Buku Konstruksi Oktober 2015
Buku Konstruksi Oktober 2015
KATA PENGANTAR
Sektor jasa merupakan unsur terbesar dan penting dalam perekonomian
nasional dan dunia. Perdagangan jasa sangat penting tidak hanya bagi
pertumbuhan perekonomian, namun juga bagi penciptaan lapangan
pekerjaan. Sektor jasa memberikan kontribusi rata-rata sebesar 70%
terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Dunia, dengan rata-rata 50% di
negara-negara berpendapatan rendah, dan 74% di negara-negara
berpendapatan tinggi. Sedangkan di Asia Timur dan Pasifik sektor jasa
mencapai 43% dari PDB tahun 2009 (World Bank 2011).
Sektor Jasa memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN
dan 47,2% terhadap GDP Indonesia tahun 2012. Dengan semakin
terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan peningkatan kontribusi
sebesar 70% pada tahun 2025. Penyerapan Tenaga Kerja Nasional sebesar
15% (2012). Total ekspor jasa ASEAN sebesar US$ 319,7 Milyar dan total
impor jasa ASEAN sebesar US$ 306,5 Milyar tahun 2012; Total investasi Jasa
ASEAN sebesar USD$108, 21 Milyar (2012). Aliran investasi intra ASEAN
mencapai US$ 26.27 milyar pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8 milyar
atau 22,23% masuk ke Indonesia.
Dalam waktu dekat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2015) akan
berlaku pada awal tahun 2016. Sebanyak 12 sektor jasa yang terdiri dari 128
sub sektor jasa akan diintegrasikan pada MEA 2015. Sektor jasa konstruksi
merupakan satu diantara dua belas sektor jasa yang akan diintegrasikan
dalam MEA 2015.
Mengingat pentingnya informasi terkait kesiapan sektor jasa nasional
khususnya jasa konstruksi dalam menghadapi MEA 2015, maka kami
berupaya untuk menyusun Buku Kesiapan Sektor Jasa Konstruksi
Menghadapi MEA 2015. Besar harapan kami semoga informasi yang
disampaikan dalam profil ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan yang
terkait.
Jakarta, November 2015
Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa
2
DAFTAR ISI
12
BAB III. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sektor Jasa Konstruksi Nasional .....................
17
20
26
BAB VI. Kisah Sukses: Kiprah Perusahaan Konstruksi Nasional di Luar Negeri .......................
29
31
34
36
Lampiran ..................................................................................................................................
37
BAB I
Masyarakat Ekonomi ASEAN: Integrasi Sektor Jasa
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
ASEAN bersepakat untuk mengembangkan suatu kawasan yang terintegrasi
dengan membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang
terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, dan diikat bersama dalam
kemitraan yang dinamis di tahun 2020.
Harapan tersebut dituangkan dalam Visi ASEAN 2020 yang ditetapkan oleh
para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997. Selanjutnya, untuk
merealisasikan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada
KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 yang menyepakati pembentukan Komunitas
ASEAN (ASEAN Community).
Pada usia ke-40 tahun ASEAN, para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN pada
KTT ke-13 ASEAN di Singapura bulan November 2007 telah menandatangani
Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang mengubah ASEAN dari organisasi yang
longgar (loose association) menjadi organisasi yang berdasarkan hukum (rulesbased organization) dan menjadi subjek hukum (legal personality).
Piagam ASEAN mulai diberlakukan pada tanggal 15 Desember 2008 setelah
semua negara anggota ASEAN menyampaikan ratifikasi kepada Sekretaris
Jenderal ASEAN. Peresmian mulai berlakunya Piagam ASEAN tersebut
dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Sekretariat ASEAN.
Untuk Indonesia, pemberlakuan Piagam ASEAN ini disahkan melalui UndangUndang RI Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Charter of The Association of Southeast Asian
Nations). Implementasi Piagam ASEAN mulai ditegaskan pada KTT ASEAN ke-14
di Hua Hin, Thailand, pada tanggal 28 Februari1 Maret 2009.
