Anda di halaman 1dari 32

INDIKATOR, TUJUAN PEMBELAJARAN, DAN TAKSONOMI BELAJAR

(GAGNE, BLOOM, DAN BLOOM HASIL REVISI)


MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Penilaian Pembelajaran
yang dibina oleh Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd.

Oleh
Kelompok 3 / Kelas C
Dwi Swastanti R

(150341805916)

Ida Purwami

(150341806167)

Widyarnes Niwangtika

(150341806459)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi diri menjadi
kemampuan yang semakin lama semakin meningkat baik dari segi

sikap

pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup, bermasyarakat,


berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena
itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta
didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas harus dimulai
dengan perencanaan pembelajaran yang berkualitas pula, dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikenal istilah SK, KD, indikator, dan tujuan
pembelajaran. SK dan KD telah ditetapkan oleh pemerintah dan dapat diperoleh dari
dokumen

kurikulum

yang

berupa

permendiknas

(untuk

KTSP)

ataupun

permendikbud (untuk kurikulum 2013). Adapun indikator dan tujuan pembelajaran


dirumuskan sendiri oleh guru dengan berdasarkan pada rumusan SK dan KD. Guru
perlu memahami taksonomi belajar agar dapat merumuskan indikator dan tujuan
pembelajaran dengan baik. Taksonomi belajar yang dirumuskan oleh para ahli, antara
lain taksonomi Gagne, taksonomi Bloom, dan taksonomi Bloom yang direvisi. Pada
kurikulum 2013, penggunaan standar kompetensi digantikan oleh kompetensi inti
sebagai standar ketercapaian yang harus dimiliki peserta didik.
Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun dan
diurutkan berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu, sebagai contoh,adalah
taksonomi dalam bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokan benda kedalam
benda cair, benda padat dan gas. Taksonomi dalam bidang ilmu botani
mengelompokkan tumbuhan berdasakan karakteristik tertentu, misalnya kelompok
tumbuhan bersel satu dan tumbuhan bersel banyak. Taksonomi tujuan pembelajaran

adalah pengelompokan tujuan pembelajaran dalam kawasan kognitif, afektif dan


psikomotorik
Taksonomi belajar digunakan untuk merumuskan tujuan pendidikan selain itu
dipakai sebagai penilaian dan evaluasi dalam pendidikan. Hal ini digunakan untuk
menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berhubungan dengan
kegiatan pendidikan dalam bentuk sehari-hari. Berkenaan dengan hal ini, beberapa
psikolog bidang pendidikan mngembangkan sebuah taksonomi yang kemudian
dikenal dengan nama Taksonomi Bloom. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan
pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom dan koleganya. Konsep tersebut
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga domain, yaitu domain kognitif,
afektif dan psikomotorik. Taksonomi Bloom pada domain kognitif-lah yang sampai
saat ini begitu banyak dikenal oleh kalangan yang berkecimpung di dunia pendidikan.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam melaksanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran selalu bermuara
pada tujuan pembelajaran yang telah disusun. Dilihat dari sejarahnya, tujuan
pembelajaran pertama kali diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang
diterapkannya dalam ilmu perilaku (behavioral science) dengan maksud untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert Mager yang
menulis buku yang berjudul Preparing Instructional Objective pada tahun 1962.
Selanjutnya diterapkan secara meluas pada tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan
termasuk di Indonesia.
Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dan dilaksanakan dengan
baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan tegas dalam rencana pembelajaran. Kendati demikian,
dalam kenyataan di lapangan saat ini, tampaknya kita masih dapat menemukan
permasalahan yang dihadapi para guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang
hendak dilaksanakannya, yang berujung pada efektivitas pembelajaran (Sudrajat,
2009).
Agar penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan baik, maka taksonomi belajar yang sudah disebutkan di atas perlu dibahas

secara lebih mendalam. Berdasarkan hal tersebut, maka makalah yang berjudul
Indikator, Tujuan Pembelajaran, dan Taksonomi Belajar (Gagne, Bloom, dan
Bloom Hasil Revisi) perlu untuk disusun.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.

Bagaimana perbedaan antara SK/KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran?

2.

Bagaimana karakteristik taksonomi hasil belajar menurut Gagne?

3. Bagaimana karakteristik taksonomi pendidikan menurut Bloom dan taksonomi

Bloom hasil revisi?


C. Tujuan Penulisan
1.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


Untuk menjelaskan perbedaan antara SK/KI, KD, indikator, dan tujuan

2.
3.

pembelajaran.
Untuk mendeskripsikan karakteristik taksonomi hasil belajar menurut Gagne.
Untuk mendeskripsikan karakteristik taksonomi pendidikan menurut Bloom dan
taksonomi Bloom hasil revisi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi inti (KI) , Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan Tujuan

