Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali,
dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang
lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari
stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra.Seperti misalnya penglihatan yang merupakan
cahaya yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media molekul bau (aroma),
dan pendengaran yang melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat
secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian.Persepsi
bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar
kesadaran.
Sejak ditemukannya psikologi eksperimen pada abad ke-19, pemahaman psikologi
terhadap persepsi telah berkembang melalui penggabungan berbagai teknik. Dalam bidang
psikofisika telah dijelaskan secara kuantitatif hubungan antara sifat-sifat fisika dari suatu
rangsangan dan persepsi. Ilmu saraf sensoris mempelajari tentang mekanisme otak yang
mendasari persepsi. Sistem persepsi juga bisa dipelajari melalui komputasi, dari informasi yang
diproses oleh sistem tersebut. Persepsi dalam filosofi adalah sejauh mana unsur-unsur sensori
seperti suara, aroma, atau warna ada dalam realitas objektif, bukan dalam pikiran perseptor.
Pengertian Persepsi
Persepsi : merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang
diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung
antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu,
diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang
apa yang diindera. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
individu, yang mencakup beberapa hal antara lain : Fisiologis. Informasi masuk melalui alat
indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha
untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi
pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap
orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi
tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk
mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan
tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. Kebutuhan yang searah. Faktor ini
dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang
dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat
dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadiankejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas. Suasana hati. Keadaan
emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang
pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.
Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan
dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut
pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang
merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah : Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan
bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk
ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi. Warna dari obyekobyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be
perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus
luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar
sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. Intensitas dan kekuatan dari
stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari
suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. Motion atau gerakan. Individu akan banyak
memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
Kekonstanan Persepsi
Di dalam pembelajaran persepsi kita perlu juga mengenal tentang kekonstanan persepsi
(konsistensi), yaitu persepsi bersifat tetap yang dipengaruhi oleh pengalaman. Kekonstanan
persepsi tersebut meliputi bentuk, ukuran, dan warna. Salah satu contoh kekonstanan persepsi,
yaitu ketika kita meminum susu di tempat yang gelap maka kita tidak akan menyebut warna susu
tersebut hitam, melainkan kita akan tetap menyebut warna susu adalah putih meski di dalam
kegelapan warna putih sebenarnya tidak tampak.
Begitu pula saat kita melihat uang logam dari arah samping, kita tetap akan menyebut uang
logam tersebut berbentuk bundar. Padahal apabila kita melihat dari samping maka sebenarnya
kita melihat uang logam tersebut berbentuk pipih. Itulah yang disebut dengan kekonstanan
persepsi, kita memberikan persepsi terhadap suatu objek berdasarkan pengalaman yang kita
peroleh sebelumnya
Efek halo
Efek halo adalah membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah
karakteristik. Ketika membuat sebuah kesan umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah
karakteristik, seperti kepandaian, keramahan, atau penampilan, efek halo sedang bekerja.
Kenyataan akan efek halo diperkuat dalam sebuah penelitian, yaitu saat para pelaku diberi daftar
sifat seperti pandai, mahir, praktis, rajin, tekun, dan ramah, kemudian diminta untuk
mengevaluasi individu dengan sifat-sifat tersebut diberlakukan. Ketika sifat-sifat itu digunakan,
individu tersebut dinilai bijaksana, humoris, populer, dan imajinatif. Ketika daftar yang sama
dimodifikasi diperoleh serangkaian persepsi yang sama sekali berbeda beda.
Jenis-jenis Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan
persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.
Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi, dan memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi
visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang
biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari. Persepsi kaum muslimin harus
mengacu pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, ini yang kemudian disebut Islamic Worldview
Persepsi visual merupakan hasil dari apa yang kita lihat baik sebelum kita melihat atau masih
membayangkan dan sesudah melakukan pada objek yang dituju
Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera takstil yaitu kulit.
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Persepsi selektif
persepsi selektif adalah menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang yang
berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.
Menurut Bimo Walgito = pengertian persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh
penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indera atau juga disebut proses sensoris.
2.
Menurut Slameto (2010:102) = persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera
pengelihat, pendengar, peraba, perasa,dan pencium.
