Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi

Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan


saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang
diperlukan tubuh (kamus bahasaIndonesia). Berikut
pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau
kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999).
Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya mineral FE sebagai bahan yang diperlukan untuk
pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, kapita selekta, jilid 2 edisi

3, Jakarta 1999). Anemia secara umum adalah turunnya kadar


sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
B. Etiologi

Penyebab anemia yang sering diderita adalah kekurangan zat


gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin
B12 dan asam folat. Anemia juga dapat diakibatkan dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10.

Ulkus peptikum

11.

Kanker atau polip disaluran pencernaan

12.

Tumor ginjal atau kandung kemih

13.

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

14.

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

15.

Kekurangan zat besi

16.

Kekurangan vitamin B12

17.

Kekurangan asam folat

18.

Kekurangan vitamin C

19.

Penyakit kronik

20.

Meningkatnya penghancuran sel darah merah

21.

Pembesaran limpa

22.

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

23.

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

24.

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

25.

Sferositosis herediter dan elliptositosis herediter

26.

Kekurangan G6PD

27.

Penyakit sel sabit

28.

Penyakit hemoglobin C dan penyakit hemoglobin E

C. Tanda dan Gejala Anemia

1. Lemah, letih, lesu dan lelah.


2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang kunang.

3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan


telapak tangan menjadi pucat.
D. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum


sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sum sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan.
Masalah dapat diakibatkan oleh efek sel darah merah yang
tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Lisis sel darah
merah terjadi dalam sistem fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Proses
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg / dl atau kurang,kadar 1,5 mg /
dl mengakibatkan ikterik pada sklera. Anemia merupakan
penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan

oksigen pun akan kurang, akibatnya dapat menghambat kerja


organ organ penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari
2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak
akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat
menangkap, jika sudah rusaktidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
E. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :


1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 14 g/dl )
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% 41%)
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah
tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
(pada anemia aplastik)
F. Data Fokus

Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data


subjektif merupakan data yang diperoleh berdasarkan
pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa yang
dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data
objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.
Biasanya data fokus yang didapatkan adalah :

Data Subjektif :
1. Pasien mengatakan lemah, letih, lesu.
2. Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
3. Pasien mengatakan mual.
4. Pasien mengatakan sering haus.
Data Objektif :
1. Pasien tampak lemah, letih, lesu
2. Berat badan menurun, pasien tidak mau makan
3. Pasien tampak mual dan muntah muntah.
4. Bibir tampak pecah pecah, kulit pasien tampak kering.
G. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang paling utama pada penderita anemia
adalah lemah atau pusing.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa.
3. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit anemia


sebelumnya ?
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti diabetes militus, penyakit jantung, struk ?
H. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea,
vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
2. Kulit
Kulit kering, kuku rapuh.
3. Mata
Penglihatan kabur, perdarahan retina.
4. Telinga
Vertigo, tinitus.
5. Mulut
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.

6. Paru paru
Dispneu.
7. Kardiovaskuler
Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
8. Gastrointestinal
Anoreksia.
9. Muskuloskletal
Nyeri pinggang, nyeri sendi.
10.

System persyarafan

Nyeri kepala, bingung, mental depresi, cemas.


I. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak


adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi
tertekan).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen /nutrisi ke sel.
J. Intervensi dan rasional

1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan


tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan
hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit
(respon inflamasi tertekan).
a. Tujuan

Infeksi tidak terjadi.


b. Kriteria Hasil

Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan


risiko infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka.
c. Intervensi

1) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan.


2) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral.
d. Rasional

1) Mencegah kontaminasi mikroorganisme.


2) Menurunkan risiko kerusakan kulit, jaringan atau infeksi.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan


penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.
a. Tujuan

Peningkatan perfusi jaringan.


b. Kriteria Hasil

Penunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.


c. Intervensi

1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit


/membran mukosa, dasar kuku.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
d. Rasional

1) Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan


perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
2) Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

a. Tujuan

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.


b. Kriteria Hasil

1) Menunujukkan peningkatan / mempertahankan berat


badan dengan nilai laboratorium normal.
2) Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
3) Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai.
c. Intervensi

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.


2) Observasi dan catat masukan makanan untuk penderita
anemia.
3) Timbang berat badan setiap hari.
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering atau
makan diantara waktu makan.
d. Rasional

1)

Mengidentifikasi defisiensi, mengawasi masukkan kalori

atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.

2)

Memudahkan intervensi.

3)

Mengawasi penurunan berat badan.

