Anda di halaman 1dari 20

Abstrak

Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa depan
yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada
masa lalu, terutama bagi umat Islam. Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
melalui berbagai macam cobaan dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam
berkembang dengan pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh
Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankan dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi.
Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah
yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman Nabi
Muhammad SAW merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya.
Kemudian pada umumnya setiap penulisan ulang mengenai Sejarah Peradaban Islam pada
masa-masa Khulafaur Rasyidin ataupun sejarah-sejarah lain adalah terbuka dan milik semua
orang. Asalkan bisa memahami dan bisa mengaplikasikannya secara sistematis dan inofatif.
Tema besar penulisan ini akan lebih banyak menelusuri mengenai akar-akar Sejarah
Peradaban Islam pada masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin dan Masa Umayyah. Karena nilainilai positif Sejarah Peradaban Masa Rasul, Masa Khulafaur Rasyidin dan Masa Umayyah
tidak lagi dijadikan teladan oleh orang-orang Islam.
Fenomena yang sangat menyedihkan, mayoritas orang-orang Islam saat ini lebih banyak
mengadobsi budaya/peradaban orang-orang non muslim. semua itu merupakan cerminan bagi
potret perkembangan di masing-masing kawasan Dunia Islam yang terus menerus menunjukkan
dinamikanya.
Kata Kunci: Nabi Muhammad, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, dan
Peradaban Islam
Penulis: Ali Ismunadi

PENDAHULUAN
Dalam sejarah kebudayaan umat manusia proses tukar-menukar dan
interaksi

(intermingling)

atau

pinjam

meminjam

konsep

antara

satu

kebudayaan dengan kebudayaan lain memang senantiasa terjadi, seperti


yang terjadi antara kebudayaan Barat dan peradaban Islam. Dalam proses
ini selalu terdapat sikap resistensi dan akseptansi. Namun dalam kondisi
dimana suatu kebudayaan itu lebih kuat dibanding yang lain yang tejadi
adalah dominasi yang kuat terhadap yang lemah. Istilah Ibn Khaldun,
"masyarakat yang ditaklukkan, cenderung meniru budayapenakluknya".
Islam menyajikan sistem tolong menolong antarumat dalam lapangan politik,
perekonomian, kehidupan sosial, bahkan sistem perdamaian. Islamlah yang
mencetuskan sistem perjanjian, konsulat, suaka politik, dan dakwah. Kerja
sama

dan

kontak

ekonomi

dibolehkan

dengan

pihak

lain,

seperti

Yahudi,persiadanyunani.
Ketika Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad
pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam".
Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses
peniruan itu juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya
kekuasaan politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu
termasuk Islam ke Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena
Peradaban Islam dalam kondisi terhegemoni maka kemampuan menfilter
konsep-konsep dalam pemikiran dan kebudayaan Barat juga lemah.1
I. MASA RASUL

Masa kehidupan Rasulullah saw terbagi menjadi dua periode, yakni


periode Mekah dan periode Madinah. Pada periode Mekkah, Nabi Muhammad
saw belum berhasil meletakkan dasar-dasar Islam karena tidak mendapatkan
11. http://ahmadsamantho.wordpress.com/10/10/2009/sejarah-peradaban-islam-berawaldari-sains-dan-berakhir-dengan-politik/.

sambutan dari sebagian besar kaum Quraisy. Dalam berdakwah Rasul biasa
mengadakan pertemuan di rumah Rasul sendiri, kemudian Rasul membuat
satu tempat pertemuan di rumah sahabat Abu al-Arqam, di luar kota Mekah.
Tempat itu dikenal dengan nama Dar al-Arqam. Tempat ini dianggap sebagai
Lembaga Pendidikan pertama. Selain membimbing tentang keimanan Rasul
juga membimbing tentang kepandaian. Tentang kepandaian menulis, konon
Rasul menyuruh para sahabat untuk membuat huruf. Dalam salah satu
riwayat, sahabat Ali bin Abi Thalib disuruh membuat huruf dengan
mengambil contoh dari huruf Bangsa Himyar. Itulah usaha awal ummat Islam
dalam hal kepandaian tulis baca2. Tetapi setelah pindah ke Madinah, Nabi
Muhammad berhasil meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam. Berikut ini
adalah beberapa aspek peradaban Islam pada masa Rasulullah:
1. Politik dan Hukum
Madinah

