Dengue Shock Syndrom
Dengue Shock Syndrom
LAPORAN KASUS
I.
KASUS
1. Identitas pasien
Nama
Jenis kelamin
Tgl. Lahir
Alamat
No. RM
Tgl. Pemeriksaan
Dokter yang memeriksa
Dokter muda
: Tn. YL
: Laki-laki
: 20-9-1982
: Perum BPP Blok A no 5
: 665659
: 30-5-2014
: dr. Denny
: Amrilmaen Badawi
2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Demam
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 3 hari SMRS, naik turun, mengigil (+). Demam turun
sebentar dengan obat penurun panas kemudian naik lagi. Perdarahan
hidung (+), dialami sejak 2 hari SMRS. Nyeri kepala (+). Mual ada,
muntah ada, frekuensi 2 kali berisi lendir dan darah. Warna muntahan
hitam dengan volume sekitar 50 cc. Nyeri ulu hati (+), menjalar (-),
3. Pemeriksaan Fisis
Status present :
Sakit Berat/Gizi Baik/Komposmentis
Tanda vital :
Kepala :
Mata
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada
Paru
T: 90/70mmHg
N: 138 x/mnt
P: 24 x/mnt
Tipe : Thoracoabdominal
S: 38,0 0C
Ekspresi
: Normal
Simetris muka : kiri = kanan
Deformitas
: (-)
Rambut
: lurus sukar di cabut
Eksoptalmus / Endoptalmus : (-)
Gerakan
: Normal
Tekanan bola mata : t.d.p.
Kelopak mata
: Hiperemis (-), ptosis (-), edema (-)
Konjungtiva
: Anemis (+/+)
Sclera
: Ikterus (-)
Kornea
: Jernih
Pupil
: Isokor, 2,5 mm/ 2,5 mm
Tophi : (-)
Pendengaran : Normal
Nyeri tekan di prosessus mastoideus : (-)
Perdarahan
: (+)
Secret : (-)
Bibir : Kering (+)
Tonsil
: T1/ T1, Hiperemis (-)
Faring
: Hiperemis (-)
Lidah
: Kotor (-)
Gigi geligi : Caries (-)
Gusi
: Perdarahan (+)
KGB
: Tidak ada pembesaran
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran
DVS
: R-2 cmH2O
Pembuluh darah : (-)
Kaku kuduk
: (-)
Tumor
: (-)
Inspeksi
: Simetris kiri = kanan
Bentuk
: Normochest
Pembuluh darah
: (-)
Buah dada : Simetris kiri = kanan
Sela iga
: Simetris kiri = kanan, kesan melebar (-)
Lain-lain
: (-)
Palpasi
: Fremitus raba (-) , nyeri tekan (-)
Perkusi
: Paru kiri = Paru kanan : Sonor
Auskultasi
:
2
Jantung :
Perut
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
: Rh -/- Wh -/Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi
: Pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi
:
BJ I/II : Murni, regular
Bunyi tambahan
: Bising (-)
Inspeksi
: Datar, ikut gerak napas
Palpasi
: MT (-), NT (-)
Hati : Tidak ada pembesaran
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
Alat kelamin
: Tidak ada kelainan
Anus dan rectum
: Tidak ada kelainan
Punggung
:
- Palpasi
: MT (-), NT (-)
- Nyeri ketok : (-)
- Auskultasi
: t.d.p.
- Gerakan
: Normal
Ekstremitas
:
Edema
: -/Petekie (+) = Rumple leede test (+)
Dingin (+)
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 30/5/2014
- Hgb
: 10,4
- Ht
: 28,2
- Leukosit
: 4,8 x 103/l
- Plt
:2 x 103 /l
- IgG/IgM Dengue
: Positif/Positif
- Ureum/Kreatinin
: 34/0,2
- SGOT /SGPT
: 323/239
5. Resume
Planning
Pengobatan
R/ Oksigen via nasal kanul 2-4 liter/menit
R/ IVFD Asering 20 ml/kgBB/jam : 30-120 menit
R/ Paracetamol 500 mg 3x1
R/ Adona 1 amp/8j/drips IV
R/ Omeprazole 40 mg/12j/IV
R/ Transfusi TC 6 Unit
Rencana Pemeriksaan
Analisis Gas Darah
PT, APTT, D-Dimer
Kontrol Darah Rutin
8. Prognosis
Ad functionem : Dubia et bonam
Ad sanationem : Dubia et Bonam
4
Ad vitam
: Dubia et Bonam
9. Follow up
HARI
PERAWATAN
TANDA VITAL
KU
KELUHAN
UTAMA
KEPALA
THORAKS
ABDOMEN
EKSTREMITAS
DIAGNOSA
UTAMA
TERAPI
1-6-2014
31-5-2014
2-6-2014
3-6-2014
4-6-2014
T :100/70 mmHg
T : 100/70 mmHg
T : 110/70 mmHg
T : 110/70 mmHg
T : 110/70 mmHg
N : 80 x/i
N : 100 x/i
N : 80 x/i
N : 84 x/i
N : 100 x/i
P : 22 x/i
P : 28 x/i
P : 24 x/i
P : 21 x/i
P : 28 x/i
S : 37,8 C
SS/GC/CM
Demam (+) sejak
S : 37,4 C
SS/GC/CM
Demam (-)
malam.
S : 37,4 0C
SS/GC/CM
D Demam (-) tadi
tadi
S : 37 C
SR/GC/CM
Demam (-) tadi
S : 36,7 C
SR/GC/CM
Demam (-)
Mimisan
malam. Mimisan
malam.
(+),
(-)
(+),
(-)
ANEMIS : +/+
(-)
ANEMIS : -/-
(-)
ANEMIS : -/-
(-)
ANEMIS : +/+
IKTERUS : -/-
IKTERUS :-/-
IKTERUS :-/-
IKTERUS : -/-
IKTERUS :-/-
DVS : R+1
DVS : R+1
DVS : R+1
DVS : R+1
DVS : R+1
cmH2O
BP : vesikuler
cmH2O
BP : vesikuler
cmH2O
BP : vesikuler
cmH2O
BP : vesikuler
cmH2O
BP : vesikuler
RH : -/-
RH : -/-
RH : -/-
RH : -/-
RH : -/-
normal
normal
normal
normal
normal
H : ttb
H : ttb
H : ttb
H : ttb
H : ttb
L : ttb
EDEMA : -/-
L : ttb
EDEMA : -/-
L : ttb
EDEMA : -/-
L : ttb
EDEMA : -/-
L : ttb
EDEMA : -/-
hari
SMRS.
Mimisan
(+).
NUH
(+).
DHF gr.II
(-)
Mual
DHF gr.II
DHF gr.II
tadi
Mimisan
Mual
(+),
DHF gr.II
malam.
(-)
Mimisan
Mual
(+),
DHF gr.II
Banyak minum 2- Banyak minum 2-3 Banyak minum 2- Banyak minum 2-3 Banyak minum 2-3
3 liter/hari
Connecta infus
terpasang
liter/hari
Connecta infus
terpasang cabang
cabang 2
2
IVFD asering 20 IVFD asering 20
tts/menit
tts/menit
3 liter/hari
Connecta infus
terpasang
liter/hari
Connecta infus
terpasang cabang
cabang 2
2
IVFD asering 20 IVFD asering 20
tts/menit
tts/menit
liter/hari
Connecta infus
terpasang cabang
2
IVFD asering 20
tts/menit
IVFD asering 20
tts/menit
Paracetamol
tts/menit
Paracetamol
tts/menit
Paracetamol
tts/menit
Paracetamol
amp/24j/iv
Inj. Methyl
amp/24j/iv
Inj. Methyl
amp/24j/iv
Inj. Methyl
prednisolon
125mg/24j/iv
Maxiliv tab 2x1
Omeprazole
40mg/12j/iv
II.
tts/menit
Paracetamol
amp/24j/iv
Inj. Methyl
prednisolon
125mg/24j/iv
Maxiliv tab 2x1
Omeprazole
40mg/12j/iv
prednisolon
125mg/24j/iv
Maxiliv tab 2x1
Omeprazole
40mg/12j/iv
amp/24j/iv
Inj. Methyl
prednisolon
125mg/24j/iv
Maxiliv tab 2x1
Omeprazole
40mg/12j/iv
prednisolon
125mg/24j/iv
Maxiliv tab 2x1
Omeprazole
40mg/12j/iv
DISKUSI
Pada anamnesis, pasien demam yang dialami sejak 3 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit dan dirasakan secara terus menerus, sempat turun
dengan minum paracetamol namun naik lagi. Pasien juga mengalami
perdarahan hidung sejak 2 hari SMRS. Dari pemeriksaan tersebut, demam
terjadi secara mendadak, bersifat bifasik, menetap 3-7 hari, dalam 24 jam
terasa ngilu pada kedua tangan dan kaki. Terdapat manifestasi perdarahan
spontan berupa perdarahan hidung. Selain itu, pada anamnesis juga
didapatkan bahwa pasien memiliki riwayat BAB berwarna hitam dan muntah
berwaran hitam dengan volume 50 cc.
Pada pemeriksaan fisik, pasien mengeluh nyeri ulu hati dan rumple
leede (+). Dari pemeriksaan tersebut, terdapat uji turniket positif berarti
fragilitas kapiler meningkat. Dinyatakan positif bila terdapat > 10 petekie
dalam diameter 2,5 cm di lengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.
Selain itu ditemukan tekanan darah 90/70 mmHg, yang menunjukkan tekanan
darah menyempit (20 mmHg) dan ekstremitas dingin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Infeksi virus dengue adalah suatu infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi demam, sakit kepala, nyeri otot atau persendian,
ruam dan trombositopenia. Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu
bentuk dari infeksi virus dengue disertai dengan perembesan plasma yand
ditandai dengan hemokonsentrasi. Perembesan plasma yang terjadi bisa saja
menyebabkan syok hipovolemik yang sering kita sebut sebagai dengue shock
syndrome .(1,2)
II.
Gambar 2. Nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia dan mentransmisikan virus dengue. (5)
10
III.
EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Di Asia Tenggara, angka kejadian DBD meningkat dari dibawah 100.000
kasus pada tahun 1950-1960an menjadi 200.000 kasus pada tahun 90an.
Peningkatan angka kejadian juga dilaporkan terjadi diluar dari area tropis dan
subtropis.(5)
11
Gambar 4. Angka Insiden DBD per 100.000 penduduk di Indonesia tahun 1968-2009. (8)
IV.
GEJALA KLINIS
Menurut WHO 2009, Gambaran klinis dari penderita dengue dibagi atas 3
fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.(8)
A.
Fase Febris
Pada fase ini biasanya demam mendadak tinggi 2-7 hari, suhu tubuh
biasanya mencapai 39-400 C, bersifat bifasik. Pada fase ini juga biasanya
disertai rash atau eritema kulit yang bisa ditemukan pada wajah, leher, atau
dada pada 2-3 hari pertama. Ruam berkembang berbentuk makopapular pada
hari ketiga hingga hari keempat.(4,8)
Selain itu dapat pula ditemukan nyeri seluruh tubuh, mialgia, atralgia
dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan pua nyeri pada tenggorokan,
injeksi farings dan konjugtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini
dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti uji turniket positif atau peteki
dan perdarahan mukosa.Walaupun jarang bisa juga ditemukan epistaksis
12
Terjadi pada hari ke 3-7 dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh
disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang
biasanya berlangsung selama 24-48 jam. Kebocoran plasma sering didahului
dengan penuruna trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.(8)
C. Fase pemulihan
Bila fase kritis terlewati maka terjadilah pengembalian cairan dari
ekstravaskular ke intravaskular secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.
Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan kembali serta hemodinamik
membaik.(8)
V.
PATOGENESIS
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa menkanisme imunopatologis
berperan terhadap terjadinya DBD dan bentuk yang lebih parah berupa DSS.
Adapun respon imun yang berperan adalah:(1)
a. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi oleh antibody. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam
mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini
disebut antibody dependent enchanment.
b. Limfosit T berupa T-helper (CD4) dan T-Sitotoksik (CD8) berperdan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue
13
Selain teori diatas, pada tahun 1973 Halstead mengajukan sebuah hipotesis
tentang secondary heterologous infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi
bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi
menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi
kompleks imun yang tinggi.(1)
14
VI.
DIAGNOSIS
Menurut WHO, kriteria yang harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis
DBD adalah sebagai berikut:(4)
A. Manifestasi Klinis
- Demam, perlangsungan akut, tinggi dan terus menerus, berlangsung
-
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
16
A. Pemeriksaan Laboratorium
VIII.
B. Pemeriksaan Radiologi
PENATALAKSANAAN
Sampai hari ini, tidak ada terapi spesifik untuk demam dengue. Prinsip utama
pengobatan pada penyakit ini cuma berupa terapi suportif. Steroid, antiviral,
maupun karbazokrom tidak memiliki peran yang berarti. Dengan terapi suportif
yang adekuat angka kemtian dapat diturunkan hingga 1%. Pemeliharaan cairan
sirkulasi adalah tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.
Asupan cairan harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral
tidak bisa dipertahankan maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena
untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.(1,5)
Selain terapi cairan, paracetamol bisa digunakan untuk sebagai obat penurun
panas dan analgesik. Aspirin dan dan NSAID lainnya sebaiknya dihindari karena
bisa meningkatkan resiko terjadinya Reyes syndrome dan hemoragik. Assesmen
dari kondisi pasien berupa pemeriksaan lab harus dievaluasi setiap 24 jam untuk
mengawasi tanda-tanda terjainya syok.(5)
Protokol pengobatan infeksi virus dengue yang digunakan di Indonesia
terbagi dalam 5 kategori yaitu:(1)
17
IX.
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue.
Dalam: Sudoyo, A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi V. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2009.p.1731-1735
2. Who yg chapter
3. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue
shock syndrome in the context of the integrated management of childhood
illness. Department of Child and Adolescent Health and Development.
WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva, 2005
4. Who yg comprehensive
5. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: An Escalating Problem. BMJ 2002;
324:1563-6
6. Liolios A. Volume resuscitation: the crystalloid vs colloid debate revisited.
Medscape
2004.
Available
from:
URL:
http://www.medscape.com/
viewarticle/480288
7. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le T, et al. Comparison
of three fluid solutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J
Med 2005; 353:87789
18
8.
19