Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kerja Magang


Sekolah Tinggi Teknik PLN adalah sekolah yang bertujuan untuk

mendirikan perguruan tinggi yang modern di bidang energi dan kelistrikan,


mandiri, mampu berkompetisi dan unggul. Sehingga dapat membentuk sarjana
dan ahli teknik yang handal dan memiliki daya saing dalam era globalisasi untuk
membangun masa depan Indonesia. Dalam program Strata-1 terdapat mata kuliah
kerja magang yang ditujukan kepada mahasiswa tingkat akhir untuk mendapatkan
pengalaman kerja, serta menerapkan teori-teori yang telah didapatkan selama
perkuliahan, dan juga sebagai syarat kelulusan program Strata-1. Untuk
menempuh mata kuliah ini, penulis melakukan kerja magang di PT.PLN (Persero)
P3B JB Area Pelaksana Pemeliharaan (APP) Cawang. PT. PLN (Persero) P3B JB
APP Cawang merupakan salah satu unit pelaksanaan PLN yang berada di
wilayah kerja PLN P3B Jawa-Bali. Terletak di jalan Cililitan Besar No 1, CawangCililitan, Jakarta Timur 13640. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cawang mengelola
satu Basecamp yaitu Basecamp Cawang dan 14 GI yang tersebar di wilayah
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Bekasi. Gardu induk tersebut diantaranya
GITET Bekasi, GI Bekasi, GIS Cawang Baru, GI Cawang Lama, GIS Mampang
Baru, GIS Mampang Lama, GIS Duren Tiga, GIS Pulomas, GIS Cipinang, GIS
Miniatur, GI Gandaria, GIS Pondok Kelapa, GIS Penggilingan, dan GI Jatirangon.

Keandalan sistem sangat diperlukan dalam pelayanan jaringan listrik, salah


satunya adalah sistem proteksi pada peralatan maupun pada jaringan Transmisi
dan Distribusi PT PLN (Persero), pada saluran Transmisi 150 kV biasanya di
pasang relay jarak (Distance Relay). Distance relay digunakan sebagai pengaman
utama (main protection) pada suatu sistem transmisi, baik SUTT maupun SUTET,
dan sebagai cadangan atau backup. Distance relay bekerja dengan mengukur
besaran impedansi (Z), dan transmisi dibagi menjadi beberapa daerah cakupan
pengamanan yaitu Zone-1, Zone-2, dan Zone-3, serta dilengkapi juga dengan
teleproteksi (TP) sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif
didalam daerah pengamanannya.
2

Tujuan Kerja Magang


Adapun tujuan penulisan laporan kerja magang adalah sebagai berikut :
1 Memenuhi persyaratan mata kuliah jenjang Strata Satu (S1) Elektro
yaitu kerja magang (4 sks) di STT-PLN Jakarta.
2 Mengetahui dan memahami konsep dasar distance relay.
3 Memahami fitur-fitur pada Quadramho SHPM 101
4 Mengetahui dan memahami cara pengujian distance relay.
5 Membandingkan dan mempelajari teori yang didapat dalam kuliah dan
penerapannya di lapangan.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah:


1 Bagaimana mengetahui prinsip kerja distance relay?
2 Bagaimana mengetahui cara melakukan pengujian distance relay?

Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

hanya membahas bagaimana perhitungan penyetelan distance relay Alsthom


Quadramho SHPM 101 serta proses pengujiannya.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kerja magang ini dibagi menjadi lima bab,

dimana tiap bab diuraikan sebagai berikut :


BAB I
PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang kerja magang, tujuan kerja
magang, manfaat kerja magang, rumusan masalah, batasan
masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II

DISTANCE RELAY QUADRAMHO SHPM 101


Membahas distance relay Alsthom Quadramho SHPM 101,
mencakup zona proteksi dan scheme setting pada relay.

BAB III

SETTING DISTANCE RELAY ALSTHOM QUADRAMHO


SHPM 101
Membahas teori setting distance relay zone 1, zone 2, zone
3, dan zone 3 reverse, karakteristik distance relay, serta

wiring diagram distance relay Alsthom Quadramho SHPM


101.
BAB IV

PENGUJIAN DISTANCE RELAY GIS MINIATUR LINE


PONDOK KELAPA
Berisi langkah kerja pengujian distance relay beserta hasil
ujinya

BAB V

PENUTUP
Berisi simpulan dan saran

BAB III
DISTANCE RELAY QUADRAMHO SHPM 101

2.1.

