Anda di halaman 1dari 25

a.

b.

Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
Pasta zinc oksida eugenol
Merupakan bahan pengisi saluran akar yang paling banyak digunakan. Pasta ini diberikan
untuk pengisian pada gigi yang tidak memperlihatkan gejala klinis atau simptom infeksi.
Tingkat keberhasilan bahan ini cukup tinggi, baik digunakan sendiri atau ditambahkan
dengan bahan fiksatif lain. Untuk memudahkan pengisian, bahan tersebut diaduk hingga
mencapai konsistensi yang cukup encer untuk bisa masuk ke dalam saluran akar, namun
harus berhati-hati agar tidak terjadi overfilling. Sebaliknya, pasta yang terlalu kental
menyulitkan obturasi dan menyebabkan underfilling (Barja-Fidalgo, F. dkk., 2011).
Iodoform
Iodoform merupakan
bahan
yang
dicampurkan
dengan camphor,parachlorophenol, dan menthol membentuk pasta. Pemakaian pasta tersebut
dianjurkan karena secara klinis dan radiografis perawatan pulpektomi dengan bahan tersebut
memperlihatkan hasil yang baik. Penelitian yang dilakukan juga memperlihatkan bahwa
pemakaian pasta idodoform efektif sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung yang
terinfeksi dan disertai dengan pembentukan abses (Estrella, C. dkk., 2006).
c. Kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida sering digunakan dalam perawatan resorbsi dan perforasi akar.
Kelebihannya yang berhubungan dengan kerapatan penutupan apeks adalah mudahnya cara
penggunaan dan baik adaptasinya. Penggunaan pasta kalsium hidroksida dapat beradaptasi
dengan baik pada dentin maupun permukaan guttap point. Kelebihan lain, penggunaannya
dalam proses pengisian saluran akar dapat mengurangi kebocoran foramen apikal.
Kekurangan utama kalsium hidroksida adalah tidak dapat menutup permukaan fraktur pada
kasus injuri traumatik pada gigi vital. Oleh karena itu dibutuhkan pemakaian bahan tambahan
yang dapat menjamin pulpa tidak terkontaminasi oleh bakteri terutama pada fase kritis
penyembuhan. Pasta ini juga tidak terlihat secara radiografi dan tidak tahan lama, namun hal
tersebut tidak menjadi masalah, mengingat masa retensi gigi sulung yang relatif pendek
(Barja-Fidalgo, F. dkk., 2011).

Retainer Intrakanal untuk Gigi Sulung


Penempatan restorasi mahkota tidak selalu mudah pada kebanyakan kasus kehilangan
dua pertiga mahkota. Diperlukan adanya pasak sebagai retensi pada kasus-kasus tertentu.
Terdapat berbagai macam variasi pasak dari pasak cor konvensional yang dibuat sesuai
keinginan sampai pasak buatan pabrik (Musani I., dkk., 2011). Macam-macam pasak yang
dapat digunakan pada gigi sulung di antaranya :
1.

Custom cast post and core dan prefabricated metal post

Gambar 1. Insersi custom cast post and core


(Navit S., dkk., 2010)
Pasak buatan pabrik memiliki keuntungan murah, cepat, dan gampang digunakan (Bahuguna
R. dkk., 2011). Kebanyakan pada penggunaan pasak cor atau pasak buatan pabrik yang
merupakan bahan metal padat akan menahan tekanan lateral tanpa distorsi, tetapi
menghasilkan tekanan yang tidak diingkan pada sisa dentin yang sedikit sehingga berpotensi
menyebabkan fraktur akar (Musani I., dkk., 2011).

2. Fibers post system


Fibers post system merupakan penemuan baru yang sudah digunakan sebagai retainer
intrakanal, contohnya polyethylene fibers (ribbond), glass fibers, Kevlar fibers, vectran
fibers. Kevlar fibers dibuat dari polyamide aromatik, menambah kekuatan tumbukan dari
komposit tetapi estetik kurang dan penggunaannya terbatas. Vectran fibers adalah fiber
sintetik yang dibuat dari polyester aromatik yang memiliki resisten yang baik dari abrasi dan
kekuatan tumbukan, tetapi mahal dan tidak bisa digunakan. Penelitian pada polyethylene
fiber sebagai pasak menunjukan elastisitas, translusen, adaptasi, ketahanan, resisten terhadap
tarikan dan tumbukan yang baik. Selain polythilene fibers, glass fibre reinforced composite
resin post (GFRC) adalah generasi baru dari fibers post yang dapat digunakan sebagai
alternatif. GFRC memiliki kekuatan flekstural yang baik, mudah digunakan, dan dapat
melekat pada tipe komposit apa saja (Chunawalla Y, dkk., 2011). Penggunaan fibers post
system dapat dilakukan sebagai alternatif dari bahan-bahan tradisional sebagai manajemen
ECC (Bahuguna R. dkk., 2011).

Gambar 2. Insersi fiber post system


(Musani I., dkk, 2011)

3.

Omega loops
Omega loops menggunakan bahan stainless steel yang dibentuk seperti omega pada jalan
masuk saluran akar untuk merestorasi mahkota dengan materi kompomer (Kumar R. dan
Sinha A., 2014).

Gambar 3. Insersi pasak omega loops


(Kumar R. dan Sinha A., 2014)

4.

Biological post
Biological post merupakan pasak yang murah, biokompatibel, dan memiliki estetik yang
baik, namun membutuhkan ketersediaan bank gigi dan merupakan subjek studi baru untuk
penelitian selanjutnya(Wadhwani K., 2013).