merupakan

negara

yang

didirikan

untuk

membangun

peradaban baru. Madinah merupakan kota tujuan hijrah Nabi Muhammad


saw yang dulunya bernama Yatsrib. Perkembangan selanjutnya, terjadi
perubahan nama dari Yatsrib menjadi Madinah yang dipahami oleh umat
Islam sebagai sebuah manifesto konseptual mengenai upaya Nabi untuk
mewujudkan sebuah masyarakat madani, dihadapkan dengan masyarakat
badawi atau nomad. Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah, pada
hakekatnya merupakan sebuah pernyataan niat, sikap, proklamasi atau
deklarasi, bahwa di tempat baru itu, Nabi bersama para pendukungnya yang
terdiri dari kaum Anshar dan Muhajirin hendak mendirikan dan membangun
suatu masyarakat yang beradab, yaitu suatu masyarakat yang teratur atau
berperaturan, sebagaimana mestinya sebuah masyarakat.
Untuk itu, konsep negara yang ditawarkan Islam benar-benar baru dan
orsinil, karena negara yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
tak lain karena konsep yang dianutnya menetapkan sebuah keyakinan.
Dengan keyakinan ini orang boleh berbicara tentang persamaan dan
2 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta, Kencana, 2011), h.18.

kebersamaan hak dan kewajiban serta kesetaraan. Apabila diskursus ini


dimulai atau ditarik dari akar peristiwa gerakan hijrah yang disebut di atas
sebagai negara hijrah, maka merupakan sebuah metamorphosis dari suatu
gerakan menjadi negara. Gerakan ini berasal dari tiga belas tahun
sebelumnya, Nabi saw melakukan penetrasi sosial yang sangat sistematis; di
mana Islam menjadi jalan hidup individu, di mana Islam memanusia, dan
manusia kemudian memasyarakat. Melalui hijrah, masyarakat itu bergerak
secara linear menuju negara. Melalui hijrah gerakan itu menegara, dan
Madinah adalah wilayahnya. Nabi melakukan penataan negara tersebut,
dengan :
Pertama, membangun infrastruktur negara dengan mesjid sebagai
simbol dan perangkat utamanya. Masjid sebagai tempat ibadah sholat dan
tempat berkumpul umat Islam.
Kedua, menciptakan kohesi sosial melalui proses persaudaraan antara
dua komunitas yang berbeda yaitu Quraisy dan Yatsrib yang menjadi dan
dikenal dengan komunitasMuhajirin dan Anshar tetapi menyatu sebagai
komunitas dalam ikatan agama.
Ketiga, membuat nota kesepakatan [perjanjian] untuk hidup bersama
dengan komunitas lain yang berbeda, sebagai sebuah masyarakat pluralistik
yang mendiami wilayah yang sama, melalui Piagam Madinah.
Keempat, merancang sistem negara melalui konsep jihad fi sabilillah.
Dengan dasar ini, negara dan masyarakat Madinah yang dibangun oleh
Nabi saw merupakan negara dan masyarakat yang kuat dan solid. Peristiwa
hijrah telah menciptakan keberagaman penduduk Madinah. Penduduk
Madinah tidak terdiri dari atas suku Aus, Khazraj, dan Yahudi, tetapi Muhajirin
Quraisy dan suku-suku Arab lain yang datang dan hidup bersama mereka di
Madinah. Nabi menghadapi realitas pluralitas, karena struktur masyarakat
Madinah yang baru dibangun terdapat beragam agama yaitu Islam, Yahudi,
Kristen, Sabiin dan Majusi, dan ada juga golongan yang tidak bertuhan
[atheis] dan bertuhan banyak [polytheists]. Struktur masyarakat yang
pluralistik ini dibangun oleh Nabi di atas fondasi ikatan iman dan akidah yang

