Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
ABDULLAH AL-HAZMY
G99142059
Pembimbing :
DR. dr. Hj. Noer Rachma, Sp.KFR
I. ANAMNESA
A.
B.
Identitas Pasien
Nama
: An. AN
Umur
: 15 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Status
: Belum Menikah
Tanggal Masuk
: 26 Juli 2016
Tanggal Periksa
: 2 Agustus 2016
No RM
: 01-34-XX-XX
Keluhan Utama
Pasien konsulan dari TS BTKV dengan post amputasi above knee kiri
C.
D.
E.
F.
G.
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Mondok
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat TB
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Status Generalis
Kesan Umum
Status Gizi
: BB
TB
: 48 kg
: 157 cm
: 18x/menit
Suhu : 36,4C
VAS : 5-6
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Trunk
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Oedem
-
B.
Akral dingin
-
Feel
Movement
: sde
C. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
Penampilan
Kesadaran
Afek
: normoafek
Mood
: eutimik
Keserasian : serasi
Gangguan persepsi
4
Halusinasi (-)
Ilusi (-)
Proses Pikir
Bentuk
Isi
Arus
: realistik
: waham (-)
: koheren
Daya konsentrasi
Orientasi
Daya ingat
: baik
: baik
:Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Daya Nilai
Insight
: baik
: dapat dipercaya
D.
Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Sensorik
Rasa Ekseteroseptik
Lengan
Tungkai
Suhu
(+/+)
( + / SDE )
Nyeri
(+/+)
( + / SDE )
Rabaan
(+/+)
( + / SDE )
Rasa Propioseptik
Lengan
Tungkai
Rasa Getar
(+/+)
( + / SDE )
Rasa Posisi
(+/+)
( + / SDE )
(+/+)
( + / SDE )
(+/+)
( + / SDE )
Rasa Kortikal
Stereognosis
: normal
Barognosis
: normal
Pengenalan 2 titik
: normal
Nervus Cranialis
Lesi N. VII tidak ada kelainan
Lesi N. XII tidak ada kelainan
E.
Elbow
Wrist
Finger
Flexi
Extensi
Abduksi
Adduksi
Internal rotasi
External rotasi
Flexi
Extensi
Supinasi
Pronasi
Flexi
Extensi
Ulnar deviasi
Radius deviasi
MCP I flexi
MCPII,III,IVflex
i
DIP II,III,IV flexi
PIP II,III,IV flexi
MCP I extensi
Trunk
Flexi
Extensi
Rotasi
Extremitas Inferior
Aktif
0-70o
0-40o
0-90o
0-90o
Pasif
0-70o
0-40o
0-90o
0-90o
Dextra
Aktif
Pasif
o
0-180
0-180o
o
0-30
0-30o
0-150o
0-150o
0-75o
0-150o
o
0-90
0-90o
0-90o
0-90o
o
0-150
0-150o
150-0o
150-0o
o
0-90
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
o
0-70
0-10o
0-30o
0-30o
o
0-30
0-30o
0-90o
0-90o
o
0-90
0-90o
Sinistra
Aktif
Pasif
o
0-180
0-180o
o
0-30
0-30o
0-150o
0-150o
0-150o
0-150o
o
0-90
0-90o
0-90o
0-90o
o
0-150
0-150o
150-0o
150-0o
o
0-90
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
o
0-10
0-40o
0-30o
0-30o
o
0-30
0-30o
0-90o
0-90o
o
0-90
0-90o
0-90o
0-100o
0-30o
0-90o
0-100o
0-30o
ROM pasif
0-90o
0-30o
0-35o
Dextra
0-90o
0-100o
0-30o
0-90o
0-100o
0-30o
ROM aktif
0-90o
0-30o
0-35o
Sinistra
Hip
Knee
Ankle
Flexi
Extensi
Abduksi
Adduksi
Flexi
Extensi
Dorsoflexi
Plantarflexi
Aktif
0-140o
0-30o
0-45o
0-45o
0-130o
0o
0-40o
0-40o
Pasif
0-140o
0-30o
0-45o
0-45o
0-130o
0o
0-40o
0-40o
Aktif
0-140o
0-30o
0-45o
0-45o
Sde
Sde
Sde
Sde
Pasif
0-140o
0-30o
0-45o
0-45o
Sde
Sde
Sde
Sde
Flexor
Extensor
Abduktor