Restorasi Mahkota

1.

2.

3.

4.

Penempatan mahkota dapat dilakukan dengan adanya penguatan retensi dari retainer
intrakanal. Berbagai macam restorasi mahkora bisa dilakukan dengan penguatan retainer
intrakanal di antaranya :
Polycarbonate crowns
Polycarbonate crowns merupakan akrilik resin heat cured yang digunakan sebagai restorasi
gigi sulung anterior. Estetiknya baik, namun tidak resisten terhadap kekuatan abrasif, dapat
terjadi fraktur atau dislokasi. Tidak ada studi jangka panjang dari polycarbonate
crownstersedia (Lee J., 2002).
Strip crowns (composite crowns)
Strip crowns yang menggunakan bentukan mahkota seluloid adalah metode yang popular
digunakan untuk merestorasi gigi sulung anterior.Strip crowns memiliki estetik yang sangat
baik dibandingkan bahan restorasi mahkota yang lain. Prosedurnya sudah banyak dikenal dan
dideskripsikan. Teknik pemasangan strip crowns merupakan teknik yang sangat sensitif dan
harus memperhatikan kelembaban dan kontrol perdarahan, preparasi gigi, aplikasi adhesif,
dan penempatan resin komposit yang tepat. Kesalahan pada prosedur akan menyebabkan
kegagalan perawatan (Lee J., 2002)
Artglass crowns
Artglass crowns mengandung methacrylate multifungsi yang membentukcross-linked, tiga
polimer dimensional. Penelitian pada Artglass crownsmenunjukkan bahwa bahan restorasi ini
memiliki daya tahan dan estetik yang lebih baik daripada strip crowns, namun daya
perlekatannya sangat kurang (Lee J., 2002).
Biological crowns
Biological crowns memiliki estetik dan struktur seperti pada gigi natural serta biaya restorasi
yang murah. Pada umumnya biological crownssudah menyatu pada biological post. Dalam
penerimaan biological restoration penting dipahami bahwa seleksi donor gigi dari saudara
kandung adalah alternatif yang paling diterima selain dari bank gigi (Grewal N. dan Reeshu
S., 2008).

Gambar 4. Pembentukan mahkota pasak biological


restoration
(Grewal N. dan Reeshu S., 2008)

II.2 Klasifikasi Pasak Profilaktik


Pasak dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Costum-cast post
Costum-cast post di buat di klinik dan laboratorium dari hasil reproduksi negatif
saluran akar yang telah dipreparasi. Alloy emas (Tipe III dan IV) merupakan logam pilihan
yang digunakan hingga saat ini. 4
2. Pasak Prefabricated
Pasak ready made atau prefabricated dapat terbuat dari metal dan non-metal. Pasak
metal pada umumnya memiliki retensi yang baik (tapi mempunyai modulus elastis yang
berbeda dengan dentin sehingga tekanan yang jatuh pada gigi terkonsentrasi dan dapat
menimbulkan fraktur.4
Pasak metal terbuat dari Platinum Gold Palladium (PGp), Chobalt chronium (Co-Cr)
Nickel chrodium (Ni-Cr), dan titanium alloys. Ni- Cr dan Co-Cr lebih kuat tapi kaku dan
mudah korosi, hal ini merupakan penyebab fraktur. Titanium alloys lebih lentur dan tahan
terhadap korosi.4
Bentuk pasak prefabricated ada beberapa jenis yaitu tapered, paralel, serrated (tajam)
dan threaded (ulir). Pasak threaded merupakan pasak yang retentif diikuti oleh paralel sided
serrated post. 4

Keuntungan menggunakan pasak prefabricated adalah murah, mudah, cepat, kuat dan
retentif akan tetapi penggunaanya sangat selektif, bentuk pasak dan saluran akar tidak sesuai
dan mudah terjadi korosi.1
Beragam desain pasak prefabricated telah dikembangkan dan keanekaragaman ini
merupakan usaha untuk memenuhi tujuan retensi dan proteksi bagi struktur gigi yang tersisa.
Semua desain pasak ini dimasukkan kedalam kelompok di bawah ini. 4
1. Tapered, smooth-sided, disemen ke dalam saluran akar yang telah dipreparasi
dengan ukuran yang disesuaikan dengan reamer endodontik.
2. Parallel-sided disemen ke dalam saluran akar yang berbentuk silinder.
3. Tappered self-threading screw, dengan ulir yang melibatkan dinding dentin untuk
memperoleh retensi.
4. Parallel-sided threaded diinsersikan kedalam saluran akar yang dibuat berulir
(pretapped)
5. Parallel-sided, tapered apical ends, disemen ke dalam saluran akar yang sesuai.

Gambar 2. Desain pasak buatan pabrik. A. Tapered, smooth-sided

B. Paralel-sided C.

Tappered self-threading screw D. Parallel-sided threded E. Parallel-sided, tapered apical ends