3.
4.
Menurut Purwodarminto (1990: 759), persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu
serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan.
5.
Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan
seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia
menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya
6.
Menurut Philip Kotler (Manajemen Pemasaran, 1993, hal 219): Persepsi adalah proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan
sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif. Adapun faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang adalah katakteristik orang yang dipersepsi dan faktor
situasional.
Proses Terbentuknya Persepsi
Proses pembentukan persepsi diawali dengan masuknya sumber melalui suara,
penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh indera manusia (sensory receptor)
sebagai bentuk sensation. Sejumlah besar sensation yang diperoleh dari proses pertama diatas
kemudian diseleksi dan diterima. Fungsi penyaringan ini dijalankan oleh faktor seperti harapan
individu, motivasi, dan sikap. Sensation yang diperoleh dari hasil penyaringan pada tahap kedua
itu merupakan input bagi tahap ketiga, tahap pengorganisasian sensation. Dari tahap ini akan
diperoleh sensation yang merupakan satu kesatuan yang lebih teratur dibandingkan dengan
sensation yang sebelumnya.
belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera,
sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap
individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya
jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang
terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik,
merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses
diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan
proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan
perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga
tahap, yaitu:
1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat
indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan
informasi tentang stimulus yang ada.
2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian
informasi.
3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui
proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan
individu.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses
persepsi, yaitu:
1) Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu
sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2) Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa
banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan
perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi
tertentu saja yang diterima dan diserap.
3) Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun
ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda
yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja
untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1) Pelaku persepsi (perceiver)
2) Objek atau yang dipersepsikan
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi
terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang
tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud
seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasanpenjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan
penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaianpengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses
persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang
mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama
lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi
dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah
faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu,
kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor
di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap
seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang
dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
Persepsi Ketidakpastian
Ketidakpastian menurut Mishel (dalam Kang, 2002) dapat didefinisikan sebagai situasi
yang melibatkan kognisi dimana subjek tidak dapat menetapkan nilai nilai pada suatu kejadian
atau objek dan tidak dapat memprediksikan hasil secara akurat karena kurangnya sinyal, dan
informasi yang tidak jelas dan tidak tepat. Mishel mengemukakan teori Uncertainty in Illness
yaitu ketidakpastian pada penyakit yang diderita. Menurut Mishel, meskipun ketidakpastian
berawal dari hanya satu aspek diri, namun dapat menyebar menyebar ke aspek lain.
Stimulus frame. Tiga variable yang digunakan untuk mengukur stimulus pada model ini adalah
karakteristik penyakit, sejarah penyakit, dan pengobatan-pengobatan selama perawatan. Tiga
komponen dari stimulus frame adalah:
Stimulus frame adalah karakteristik stimulus yang dipersepsikan oleh individu. Kapasitas
kognitif adalah kemampuan pasien untuk memproses informasi. Structure providers adalah
penyedia perawatan kesehatan atau suatu kelompok yang mendukung yang mempengaruhi
pasien secara positif dan negative. Stimuli frame, cognitive capacities, dan structure providers
adalah antecedents ketidakpastian. Ketidakpastian bisa menjadi positif atau negatif (suatu
keuntungan / kesempatan atau bahaya). Inference adalah bagaimana pasien melihat diri mereka
sebagai bagian dari lingkungan dan ilusi, salah satunya bisa menyebabkan bahaya yang membuat
ketidakpastian menjadi negative atau kesempatan sebagai hal yang positif. Penggunaan
mekanisme coping terhadap adaptasi ketidakpastian operasi.
Menurut teori, ketidakpastian berkembang dari beberapa variabel antecedents (penyedia
struktur, kerangka stimulus, dan kapasitas kognitif), yang ditengahi dengan karakteristik
kepribadian dan penilaian utama. Penengah antara ketidakpastian dan hasil dari ketidakpastian
mencakup: keoptimisan (Christman, 1990); harapan (Hilton, 1994); penguasaan (Mishel, 1991);
dan mencari informasi (Rosenbaum, dalam Albertsen, 2009).