Adduktor
Rotasi internal
Rotasi
eksternal
Elbow
Flexor
Extensor
Supinator
Pronator
M.deltoideus antor
M.biceps brachii
M.deltoideus antor
M.teres major
M.deltoideus
M.biceps brachii
M.latissimus dorsi
M.pectoralis major
M.latissimus dorsi
M.pectoralis major
M.teres major
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Sinistr
a
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
M.pronator teres
M.biceps brachii
M.brachialis
M.triceps brachii
M.supinator
M.pronator teres
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Dextra
5
Sinistr
a
5
Ekstremitas Superior
Wrist
Flexor
Extensor
Abduktor
Adduktor
Finger
Flexor
M.flexor carpi
radialis
M.extensor
digitorum
M.extensor carpi
radialis
M.extensor carpi
ulnaris
M.flexor digitorum
Dextra
Extensor
M.extensor
digitorum
Extremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
G.
Flexor
Extensor
Abduktor
Adduktor
Flexor
Extensor
Flexor
Extensor
Dextra
5
5
5
5
5
5
Sinistr
a
5
5
5
5
Sde
Sde
5
5
Sde
Sde
M.psoas major
M.gluteus maximus
M.gluteus medius
M.adductor longus
Hamstring muscles
M.quadriceps
femoris
M.tibialis
M.soleus
FUNGSI
SKOR
2
Kontinensia (teratur)
Kontinensia
Mandiri
Membutuhkan
bantuan,
tapi dapat melakukan
beberapa sendiri
2
2
Mengendalikan rangsang
pembuangan tinja
Mengendalikan rangsang
berkemih
Membersihkan diri (seka
muka, sisir rambut, sikat
gigi)
Penggunaan jamban, masuk
dan keluar (melepaskan,
memakai celana,
membersihkan, menyiram)
Makan
Berubah sikap dari
berbaring ke duduk
Berpindah/ berjalan
8
9
Memakai baju
Naik turun tangga
2
1
Mandiri
Butuh sedikit bantuan
untuk bisa duduk
Mampu dengan
menggunakan alat bantu
Mandiri
Membutuhkan
bantuan
(alat bantu)
Mandiri
2
3
5
6
10 Mandi
Total Skor ADL : 17
KETERANGAN
Nilai
10,5
29,1
3,90
35,0
418
B
123
17,3
0,41
137
3,9
105
12.0
35.0
Non reaktif
Satuan
g/dL
%
.106/uL
.103/uL
.103/uL
Rujukan
13,5 17,5
33 45
4,5 5,9
4,5 11
150 450
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mmol/L
mmol/L
mmol/L
detik
detik
60 140
19-44
0,6 1,1
136 145
3,3 5,1
98 106
10,0 15,0
20,0 40,0
Non Reaktif
IV. ASSESMENT
V.
Klinis
Topis
: Femur sinistra
Etiologi
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein extra putih telur
Medikamentosa :
1. Infus Ringer Laktat 20 tpm
2. Injeksi Ceftriaxon 1 g/12 jam
3. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
4. Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
VI.
DAFTAR MASALAH
Problem medis:
Post amputasi
Problem Rehabilitasi Medik :
Fisioterapi: post amputasi transfemoral sinistra
Okupasi terapi : penurunan fungsi fisik kehidupan sehari-hari
Terapi wicara : tidak ada
Sosio-medik: respon lingkungan terhadap kondisi pasien
Orthesa-prothesa :ambulasi pasien dependen
Psikologi: Terapi psikosuportif dalam menghadapi keadaan pasien,
mengurangi beban pikiran dan kecemasan pasien karena penyakit
dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
VII. PENATALAKSANAAN
Terapi Rehabilitasi Medik
Orthesa-Prothesa :
memfasilitasi mobilitas bertahap dengan axilary crutch, above knee
prosthesia bila punting sudah matang.