Gigi-geligi yang telah diisi seringkali memiliki struktur koronal gigi yang tidak
mencukupi, pemasangan pasak perlu dilakukan untuk memberikan retensi yang adekuat bagi
inti dan restorasi akhirnya. Telah dikembangkan beberapa alternatif cast post-and-core
termasuk pembuatan pasak sediaan dan inti custom-made dari bahan komposit yang

mempermudah prosedur restoratif di kursi unit. Pasak fibre-reinforced composite [FRC] yang
direkatkan menggunakan bahan adhesif menjadi lebih populer karena memiliki sifat mekanis
dan estetik yang menguntungkan. Antara lain, modulus elastisitas pasak FRC hampir sama
dengan dentin, sehingga tekanan yang ditransmisikan oleh pasak ke dentin akar lebih rendah
dibandingkan jika menggunakan bahan lain, seperti titanium atau zirconia. Masih
diperdebatkan apakah transmisi tekanan dan rigiditas pasak mempengaruhi resistensi fraktur
dan/atau mode kegagalan akar gigi yang diisi dengan pasak. Faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan pembebanan gigi yang telah diisi antara lain morfologi gigi, teknik restoratif,
dan banyaknya jaringan gigi yang hilang.5
II.3 Jenis-jenis Bahan Pasak Endodontik
Bahan pasak dibedakan atas dua jenis, yaitu logam dan non logam.
Bahan pasak jenis logam, antara lain : 4
Alloy emas
Alloy titanium
Stainless steel
Nikel kromium
Bahan pasak yang termasuk non logam adalah : 4
Keramik
Fiber reinforce
Fiber carbon
Fiber quartz matrix
Fiber glass
Pencetakan saluran akar yang telah dipreparasi sangat sulit dilakukan karena
ukurannnya yang panjang dan sempit. Untunglah sekarang didapat 2 macam bahan yang
memungkinkan dilakukannya pencetakan saluran akar dengan panjang yang maksimum dan
tepat.

Endopost, adalah campuran logam yang bertitik lebur tinggi dan dibuat sesuai dengan
standar alat endodontik dari ukuran 70 sampai dengan 140; dapat dituang emas dan
logam mulia lainnya.6
Endowel, adalah pin plastik berukuran standar 80- 140. Jika telah pas dengan
preparasi pasak dan dibuat pada malam atau pola resin, akan menguap keluar dari
investment dan meninggalkan cetakan yang dapat dituang dengan logam.6

II.4 Indikasi dan Kontraindikasi Post


Indikasi Pasak4
1. Gigi yang telah dirawat endodontik, dengan struktur mahkota gigi yang tersisa
kurang dari setengah.
2. Gigi yang telah dirawat endodontik, diana gigi tersebut menerima bebanyang besar.
3. Gigi dengan struktur akar saja yang tersisa.

Kontraindikasi Pasak4
1. Gigi anterior yang telah dirawat endodontik, dengan marginal ridge yang masih utuh.
2. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang besar dan
jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga masih dapat memberi resistensi
yang cukup untuk bahan restorasi.

Semua sistem pasak, baik pasak buatan pabrik (prefabricated) atau pasak yang dibuat
sendiri oleh dokter gigi (pasak individual) harus sedapat mungkin memenuhi prinsip-prinsip
desain sebagai berikut : 8
1. Pasak harus dibuat sepanjang mungkin

Panjang pasak penting karena potensi fraktur juga ada pada gigi yang sudah diberi
pasak. Lengan pengungkit dapat terbentuk dari aspek oklusal gigi sampai puncak tulang
alveolar (fulkrum) dan meluas sampai apeks dari pasak di dalam akar.8
Panjang pasak yang ideal sudah banyak dibicarakan. Panjang pasak sebaiknya sama
panjang dengan mahkota klinis gigi yang direstorasi. Panjang pasak maksimal yang ideal
sering sukar dicapai. Disarankan bahwa panjang pasak sebaiknya paling sedikit sama dengan
panjang mahkota yang sedang direstorasi, tapi bila hal ini tidak memungkinkan, maka
panjang pasak harus diperpanjang sampai dengan 5 mm dari ujung apeks. Panjang pasak
harus dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan minimal 3 mm dari bahan pengisi
saluran akar pada apeks untuk mempertahankan integritas penutupan saluran akar. Pasak
harus cukup panjang untuk mencegah terjadinya stres internal yang berlebihan pada akar dan
panjangnya harus paling sedikit setengah panjang akar yang didukung oleh tulang alveolar. 8
Panjang pasak bukanlah satu-satunya faktor utama yang dipertimbangkan dalam
mendesain restorasi. Pada suatu studi perbandingan mengenai pengaruh panjang, diameter,
dan bentuk pasak terhadap kekuatan tarik, ditemukan bahwa pasak dengan dinding sejajar
bergurat-gurat mempunyai retensi 4 kali lebih besar dibandingkan pasak berbentuk kerucut.
Penelitian ini juga menemukan bahwa penambahan pada panjang atau diameter pasak hanya
akan meningkatkan retensi sebesar 30% sampai 40%.8
2. Dinding-dinding pasak harus se-sejajar mungkin
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar
4. Pasak harus terletak sesuai dengan sumbu panjang akar meskipun bagian
inti pasak dapat menyimpang ke arah lain untuk kepentingan estetik
5. Pemakaian prinsip ferulle

Ferrule dapat didefinisikan sebagai suatu cincin logam atau topi yang diletakkan di
sekitar ujung suatu alat, kaleng, dan sebagainya, untuk menambah kekuatan. Efek ini
digunakan pada preparasi pasak dalam bentuk kontrabevel melingkari gigi (circumferential
contrabevel). Kontrabevel ini menguatkan aspek koronal dari preparasi pasak, menghasilkan
suatu dudukan oklusal, dan bertindak sebagai bentuk antirotasi. Efek ini juga digunakan bila
tidak ada atau sedikit saja sisa mahkota klinis dengan jalan membuat kontrabevel yang luas
pada permukaan akar, dengan batas akhir preparasi mahkota lebih apikal daripada unit pasak
dan inti. Suatu analogi menunjukkan aksi dari ferrule.8
6. Penggunaan bentuk-bentuk antirotasi seperti grooves, pins atau bentuk
kunci (keyways).
7. Hindarkan garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur di dalam akar
pada waktu gigi mendapatkan daya
8. Sebaiknya dipisahkan pasak inti dan mahkota
9. Buat dudukan oklusal atau kontrabevel pada bagian inti untuk mencegah
wedging action dan kemungkinan fraktur akar pada waktu gigi terkena daya
oklusal
10. Buat saluran vent pada pasak untuk menyalurkan tekanan hidrostatik yang
terjadi saat penyemenan

Adapun pertimbangan untuk rancangan pasak dan preparasinya, yaitu : 9,10

1. Jika terlalu pendek, kemungkinan patahnya akar akan lebih besar. Tekanan yang ada
akan diterima mahkota dan pasak didesak ke akar yang tidak ditunjang oleh tulang.
2. Jika preparasi pasak cukup panjang (idealnya 1 1 kali panjang mahkota) tekanan
yang diterima mahkota akan tersebar ke seluruh akar yang berkontak dengan pasak.

Gambar 3. Restorasi pasak dengan panjang yang ideal. A. Mahkota pasak, B.


Panjang pasak, C. Bahan pengisian saluran akar pada bagian apeks.

3. Jika preparasi pasak terlalu lebar, akar akan menjadi lemah dan kemungkinan fraktur
lebih besar. Preparasi yang terlalu lebar mungkin akan mengakibatkan perforasi akar.
Pasak yang pendek dan lebar sering mengakibatkan fraktur akar.
4. Jika preparasi dan pasak terlalu sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai untuk
mencetaknya dan karena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi lebih kuat.
5. Penentuan diameter pasak harus dikontrol untuk memelihara radicular dentin,
mengurangi potensial perforasi dan mencegah gigi dari fraktur. Idealnya diameter
pasak adalah 1/3 diameter dari akar gigi. Apabila diameter pasak kurang dari 1/3
diameter akar maka pasak tersebut akan mudah fraktur dan retensi yang dihasilkan
berkurang. Sebaliknya dengan bertambahnya diameter pasak lebih dari 1/3 diameter

akar gigi maka akan melemahkan sisa gigi yang disebabkan preparasi saluran akar
yang dilakukan berlebihan untuk mendapatkan ruangan pasak. Menambah diameter
pasak tidak memberikan peningkatan yang signifikan untuk retensi pasak, tetapi
cenderung dapat mengorbankan sisa dentin yang sehat. Sisa dinding dentin yang tipis
tidak dapat menahan tekanan sewaktu gigi berfungsi sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya fraktur akar.

Gambar 4. Hubungan antara diameter akar dengan diameter pasak. A. Diameter akar, B.
Dudukan, C. Diameter pasak 1/3 diameter akar, D. Lebar pundak 1/6 diameter akar.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, desain pasak dapat diperoleh dalam
berbagai bentuk seperti buatan pabrik yang sudah jadi, tuang atau kombinasi dari keduanya.
Pasak buatan pabrik mempunyai dua bentuk dasar yaitu sisi sejajar dan kerucut yang
ukurannya disesuaikan dengan ukuran reamer yang digunakan dalam preparasi saluran akar.
Sedangkan pasak tuang bentuknya mengikuti bentuk preparasi saluran akar.10
Pasak yang dindingnya sejajar mempunyai retensi yang lebih baik daripada pasak
yang dindingnya mengerucut, sebab pasak yang sisi sejajar memusatkan tekanan secara

merata sepanjang dinding dari pasak, sementara pasak yang bentuknya kerucut memusatkan
tekanan pada bagian koronal dari dinding pasak tersebut. Preparasi yang menyalahi bentuk
saluran akar dengan bentuk sejajar maka dinding lateral akar akan melemah dan mudah
terjadi fraktur horizontal dari akar. 10
Pasak yang penampangnya bulat panjang (oval) ke arah labio-lingual lebih kaku dan
mencegah terjadinya rotasi dari pasak yang dibuat dari bahan yang sama tetapi berpenampang
bulat. Penampang yang oval dengan sendirinya dapat mencegah rotasi. 10

Gambar 5. Penampang saluran akar yang oval yang dapat menahan rotasi

II.6 Penatalaksanaan Saluran Akar untuk Restorasi Pasak


Penatalaksanaan salurun akar untuk restorasi pasak dapat dilakukan setelah perawatan
saluran akar dan tidak terdapat kelainan pada saluran akar yang dapat mempengaruhi retensi
dan resistensi dari restorasi pasak. Berdasarkan hal ini kita perlu merencanakan perawatan
prostodonsi dalam pembuatan restorasi pasak sehingga diperoleh restorasi pasak yang dapat
memberikan kekuatan dan menggatikan jaringan keras gigi yang tersisa serta mampu
menghasilkan retensi dan resistensi. 10
Hal-hal