Pembelajaran
Kompetensi adalah hasil pengalaman pengalaman belajar terpadu dimana
skills, abilities, dan knowledge berinteraksi untuk membentuk kesatuan pembelajaran
terkait dengan tugas yang telah disediakan. Kompetensi diukur secara tepat dalam
berbagai tingkatan pembelajaran. Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk
berpikir, berbuat, dan bersikap secara konsisten. Seluruh pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang dipelajari harus berwujud dalam bentuk pikiran, perbuatan, dan
perilaku yang relatif bertahan lama. Ada dua ciri kompetensi yaitu keteramatan dan
kebertahanan. Kompetensi berkaitan dengan apa yang seseorang bisa lakukan, dan
bukan hanya apa yang telah mereka ketahui. Implikasinya adalah kompetensi terkait
dengan apa yang dilakukan harus memiliki konteks, kompetensi adalah suatu hasil
yang menjelaskan apa yang dapat dilakukan oleh seseorang, mengukur kompetensi
harus jelas kinerja yang diukur dan ada standarisasi, dan pengukuran terhadap apa
yang bisa dilakukan seseorang dapat dilakukan dalam suatu waktu tertentu. Teramati
berarti dapat diukur, kebertahanan berarti kompetensi relatif tetap untuk suatu jangka
waktu tertentu. Misalnya siswa dikatakan telah mempunyai kompetensi dasar
menentukan komposisi dua fungsi. Tidak cukup bagi seseorang untuk tahu komposisi
fungsi tapi juga harus dapat menggunakan komposisi fungsi untuk menyelesaikan
suatu masalah (Sukandi (2005) dalam Utami, 2010).
Menurut Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang Standar Proses, disebutkan
bahwa Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan minimum yang harus dikuasai peserta
didik untuk standar kompetensi tertentu dan digunakan sebagai rujukan penyusunan
indikator ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran, dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat kompetensi dalam
suatu pelajaran. Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau

diobservasi untuk menunjukkan diamati dan diukur, mencakup pengetahuan, sikap,


dan ketrampilan. Adapun tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Tujuan adalah alat untuk menggambarkan hasil siswa, tujuan mengarahkan
pembelajaran agar efektif. Selain itu, tujuan pembelajaran berfungsi sebagai panduan
siswa untuk mengetahui apa yang diharapkan dari belajar siswa. Juga digunakan
untuk dasar pemilihan media pembelajaran dan dasar bagaimana cara membelajarkan.
Tujuan dapat diklasifikasikan menurut hasil pembelajarannya dimana hasil
pembelajaran biasanya digolongkan menjadi kognitif, psikomotor, dan afektif. Untuk
melihat ketercapaian kompetensi dasar perlu ditetapkan indikatorindikator yang lebih
spesifik yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk penilaian. Kriteria untuk
menetapkan seseorang sudah mempunyai kompetensi atau tidak adalah dengan
menggunakan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM). Jika belum tuntas maka
perlu diadakan pembelajaran remidial. Siapa yang akan diberi pembelajaran remedial.
Tentu saja siswa yang yang belum mencapai KKM. Oleh karena itu kita dapat
menyimpulkan bahwa penetapan indikator ketercapaian adalah untuk melihat
ketercapaian kompetensi secara individu. Dapat disimpulkan dalam tujuan
pembelajaran tersebut, guru merencanakan proses belajar seperti apa yang diinginkan
agar siswa memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Proses belajar ini ditetapkan
untuk seluruh siswa dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa tujuan
pembelajaran merupakan target pencapaian siswa secara kolektif (Utami, 2010).
Menurut Suwono (2007) dalam Utami (2010), tujuan pembelajaran dapat
dirumuskan dalam dua bentuk, yaitu bentuk apa yang akan dilakukan guru dan apa
yang akan dikuasai siswa. Misalnya: menjelaskan konsep komposisi fungsi melalui
menelaah syaratsyarat terjadinya fungsi komposisi (sisi guru) dan menentukan
komposisi fungsi dari dua fungsi (sisi siswa). Dengan memperhatikan hal tersebut,
kita dapat memandang bahwa tujuan pembelajaran menggambarkan proses belajar
yang direncanakan guru untuk membelajarkan siswa dan hasil belajar siswa yang
diharapkan. Dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan antar indikator
ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran, berikut ini contoh implikasinya

dalam penyusunan RPP. Kompetensi Dasar menentukan komposisi dari dua fungsi.
Indikator Pencapaian Menentukan aturan fungsi komposisi dari dua fungsi dan
menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep fungsi komposisi. Tujuan
pembelajaran menemukan syarat terjadinya fungsi komposisi dari dua fungsi dan
menentukan aturan fungsi komposisi dari dua fungsi, menemukan sifat-sifat fungsi
komposisi, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep fungsi
komposisi.
Perbedaan antara indikator dan tujuan pembelajaran adalah adanya gambaran
proses pembelajaran yang sengaja direncanakan oleh guru pada tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran berlaku untuk semua siswa secara klasikal. Karena tujuan
pembelajaran mencakup proses dan hasil belajar, seyogjanya tujuan pembelajaran
lebih luas dibandingkan indikator ketercapaian kompetensi.
Contoh SK, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran Biologi kelas X pada
KTSP
Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

Indikator

2.3.1 Mendeskripsikan

Tujuan Pembelajaran

2. Memahami

2.3 Menyajikan

1. Siswa mampu

prinsip-prinsip

ciri-ciri

ciri-ciri Protista

dengan tepat

pengelompokan

umum filum

yang menyerupai

mendeskripsikan

makhluk hidup

dalam

hewan,

ciri-ciri Protista yang

kingdom

menyerupai

menyerupai

Protista dan

tumbuhan dan

hewan,menyerupai

peranannya

menyerupai jamur.

tumbuhan dan

bagi
kehidupan.

menyerupai jamur.
2.3.2 Mengelompokkan

2.

Siswa mampu

contoh Protista

dengan tepat

yang menyerupai

mengelompokkan

hewan, tumbuhan,

contoh Protista yang

dan jamur.

menyerupai hewan,
tumbuhan, dan

jamur.
2.3.3 Mengemukakan

3.

