BAB 1
PENDAHULUAN
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yaitu anemia hemolitik
herediter yang diturunkan secara autosomal resesif dengan disebabkan oleh defek
genetik pada pembentukan rantai globin.Penyakit ini baru muncul pada seseorang
apabila ia memiliki dua gen talasemia yang berasal dari kedua orang tuanya yaitu
satu dari ayah dan satu dari ibu.
Berdasarkan data terakhir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan 250 juta penduduk dunia (4,5%) membawa genetik Thalasemia.
Dari 250 juta, 80-90 juta di antaranya membawa genetik Thalasemia Beta.1
Sementara itu di Indonesia Jumlah penderita Thalasemia hingga tahun
2009 naik menjadi 8, 3 persen dari 3.653 penderita yang tercatat pada tahun 2006.
Hampir 90% para penderita penyakit genetik sintesis Hemoglobin (Hb) ini berasal
dari kalangan masyarakat miskin.
Saat ini, penyakit thalasemia merupakan penyakit genetika yang cukup
banyak di Indonesia. Frekuensinya terus meningkat per tahun. Walupun begitu,
masyarakat tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penyakit yang
sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini disebabkan
karena gejala awal dari penyakit sangat umum. Padahal gejala akhir yang
ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat, dan tepat.
Melihat kenyataan ini, maka sebaiknya kita harus mewaspadai dengan cara
mengetahui dengan benar informasi tentang penyakit ini, sehingga penyakit ini
dapat diidentifikasi dan penanganannya pun dapat dilakukan secara dini dengan
cara yang tepat.
BAB 2
STATUS PASIEN
I.
ANAMNESIS
A. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama
: An. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 10 tahun
Alamat
: Windajaya
Agama
: Islam
: Tn. S
Umur
: 40 tahun
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Buruh
Hubungan
: Ayah kandung
Nama Ibu
: Ny. M
Umur
: 37 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Hubungan
: Ibu kandung
B. Keluhan Utama
Lemas
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh ibumya dengan keluhan lemas yang
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Menurut ibunya pasien tampak pucat,
mudah letih, anak malas untuk beraktifitas/ bermain bersama teman ,
badan anak terasa nglemeng terus menerus, kejang (-), pusing, dada
berdebar debar (+), sakit kepala (-), perut terasa penuh dan membesar,
nafsu makan kurang, makan dan minum sulit terutama sayuran dan berat
badan tidak naik- naik, BB turun (-), nyeri pada tulang (-), pilek (-), batuk
(-), sesak napas (-), diare (-), mual (-), muntah (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), keluar cairan dari telinga (-), BAB dbn, tidak ditemukan
cacing, darah (-),BAK dbn, tidak berwarna merah atau coklat, anak
gampang sekali sakit, anak terlihat kurang bergairah serta tidak selincah
anak seusianya yang normal.
1 bulan yang lalu pasien dirawat di RSUD Waled dengan keluhan
tampak pucat, dan lemas. pasien dirawat selama 2 hari dan mendapat
tranfusi darah 1 labu. Kemudian pasien kontrol ke poli anak dan dokter
meminta untuk melakukan pemeriksaan laboraturium lebih lanjut dengan
hasil terlampir.
Hari masuk rumah sakit keluhan anak masih menetap, anak tampak
pucat dan semakin lemas, badan panas tapi kedua kaki dingin, riwayat
trauma (-).
