FINANCE AND
INFORMATICS INSTITUTE
ABFI PERBANAS
Diajukan oleh :
SURYANIH
1511060013
JULI 2016
2
1.
Latar Belakang
Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia saat ini masih
belum banyak dilakukan oleh kalangan ekonomi di Indonesia. Padahal penerapan IFRS
dalam sistem akuntasi perusahaan akan menjadi salah satu tolak ukur yang menunjukkan
kesiapan bangsa Indonesia bersaingdi era perdagangan bebas. IFRS saat ini menjadi topik
hangat di kalangan ekonomi, khususnya dikalangan akuntan. IAI telah menetapkan tahun
2012 Indonesia sudah mengadopsi penuh IFRS. Di indonesia sebenarnya sebagian
perusahaan yang sudah mengacu pada IFRS, pengadopsian IFRS mestinya diikuti pula
dengan pengadopsian standar pengauditan internasional. Standar pelaporan keuangan
perusahaan tidak akan mendapatkan pengakuan tinggi, bila standar yang digunakan
untuk pengauditan masih standar lokal. International Accounting Standards, yang lebih
dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar
tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation)
profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis
transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulantertentu. Standar ini muncul akibat
tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam
bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yangberlaku sama di
semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar
internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan
revaluation model, yaitu memungkinkan penilaian aset menggunakan nilai wajar, sehingga
laporan keuangan disajikan dengan basis true and fair.
Bagi Perusahaan yang go international atau yang memiliki partner dari Uni Eropa,
Australia, Rusia dan beberapa negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain
menerapkan IFRS. Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS,
3
yang merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya
berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS,
artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan
membuat perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke IFRS
bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mungkin
2.
akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan.
Manfaat dan Tujuan adopsi IFRS
Penyesuaian terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan
keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui penyesuaian maka laporan keuangan
perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari
negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik dan dapat
meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu, program konvergensi juga
bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital) dengan membuka peluang
penggalangan dana melalui pasar modal secara global, meningkatkan investasi global, dan
mengurangi beban penysusunan laporan keuangan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan
Laporan Keuangan, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan, dan menciptakan
efisiensi penyusunan laporan keuangan. Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar
laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan
laporan keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit
sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS.
3. Bagaimana Cara melakukan adopsi IFRS untuk pertama kalinya bagi suatu
perusahaan
Isu pelaporan keuangan adalah isu sentral yang harus diperhatikan pada saat melakukan
implementasi IFRS. Pelaporan keuangan mencangkup proses dan output pelaporan
keuangan itu sendiri. Sistem informasi akuntansi harus disesuaikan dengan IFRS, serta
4
proses pengukuran dan penilaian aktiva dan kewajiban banyak mengalami
perubahan. Penerapan IFRS pada suatu perusahaan harus dilakukan berawal dari laporan
keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi lokal, dilakukan dengan dua cara:
1) Rektaonsiliasi terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan lokal GAAP
sehingga sesuai dengan IFRS.
2) Menyusun laporan keuangan secara terpisah dengan langsung mengacu kepada
IFRS.
Penerapan IFRS berdampak terhadap perusahaan dalam banyak hal. Aspek pelaporan
interim dan basis penilaian adalah hal yang paling banyak terkena dampak. Penerapan
IFRS dengan cara adopsi penuh, hal yang paling signifikan yang harus
diperhatikan adalah koreksi laba ditahan sebagai akibat penerapan pertama dari IFRS.
Efeknya bisa mengurangi laba atau sebaliknya justru bisa menambah laba. Sasaran
konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan
IFRS versi 1 Januari 2009, yang berlaku efektif tahun 2011-2012. Kovergensi IFRS di
Indonesia dilakukan secara bertahap. Sepanjang tahun 2009, DSAK-IAI telah
mengesahkan 10 PSAK baru, 5 ISAK, dan mencabut 9 PSAK berbasis industri dan
mencabut 1 ISAK. Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012. Dengan
mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
Namun, perubahan tersebut akan memberikan efek di berbagai bidang, terutama dari segi
pendidikan dan bisnis. Beberapa kendala dalam adopsi IFRS ke PSAK:
1) Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2) IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih
dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
5
3)
Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak
metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan. Kesiapan
4.