Siswa mampu
dengan tepat

contoh peran

mengemukakan

protista bagi

contoh peran protista

kehidupan

bagi kehidupan
2.3.4 Mengidentifikasi

4.

Protista yang
menguntungkan
dan merugikan
manusia.

Siswa mampu
dengan tepat
mengidentifikasi
protista yang
menguntungkan dan
merugikan bagi

manusia
Dalam kurikulum 2013, terdapat kompetensi inti (KI). Berdasarkan
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas
tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi
sebagai berikut:
1.

Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual

2.

Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial

3.

Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan

4.

Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan


Contoh Kompetensi Inti (KI) dalam Permendikud Nomor 69 Tahun 2013

tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah


Aliyah sebagai berikut:
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli


(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI-3: Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Contoh Kompetendi Dasar Dan Indikator dan indikato Pencapaian Kompetensi
Biologi kelas X berdasarkan kurikulum 2013.
Kompetensi Dasar
1. Kompetensi Dasar KI-1
1.2 Menyadari dan mengagumi
pola pikir Ilmiah dalam

Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator KD pada KI-1

ingin tahu) dalam kemampuan mengamati

kemampuan mengamati

bioproses melalui metode ilmiah

bioproses
2. Kompetensi Dasar KI-2
2.2 Perduli terhadap
keselamatan diri dan
lingkungan dengan
menerapkan prinsip
keselamatan kerja saat
melakukan kegiatan
pengamatan dan percobaab

Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah (rasa

Indikator KD pada KI-2

Menunjukkan sikap perduli terhadap keselamatan


diri dan lingkungan dengan melakukan kegiaatan
pengamatan dan percobaan di laboratorium dan
dilingkungan sekitar dalam ruang lingkup biologi

di laboratorium dan
lingkungan sekitar
3. Kompetensi Dasar KI-3
3.1 Memahami tentang ruang
lingkup biologi
permasalahna pada berbagai
objek biologi dan tingkatan
organisasi kehidupan.
Metode ilmiah dan prinsip
keselamatan kerja
berdasarkan pengamatan
dalam kehidupan

Indikator KD pada KI-3

Menuliskan pengertian biologi


Menuliskan ciri-ciri biologi sebagai ilmu
Menyebutkan tahapan metode ilmiah.
Menunjukkan tingkatan organisasi kehidupan dari
tingkat yang paling sederhana hingga yang paling

kompleks.
Mengkalsifikasikan cabang-cabang ilmu biologi
dan kaitannya dalam pengembangan garis masa

depan.
Menjelaskan permasalahan biologi pada berbagai

objek biologi.
Memberi contoh manfaat mempelajari biologi bagi
diri sendiri dan lingkunga. Serta masa depan

Kompetensi Dasar KI-4


4.1 Menyajikan data tentang
objek dan permasalahan
biologi pada berbagai
tingakatn organisasi
kehidupan sesuai dengan
metode ilmiah dan
memperhatikan aspek
keselamatan kerja serta
menyajikan dalam bentuk

peradapan bangsa.
Menjelaskan dampak negatif perkembangan biologi

Indikator KD pada KI-4

Menggunakan peralatan laboratorium


Melaksanakan percobaan sederhana dengan

menggunakan kerja ilmiah


Mengaitkan hasil percobaan sederhana dengan

kerja ilmiah.
Membuktikan hasil percobaan sederhana dengan
kerja ilmiah.

laporan tertulis.

Membuat laporan hasil penelitian dengan


menggunakan format laporan ilmiah sederhana
(tugas mandiri).

Indikator
Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Panduan Pengembangan Indikator (Kemendiknas, 2010) menguraikan
lebih lanjut pengertian Indikator yang merupakan penanda pencapaian KD yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan
dirumuskandalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: (1) tuntutan
kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (2)
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; (3) potensi dan
kebutuhan

peserta

didik,

masyarakat,

dan

lingkungan/daerah.

Dalam

mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator,


yaitu: (1) Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; (2)
Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal
yang di kenal sebagai indikator soal (Dewi, 2015).
Indikator

memiliki

kedudukan

yang

sangat

strategis

dalam

mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan KD. Indikator berfungsi


sebagai berikut:

pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran Pengembangan


materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan.
Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah
dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah,

serta lingkungan.
pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi
dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran
hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator
dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk
mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada
aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak
dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discovery-

inquiry.
pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian
kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai
tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi

secara maksimal
pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta
mengevaluasi hasil belajar.
Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk
dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan
indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang
dikembangkan.

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil
belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat
tentang makna tjuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Magner (1962)

mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagaitujuan perilaku yang hendak dicapai


atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi.
Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam
rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa
dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi, strategi,
metode, dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa
tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus,
dan menjadi tidak efektif.
Tujuan belajar berfungsi sebagai acuan dari semua komponen rancangan
atau desain instruksional. Oleh karena itu tujuan belajar harus dirumuskan secara
tepat/jitu sesuai dengan tingkah laku/kemampuan aktual yang harus dimiliki oleh
mahasiswa (pembelajar) setelah selesai belajar sebagai suatu kebulatan
kompetensi

(Soekoer,

1994).