Mishel (2006) memaparkan dalam teori Uncertainty in Illness menarik dari model proses
informasi dan penelitian kepribadian dari disiplin psikologi, yang mengkarakteristikkan
ketidakpastian sebagai keadaan kognitif akibat dari sinyal atau tanda-tanda yang tidak
mencukupi untuk membentuk skema, atau representasi internal pada peristiwa atau situasi
tertentu. Menurut Mishel, proses penilaian tiap individu pada ketidakpastian adalah apa saja yang
membahayakan dan apa saja kesempatan yang dapat terjadi, atau apa saja hasil negatif dan
positif yang terjadi.
Menurut Mishel, teori ketidakpastian adalah peristiwa di persepsikan tidak pasti karena
individu tidak dapat menentukan hal-hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
Ketidakpastian terjadi ketika individu tidak dapat menetapkan nilai-nilai yang pasti pada objek /
peristiwa tersebut karena kurangnya tanda dan informasi. Mishel mengkategorisasikan
ketidakpastian sebagai sesuatu yang baru, kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakterdugaan dan
kurangnya informasi. Menurut Mishel (1983), pasien dengan edukasi yang tinggi lebih memiliki
kemampuan dalam mengakses informasi mengenai operasi dan penyakitnya sehingga
mengecilkan keadaan ketidakpastian dalam diri (Mishel, 1988 dalam Madeo, dkk 2012).
Dari penjelesan di atas mengenai persepsi ketidakpastian dapat disimpulkan bahwa persepsi
ketidakpastian adalah situasi dimana individu tidak dapat menetapkan nilai pada objek atau
kejadian tertentu dan tidak dapat memprediksi hasil hasil yang akan terjadi secara akurat
karena ketidakjelasan, kerumitan, ketidakterdugaan dan kurangnya informasi.
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimilikiseseorang
tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu
tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang
berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek
sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung
tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana
orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan
rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan
bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung
komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk
merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap
merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif,
komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau
berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga
komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku
terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan
lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.
Pada kasus antar kelompok yang saya sajikan ini tidak hanya dibutuhkan pihak ketiga sebagai
penengah, namun dibutuhkan juga pihak yang berwajib untuk bisa menyelesaikan dan meredam
masalah yang terjadi, karena masalah ini sudah menyangkut kenyamanan masayarakat sekitar.
Definisi Sikap
Sikap merupakan salah satu konsep yang menjadi perhatian utama dalam ilmu psikologi
sosial. Sikap juga merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal / subjektif yang berlangsung
dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung, namun bisa dilihat apabila sikap
tersebut sudah direalisasikan menjadi perilaku. Oleh karena itu sikap bisa dilihat sebagai positif
dan negatif. Apabila seseorang suka terhadap suatu hal, sikapnya positif dan cenderung
mendekatinya, namun apabila seseorang tidak suka pada suatu hal sikapnya cenderung negatif
dan menjauh. Selain melalui perilaku, sikap juga dapat diketahui melalui pengetahuan,
keyakinan, dan perasaan terhadap suatu objek tertentu. Jadi, sikap bisa diukur karena kita dapat
melihat sikap seseorang dari yang sudah disebutkan sebelumnya.
Dari definisi-definisi mengenai sikap diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
suatu kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang bersifat mendekati
(positif) atau menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif & kognitif dan mengarahkan pada
pola perilaku tertentu. Sedangkan definisi sikap terhadap operasi peneliti simpulkan sebagai
kecenderungan dan keyakinan individu mengenai operasi yang bersifat mendekati (positif)
dan menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan pada pola
perilaku tertentu.
Komponen Sikap
Thurstone berpendapat tentang adanya komponen afektif pada sikap, Rokeach
berpendapat pada sikap adanya komponen kognitif dan konatif (Walgito, 2011). Sedangkan
komponen sikap menurut Marat 1984 (dalam Rahayuningsih, S. U., 2008) mencakup tiga
hal yaitu:
1
mengenai sesuatu.
Komponen afeksi berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang, menyangkut
perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Afeksi
merupakan komponen rasa senang atau tidak senang pada suatu objek.
Komponen perilaku / konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap objek sikap.
Fungsi Sikap
Menurut Baron, Byrne, dan Branscombe (dalam Walgito, 2011), terdapat lima
fungsi sikap sebagai berikut.