hambatan-hambatan
investasi,
meningkatkan
transparansi
perusahaan,
mengurangi biaya yang terkait denganpenyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost
of capital. Sementara tujuan akhirnya laporankeuangan yang disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikitrekonsiliasi untuk menghasilkan
laporan keuangan berdasarkan IFRS. Banyaknya standar yang harusdilaksanakan dalam
program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi publik untuk sedari dini
mengantisipasi implementasi program konvergensi IFRS.Beberapa
dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan
Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:
1) Perubahan konsep dari rule based ke principle based
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat
atau rigid, melainkanhanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi
yang harus diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang
relevan, dapat diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung
makna bahwa untuk mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan,
dapatdiperbandingkan, dan objektif, standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.
2) Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang
akan kita gunakanmenjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail
sudah disederhanakan kedalambeberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari
6
IFRS inilah yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik
dalam hal mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam halpengauditan. Dan hal
terpenting yang harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses
Profesional Judgement itu harus didokumentasikan.
3) Penggunaan Fair Value Accounting
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu
transaksi yangdipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan
keuangan. Nilai adalah nilai yangwajar mencerminkan kualitas kredit suatu
instrumen.Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas
pelaporan keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada
nilaisebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi pasar. Sehingga kualitas yang
dihasilkan atas laporankeuangan menjadi dapat diandalkan.
4) Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan penilaian danpengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya
pihak ketiga didalam penyusunan laporankeuangan sangat besar. Karena laporan
keuangan mewajibkan untuk diungkapkan secara menyeluruhagar transparansi
menjadi suatu hal penting bagi pengguna laporan keuangan.
B. Contoh
1. Penerapan IFRS pertama kalinya di Tahun 2011 Pada PT. Telkom
Perubahan yang cukup besar terkait pelaporan keuangan tahun 2011 adalah
berkaitan dengan penerapan standar pelaporan keuangan International Financial
Reporting Standard (IFRS).
Mengingat pelaporan keuangan di Telkom telah menerapkan pengendalian
internal sebagaimana ketentuan SOX Section 404, maka rancangan dan penerapan
7
pengendalian internal atas pelaporan keuangan perlu mengalami penyesuaian yang cukup
besar agar sesuai dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku. Hal tersebut meliputi
kebijakan akuntansi, organisasi dan aplikasi TI, termasuk perubahan rancangan dan
penerapan pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang diikuti dengan
pengembangan kompetensi pengetahuan IFRS kepada karyawan yang terlibat.
Komitmen untuk menerapkan IFRS merupakan keputusan manajemen, bahwa
Telkom akan melakukan adopsi lebih awal dari roadmap DSAK IAI atas Standar
Pelaporan Keuangan IFRS. Untuk itu sejak tahun 2010 dibentuk tim khusus disebut
dengan Gugus Tugas IFRS yang bertanggung jawab mempersiapkan implementasi IFRS
mulai dari fase penilaian, desain, implementasi sampai tahap kestabilan yang
direncanakan akan tercapai pada tahun 2012.
Untuk lebih detailnya berikut tahapan perancangan dan penerapan IFRS:
Tahun
Fase
Kegiatan
Penilaian proses bisnis dan TI di Telkom
Penilaian accounting gap dan practical gap
2010
Penilaian
2010-2011
Desain
proses
pengakuan
dan
pengukuran
untuk
transaksi
8
transisional.
Akuntansi dan Pelaporan pembuatan panduan group reporting package,
penyusunan laporan keuangan IFRS , kebijakan akuntansi IFRS, dan blank
template keuangan IFRS
Data danTeknologi implementasi aplikasi TI baru (modifikasi)
2011
Implementasi Proses dan Kontrol mengupdate dan menyesuaikan proses bisnis SOA &
SOP Manajemen Perubahan melakukan sosialisasi dan pelatihan atas
akuntansi dan pelaporan, data dan teknologi, serta proses dan kontrol
Overall Project Monitoring memonitor progres dari implementasi IFRS
dan mengidentifikasi serta memitigasi risiko.