Distance Relay
Relai jarak adalah relai penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan

pengukuran impedansi penghantar. Impedansi penghantar yang dirasakan oleh


relai adalah hasil bagi tegangan dengan arus dari sebuah sirkit. Relai ini
mempunyai ketergantungan terhadap besarnya SIR dan keterbatasan sensitivitas
untuk gangguan satu fasa ke tanah. Relai ini mempunyai beberapa karakteristik
seperti mho, quadrilateral, reaktans, adaptive mho dan lain-lain. Sebagai unit
proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti PUTT, POTT dan
blocking. Jika tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step distance saja.
(SPLN T5.002-2:2010).
Relai jarak sebagai proteksi utama mempunyai fungsi lain yaitu sebagai
proteksi cadangan jauh (remote backup) untuk penghantar di depan maupun
belakangnya (Zone-2, Zone-3, Zone-3 reverse). Relai ini biasanya dilengkapi
dengan elemen power swing blocking untuk mencegah malakerja relai akibat
ayunan daya (power swing). Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan
arus gangguan yang terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan
arus, maka impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan.
Perhitungan impedansi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Vf
Zf = If
Dimana:
Zf : Impedansi gangguan (ohm)
Vf : Tegangan gangguan (Volt)
If : Arus gangguan (Amp)
Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi
gangguan yang terukur dengan impedansi seting, dengan ketentuan :

a. Bila nilai impedansi gangguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai
maka relai akan trip.
b. Bila nilai impedansi gangguan lebih besar dari pada impedansi seting relai
maka relai tidak trip.
2.2.

Pola Proteksi Relay


Pola pengaman pada relai jarak ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk

keamanan peralatan maupun keandalan operasi namun disisi lain tidak


mengesampingkan aspek-aspek investasi.
1. Pola Basic
Pola basic pada relai jarak merupakan pola kerja relai jarak yang bekerja
instance pada area seting zone-1, bekerja dengan backup time untuk zone-2 dan
zone-3 tanpa dilengkapi fasilitas teleproteksi (sending receive sinyal pada saat
relai mendeteksi adanya gangguan).

Gambar 2.1 Pola Basic


2. Pola Teleproteksi
Pada dasarnya relai jarak memberikan tripping seketika untuk gangguan pada
kawasan zone-1, yang mencakup sekitar 80 % dari panjang saluran. Sedangkan
untuk gangguan di luar daerah zone-1 relai akan trip dengan waktu tunda. Untuk
kehandalan sistem diperlukan fasilitas teleproteksi agar gangguan sepanjang
saluran dapat ditripkan dengan seketika pada kedua sisi ujung saluran.
Pola ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Pola Pengaman Teleproteksi

a. Pola PUTT (Permissive Underreach Transfer Trip)


Prinsip Kerja dari pola PUTT : Pola ini umumnya dioperasikan/ diterapkan
pada relai jarak sebagai proteksi untuk saluran transmisi panjang dan
menengah.
1) Pengiriman sinyal carrier dilakukan bila gangguan dirasakan pada zone-1
2) Trip seketika (waktu zone-1) terjadi pada dua kondisi sebagai berikut :
a) Gangguan pada zone-1
b) Relai mendeteksi gangguan pada zone-2 dan menerima sinyal
carrier dari GI lawan
Sehingga diagram logikanya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3. Pola PUTT


Kelebihan pola PUTT :

a) Untuk gangguan di daerah ujung saluran yang diamankan (zone-2),


relai di kedua ujung saluran yang diamankan akan trip seketika karena
menerima sinyal trip dari relai di ujung lawannya.

Gambar 2.4. Kelebihan pola PUTT


b) Jika pengiriman sinyal gagal, relai diharapkan masih bisa selektif
artinya relai masih bekerja walaupun dengan pola basic.
c) Komunikasi cukup membutuhkan channel half duplex.
Kekurangan pola PUTT :
a) Adanya sinyal trip palsu dari relai B akan menyebabkan relai A bekerja
seketika untuk gangguan diluar daerah yang diproteksi tetapi masih
zone-2, sehingga relai tidak selektif.

Gambar 2.5. Kekurangan pola PUTT

b) Jika pengiriman sinyal gagal, dari A ke B tidak akan terjadi trip


seketika tetapi trip dengan t2 (Iebih lambat) sesuai penyetingan relai.
c) Trip seketika bisa tidak terjadi jika pada salah satu ujung saluran tidak
ada/ kecil infeed (pembangkitan), hal ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
1) Pada saat terjadi gangguan relai A akan mengirimkan sinyal trip
ke B tetapi B tidak melihatnya sebagai zone-2 karena arus yang
mengalir melalui relai B sangat kecil G

Gambar 2.6a. Pola PUTT pada kondisi Weak Infeed


2) Ketika PMT A sudah terbuka, arus mengalir melalui B (sehingga B
melihat zone 2) tetapi relai tidak akan trip seketika karena relai A
sudah berhenti mengirim sinyal .