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami keluhan seperti ini sejak usia 4 bulan, menurut
ibu pada awalnya anak terlihat pucat, lemas dan sering muntah, lalu
ibu membawa pasien ke dokter spesialis anak, dan diberitahu tentang
penyakitnnya. Hingga sampai saat ini ibu membawa pasien untuk rutin
melakukan pemeriksaan setiap bulan ke poliklinik anak yang
selanjutnya dirawat inap untuk transfusi darah. Paseien menyangkal
adanya sakit kuning, maupun riwayat pengobatan 6 bulan,
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga dan lingkungan sekitar yang sakit dengan
keluhan yang sama di sangkal. Ibu pasien sempat melakukan pengobata
paru selama 6 bulan dan sudah tunas pengobatan sebelum mengandung
pasien. Riwayat anggota keluarga menderita sakit kuning, keganasan, dan
kelainan darah disangkal
F. Riwayat kehamilan dan persalinan
kepala, menangis, BBL: 2100 gram, PB: 50 cm. Tidak ada tanda tanda
ikterik, sianosis pada anak
PNC
G. Riwayat Makanan
0-4 bulan : ASI saja, semau bayi
4-6 bulan : ASI dan susu formula
6-9 bulan : ASI, tim saring, susu formula, buah
9-12 bulan: ASI, bubur, susu formula, buah
1
th- sekarang: ASI sampai usia 2 tahun, nasi, sayur, lauk pauk, buah
I. Riwayat Imunisasi
Imunisasi
Hep. B
BCG
DPT-HB
Polio
Campak
II. PEMERIKSAAN FISIK
Awal
Usia 1 hari
Usia 1 bulan
Usia 2 bulan
Usia 1 bulan
Usia 9 bulan
Kesan Umum
: tampak pucat
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum
Tanda Vital
: Tekanan darah
Ulangan
Usia 3 dan 4 bulan
Usia 2,3 dan 4 bulan
: 100/70 mmHg
Nadi
Frekuensi Napas
: 22 x/menit
Suhu
: 36,3 0C
Status antopometri
BB : 33 kg
TB : 136 cm
IMT = 18,47
Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Mulut
Thoraks
: Anterior
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
inspeksi
auskultasi
: BU(+) normal
perkusi
palpasi
Ekstremitas
Kulit
III.
RESUME
Pasien pemepuan datang diantar oleh ibumya dengan keluhan
lemas yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. pasien tampak pucat, mudah
letih, anak malas untuk beraktifitas/ bermain bersama teman , badan anak
terasa nglemeng terus menerus, nafsu makan kurang, makan dan minum
sulit terutama sayuran dan berat badan tidak naik- naik, 1 bulan yang lalu
pasien dirawat di RSUD Waled dengan keluhan tampak pucat, dan lemas.
pasien dirawat selama 2 hari dan mendapat tranfusi darah 1 labu.
Kemudian pasien kontrol ke poli anak dan dokter meminta untuk
melakukan pemeriksaan laboraturium lebih lanjut dengan hasil terlampir.
Pada
pemeriksaan
fisik didapatkan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin,
untuk memonitor tanda-tanda adanya infeksi, memonitor kadar Hb untuk indikasi
transfusi darah.
Hemoglobin 5,8 gr %
Hematokrit 18 %
Trombosit 234.000 mm3
Leukosit 4.000 mm3
MCV 71 mikro m3
MCH 23 pg
MCHC 33 g/dl
Eritrosit 2.500 mm
Eosinophil 0 %
Basophil 0%
Neutrofil batang 0 %
Neutrofil segmen 47 %
Limfosit 43 %
Monosit 10%
Gambaran Darah Tepi
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kesan
VII. PENATALAKSANAAN
Diet: tinggi kalori tinggi protein
InfuseNacl 9% 4 tpm
Tranfusi PRC 500 cc
I : 250 cc
II: 250 cc
Fermiprox 1x1
Asam Folat 1x1
Furosemid 17mg IV post transfusi
Cek darah rutin post transfusi
Observasi TTV, tanda tanda reaksi transfusi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemopoiesis
10
Darah terdiri dari berbagai komponen yang penting, antara lain sel darah
merah (eritosit), sel darah putih (leukosit), keping darah (trombosit) serta plasma.