tentu lebih tinggi nilai ikatannya dari solidaritas kesukuan [ashabiyah] dan
afiliasi lainnya.
2. Sosial dan Ekonomi
Klasifikasi masyarakat pada masa Rasul di Madinah didasarkan atas
keimanan, dan mereka terbagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
muminun, munafiqun, kuffar, mushrikun dan Yahudi, dengan kata lain bahwa
masyarakat di Madinah pada saat itu merupakan bagian dari komunitas
masyarakat yang majemuk atau plural. Kemajemukan masyarakat Madinah,
diawali dengan membanjirnya kaum Muhajirin dari Makkah ke Madinah
mengakibatkan

munculnya

persoalan-persoalan

ekonomi

dan

kemasyarakatan yang harus diantisipasi dengan baik. Maka dalam konteks


itu, introduksi sistem persaudaraan menjadi kebutuhan mendesak yang
harus diwujudkan.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Nabi Muhammad Saw bersama
semua unsur penduduk Madinah secara konkret meletakan dasar-dasar
masyarakat

Madinah,

mengatur

kehidupan

dan

hubungan

antar

komunitaskomunitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat


yang majemuk di Madinah, dengan menggariskan ketentuan hidup bersama
dalam suatu dokumen yang dikenal sebagai Piagam Madinah [Mitsaq alMadinah], yang dianggap sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah
kemanusian. Piagam ini tidak hanya sangat maju pada masanya, tetapi juga
menjadi satu-satunya dokumen Islam. Dalam dokumen Piagam itulah,
dikatakan umat manusia untuk pertama kalinya diperkenalkan, antara lain,
kepada wawasan kebebasan, terutama dibidang agama dan ekonomi, serta
tanggung jawab sosial dan politik, khususnya pertahanan secara bersama.
Dalam

Piagam

tersebut

juga

menempatkan

hak-hak

individu

yaitu

kebebasan memeluk agama, persatuan dan kesatuan, persaudaraan [alukhuwwah] antar agama, perdamaian dan kedamaian, toleransi, keadilan
[al-'adalah],

tidak

kemajemukan.

membeda-bedakan

[diskriminasi]

dan

menghargai

Dengan kemajemukan, Nabi Muhammad saw mempersatukan mereka


beradasrkan tiga unsur, yaitu:
Pertama, mereka hidup dalam wilayah Madinah sebagai tempat untuk
hidup bersama dan bekerja bersama.
Kedua, mereka bersedia dipersatukan dalam satu ummah untuk
mewujudkan kerukunan dan kemaslahatan secara bersama-sama.
Ketiga, mereka menerima Muhammad saw sebagai pemimpin tertinggi
dan pemegang otoritas politik yang legal dalam kehidupan mereka dan
otoritas ini dilengkapi dengan institusi peraturan yang disebut Piagam
Madinah yang berlaku bagi individu-individu dan setiap kelompok.
Muhammad Abduh dalam Tafsirnya al-Manar, mengakui bahwa agama
bukanlah satu-satunya faktor ikatan sosial dalam suatu ummah, melainkan
ada faktor universal yang boleh mendukung wujudnya suatu ummah yaitu
unsur kemanusiaan. Karena unsur kemanusiaan sangat dominan dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk politik.
Oleh karena itu, gagasan dan praktik membentuk satu ummah dari
berbagai golongan dan unsur-unsur kelompok sosial pada masa itu adalah
merupakan sesuatu yang baru, yang belum dilakukan oleh kelompok
masyarakat yang lain, sehingga seorang penulis barat Thomas W. Arnold,
menganggapnya sebagai awal dari kehidupan berbangsa dalam Islam, atau
merupakan kesatuan politik dalam bentuk baru yang disatukan dalam
institusi Piagam Madinah [Mitsaq al-Madinah]. Institusi Piagam Madinah
yang berjumlah 47 pasal itu, secara formal mengatur hubungan sosial antara
komponen masyarakat, yaitu :
Pertama, antara sesama muslim, bahwa sesama muslim adalah satu
ummat walaupun mereka berbeda suku.
Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan non muslim
didasarkan pada prinsip bertetangga yang baik, saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling
menasihati dan menghormati kebebasan beragama.
3. Pendidikan

Dalam hal pendidikan, Rasulullah saw menyerukan dakwah al-quran


kepada ilmu pengetahuan. Rasulullah SAW merupakan orang yang pertama
kali menerima seruan Al-Quran. Rasul, sangat peduli dengan dakwah
Islamiah dengan kedua aspeknya, yaitu agama dan ilmu pengetahuan.
Beliau membangkitkan perhatian untuk melakukan studi dan penelitian.
Rasulullah SAW mengumpulkan orang-orang yang pandai menulis untuk
mencatat

ayat-ayat

Al-Quran

(wahyu)

yang

diturunkan

kepadanya.