4)

Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukan

nutrisi.
K. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana


tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
Evaluasi pada pasien dengan diagnose medis anemia adalah :
1. Infeksi tidak terjadi.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Peningkatan perfusi jaringan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Identitas Pasien

Nama : Tn. H
Umur : 80 tahun

Jenis kelamin : Laki laki


Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. Registrasi : 0182
Diagnosa medis : Anemia
Tanggal masuk Rumah Sakit: 12 Februari 2014, Rabu
Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2014, Kamis
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung
Tandala Kawalu
b. Identitas Penanggungjawab

Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Kp. Cipanengah RT 01 / RW 06, Kecamatan Gunung
Tandala Kawalu.
2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sakit kepala (pusing).


3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 13 Februari 2014, Kamis, pukul 08.30 WIB,


pasien mengeluh mual, muntah muntah, lemah, lemas,
pusing pada pagi hari Pusing dirasakan setelah beraktivitas
mencangkul padi, pusing yang dirasakan pada bagian depan
atas. Skala nyeri: 3 (nyeri sedang).
4. Riwayat Jesehatan Dahulu

Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami


penyakit yang dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah
Sakit.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit


keturunan seperti diabetes militus, penyakit jantung, struk,
hipertensi.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum

Pasien tampak bersih


2. Tingkat Kesadaran

Apatis
3. Tandatanda Vital

a. Tekanan darah : 120 / 60 mmHg


b. Nadi : 85 x / menit
c. Pernafasan : 28 x / menit
d. Suhu : 36,2 0 C

4. Berat Badan dan Tinggi Badan

Berat badan dan tinggi badan telah dikaji namun keluarga


pasien tidak tahu dan pasien tidak bersedia untuk dilakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan.
5. Pemeriksaan Head to Toe

a. Kepala/rambut
Simetris, warna rambut hitam dan beruban, terlihat rapi,
penyebaran rambut merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, rambut tampak bersih.
b. Mata
Simetris, penglihatan tidak tajam, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, tampak bersih.
c. Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada
perdarahan, tidak ada serumen.
d. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman
normal, tidak ada sekret, tidak ada kotoran, tidak ada luka,
ada bulu hidung, tidak ada perdarahan.
e. Mulut
Simetris, gigi tidak lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor,
warna bibir sedikit merah.

f. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih,
tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi.
g. Dada (paru paru dan jantung)
Bentuk dada simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat,
tidak ada penumpukan cairan pada pleura.
h. Ketiak
Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan,
tidak ada pigmentasi.
i. Perut
Simetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar,
tidak ada penumpukan cairan.
j. Genetalia
Tidak ada keluhan maupun kelainan.
k. Kulit dan kuku
Kulit keriput, kering, warna kulit kuning langsit, kuku dan kulit
tampak bersih.
l. Ekstermitas atas
Simetris, ada nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang
infus, tidak ada kelainan, agak lemah.
Kekuatan otot : 4 3

m. Ekstermitas bawah
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih.
Kekuatan otot : 4 4
C. Aktiftas Sehari-hari
No.

1.

Aktivitas

Sebelum sakit

Sesudah sakit

1) Jenis

Nasi

D5

2) Frekuensi

2x / 3x sehari

Belum makan

3) Porsi

1 porsi habis

Tidak ada

4) Keluhan

Tidak ada

Ada

1) Jenis

Air putih / kopi

Air putih

2) Frekuensi

4x / hari

1 gelas

3) Keluhan

Tidak ada

Tidak ada

Nutrisi
a. Makan

b.

2.

Minum

Eliminasi

a. BAK
1) Frekuensi

4x / hari

2x

2) Warna

Kuning / putih

Kuning

3) Keluhan

Tidak ada

Tidak ada

1) Frekuensi

1x / hari

Belum

2) Warna

Kuning khas

Tidak ada

3) Konsistensi

Lembek

Tidak ada

4) Keluhan

Tidak ada

Tidak ada

2x / hari

1x

2x / hari

Belum

3x / minggu

Belum

b. BAB

3.

Personal higiene

a. Mandi

b.

Gosok gigi

c. Keramas
4.

Istirahat dan tidur

a. Malam

1) Frekuensi

8 jam

4 jam

2) Keluhan

Tidak ada

Ada

1) Frekuensi

2 jam

Belum

2) Keluhan

Tidak ada

Tidak ada

Tani / mencangkul

Istirahat

Tidak ada

Ada

b. Siang

5.

Mobilisasi dan aktivitas


a.

Jenis aktivitas

b.

Keluhan

D. Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium

Gula darah sewaktu: 144,0


Faal ginjal(kreatinin): 1,38 *
Faal hati: SGOT 52,5 *
SGPT: 74,6 *
2. Terapi

Infus D5
Obat injeksi :
Levofioksan 11

Pantoprazol 11
Kalneks 31
E. Analisa Data
No.

Data

Etiologi

Masalah

Kekurangan jumlah sel darah

1.

