Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian sehat menurut Undang Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun
1992 adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
pengertian kesehatan menurut Undang Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonmis.1
Data yang dimiliki oleh the Population Division Of The
Department Of Economic And Social Affairs Of United Nation tahun 2005
menyebutkan bahwa akan terjadi peningkatan penduduk dunia sebesar 2,6
miliar jiwa dalam 45 tahun ke depan. Jumlah penduduk dunia diperkirakan
akan mengalami peningkatan dari 6,5 miliar jiwa menjadi 9,1 miliar jiwa
pada tahun 2050 mendatang. Negara berkembang seperti Indonesia, 20 %
dari populasi penduduknya merupakan kelompok penduduk usia lanjut
(lansia).

Populasi

lansia

tersebut

diperkirakan

akan

mengalami

peningkatan hingga 32 % pada tahun 2050 mendatang, jumlah tersebut


bahkan lebih tinggi dibandingkan populasi anak kecil (0 14 tahun)
dengan perbandingan 2 : 1 (terdapat 2 lansia setiap 1 anak kecil pada suatu
wilayah). Hal ini mennjukan bahwa jumlah lansia di suatu daerah hampir
dua kali lipat dari populasi anak kecil.2

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di


Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia
Indonesia. Angka harapan hidup penduduk di Indonesia menempati posisi
ke-6 dari negara-negara anggota ASEAN, periode tahun 2010-2015.
Angka harapan hidup penduduk Indonesia tercatat sebesar 70,1 pada 20102015, atau naik dari 69,1 (2005-2010). Hal itu didorong dengan
keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan nasional telah
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup terutama di bidang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. 2
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin
meningkatnya

usia

harapan

hidup

penduduk.

Dengan

semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah


penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,
yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas.2,3
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mulai tahun
2010 terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia sebanyak
23.992.553 jiwa (9,77%) dari total jumlah penduduk sebanyak
237.641.326 jiwa, dan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lanjut usia
mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%). Indonesia saat ini telah masuk
sebagai negara yang berstruktur penduduk tua sebagaimana ketentuan
badan dunia, karena jumlah penduduk lanjut usia telah mencapai lebih dari

7 persen. Indonesia juga menduduki rangking keempat di dunia dengan


jumlah lansia 24 juta jiwa. Adapun provinsi di Indonesia yang paling
banyak penduduk lanjut usia adalah: DI Yogyakarta (12,48%), Jawa Timur
(9,36%), Jawa Tengah (9,26%), Bali (8,77%), Jawa Barat (7,09%) .2,3
Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan

menyebutkan

bahwa

upaya

untuk

meningkatkan

dan

memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut usia dilaksanakan


berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan.
Prinsip non diskriminatif mengandung makna bahwa semua masyarakat
harus mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk lanjut usia (lansia)
dengan tidak memandang suku, ras, agama, dan budaya. Partisipatif
mengandung makna mengharapkan partisipasi masyarakat untuk ikut serta
dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk
lanjut usia. Berkelanjutan mengandung makna bahwa program/kegiatan
yang berupaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tidak hanya
dilakukan sekali atau dua kali melainkan terus berlanjut 2,3
Dasar dibentuknya program posyandu lansia ini berasal dari
Peraturam Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang
pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, Komnas
lansia sebagai lembaga semua unsur terkait dalam bidang peningkatan
kesejahteraan lanjut usia ditingkat pusat. Sebagai wujud nyata pelayanan
kesehatan pada kelompok usia lajut ini, pemerintah telah mencanangkan
pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di

tingkat masyarakat adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia


tingkat dasar adalah puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan
adalah rumah sakit.3
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program
kesehatan adalah pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih
memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin
sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat. Oleh karena itu
berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini dengan
baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan
mutu pelayanan kesehatan, khususnya untuk penduduk usia lanjut. Salah
satu bentuk kegiatan yang perlu digalakkan agar tujuan dimaksud dapat
lebih cepat dicapai adalah mendorong pembentukan dan pemberdayaan
berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat khususnya usia
lanjut.3
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai salah satu pelayanan
kesehatan tingkat masyarakat harus digerakkan untuk mencapai dusun
sehat. Posyandu merupakan pos pelayanan kesehatan dasar yang pada
hakekatnya merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan untuk
masyarakat. Kegiatan Posyandu adalah kegiatan dari dan oleh dan untuk
masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana menjadi
tanggung jawab bersama terutama masyarakat sekitar.3
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan


kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah

melalui

pelayanan

kesehatan

bagi

lansia

yang

penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran


serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.3
Dari data laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA
Puskesmas Borobudur periode Januari-Mei 2016 didapatkan data cakupan
pelayanan pra usila dan usila yakni sebesar 122.80% dan pencapaiannya
sebesar 175.42%. Meskipun cakupan dan pencapaian yang diperoleh oleh
Puskesmas Borobudur dalam periode Januari-Mei 2016 sudah memenuhi
target yang ditetapkan yakni 70%, namun data entri KIA dari Pengolahan
Data Program Kesehatan Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa
pelayanan pra usila dan usila di Desa Kembanglimus menunjukkan besar
cakupan pelayanan pra usila dan usila yaitu sebesar 39.25% dan
pencapaiannya sebesar 56.07%. Oleh karena itu penulis mengangkat
masalah rendahnya cakupan pelayanan pra usila dan usila di Desa
Kembanglimus sebagai tugas mandiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah


sebagai berikut :
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya cakupan pelayanan
pra usila dan usila di Desa Kembanglimus?
2. Bagaimana pengetahuan, sikap serta pola perilaku masyarakat tentang
posyandu lansia?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan
penyebab yang ditemukan?
4. Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memecahkan
masalah?

1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui penyebab rendahnya cakupan pelayanan pra
usila dan usila dan pemecahan masalahnya di Dusun Gobong, Desa
Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang

1.3.2

Tujuan khusus
a

Mengetahui data umum Dusun Gobong Desa Kembanglimus,


Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang

Mengidentifikasi penyebab rendahnya cakupan pelayanan pra


usila dan usila di Dusun Gombong Desa Kembanglimus,
Kecamatan Borobudur.

Menganalisa

penyebab

masalah

yang

muncul

dalam

pelaksanaan Posyandu pra usila dan usila di Dusun Gombong


Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur.

Mencari alternatif pemecahan masalah pelaksanaan Posyandu


pra usila dan usila di Dusun Gombong Desa Kembanglimus.

1.4 Manfaat
1.4.1

Manfaat bagi Puskesmas


Sebagai data dasar evaluasi kegiatan posyandu pra usila dan
usila serta sebagai bahan masukan untuk peningkatan pelayanan
Posyandu pra usila dan usila.

1.4.2

Manfaat bagi Masyarakat

Masyarakat lebih mengetahui kegiatan yang ada di Posyandu


lansia.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan


posyandu lansia.

Memberikan pengetahuan yang dapat membantu masyarakat


luas untuk lebih peduli terhadap pembinaan kesehatan lansia.

1.4.3 Manfaat bagi Mahasiswa


Menambah pengetahuan tentang hubungan pengetahuan,
sikap dan pola perilaku masyarakat terhadap rendahnya cakupan
pelayanan pra usila dan usila di Desa Kembanglimus

Anda mungkin juga menyukai