Fungsi leukosit adalah untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Fungsi dari
trombosit adalah untuk mekanisme pembekuan darah sedangkan eritrosit
membawa satu protein yaitu hemoglobin yang berfungsi dalam mengikat O2 di
paru, membawanya ke peredaran darah dan melepaskannya ke sel dan jaringan
tubuh.
Hemoglobin (Hb) tersusun atas heme yang merupakan cincin porfirin
dalam ikatan dengan Fe dan globulin yang merupakan protein pendukung. Satu
molekul hemoglobin mengandung 4 sub-unit. Masing-masing sub-unit tersusun
atas satu molekul globin dan satu molekul heme.
11
Globulin terdiri atas 2 pasang rantai polipeptida, yaitu sepasang rantai dan
sepasang rantai non alpha (,,). Kombinasi rantai polipeptida tersebut akan
menentukan jenis hemoglobin. Hb A1(22) merupakan lebih dari 96 % Hb total,
Hb F (22) kurang dari 2% dan Hb A2 (22) kurang dari 3%.
Rantai polipeptida tersusun atas 141 asam amino, sedangkan rantai non
tersusun atas 146 asam amino. Sintesis rantai disandi oleh gen 1 dan gen 2 di
kromosom 16, sedangkan gen yang mensintesis rantai , rantai dan rantai
terletak di kromosom 11.
12
Pada orang normal sintesis rantai sama dengan rantai non alpha.
Sejak masa embrio, janin, anak hingga dewasa, sel darah merah memiliki 6
hemoglobin, antara lain :
Hemoglobin embrional :
Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritoblas primitif dalam yolc sack
membentuk rantai globin epsilon () dan zeta (Z) yang membentuk Hb primitif
yaitu Hb Gower1 (Z22). Selanjutnya mulailah sintesis rantai menggantikan
rantai Z dan rantai menggantikan rantai sehingga membentuk Hb Gower2, Hb
Portland. Pada masa gestasi 4-8 minggu yang ditemukan adalah Hb Gower 1 dan
Hb Gower 2 dan menghilang pada masa gestasi 3 bulan.
Hemoglobin Fetal
Migrasi sel pruripoten stem sel dari yolc sack ke hati diikuti sintesi Hb fetal
yang merupakan awal sintesis rantai Hb . Setelah masa gestasi 8 minggu, muncul
Hb-F yang paling dominan dan setelah janin berusia 6 bulan merupakan 90% Hb
terdiri dari Hb-F dan kemudian menurun menjelang kelahiran, setelah bayi lahir
dan setelah usia 6-12 bulan, HbF tetap ada tapi hanya ditemukan sedikit.
Hemoglobin Dewasa
Pada masa embrio, telah dideteksi HbA karena telah terjadi proses
perubahan sintesis rantai menjadi rantai dan selanjutnya globin meningkat
13
dan pada masa gestasi 6 bulan ditemukan HbA 5-10% dan waktu lahir 30%.
Menginjak usia 6-12 bulan Hb sudah memperlihatkan gambaran Hb dewasa yaitu
HbA1 dan HbA2 dan sedikit HbF
Struktur kimia hemoglobin memungkinkan molekul hemoglobin memiliki
kemampuan untuk mengikat oksigen secara reversible. Zat besi dalam molekul
heme secara langsung berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin memiilki
struktur kuartener empat rantai polipeptida, masing-masing dengan satu tempat
pegikatan oksigen. Sehingga satu molekul hemoglobin dapat mengikat 4 molekul
oksigen.
B. Definisi
Thalasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalasso yang berarti laut.
Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Thomas B. Cooley tahun 1925 di
daerah Laut Tengah, dijumpai pada anak-anak yang menderita anemia dengan
pembesaran limfa setelah berusia satu tahun. Anemia dinamakan splenic atau
eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama
penemunya (Ganie, 2005).
Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh
kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh
tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah
mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia
(Herdata.N.H. 2008 dan Tamam.M. 2009).