Ds : Pasien mengatakan pusing

merah didalam tubuh

pada bagian depan atas kepala.

Pengangkutan sel darah

Do : Pasien tampak

merah ke seluruh tubuh tidak

meringis kesakitan,

optimalSedangkan sel darah

mengeluh, tampak tidak

merah diperlukan untuk


mengangkut oksigen ke

nyaman pada sakit pada

Gangguan rasa
nyaman nyeri

dalam otak

kepalanya, skala nyeri : 3

Sehingga suplai oksigen ke

(nyeri sedang).

dalam otak pun berkurang


Sakit kepala (pusing)
Gangguan rasa nyaman nyeri

2.

Ds : Pasien mengatakan belum

Mual

Gangguan

makan, lemas, mengeluh mual. Mual dapat merangsang

pemenuhan

Do : Pasien tampak mual output dari dalam tubuh

kebutuhan nutrisi

dan muntah muntah,

Muntah muntah

lemas, muka pucat.


Tubuh kekurangan nutrisi

Intek tidak terpenuhi

Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi

Ds : Pasien mengatakan lemah, Tangan kiri dipasang infus


lemas.
Do : pasien tidak bisa

Tangan kiri tidak dapat


bergerak bebas dengan

beraktivitas dengan
3.

leluasa

leluasa karena badanya

Gangguan aktivitas

lemah, tangan kiri tidak

Keterbatasan dalam

bisa digerakan dengan

melakukan aktivitas

bebas karena terpasang


infus.

Gangguan aktivitas

F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut prioritas masalah

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan


berkurangnya pengangkutan sel darah merah ke seluruh
tubuh.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan mual dan muntah.
3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan terpasang infus
pada tangan kiri.
G. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI

No.

1.

Intervensi
Diagnosa keperawatan

Tujuan

Perencanaan

Rasional

Gangguan rasa

Setelah dilakukan

Observasi tanda Mengobservasi tanda

nyaman

tindakan keperawatan

tanda vital

tanda vital dapat

nyeriberhubungan

selama 30 menit

Relaksasi

membantu dalam

dengan berkurangnya diharapkan tanda

13 Februari 201

Kamis, pukul 08
WIB.

menentukan diagnosa

Mengobserv

keperawatan dan dapat

tanda tanda v

pengangkutan sel

tanda vital normal

darah merah ke

kembali, nyeri pada

memberikan tindakan

seluruh tubuh.

kepala dapat

keperawatan dengan

Ds : Pasien

berkurang dan hilang.

tepat.

Distraksi

Implementasi

mengatakan pusing

Relaksasi dapat

pada bagian depan

mengurangi rasa

atas kepala.

nyeri pada kepala,

dengan hasil

tekanan darah :
/ 80 mmHg

nadi : 85x / me

tidak
Do : Pasien tampak

memperparah

meringis kesakitan,

nyeri.

pernafasan : 28
menit

mengeluh, tampak
tidak nyaman pada

Distraksi dapat

sakit pada

memberikan

kepalanya, skala

ketenangan pada

Memposisika

nyeri : 3 (nyeri

pasien, sehingga

pasien denga

sedang).

suhu : 36,2 0 C

pasien tidak fokus tepat dan nyam


pada nyeri.

memberikan

lingkungan ya

tenang, memba

pengunjung

menganjurka

pasien beristira

dengan tenan

Menganjurka

pasien untuk

menarik nafa

secara perlaha

memotivasi pas

untuk sembu
kembali.

2. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi

Pasien mampu

menghabiskan 1 porsi Beri minum air

berhubungan dengan

makan, kebutuhan

mual dan muntah.

nutrisi terpenuhi,

Ds : Pasien

mempertahankan

mengatakan belum

keseimbangan berat

makan, lemas,

Beri nutrisi

badan yang sesuai,

hangat (cairan)

Beri makan
sedikit tapi sering

Membantu rencana

diet untuk memenuhi dengan ahli gizi da


kebutuhan nutrisi

memberikan maka

pasien.

yang sesuai deng

Air hangat dapat

kebutuhan pasie

merangsang

Memberika

kenyamanan perut minum air han

tidak mual dan tidak


lemah, mengeluh
mual.

muntah muntah.

Berkolaboras

agar tidak merasa


mual dan muntah

muntah.
Do : Pasien tampak
mual dan muntah

Meningkatkan

muntah, lemas,

energi dan

lemah, muka pucat,

mengurangi

konjungtiva

pengeluaran

anemis.

energiyang

Memberika

makan sedikit t
sering.

berlebihan.

3.