Membuat dan mengoperasikan sistem pendukung implementasi IFRS
Mengidentifikasi, memprioritisasi serta menyelesaikan masalah yang
muncul dalam proses bisnis, kontrol, serta aplikasi TI
2012
Sustain
Mengelola tes ulang dan aktivasi aplikasi TI dan perubahan proses bisnis
Melakukan pengecekan proses dan kualitas data
Membuat daftar aktivitas dan roadmap untuk melakukan perbaikan
Menyusun proses transisi dari fase sustain ke fase bisnis sehari-hari
9
Telkom terlibat aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk Antisipasi Penerapan
IFRS ke dalam SAK Indonesia, salah satu wujudnya adalah menjadi narasumber dan
pengajar untuk workshop penerapan SAK Indonesia Baru (IFRS) untuk BUMN; Telkom
memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS kepada salah satu
BUMN di Indonesia dan ini merupakan langkah awal untuk membantu proses
konvergensi di BUMN-BUMN lainnya; Telkom menjadi pembicara utama dalam
Seminar IFRS untuk Auditor dengan tema Internal Auditors Need to Know IFRS
Conversion pada tanggal 11-13 April 2011 di Bandung; dan Secara rutin melakukan
sosialisasi dan workshop atas implementasi IFRS ke Anak Perusahaan Telkom.
2. Penyesuaian Penyesuaian yang terjadi atas laporan keuangan untuk mengadopsi
IFRS pertama kali Pada PT. Telkom
Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS
dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi
IFRS dengan laporan keuangan PT Telkom Indonesia konvergensian IFRS. Makalah ini
didasari perubahan adopsi standar yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan dari sebelumnya U.S. GAAP menjadi IFRS yang mulai diimplementasikan
dalam laporan keuangan perusahaan pada tahun 2011. Makalah ini berfokus pada proses
penerapan konvergensi IFRS dan perbandingan dua pedoman standar akuntansi yang
dilaksanakan PT Telkom Indonesia dalam laporan keuangan perusahaan selama periode
2010 - 2013. Berdasarkan data laporan keuangan menunjukkan terdapat beberapa
pedoman standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan akibat
pelaksanaan proses konvergensi IFRS pada laporan keuangan perusahaan. Pedoman
10
standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dalam laporan keuangan PT Telkom
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. PSAK 1 (Revisi 2009), "Penyajian Laporan Keuangan"
2. PSAK 22 (Revisi 2010), "Kombinasi Bisnis"
3. PSAK 60, "Instrumen Keuangan: Pengungkapan"
4. PSAK 7 (Revisi 2010), "Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi"
5. ISAK 25, "Hak Atas Tanah"
6. PSAK 38 (Revisi 2012), "Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali"
7. ISAK 16 "Perjanjian Konsesi Jasa"
Beberapa standar IFRS yang menjadi perhatian utama pada perbandingan dua
pedoman standar yang dilaksanakan dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia.
Standar-standar tersebut menjadi perhatian utama dikarenakan menghasilkan
rekonsiliasi antara laporan keuangan PT Telkom Indonesia berdasarkan IFRS dan
PSAK yang dapat dilihat pada catatan atas laporan keuangan. Standar IFRS menjadi
tolok ukur dalam perbandingan ini dikarenakan proses pengadopsian IFRS secara
penuh yang ditetapkan oleh DSAK IAI. Standar-standar IFRS yang menjadi perhatian
utama adalah sebagai berikut:
1. IFRIC 12 "Service concession arrangements" Standar ini berperan pada rekonsiliasi
beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 -2013. Akun-
11
akun laporan keuangan tersebut adalah piutang usaha, aset tetap, pendapatan, beban
operasi dan beban depresiasi. Standar ini memberikan penjelasan pedoman perjanjian
konsesi jasa. Pada perjanjian konsesi jasa untuk setiap aset konsesi dianggap oleh
perusahaan tidak sebagai aset tetap perusahaan. Aset konsesi dimaksudkan sebagai
aset yang digunakan untuk kepentingan publik. Pengakuan pendapatan dan beban
pada perjanjian ini merujuk pada IAS 11 dan IAS 18. Perbedaan pengakuan
pendapatan dan beban antara laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS dan
PSAK terjadi pada periode 2011 dan 2012 dikarenakan belum diterapkannya SAK
yang sama dengan IFRS pada laporan keuangan perusahaan.
2. IAS 17 "Land rights" Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan
keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 - 2013. Akun-akun yang terpengaruh
adalah aset tetap dan beban depresiasi perusahaan. Standar ini memberikan
penjelasan bahwa untuk hak atas tanah diakui sebagai bagian penyusutan aset tetap
perusahaan. PT Telkom Indonesia pada laporan keuangan berdasarkan IFRS
mengakui hak atas tanah sebagai sewa pembiayaan dan diamortisasi selama masa
sewa hak atas tanah. Pada SAK hak atas tanah diakui sebagai aset tetap dan tidak
diamortisasi kecuali dapat diprediksi bahwa tak mungkin atau kecil kemungkinan
bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak dapat diperoleh.
3. IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses" Standar ini berperan pada
rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 2013. Akun-akun tersebut adalah yait ubeban pensiun, liabilitas diestimasi imbalan
kesehatan pasca kerja, beban karyawan dan rugi/laba aktuaria program pensiun
12
manfaat pasti. Standar ini menjelaskan pedoman pengakuan keuntungan dan kerugian
aktuaria. Telkom Indonesia berdasarkan laporan keuangan berdasarkan IFRS
langsung mengakui laba atau rugi aktuaria pada penghasilan komprehensif lainnya
periode tahun berjalam. Pada laporan keuangan berdasarkan PSAK mengakui
keuntungan dan kerugian aktuaria pada penghasilan atau beban dengan kondisi
akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui pada akhir
tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti.
4. IFRS 1 "First-time Adoption of International Financial Reporting Standards"
Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom
Indonesia periode 2011-2013. Akun-akun tersebut adalah selisih kurs karena
penjabaran laporan keuangan dan aset pensiun. Standar ini memberikan beberapa
pengecualian dalam pencatatan akuntansi perusahaan kepada perusahaan yang
pertama kali mengadopsi IFRS. Pada akun selisih kurs karena penjabaran laporan
keuangan dan aset pensiun dianggap menjadi nihil dikarenakan pengecualian yang
diberikan oleh IFRS 1 untuk laporan keuangan perusahaan yang bertransisi ke IFRS
pertama kali.
5. IFRS 3 "Business Combination" Standar ini berperan pada rekonsiliasi akun aset
tak berwujud PT Telkom Indonesia pada tahun 2011. Pada standar ini menetapkan
bahwa untuk perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS ini maka amortisasi
goodwill dari kombinasi bisnis sebelumnya dihentikan dan menguji penurunan
goodwill sesuai dengan IAS 36.
13
6. IAS 1 "Presentation of Financial Statement" Standar ini menjelaskan pedoman
dasar dalam mempresentasikan laporan keuangan perusahaan bagi perusahaan yang
pertama kali mengadopsi IFRS. Standar ini berperan pada akun cadangan lainnya
(other reserves) laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011-2013. Pada
laporan keuangan perusahaan periode 2011-2013 berdasarkan IFRS terdapat
pencatatan cadangan lainnya perusahaan beserta sifat dan tujuannya. Pada laporan
keuangan perusahaan tahun 2011 berdasarkan PSAK tidak terdapat pencatatan
cadangan lainnya. Pada laporan keuangan perusahaan tahun 2012 dan 2013 akun
cadangan lainnya dicatat sebagai komponen ekuitas lainnya pada pos ekuitas
perusahaan. Penjelasan sifat dan tujuan komponen ekuitas lainnya tidak terdapat pada
catatan laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK. Pada catatan atas laporan
keuangan ini juga menemukan bahwa selama proses konvergensi IFRS yang
dilaksanakan, laporan keuangan PT Telkom Indonesia menunjukkan peningkatan
untuk nilai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan laba komprehensif selama periode
2011-2013. Hasil analisis rasio yang dilaksanakan pada penelitian ini juga
menunjukkan tren positif selama periode laporan keuangan PT Telkom Indonesia
mengaplikasikan standar akuntansi konvergensian IFRS. Hal ini ditunjukkan pada
meningkatnya angka analisis rasio pengukuran likuiditas, solvabilitas, profitabilitas
dan kinerja operasi PT Telkom Indonesia dari periode tahun 2010-2013. Terdapat
dampak diaplikasikannya beberapa standar IFRS dalam jumlah saldo beberapa akun
laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Standar IFRS dan akun perusahaan yang
dipengaruhi adalah sebagai berikut
14
1. IFRIC 12 "Service concession arrangements" Pada pengaplikasian IFRIC 12 dalam
laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS, untuk akun aset tetap, pendapatan,
biaya operasi dan biaya amortisasi menunjukkan jumlah saldo yang lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam laporan keuangan
perusahaan berdasarkan PSAK selama periode belum diaplikasikannya ISAK yang
sama dengan IFRIC 12. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pengakuan aset tetap
sebagai aset konsesi antara laporan keuangan berdasarkan PSAK dan IFRS. Pada
laporan keuangan berdasarkan PSAK masih menganggap aset konsesi sebagai aset
tetap perusahaan. Beban dan pendapatan yang terkait dengan aset konsesi masih
diakui di dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK.
2. IAS 17 "Land Rights" Pada pengaplikasian IAS 17 dalam laporan keuangan
perusahaan berdasarkan IFRS untuk akun aset tetap dan biaya amortisasi perusahaan
menunjukkan jumlah saldo yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saldo akun
yang sama dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode
2011-2013. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pengakuan hak atas tanah sebagai
biaya amortisasi dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Pada laporan
keuangan perusahaan berdasarkan IFRS mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya
penyusutan aset tetap. Pada laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK tidak
mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya penyusutan aset tetap
3. IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses" Pada pengaplikasian IAS
19 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS untuk akun liabilitas
diestimasian imbalan kesehatan pasca kerja dan liabilitas diestimasian pensiun dan
15
imbalan pasca kerja lainnya menunjukkan jumlah saldo yang lebih besar
dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam laporan keuangan
perusahaan berdasarkan PSAK selama periode 2011-2013. Perbedaan ini dikarenakan
perbedaan pencatatan rugi (laba) aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan
perusahaan. Pada laporan keuangan berdasarkan PSAK mencatat rugi (laba) aktuaria
yang belum diakui dalam laporan keuangan perusahaan sebagai bagian dari biaya
sedangkan pada laporan keuangan berdasarkan IFRS tidak mencatat rugi (laba)
aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan perusahaan sebagai bagian dari
3. Kesimpulan
Standar Pelaporan Keuangan Internasional Internasional atau Financial Reporting
Standard (IFRS) rupanya bukan hal yang asing bagi lembaga keuangan Tanah Air.
Indonesia sudah mengadopsi tahap pertama dari konversi IFRS pada 1 Januari 2012,
yang secara material sama dengan IFRS versi tanggal 1 Januari 2009. Guna
menyempurnakan penerapannya secara utuh pada standar pelaporan keuangan di
Indonesia, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAKIAI) tengah bersiap melanjutkan tahap dua guna melakukan adopsi penuh IFRS.
Menurut Ketua DSAK-IAI, Rosita Uli Sinaga pada tanggal 6 Maret 2013, Dengan
keberhasilan pertama, IAI siap untuk melanjutkan ke tahap dua guna melakukan
adopsi penuh IFRS.
Hal tersebut menunjukkan bahwa saat ini pola adopsi yang dilakukan oleh PSAK
Indonesia adalah gradual strategy, dimana adopsi IFRS dilakukan secara bertahap.
Adopsi secara penuh IFRS akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi
16
laporan keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akan bertentangan
dengan sistem pajak pemerintahan Indonesia atau kondisi ekonomi dan politik
lainnya. Hal ini merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IFRS di Indonesia.
Adopsi seutuhnya terhadap IFRS, berarti merubah prinsip-prinsip akuntansi yang
selama ini telah dipakai menjadi suatu standar akuntansi berlaku secara internasional.
Jadi dapat disimpulkan bahwa saat ini PSAK di Indonesia masih berupa pola yang
mengacu kepada IAS yang artinya PSAK di Indonesia tidak seratus persen sama
dengan IAS. Karena penerapan adopsi IFRS belum dilakukan secara utuh pada
standar pelaporan keuangan di Indonesia dan masih harus dilakukan secara bertahap
guna melakukan adopsi penuh IFRS.