yang perlu diperhatikan sebelum penatalaksanaan saluran akar untuk

pembuatan restorasi pasak yaitu : 10

1. Bekerja secara asepsis


Asepsis dapat dikategorikan dalam 2 bagian :
a) Asepsis alat-alat dan bahan
Sterilisasi terhadap alat-alat dan bahan yang digunakan sebelum dan sesudah perawatan
dapat dilakukan dengan panas basah dan panas kering. Sterilisasi tersebut dilakukan untuk
menjaga agar alat-alat dan bahan tidak terkontaminasi oleh bakteri yang dapat menyebabkan
kegagalan dalam perawatan. 10
b) Asepsis daerah kerja
Syarat utama untuk mencapai asepsis dari daerah kerja adalah dengan melakukan
pembersihan gigi yang akan dikerjakan dan gigi tetangganya dari segala macam kotoran. 10
Penggunaan rubber dam adalah yang paling ideal dalam menjaga keasepsisan daerah
kerja. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan ruber dam kita dapat mencegah
masuknya alat atau bahan yang kita gunakan kedalam tenggorokan serta dapat memproteksi
jaringan lunak dalam mulut dari obat, mata bur dan jarum. 10
Mempelajari hasil foto roentgen yang terakhir dari perawatan saluran akar sebelum
memutuskan ukuran panjang dan lebar saluran akar yang akan dipreparasi untuk tempat
restorasi pasak.
2. Persiapan saluran akar
Persiapan saluran akar yang baik dapat memberikan retensi dan resistensi yang baik
pada restorasi mahkota pasak. Pasak yang disemenkan kedalam saluran akar akan
memberikan retensi pada inti, tetapi tidak memperkuat bahkan seringkali memperlemah akar

gigi. Karena itu, preparasi saluran akar harus dibuat seminimal mungkin sesuai dengan
keperluan retensinya. 10
Persiapan saluran akar dimulai dari penentuan kedalaman pasak serta pengangkatan
gutta percha dari saluran akar yang sudah dilakukan perawatan saluran akar pada gigi yang
akan menggunakan restorasi pasak. 10
3. Penentuan Kedalaman Pasak
Pengukuran kedalaman saluran akar untuk tempat masuknya pasak dapat dilakukan
dengan memasang isolator karet di atas reamer sejajar tinggi bidang insisal gigi yang di ukur
dari hasil foto roentgen. 10

Gambar 6. Menentukan kedalaman pasak. A. Mengukur panjang pada foto roentgen. B.


Memasang isolator karet diatas reamer sejajar tinggi bidang insisal gigi
Pasak di tanam dengan kedalaman yang sesuai dengan panjang pasak yang ideal yaitu
mendekati panjang mahkota supra alveolar atau dengan kata lain pasak harus tertanam
kedalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang akar, yang tujuannya untuk mendapatkan retensi
yang maksimum serta tahanan terhadap pengaruh dari tekanan daya gigit. 10
Ada beberapa pertimbangan untuk rancangan pasak terhadap kedalaman preparasinya
yakni jika preparasi untuk pasak terlalu pendek, kemungkinan patahnya akar akan lebih besar

oleh karana tekanan yang diterima mahkota dan pasak didesak ke akar yang tidak didukung
oleh tulang. Jika preparasi untuk pasak cukup panjang, maka tekanan yang diterima mahkota
akan tersebar keseluruh akar yang berkontak dengan pasak. 10
4.

Pengangkatan Gutta percha


Pada pengisian saluran akar secara penuh maka harus diusahakan pengangkatan gutta

percha sebanyak 2/3 bagian koronal akar saluran akar, sedangkan gutta percha 1/3 bagian
aspek tetap dipertahankan. Pengangkatan gutta percha harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak mengganggu keharmonisan obturasi di apeks. 10
Dalam keadaan panjang pasak yang tidak cukup maka lebih baik mempertimbankan
pengurangan panjang pasak sehingg panjang sisa akar bagian apeks yang terisi gutta percha
tetap dipertahankan sepanjang minimal 5 mm. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga hermetis
seal apeks sedangkan untuk bagian pasak resistensinya dapat ditingkatkan dengan pemberian
retensi tambahan seperti preparasi saluran akar yang oval, penambahan dudukan maupun
kanal tambahan.10
Pengangkatan gutta percha dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 10
a) Menggunakan pluger panas
Gutta percha diangkat dengan menggunakan pluger yang panas seperti buah
cerry. Guta percha diangkat sebanyak kira-kira 8 mm dan sisanya 5 mm di apek.
Untuk mendapatkan ukuran yang benar, pemampatan diberi tanda setiap 5 mm. Gutta
percha diambil sedikit demisedikit dengan memasaukkan pluger yang panas tadi ke
dalam saluran akar dan kemudian dibersihkan gutta percha yang menempel pada alat
tersebut sampai isi saluran akar hanya tersisa di apeks sepanjang 5 mm. Hal ini
dilakukan untuk menjaga tereliminasinya kuman dari seluruh akar serta menjaga
kehermetisan obturasi saluran akar.

b) Pesso reamer
Alat ini digunakan untuk mengeluarkan gutta percha dengan cara menembus
gutta percha yang lebih lunak serta tidak menimbulkan perforasi didinding saluran
akar asalkan reamer tidak dipakai pada saluran akar yang bengkok.
c) Bahan organik.
Gutta percha dilunakkan dengan menggunakan larutan organik seperti
Eucalyptol. Masalah yang menyertai pelarut Eucalyptol adalah kotor dan sulit
menentukan pengambilan sampai panjang yang di kehendaki.
Sisa gutta percha kemudian dipadatkan dengan kondensasi alat-alat dan bahan yang
akan digunakan untuk melebarkan dan membentuk saluran akar untuk tempat pasak dengan
menjaga kesterilan dari alat dan bahan beban yang akan digunakan.
5. Melebarkan dan membentuk dinding saluran akar
Untuk mendapatkan ruang yang cukup bagi tempat pasak yang akan dipasang maka
perlu dilakukan peleburan dan pembentukan saluran akar dengan menggunakan instrumen
intra kanal. Diameter pasak pengaruhnya lebih sedikit dalam menciptakan retensi di
bandingkan kedalaman pasak yang tertanam, oleh sebab itu pelebaran saluran akar tidak
boleh terlalu besar sampai ke jaringan dentin sekitarnya, terutama pada bagian apikal.
Sebagai patokan diameter pasak adalah tidak melebihi 1/3 dari akar mesio distal pada 3-5 mm
dari apeks. 9

Gambar 7. Preparasi gigi untuk pasak tuang dan mahkota jaket porselen dengan inti yang
sudah dirawat endodontic. a dan b. permukaan mesio distal, c. permukaan buko-lingual
Prosedur penatalaksanaan preparasi saluran akar untuk tempat restorasi pasak adalah
sebagai berikut : 10

Sediakan bur tangan dengan diameter 1,15 sampai dengan 1,15 mm dan 4-5

mm lebih pendek dari saluran yang telah dipreparasi.


Masukkan bur tangan yang berdiameter 1,15 mm dengan gerakan memutar
searah jarum jam yang digunakan untuk melebarkan saluran akar. Preparasi
dikerjakan sampai sejauh 10 mm dari tepi gingiva aproksimal dari mahkotanya
dan bisa dibuat lebih panjang asalkan masih tersisa gutta percha pengisian
saluran akar sepanjang 5 mm. Setelah itu dilanjutkan oleh bur yang ukurannya
lebih besar yaitu 1,25 mm yang dipakai sampai mencapai panjang saluran akar
yang sama tersebut. Jika instrumen telah terasa seesak di apek berarti saluran
akar tidak perlu dilebarkan lagi. Jika bur terasa longgar, pakailah bur dengan

ukuran yang lebih besar yaitu 1,35 mm atau bahkan 1,55.


Ukuran preparasi bergantung dari ukuran asli saluran akar dari akarnya. Dalam
tindakan preparasi diharapkan saluran akar dapat menjadi bentuk kerucut
sehingga diperoleh retensi yang maksimal.

Untuk penggunaan pasak buatan pabrik maka penyelesaiaan pelebaran saluran akar
dilakukan menggunakan bur khusus yang disediakan oleh pabrik bersama-sama dengan pasak
buatan pabrik sehingga ukuran dan bentuk saluran akar yang dihasilkan sama dengan ukuran
dan besar pasak yang akan dipasangkan. 10
6.

Menghilangkan daerah gerong

Pada pasak buatan sendiri sebelum melakukan pencetakan maka pada saluran akar
perlu dilakukan tindakan menghilangkan daerah gerong agar bahan cetak dapat masuk
dengan baik dengan baik dan juga mudah dikeluarkan. 10
Gerong pada dinding preparasi sering tidak terlihat, sehingga pemeriksaan dengan
menggunakan sonde periodontal amatlah membantu dalam menilai kontur internal. Ujung
saluran akar harus kecil dan reamer harus dioperasikam dengan lambat dan di kontrol kuat. 10
Gerong yang terdapat pada dinding saluran dapat dihilangkan dan saluran
dikembangkan ke bentuk kerucut yang diinginkan dengan menggunakan teknik berikut. 10
1.
2.
3.
4.

Pilih gutta percha yang besar.


Bentuk ujungnya sehungga pas kelubang saluran.
Oleskan vaselin ke permukaannya.
Dengan menggunakan spiral lentulo ulaskan semen zinc fosfat (ZoP) ke dalam

saluran, mengisinya hampir penuh tanpa gelembung.


5. Masukkan poin gutta percha biarkan sampai semen mengeras.
6. Tarik kembali gutta percha ( vaselin berfungsi sebagai media separasi)
7. Preparasi lagi saluran seperti yang diinginkan. Reamer pesso yang baru atau
sangat tajam dapat digunakan untuk mencukur dentin dan mengeluarkan
fragmen semen tanpa mengganggu kontur yang halus.

7. Pencetakan Saluran Akar


Pada pasak buatan pabrik tidak dilakukan pencetakan saluran akar. Hal ini
disebabkan karena pada pasak buatan pabrik dibentuk dengan pasak siap pakai yang
disesuaikan dengan ukuran saluran akar yang telah dipreparasi dan tersedia dalam bentuk dan
ukuran yang bervariasi. 10
Pada pasak buatan sendiri dilakukan pencetakan saluran akar yang dapat dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung. 10

Metode Langsung
Pencetakan saluran akar dapat dilakukan dengan menggunakan pola lilin dengan
menggunakan batang malam inlai lunak yang berbentuk kawat.

Pilih sprue runcing dan harus longgar bila dimasukkan pada saluran akar

yang telah dipreparasi.


Saluran akar dibasahi kemudian ujung batang dari malam inlay dilunakkan
dan dibentuk menjadi kerucut dan memasukkan ke dalam saluran akar.

Sempai seluruh saluran akar terisi penuh.


Tekan ujung malam dengan jari pada batas tepi insisal
Panaskan ujung sprue runcing pada bunsen, tahan dengan ujung jari. Hal ini

menjaga agar tidak terlalu panas, sehingga tidak melukai mulut pasien.
Masukkan sprue yang telah dipanaskan kedalammalam dan dengan hati-hati

dengan dorongan ke dalam saluran sampai di ujung preparasi.


Apabila telah mendingin, potong kelebihan malam dari inti yang diinginkan.

Keluarkan sprue dan malam yang telah melekat.


Periksa kerapatan permukaannya, tambahkan sedikit malam apabila ada
kekurangan dan memasukkan kembali supaya terbentuk sesuai dengan
dinding-dinding preparasi.

Metode Tidak Langsung


Pada metode tidak langsung pembuatan pola pasak inti dilakukan dengan memodelir
bahan pola diluar mulut melalui model kerja, yang sebelumnya pada pasien dilakukan
pencetakan dengan mengguankan bahan elestomer.
Pencetak gigi yang telah dipreparasi dapat dilakukan dengan memasukkan bahan
cetak elestomer kedalam saluran akar dengan menggunakan semprotan. Sebatang kaawat

yang dilumuri bahan perekat (tray adhesif) dan juga bahan cetak dimasukkan kedalam saluran
akar dengan gerakan memompa (pumping action) agar semua bahan cetak yang telah masuk
kedalam saluran akar dapat mengalir dengan baik kedalam saluran akar. Batang kawat ini
berfungsi sebagai pemegang bahan cetak yang ada pada saluran akar dan juga memudahkan
pengeluaran bahan cetak dari saluran akar agar bahan cetak terssebut tidak patah pada saat
dikeluarkan. 10
Pada ujung kawat yang berbeda bagian koronal saluran akar dibuat retensi dengan
membengkokkan kawat kemudian dilakukan pencetakan biasa dengan menggunakan bahan
cetak elastomer. 10
Setelah prosedur pencetakan dilakukan, pasak siap untuk dituang. Saluran akar
dipersiapkan untuk pemasangan restorasi pasak. Pasak dimasukkan ke dalam saluran akar
setelah seluruh permukaan dibersihkan dari sisa-sisa bahan pendam. Untuk melekatkan pasak
di dalam saluran akar, digunakan semen dengan adukan yang agak encer. Pasak yang
terlumuri adukan semen ini dimasukkan kedalam saluran akar dan dipertahankan dalam
kedudukan yang baik sampai semen mengeras dan restorasi pasak siap untuk dilakukan. 10
Dalam pemasangan pasak yang sesuai dengan protokol klinis standar, digunakan
pilot drill untuk membuat kongruensi-bentuk saluran akar sampai ke sepertiga apikal akar
untuk memperoleh kesesuaian dan retensi pasak primer. Kesesuaian pasak yang dioptimalkan
ini dinamakan form-congruence/kecocokan-bentuk dan ditujukan untuk memaksimalkan
adaptasi pasak pada dinding saluran akar di sekitarnya dengan interfase semen dentin-pasak
yang tipis dan merata. Diduga bahwa kongruensi-bentuk memungkinkan terjadinya distribusi
tekanan pada dinding saluran akar selama fungsi klinis. Kongruensi-bentuk lima pasak
titanium sediaan yang direkatkan menggunakan semen zinc fosfat dan menemukan bahwa

celah semen rata-rata bervariasi antara 33 sampai 62 m, tergantung pada sistem pasak yang
digunakan. 10
Pada gigi yang diisi menggunakan cast post-and-core dan mahkota yang direkatkan
dengan semen zinc fosfat, ditemukan peningkatan resistensi fraktur yang signifikaan jika
terjadi adaptasi maksimum pasak taper pada struktur akar yang tersisa. Efek tersebut tidak
ditemukan jika menggunakan pasak paralel. Namun, preparasi ruang pasak memiliki
beberapa resiko. Kurvatura dan potongan-melintang setiap saluran akar dapat mempengaruhi
preparasi tersebut dan melemahkan akar atau bahkan mengakibatkan perforasi akar. 10
Pengaruh prosedur endodontik terhadap deformasi gigi-geligi anterior dan
menemukan bahwa stabilitasnya semakin berkurang seiring dengan dilakukannya setiap
tahap preparasi saluran akar. Penurunan stabilitas yang signifikan terjadi jika ruang pasak
dipreparasi, terutama setelah transformasi preparasi pasak konis/kerucut menjadi bentuk
silindris/bulat. Disimpulkan bahwa jika struktur gigi yang dihilangkan cukup banyak dan
geometri alami saluran akar berubah, maka akan timbul efek de-stabilitas pada akar gigi yang
diisi. Salah satu penelitian terbaru menggunakan analisis komputasional, eksperimental, dan
fraciographic menguraikan pengaruh inner dentine [dentin bagian dalam], yang terletak di
sekitar saluran akar, terhadap resistensi fraktur gigi. Jelas, bukan hanya ketebalan dinding
dentin yang menstabilkan akar tapi juga keberadaan inner dentine yang memiliki modulus
elastisitas lebih rendah dibandingkan dengan dentin bagian luar yang lebih termineralisasi.
Pada saluran akar ireguler yang memiliki potongan-melintang oval, dibutuhkan diameter drill
yang besar untuk memastikan kesesuaian pasak sirkumferensial, jadi banyak struktur inner
dentine yang dibuang. Namun, pemilihan pasak yang sesuai dengan diameter alami slauran
akar tanpa preparasi, yang ditujukan untuk mempertahankan substansi inner dentine,
menyebabkan longgarnya pasak dalam saluran ireguler [tidak ada kongruensi-bentuk].6

Segera setelah pasak direkatkan menggunakan bahan adhesif pada dinding saluran
akar, kesesuaian pasak yang ideal dalam saluran akar [kongurensi-bentuk] tidak terlalu
penting, seperti jika ruang diisi menggunakan luting komposit. Namun, penyusutan lapisan
semen resin yang lebih tebal akibat pasak yang tidak sesuai, akan mengganggu kinerja klinis
jangka panjang. Sebaliknya, setelah dilakukan preparasi ruang pasak terstandardisasi
[menggunakan post hole drill yang disuplai oleh pabrik] dan prosedur bonding optimal.,
faktor konfigurasi kavitas yang tinggi akan mengakibatkan pembentukan celah pada interfase
semen-dentin ataupun pada interfase semen-pasak. Untuk mengurangi ketebalan semen resin
dalam ruang pasak ireguler, Dianjurkan dilakukannya relining pasak pra-sementasi
menggunakan komposit flowable [pasak anatomis] untuk sementasi pasak fiber guna
meningkatkan kesesuaiannya dalam ruang pasak. Dengan latar belakang tersebut,
penggunaan teknik adhesif untuk sementasi pasak dan preparasi ruang pasak minimal untuk
mengurangi pembuangan jaringan keras lebih banyak dipilih dalam praktek klinis. 6