1
Fungsi pengetahuan
Sikap membantu kita untuk menginterpretasi stimulus baru dan menampilkan respon
yang sesuai. Contohnya, karyawan baru harus diberi informasi sebelum masuk kerja,
agar selalu ramah dan santun terhadap setiap klien, agar kerja sama bisa lebih
rakyat Indonesia.
Fungsi harga diri
Sikap yang kita miliki mampu menjaga atau menigkatkan harga diri. Misalnya, ketika
ada perkumpulan yang mengharuskan kita berhadapan dengan banyak orang, sikap
kita harus tetap terjaga untuk menjaga harga diri.
4 Fungsi pertahanan diri (ego defensive)
Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif tentang diri kita. Misalnya,
sikap kita harus tetap ramah terhadap atasan sekalipun kita tidak suka padanya, agar
Pengertian Memory
Secara etimologi, memori atau memory (Inggris), adalah keberadaan tentang pengalaman
masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat yang dapat menyimpan
dan merekam informasi.
Menurut perspektif psikologi kognitif bahwa memori atau ingatan ialah kekuatan jiwa
untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam
perbuatan ingatann, yaitu: menerima kesan-kesan, menyimpan dan memproduksi.
Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi
bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah
dialami.
Memori juga berarti ingatan yang mempunyai arti lebih luas yaitu:
1. Apa yang diingat, yang terbayang di pikiran sepanjang ingatan.
2. Alat atau daya batin untuk mengingat atau menyimpan sesuatu yang pernah
diketahui (dipahami atau dipelajari).
3. Pikiran, dalam arti angan-angan, kesadaran.
4. Apa yang terbit di hati, seperti niat atau cita-cita.
Memori sensoris berkaitan dengan penyimpanan informasi sementara yang dibawa oleh
pancaindera kita. Proses memori sensoris dapat dikatakan sebagai proses penyimpanan melalui
jalur syaraf-syaraf sensoris yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat pendek.
a. Encoding dalam memori sensoris
Pada saat mata kita melihat sesuatu, atau telinga kita mendengar sesuatu, informasi dari
indera-indera itu akan diubah dalam bentuk impuls-impuls neutral dan dihantarkan ke bagianbagian tertentu dari otak.
b. Storage dalam memori sensoris
Memori sensoris ternyata mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang amat besar,
tetapi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang.
2. Memori Jangka Pendek
Memori jangka pendek (Short Term Memory) atau working memory adalah suatu proses
penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama
memori tersebut masih dibutuhkan.
a. Encoding dalam memori jangka pendek
Mula-mula akan berlangsung proses encoding seperti memori sensoris, akan tetapi
informasi yang telah diterima oleh otak kemudian dikenal oleh suatu proses yang disebut control
processes, yaitu suatu proses yang mengatur laju dan mengalirnya informasi.
b. Storage dalam memori jangka pendek
Kapasitas dalam memori jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah
informasi dalam jangka waktu tertentu. Kapasitas itu dapat dilihat dengan percobaan yang
disebut dengan memory span task.
c. Retrieval dalam memori jangka pendek
Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas. Oleh karena itu proses mengingat
dalam memori jangka pendek tidak membutuhkan waktu yang lama. Ada dua cara mengingat
dalam memori jangka pendek, yaitu :
1) Parallel Search
2) Serial Search
3. Memori Jangka Panjang
Memori jangka panjang (Long Term Memory) adalah suatu proses penyimpanan informasi
yang relatif permanen.
Tahapan Memori
Secara singkat, memori memiliki tiga tahap proses : perekaman, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali.
a. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit
syaraf internal. Dimana dalam tahap ini pesan yang diperoleh dari gejala fisik mengalami
transformasi menjadi semacam kode yang dapat diterima.
b. Penyimpanan (storage), proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu
berada beserta kita, dalam bentuk apa dan di mana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita
menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Kiti menyimpan informasi
yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas-desus
menyebar lebih banyak dari volume asal). Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan.
c. Pemanggilan kembali (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah
menggunakan informasi yang disimpan. Yakni proses dimana informasi yang telah tersimpan
dikeluarkan kembali sesuai dengan kebutuhan.