiki
(oleh dokter). Nyeri hebat mendadak mungkin disebabkan ruptur peritoneum.

Bila mengikuti drainase, isi kembali ke ruang abdomen dengan sebagian dialisat.

Penyumbatan drain.

Urut perut pasien dan ubah posisi pasien.

Manipulasi kateter atau suntikan 20 ml dialisat dengan kuat untuk membebaskan


sumbatan.

Bila gagal, pindahkan kateter pada posisi lain.

Berikan heparin pada dialisat untuk mengurangi pembekuan darah dan merendahkan
fibrin.

Kontrol dengan pemeriksaan sinar x.

Bila ada perdarahan intraperitoneum yang masuk ke dalam kateter, kontrol kadar
hematokit dialisat untuk menilai lama dan beratnya pendarahan.

Hipokalsemia; dicegah dengan menambahkan 3,5-4 mEq/L kalsium per liter dialisat.
Hidrasi berlebihan dapat diketahui dengan mengukur berat badan tiap 8 jam. Berat badan pasien
akan turun 0,5-1% setiap hari. Jika meninggi berikan dialisat dextrose 2-7 % atau ke dalam
cairan dialisat ditambahkan cairan dextrose 1,5% dan 7% berganti-ganti atau bersama-sama
dengan perbandingan 1:1.
Hipovolemia dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah dan mengawasi tanda-tanda
renjatan. Jika ada berikan albumin 5% secara intravena atau infus dengan NaCl 0,9%.
Hipokalemia ditentukan dengan cara mengukur kadar kalium darah dan mengawasi perubahan
EKG yang terjadi (gejalanya: perut kembung, nadi lemah).
Infeksi dicurigai bila cairan dialisat yang dikeluarkan keruh atau berwarna.Peritonitis terjadi
biasanya karena kuman gram negatif atau streptococus aures.Berikan antibiotik.
Hiperglikemi terjadi karena absorbsi glukosa dari dialisat. Bila kadar glukosa darah meningkat,
koreksi dengan memberikan insulin dengan dosis yang sesuai.
Hipoproteinemia timbul karena keluarnya protein dalam dialisat.Bila terjadi, tindakannya
diberikan albumin atau plasma.
Pneumoni dan atelektasis diberikan pengobatan baku.
Sindrom disekuilibrium dialisis lebih sering terjadi pada hemodialisis. Dapat terjadi selama
dialisis atau setelah 24 jam pertama yang ditandai oleh gejala kelemahan umum, mengantuk,
bingung. Lebih berat terdapat gejala tegang, hipertensi, berhentinya pernafasan dan denyut
jantung.Diduga patogenesisnyan karena meningginya osmolalitas cairan serebrospinal
dibandingkan dengan cairan eksrtaseluler.Perbedaan osmolalitas menyebabkan masuknya cairan

kedalam otak.Sindrom ini diatasi dengan pemberian glukosa hpertoik secara intravena dan
diharap dapat mengubah perbedaan osmolalitas hingga kembali normal.
Dapat terjadi, hiperglikemih nonketon sebagai akibat pengaruh osmosis glukosa yang
memasuki ruang ekstraseluler selama dialisis yang tidak dimetabolisme secara sempurna pada
saat uremia.Kadar glukosa dapat melampaui 500mg%. Untuk menurunkan kadar tersebut
diperlukan insulin. Jika menggunakan cairan yang 7% dapat terjadi dehidrasi ekstraseluyler dan
deplesi volume pembuluh darah yang menimbulkan renjatan.
Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadi komplikasi dan gagguan rasa aman
dan nyaman.
Risiko komplikasi
Pasien yang dilakukan dialisis adalah pasien yang sakit payah sedangkan dialisis merupakan
tindakan yang penuh resiko dengan berbagai komplikasi.Oleh karena itu pasien yang dilakukan
tindakan dialisis memerlukan pengawasan yang cermat.Untuk ini biasanya diperlukan 1-2 tenaga
khusus yang selalu ada di tempat dialisis.
Adanya berbagai komplikasi dari sakit perut, perut kembung, kejang, renjatan sampai dengan
koma, maka pasien memerlukan pengawasan tanda-tanda pital setiap saat. Tekanan darah diukur
stiap jam, bila perlu lebih sering, oleh karena itu tensi meter dipasang tetap. Juga menghitung
nadi pernapasan serta suhu dilakukan lebih sering sesuai dengan keadaan pasien.Jika terjadi halhal yang tidak semestinya pada pelaksanaan dialisis (yang memasukan dan mengeluarkan cairan
dialisa perawat) setelah dilakukan tindakan sesuai petunjuk dokter pada daftar dialisis supaya
segera menghubungi dokter.Pengawasan tanda-tanda vital dan gangguan yang terjadi selama
dialisis (bila ada) selalu dicatat dalam catatan khusus.Jumlah urine yang sebelum dibuang juga
dicatat.Perhatikan sesuai atau tidak.Obat-obatan diberikan sesuai petunjuk.Dan harus selslu
disediakan obat yang diperlukan sewaktu-waktu.Juga alat untuk EKG. Ureum dikontrol setiap 3
jam/6 jam sesuai petunjuk dokter atau melihat keadaan pasien. Berat badan ditimbang setiap 8
jam. Setelah dialisis selesai, luka ditutup denan kasa steril yang diolesi dengan salep antibiotik,
diplester kemudian pasien dipasang gurita.Selama 24 jam berikutnya, pasien diobservasi terus
karena komplikasi masih mungkin terjadi.
Gangguan rasa aman dan nyaman

Tindakan dialisis tentu merupakan hal yang menakutkan pasien, selain timbul rasa sakit juga
takut melihat alat-alatnya.Biasanya dialisis dilakukan diruangan khusus jika tidak di ICU.Oleh
karena itu jika pasien tidak payah atau koma perlu pendekatan yang baik.Berikan dorongan agar
tidak takut dan jelaskan mengapa perlu dilakukan dialisis.Untuk memberikan rasa aman biasanya
orang tua di izinkan menunggu.Selama dialisis pasien boleh makan dan minum, dan keluarga
boleh membantu memberikannya.Dengan adanya keluarga disisinya dan perhatian dari
perawatnya gangguan rasa aman dan nyaman dapat dikurangi
DAFTAR PUSTAKA
Blake, Wright, Waetchter, Anomalous Formation of the Genito Tract, Edisi VIII, USS. 1970.
diposting oleh Lutfi Parisi

Anda mungkin juga menyukai