Gambar 8. Penempatan parallel para-post dan composite resin core pada gigi anterior

DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, M., Das, U.M., & Vishwanath. 2011. A Comparative Evaluation of Noninstrumentation
Endodontic Techniques with Conventional ZOE Pulpectomy in Decidous Molars: An in Vivo
Study. World Journal of Dentistry Vol. 2 (3).
Angela A. 2005. Pencegahan Primer pada Anak yang Beresiko Karies Tinggi. Majalah
Kedokteran Gigi (Dent. J) 38(3):130-4.
Bahuguna, R., S. Abbas, T. Singh. 2011. Custom-Made Polyethylene Fiber-Reinforced Composite
Resin Used as A Short Post for Pediatric Anterior Teeth. Asian Jounal of Oral Health and
Allied Sciences 1(1);31-4.
Barjo-Fidalho F., M. Moutinho-Ribeiro, M. A. A. Oliveira, B. Heliosa de Oliveira. 2011. A
Systematic Review of Root Canal Filling Materials for Deciduous Teeth: Is There An
Alternative for Zinc Oxide-Eugenol?.International Scholary Research Network Dentistry
1(1):1-7.
Baum, L. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Alih bahasa: Rasinta Tarigan. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Chunawalla, Y., S, Zingade, B. Ahmed, E. Thanawalla. 2011. Glass Fibre Reinforced Composite
Resin Post and Core In Decayed Primary Anterior Teeth A Case Report. Int. Journal of
Clinical Dental Science 2(1):55-9.
Clinical Affair Committee-Pulp Therapy Subcommitte. 2013. Guidleline on Pulp Therapi for
Primary and Immature Permanent Teeth. American Academy of Pediatric Dentistry
Reference Manual Vol. 3 (6).
Eshghi A., R. K. Esfahan, M. Khoroushi. 2011. A Simple Method for Reconstruction of Severely
Damaged Primary Anterior Teerh. Dental Research Journal 8(4):221-6.
Estrella C., C R. Estrella, A. C. B. Hollanda, D. Decurcio, J. D. Pecora. 2006.Influence of
Iodoform on Antimicrobial Potential of Calcium Hydroxide. J Appl Oral Sci 14(1):33-7.
Fitriani. 2007. Faktor Resiko Karies Gigi Sulung Anak (Studi Kasus Anak TK Islam Pangeran
Diponegoro Semarang). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Grewal N. dan R. Seth. 2008. Comparative In Vivo Evaluation Of Restoring Severely Mutilated
Primary Anterior Teeth With Biological Post And Crown Preparation And Reinforced
Composite Restoration. J Indian Soc Pedod Prevent Dent 1(1):141-8.
Grewal N. dan S. Reeshu. 2008. Biological Restoration: An Alternative Esthetic Treatment for
Restoration of Severely Mutilated Primary Anterior Teeth. International Journal of Clinical
Pediatric Dentistry 1(1):42-7.
Grossman, L. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Keokteran EGC.
Kidd, E.A.M. dan S.J. Bechal. 2002. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Alih
bahasa: Narlan Sumawinata. Safrida Faruk. Jakarta: EGC.
Kumar R. dan A. Sinha. 2014. Restoration of Primary Anterior Teeth Affected by Earlu
Childhood Caries Using Modified Omega Loops A Case Report. Annals of Dental Specialty
2(1):24-6.
Lee, J.K. 2002. Restoration of Primary Anterior Teeth: Review of the Literature. Pediatric
Dentistry 24(5):506-10.
Musani I., V. Goyal, A. Singh. 2011. Complete Management of A Mutilated Young Permanent
Cenral Incisor. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry 4(1):49-53
Shah, P., S. Naik, D. Shirol. 2012. Treatment of Mutilated Maxillary Primary Incisors: Two Case
Reports. Int J Dent Cse Reports 2(1):92-6.

Sheiham, A. 2005. Oral Health, General Health and Quality of Life. Bulletin of the World Health
Organization 83(9):644-5.
Syarif W. 2011. Penggunaan Removable Partial Dentures pada Anak. Prostiding Pertemuan
Ilmiah Ilmu Kedokteran Gigi IV Ikatan Prostodonsia Indonesia. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Togoo, R.A., Nasim V.S., Zakirulla, M., & Yaseen, S.M. 2012. Knowledge and Praktice of Pulp
Therapy ini Decidous Teeth among General Dental Practitioners in Saudi Arabia. Annals of
Medical and Health Science Research Vol. 2 (2).
Usha M., V. Depak, S. Venkat, M. Gargi. 2007. Treatment of Severely Mutilated Incisors: A
Challenge to the Pedodontist. J Indian Soc Pedod Prevent Deny Supplement 1(1):34-6.
Wadhwani, K. M. Hasija, B. Meena, D. Wadhwa, R. Yadav. 2013. Biological Restoration: Option of
Reincarnation for Severely Mutilated Teeth. J European Journal of General Dentistry 2(1):626.

Anda mungkin juga menyukai