Gambar 2.6b. Pola PUTT pada kondisi Weak Infeed


d) Pada penghantar pendek penggunaan relai jarak pola PUTT tidak
direkomendasikan untuk digunakan. Penghantar pendek dengan nilai
resistif yang besar akan membuat relai bekerja diluar daerah kerjanya.
e) Kelemahan PUTT pada gangguan High resistance. Kedua relai akan
membaca sebagai zone-2
b. Pola POTT (Permissive Overreach Transfer Trip)

Prinsip kerja pola POTT:


Pola POTT umumnya diterapkan pada saluran transmisi dengan panjang
pendek dan menengah :
1)
Pengiriman sinyal carrier dilakukan bila gangguan dirasakan pada zone-2 starting.
2) Trip seketika (waktu zone-1) terjadi pada dua kondisi sebagai berikut:
a) Gangguan pada zone-1
b) Relai mendeteksi gangguan pada zone-2 dan menerima sinyal carrier dari GI
lawan
Sehingga diagram logikanya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.7. Pola proteksi POTT

Kelebihan pola POTT :


a) Untuk gangguan yang terjadi ditengah saluran dengan gangguan
tahanan tinggi, dimana kedua relai akan merasakan impedansi zone-2
starting, relai di kedua ujung saluran yang diamankan akan trip
seketika karena sama-sama menerima sinyal trip dari relai diujung
yang lain.
Kekurangan pola POTT :
a) Jika pengiriman sinyal gagal, dari A ke B tidak akan terjadi trip
seketika tetapi trip dengan t2 (Iebih lambat) sesuai penyetingan relai
dikedua sisi.
b) Jika pada saat yang bersamaan terjadi gangguan diluar daerah yang
diamankan, maka relai kedua sisi akan ikut bekerja secara
instantaneous (tidak selektif).

Gambar 2.8. Kekurangan pola POTT


c. Pola Blocking
Pola ini umumnya dioperasikan/ diterapkan pada relai jarak sebagai
proteksi untuk saluran transmisi pendek. Untuk kedepannya disarankan untuk
tidak

menerapkan

pola

blocking

pada

transmisi

pendek

tapi

direkomendasikan menggunakan line current differensial.


1) Pengiriman sinyal blocking (agar relai tidak bekerja) dilakukan oleh zone
arah belakang (reverse).
2) Jika relai A merasakan gangguan di zone-2 dan relai B mendeteksi
gangguan tersebut pada zone-3 reverse, maka relai B akan mengirim
sinyal blocking ke relai A sehingga relai A tidak trip seketika tetapi trip
dengan waktu tunda t2 (waktu zone-2).
3) Trip seketika akan terjadi untuk dua kondisi berikut :
a) Gangguan pada zone-1
b) Relai mendeteksi zone-2 dan tidak menerima sinyal blocking
Diagram logikanya adalah sebagai berikut :

Gambar 2.9. Diagram logika pola blocking


Kelebihan pola blocking:

1) Trip seketika akan terjadi untuk gangguan didalam daerah yang


diamankan
2) Trip seketika masih akan terjadi walaupun di ujung terminal lain tidak
terdapat/ sedikit infeed (pembangkitan)
3) Cukup membutuhkan channel komunikasi Single (half duplex)
Kekurangan pola blocking :
1) Jika pengiriman sinyal gagal, trip seketika akan terjadi untuk
gangguan pada saluran seksi berikutnya (zone-2), sehingga relai
bekerja tidak selektif
2) Relai jarak yang dibutuhkan harus merk dan type sejenis
2.3.

Zona Pengamanan Distance Relay


2.3.1 Jangkauan Resistif
Relai Jarak pada saluran udara harus sensitif terhadap gangguan 1fasa ke tanah yang bersifat resistif yang diakibatkan pohon, tegakan, dan
lain-lain. Pada saluran udara yang banyak melintasi pohon, seting relai
jarak harus mencakup besaran tahanan gangguan pohon (antara 20-40
ohm). Prinsip jangkauan resistif (Rb) tidak melebihi dari setengah beban
(50% ZBEBAN). Untuk gangguan fasa-fasa, seting resistif (Rb) yang
menggunakan karakteristik quadrilateral harus memperhitungkan tahanan
akibat busur api yang ditunjukkan oleh persamaan Warrington berikut ini:
28710 Lc
Ra = Ihs2 f 1.4

Dimana :
Lc = Jarak konduktor fasa (minimum 8 m untuk level tegangan 500 kV, 3m
untuk level tegangan 150 kV dan 1.5 m untuk level tegangan 70 kV)
2.3.2. Setting Aliran Daya

Relai jarak harus tahan terhadap kondisi ayunan daya (power swing)
pada sistem. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya mala kerja pada
saat terjadi kondisi power swing maka relai jarak direkomendasikan diblock untuk semua zone. Seting untuk power swing blocking adalah 120%130% jangkauan terluar (setting jangkauan resistif zone 3).
2.3.3. Switch On To Fault (SOTF)
SOTF adalah fitur dari relai jarak yang berfungsi untuk mentripkan
PMT

dengan

tanpa

tunda

waktu

(seketika)

guna

mengantisipasi

ketidaksiapan relai jarak apabila terjadi gangguan pada saat pemberian


tegangan (energizing) atau pada saat menutup PMT secara manual
maupun menggunakan autorecloser. Setingan yang digunakan untuk SOTF
bervariasi tergantung pabrikan relai. Beberapa relai menggunakan
komponen tegangan dan arus sebagai parameter input bagi SOTF zone.
SOTF pola zone ditunjukkan pada gambar

Gambar 3.4. SOTF pola zone (voltageand current level detector)

Komponen arus dan tegangan ini juga dapat digunakan sebagai


status untuk mendeteksi PMT telah terbuka. (Open pole detection).
Komponen arus yang digunakan sebagai status PMT (I level) harus lebih
kecil dari arus beban, untuk menyakinkan bahwa CB sudah dalam kondisi

terbuka. Setting tipikal pada OHL dan UGC adalah 0.2 In, dapat turun
menjadi 0.1 In atau 0.05 In jika bus terdapat infeed dengan SIR yang besar
(SIR>4). Sedangkan untuk komponen tegangan harus lebih kecil dari
tegangan fasa-netral dengan setting tipikal 0.7 Vn. P3B JB saat ini
menerapkan open pole detection adalah langsung dari status PMT di
switchyard bukan dari setting komponen arus dan tegangan.
Sedangkan pada beberapa relai hanya menggunakan komponen
arus sebagai parameter input SOTF overcurrent (pola current fault detector)
seperti pada Gambar 3.5. Umumnya besar setting SOTF pada relai jenis ini
adalah 2 kali arus nominal.

Gambar 3.5. SOTF pola current fault detector


SOTF setelah proses autoreclose (gangguan permanen) di relai
pabrikan Areva/Alstom disebut dengan istilah TOR (trip on reclose).
2.3.4 Directional Earth Fault (DEF)
DEF adalah relai arus lebih berarah bekerja memproteksi penghantar
dari gangguan fasa ke tanah yang bersifat tahanan tinggi (high resistance)
dan tidak terdeteksi oleh relai jarak. Relai ini digunakan sebagai pelengkap
relai jarak.

Gambar 3.6. DEF dengan pola zero sequence


Prinsip kerja DEF adalah membaca arus residual (3Io) sebagai
operating sinyaldan tegangan residual (3Vo) sebagai polarising sinyal. Arus
residual (3Io) diperoleh melalui rangkaian transformator arus penghantar,
dan tegangan residual (3Vo) diperoleh dari rangkaian sekunder open delta
transformator tegangan. DEF dapat bekerja secara instantaneous dan
menginisiasi autorecloser jika menerima sinyal carrierdari GI di depannya
atau biasa disebut DEF aided, agar tidak overlapping dengan relai jarak
dan kejelasan dalam hal indikasi relai yang bekerja maka DEF Aided
dengan diberi waktu tunda sebesar 20ms dan tipikal waktu kerja 100ms.
Pola teleproteksi yang digunakan oleh DEF aided adalah POTT. Selain
sebagai proteksi utama, DEF juga sebagai pengaman cadangan jika tidak
menerima sinyalcarrier dari GI di depannya dan bekerja dengan waktu
tunda 2000ms. Penentuan seting arus harus memperhatikan kondisi
asimetris arus beban kapasitif (Unsymmetrical Capacitive loading current).

2.3.5 Voltage

Transformer

Supervision)

Failure

Supervision

(VT

Failure

Ketidaknormalan pada rangkaian sekunder VT dapat mengakibatkan


mala kerja pada relai jarak. Oleh karena itu relai jarak membutuhkan fitur
yang mendeteksi ketidaknormalan pada rangkaian sekunder VT yang akan
memblok fungsi relai secara instantaneous. Metode blok relai jarak oleh VT
failure ada 2 (dua) yaitu :
1. Menggunakan pengukuran analog input.
a. Perintah blok fungsi relai jarak didasarkan pada pengukuran
residual voltage, metode ini umumnya diterapkan pada VT yang
dilengkapi MCB per fasa.
b. Perintah blok fungsi relai jarak didasarkan pada pengukuran
undervoltage dan perubahan arus, metode ini umumnya diterapkan
pada VT yang dilengkapi MCB VT tiga fasa.
2. Menggunakan binary input dari MCB VT
Perintah blok fungsi relai jarak diambil dari kontak bantu MCB pada
saat trip (umumnya pada relai jarak tipe lama.

2.4 SETTING DISTANCE RELAY QUADRAMHO SHPM


101 Setting Distance Relay Quadramho SHPM 101
2.4 Pemilihan Zona Proteksi Distance Relay
1 Zona-1
Sebagai proteksi utama, jangkauan zone-1 harus mencakup seluruh
saluran yang diproteksi. Namun dengan mempertimbangkan adanya

kesalahan-kesalahan dari data konstanta saluran, CT, PT dan peralatanperalatan lainnya sebesar 20 %, maka zone-1 relai diset 80 % dari panjang
saluran yang diamankan.
Z1 = 0.8 * ZL1
Waktu kerja relai adalah seketika, sehingga tidak dilakukan
penyetingan waktu.
2 Zona-2
Jangkauan zone-2 harus mencakup hingga busbar didepannya (near
end bus) namun tidak boleh overlap dengan zone-2 relai jarak di seksi
berikutnya. Dengan mengasumsikan kesalahan-kesalahan seperti pada
penyetinganzone-1 sekitar 20 %, maka didapat penyetingan minimum dan
maksimum untuk zone-2 sebagai berikut :
Z2min = 1.2 ZL1
Z2max = 0.8 * (ZL1 + (0.5 ZL2 )* K)
Dimana :
ZL1 = impedansi saluran yang diamankan
ZL2 = impedansi saluran berikutnya yang terpendek (dalam )
K = infeed faktor (K = 1 s/d 2)
Jika pada saluran seksi berikutnya terdapat beberapa cabang, untuk
mendapatkan selektifitas yang baik maka seting Z 2max diambil dengan nilai
impedansi penghantar (Ohm) yang terkecil seperti terlihat pada contoh
dibawah ini :

Gambar 3.1. Saluran seksi dengan banyak cabang

a Untuk keadaan dimana Z2max>Z2min maka setting zona-2 diambil = Z2max


dengan t2 = 0.4 detik.

Gambar 3.2. Saluran seksi dengan kondisi Z 2max>Z2min

b Jika saluran yang diamankan jauh lebih panjang dari saluran seksi
berikutnya maka akan terjadi Z2max< Z2min. Pada keadaan demikian untuk
mendapatkan selektifitas yang baik, maka zona-2 = Z2min dengan seting
waktunya dinaikkan satu tingkat (t2=0.8 detik) , seperti terlihat pada
gambar di bawah ini :

Gambar 3.3. Saluran seksi dengan kondisi Z2max< Z2min


3 Zona-3
Jangkauan zone-3 harus mencakup dua busbar GI didepannya yang
terjauh (far end bus) sehingga diperoleh penyetingan zone-3 sebagai
berikut :
Z3min = 1.2 (ZL1 + K * ZL3)
Z3max1 = 0.8 * (ZL1 + ((1.2 * ZL3) * K))
Z3max2 = 0.8 * (ZL1 + (0.8 * ((ZL3 + 0.8 * ZL4) * K))
ZTR = 0.8 * (ZL1 + (0.8 * Xt))
Dimana :
ZL1 = impedansi saluran yang diamankan
ZL3 = impedansi saluran berikutnya yang terpanjang (dalam )
ZL4 = impedansi saluran dari far end bus yang terpendek (dalam )
K = indeedfactor jika terdapat pembangkit di busbar GI didepannya
( K= 1 s.d 2)
Zone-3 dipilih yang terbesar dari Z L1,ZL2 dan ZL3 namun tidak melebihi
nilai Ztr. Pemilihan 1.6 detik apakah agar melebihi wktu pole discrepancy
1.5 detik dan DEF backup. Zona-3 memiliki seting waktu 1.6 detik dan jika
saluran yang diamankan adalah penghantar radial, maka seting zona-3
diharapkan tidak melebihi 80% impedansi transformator didepannya.
4 Zona-3 reverse
Penggunaan zona 3 reverse pada sistem Jawa Bali sudah mulai
ditinggalkan pada penerapan seting relai-relai baru. Hal ini karena pola
blocking yang menggunakan zona-3 reverse sebagai pengirim carrier amat
tergantung dengan keandalan teleproteksi. Namun pola blocking pada

saluran transmisi eksisting 150 dan 70 kV di Jawa Barat dan Jawa Timur
masih digunakan. Untuk seting Zona 3 reverse dipilih sebagai berikut :
Z3rev = 0.1 * ZL1
Relai jarak yang tidak mempunyai range sampai 10% ZL1 maka
digunakan seting minimum. Waktu kerja dari zona-3 reverse adalah 1.6
detik.

Karakteristik Distance Relay Quadramho SHPM 101


Distance relay Toshiba GRZ100 menyediakan zona-zona perlindungan

untuk gangguan forward dan gangguan reverse. Gangguan forward yang


dimaksudkan adalah gangguan yang berada di depan relay sedangkan gangguan
reverse adalah gangguan yang berada di belakang relay. Zona-zona tersebut
dapat digambarkan dengan karakteristik mho maupun karakteristik quadrilateral.
Terdapat dua model dari dua karakteristik distance relay Quadramho SHPM
101:
1 Zone 1 dan zone 2 berbentuk partially cross-polarised mho dengan
partially cross-polarised directional line. Zone 3 bentuk offset lens
(disesuaikan dengan offset lens circular mho)
2 Gangguan ke tanah zone 1 dan 2 bentuk Quadriteral dengan
partially cross polarized directional line. Gangguan fasa ke tanah
zone 1 dan 2 bentuk partially cross-polarised mho dengan partially
cross-polarised directional relay. Gangguan ke tanah zone 3 bentuk
offset quadriteral. Gangguan tiga fasa ke tanah bentuk offset circurla
mho
Salah satu bentuk karakteristik relay ialah partially cross- polarised mho
dan partially cross-polarised directional line dengan ekspansi resistif yang cukup

kuat untuk Zone 1 dan zone 2, seperti terlihat pada gambar 3.4 dan 3.6. Untuk
aplikasi jangkauan saluran yang lebih jauh yaitu zone 3, bentuk karakteristik offset
lens (disesuaikan dengan offset circular mho) dapat mencegah impedansi beban
melebihi batas kerja karakteristik, seperti pada gambar 3.5.

Gambar 3.4. Zone 1 dan 2 partially-cross-polarised mho. Zone 3 offset


circular mho.

Gambar 3.5. Zone 1 dan 2 partially-cross-polarised mho. Zone 3 offset


lens.

Gambar 3.6. Ekspansi Resistif dari partially-cross-polarised mho.


Untuk aplikasi pada saluran pendek yang melibatkan faktor K, bentuk
karakteristik quadrilateral gangguan ke tanah untuk tiga zona dapat ditentukan.
Dengan memastikan toleransi terhadap arching (busur api), terlihat gambar 3.10.
Bagian atas atau garis reaktansi dari karakteristik quadrilateral berbentuk
miring untuk mengkompensasi setiap pre-fault aliran daya untuk mencegah
masalah jangkauan yang melebihi batas atau kurang dari batas, dimana
berhubungan dengan karakteristik resistansi.
Polarisasi sinkron (sistem memori digital) disediakan pada zona 1 dan zona
2 untuk memungkinkan respon yang tepat yaitu untuk forward dan reverse
kesalahan tiga fasa.

Gambar 3.7. Karakteristik quadrilateral gangguan ke tanah.


1

Scheme Setting Distance Relay Quadramho SHPM 101

Code Selection
Scheme

Type of tripping

Switch Number
00
01
02
03
04
05

Basic
Basic
Permissive underreach
Permissive underreach
Permissive underreach
Permissive underreach

1ph and 3ph


3ph only
1ph and 3ph
3ph only
1ph and 3ph
3ph only

06

Blocking

1ph and 3ph

07

Blocking

3ph only

08

Zone 1 extension

1ph and 3ph

09

Zone 1 extension

3ph only

Option Switches
Switch
Left hand function

Right hand function

Number
Power swing blocking disabled
SW 9

Power swing blocking enabled


Enable weak infeed option (POR)

SW 8

Disable weak infeed option


only
Enable weak infeedtrip if weak

SW 7

Disable weak infeedtrip


infeed option selected
Block A/R if CIS not energized for

SW 6

Normal A/R action


schemes 02 to 07 inclusive
Disable self-checking

SW 5
SW 4
SW 3

Enable self-checking
Normal A/R action
VTS Indication only

Block A/R for 3phZ1/AT Faults


VTS indication and block

SOTF dead time 110 sec


SW 2

SOTF dead time 200 msec


SOTF for any comparator

SOTF for current and no volts on

SW 1
operation
any phase
Tabel 3.1. Option Switch Distance Relay Qudramho SPHM 101

Wiring Pengujian Distance Relay GEC ALSTHOM SHPM 101

Gambar 3.8. Wiring diagram distance relay tripping 3 fasa dan 1 fasa

BAB IV
PENGUJIAN DISTANCE RELAY GIS MINIATUR LINE
PONDOK KELAPA

4.1

Langkah Kerja Pengujian dengan alat ISA-DRTS


1 Persiapan ( Buat rangkaian pengujian).

2 Hidupkan sumber DC 110 V untuk relai jarak.


3 Hidupkan alat uji DRTS / UTS dan notebook computer (laptop).

4 Pada laptop, klik (MAN Z), maka muncul di layar tipe 2 alat uji yang
dipakai (menu yang dipakai). Selanjutnya klik (tipe DRTS) kemudian
klik (OK), selanjutnya amati pada layar sampai dengan layar tidak ada
tanda silang (sudah komunikasi dengan relay).

5 Pada lembar fault value di layar notebook computer klik (HEALTHY) .

6 Pada layar muncul lembar Healthy Value, selanjutnya :


a Pada kolom Line KoL diset sesuai settingnya.
b Pada kolom I max =3,5 A (untuk relay In =1 A) dan I max =10 A
( untuk relay In= 5 A).

7 Pada kolom input contact di C1 posisi NO, selanjutnya klik calculate dan
klik OK.

8 Maka layar muncul lembar fault value :


a Pada kolom fault dibuat :
Z = lebih besar settingnya
Z = (-0,01) untuk merubah halus, (-0,1) untuk merubah kasar
Sudut = sesuai setting

b Pada kolom fault untuk pilihan jenis gangguan pilih sesuai


urutannya (phasa 1-gorund).
c

Pada kolom control (RAM) RAM klik.

d Pada kolom (cycle) yang dipakai HFH (pilih HFH).


e Pada kolom (time) dibuat : Healthy = 0.3.
f

Max = diatas setting (untuk uji zone 1 = 0.2, zone 2 = 0.6, zone 3=
1.6).

9 Selanjutnya klik calculate, kemudia klik (start), maka relay akan terinjeksi
dan amati pada notebook sebagai berikut :
a Pada kolom status muncul gambar kilat berkedip (artinya alat uji
menginjeksi relay) dan berhenti apabila relay sudah bekerja atau
mencapai pick up nya.
b Pada saat relay bekerja atau pick up periksa notebook sebagai
berikut :
Pada kolom (fault) catat hasil Z (impedansi), dan pada kolom
(delay) catat hasil nilai C1 (nilai waktu trip).

10 Selanjutnya lakukan item (g s/d h) untuk pengujian semua jenis gangguan


pada zone 1, zone 2, dan zone 3.
11 Untuk pengujian zone reverse (melihat belakang) selanjutnya klik (healthy),
maka di layar akan muncul lembar (healthy values), selnjutnya pada kolom
plant CT slide, kalau semua pada posisi line, maka dirubah ke posisi
Busbar (klik BUSBAR) atau sebaliknya.
12 Selanjutnya lakukan item g s/d j.
13 Untuk pengujian waktu lakukan (item g s/d h) dengan memberikan 50% x
Zkerja, kemudian catat waktu kerjanya yang ditunjukkan oleh C1 pada
kolom delay pada lembar fault values.
14 Nilai hasil pengujian dicatat pada blanko uji atau chechlist yang telah
tersedia.

4.2

Hasil Pengujian

LOKASI

: GIS MINIATUR

RATIO CT

: 1600/1 A

PROTEKSI BAY

: LINE PONDOK KELAPA

RATIO PT

: 150000/110 V

MERK/TYPE

: ALSTHOM QUADRAMHO

TANGGAL

: 6 APRIL 2016

SHPM 101
SCHEME

: PUTT

PENGUJI

: HUSNUL KHATIMAH A
MUH.RIZQAN W
ANGGIT PRASETYO

SETTING RELAY
SETTING ZONE 1
IMPEDANSI(OHM) = 3,328

HASIL UJI
PHASA-NETRAL
PHASA-PHASA
R-N
S-N
T-N
R-S
R-T
S-T
R-S-T
3,400
0,059

3,410

3,400

3,400

3,370

3,370

3,390

0,0604

0,0467

0,0624

0,0441

0,0636

0,0605

4,940

4,890

4,850

4,850

4,830

4,870

0,4643

0,4668

0,4482

0,4670

0,4431

0,4487

7,54
1,651

7,56
1,635

7,52
1,639

7,420
1,637

7,440
1,651

7,420
1,632

7,480
1,653

0,81

0,82

0,82

0,80

0,81

0,80

0,81

TIMER(detik)) = 0
2
SETTING ZONE 2
IMPEDANSI(OHM) = 4,8

4,910
0,442

TIMER(detik)) = 0,4
0
SETTING ZONE 3
IMPEDANSI(OHM) = 7,36
TIMER(detik)) = 1,6
SETTING ZONE 3
REVERSE
IMPEDANSI(OHM) = 0,8

TIMER(detik)) = 1,6
UJI URUTAN TRIP
INDIKASI RELAY

4.3

1,646

1,651

1,652

1,654

1,652

1,641

1,652

OK

OK

OK

OK

OK

OK

OK

Pembahasan Hasil Pengujian


Rele jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan

yang terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan :


a Bila nilai Impedansi gangguan lebih kecil daripada impedansi setting relay
maka relay akan trip.
b Bila nilai impedansi gangguan lebih besar daripada impedansi setting relay
maka relay tidak akan trip.
Pengujian berfungsi untuk membandingkan nilai hasil setting yang
telah ditetapkan sebelumnya dengan nilai hasil pengujian yang didapatkan,
dengan standar kesalahan tertentu. Nilai setting didapatkan dari hasil kalkulasi
dengan mempertimbangkan parameter tertentu, yaitu :
a Data Relay Proteksi yaitu data nominal arus dan tegangan relay, minimum
tap setting dan range setting, identitas relay tersebut (merk/tipe, arus
nominal, power suplai yang tersedia, range setting, operating time, akurasi
pada nilai setting dan karakteristik kerja
b Data Konfigurasi Jaringan yaitu data konfigurasi penghantar yang akan
diproteksi dan konfigurasi jaringan yang akan dikordinasikan ke depan
c

maupun ke belakang
Data Peralatan Bantu, yaitu CT, PT, PMT dan konduktor. Kebutuhan data
akan konduktor meliputi data Kemampuan Hantar Arus (CCC) dari

konduktor tersebut.
d Data Arus Hubung Singkat Teraktual

Distance

relay

QUADRAMHO

SHPM

101

merupakan

relay

jenis

elektromekanik. Berdasarkan nilai standar kesalahan proteksi penghantar untuk


jenis elektromekanik adalah impedansi + 10%, arus + 10%, dan waktu kerja + 5%.
Berdasarkan hasil pengujian distance relay untuk zone 1, zone 2, zone 2, dan
zone 3 reverse dengan setting relay 3,328 ; 4,8 ; 7,36 ; 0,8. Didapatkan bahwa
nilai impedansi yang terukur untuk zone 1, zone 2, zone 2, dan zone 3 reverse
berada diatas nilai setting relay yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan
setting waktu kerja relay untuk zone 1= instantaneous, zone 2 = 0,4, zone 3 = 1,6,
dan zone 3 reverse = 1,6 juga didapatkan hasil uji waktu kerja relay masih berada
dalam batas standar kesalahan proteksi penghantar. Dengan demikian, distance
relay yang digunakan masih bekerja dengan baik, dimana terlihat dari hasil uji
yang masih berada dalam batas standar kesalahan proteksi penghantar.

BAB V
PENUTUP

5.1. SIMPULAN
1. Distance relay merupakan relay yang bekerja berdasarkan perbandingan
tegangan dan arus yang dibaca sebagai impedansi, dengan ketentuan bila
nilai Impedansi gangguan lebih kecil daripada impedansi setting relay maka

relay akan trip, bila nilai impedansi gangguan lebih besar daripada
impedansi setting relay maka relay tidak akan trip.
2. Standar kesalahan proteksi penghantar untuk jenis elektromekanik adalah
impedansi + 10%, arus + 10%, dan waktu kerja + 5%.
3. Pada penerapannya, zona proteksi distance relay dapat diterapkan lebih
dari 3 zona proteksi tergantung dari kebutuhan dan fasilitas yang
disediakan oleh pabrikan relay tersebut.

Anda mungkin juga menyukai