Struktur

komponen-komponen

itu

keterkaitannya dapat dilihat pada bagan 2:

Gambar 2. Link and Mach Antar Komponen Rancangan Instruksional


Keterangan:
TP

: Tujuan Pembelajaran

MB

: Materi Belajar

dalam

KB

: Kegiatan Belajar

EHB

: Evaluasi Hasil Belajar

MMSB: Metode, Media, dan Sarana Belajar


Adapun

manfaat

yang

dapat

diperoleh

dari

perumusan

tujuan

pembelajaran adalah: (1) menentukan tujuan proses pembelajaran, (2)


menentukan

persyaratan

awal

pembelajaran,

(3)

merancang

strategi

pembelajaran, (4) memilih media pembelajaran, (5) menyusun instrumen


evaluasi pembelajaran, dan (6) melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.
Implikasi dalam penyusunan RPP dimana Kompetensi Dasar menentukan
komposisi dari dua fungsi, Indikator Pencapaian Menentukan aturan fungsi
komposisi dari dua fungsi dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan
konsep fungsi komposisi. Tujuan pembelajaran menemukan syarat terjadinya
fungsi komposisi dari dua fungsi dan menentukan aturan fungsi komposisi dari
dua fungsi, menemukan sifat-sifat fungsi komposisi, dan menyelesaikan masalah
dengan menggunakan konsep fungsi komposisi.
B. Taksonomi Belajar Gagne
Robert

Gagne

lahir

tahun

1916

di

North

Andover,

MA. Beliau

mendapatkan gelar A.B. di Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat
gelar Ph.D. Psychology dari Universitas Brown. Mengajar di Connecticut College
for Women dari 1940-49 dan kemudian di Penn State University dari 1945-1946.
Antara

1949-1958,

Gagne

menjadi

direktur perceptual

and

motor

skills

laborartory di U.S. Air force. Pada saat itu dia mulai mengembangkan
beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut "The Conditions of Learning".
Gagne telah banyak memperkenalkan mengenai pandangan dan pendapat seputar
pembelajaran.
Menurut Gagne, belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses
yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi,
tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak
keterampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan

yang lebih rumit. Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari
lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa (Andriyani, 2008).
Gagne mengklasifikan hasil belajar ke dalam lima kategori, dengan membagi
ranah kognitif menjadi informasi verbal, strategi kognitif, dan keterampilan
intelektual. Lima kategori hasil belajar menurut Gagne, yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan psikomotor
(Driscoll, 2005). Hal tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1. Informasi Verbal
Informasi verbal merupakan informasi yang diperoleh dengan mendengar
kata-kata

yang

diucapkan

orang,

membaca,

mendengarkan

radio atau

televisi. Informasi tertuju pada apa yang ingin diketahui yang meliputi
nama, fakta, prinsip dan generalisasi.
2. Ketrampilan Intelektual
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat membedakan,
menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Keterampilan intelektual
ini juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau
gambar. Keterampilan ini dirincikan ke dalam lima tingkatan, yaitu belajar
diskriminasi (membedakan), konsep nyata, mendefinisikan konsep, aturan, dan
tatanan aturan yang lebih tinggimenyelesaikan masalah.

Diskriminasi (membedakan)
Diskriminasi merupakan suatu kemampuan yang harus dikuasai
seseorang dalam mempelajari keterampilan intelektual. Kemampuan ini dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk memberikan respons yang berbeda
terhadap berbagai stimulus yang diberikan antara bentuk satu atau lebih.
Dengan kata lain adalah, seseorang dapat menyatakan sama atau tidaknya dua
stimulus yang diberikan. Hal ini dapat berupa tekstur, huruf, angka, bentuk,

dan suara.
Konsep Nyata
Dalam ketrampilan intelektual juga harus mengetahui mengenai
konsep nyata. Belajar konsep nyata adalah mengetahui sifat-sifat umum benda

nyata atau kejadian dan mengelompokkan objek-objek atau kejadian-kejadian

dalam satu kelompok.


Mendefinisikan Konsep
Mendifinisikan konsep juga merupakan tahap dari terbentuknya
ketrampilan intelektual. Seseorang dikatakan telah belajar mendefinisikan
konsep jika ia dapat menunjukkan arti dari beberapa kelas khusus dari objek,
kejadian, atau hubungan. Dengan kata lain, mereka dapat membedakan contoh

kejadian baru atau ide dengan definisi mereka sendiri.


Aturan
Pada tahap selanjtnya adalah belajar aturan. Aturan merupakan suatu
tahap untuk menerapkan hubungan tunggal untuk memecahkan suatu bagian

masalah.
Tatanan Aturan Lebih Tinggi Menyelesaikan Masalah
Aturan tatanan yang lebih tinggi ini disebut juga problem solving,
atau menyelesaikan masalah. Dalam tingkatan ini seseorang menerapkan
sebuah kombinasi aturan baru untuk menyelesaikan sebuah masalah
kompleks.

3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur bagaimana siswa
mengelola

belajarnya,

seperti

mengingat

atau

berfikir

dalam

rangka

mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan. Hal ini berpangaruh


terhadap perhatian siswa dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya serta
menemukan kembali ingatan itu. Strategi kognitif mengendalikan tingkah laku
anak dalam menghadapi lingkungannya

atau aspek internal. Seorang anak

menggunakan strategi kognitif dalam memikirkan tentang apa yang telah


dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara kreatif. Beberapa strategi
kognitif adalah : (1) strategi menghafal,

(2) strategi elaborasi, (3) strategi

pengaturan, (4) strategi metakognitif,(5) strategi afektif.


4. Sikap
Sikap

merupakan

pembawaan

yang

dapat

dipelajari

dan dapat

mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup

lain. Hasil belajar yang berupa sikap adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pemilihan tindakan pribadi berdasarkan pemahaman intens dan perasaan.
Sekelompok sikap yang penting ialah sikapsikap kita terhadap orang lain.
Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu
yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
5. Ketrampilan Psikomotorik
Keterampilan psikomotorik merupakan keterampilan untuk melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan tubuh (perbuatan jasmani). Ciri
umum keterampilan ini adalah membutuhkan prasyarat untuk mengembangkan
kemulusan/kehalusan dan pengaturan waktu. Dengan demikian, keterampilan ini
akan bertambah sempurna jika sering dipraktekkan. Sebagai contoh adalah
keterampilan menggunakan penggaris dan jangka dalam membuat bentuk
lingkaran, segi tiga sama sisi, sudut siku-siku dan lain-lain (Indriyani, 2008).
Pada proses pembelajaran, Gagne membagi keberlangsungan proses belajar
dalam 4 fase utama yakni fase
a. Fase Receiving The Stimulus Situation
Merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian
menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan
sendiri dengan berbagai cara. Misalnya golden eye bisa ditafsirkan sebagai
jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan
diterima

atau

seorang

Guru

dapat memberikan

stimulus

agar

siswa

memperhatikan apa yang akan diucapkan.


b. Fase Stage Of Acquition
Pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang
belum diperoleh sebelumnya dengan menghubunghubungkan informasi yang
diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini
siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
c. Fase Storage

Fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka


pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam
memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
d. Fase Retrieval/Recall
Fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam
memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau
kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih meningkatkan
daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara
terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi
katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil atau dimunculkan kembali.
A. Taksonomi Bloom Sebelum dan Sesudah di Revisi
Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari yang
sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks (mengevaluasi).
Ranah kognitif terdiri atas (berturut-turut dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks, adalah:
Menurut Bloom, perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3
(tiga) ranah, yaitu.
1.

Ranah kognitif; adalah ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau


berfikir, didalamnya mencakup aspek pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis),

2.

memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation).


Ranah afektif; adalah ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral, didalamnya mencaku
penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian
(valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi

3.

(characterization).
Ranah psikomotor; adalah ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari kesiapan

(set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan


(adaptation) dan menciptakan (origination).
Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
a. Domain Taksonomi Kognitif Bloom
Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan
aspek

intelektual,

seperti

pengetahuan,

pengertian,

dan

keterampilan

berpikir. Indikator proses kognitif merupakan perilaku (behavior) siswa yang


diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain ranah afektif dan psikomotorik,
hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah kognitif. Seseorang
dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah

terjadi

perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi.


Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar
sebagai produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan
proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan
berfikir siswa. Indikator produk kognitif berkaitan dengan perilaku siswa
yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional
aspek kognitif.
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di
jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang
diurutkan seperti pada gambar berikut ini.

Masing-masing tingkatan dijelaskan seperti berikut ini.


1.

Knowledge / Remember (C1)


Mengingat knowledge merupakan proses kognitif yang paling rendah

tingkatannya.

Untuk dapat menjadi bagian belajar bermakna, maka tugas

mengingat dan menghafal hendaknya

selalu

dikaitkan

dengan

aspek

pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif, yaitu mengenali
(recognizing) dan mengingat. Beberapa kata kerja operasional yang berkaitan
dengan

mengingat antara

menggambar,
menandai,
membilang,

lain

mengetahui,

menyebutkan, membilang,

menamai,

mengutip,

mengidentifikasi,

mengutip, menyebutkan,

mengidentifikasi, mendaftar,

memasangkan,

menjelaskan,

menunjukkan,

menjelaskan,
menggambar,

memberi

label,

memberi indeks, memasangkan, menamai, menandai, membaca, menyadari,


menghafal, meniru, mencatat, mengulang, mereproduksi, meninjau, memilih,
menyatakan, mempelajari, mentabulasi, memberi kode, menelusuri, dan menulis.
2. Comprehension / Understanding (C2)
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa agar dapat menunjukkan bahwa
mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan
dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih
fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar
mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap
materi yang diketahuinya. Kata kerja operasional yang berkaitan dengan
memahami

antara lain

menafsirkan,

meringkas,

mengklasifikasikan,

membandingkan, menjelaskan, membeberkan, memperkirakan, menjelaskan,


mengkategorikan,
menghitung,
menjalin,

mencirikan, merinci,

mengasosiasikan,

mengkontraskan, mengubah,
membedakan,

mendiskusikan,

membandingkan,

mempertahankan,
menggali,

menguraikan,
mencontohkan,

menerangkan,

mengemukakan, mempolakan,

memperluas,

menyimpulkan,

meramalkan, merangkum, dan menjabarkan.


3.

Application / Applying (C3)


Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur untuk

menyelesaikan

masalah

dan

mengerjakan

tugas.

Oleh

karena

itu,

mengaplikasikan materi harus berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.


Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan
prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu
menjalankan dan mengimplementasikan. Kata kerja operasionalnya antara lain
melaksanakan, menggunakan,
memilih,

menjalankan,

menyusun, memulai,

mengurutkan,
menentukan,

menyelesaikan,

menerapkan, menyesuaikan,

mengklasifikasi,

melakukan,

mempraktekan,

mendeteks,

mengkalkulasi,

menghitung, membangun,

menggambarkan, menggunakan,

menugaskan,
memodifikasi,

membiasakan,
menilai,

mencegah,

melatih,

menggali,

mengemukakan, mengadaptasi, menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan,


mengkonsepkan,

melaksanakan, meramalkan,

memproduksi,

memproses,

mengaitkan, menyusun, mensimulasikan, memecahkan, melakukan, mentabulasi,


dan meramalkan.
4.

Analysis / Analysing (C4)


Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke

unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsurunsur tersebut.

Kata

kerja

operasionalnya

membandingkan, mengorganisir,
mengkerangkakan, menyusun

menyusun
outline,

antara
ulang,

lain

menguraikan,

mengubah

mengintegrasikan,

struktur,

membedakan,

menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan, menganalisis,

mengaudit,

memecahkan, menegaskan, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, merinci,


menominasikan, mendiagramkan,
mencerahkan, menjelajah,

megkorelasikan,

membagankan,

merasionalkan,

menyimpulkan,

menguji,

menemukan,

menelaah, memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan, memilih,


mengukur, melatih, dan mentransfer.

5.

Sintesis / Evaluation (C5)


Teori Bloom Sebelum direvisi
Dengan

kata

kerja

operasional yakni mengabstraksi,

mengatur,

menganimasi, mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode, mengombinasikan,


menyusun, mengarang,

membangun,

menciptakan, mengkreasikan,
mendikte,

mengoreksi,

meningkatkan,

memperjelas,

merumuskan, menggeneralisasi,
mereparasi,

menampilkan,

menanggulangi,
merancang,

merencanakan,

memfasilitasi,

menggabungkan,

menyiapkan

menghubungkan,
membentuk,

memadukan,

memproduksi,

membatas,

merangkum,

dan

merekonstruksi.
Teori Bloom Setelah direvisi
Mengevaluasi adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria
dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam
kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya antara lain
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,
membenarkan, dan menyalahkan.
6.

Evaluation / Creating (C6)


Teori Bloom Sebelum direvisi
Dengan kata kerja operasional membandingkan, menyimpulkan,

menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan,


memprediksi, memperjelas, menugaskan, menafsirkan, mempertahankan,
memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi, mengetes,
mendukung, memilih, dan memproyeksikan.

Teori Bloom Setelah direvisi


Membuat adalah menggabungkan

beberapa

unsur

menjadi

suatu

bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori
ini yaitu Membuat, Merencanakan, dan Memproduksi. Kata kerja operasionalnya
antara lain merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan,
membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan mengubah.
b. Domain Taksonomi Afektif Bloom

Indikator pada ranah afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan
setelah siswa melakukan serangkaian

kegiatan

pembelajaran. Dalam

pembelajaran IPA, indikator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA
yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indikator afektif disusun dengan
menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa
contoh sikap ilmiah adalah berlaku jujur, peduli, dan tanggungjawab. Selain itu,
indikator

afektif

juga

perlu

memunculkan keterampilan sosial misalnya

bertanya, mengemukakan ide dan berpendapat, menjadi pendengar yang baik,


dan berkomunikasi. Beberapa hal yang berkaitan dengan ranah afektif antara
lain:
1.

Menerima (A1) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan


(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, dan gejala. Yang termasuk aspek ini adalah
mempertanyakan,

2.

mengikuti,

memberi,

memilih,

menganut, mematuhi, dan

meminati.
Menanggapi (A2) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan seseorang untuk mengikut sertakan dirinya
secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya
dengan salah satu cara. Yang termasuk aspek ini adalah menjawab,
membantu,

mengajukan,

mendukung,
3.

mengompromika, menyenangi,

menyetujui,

menampilkan,

menyambut,

melaporkan,

memilih,

mengatakan, memilah, dan menolak.


Menilai (A3) artinya memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau obyek. Sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasa
akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan proses belajar
mengajar, peserta didik di sini tidak hanya mau menerima nilai yang
diajarkan, tetapi mereka telah berkemampuan menilai konsep atau
fenomena, yaitu baik atau buruk. Nilai itu telah mulai dicamkan
(interralized)

dalam

mengasumsikan,

dirinya.

meyakini,

Yang

termasuk

melengkapi,

aspek

meyakinkan,

ini

adalah

memperjelas,

memprakarsai, mengimani, mengundang, menggabungkan, mengusulkan,


4.

menekankan, dan menyumbang.


Mengelola (A4) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk
nilai baru yang lebih universal yang membawa pada perbaikan umum.
Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan nilai ke dalam
suatu sistem organisasi termasuk di dalamnya hubungan dengan satu nilai
dengan nilai lain. Pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
Yang termasuk aspek ini adalah menganut,
mengklasifikasikan, mengombinasikan,
membentuk

5.

pendapat,

mengubah,

mempertahankan,

memadukan,

mengelola,

menata,

membangun,

menegosiasi,

dan

merembuk.
Menghayati (A5) : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi,
mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan,

dan memecahkan.
c. Domain Taksonomi Domain Taksonomi Psikomotor Bloom
Indikator psikomotorik

merupakan perilaku (behavior)

siswa yang

diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai


kompetensi

yang

telah ditetapkan.

Selama

proses

pembelajaran

IPA,

diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau


pembuktian

konsep.

Kegiatan

ini

melibatkan aktivitas

fisik, misalnya

merangkai, mengukur, membuat dan lain sebagainya. hal-hal yang berkaitan


dengan ranah Psikomotor, antara lain.
1.

