DAFTAR ISI
...........................................................................................................iii
...........................................................................................................vi
Gambar 2.1.
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.2.1
Gambar 4.2
Gambar 4.2.1
Tabel 4.2
Gambar 4.3
ABSTRAKSI
Penyakit jantung menempati urutan pertama penyebab kematian di dunia serta menjadi
peringkat pertama di antara sepuluh penyebab kematian di Negaranegara dengan pendapatan tinggi dan menengah. Salah satu dari penyakit
jantung tersebut adalah infark miokardium akut.
Infark miokardium akut merupakan kondisi yang mengancam jiwa sehingga diagnosa
yang cepat terhadap infark miokardium akut sangat penting dalam
manajemen pasien. Presentasi klinis dan ekokardiografi menjadi kendala
karena kurang spesifik pada pasien dengan nyeri dada sehingga
diperlukan cardiac biomarker.
Secara garis besar, terdapat tiga biomarker untuk mendeteksi infark miokardium akut: hscTnT, miR-208b, dan miR-499. Di antara ketiga biomarker tersebut,
miR-208b memiliki keakuratan yang paling rendah. Oleh karena itu,
fokus pada penulisan ini adalah perbandingan antara miR-499 dengan
hs-cTnT. miR-499 memberikan hasil positif pada 93% pasien dan hscTnT pada 88% pasien. Selain itu, miR-499 juga dihasilkan bila terjadi
cardiac injury yang disebabkan oleh kondisi iskemik dalam waktu satu
jam sejak nyeri dada dirasakan.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan kami
menggunakan metode kepustakaan.
Perlunya sosialisasi kepada pemerintah, tenaga kesehatan, peneliti dan industri farmasi
Indonesia mengenai potensi pemanfaatan circulating microRNAs: miR499 sebagai cardiac biomarker terbaru dan tersensitif untuk diagnosa
dini infark miokardium akut.
Kata kunci: circulating microRNA, miR-499, cardiac biomarker, infark miokardium akut.