Rasulullah SAW menyeru kaum Muslimin untuk belajar menulis dan


membaca,

agar

mereka

dapat

menulis

ayat-ayat

Al-Quran

dan

mempelajarinya serta menyebarkannya, sehingga pada perang Badar,


ditetapkanlah tebusan sebagian dari tawanan perang yang pandai menulismembaca, setiap orang dari mereka cukup mengajar menulis-membaca
sehingga pandai, sepuluh anak-anak penduduk Madinah bagi setiap orang
dari mereka. Rasulullah SAW bersabda: Ilmu sedikit [yang diamalkan] lebih
baik

daripada

banyak

ibadah

tanpa

ilmu

[HR.Tabrani].

Barangsiap

menempuh suatu jalan dalam mencari ilmu, maka Allah memudahkan


baginya suatu jalan menuju ke surga [HR. Turmudzi].
Dari Piagam Madinah, setidaknya ada dua nilai dasar yang tertuang
sebagai dasar atau fundamental dalam mendirikan dan membangun Negara
Madinah, yaitu:
Pertama, prinsip

kesederajatan

dan

keadilan

[almusawwah

wal- 'adalah]. Kedua, inklusivisme atau keterbukaan.


Kedua prinsip ini, ditanamkan dalam bentuk beberapa nilai humanisuniversal lainnya, seperti : konsistensi [i'tidal], seimbang [tawazun], moderat
[tawasut] dan toleransi [tasamuh]. Kesemuanya menjadi landasan ideal
sekaligus operasional dalam menjalin hubungan social kemasyarakatan yang
mencakup semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun hukum.

II. MASA KHULAFA al-RASYIDIN

A Kondisi Masyarakat Sepeninggalnya Muhammad SAW


Dengan wafatnya Rasul, umat muslim dihadapkan kepada suatu krisis
konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula
membentuk

suatu

melepaskan

diri

majelis
dari

untuk

kekuasaan

masalah
Madinah

tersebut.
dan

Sejumlah

menolak

suku

memberi

penghormatan kepada Khalifah yang baru, bahkan menolak perintahnya.


Sebagian dari mereka bahkan menolak Islam. Ada golongan yang telah
murtad,

ada

yang

mengaku

dirinya

sebagai

nabi

dan

mendapat

pengikut/pendukung yang tidak sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang


tidak mau lagi membayar zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada
Muhammad saw. Yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah
penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif. Mereka tetap memenuhi kewajiban
dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengambilkan
kejayaan Islam.
B Sistem Pemilihan Khalifah
Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasullah
adalah siapakah yang menjadi penggantinya sebagai kepala pemerintahan
dan bagaimana sistem pemerintahannya. Rasul telah mengajarkan suatu
prinsip, yaitu musyawarah, sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Prinsip
tersebut telah dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
setiap pergantian pimpinan dari empat khalifah periode Khulafa al-Rasyidin,
meski dengan versi yang beragam.
Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang
berlangsung di Muktamar Tsaqifah Bani Sa'idh, memenuhi tata cara
perundingan yang dikenal dunia modern ini. Kaum anshar menekankan pada
persyaratan jasa [merit], mereka mengajukan calon Sa'ad bin Ubadah. Kaum
Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan mereka mengajukan
calon Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan
agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas kedudukannya dalam Islam, juga
sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu

fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar


disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan Khalifah.
Umar bin Khatab diangkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan
disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat
dan persetujuan pada saat mereka menengok Abu Bakar sewaktu sakit.
Utsman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang
ditunjuk oleh khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Ia
menunjuk enam calon pengganti Umar menurut pengamatannya dan
pengamatan mayoritas kaum muslimin.
Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan negara di tengahtengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Utsman
oleh kaum pemberontak. Khalifah Ali dipilih dan diangkat oleh Jamaah kaum
muslimin