Menirukan (P1), meliputi mengaktifkan, menyesuaikan, menggabungkan,


melamar, mengatur,

2.

menimbang,

memperkecil,

membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan, mengonstruksi.


Memanipulasi (P2), meliputi mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang,
memilah, melatih,

3.

mengumpulkan,

memperbaiki,

mengidentifikasikan,

mengisi,

menempatkan, membuat, memanipulasi, mereparasi, mencampur.


Pengalamiahan (P3), meliputi mengalihkan, menggantikan, memutar,
mengirim, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur,
mengoperasikan, mengemas, membungkus.

4.

Artikulasi

(P4) , meliputi mengalihkan,

memadankan, menggunakan,

memulai,

mempertajam,

membentuk,

menyetir,

menjeniskan,

menempel, menseketsa, melonggarkan, menimbang.


Kategori dan Proses
Nama-Nama Lain
Definisi dan Contoh
Kognitif
1. Mengingat Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali

Mengidentifikasi

Menempatkan
pengetahuan dalam
memori jangka panjang
yang sesuai dengan
pengetahuan tersebut
(misalnya, mengenali
tanggal terjadinya
peristiwa penting dalam
sejarah Indonesia)
1.2 Mengingat kembali
Mengambil
Mengambil pengetahuan
yang relevan dari
memori jangka panjang
(misalnya mengingat
kembali tanggal
peristiwa-peristiwa
penting dalam sejarah
Indonesia)
2. Memahami Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
2.1 Menafsirkan
Mengklarifikasikan
Mengubah satu bentuk
Memparafrasekan
gambaran (misalnya
Mempresentasi
angka) jadi bentuk lain
Menerjemahkan
(misalnya kata-kata),
(misalnya
memparafrasekan puisi
menjadi karangan bebas
2.2 Mencontohkan
Mengilustrasikan
Menemukan contoh atau
Memberi contoh
ilustrasi tentang konsep
atau prinsip (misalnya
memberi contoh tentang
aliran-aliran seni lukis)
2.3 Mengklasifika-sikan Mengategorikan,
Menentukan sesuatu
Mengelompokkan
dalam satu kategori
(misalnya
mengklasifikasikan

hewan-hewan bertulang
belakang)
2.4 Merangkum
Mengabstraksi
Mengabstraksikan tema
Menggeneralisasi
umum atau poin-poin
pokok (misalnya menulis
ringkasan pendek
tentang peristiwaperistiwa yang
ditayangkan di televisi)
2.5 Menyimpulkan
Menyarikan,
Membuat kesimpulan
Mengesktrapolasi,
yang logis dari informasi
Menginterpolasi,
yang diterima (misalnya
Memprediksi
dalam belajar bahasa
Inggris, menyimpulkan
tata bahasa berdasarkan
contohnya
2.6 Membandingkan
Mengontraskan,
Menentukan hubungan
Memetakan,
antara dua ide, dua
Mencocokkan
objek, dan semacamnya
(misalnya,
membandingkan
peristiwa-peristiwa
sejarah dengan keadaan
sekarang)
2.7 Menjelaskan
Membuat model
Membuat model sebab
akibat dalam sebuah
sistem (misalnya,
menjelaskan sebabsebab terjadinya
peristiwa-peristiwa
penting pada abad ke 18
di Indonesia
3. Mengaplikasikan Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi
Melaksanakan
Menerapkan gaya
gravitasi dalam
kehidupan sehari-hari
3.2 MengimplemenMenggunakan
Menerapkan suatu
tasikan
prosedur pada tugas
yang tidak familier
(misalnya, menggunakan
Hukum Newton kedua
pada konteks yang tepat)
4. Menganalisis Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya

dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara


bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1 Membedakan
Menyendirikan,
Membedakan bagian
Memilah,
materi pelajaran yang
Memfokuskan, Memilih relevan dan tidak
relevan, (membedakan
antara bilangan prima
dan bukan bilangan
prima dalam
matematika)
4.2 Mengorganisasi
Menemukan koherensi,
Menentukan bagaimana
Memadukan, Membuat
elemen-elemen bekerja
garis besar,
atau berfungsi dalam
Mendeskripsikan peran, sebuah struktur
Menstrukturkan
(misalnya, menyusun
bukti-bukti dalam cerita
sejarah menjadi buktibukti yang mendukung
dan menentang suatu
penjelasan historis)
4.3 Mengatribusikan
Mendekonstruksi
Menentukan sudut
pandang, bias, nilai, atau
maksud dibalik materi
pelajaran (misalnya
menunjukkan sudut
pandang penulis suatu
cerita berdasarkan latar
belakang pendidikan
penulis tersebut)
5. Mengevaluasi Mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar
5.1 Memeriksa
Mengoordinasi,
Menemukan kesalahan
Mendeteksi, Memonitor, dalam suatu proses atau
Menguji
produk; menemukan
efektivitas suatu
prosedur yang sedang
dipraktikkan (misalnya
memeriksa apakah
kesimpulan seseorang
sesuai dengan data-data
pengamatan atau tidak)
5.2 Mengkritik
Menilai
Menemukan
inkonsistensi antara
suatu produk dan kriteria
eksternal; menentukan

apakah suatu produk


memiliki konsistensi
eksternal, menemukan
ketepatan suatu prosedur
untuk menyelesaikan
masalah (misalnya,
menentukan satu metode
dari dua metode untuk
menyelesaikan suatu
masalah)
6. Mencipta Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1 Merumuskan
Membuat hipotesis
Membuat hipotesishipotesis berdasarkan
kriteria (misalnya
membuat hipotesis
tentang sebab-sebab
terjadinya gempa bumi)
6.2 Merencanakan
Mendesain
Merencanakan prosedur
untuk menyelesaikan
suatu tugas (misalnya
merencanakan proposal
penelitian tentang topik
sejarah Candi
Borobudur)
6.3 Memproduksi
Mengonstruksi
Menciptakan suatu
produk (misalnya
membuat habitat untuk
spesies tertentu demi
suatu tujuan)
(Sumber: Anderson & Krathwohl, 2001)