Dalam Piagam ASEAN tersebut tercantum ketetapan ASEAN untuk membentuk
komunitas ASEAN tahun 2015. Komunitas ASEAN tersebut terdiri atas 3 pilar
yaitu Komunitas Politik Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan
Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Untuk mencapai terbentuknya Komunitas
ASEAN 2015, ASEAN menyusun Cetak Biru (Blue Print) dari ketiga pilar
tersebut. Cetak Biru Komunitas ASEAN tersebut merupakan pedoman arah
pembentukan Komunitas ASEAN di tiga pilar. Dari ketiga pilar tersebut, Cetak
Biru Komunitas Ekonomi ASEAN disahkan pada KTT ASEAN ke-13 tahun 2007 di
Singapura. Selanjutnya Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN dan
Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN disahkan pada KTT ASEAN ke-14
tahun 2009 di Cha Am Hua Hin, Thailand.
Central Product
Classification (CPC)*
Jasa Bisnis
Architectural services
8671
Engineering services
8672
8673
512
513
514 + 516
517
Other
*CPC: Merupakan klasifikasi kode sektor jasa yang diterbitkan oleh United Nations pada tahun 1991
11
BAB II
Gambaran Sektor Jasa Konstruksi Nasional
Pencapaian Pembangunan Sektor Jasa Konstruksi
Kontribusi sektor jasa konstruksi nasional terhadap Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) selalu mengalami peningkatan sejak tahun 2007 hingga tahun 2013. Pada
tahun 2007 nilai PDB nasional sebesar Rp 3,950,893.20 triliun dan sebesar Rp
304,996.80 miliar atau 7.72%-nya merupakan kontribusi dari sektor jasa
konstruksi. Pada tahun 2013 nilai PDB nasional sebesar Rp 9,083,972.20 triliun
dan sebesar Rp 907,267.00 miliar atau 9.99%-nya merupakan konstribusi dari
sektor jasa konstruksi.
Berdasarkan data World Bank tahun 2014, pasar jasa konstrusi Indonesia
dengan nilai US$267 miliar merupakan pasar konstruksi terbesar di ASEAN dan
nomor 4 di dunia. Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Tiongkok (US$
1.78 triliun), Jepang (US$ 742 miliar) dan India (US$ 427 triliun). Sementara
dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya Thailand (US$ 33 miliar),
Malaysia (US$ 32 miliar), Filipina (US$ 25 miliar), Singapura (US$ 24 miliar) dan
Vietnam (US$ 16 miliar). Prioritas pembangunan konstruksi nasional terpusat
kepada pembangunan infrastruktur, perumahan, pertambangan dan energi.
Perlu peran aktif pembinaan konstruksi untuk mensinergikan kekuatan
nasional untuk mempertahankan pasar nasional dan merebut pasar konstruksi
regional.
12
Tahun
Ranking
2010 2011
90
2011 2012
82
2012 - 2013
92
2013 - 2014
82
2014 - 2015
72
Terdapat 10 faktor yang mempengaruhi daya saing sektor jasa konstruksi yaitu:
kapasitas manajemen; kapasitas sumber daya manusia; struktur biaya;
penguasaan kontrak; tekanan impor; akses permodalan; akses penjaminan;
akses informasi; akses teknologi; dan sistem logistik.
13
14
Resiko Tinggi dan/atau Nilai Pekerjaan lebih dari Rp. 1.000.000.000,dibatasi maksimal sebesar 67%;
5) Kepemilikan modal asing (FEP) Bidang Usaha Jasa Bisnis/Jasa Konsultansi
Konstruksi : Jasa Arsitektur Pertamanan dibatasi maksimal sebesar 55%;
6) Kepemilikan modal asing (FEP) Bidang Usaha Jasa Bisnis/Jasa Konsultansi
Konstruksi dibatasi maksimal sebesar 55%.
16
BAB III
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sektor Jasa Konstruksi Nasional
kilang minyak, pembangunan sistem air limbah, Jaringan gas kota, pembangkit
listrik sebesar 35 ribu MW, pembangunan sarana penyediaan air minur di
perkotaan dan perdesaan.
Adapun dari rencana pembangunan tersebut, pemerintah telah menetapkan
beberapa proyek strategis sebagaimana dibawah ini:
19
BAB IV
Tantangan Sektor Jasa Konstruksi Nasional
MADYA
UTAMA
TOTAL
57.306
48.057
3.644
109.007
TENAGA AHLI
TENAGA
TERAMPIL
SKTK
KELAS 3
KELAS 2
KELAS 1
JUMLAH
LAMA
14.659
46.674
108.459
169.792
BARU
20.077
36.877
160.674
217.628
TOTAL
387.420
Jumlah ini menunjukan bahwa minat tenaga kerja sektor jasa konstruksi
nasional untuk berpartisipasi dalam MRA on Engineering Services dan
Architectural Services masih rendah. Hingga saat ini jumlah insinyur dan arsitek
21
Indonesia yang telah memiliki sertifikat ASEAN sebesar 569 insinyur dan 84
arsitek.
Rendahnya Pertumbuhan Insinyur Nasional
Indonesia masih mengalami kekurangan jumlah insinyur dibandingkan dengan
negara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea, China dan India
sebagaimana terlihat pada grafik dibawah ini.
22
Indonesia hanya baru bisa menciptakan 164 orang tenaga teknik per 1 juta
penduduk pertahunnya. Sehingga dengan demikian tentunya Indonesia harus
mampu mengejar ketertinggalan tersebut terlebih daya serap tenaga teknik
yang masih besar untuk mendorong pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Namun demikian, pertanyaan berikutnya adalah siapa yang akan menyerap
tenaga kerja teknik lokal tersebut. Meskipun alternatifnya hanya ada 2 yaitu
tenaga kerja konstruksi diserap oleh perusahaan konstruksi nasional atau
perusahaan konstruksi internasional, namun sebaiknya tenaga-tenaga teknik
terbaik yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan nasional dapat diserap oleh
perusahaan konstruksi nasional.
Rendahnya pertumbuhan jumlah insinyur dalam negeri akan mengakibatkan
kekurangan insinyur yang tidak dapat mengisi kebutuhan dalam negeri
sebagaimana terlihat pada grafik dibawah.
23
24
25
BAB V
Profil Tenaga Kerja Nasional
JML
(juta)
SD ke Bawah
54,62
47,9
SMP
20,29
17,8
SMA
17,77
15,9
SMK
10,18
8,9
Diploma (1-3)
3,22
2,8
Universitas
7,94
6,9
Total
114,02
100
Sementara apabila dilihat dari sebaran tenaga kerja, sektor pertanian masih
mendominasi sebagai bidang usaha yang menyerap tenaga kerja nasional
terbesar yaitu dengan jumlah 39,96 juta pekerja. Diikuti oleh bidang sektor
industri dengan jumlah 14,78 juta pekerja; kemudian sektor konstuksi dengan
jumlah 6,89 juta pekerja; sektor perdagangan dengan jumlah 24,81 juta
pekerja; sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi dengan jumlah 5,23
26
juta pekerja; sektor keuangan dengan jumlah 3,01 juta pekerja; dan sektor
lainnya dengan jumlah sebesar 1,81 juta pekerja.
SEKTOR
JML (juta)
Pertanian
39,96
35,05
Industri
14,78
12,96
Konstruksi
6,89
6,04
Perdagangan
24,81
21,76
5,23
4,59
Keuangan
3,01
2,64
Jasa Kemasyarakatan
17,53
15,37
1,81
1,59
Transport,
Komunikasi
Pergudangan
&
28
BAB VI
Kisah Sukses: Kiprah Perusahaan Konstruksi Nasional di Luar Negeri
NEGARA
KONTRAKTOR
PT Waskita Karya
Uni Emirat
Arab
PT Wijaya Karya
PT Totalindo
Persada
Eka
NAMA PROYEK
PERIODE
NILAI PROYEK
2009-2011
PT Adhi Karya
PT PP
PT Adhi Karya
PT Adhi Karya
Qatar
Oman
India
29
2005-2013
PT Wijaya Karya
Pembangunan perumahan
3,100 unit di Annaba
PT Wijaya Karya
Perumahan lanjutan
1,2 Triliun
Aljazair
sebanyak
923 Milyar
Myanmar
PT Wijaya Karya
Afrika
Selatan
PT Wijaya Karya
2013
US$ 30 juta
Australia
PT IKPT
2009-2010
US$ 1 juta
Timor Leste PT PP
9
30
US$ 92 juta
BAB VII
Implikasi Liberalisasi Jasa Konstruksi
Liberalisasi jasa konstruksi, tidak dapat dihindari lagi. Sejak Tahun 1994,
melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia telah meratifikasi
berdirinya World Trade Organization (WTO) dan menjadi salah satu negara dari
153 negara yang telah terdaftar sebagai anggota WTO. Di samping itu, melalui
Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 1995, Indonesia juga telah meratifikasi
ASEAN Free Trade Area (AFTA). Bahkan, tahun 2007 negara-negara anggota
ASEAN telah menyepakati ASEAN Charter (Piagam ASEAN) dan ASEAN
Economic Community Blueprint yang menjadi landasan penyatuan Masyarakat
Ekonomi ASEAN tahun 2015. Seluruh anggota WTO dan AFTA telah
berkomitmen untuk meletakkan pondasi kesepakatan yang saling
menguntungkan dengan menghilangkan berbagai hambatan dalam
perdagangan, termasuk perdagangan jasa konstruksi, dalam rangka
menciptakan perdagangan yang efisien dan persaingan yang sehat. Oleh sebab
itu persaingan dalam bisnis jasa konstruksi semakin terbuka dan keras.
Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, badan usaha maupun tenaga kerja profesional asing di sektor
konstruksi tidak dihalangi untuk beroperasi dan bekerja di Indonesia. Hal ini
menimbulkan tantangan tersendiri manakala sebagian besar badan usaha
nasional tidak cukup memiliki daya saing dan kemampuan menyelenggarakan
pekerjaan konstruksi yang efisien dan efektif. kerja konstruksi yang belum
memiliki standar dan sertifikat keahlian internasional menjadi kendala yang
ada saat ini. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting yang
mempengaruhi kelangsungan dan kelancaran pelaksanaan pembangunan
konstruksi. Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas dapat diperoleh jika
para pelaku bidang jasa konstruksi memiliki kompetensi dan profesionalisme
yang tinggi sesuai bidang pekerjaannya.
Salah satu upaya peningkatan kualitas kompetensi dan profesionalisme adalah
dengan sistem quality assurance dalam bentuk sertifikasi. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, setiap
bangunan konstruksi harus dibangun oleh perusahaan yang memenuhi syarat
yang salah satunya memiliki tenaga kerja/teknik kompeten yang secara otentik
dibuktikan melalui sertifikat tenaga teknik. Selanjutnya dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi, dinyatakan bahwa tenaga kerja konstruksi harus mengikuti
31
sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) baik di tingkat nasional
maupun daerah, memainkan peran penting dalam pengembangan tenaga kerja
industri konstruksi melalui pelaksanaan fungsi akreditasi asosiasi profesi dan
institusi pendidikan dan pelatihan (diklat), serta registrasi tenaga kerja. Semua
pekerja industri konstruksi harus mempunyai sertifikat tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh asosiasi profesi atau institusi diklat, dan kemudian wajib
melakukan registrasi di LPJK. Selain itu, pemahaman mengenai isu-isu
lingkungan juga perlu dilakukan oleh pelaku konstruksi nasional, terutama
untuk isu kerusakan lingkungan dan pemanasan global.
Implikasi liberalisasi perdagangan jasa tidak hanya berarti terbukanya pasar
nasional bagi penyedia jasa asing, tetapi juga terbukanya pasar internasional
bagi penyedia jasa nasional. Selama ini kita masih disibukkan dengan
perdebatan tentang kesiapan kita serta upaya-upaya defensif untuk
membatasi masuknya penyedia jasa konstruksi asing ke pasar nasional. Kita
kurang menaruh perhatian untuk melakukan upaya pengembangan daya saing
penyedia jasa nasional dalam menghadapi persaingan dengan badan usaha
asing, baik di pasar nasional maupun upaya ofensif untuk melakukan penetrasi
ke pasar internasional.
Indonesia, sebagai negara yang turut serta dalam perjanjian internasional
bidang jasa akan mendapatkan keuntungan sekaligus ancaman. Tidak ada
pilihan lain bagi para pelaku sektor jasa konstruksi nasional untuk mengikuti
perkembangan yang ada. Kebijakan proteksi sebelumnya menjadi pelindung
bagi penyedia jasa sektor konstruksi nasional tidak tepat lagi diterapkan dalam
perkembangan perdagangan bidang jasa dalam perdagangan internasional.
Liberalisasi perdagangan sektor jasa konstruksi harus dilihat sebagai suatu
tantangan atau ujian bagi kemampuan serta kualitas perusahaan serta tenaga
kerja profesional nasional di sektor ini.
Penyedia jasa konstruksi nasional diharapkan dapat memanfaatkan peluang
MEA melalui pengembangan penetrasi pasar konstruksi internasional. Hal ini
bertujuan untuk memperluas lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja konstruksi
Indonesia. Di samping itu, penetrasi jasa konstruksi di negara anggota ASEAN
lainnya dapat dijadikan sebagai ajang promosi konstruksi nasional serta
menjadi benchmarking terhadap daya saing bagi penyedia jasa konstruksi
lokal, serta untuk memperoleh pengalaman yang nantinya akan diperlukan
dalam menghadapi persaingan dengan penyedia jasa asing di pasar konstruksi
nasional.
32
Penetrasi atau perluasan pasar jasa konstruksi ke negara lain perlu dilakukan
dengan pertimbangan bahwa apabila hanya mengandalkan pasar jasa
konstruksi dalam negeri tentunya akan sulit, karena suatu saat akan
mengalami kejenuhan, dan melalui perluasan pasar diharapkan usaha
konstruksi nasional tetap dapat berjalan. Beberapa peluang pasar konstruksi
terdapat di beberapa negara ASEAN yang relatif sedang berkembang seperti
Kamboja, Laos dan Myanmar, dimana meningkatnya kebutuhan infrastruktur
dan properti didorong oleh pertumbuhan penduduk.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kemampuan dan kualitas
tenaga kerja konstruksi nasional. Antisipasi dampak negatif penerapan MEA
terhadap sektor konstruksi harus dimulai dari pengembangan dan
perlindungan Sumberdaya Manusia (SDM) sektor konstruksi. Ekspansi berbagai
perusahaan konstruksi asing dikhawatirkan akan menendang SDM konstruksi
Indonesia keluar dari pasar tenaga kerja. Perusahaan asing tersebut
dikhawatirkan akan lebih memilih menggunakan SDM negara mereka
dibandingkan menggunakan SDM lokal. Hal ini yang wajib diantisipasi
Pemerintah dengan menerapkan sejumlah langkah kebijakan misalnya
menerapkan kewajiban penggunaan tenaga kerja lokal. Namun hal ini harus
diimbangi dengan upaya pemerintah dan dunia pendidikan nasional untuk
mempersiapkan tenaga-tenaga ahli konstruksi yang handal. Peningkatan
kualitas tenaga kerja nasional ini harus mencakup seluruh tingkatan
pendidikan, baik tenaga kerja keahlian atau kejuruan, namun juga untuk
tenaga kerja yang lebih tinggi kualitasnya. Penyebaran pusat-pusat pendidikan
harus juga dilakukan sehingga ketersediaan tenaga kerja yang handal ini akan
terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Kemudian, dalam rangka melindungi dan mengatur segala sesuatu yang
menjadi dampak perjanjian perdagangan jasa internasional bagi pelaku jasa
konstruksi nasional, pemerintah telah menyiapkan aturannya, salah satunya
adalah melalui Peraturan Menteri PU Nomor 05/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Pemberian Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing.
Berdasarkan peraturan tersebut, terdapat beberapa kewajiban yang harus
dipenuhi penyedia jasa konstruksi asing agar tetap dapat beroperasi di
Indonesia, antara lain memiliki Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing, memiliki sertifikat badan usaha, dan melaksanakan joint operation (kerja
sama operasi) dengan badan usaha
33
BAB VIII
Penutup
penting dan telah menjadi penggerak utama peningkatan daya saing di seluruh
dunia. Dalam kondisi tertentu, proteksi perlu dihapuskan untuk mendorong
kompetisi bagi peningkatan mutu dan daya saing.
Pemerintah harus tetap melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kinerja
jasa konstruksi nasional tetap baik dan bahkan ditingkatkan dari waktu ke
waktu. Dunia semakin kompetitif, semakin banyak pesaing dari negara lain
yang muncul dan dapat berpotensi merebut pasar jasa konstruksi yang telah
di-supply oleh jasa konstruksi nasional.
Pelatihan dan penambahan tenaga kerja konstruksi nasional yang kompetitif
dan diakui internasional perlu dilakukan secara konsisten, dan perlu didukung
oleh seluruh pihak, yaitu pemerintah pusat, daerah, perbankan, ketenaga
kerjaan, dan pendidikan.
Indonesia sebagai pasar jasa konstruksi terbesar di ASEAN, dan nomor 4 di
dunia, menjadi daya tarik bagi pesaing dari negara lain. Pemerintah harus
memberdayakan dan mengutamakan sumber daya lokal dalam rangka
menghadapi MEA 2015 dan mengambil peluang yang ada, serta memberikan
dukungan penuh bagi jasa konstruksi nasional untuk dapat menjadi pemenang
dalam MEA 2015.
35
Daftar Pustaka
36
37
38
Lampiran 2
39
40
Lampiran 3
41