Psikologi : Psikoterapi
supportif.
Perbaikan
keadaan
umum
sehingga
B. Jangka Panjang
1. Meminimalkan impairment, disability dan handicap
2. Membantu penderita sehingga mampu mandiri
dalam
: ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
11
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Secara definisi amputasi adalah hilangnya bagian tubuh seseorang. Operasi
amputasi sendiri merupakan suatu teknik operasi rekonstruksi dan plastik yang
akan membentuk sebuah alat gerak yang sesuai untuk fitting sebuah prostetik yang
nyaman dan fungsional.2
B. Prevalensi
Survei Kayne and Newman didapatkan 5830 amputasi baru yang
disebabkan oleh berbagai sebab. Mereka menemukan 70% dari amputasi
disebabkan oleh penyakit infeksi dan vaskuler, trauma, 22%; tumor, 5%; dan
deformitas congenital, 3%. Kebanyakan amputasi karena penyakit terjadi pada
usia 61-70 tahun, untuk trauma, 21-30 tahun, dan untuk tumor, 11-20 tahun.
Perbandingan antara pria dan wanita adalah 2,1:1 pada penyakit, 7,2:1 pada
trauma, 1,3:1 pada tumor, dan 1,5:1 pada deformitas congenital. Perbandingan
antara amputasi ekstremitas bawah dan atas adalah 11:1. Distribusi dari amputasi
bawah lutut berdasarkan tingkatan Syme, 3%; transtibial 9%; knee disarticulation,
1%; transfemoral, 35%; dan hip disarticulation, 2%.1
C. Etiologi
Penyebab amputasi sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi :4
a
12
Trauma - 30%
Paling sering terjadi pada usia antara 17-55 tahun (71% pria).
Tumor 5%
Biasanya tampak pada usia sekitar 10-20 tahun. Dalam kasus
Partial Foot
Symes(ankle disarticulation)
Transtibial (below knee)
Through knee (knee disarticulation)
Transfemoral (above knee)
Hip Disarticulation
Hemipelvectomy
13
sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan iskemia yang
memerlukan ablasi alat gerak.4
Fungsi lutut sendiri bersifat sangat penting pada manajemen rehabilitasi
dengan penggunaan prostetik sehingga setiap usaha selalu dibuat untuk
menyelamatkan lutut. Amputasi bawah lutut merupakan suatu prosedur
rekonstruktif yang memerlukan perhatian yang cermat terhadap detail tekniknya.
Level ini dipilih berdasarkan ketersediaan jaringan yang sehat termasuk
pemahaman potensi penyembuhan dari alat gerak yang iskemi. Sisi pemotongan
adalah level dimana terdapat cukup jaringan lunak untuk menghasilkan puntung
yang dapat sembuh dengan baik dan mempunyai toleransi terhadap prostetik. 4
Panjang puntung sebaiknya dipertahankan setinggi 6 inchi dari tibia
plateau hingga akhir dari lapisan penyembuhan puntung. Puntung yang lebih
panjang dari ini memerlukan prostetik yang besar karena sirkumferensial disekitar
kruris lebih besar dibanding kaki yang intak. Bentuk puntung yang baik adalah
kerucut, rapat, dan tidak ada perlekatan pada tulang. Tidak ada jaringan yang
tersisa diakhir puntung. Sirkumferensial harus lebih kecil di distal dibanding
proximal.5
F. Indikasi dan Tujuan Operasi Amputasi
Indikasi amputasi:2,4
a
tetapi kebanyakan penderita juga berharap adanya perbaikan fungsi, hal ini
tergantung pada 5 faktor : kemampuan keseluruhan, mental dan fisik penderita,
ketingggian amputasi, puntung amputasi, prostetik, rehabilitasi.4
G. Komplikasi Amputasi dan Penatalaksanaannya
1
Masalah Kulit
14
Infeksi
Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan terapi
antibiotik. Jika sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi antibiotik.3
3
Masalah tulang
Penggunaan prostetik tidak memberikan pembebananpada sistem skeletal
15
Skoliosis timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak
sama. Dapat diterapidengan mengkoreksi panjang prostetik. Dengan tidak adanya
latihan stretching harian, scoliosis bisa menjadi menetap. Oleh karena itu.
latihan untuk range of motion disarankan untuk pertumbuhan anak.3
4
Neuroma
Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk distal neuroma bila
menyembuh. Pada beberapa kasus, nodular bundles dari akson ini di jaringan ikat
akan menyebabkan nyeri saat prostetik memberikan tekanan. Pada awalnya, nyeri
dapat dihilangkan dengan memodifikasi socket. Neuroma dapat pula diinjeksi
secara lokal dengan 50 mg lidocaine hydrochloride (xylocaine) dan 40 mg
triamcinolone actonide (Kenalog). Injeksi ini dapat dikombinasikan dengan terapi
ultrasound.4
5
Phantom Sensation
Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu
Phantom Pain
16
Edema
17
18
Kontraktur sendi/deformitas
19
20
Gambar 2.2 Posisi yang tidak boleh dilakukan pada pasien amputasi.5
b. Latihan
Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian
proksimal alat gerak yang diamputasi. Latihan isometrik pada bagian otot
quadriceps dapat dilakukan untuk mencegah deformitas pada amputasi di bawah
lutut. Latihan ini dimulai saat drain telah dilepas dalam 2-3 hari paska operasi.
Tingkatkan latihan mejadi aktif secara bertahap, dari latihan tanpa tekanan
kemudian menjadi latihan dengan tahanan pada puntung. Pada awalnya puntung
sangat sensitif dan pasien didorong untuk berusaha mengurangi sensitifitasnya.
21
Hal ini juga akan membantu pasien untuk mulai mengatasi keterkejutan
menghadapi kenyataan bahwa alat geraknya sudah tidak ada.4
9
diamputasi dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi pada fungsi respirasi dan
sirkulasinya. Diberikan pada hari-hari pertama paska operasi dan dilanjutkan
sampai tidak terdapat dahak dan pasien dapat berambulasi.4
H. Transfer, Keseimbangan, Berjalan
1. Transfer
Pasien dapat duduk di kursi roda sejak hari pertama paska operasi apabila
pasiennya sudah dalam kondisi sadar dan kooperatif. Transfer ke kursi roda dari
tempat tidur dapat dilakukan dengan cara transfer ke belakang atau ke samping
dengan bantuan sliding board. Transfer ke samping lebih mudah ke arah sisi alat
gerak yang tidak diamputasi. Pasien dengan amputasi bilateral melakukan transfer
ke depan menuju tempat tidur atau toilet karena transfer ke samping memerlukan
lebih banyak kekuatan. Saat satu metode transfer telah ditentukan, seluruh tim
rehabilitasi harus mempergunakan metode yang sama untuk menguatkannya.
Setelah transfer, pasien kemudian diajarkan bagaimana melakukan manuver kursi
roda. Hal ini akan membuat pasien mampu berkeliling ruang perawatan dan
memberikan rasa bebas pada pasien.4
2. Latihan keseimbangan
Keseimbangan saat duduk dapat diperbaiki dengan mendorong timbulnya
reaksi keseimbangan, dengan melakukan tapping ke seluruh arah, atau dengan
stabilisasi batang tubuh jika pasien tidak stabil. Tahap berikutnya dapat diberikan
balance board (wobble board). Reedukasi keseimbanganke arah lateral ke
anterior-posterior.4
3. Latihan berjalan
Pasien dengan amputasi kaki unilateral biasanya dapat mulai berjalan
sebelum prostetik di fitted dengan menyeimbangkan satu kaki dengan penyokong
lengan bawah atau underarm crutches. Pasien dengan amputasi bilateral dilatih
22
untuk melakukan transfers dengan kursi roda. Latihan melakukan partial weight
bearing dapat dilakukan pada parallel bars dengan atau tanpa alat bantu. Saat
luka telah sembuh, pasien mempunyai puntung yang cukup kuat disokong oleh
compression socks atau bandage dan latihan berjalan pun dapat dilakukan pada
parallel bars. Tergantung stabilitasnya, pasien kemudian dapat meningkatkan
latihannya dengan mempergunakan alat bantu frame atau crutches. Bentuk
mobilisasi ini bermanfaat untuk pasien agar dapat bergerak di sekitar rumah
karena lebih mudah dan lebih cepat daripada mempergunakan prostetik, selain itu
pula tidak seluruh ruangan dapat dicapai bila pasien mempergunakan kursi roda.4
I. Rehabilitasi Prostetik
Keberhasilan rehabilitasi prostetik tergantung dari banyak faktor. Satu
yang paling penting dan sering diperhatikan adalah keinginan dan motivasi
pasien. Hal ini tidak membuat perbedaan bagaimanapun sederhana atau
berpengalamannya
prostesis
jika
pasien
tidak
memiliki
usaha
untuk
peresepan yang benar harus ditulis sehingga tidak ada kesalahan atau
kesalahpahaman tentang pemesanan. Penulisan resep yang detail harus dilakukan
meliputi semua komponen termasuk bahan yang digunakan dipabrik, bentuk
socket, metode penyangga, tipe dari mekanisme lutut, cetakan, dan pemasangan
sendi ankle.3
Kategori kaki transtibia :7
1
2
3
rigid
Single Axis : kaki datar cepat, meningkatkan stabilitas lutut
Multi-Axis : beradaptasi dengan tanah yang tidak rata, baik untuk berjalan di
mendorong
Energy storing : carbon keel, menyimpan energi dalam posisi awal,
memberikan kembali saat kaki diangkat, baik untuk tingkat aktivitas yang
lebih tinggi.
Gambar 2.3
1,7
24
Gambar
2.5
Gambar
2.4
Gambar 2.6
1,7
J. Prognosis
Setelah periode segera untuk kematian secara langsung berkaitan dengan
operasi, Roon dan rekan kerja menemukan 5 tahun diharapkan tingkat
kelangsungan hidup setelah amputasi ekstremitas bawah menjadi 45%
dibandingkan dengan 85% populasi normal untuk usia yang disesuaikan. Mereka
juga melaporkan bahwa kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi nondiabetic
hampir normal sekitar 75%, sedangkan kelangsungan hidup 5 tahun untuk
amputasi diabetes hanya 39%. Laporan lainnya tingkat kematian 30%, 50% dan,
70%, setelah 5, 10, dan 15 tahun, masing-masing, pada mereka dengan
ekstremitas kritis iskemia. Kematian ini terutama disebabkan oleh komorbiditas
penyakit jantung dan otak. Faktor resiko meliputi merokok, diabetes, dan
hypertension. Dari pasien yang selamat, iskemia tungkai kritis akan berkembang
pada sisa ekstremitas dalam l8% - 28% dalam waktu 2 tahun amputasi. Penderita
diabetes tidak hanya mengalami gangguan vaskuler, tetapi juga menderita
neuropati sensorik menuju ulserasi. Tindak lanjut perawatan ekstremitas
kontralateral disvasculer termasuk pemotongan kuku dan kalus, konseling tentang
perawatan kulit kaki, hanya menggunakan pisau cukur listrik untuk mencukur
kaki, dan kontrol ketat dari diabetes.1
Pada tahun 1960, ketahanan hidup 5 tahun untuk osteogenic sarkoma
adalah kurang dari 20%, tapi bertahan hidup 3 tahun telah ditingkatkan menjadi
60%-85%, dengan perbaikan hidup yang sama untuk sarcoma tulang dan jaringan
lunak lainnya.1
26
DAFTAR PUSTAKA
1
27