di

Madinah

dalam

suasana

yang

sangat

kacau,

dengan

pertimbangan jika Khalifah tidak segera dipilih dan diangkat, maka keadaan
akan semakin bertambah kacau, meskipun ada golongan yang tidak
menyukai Ali, tetapi tidak ada seorang yang ingin diangkat menjadi khalifah
karena Ali masih ada.
C Kebijakan-Kebijakan Pemerintah
1. Memerangi Kaum Riddah
Abu Bakar dihadapkan pada keadaan, masyarakat sepeninggalnya
Muhammad SAW. Ia menghadapi kesulitan-kesulitan yang memuncak.
Dengan ketegasan Abu Bakar ini disambut dan didukung oleh hampir seluruh
kaum muslimin, untuk memerangi kemurtadan [nadah] ini.
2. Pengelolaan Kas Negara
Pada Masa Abu Bakar kekuasaan bersifat sentral [eksekutif, legislatif,
yudikatif, terpusat pada pimpinan tertinggi]. Pada masa Umar lembaga
yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan, bahkan di

daerah-daerah. Masa pemerintahan Umar mulai diatur dan ditertibkan


tentang pembayaran gaji dan pajak tanah. Untuk mengelola keuangan
negara didirikan Baitul Mal. Mulai saat ini pemerintahan Umar sudah
menempa mata uang sendiri. Seluruh kebijakan yang dilaksanakan, pada
hakekatnya merupakan upaya mengkonsolidasikan bangsa arab dan melebur
suku-suku arab kedalam satu suku bangsa.
Pemerintahan Utsman mengalami masa kemakmuran dan berhasil
dalam beberapa tahun pertama permerintahanya. Ia melanjutkan kebijakankebijakan khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya,
muncul kekecewaan dan ketidakpuasan di kalangan mayarakat karena ia
mulai

mengambil

kebijakan

yang

berbeda

dari

sebelumnya.

Usman

mengangkat keluarganya [Bani Umayyah] pada kedudukan yang tinggi.


Sebagai khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib meneruskan cita-cita Abu
Bakar dan Umar. Ia mengikuti dengan tepat prinsip-prinsip Baitul Mal dan
memutuskan untuk mengembalikan semua tanah yang diambil alih oleh Bani
Umayyah ke dalam perbendaraan negara. Demikian hibah atau pemberian
Usman kepada siapapun yang tiada beralasan, diambil kembali. Ali kemudian
bertekad unruk mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat,
tetapi Muawiyah, gubenur syria, menolaknya. Oleh karenanya khalifah Ali
harus menghadapi kesulitan dengan Bani Ummayah.
3. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan ini berdasarkan pada
pemikiran para khalifah, khususnya Umar bin Khatab, yang berhasil
memadukan sistem yang ada di daerah perluasan dengan kebutuhan
masyarakat yang sudah mulai berkembang pada saat itu.
4. Perluasan dan Pengelolaan Wilayah
Satu keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah dengan
masuk Islamnya penduduk di wilayah-wilayah tersebut adalah sikap toleransi

dari kaum muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka
hidup lebih aman dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam,
sehingga mereka masuk Islam dengan kemauan sendiri tanpa adanya
paksaan dari kaum muslimin.
5. Sistem Nepotisme
Pergantian Umar dan Usman dapat diartikan pergantian keradilan dan
kekerasan dengan kelonggaran, kelemahan dan sikap ragu-ragu. Akibatnya
banyak kaum muslimin yang meninggalkan Utsman, yang berarti hilangnya
kawan-kawan dan oarang-orang tempat nya ia menumpahkan kepercayaan,
kecuali kerabatnya. Oleh sebab itu banyak pejabat dipecat dan digantikan
oleh senak kerabatnya. Pada masa itulah oleh lawan-lawan politiknya ia
dituduh melakukan nepotisme [sistem family].
D. Perkembangan Peradaban Islam.
1. Pembukuan Al-Quran
Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah, terjadi
perang Yammah yang merenggut korban kurang lebih 70 sahabat penghafal
Al-Quran. Banyaknya sahabat yang gugur dalam peristiwa tersebut, timbul
kekawatiran di kalangan sahabat khususnya Umar bin Khathab, akan
menyebabkan hilangnya Al-Quran. Awalnya Abu Bakar keberatan karena hal
itu tidak dilakukan oleh Rasul. Umar menyarankan kepada Abu Bakar agar
menghimpun surat-surat dan ayat-ayat yang masih berserakan kedalam satu
mushaf. Akhirnya Abu Bakar menyutujuinya. Ketika Umar menjadi khalifah,
mushaf

itu berada dalam pengawasannya. Sepeninggal Umar, mushaf

tersebut disimpan di rumah Hafsah binti Umar, isteri Rasul SAW.


Dimasa Utsman bin Affan, timbul perbedaan cara membaca Al-Quran
dikalangan umat islam. Untuk itu Utsman membentuk suatu panitia yang di
ketuai oleh Zaid bin Tsabit. Setelah selesai mushaf

dikembalikan kepada

Hafsah, Zaid membuat salinan sejumlah 6 buah. Khalifah menyuruh agar


salinan tersebut di kirim kebeberapa wilayah Islam.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa permulaaan Islam, para sahabat yang utama baik dalam
kedudukannya

sebagai

pejabat

maupun

dengan

sukarela,

berangkat

ketempat-tempat pemukiman baru dan kota-kota lainya untuk mengajarkan


agama Islam kepada penduduk setempat. Di tempat-tempat baru itu mereka
berhadapan

dengan

berbagai

masalah,

Pemecahan

masalah-masalah

tersebut merupakan cikal bakal bagi lahirnya ilmu pengetahuan, terutama


dalam bidang agama.
3. Perkembangan Arsitektur
Arsitektur dalam Islam di mulai tumbuhnya dari masjid. Salah satunya
masjid yang dibangun dan diperbaiki pada masa Khulafa al-Rasyidin yaitu;
a Masjid al-Haram, khalifah Umar mulai memperluas masjid yang pada
masa Rasulullah masih amat sederhana, dengan membeli tembok
rumah-rumah di sekitarnya. Pada masa Utsman [26H]. Masjid alHaram di perluas.
b Masjid Madinah [Nabawi], Khalifah Umar mulai memperluas masjid ini
[17H] bagian selatan ditambah 5 meter dibuat mihrab, bagian barat
di tamabah 5 meter dan bagian utara ditambah 15 meter, pintu
masuk menjadi 3 buah. Masa khalifah Utsman, diperluas lagi dan
diperindah. Dindingnya diganti dengan batu, bidang-bidang dinding
dihiasi dengan berbagai ukiran. Tiang-tiangnya dibuat dari beton
bertulang dan ditatah dengan ukiran, plafonnya dari kayu pilihan.
Unsur estetisnya mulai diperhatikan.

III. MASA UMAYYAH

Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah


mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,
Yazid

bin

Muawiyah

bermaksud

mencontoh

monarchi

di Persia dan

Bizantium. Yazid memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia


memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan
jabatan tersebut, dia menyebutnya Khalifah Allah dalam pengertian
Penguasa yang diangkat oleh Allah. Berikut ini adalah khalifah-khalifah
besar Bani Umayyah3:
1 Muawiyah Ibn Abi Sufyan [661M-680M]
2 Abd Al-Malik Ibn Marwar [685M-705M]
3 Al-Walid Ibn Abd Malik [705M-715M]
4 Umar Ibn Abd Al-Aziz [717M-720M]
5 Hasyim Ibn Abd Al-Malik [724M-743M]
A. Kebijakan Politik Dan Ekonomi
1. Sistem Politik Dan Perluasan Wilayah
Dijaman

Muawiyah,

Tunisia

dapat

ditaklukkan.

Disebelah

timur,

Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan


Afganistan

sampai

ke

Kabul. Angkatan

lautnya

melakukan

serangan-

serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang


dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik, dia
menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Baikh,
Bukhara,

Khawarizm,

Ferghana

dan

Samarkand.

Mayoritas

penduduk

dikawasan ini kaum Paganis. Pasukan islam menyerang wilayah Asia Tengah
pada tahun 41H / 661M. pada tahun 43H / 663M mereka mampu
3 Imam al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa terj., (Jakarta, Hikmah, 2010), h.230.

menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada


tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah Quhistan pada tahun 44H /
664M. Abdullah Bin Ziyad tiba dipegunungan Bukhari. Pada tahun 44H /
664M

para

tentaranya

datang

ke

India

dan

dapat

menguasai

Balukhistan,Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maitan.


Ekspansi kebarat secara besar-besaran dilanjutkan dijaman Al-Walid Ibn
Abd

Abdul

Malik

[705M-714M].

Masa

pemerintahan

Walid

adalah

masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat islam merasa hidup


bahagia, tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahanya. Dia memulai
kekuasaannya dengan membangun Masjid Jami di Damaskus. Masjid Jami
ini dibangun dengan sebuah arsitektur yang indah, dia juga membangun
Qubbatu al-Shakrah dan memperluas masjid Nabawi, disamping itu juga
melakukan pembangunan fisik dalam skala besar.
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas,
penaklukan ini dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua
eropa yaitu pada tahun 711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat
ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin pasukan islam dengan pasukannya
menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Benua Eropa
dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal nama Gibraltar [Jabal
Tariq]. Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi
sasaran ekspansi.
Selanjutnya Ibu Kota Spanyol, Kordova, dengan cepatnya dapat
dikuasai, menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevie, Elvira, dan Toledo
yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova.
Pasukan Islam memperoleh dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama
menderita akibat kekejaman penguasa. Pada masa inilah pemerintah islam
mencapai wilayah yang demikian luas dalam rentang sejarahnya, dia wafat
pada tahun 96H / 714M dan memerintah selama 10 tahun.

Dijaman Umar Ibn Ab Al-Aziz masa pemerintahannya diwarnai dengan


banyak

Reformasi

dan

perbaikan.

Dia

banyak

menghidupkan

dan

memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru


dan membangun masjid-masjid. Dia mendistribusikan sedekah dan zakat
dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi dijamannya.
Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat
ataupun sedekah. Berkat ketaqwaan dan kesalehannya, dia dianggap
sebagai

salah

seorang

Khulafa

al-Rasyidin.

Penaklukan

dimasa

pemerintahannya pasukan islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan


melewati pegunungan Baranese mereka sampai ke wilayah Septomania dan
Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulan sebuah wilayah di Prancis.
Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di
Prancis. sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar. Dakwah
islam marak dengan menggunakan nasehat yang penuh hikmah sehingga
banyak orang masuk Islam, masa pemerintahan Umar Bin Abd Aziz terhitung
pendek.
Dijaman Hasyim Ibn Abd Al-Malik [724-743M] pemerintahannya dikenal
dengan adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif.
Dia membangun kota Rasyafah dan membereskan tata administrasi. Hasyim
dikenal sangat jeli dalam berbagai perkara dan pertumpahan darah. Namun
dia dikenal sangat kikir dan pelit. Penaklukan dimasa pemerintahannya yang
dipimpin oleh Abdur Rahman al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang
Bordeaux, Poitiers, dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun dalam
peperangan yang terjadi diluar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan
tentaranya mundur kembali ke Prancis pada tahun 114H / 732M. Peristiwa
penyerangan ini merupakan peristiwa yang sangat membahayakan Eropa.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur
maupun barat. Wilayah kekuasaan islam masa Bani Umayyah ini betul-betul
sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria,

Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah
yang sekarang disebut Pakistan Purkmenia, Ulbek, dan Kilgis di Asia Tengah.
Khususnya dibidang Tashri, kemajuan yang diperoleh sedikit sekali,
sebab kurangnya dukungan serta bantuan pemerintah [kerajaan] waktu itu.
Baru setelah masa khalifah Umar Bin Abd Al-Aziz kemajuan dibidang Tashri
mulai meningkat, beliau berusaha mempertahankan perkembangan hadits
yang hampir mengecewakan, karena para penghafal hadits sudah meninggal
sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk membukukan Hadits.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti
bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati
isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang
menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah
diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya
Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan
oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara
beberapa kali dan berkelanjutan.
2. Sistem Ekonomi
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah
terbukti berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:
a Dalam

bidang

terhadap

pertanian

pembangunan

Umayyah
sector

telah

memberi

pertanian,

tumpuan

beliau

telah

memperkenalkan system pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil


pertanian.
b Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah
menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.
B. Sistem Peradilan Dan Pengembangan Peradaban

Meskipun sering kali terjadi pergolakan dan pergumulan politik pada


masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah, namun terdapat juga usaha
positif yang dilakukan daulah ini untuk kesejahteraan rakyatnya.
Diantara usaha positif yang dilakukan oleh para khalifah daulah Bani
Umayyah dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki
seluruh

system

pemerintahan

dan

menata

administrasi,

antara

lain

organisasi keuangan. Organisasi ini bertugas mengurusi masalah keuangan


negara yang dipergunakan untuk:
a Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.
b Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.
c Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang.
d Perlengkapan perang
Disamping usaha tersebut daulah Bani Umayyah memberikan hak dan
perlindungan kepada warga negara yang berada dibawah pengawasan dan
kekuasaannya.

Masyarakat

mempunyai

hak

untuk

mendapatkan

perlindungan hukum dan kesewenangan. Oleh karena itu, Daulah ini


membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh
seorang ketua Hakim [Qathil Qudhah]. Seorang hakim [Qadli] memutuskan
perkara dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan AlQuran dan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh
atau dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh
berhak memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh
suatu golongan politik tertentu.
Disamping itu, kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah juga banyak
berjasa dalam pengembangan peradaban seperti pembangunan di berbagai
bidang, seperti:

a Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu


dengan menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan.
Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata.
b Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah
membuat lambang Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan
bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang itu menjadi
ciri khas kerajaan Umayyah.
c Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691H,
Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah kubah yang megah
dengan arsitektur barat yang dikenal dengan The Dome Of The
Rock [Qubattu al-Sakharah].
d Pembuatan mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang
kemudian diedarkan keseluruh penjuru negeri Islam.
e Pembuatan panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga
tempat-tempat untuk orang-orang yang infalid, segala fasilitas
disediakan oleh Umayyah.
f

Kemajuan sistem militer dengan banyak belajar dari pertempuranpertempuran yang dialami kemudian memadukannya dengan teknik
berperang yang dimiliki sehingga dapat menaklukan wilayahwilayah Eropa. Pengembangan angkatan laut muawiyah yang
terkenal sejak masa Utsman sebagai Amir Al-Bahri, tentu akan
mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga kapal
perang waktu itu berjumlah 1700 buah. Secara garis besar formasi
kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda,
pasukan pejalan kaki dan angkatan laut4.

4 Hasan, Ibrahim Hasan, Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, (Kalam Mulia, Jakarta, 2003),
h.358.

g Khalid bin Yazid, cucu Muawiyah, sangat tertarik pada ilmu kimia
dan

kedokteran.

Ia

menyediakan

sejumlah

harta

dan

memerintahkan para sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk


menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam bahasa Arab5.
Pada masa Umayyah, [Khalifah Abd Al-Malik] juga berhasil melakukan
pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan
bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
C. Sistem Pergantian Kepala Negara Dan Keruntuhan Umayyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah
dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu
yang baru bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas.
Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah
ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan
anggota keluarga istana.
2. Latar

belakang

terbentuknya

dinasti

Bani

Umayyah

tidak

bisa

dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisasisa Syi'ah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara
terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi
seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan
terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku
Arabia Utara [Bani Qays] dan Arabia Selatan [Bani Kalb] yang sudah
ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini
mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan
untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian
besar golongan mawali [non Arab], terutama diIrak dan wilayah bagian
5 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta, Kencana, 2011), h.39.

timur

lainnya,

merasa

tidak

puas

karena

status mawali itu

menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan


bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh
sikap mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak
sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi
kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena
perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan alAbbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh
dari Bani Hasyim dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh
pemerintahan Bani Umayyah6.
Wallahul Mustaan.
Daftar Rujukan:
1 Al-Suyuthi, Imam, Tarikh Al-Khulafa, (Penerbit Hikmah, Jakarta, 2010).
2 Hitti, K. Philip, History of the Arabs, (Serambi, Jakarta, 2010).
3 Sunanto, Musyrifah, Prof. Dr. Hj, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta, Kencana, 2011)
4

Hasan, Ibrahim Hasan, Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, (Kalam


Mulia, Jakarta, 2003).

6 Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Serambi, Jakarta, 2010), h.348.

Anda mungkin juga menyukai