Thalasemia adalah kelompok dari anemia herediter yang diakibatkan oleh
berkurang nya sintesis salah satu rantai globin yang mengkombinasikan
hemoglobin (HbA, 2 2). Disebut hemoglobinopathies, tidak terdapat
perbedaan kimia dalam hemoglobin. Nolmalnya HbA memiliki rantai polipeptida
dan , dan yang paling penting thalasemia dapat ditetapkan sebagai - atau
-thalassemia.3
Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna merah
pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin.
14
Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu protein yang terdiri dari
rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai alfa ()
dan 2 rantai beta () yang meliputi HbA (22 = 97%), sebagian lagi HbA2 (22
= 2,5%) sisanya HbF (22 = 0,5%).
C. Etiologi dan Predisposisi
Adapun
etiologi
dari
thalasemia
adalah
faktor
genetik
(hemoglobin
2 Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa )rantai globin seperti pada
thalasemia.
D. Klasifikasi
Di indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan
anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskuler.
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
-
Hematologi normal
anemia ringan dengan mikrositik dan
atau
hipokromik.
15
thalassemia trait)
Hemoglobin H Disease
(-thalassemia)
Atau
Hemoglobin HConstant Spring
Thalassemia Major
Thalassemia Intermedia
tranfusi regular.
Sumber : Hastings, the childrens hospital Oakland hematology/oncology
handbook
Saat ini dikenal sejumlah besar sindrom thalasemia, masing-masing melibatkan
penurunan produksi satu atau lebih rantai globin, yang membentuk bermacammacam
jenis
Hb
yang
ditemukan
pada
sel
darah
sindrom
yang
Thalasemia-
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak d
itemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi
gen
globin-
menyebabkan
sebagian
besar
kelainan
ini.
Terdapat empat gen globin- padaindividu normal, dan empat bentuk thalassemia yang berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua
empat gen ini.
Genotip
Jumlah
Presentasi Klinis
gen
/
-/
Hemoglobin Elektroforesis
Saat Lahir
Normal
>6 bulan
N
Silent Carrier
0-3%
Hb
N
N
--/ atau
Trait thal-
Barts
2-10%
-/-
--/-
Penyakit Hb H
Hb Barts
15-30% Hb
Hb H
--/--
Hydrops fetalis
Barts
>75%
Barts
Hb
16
untuk
Asia
Tenggara,
sub
benua
India, dan
Timur
Tengah.
Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (4) dapat
ditemukan
pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak terlihat lagi, dan
kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.
17
intermedia,
dengan
anemia
sedang
sampai
berat,
splenomegali,ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan
apus darahtepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel
darahmerah yang diinklusi oleh rantai tetramer (Hb H) yang tidak stabil
danterpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf
ball .Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.
18
d. Thalasemia mayor
Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua genglobi
n-, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali. Karena Hb F, Hb A,
dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidak satupun dari Hb ini
terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi yang menderita, dan karena 4
memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi- bayi itu mengalami hipoksia
berat.
Eritrositnya
juga
mengandung
sejumlah
kecil Hb embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi sebagai pengangk
ut oksigen. Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi
yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik,
dengangagal
jantung
kongestif
dan edema
anasarka
berat.
Yang
dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat
bergantung dengan transfuse.
3
Thalasemia
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia, antaralain :
Silent carrier thalassemia-
Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit yang
rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan dan mempresentasikan suatu
thalasemia-+. Bentuk silent carrier thalasemia- tidak menimbulkan kelainan
yang diidentifikasi pada individu yang heterozigot, tetapi gen intuk keadaan ini
jika diwariskan bersama-sama dengan gen unruk thalassemia-, menghasilkan
sindrom thalassemia intermedia.
19
Trait thalasemia-
Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, danelektroforesi
s Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, HbF, atau
keduanya.
Individu dengan ciri (trait) thalasemia sering didiagnosis salah sebagai
anemia
defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi
selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengantrait thalassemia-
mempunyai
peningkatan
Hb-A2
individu ini
juga mempunyai
yang
sedikit
berarti
kenaikan
(3,4%-7%).Kira-kira 50%
HbF, sekitar 2-6%.
Pada
20
tidak spesifik untuk thalasemia. MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga
rendah (<26 pg). Penurunan ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat
diperlihatkan, tetapi tanda hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi serum normal
d
atau meningkat.
Thalasemia- homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)
Bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6bulan
kedua kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita ini
untuk mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang disebabkan
oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal pada 5tahun pertama
kehidupan. Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang
jarangmenerima
transfusi
pada
waktu
anemia
berat,
terjadi
21
22
thalassemia-0, dimana tidak disintesis sama sekali rantai , maka rantai globin
yang diproduksi berupa rantai yang berlebihan (4).
a Thalassemia-
Patofisiologi Thalassemia- umumnya sama dengan yang dijumpai pada
Patofisiologi Thalassemia- kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-)
atau mutasi (T) rantai globin-. Hilangnya gen globin- tunggal (-/ atau
T/) tidak berdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2 a- homozigot (/-) atau thalassemia-1a- heterozigot ( /- -) memberi fenotip
seperti
Thalassemia-
Pada Thalassemia-, dimana terdapat penurunan produksi rantai , terjadi
23
sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan muatan besi. Transfusi
yang diberikan secara teratur juga menambah muatan besi. Hal ini akan
menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan berbagai organ yang
diikuti kerusakan organ dan diakhiri dengan kematian bila besi tidak segera
dikeluarkan (Atmakusuma dan Setyaningsih, 2009).
Penderita thalasemia memiliki gejala yang bervariasi tergantung jenis
rantai asam amino yang hilang dan jumlah kehilangannya. Penderita sebagian
besar mengalami anemia yang ringan khususnya anemia hemolitik (Tamam.M.
2009). Keadaan yang berat pada beta-thalasemia mayor akan mengalami anemia
karena kegagalan pembentukan sel darah, penderita tampak pucat karena
kekurangan hemoglobin. Perut terlihat buncit karena hepatomegali dan
splenomegali sebagai akibat terjadinya penumpukan Fe, kulit kehitaman akibat
dari meningkatnya produksi Fe, juga terjadi ikterus karena produksi bilirubin
meningkat. Gagal jantung disebabkan penumpukan Fe di otot jantung, deformitas
tulang muka, retrakdasi pertumbuhan, penuaan dini (Herdata.N.H. 2008 dan
Tamam. M. 2009).
F. Penegakan Diagnosis
A. Anamnesis
Penderita pertama datang dengan keluhan lemas anemia/pucat, tidak
nafsu makan dan perut membesar. Keluhan umumnya muncul pada usia 6
bulan, kemudian dilakukan pemeriksaan fisis yang meliputi bentuk muka
mongoloid (facies Cooley), ikterus, gangguan pertumbuhan, splenomegali dan
hepatomegali.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital: Tekanan darah menurun, nadi brakikardia, suhu tubuh
normal, pernapasan meningkat
b. Kulit
c. Jantung
d. Liver
24
f. Limfadenopati negative
g. Gangguan pertumbuhan tulang +/C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang perlu untuk menegakkan diagnosis
thalasemia ialah:
1. Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai
menderita thalasemia adalah
Darah rutin
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan peningkatan jumlah
lekosit, ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi
hipersplenisme akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
Hitung retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
25
Kedua
pemeriksaan
ini
dilakukan
untuk
menyingkirkan
LFT
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila
angka tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya
kemungkinan hepatitis, obstruksi batu empedu dan cholangitis.
Serum SGOT dan SGPT akan meningkat dan menandakan adanya
kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan berakibat juga
terjadi kelainan dalam faktor pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis
hemoglobin. Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita
thalassemia saja, namun juga pada orang tua, dan saudara sekandung jika
ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar Hb A 2.
petunjuk adanya thalassemia adalah ditemukannya Hb Barts dan Hb H.
Pada thalassemia kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan dalam
keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
26
Hair on end
G. Diagnosa Banding
Thalasemia minor harus dibedakan dari penyebab lain dari mikrositik
ringan, hipokromik anemia, defisiensi besi dan -thalasemia. Berbeda dengan
penderita anemia difisiensi besi, mereka dengan -thalassemia minor memiliki
peningkatan jumlah eritrosit dan index MCV dibagi eritrosit dengan hasil di
bawah 13. Secara umum, ditemukannya peningkatan Hb A2 merupakan
diagnosis. Namun rendahnya HbA2 juga dapat disebabkan oleh defesiensi besi
27
Vitamin
200-400
IU
setiap
hari
sebagai
antioksidan
dapat
gerak
penderita,
menimbulkan
peningkatan
tekanan
dengan
tanpa
ditemukannya
akumulasi
besi
dan
28
c. Suportif
-
Tranfusi Darah
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan
kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat,
menurunkan tingkat akumulasi besi,
29
Pencegahan
Ada 2 pendekatan untuk menghindari thalasemia, yaitu :
30
31
BAB 4
KESIMPULAN
Thalassemia
merupakan
penyakit
genetik
yang
disebabkan
oleh
ketidaknormalan pada protein globin yang terdapat di gen. Dapat menyerang siapa
aja dengan berbagai etnik ras di seluruh dunia dan termasuk salah satu penyakit
genetik kelainan darah yang terbanyak di Indonesia. Jika globin alfa yang rusak
maka penyakit itu dinamakan alfa-thalassemia dan jika globin beta yang rusak
maka penyakit itu dinamakan alfa thalassemia. Gejala yang terjadi dimulai dari
anemia hingga gangguan tumbuh kembang. Pemeriksaan thalasemia bisa
dilakukan melalui pemeriksaan darah, Hb elektroforesa, pemeriksaan sumsum
tulang dan roentgen. Thalassemia harus sudah diobati sejak dini agar tidak
berdampak fatal. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan melakukan transfusi
darah, meminum beberapa suplemen asam folat, terapi kelasi besi, splenektomi,
hingga transplantasi sumsum tulang. Thalasemia bisa diketahui sedini mungkin
dengan proses skrining.
32
DAFTAR PUSTAKA
A.V. Hoffbrand and J.E. Pettit; alih bahasa oleh Iyan Darmawan : Kapita
Selekta Haematologi, edisi ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :
1996, hal 66-85
Atmakusuma, Djumhana. 2009. Thalassemia : Manifetasi Klinis,
Pendekatan Diagnosis, dan Thalssemia Intermedia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : InternaPublishing.
Berhman, RE; Kliegman, RM ; Arvin: Nelson Ilmu Kesehatan Anak,
volume 2, edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2005, hal17081712
Children's Hospital & Research Center Oakland. 2005. What is
Thalassemia and Treating Thalassemia.
Haemoglobinopathies. The Pathophysiology of Beta-thalassemia Major,
C.B. Modell, from theDepartment of Paediatrics, University College Hospital,
London, J. clin. Path., 27, Suppl. (Roy. Coll.Path.), 8, 12-18
Hassan R dan Alatas H. (2002). Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan anak.
bagian 19
Hematologi hal. 419-450 ,Bagian ilmu kesehatan anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Markum : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI, Jakarta : 1991,
hal 331
Paediatrica Indonesiana, The Indonesian Journal of pediatrics and
Perinatal Medicine, volume 46, No.5-6. Indonesian Pediatric Society, Jakarta:
2006, page 134-138
Permono, H. BAmbang; Sutaryo; Windiastuti, Endang; Abdulsalam,
Maria; IDG Ugrasena: Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, Cetakan ketiga.
Penerbit Badan Penerbit IDAI, Jakarta : 2010, hlm 64-84
33