Dimensi Pengetahuan Taksonomi Bloom Hasil Revisi


merupakan dimensi tersendiri dalam Taksonomi Bloom revisi. Dalam
dimensi ini akan dipaparkan empat jenis kategori pengetahuan. Tiga jenis
pertama dalam taksonomi revisi ini mencakup semua jenis pengetahuan yang
terdapat dalam taksonomi Bloom, namun mengganti sebagian nama jenisnya dan
mengubah sebagian subjenisnya ke dalam kategori-kategori yang lebih umum.
Sementara kategori keempat, yaitu pengetahuan metakognitif dan subjenisnya
semuanya baru.
a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh


para pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin
ilmu mereka. Pengetahuan faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus
diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau
menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi
menjadi dua subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang terminologi; dan (2)
pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan
tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan
nonverbal (kata, angka, tanda, gambar).
Contoh-contoh penggunaan pengetahuan

terminologi

antara

lain

pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka Romawi,


pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang
simbol-simbol pada peta.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual

mencakup

pengetahuan

tentang

kategori,

klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih
kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi; dan (3) pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
Klasifikasi dan kategori merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi.
Prinsip dan generalisasi menjadi dasar bagi teori, model, dan struktur.
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan
sesuatu. Pengetahuan prosedural berkaitan dengan pertanyaan bagaimana.
Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan
tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma; (2) pengetahuan
tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3) pengetahuan tentang
kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.
d. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi
revisi. Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi
pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran

penting pengetahuan siswa mengenai kognisi mereka sendiri dan kontrol mereka
atas kognisi itu dalam aktivitas belajar (Bransford, dkk.,1999; Sternberg, 1985;
Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri belajar dan penelitian tentang
pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada metode untuk
membuat siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan
pemikiran mereka sendiri.
Menurut Flavell (1979) pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan
bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan
strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui strategi belajar dan berpikir, juga
memerlukan pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu kapan dan mengapa
menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk., 1983).
Pengetahuan tentang beragam strategi dan tugas kognitif, pengetahuan diri juga
merupakan komponen yang penting dalam metakognitif. Pengetahuan diri
mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi
dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar.

Gambar 2 Kombinasi cognitive process dimension


dan knowledge dimension (Heer, 2012)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Kompetensi inti adalah kemampuan minimum yang harus dikuasai peserta
didik untuk standar kompetensi tertentu dan digunakan sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi dasar
adalah sejumlah kemampuan minimum yang harus dikuasai peserta didik
untuk standar kompetensi tertentu dan digunakan sebagai rujukan penyusunan
indikator. Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Tujuan pembelajaran (instructional objective)
adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai
-

oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.


Taksonomi Gagne mengklasifikan hasil belajar ke dalam lima kategori,
dengan membagi ranah kognitif menjadi informasi verbal, strategi kognitif,
dan keterampilan intelektual. Lima kategori hasil belajar menurut Gagne,
yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan

keterampilan psikomotor
Taksonomi Bloom lama dari rendah ke tinggi : pengetahuan, pemehaman,
penerapan, analisis, evaluasi. Sedangkan yang Taksonomi Bloom Revisi dari
rendah ke tinggi : mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, mencipta

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Blooms Taxonomy of Educatioanl Objectives. New
York: Addison Wesley Longman, Inc.
Andriyani, D., 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bloom, B.S., Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, D.R. 1956.
Taxonomy of Educational Objectives, The Clasification of Educational Goal:
Handbook 1 Cognitive Domain. London: Longmans, Green and Co Ltd.
Dewi, N. 2015. Merancang Pencapaian Kompetensi Dasar
Indikator

Melalui Perumusan

Driscoll, M.P. 2005. Psichology of Learning for Instruction. New Jersey: Pearson
Education.
Flavell, J. 1979. Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive
Developmental Inquiry. American Psychologist, 34: 906 911.
Heer, R. 2012. A Model of Learning Objectives. (Online). (www. celt. iastate. edu/
teaching/RevisedBlooms1.pdf), diakses 5 Februari 2015
Kemendiknas. 2010. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta. Direktorat
Pembinaan SMP Kemendiknas.
Kemendiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Jakarta. Kemendiknas
Mager F. R., 1975.Preparing Instructional Objectives,Second Edition,California,
Pitman Learning Inc.
Paris, S., Lipson, M., dan Wixson, K. 1983. Becoming a Strategic Reading.
Contemporary Educational Psycilogy, 8: 293 316.
Soekoer (1994). Perumusan Tujuan Belajar. Makalah Penataran Metode Pengajaran
Teknologi Kejuruan tanggal 12-25 Januari 1994. FPTK IKIP Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai