Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa depan
yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada
masa lalu, terutama bagi umat Islam. Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
melalui berbagai macam cobaan dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam
berkembang dengan pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh
Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankan dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi.
Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah
yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman Nabi
Muhammad SAW merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya.
Kemudian pada umumnya setiap penulisan ulang mengenai Sejarah Peradaban Islam pada
masa-masa Khulafaur Rasyidin ataupun sejarah-sejarah lain adalah terbuka dan milik semua
orang. Asalkan bisa memahami dan bisa mengaplikasikannya secara sistematis dan inofatif.
Tema besar penulisan ini akan lebih banyak menelusuri mengenai akar-akar Sejarah
Peradaban Islam pada masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin dan Masa Umayyah. Karena nilainilai positif Sejarah Peradaban Masa Rasul, Masa Khulafaur Rasyidin dan Masa Umayyah
tidak lagi dijadikan teladan oleh orang-orang Islam.
Fenomena yang sangat menyedihkan, mayoritas orang-orang Islam saat ini lebih banyak
mengadobsi budaya/peradaban orang-orang non muslim. semua itu merupakan cerminan bagi
potret perkembangan di masing-masing kawasan Dunia Islam yang terus menerus menunjukkan
dinamikanya.
Kata Kunci: Nabi Muhammad, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, dan
Peradaban Islam
Penulis: Ali Ismunadi
PENDAHULUAN
Dalam sejarah kebudayaan umat manusia proses tukar-menukar dan
interaksi
(intermingling)
atau
pinjam
meminjam
konsep
antara
satu
dan
kontak
ekonomi
dibolehkan
dengan
pihak
lain,
seperti
Yahudi,persiadanyunani.
Ketika Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad
pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam".
Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses
peniruan itu juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya
kekuasaan politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu
termasuk Islam ke Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena
Peradaban Islam dalam kondisi terhegemoni maka kemampuan menfilter
konsep-konsep dalam pemikiran dan kebudayaan Barat juga lemah.1
I. MASA RASUL
sambutan dari sebagian besar kaum Quraisy. Dalam berdakwah Rasul biasa
mengadakan pertemuan di rumah Rasul sendiri, kemudian Rasul membuat
satu tempat pertemuan di rumah sahabat Abu al-Arqam, di luar kota Mekah.
Tempat itu dikenal dengan nama Dar al-Arqam. Tempat ini dianggap sebagai
Lembaga Pendidikan pertama. Selain membimbing tentang keimanan Rasul
juga membimbing tentang kepandaian. Tentang kepandaian menulis, konon
Rasul menyuruh para sahabat untuk membuat huruf. Dalam salah satu
riwayat, sahabat Ali bin Abi Thalib disuruh membuat huruf dengan
mengambil contoh dari huruf Bangsa Himyar. Itulah usaha awal ummat Islam
dalam hal kepandaian tulis baca2. Tetapi setelah pindah ke Madinah, Nabi
Muhammad berhasil meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam. Berikut ini
adalah beberapa aspek peradaban Islam pada masa Rasulullah:
1. Politik dan Hukum
Madinah
merupakan
negara
yang
didirikan
untuk
membangun
tentu lebih tinggi nilai ikatannya dari solidaritas kesukuan [ashabiyah] dan
afiliasi lainnya.
2. Sosial dan Ekonomi
Klasifikasi masyarakat pada masa Rasul di Madinah didasarkan atas
keimanan, dan mereka terbagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
muminun, munafiqun, kuffar, mushrikun dan Yahudi, dengan kata lain bahwa
masyarakat di Madinah pada saat itu merupakan bagian dari komunitas
masyarakat yang majemuk atau plural. Kemajemukan masyarakat Madinah,
diawali dengan membanjirnya kaum Muhajirin dari Makkah ke Madinah
mengakibatkan
munculnya
persoalan-persoalan
ekonomi
dan
Madinah,
mengatur
kehidupan
dan
hubungan
antar
Piagam
tersebut
juga
menempatkan
hak-hak
individu
yaitu
kebebasan memeluk agama, persatuan dan kesatuan, persaudaraan [alukhuwwah] antar agama, perdamaian dan kedamaian, toleransi, keadilan
[al-'adalah],
tidak
kemajemukan.
membeda-bedakan
[diskriminasi]
dan
menghargai
ayat-ayat
Al-Quran
(wahyu)
yang
diturunkan
kepadanya.
agar
mereka
dapat
menulis
ayat-ayat
Al-Quran
dan
daripada
banyak
ibadah
tanpa
ilmu
[HR.Tabrani].
Barangsiap
kesederajatan
dan
keadilan
[almusawwah
suatu
melepaskan
diri
majelis
dari
untuk
kekuasaan
masalah
Madinah
tersebut.
dan
Sejumlah
menolak
suku
memberi
ada
yang
mengaku
dirinya
sebagai
nabi
dan
mendapat
di
Madinah
dalam
suasana
yang
sangat
kacau,
dengan
pertimbangan jika Khalifah tidak segera dipilih dan diangkat, maka keadaan
akan semakin bertambah kacau, meskipun ada golongan yang tidak
menyukai Ali, tetapi tidak ada seorang yang ingin diangkat menjadi khalifah
karena Ali masih ada.
C Kebijakan-Kebijakan Pemerintah
1. Memerangi Kaum Riddah
Abu Bakar dihadapkan pada keadaan, masyarakat sepeninggalnya
Muhammad SAW. Ia menghadapi kesulitan-kesulitan yang memuncak.
Dengan ketegasan Abu Bakar ini disambut dan didukung oleh hampir seluruh
kaum muslimin, untuk memerangi kemurtadan [nadah] ini.
2. Pengelolaan Kas Negara
Pada Masa Abu Bakar kekuasaan bersifat sentral [eksekutif, legislatif,
yudikatif, terpusat pada pimpinan tertinggi]. Pada masa Umar lembaga
yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan, bahkan di
mengambil
kebijakan
yang
berbeda
dari
sebelumnya.
Usman
dari kaum muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka
hidup lebih aman dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam,
sehingga mereka masuk Islam dengan kemauan sendiri tanpa adanya
paksaan dari kaum muslimin.
5. Sistem Nepotisme
Pergantian Umar dan Usman dapat diartikan pergantian keradilan dan
kekerasan dengan kelonggaran, kelemahan dan sikap ragu-ragu. Akibatnya
banyak kaum muslimin yang meninggalkan Utsman, yang berarti hilangnya
kawan-kawan dan oarang-orang tempat nya ia menumpahkan kepercayaan,
kecuali kerabatnya. Oleh sebab itu banyak pejabat dipecat dan digantikan
oleh senak kerabatnya. Pada masa itulah oleh lawan-lawan politiknya ia
dituduh melakukan nepotisme [sistem family].
D. Perkembangan Peradaban Islam.
1. Pembukuan Al-Quran
Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah, terjadi
perang Yammah yang merenggut korban kurang lebih 70 sahabat penghafal
Al-Quran. Banyaknya sahabat yang gugur dalam peristiwa tersebut, timbul
kekawatiran di kalangan sahabat khususnya Umar bin Khathab, akan
menyebabkan hilangnya Al-Quran. Awalnya Abu Bakar keberatan karena hal
itu tidak dilakukan oleh Rasul. Umar menyarankan kepada Abu Bakar agar
menghimpun surat-surat dan ayat-ayat yang masih berserakan kedalam satu
mushaf. Akhirnya Abu Bakar menyutujuinya. Ketika Umar menjadi khalifah,
mushaf
dikembalikan kepada
sebagai
pejabat
maupun
dengan
sukarela,
berangkat
dengan
berbagai
masalah,
Pemecahan
masalah-masalah
bin
Muawiyah
bermaksud
mencontoh
monarchi
di Persia dan
Muawiyah,
Tunisia
dapat
ditaklukkan.
Disebelah
timur,
sampai
ke
Kabul. Angkatan
lautnya
melakukan
serangan-
Khawarizm,
Ferghana
dan
Samarkand.
Mayoritas
penduduk
dikawasan ini kaum Paganis. Pasukan islam menyerang wilayah Asia Tengah
pada tahun 41H / 661M. pada tahun 43H / 663M mereka mampu
3 Imam al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa terj., (Jakarta, Hikmah, 2010), h.230.
para
tentaranya
datang
ke
India
dan
dapat
menguasai
Abdul
Malik
[705M-714M].
Masa
pemerintahan
Walid
adalah
Reformasi
dan
perbaikan.
Dia
banyak
menghidupkan
dan
salah
seorang
Khulafa
al-Rasyidin.
Penaklukan
dimasa
Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah
yang sekarang disebut Pakistan Purkmenia, Ulbek, dan Kilgis di Asia Tengah.
Khususnya dibidang Tashri, kemajuan yang diperoleh sedikit sekali,
sebab kurangnya dukungan serta bantuan pemerintah [kerajaan] waktu itu.
Baru setelah masa khalifah Umar Bin Abd Al-Aziz kemajuan dibidang Tashri
mulai meningkat, beliau berusaha mempertahankan perkembangan hadits
yang hampir mengecewakan, karena para penghafal hadits sudah meninggal
sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk membukukan Hadits.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti
bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati
isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang
menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah
diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya
Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan
oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara
beberapa kali dan berkelanjutan.
2. Sistem Ekonomi
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah
terbukti berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:
a Dalam
bidang
terhadap
pertanian
pembangunan
Umayyah
sector
telah
memberi
pertanian,
tumpuan
beliau
telah
system
pemerintahan
dan
menata
administrasi,
antara
lain
Masyarakat
mempunyai
hak
untuk
mendapatkan
Kemajuan sistem militer dengan banyak belajar dari pertempuranpertempuran yang dialami kemudian memadukannya dengan teknik
berperang yang dimiliki sehingga dapat menaklukan wilayahwilayah Eropa. Pengembangan angkatan laut muawiyah yang
terkenal sejak masa Utsman sebagai Amir Al-Bahri, tentu akan
mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga kapal
perang waktu itu berjumlah 1700 buah. Secara garis besar formasi
kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda,
pasukan pejalan kaki dan angkatan laut4.
4 Hasan, Ibrahim Hasan, Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, (Kalam Mulia, Jakarta, 2003),
h.358.
g Khalid bin Yazid, cucu Muawiyah, sangat tertarik pada ilmu kimia
dan
kedokteran.
Ia
menyediakan
sejumlah
harta
dan
belakang
terbentuknya
dinasti
Bani
Umayyah
tidak
bisa
dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisasisa Syi'ah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara
terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi
seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan
terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku
Arabia Utara [Bani Qays] dan Arabia Selatan [Bani Kalb] yang sudah
ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini
mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan
untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian
besar golongan mawali [non Arab], terutama diIrak dan wilayah bagian
5 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta, Kencana, 2011), h.39.
timur
lainnya,
merasa
tidak
puas
karena