Gangguan aktivitas

Pasien dapat

Anjurkan dan

Menghindari

berhubungan dengan

melakukan gerakan ajarkan pasien untuk terjadinya kekakuan

terpasang infus pada

ringan dengan baik.

melakukan gerakan otot otot pada tangan

Menganjurkan

mengajarkan pa
pasien untuk

tangan sebelah kiri.

ringan pada tangan

yang terpasang infus.

melakukan gerak

Ds : Pasien

yang terpasang infus.

menghindari

ringan pada tang

mengatakan lemah.

Anjurkan pasien

terjadinya

yang terpasang in

untuk melakukan

kekakuan pada

Do : pasien tidak

gerakan ringan

ekstermitas atas

bisa beraktivitas

pada ekstermitas

dan bawah.

dengan leluasa

atas dan bawah.

karena badanya
lemah, tangan kiri
tidak bisa
digerakan dengan
bebas karena

Menganjurka

pasien untuk

melakukan gera

ringan pada

ekstermitas at

dan bawah.

terpasang infus.

DAFTAR PUSTAKA
11.

Doenges, Marilynn E, dkk, 2000, rencana asuhan

keperawatan, edisi 3, EGC. Jakarta.


2. Wikjnjo Sastro Hanifa, 2002, ilmu kebidanan, yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.
3. Mansjoer, dkk, 2001, kapita selekta kedokteran jilid I,
media aesculapius fakultas universitas indonesia, Jakarta.
4. Tucker susan martin, dkk, 1999, standar perawatan
pasien, proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi, edisi
V, Vol IV, EGC Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat
a). Keletihan, kelemahan, malaise umum.
b). Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
c). Toleransi terhadap latihan rendah.
d). Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2. Sirkulasi
a). Riwayat kehilangan darah kronis,
b). Riwayat endokarditis infektif kronis.
c). Palpitasi.
3. Integritas ego
a). Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya:
penolakan tranfusi darah.
4. Eliminasi
a). Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal.
b). Flatulen, sindrom malabsobsi.
c). Hematemesi, melana.
d). Diare atau konstipasi

5. Makanan / cairan
a). Nafsu makan menurun
b). Mual/ muntah
c). Berat badan menurun
6. Nyeri / kenyamanan
a). Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
7. Pernapasan
a). Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
8. Seksualitas
a). Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore
b). Menurunnya fungsi seksual
c). Impotent
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi ke sel.
Ditandai dengan:
a). Palpitasi,
b). kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh,
c). ekstremitas dingin
d). perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat
e). ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi
Tujuan: menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat
2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
Ditandai dengan:
a). Kelemahan dan kelelahan

b). Mengeluh penurunan aktifitas /latihan


c). Lebih banyak memerlukan istirahat /tidur
d). Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan darah,
Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna,
absorbsi makanan
Ditandai dengan:
a). Penurunan berat badan normal
b). Penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut.
c). Nafsu makan menurun, mual
d). Kehilangan tonus otot
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan.
4. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses
pencernaan , efek samping penggunaan obat
Ditandai dengan :
a). Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses
b). Mual, muntah, penurunan nafsu makan
c). Nyeri abdomen
d). Ganguan peristaltic
Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder yang tidak adekuat.
Ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala- gejala yang
membuat diagnosa actual
Tujuan: terjadi penurunan resiko infeksi

3.3 Intervensi dan Implementasi


Diagnosa 1
1. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku
2. Beri posisi semi fowler
3. Kaji nyeri dan adanya palpitasi
4. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien
5. Hindari penggunaan penghangat atau air panas
Kolaborasi:
1. Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM
2. Berikan SDM darah lengkap /pocket
3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi
Diagnosa 2
1. Kaji kemampuan aktifitas pasien
2. Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas
3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan
4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi
5. Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk.
Diagnosa 3.
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien
3. Timbang berat badan tiap hari
4. Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering
5. Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan
6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik

Kolaborasi:
1. Konsul pada ahli gizi
2. Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen. 3. Berikan
suplemen nutrisi
Diagnosa 4
1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
2. Kaji bunyi usus
3. Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung
4. Hindari makan yang berbentuk gas
5. Kaji kondisi kulit perianal
Kolaborasi
1. Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang
2. Beri laksatif
3. Beri obat anti diare
Diagnosa 5.
1. Tingkatkan cuci tangan dengan baik
2. Pertahan kan tehnik aseptik ketat pada setiap tindakan
3. Bantu perawatan kulit perianal dan oral dengan cermat
4. Batasi pengunjung
Kolaborasi
1. Ambil spesemen untuk kultur
2. Berikan antiseptic topikak, antibiotic sistemik.
3.4 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999: 28).
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah:
a). Infeksi tidak terjadi.
b). Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c). Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
d). Peningkatan perfusi jaringan.
e). Dapat mempertahankan integritas kulit.
f). Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
g). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai